kurniati 04
TRANSCRIPT
5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 1/13
Homec
TEKNIK PENGOLAHAN KOKON MENJADI BENANG SUTERA PADA SENTRA
PRODUKSI SUTERA DI SULAWESI SELATAN
Kurniati
Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar
ABSTRAK
Serat sutera berbentuk filamen, yang dihasilkan oleh larva ulat Bombyx mori sutera
waktu membentuk kepompong. Proses terjadinya filamen sutera berawal dari kupu-kupu
bertelur dan bila telur menetas akan keluar ulat sutera . Setelah ulat sutera dewasa akanmembuat sarang kepompong dan kemudian ulatnya akan berubah menjadi pupa di dalam
kepompong, kokon tersebut tersebut merupakan bahan baku untuk benang sutera. Untuk
mengolah kokon menjadi benang sutera ada lima macam alat pengokonan yang dapat
digunakan yakni seriframe, bambu,hyakunen,rotary, mukade. Hasil produksi kokon dari lima
alat tersebut adalah seriframe sebanyak 29 gr, bambu 29 gr, hyakunen 30 gr, rotary 30 gr,
mukade 28 gr. Penanganan kokon Setelah kokon dipanen maka dilakukan flossing atau
pengambilan serat-serat yang ada pada permukaan kulit kokon. Pemintalan adalah suatu proses
penarikan filament dari kokon dan digulung (reeled ) pada kincir. Kegiatan usaha ini merupakan
mata rantai dari kegiatan sericulture (budidaya murbei dan pemeliharaan ulat) serta kegiatan
berikutnya yang disebut manufacture.
Key Words: Pengolahan kokon, benang sutera
PENDAHULUAN
Pengembangan persuteraan alam di
Sulawesi Selatan memiliki prospek yang
cukup menjanjikan baik ditinjau dari segi
agroklimat, sosial budaya maupun
ekonomi.. Disamping itu juga didukung
oleh adanya Peraturan Bersama antara
Menteri Kehutanan, Menteri Perindustrian
dan Menteri Negara Koperasi dan UKM
tentang Pembinaan dan pengembangan
Persuteraan alam nasional dengan
pendekatan klaster. Sehubungan dengan
hal tersebut maka dalam rangka
meningkatkan kejayaan persuteraan
Sulawesi Selatan agar bisa memenuhi
permintaan pasar dan agar dapat
meningkatkan perekonomian rakyat maka
perlu dilakukan teknik pengolahan kokon
yang sesuai dengan standar agar usaha
2 Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera…
5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 2/13
Homec
persutraan di Sulawesi Selatan tetap
berkesinambungan.
Setiap tahun industri benang sutera
nasional membutuhkan sekitar 3300 ton
kokon basah. Sementara kemampuan
produksi kokon nasional hanya sekitar 400
ton/tahun. “Untuk memenuhi kebutuhan
kokon maka harus tetap impor dari Cina,
Uzbekistan serta Vietnam,’’ (Departemen
Kehutanan 2007)
Dewasa ini produksi sutera Sulawesi
Selatan masih memberikan kontribusi yang
cukup besar terhadap produksi benang
sutera nasional yang rata-rata hanya 78 ton
per tahun, tetapi perkembangan persuteraan
alam di Sulawesi Selatan mengalami
pasang surut dan cenderung mengalami
penurunan. Produksi benang tahun 2006
hanya mencapai 43.507 kg (mengalami
penurunan ±26% dari produksi tahun 2005
yang mencapai 58.949
Umumnya petani sutera memiliki
jenis usaha dengan skala kecil serta
penggunaan teknologi yang masih
sederhana. Rendahnya produktivitas petani
ulat sutera membuat kebutuhan bahan baku
industri benang sutera berupa kepompong
ulat sutera (Kokon) masih harus diimpor,
namun bila dilakukan dengan tata cara yang
benar, usaha persutraan menjanjikan
keuntungan. Selain menghasilkan benang
sutera, usaha ini juga dapat diteruskan
hingga ke bagian hilirnya, yaitu tenun
sutera, sehingga menghasilkan berbagai
jenis kain sutera yang halus dan indah.
