kurniati 04

13
  Homec TEKNIK PENGOLAHAN KOKON MENJADI BENANG SUTERA PADA SENTRA PRODUKSI SUTERA DI SULAWESI SELATAN Kurniati Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Serat sutera berbentuk filamen, yang dihasilkan oleh larva ulat  Bombyx mori sutera waktu membentuk kepompong. Proses terj adi nya filamen sut era ber awal dari kupu-kupu  bertelur dan bila telur menetas akan keluar ulat sutera . Setelah ulat sutera dewasa akan membuat sara ng kepompong dan kemudi an ulat nya akan ber uba h menjadi pupa di dal am kepomp ong, kokon ters ebut ter sebut mer upakan bahan baku unt uk benang sut era. Unt uk mengol ah kokon me njadi benang sutera ada lima macam ala t pengokonan yang dapat digunakan yakni seriframe, bambu,hyakunen,rotary, mukade. Hasil produksi kokon dari lima alat tersebut adalah seriframe sebanyak 29 gr, bambu 29 gr, hyakunen 30 gr, rotary 30 gr, muk ade 28 gr. Penanganan kokon Set elah kokon dipanen maka dila kukan  flossing atau  pengambilan serat-serat yang ada pada permukaan kulit kokon. Pemintalan adalah suatu proses  penarikan filament dari kokon dan digulung ( reeled ) pada kincir. Kegiatan usaha ini merupakan mata rantai dari kegiatan  sericulture (budidaya murbei dan pemeliharaan ulat) serta kegiatan  berikutnya yang disebut manufacture .  Key Words : Pengolahan kokon, benang sutera PENDAHULUAN Pengembang an pers uteraan alam di Sul awes i Sel atan memiliki prospek yang cukup menjanjikan baik ditinjau dari segi agrokli mat , sosia l buday a maupu n ekonomi.. Dis amping itu juga didu kung ol eh adanya Pe raturan Be rsama antara Menter i Kehuta nan, Mente ri Perindu strian dan Menter i Negara Kopera si dan UKM tentang Pembinaan dan pengembangan Persuteraan alam nasional dengan  pendek atan klaster. Sehub ungan denga n hal tersebut maka dalam rangka me ni ng ka tkan kej ayaan pe rs uteraan Sulawe si Se latan agar bi sa meme nuhi  permintaan pasar dan agar dapat mening katkan pereko nomian rakyat maka  per lu dil akukan teknik pengol ahan kokon yang sesuai de ngan st andar agar us aha 2 Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera…

Upload: iwan-peace

Post on 16-Jul-2015

182 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 1/13

  Homec

TEKNIK PENGOLAHAN KOKON MENJADI BENANG SUTERA PADA SENTRA

PRODUKSI SUTERA DI SULAWESI SELATAN

Kurniati

Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar 

ABSTRAK 

Serat sutera berbentuk filamen, yang dihasilkan oleh larva ulat  Bombyx mori sutera

waktu membentuk kepompong. Proses terjadinya filamen sutera berawal dari kupu-kupu

  bertelur dan bila telur menetas akan keluar ulat sutera . Setelah ulat sutera dewasa akanmembuat sarang kepompong dan kemudian ulatnya akan berubah menjadi pupa di dalam

kepompong, kokon tersebut tersebut merupakan bahan baku untuk benang sutera. Untuk 

mengolah kokon menjadi benang sutera ada lima macam alat pengokonan yang dapat

digunakan yakni seriframe, bambu,hyakunen,rotary, mukade. Hasil produksi kokon dari lima

alat tersebut adalah seriframe sebanyak 29 gr, bambu 29 gr, hyakunen 30 gr, rotary 30 gr,

mukade 28 gr. Penanganan kokon Setelah kokon dipanen maka dilakukan  flossing  atau

 pengambilan serat-serat yang ada pada permukaan kulit kokon. Pemintalan adalah suatu proses

 penarikan filament dari kokon dan digulung (reeled ) pada kincir. Kegiatan usaha ini merupakan

mata rantai dari kegiatan  sericulture (budidaya murbei dan pemeliharaan ulat) serta kegiatan

 berikutnya yang disebut manufacture.

 Key Words: Pengolahan kokon, benang sutera

PENDAHULUAN

Pengembangan persuteraan alam di

Sulawesi Selatan memiliki prospek yang

cukup menjanjikan baik ditinjau dari segi

agroklimat, sosial budaya maupun

ekonomi.. Disamping itu juga didukung

oleh adanya Peraturan Bersama antara

Menteri Kehutanan, Menteri Perindustrian

dan Menteri Negara Koperasi dan UKM

tentang Pembinaan dan pengembangan

Persuteraan alam nasional dengan

  pendekatan klaster. Sehubungan dengan

hal tersebut maka dalam rangka

meningkatkan kejayaan persuteraan

Sulawesi Selatan agar bisa memenuhi

  permintaan pasar dan agar dapat

meningkatkan perekonomian rakyat maka

 perlu dilakukan teknik pengolahan kokon

yang sesuai dengan standar agar usaha

2 Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera…

5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 2/13

  Homec

  persutraan di Sulawesi Selatan tetap

 berkesinambungan.

Setiap tahun industri benang sutera

nasional membutuhkan sekitar 3300 ton

kokon basah. Sementara kemampuan

 produksi kokon nasional hanya sekitar 400

ton/tahun. “Untuk memenuhi kebutuhan

kokon maka harus tetap impor dari Cina,

Uzbekistan serta Vietnam,’’ (Departemen

Kehutanan 2007)

Dewasa ini produksi sutera Sulawesi

Selatan masih memberikan kontribusi yang

cukup besar terhadap produksi benang

sutera nasional yang rata-rata hanya 78 ton

 per tahun, tetapi perkembangan persuteraan

alam di Sulawesi Selatan mengalami

  pasang surut dan cenderung mengalami

  penurunan. Produksi benang tahun 2006

hanya mencapai 43.507 kg (mengalami

 penurunan ±26% dari produksi tahun 2005

yang mencapai 58.949

Umumnya petani sutera memiliki

  jenis usaha dengan skala kecil serta

  penggunaan teknologi yang masih

sederhana. Rendahnya produktivitas petani

ulat sutera membuat kebutuhan bahan baku

industri benang sutera berupa kepompong

ulat sutera (Kokon) masih harus diimpor,

namun bila dilakukan dengan tata cara yang

  benar, usaha persutraan menjanjikan

keuntungan. Selain menghasilkan benang

sutera, usaha ini juga dapat diteruskan

hingga ke bagian hilirnya, yaitu tenun

sutera, sehingga menghasilkan berbagai

 jenis kain sutera yang halus dan indah.

PEMBAHASAN

GAMBARAN PRODUKSI KOKON DI

SULAWESI SERLATAN

Produksi kokon dan produksi benang

sutera pada setiap kabupaten di Suawesi

Selatan sebagai sentra produksi kokon

ditampilkan pada Gambar 1.

3 Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera…

5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 3/13

  Homec

Gambar 1.  Distribusi Poduksi Kokon (kg)

di Kabupaten Soppeng, Kab.

Wajo dan Kab. Enrekang

Propinsi Sulawesi Selatan.

Gambar 2.  Distribusi Poduksi Benang (kg)

di Kabupaten Soppeng, Kab.

Wajo dan Kab. Enrekang

Propinsi Sulawesi Selatan.

Pada Gambar 2  terlihat bahwa

 produksi kokon yang terbesar di Sulawesi

Selatan adalah Kabupaten Enrekang dan

kemudian disusul oleh Kabupaten Soppeng

dan Wajo. Hal ini menggambarkan bahwa

Kabupaten Enrekang memiliki keunggulan

dibanding kabupaten lainnya di Sulawesi

Selatan dalam hal produksi kokon dan

  produsi benang sutera. Hal ini sangat

dimungkinkan karena Enrekang berada

 pada daerah ketinggian yang sangat cocok 

untuk pengembangan budidaya murbei dan

  budidaya ulat sutera. Disamping itu,

sumberdaya manusia yan tinggal di

Enrekang juga unggul dalam hal

 pemeliharaan murbei dan pemeliharaan ulat

sutera. Selanjutnya produksi kokon

 perboks telur dan produksi benang per kg

kokon ditampilkan pada Gambar 3

Gambar 3.  Distribusi Poduksi Kokon (kg)

Setiap Satu Boks Telur di

Kabupaten Soppeng, Kab.

Wajo dan Kab. Enrekang

Propinsi Sulawesi Selatan.