PEMBAHASAN
GAMBARAN PRODUKSI KOKON DI
SULAWESI SERLATAN
Produksi kokon dan produksi benang
sutera pada setiap kabupaten di Suawesi
Selatan sebagai sentra produksi kokon
ditampilkan pada Gambar 1.
3 Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera…
5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 3/13
Homec
Gambar 1. Distribusi Poduksi Kokon (kg)
di Kabupaten Soppeng, Kab.
Wajo dan Kab. Enrekang
Propinsi Sulawesi Selatan.
Gambar 2. Distribusi Poduksi Benang (kg)
di Kabupaten Soppeng, Kab.
Wajo dan Kab. Enrekang
Propinsi Sulawesi Selatan.
Pada Gambar 2 terlihat bahwa
produksi kokon yang terbesar di Sulawesi
Selatan adalah Kabupaten Enrekang dan
kemudian disusul oleh Kabupaten Soppeng
dan Wajo. Hal ini menggambarkan bahwa
Kabupaten Enrekang memiliki keunggulan
dibanding kabupaten lainnya di Sulawesi
Selatan dalam hal produksi kokon dan
produsi benang sutera. Hal ini sangat
dimungkinkan karena Enrekang berada
pada daerah ketinggian yang sangat cocok
untuk pengembangan budidaya murbei dan
budidaya ulat sutera. Disamping itu,
sumberdaya manusia yan tinggal di
Enrekang juga unggul dalam hal
pemeliharaan murbei dan pemeliharaan ulat
sutera. Selanjutnya produksi kokon
perboks telur dan produksi benang per kg
kokon ditampilkan pada Gambar 3
Gambar 3. Distribusi Poduksi Kokon (kg)
Setiap Satu Boks Telur di
Kabupaten Soppeng, Kab.
Wajo dan Kab. Enrekang
Propinsi Sulawesi Selatan.
Gambar 4. Distribusi Poduksi Benang (kg)
Setiap kg Kokon di
Kabupaten Soppeng, Kab.
Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera….4
5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 4/13
Homec
Wajo dan Kab. Enrekang
Propinsi Sulawesi Selatan
Pada Gambar 4 terlihat bahwa
dalam satu boks telur yang berisi rata-rata
25.000 butir mampu menghasilkan kokon
dengan kisaran antara 21,9 kg-29,2 kg. Hal
ini menunjukkan kisaran yang tidak terlalu
jauh berbeda. Demikian pula produksi
benang dimana dalam satu kg kokon
mampu menghasilkan benang dengan
kisaran antara 0,136-0,145kg. Hal ini juga
tidak terlalu menunjukkan perbedaan
kisaran yang mencolok.
TEKNIK PENGOLAHAN KOKONPADA BERBAGAI ALAT
PENGOKONAN
Hasil akhir dari pemeliharaan ulat
sutera adalah kokon. kokon tersebut
merupakan bahan baku yang menjadi
benang sutera. Kokon yang berkualitas
baik akan menghasilkan benang yang
berkualitas baik. Sebalinya kokon yang
berkualitas jelek akan menghasikan benang
jelek. Kualitas kokon dari sangat
tergantung pada bibit ulat sutera yang
digunakan, kuantitas dan kulaitas pakan
yang diberikan, teknik pemeiharaan ula
sutera, sarana pemeiharaan yang
digunakan, serta penangaan pasca panen.
Hal ini yang menyebabkan kualitas kokon
yang dihasilkan petani ulat sutera di
Suawesi Selatan belum memadai kaena
belum sepenuhnya memberikan perhatian
yang serius.