Gambar 4.  Distribusi Poduksi Benang (kg)

Setiap kg Kokon di

Kabupaten Soppeng, Kab.

Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera….4

5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 4/13

  Homec

Wajo dan Kab. Enrekang

Propinsi Sulawesi Selatan

Pada Gambar 4 terlihat bahwa

dalam satu boks telur yang berisi rata-rata

25.000 butir mampu menghasilkan kokon

dengan kisaran antara 21,9 kg-29,2 kg. Hal

ini menunjukkan kisaran yang tidak terlalu

  jauh berbeda. Demikian pula produksi

  benang dimana dalam satu kg kokon

mampu menghasilkan benang dengan

kisaran antara 0,136-0,145kg. Hal ini juga

tidak terlalu menunjukkan perbedaan

kisaran yang mencolok.

TEKNIK PENGOLAHAN KOKONPADA BERBAGAI ALAT

PENGOKONAN

Hasil akhir dari pemeliharaan ulat

sutera adalah kokon. kokon tersebut

merupakan bahan baku yang menjadi

  benang sutera. Kokon yang berkualitas

  baik akan menghasilkan benang yang

  berkualitas baik. Sebalinya kokon yang

 berkualitas jelek akan menghasikan benang

  jelek. Kualitas kokon dari sangat

tergantung pada bibit ulat sutera yang

digunakan, kuantitas dan kulaitas pakan

yang diberikan, teknik pemeiharaan ula

sutera, sarana pemeiharaan yang

digunakan, serta penangaan pasca panen.

Hal ini yang menyebabkan kualitas kokon

yang dihasilkan petani ulat sutera di

Suawesi Selatan belum memadai kaena

  belum sepenuhnya memberikan perhatian

yang serius.

Perlakuan terhadap ulat sutera Instar -

V sampai mau mengokon harus selalu

diberi daun yang baik dan cukup serta

kotoran dan sampah yang ditimbulkan

harus dibuang serta Ulat yang sudah

matang jangan dibiarkan menumpuk terlalu

lama. Apabila jumlah ulat yang matang

sudah mencapai 80% maka alat

 pengokonan sudah dapat dipasang langsung

di atas ulat tersebut dan secara alami ulat

akan mengokon.

1. Alat Untuk Mengokon

Alat pengolahan kokon yang digunakan

oleh masyarakat petani ulat sutera di

Sulawesi Selatan tediri atas:

a. Mukade

5 Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera…

5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 5/13

  Homec

Mukade adalah alat pengokonan

kokon yang terbuat dari kawat dan daun

kelapa kering atau jerami yang dipuntir 

membentuk sikat tabung. Panjang dari alat

  pengokonan ini adalah 150 cm dan

diameter 30 cm. Metode pengokonan

dengan Mukade yaitu telur ula sutera

ditaburkan pada permukaan alat secara

merata dan telur-telur tersebut langsung

melekat. Kemudian alat ini dilipat dua dan

digantung secara vertical pada bamboo atau

  pada tali. Satu unit pengokonan mukade

dapat menampung sekitar 300 ekor ulat

sutera. Jadi dibutuhkan sekitar 60 unit

mukade untuk pemeiharaan satu boks telur.

 b. Seriframe

Seriframe adalah alat pengokonan

yang terbuat dari plastic yang dicetak 

sedemikain rupa membentuk empat persegi

 panjang seperti sarang. Satu unit seriframe

 berukuran 60 X 40 X 10 cm yang mampu

menampung sekitar 250-300 butir telur.

ibutuhkan sekitar 60 unit seriframe untuk 

  pemeiharaan satu boks telur. Cara

 penggunaan alat pengokonan ini yaitu alat

ini ditempatkan pada tempat datar yang

dialasi Koran kemudian ulat sutera yang

sudah matang ditaburkan secara merata.

c. Rotary

Rotary adalah alat pengokonan yang

terbuat dari karton yang tersusun sejajar 

dengan bingkai kayu atau bingkai besi.

Bentuk alat pengokonan ini merupakan

susunan kotak-kotak denga ukuran 3 X 4 X

3 cm. Satu set terdiri atas 10 unit. Satu

unit terdiri atas 12 kotak. Jumlah rotary

yang dibutuhkan untuk pemelihara telur 

ulat sutera sebanyak satu oks adalah 10 set.

Cara penggunaan alat ini adalah ulat sutera

yang sudah matang ditaburkan pada

  permukaan karton kemudian karton

tersebut disusun pada bingkainya secara

mendatar.

d. Bambu

Alat pengokonan yang terbuat dari

 bambu yang dianyam membentuk seperti

sisir dengan ukuran 50 X 70 cm atau

disesuaikan dengan keadaan yang

diingnkan. Satu unit pengokonan dari alat

ini dapat menampung 200-250 ekor uat

Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera….6

5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 6/13

  Homec

sutera. Jadi dibutuhkan seitar 80 buah alat

 pengokonan bamboo untuk pemeliharaan

satu boks ulat sutera. Cara penggunaan

dari alat ini adalah dengan menaburkan ulat

yang sudah matang pada permukaan alat

secara meintang. Kemudian alat tersebut

digantung setelah ulat melekat.

e. Hyakunen

Hyakunen adalah pengokonan yang

terbuat dari plastik yang dicetak sedemikian

rupa yang membentuk seperti harmonika.

Satu unit berukuran 70 X 80 cm yang dapat

menampung sebanyak 250 ekor. Dalam

  pemeiharaan satu boks telur ulat sutera

dibutuhkan hyakunen sebanyak 80 buah.

Dari hasil pengamatan di lapangan

serta hasil wawancara dengan petani ulat

sutera dan petugas Balai Persuteraan Alam

Sulawesi Selatan bahwa produksi kokon,

 berat kokon, dan panjang serat pada lima

  jenis alat pengokonan ditampilkan pada

Gambar 6

Gambar 6. Produksi Kokon (kg) Setiap

Jenis Alat Pengokonan di

Sentra Produksi Benang

Sutera Kabupaten Wajo.

Gambar 7. Berat Kokon (kg) Setiap Jenis

Alat Pengokonan di Sentra

Produksi Benang Sutera

Kabupaten Wajo.

Gambar 8  Panjang Serat (m) Setiap Jenis

Alat Pengokonan di Sentra

Produksi Benang Sutera

Kabupaten Wajo.

7 Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera…

5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 7/13

  Homec

Pada Gambar 8 terlihat bahwa alat

 pengokonan hyakunen yang merupakan alat

yang menghasilkan kokon besar dengan

serat yang lebih panjang. Kokon dari hasil

  pemeiharaan ulat F1 pada umumnya

  berbentuk seperti bulat telur, berwarna

 putih. Kokon terdiri atas kulit kokon, pupa

dan sisa kulit pupa. Kokon dipanen setelah

5 hari sejak ulat membuat kokon.

PEMANENAN KOKON

Panen kokon sudah bisa dilakukan

  jika kondisi  pupanya sudah keras, yaitu

dilakukan 5-6 hari dari mulai ulat

mengokon. Pemanenan kokon sebaiknya

dilakukan tidak terlalu cepat atau terlalu

lambat. Kalau terlalu cepat  pupa mudah

  pecah dan mengakibatkan kokon kotor di

dalam, tetapi kalau terlalu lambat pupa

akan segera menjadi kupu-kupu. Panen

kokon akan mempengaruhi kualitas kokon

Oleh karena itu sebaiknya panen dilakukan

 pada hari ke 5 atau ke 6 sejak ulat membuat

kokon. Sebelum panen dimulai, ulat yang

mati, ulat yang tidak membuat kokon,

kokon yang kotor pada alat pengokonan

diambil lebih dulu dan dibuang (dibakar).

Pada waktu panen kokon segera

dibersihkan dari  flossnya, kemudian

diadakan seleksi kokon, dimana kokon

yang baik dipisahkan dari kokon yang tidak 

 baik 

Tanda-tanda kokon siap untuk dipanen

adalah sebagai berikut:

a. Kokon berbunyi bila digoyangkan

 b. Pupa yang berada dalam kkon

 berwarna coklat.

c. Kokon yang baik adalah bentuk 

kokon normal, warna putih dan

 bersih, kulit kokon terasa keras bila

ditekan, permukaan kulit kokon

tidak cacat

Kokon yang cacat adalah berbentuk tidak 

normal, bagian luar dan bagian dalam

kokon kotor, kokon berkulit tipis, ujung

kokon berlubang.