Perlakuan terhadap ulat sutera Instar -
V sampai mau mengokon harus selalu
diberi daun yang baik dan cukup serta
kotoran dan sampah yang ditimbulkan
harus dibuang serta Ulat yang sudah
matang jangan dibiarkan menumpuk terlalu
lama. Apabila jumlah ulat yang matang
sudah mencapai 80% maka alat
pengokonan sudah dapat dipasang langsung
di atas ulat tersebut dan secara alami ulat
akan mengokon.
1. Alat Untuk Mengokon
Alat pengolahan kokon yang digunakan
oleh masyarakat petani ulat sutera di
Sulawesi Selatan tediri atas:
a. Mukade
5 Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera…
5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 5/13
Homec
Mukade adalah alat pengokonan
kokon yang terbuat dari kawat dan daun
kelapa kering atau jerami yang dipuntir
membentuk sikat tabung. Panjang dari alat
pengokonan ini adalah 150 cm dan
diameter 30 cm. Metode pengokonan
dengan Mukade yaitu telur ula sutera
ditaburkan pada permukaan alat secara
merata dan telur-telur tersebut langsung
melekat. Kemudian alat ini dilipat dua dan
digantung secara vertical pada bamboo atau
pada tali. Satu unit pengokonan mukade
dapat menampung sekitar 300 ekor ulat
sutera. Jadi dibutuhkan sekitar 60 unit
mukade untuk pemeiharaan satu boks telur.
b. Seriframe
Seriframe adalah alat pengokonan
yang terbuat dari plastic yang dicetak
sedemikain rupa membentuk empat persegi
panjang seperti sarang. Satu unit seriframe
berukuran 60 X 40 X 10 cm yang mampu
menampung sekitar 250-300 butir telur.
ibutuhkan sekitar 60 unit seriframe untuk
pemeiharaan satu boks telur. Cara
penggunaan alat pengokonan ini yaitu alat
ini ditempatkan pada tempat datar yang
dialasi Koran kemudian ulat sutera yang
sudah matang ditaburkan secara merata.
c. Rotary
Rotary adalah alat pengokonan yang
terbuat dari karton yang tersusun sejajar
dengan bingkai kayu atau bingkai besi.
Bentuk alat pengokonan ini merupakan
susunan kotak-kotak denga ukuran 3 X 4 X
3 cm. Satu set terdiri atas 10 unit. Satu
unit terdiri atas 12 kotak. Jumlah rotary
yang dibutuhkan untuk pemelihara telur
ulat sutera sebanyak satu oks adalah 10 set.
Cara penggunaan alat ini adalah ulat sutera
yang sudah matang ditaburkan pada
permukaan karton kemudian karton
tersebut disusun pada bingkainya secara
mendatar.
d. Bambu
Alat pengokonan yang terbuat dari
bambu yang dianyam membentuk seperti
sisir dengan ukuran 50 X 70 cm atau
disesuaikan dengan keadaan yang
diingnkan. Satu unit pengokonan dari alat
ini dapat menampung 200-250 ekor uat
Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera….6
5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 6/13
Homec
sutera. Jadi dibutuhkan seitar 80 buah alat
pengokonan bamboo untuk pemeliharaan
satu boks ulat sutera. Cara penggunaan
dari alat ini adalah dengan menaburkan ulat
yang sudah matang pada permukaan alat
secara meintang. Kemudian alat tersebut
digantung setelah ulat melekat.
e. Hyakunen
Hyakunen adalah pengokonan yang
terbuat dari plastik yang dicetak sedemikian
rupa yang membentuk seperti harmonika.
Satu unit berukuran 70 X 80 cm yang dapat
menampung sebanyak 250 ekor. Dalam
pemeiharaan satu boks telur ulat sutera
dibutuhkan hyakunen sebanyak 80 buah.