Penanganan kokon Setelah kokon

dipanen maka dilakukan  flossing  atau

  pengambilan serat-serat yang ada pada

  permukaan kulit kokon. Dengan tujuan

agar kokon kelihatan bentuk aslinya,

Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera….8

5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 8/13

  Homec

memudahkan dalam pemilihan kokon, dan

mengurangi kelembaban pada kulit kokon.

Pengeringan kokon untuk mematikan pupa,

mengurangi kadar air, mencegah keluarnya

kupu-kupu, mencegah tumbuhnya jamur,

dan kokon dapat disimpan lebih lama.

Setelah kering maka kkon akan

disimpan pada tempat yang baik dengan

 persyaratan antara lain kokon harus kering,

kokon yang disimpan harus kokon baik,

tempat penyimpanan harus terhindar dari

gangguan semut, tikus dan hama lainya,

sirkulasi udara dalam ruangan

  penyimpanan harus lancar. Selama

 penyimpanan, kokon harus sering diperika

untuk mengecek adanya gangguan hama.

Sewaktu-waktu dilakukan penjemuran

untuk menghindari kelembaban.

Produksi kokon yang dihasilkan petani

adalah 14-45 kg per boks telur. Jumlah

kokon yang dihasilkan dari telur Perum

Perhutani dan dari masyarakat disajika pada

Tabel 8.

Tabel 1 Perbandingan Tingkat Produksi

Kokon Berdasarkan Sumber 

Telur Antara Perum Perhutanidengan Masyarakat.

No Sumber Telur Produksi Kokon Per

Boks Telur

Terendah Tertinggi

1. F1 poduksi

KSPA Perum

Perhutani

18 kg 40 kg

2. Telur Buatan

masyarakat

12 kg 20 kg

Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan,

2009.

Permasalahan yang dihadapi dalam

 pemeliharaan ulat sutera di Sulawesi

Selatan antara lain:

1. Produksi

kokon umumnya masih rendah karena

  pemeliharaan ulat sutera yang

dilakukan oleh petani masih seadanya

dan belum sepenuhnya mengikuti

standar teknis yang dianjurkan.

2. Harga kokon

di pasaran ditentukan oleh pedagang

dan tidak ada daya jual oleh petani

sehingga tidak ada transaksi pasar yang

 jelas akibatnya harga kokon di pasaran

  berfluktuasi dan belum terjadinya

standarisasi mutu.

1. Proses Pemintalan

Pemintalan adalah suatu proses

 penarikan filament dari kokon dan digulung

9 Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera…

5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 9/13

  Homec

(reeled ) pada kincir. Kegiatan usaha ini

merupakan mata rantai dari kegiatan

 sericulture (budidaya murbei dan

  pemeliharaan ulat) serta kegiatan

  berikutnya yang disebut manufacture.

Proses-proses pada pemintalan meliputi

tahapan sebagai berikut :

a. Perebusan Kokon

Perebusan kokon bertujuan untuk 

melarutkan sericin sehingga serat kokon

mudah terurai. Kokon yang sudah

masak akan tenggelam dalam air, warna

kokon menjadi keruh tidak 

  putih. Sistem pemasakan dengan

dengan panci terbuka (open pan

coocing ) sangat cocok untuk  

multivoltine kokon yang sudah

dikeringkan. Pemanasan kokon dengan

  panas uap air, karena uap air dapat

melepaskan lapisan-lapisan kokon.

  b. Pengeringan

Proses pengeringan bisa dilakukan

dengan cara menjemur atau

memanaskan kokon dalam oven

sebelum dilakukan reeling menjadi

  benang. Tujuan dari pengeringan

adalah untuk mematikan ulat ( pupa) di

dalam kokon agar kokon dapat

disimpan lama (1 bulan). Kokon yang

tidak dikeringkan r hanya bisa bertahan

1 minggu. Proses pengeringan ini

dilakukan selama masa 2-2½ jam

sebelum proses reeling menjadi benang.