Dari hasil pengamatan di lapangan
serta hasil wawancara dengan petani ulat
sutera dan petugas Balai Persuteraan Alam
Sulawesi Selatan bahwa produksi kokon,
berat kokon, dan panjang serat pada lima
jenis alat pengokonan ditampilkan pada
Gambar 6
Gambar 6. Produksi Kokon (kg) Setiap
Jenis Alat Pengokonan di
Sentra Produksi Benang
Sutera Kabupaten Wajo.
Gambar 7. Berat Kokon (kg) Setiap Jenis
Alat Pengokonan di Sentra
Produksi Benang Sutera
Kabupaten Wajo.
Gambar 8 Panjang Serat (m) Setiap Jenis
Alat Pengokonan di Sentra
Produksi Benang Sutera
Kabupaten Wajo.
7 Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera…
5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 7/13
Homec
Pada Gambar 8 terlihat bahwa alat
pengokonan hyakunen yang merupakan alat
yang menghasilkan kokon besar dengan
serat yang lebih panjang. Kokon dari hasil
pemeiharaan ulat F1 pada umumnya
berbentuk seperti bulat telur, berwarna
putih. Kokon terdiri atas kulit kokon, pupa
dan sisa kulit pupa. Kokon dipanen setelah
5 hari sejak ulat membuat kokon.
PEMANENAN KOKON
Panen kokon sudah bisa dilakukan
jika kondisi pupanya sudah keras, yaitu
dilakukan 5-6 hari dari mulai ulat
mengokon. Pemanenan kokon sebaiknya
dilakukan tidak terlalu cepat atau terlalu
lambat. Kalau terlalu cepat pupa mudah
pecah dan mengakibatkan kokon kotor di
dalam, tetapi kalau terlalu lambat pupa
akan segera menjadi kupu-kupu. Panen
kokon akan mempengaruhi kualitas kokon
Oleh karena itu sebaiknya panen dilakukan
pada hari ke 5 atau ke 6 sejak ulat membuat
kokon. Sebelum panen dimulai, ulat yang
mati, ulat yang tidak membuat kokon,
kokon yang kotor pada alat pengokonan
diambil lebih dulu dan dibuang (dibakar).
Pada waktu panen kokon segera
dibersihkan dari flossnya, kemudian
diadakan seleksi kokon, dimana kokon
yang baik dipisahkan dari kokon yang tidak
baik
Tanda-tanda kokon siap untuk dipanen
adalah sebagai berikut:
a. Kokon berbunyi bila digoyangkan
b. Pupa yang berada dalam kkon
berwarna coklat.
c. Kokon yang baik adalah bentuk
kokon normal, warna putih dan
bersih, kulit kokon terasa keras bila
ditekan, permukaan kulit kokon
tidak cacat
Kokon yang cacat adalah berbentuk tidak
normal, bagian luar dan bagian dalam
kokon kotor, kokon berkulit tipis, ujung
kokon berlubang.
Penanganan kokon Setelah kokon
dipanen maka dilakukan flossing atau
pengambilan serat-serat yang ada pada
permukaan kulit kokon. Dengan tujuan
agar kokon kelihatan bentuk aslinya,
Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera….8
5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 8/13
Homec
memudahkan dalam pemilihan kokon, dan
mengurangi kelembaban pada kulit kokon.
Pengeringan kokon untuk mematikan pupa,
mengurangi kadar air, mencegah keluarnya
kupu-kupu, mencegah tumbuhnya jamur,
dan kokon dapat disimpan lebih lama.
Setelah kering maka kkon akan
disimpan pada tempat yang baik dengan
persyaratan antara lain kokon harus kering,
kokon yang disimpan harus kokon baik,
tempat penyimpanan harus terhindar dari
gangguan semut, tikus dan hama lainya,
sirkulasi udara dalam ruangan
penyimpanan harus lancar. Selama
penyimpanan, kokon harus sering diperika
untuk mengecek adanya gangguan hama.
Sewaktu-waktu dilakukan penjemuran
untuk menghindari kelembaban.