Selanjutnya kokon yang baik 

dipisahkan dengan kokon yang jelek 

sebelum disimpan. Kokon yang baik 

diletakkan pada bakibaki dalam rak 

yang terbuat dari kawat ayakan. Mutu

kokon tidak akan rusak selama 15 hari

 penyimpanan sebelum reeling .

c. Reeling

Proses reeling adalah proses pemintalan

 benang sutera dari beberapa serat kokon

atau menarik  filamen dan memintalnya

dari beberapa kokon (5-10 kokon atau

lebih) menjadi satu benang tunggal

yang terdiri dari 5-10  filamen atau

lebih. Beberapa Tahap dalam reeling

antara ain: Kokon yang telah masak 

dicari ujung seratnya, kokon

Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera….10

5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 10/13

  Homec

dipindahkan ke bak reeling, tiap 10-20

kokon dipintal menjadi 1 benang. Alat

reeling  dilengkapi dengan alat

  pemasakan kokon (boilling up) guna

memudahkan memperoleh ujung-ujung

 filamen dari kokon yang kemudian

ditarik atau dipintal bersama (reeling ).

Suhu air panas untuk pemasakan kokon

adalah 70-80oC.

 

d. Re-reeling

Re-reeling adalah proses penggulungan

kembali dari haspel ke gulungan yang

lebih besar untuk mendapatkan benang

dengan panjang dan berat yang sama

sehingga memudahkan untuk diukel.

Benang sutera mentah hasil proses

reeling masih mempunyai kelemahan

yaitu mudah putus dan tidak rata.

Proses re-reeling  (penggulungan

kembali) dilakukan agar hasil benang

sutera menjadi lebih kuat dan lebih rata.

Output dari proses ini sudah dapat

dijual atau diproses lebih lanjut agar 

dapat menjadi benang tenun yang

diinginkan.

d. Penggandaan Benang (Winding dan

 Doubling )

Penggandaan Benang (Winding)

dipergunakan untuk memperoleh benang

sutera berbentuk kelos atau bobin

dengan panjang benang yang diinginkan

untuk dikerjakan lebih lanjut. Hasilnya

  benang menjadi lebih rata. Selanjutnya

dapat dilakukan proses doubling 

(penggandaan) agar diperoleh benang

rangkap (double) dari dua atau lebih

 benang.

i. Penggintiran (Twisting )

Penggintiran  untuk memperoleh benang

yang lebih kuat. Hasilnya adalah benang

twist  atau inci dalam bentuk  bobin,

untuk selanjutnya dikerjakan dalam

11 Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera…

5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 11/13

  Homec

 pabrik tenun atau rajut. Untuk menguji

nomor benang sutera yang dihasilkan

atau pengendalian mutu produksi.

f. Menghilangkan Serisin ( Degumming)

 Degumming  atau  soaking adalah proses

untuk menghilangkan zat atau lapisan

 serisin  pada  filamen. Dikerjakan dalam

larutan sabun atau soda abu pada

temperatur 90-95oC selama setengah

  jam. Sehingga dapat menghilangkan

serisin dan menghasilkan benang sutera

yang lemas, putih dan mengkilap.

Hasilnya disebut sutera degummed yang

dipersiapkan untuk menghasilkan tekstil

sutera berwarna.

g. Pengeringan Benang

Benang yang masih basah pada

rereeling perlu dikeringkan dengan cara

dijemur di bawah sinar matahari dan

diangin-anginkan sehingga benang

kering.

h. Ukel Benang

Benang diukel sehingga berbentuk 

ukelan (skein) untuk memudahkan

  packing. Beberapa ukel (skein)

dikumpulkan menjadi berat tertentu

sehingga memudahkan untuk

dikemas.

i. Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu meliputi

  pemeriksaan tegangan rata-rata,

kesadahan dan pH air. Setelah reeling

 benang sutera mentah yang dihasilkan

harus diperiksa nomor denier nya, yaitu

kekuatannya sehingga dapat diatur 

kembali system reeling nya.

 j. Packing Benang

Setelah mengalami proses maka benang

sutera yang dihasilkan dari reeling dan

re-reeling serta setelah di twisting siap

digunakan untuk kegiatan pertenunan.

Daerah pertenunan kain sutera antara

lain di Sopeng, Enrekang, Wajo,

Sidrap. Kebutuhan benang sutera untuk 

Sulawesi Selatan adalah sebanyak 1100

kg pada tahun 2009.

k. Mesin dan Perlengkapan Pemintalan

Benang

Mesin utama dalam proses pengolahan

  benang sutera, adalah mesin reeling.

Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera….12

5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 12/13

  Homec

Spesifikasi terbaik mesin ini tergantung

dari beberapa faktor seperti : kapasitas

  produksi, kualitas kokon, sistem

  penyuapan atau pengambilan ujung,

sistem kecepatan pengambilan ujung

dan penggulungan filamen serta

keterampilan operator.

Mesin reeling  yang digunakan dalam

industri pemintalan benang sutera dapat

digolongkan :

•   Reeling Tradisional , yang dibuat

oleh pengrajin setempat dan

menghasilkan benang kasar 

(nomor besar)

•  Reeling Mekanis, yang dibuat oleh

 pengusaha industri kecil.

•   Reeling otomatis, yaitu mesin

dengan teknologi maju yang

  berkecepatan tinggi guna

mengolah kokon yang bermutu.

Diperoleh dari impor 

Mesin dan perlengkapan lain yang

diperlukan dalam pemintalan benang

adalah

▫ Mesin Re-reeling 

▫ Mesin Doubling/Twisting,

▫  Dryer  dan Sentrifuge/Ekstraktor 

untuk pengeringan benang

▫ Mesin kelos (Winding )

▫ Gudang penyimpan kokon dan

  benang serta perlengkapan

 penunjangnya.

KESIMPULAN

Industri benang sutera nasional

membutuhkan sekitar 3300 ton kokon

  basah setiap tahun, sementara kemampuan

 produksi kokon nasional hanya sekitar 400

ton/tahun sehingga untuk memenuhi

kebutuhan tersebut usaha industri masih

melakan inpor dari Negara penghasil sutra

seperti Negara Cina, Usbekistan dan

Vietnam

Kurangnya dan rendahnya kualitas

kokon yang dihasilkan oleh petani sutra

diakibatkan oleh cara penangan

  pemeliharaan ulat sutera yang belum

memenuhi standar sementara kokon

tersebut merupakan bahan baku yang

menjadi benang sutera. Kokon yang

13 Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera…

5/14/2018 Kurniati 04 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kurniati-04 13/13

  Homec

  berkualitas baik akan menghasilkan

 benang yang berkualitas baik.

Ada lima macam alat pengokonan

yang biasa digunakan oleh petani sutra di

Sulawesi Selatan yaitu seriframe, bambu,

hyakunen, rotary dan mukade. Darii alat

tersebut kokon yang dihasilkan yakni

seriframe 29 gram dengan berat 1,88

gr/butir, bambu 29 gr dengan berat

1,88/butir, hyakunen 30 gr dengan berat 1,9

gr/butir, rotary 30 gr dengan 1,92 gr/butir 

dan mukade 28 gr 

Pemintalan benang sebagian besar 

masih menggunakan alat tradisional

mengakibatkan benang yang dihasilkan

mempunyai kualitas yang rendah karena

  belum tersedianya mesin pemintalan

modern yang dapat menghasilkan benang

sutera berkualitas tinggi sebaliknya mesin

  pemintalan semi otomatis/otomatis yang

ada tidak berjalan secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, St. Arifah, Surisni. 2000. Tenunan

Sarung Sutera Khas Mandar.

Kabupaten polmas. Bagian Proyek 

Pembinaan Permuseuman Sulawesi

Selatan. 41 hal.

Anonim, 2008. Sutera Alam. Sumber:

www.tasikmalayakab.go.id .

Diakses tanggal 30 December,

2008.

Anonim, 2008. Mengelus kehalusan sutera

alam. Sumber: www.aher-

 partners.com. Diakses . 30

December, 2008.

Departemen Kehutanan. 2007. “Potret

Terkini Industri Persuteraan Alam

Sulawesi Selatan; Kendala dan

Peluang Pengembangan” .

Workshop “Mencari Format BaruPengembangan Industri Persuteraan

Alam dan Upaya Menjadikan

Sulawesi Selatan Sebagai Pusat

Industri Nasional”. 28 Pebruari

2007 di Makassar. Pp 9.

http://www.bpa-sulsel.net/index.

diakses tanggal 27 Desember 2008.

Palomo-Lovinski., N . 2008. ExtensibleDress. The Future of Digital

Clothing. Clothing and Textiles

 Research Journal , Vol. 26, No. 2,

119-130.

St. Aisyah, Kurniati, Asiani Abu: 2009.

Teknik Produksi Massal Benang

Sutera, Modernisasi Motif dan

Diversikasi Busana Sutera di

Sulawesi Selatan.  Penelitian.

Jurusan PKK FT UNM: Makassar 

 

Teknik Pengolahan Kokon menjadi Benang Sutera….14