Produksi kokon yang dihasilkan petani
adalah 14-45 kg per boks telur. Jumlah
kokon yang dihasilkan dari telur Perum
Perhutani dan dari masyarakat disajika pada
Tabel 8.
Tabel 1 Perbandingan Tingkat Produksi
Kokon Berdasarkan Sumber
Telur Antara Perum Perhutanidengan Masyarakat.
No Sumber Telur Produksi Kokon Per
Boks Telur
Terendah Tertinggi
1. F1 poduksi
KSPA Perum
Perhutani
18 kg 40 kg
2. Telur Buatan
masyarakat
12 kg 20 kg
Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan,
2009.
Permasalahan yang dihadapi dalam
pemeliharaan ulat sutera di Sulawesi
Selatan antara lain:
1. Produksi
kokon umumnya masih rendah karena
pemeliharaan ulat sutera yang
dilakukan oleh petani masih seadanya
dan belum sepenuhnya mengikuti
standar teknis yang dianjurkan.
2. Harga kokon
di pasaran ditentukan oleh pedagang
dan tidak ada daya jual oleh petani
sehingga tidak ada transaksi pasar yang
jelas akibatnya harga kokon di pasaran
berfluktuasi dan belum terjadinya
standarisasi mutu.
1. Proses Pemintalan
Pemintalan adalah suatu proses
penarikan filament dari kokon dan digulung
9 Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera…
5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 9/13
Homec
(reeled ) pada kincir. Kegiatan usaha ini
merupakan mata rantai dari kegiatan
sericulture (budidaya murbei dan
pemeliharaan ulat) serta kegiatan
berikutnya yang disebut manufacture.
Proses-proses pada pemintalan meliputi
tahapan sebagai berikut :
a. Perebusan Kokon
Perebusan kokon bertujuan untuk
melarutkan sericin sehingga serat kokon
mudah terurai. Kokon yang sudah
masak akan tenggelam dalam air, warna
kokon menjadi keruh tidak
putih. Sistem pemasakan dengan
dengan panci terbuka (open pan
coocing ) sangat cocok untuk
multivoltine kokon yang sudah
dikeringkan. Pemanasan kokon dengan
panas uap air, karena uap air dapat
melepaskan lapisan-lapisan kokon.
b. Pengeringan
Proses pengeringan bisa dilakukan
dengan cara menjemur atau
memanaskan kokon dalam oven
sebelum dilakukan reeling menjadi
benang. Tujuan dari pengeringan
adalah untuk mematikan ulat ( pupa) di
dalam kokon agar kokon dapat
disimpan lama (1 bulan). Kokon yang
tidak dikeringkan r hanya bisa bertahan
1 minggu. Proses pengeringan ini
dilakukan selama masa 2-2½ jam
sebelum proses reeling menjadi benang.
Selanjutnya kokon yang baik
dipisahkan dengan kokon yang jelek
sebelum disimpan. Kokon yang baik
diletakkan pada bakibaki dalam rak
yang terbuat dari kawat ayakan. Mutu
kokon tidak akan rusak selama 15 hari
penyimpanan sebelum reeling .
c. Reeling
Proses reeling adalah proses pemintalan
benang sutera dari beberapa serat kokon
atau menarik filamen dan memintalnya
dari beberapa kokon (5-10 kokon atau
lebih) menjadi satu benang tunggal
yang terdiri dari 5-10 filamen atau
lebih. Beberapa Tahap dalam reeling
antara ain: Kokon yang telah masak
dicari ujung seratnya, kokon
Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera….10
5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 10/13
Homec
dipindahkan ke bak reeling, tiap 10-20
kokon dipintal menjadi 1 benang. Alat
reeling dilengkapi dengan alat
pemasakan kokon (boilling up) guna
memudahkan memperoleh ujung-ujung
filamen dari kokon yang kemudian
ditarik atau dipintal bersama (reeling ).
Suhu air panas untuk pemasakan kokon
adalah 70-80oC.
d. Re-reeling
Re-reeling adalah proses penggulungan
kembali dari haspel ke gulungan yang
lebih besar untuk mendapatkan benang
dengan panjang dan berat yang sama
sehingga memudahkan untuk diukel.
Benang sutera mentah hasil proses
reeling masih mempunyai kelemahan
yaitu mudah putus dan tidak rata.
Proses re-reeling (penggulungan
kembali) dilakukan agar hasil benang
sutera menjadi lebih kuat dan lebih rata.
Output dari proses ini sudah dapat
dijual atau diproses lebih lanjut agar
dapat menjadi benang tenun yang
diinginkan.
d. Penggandaan Benang (Winding dan
Doubling )
Penggandaan Benang (Winding)
dipergunakan untuk memperoleh benang
sutera berbentuk kelos atau bobin
dengan panjang benang yang diinginkan
untuk dikerjakan lebih lanjut. Hasilnya
benang menjadi lebih rata. Selanjutnya
dapat dilakukan proses doubling
(penggandaan) agar diperoleh benang
rangkap (double) dari dua atau lebih
benang.
i. Penggintiran (Twisting )
Penggintiran untuk memperoleh benang
yang lebih kuat. Hasilnya adalah benang
twist atau inci dalam bentuk bobin,
untuk selanjutnya dikerjakan dalam
11 Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera…
5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 11/13
Homec
pabrik tenun atau rajut. Untuk menguji
nomor benang sutera yang dihasilkan
atau pengendalian mutu produksi.
f. Menghilangkan Serisin ( Degumming)
Degumming atau soaking adalah proses
untuk menghilangkan zat atau lapisan
serisin pada filamen. Dikerjakan dalam
larutan sabun atau soda abu pada
temperatur 90-95oC selama setengah
jam. Sehingga dapat menghilangkan
serisin dan menghasilkan benang sutera
yang lemas, putih dan mengkilap.
Hasilnya disebut sutera degummed yang
dipersiapkan untuk menghasilkan tekstil
sutera berwarna.
g. Pengeringan Benang
Benang yang masih basah pada
rereeling perlu dikeringkan dengan cara
dijemur di bawah sinar matahari dan
diangin-anginkan sehingga benang
kering.
h. Ukel Benang
Benang diukel sehingga berbentuk
ukelan (skein) untuk memudahkan
packing. Beberapa ukel (skein)
dikumpulkan menjadi berat tertentu
sehingga memudahkan untuk
dikemas.
i. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu meliputi
pemeriksaan tegangan rata-rata,
kesadahan dan pH air. Setelah reeling
benang sutera mentah yang dihasilkan
harus diperiksa nomor denier nya, yaitu
kekuatannya sehingga dapat diatur
kembali system reeling nya.
j. Packing Benang
Setelah mengalami proses maka benang
sutera yang dihasilkan dari reeling dan
re-reeling serta setelah di twisting siap
digunakan untuk kegiatan pertenunan.
Daerah pertenunan kain sutera antara
lain di Sopeng, Enrekang, Wajo,
Sidrap. Kebutuhan benang sutera untuk
Sulawesi Selatan adalah sebanyak 1100
kg pada tahun 2009.
k. Mesin dan Perlengkapan Pemintalan
Benang
Mesin utama dalam proses pengolahan
benang sutera, adalah mesin reeling.
Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera….12
5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 12/13
Homec
Spesifikasi terbaik mesin ini tergantung
dari beberapa faktor seperti : kapasitas
produksi, kualitas kokon, sistem
penyuapan atau pengambilan ujung,
sistem kecepatan pengambilan ujung
dan penggulungan filamen serta
keterampilan operator.
Mesin reeling yang digunakan dalam
industri pemintalan benang sutera dapat
digolongkan :
• Reeling Tradisional , yang dibuat
oleh pengrajin setempat dan
menghasilkan benang kasar
(nomor besar)
• Reeling Mekanis, yang dibuat oleh
pengusaha industri kecil.
• Reeling otomatis, yaitu mesin
dengan teknologi maju yang
berkecepatan tinggi guna
mengolah kokon yang bermutu.
Diperoleh dari impor
Mesin dan perlengkapan lain yang
diperlukan dalam pemintalan benang
adalah
▫ Mesin Re-reeling
▫ Mesin Doubling/Twisting,
▫ Dryer dan Sentrifuge/Ekstraktor
untuk pengeringan benang
▫ Mesin kelos (Winding )
▫ Gudang penyimpan kokon dan
benang serta perlengkapan
penunjangnya.
KESIMPULAN
Industri benang sutera nasional
membutuhkan sekitar 3300 ton kokon
basah setiap tahun, sementara kemampuan
produksi kokon nasional hanya sekitar 400
ton/tahun sehingga untuk memenuhi
kebutuhan tersebut usaha industri masih
melakan inpor dari Negara penghasil sutra
seperti Negara Cina, Usbekistan dan
Vietnam
Kurangnya dan rendahnya kualitas
kokon yang dihasilkan oleh petani sutra
diakibatkan oleh cara penangan
pemeliharaan ulat sutera yang belum
memenuhi standar sementara kokon
tersebut merupakan bahan baku yang
menjadi benang sutera. Kokon yang
13 Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera…
5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 13/13
Homec
berkualitas baik akan menghasilkan
benang yang berkualitas baik.
Ada lima macam alat pengokonan
yang biasa digunakan oleh petani sutra di
Sulawesi Selatan yaitu seriframe, bambu,
hyakunen, rotary dan mukade. Darii alat
tersebut kokon yang dihasilkan yakni
seriframe 29 gram dengan berat 1,88
gr/butir, bambu 29 gr dengan berat
1,88/butir, hyakunen 30 gr dengan berat 1,9
gr/butir, rotary 30 gr dengan 1,92 gr/butir
dan mukade 28 gr
Pemintalan benang sebagian besar
masih menggunakan alat tradisional
mengakibatkan benang yang dihasilkan
mempunyai kualitas yang rendah karena
belum tersedianya mesin pemintalan
modern yang dapat menghasilkan benang
sutera berkualitas tinggi sebaliknya mesin
pemintalan semi otomatis/otomatis yang
ada tidak berjalan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, St. Arifah, Surisni. 2000. Tenunan
Sarung Sutera Khas Mandar.
Kabupaten polmas. Bagian Proyek
Pembinaan Permuseuman Sulawesi
Selatan. 41 hal.
Anonim, 2008. Sutera Alam. Sumber:
www.tasikmalayakab.go.id .
Diakses tanggal 30 December,
2008.
Anonim, 2008. Mengelus kehalusan sutera
alam. Sumber: www.aher-
partners.com. Diakses . 30
December, 2008.
Departemen Kehutanan. 2007. “Potret
Terkini Industri Persuteraan Alam
Sulawesi Selatan; Kendala dan
Peluang Pengembangan” .
Workshop “Mencari Format BaruPengembangan Industri Persuteraan
Alam dan Upaya Menjadikan
Sulawesi Selatan Sebagai Pusat
Industri Nasional”. 28 Pebruari
2007 di Makassar. Pp 9.
http://www.bpa-sulsel.net/index.
diakses tanggal 27 Desember 2008.
Palomo-Lovinski., N . 2008. ExtensibleDress. The Future of Digital
Clothing. Clothing and Textiles
Research Journal , Vol. 26, No. 2,
119-130.
St. Aisyah, Kurniati, Asiani Abu: 2009.
Teknik Produksi Massal Benang
Sutera, Modernisasi Motif dan
Diversikasi Busana Sutera di
Sulawesi Selatan. Penelitian.
Jurusan PKK FT UNM: Makassar
Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera….14