lakip 2019...laporan kinerja tahun 2019. tujuan penyusunan laporan kinerja ini merupakan bentuk...
TRANSCRIPT
1
DINAS KESEHATAN
PROVINSI MALUKU UTARA
LAPORAN
AKUNTABILITAS
KINERJA
INSTANSI
PEMERINTAH
LAKIP 2019
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin dan
perkenaan-Nya Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara dapat menyelesaikan dan menyajikan
Laporan Kinerja Tahun 2019.
Tujuan penyusunan laporan kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban
kinerja yang bermanfaat selain sebagai amanah dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi
Pemerintah yang termuat dalam Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan mengacu pada petunjuk teknis perjanjian
kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara reviu instansi pemerintah yang termuat dalam
PERMENPAN No. 53 Tahun 2014, juga sebagai dokumen yang mencerminkan akuntabilitas
dan diharapkan memberikan gambaran capaian kinerja Dinas Kesehatan.
Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan telah dijabarkan dalam Rencana
Strategis (RENSTRA) Tahun 2014– 2019 dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan.
Untuk mengetahui dan mengukur sampai sejauh mana pelaksanaan Renstra, maka
dilaksanakan analisis capaian kinerja program dan kegiatan yang dilaporkan dalam bentuk
Laporan Kinerja tahun 2020 dan merupakan bahan evaluasi dalam rangka meningkatkan
kinerja aparatur khususnya kinerja Dinas Kesehatan. Penyusunan laporan ini telah
dilaksanakan secara maksimal, namun disadari masih terdapat kekurangan baik dari aspek
teknis penulisan maupun isi laporan, sehingga diperlukan koreksi dalam rangka perbaikan
laporan dimasa depan.
Apresiasi dan terima kasih kepada seluruh Bidang, Seksi, Program, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota yang telah bekerja secara maksimal dengan berbagai tantangan yang
dihadapi guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik diseluruh wilayah
Maluku Utara dalam mewujudkan Masyarakat Maluku Utara yang sehat mandiri dan
Berkeadilan.
Sofifi, Maret 2020
Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Maluku Utara
dr. Idhar Sidi Umar, M. Kes
NIP 19650208 199509 1 001
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
1. BAB I PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum.. ...................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan ..................................................................... 4
C. Visi, Misi dan Strategi Organisasi .................................................. 4
D. Gambaran Umum Organisasi ........................................................ 7
E. Isu Strategis ............................................................................... 11
F. Sistimatika Penulisan ................................................................... 19
2. BAB II PERENCANAAN KINERJA
A. Perjanjian Kinerja ......................................................................... 21
B. Indikator Kinerja .......................................................................... 21
3. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja ........................................................................... 25
a.1. Capaian Kinerja Organisasia .................................................. 25
a.2. Capaian Indikator Kinerja Sesuai Tugas Pokok ........................ 39
B. Realisasi Anggaran ...................................................................... 58
4. BAB IV P E N U T U P ....................................................................... 65
LAMPIRAN
1
BAB I PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM
Good governance merupakan syarat awal bagi setiap pemerintahan untuk
mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan pembangunan.
Sehubungan dengan itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem
pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur sehingga penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna,
berhasil guna dan bertangunggjawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Untuk mewujudkan good governance tersebut maka pemerintah
mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SAKIP) yang diikuti oleh Permenpan 53 tahun
2014 tentang petunjuk teknis perjanjian kinerja pelaporan kinerja dan tata cara
reviu atau atas laporan kinerja instansi pemerintah.
Regulasi tersebut mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan untuk mempertanggungjwabkan pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan
suatu perencanaan strategis yang ditetapkan oleh masing–masing instansi.
Pertanggungjawaban dimaksud berupa laporan yang disampaikan kepada atasan
masing–masing, laporan tersebut menggambarkan kinerja instansi pemerintah
yang bersangkutan melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja instansi Pemerintah
(SAKIP).
Salah satu bidang pembangunan yang menyangkut pelayanan wajib dasar
adalah pembangungan dibidang kesehatan. Hakekat pembangunan kesehatan
adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi -tingginya bagi
2
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial
dan ekonomis.
Keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan dalam rangka mencapai
misi organisasi secara terukur sesuai dengan target kinerja yang telah di tetapkan
dan dilaporkan merupakan akuntabilitas kinerja. Akuntabilitas adalah salah satu
tonggak penting era reformasi. Undang–undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas KKN menyatakan akuntabilitas
ini menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggaraan negara harus dapat dipertangunggjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang– undangan yang berlaku.
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan
fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintahan atau penggunaan
anggaran. Penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi
serta pengungkapan secara menandai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan memberikan gambaran pencapaian kinerja
Dinas Kesehatan dalam satu tahun anggaran beserta capaian hasil indikator
kinerja dari masing-masing bidang dalam lingkup DInas Kesehatan Provinsi
Maluku Utara yang merupakan tolok ukur keberhasilan dalam pelaksanaan
program kebijakan dan pengembangan kesehatan masyarakat.
Dalam pelayanan di bidang kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Maluku
Utara mempunyai peraturan perundangan yang menjadi acuan bagi pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan yaitu :
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, tambahan lembaran negara RI
Nomor 5063)
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2014
Nomor 244, tambahan lembaran negara RI Nomor 5587)
3
3. Undang – undang Nomor 5 Tahun 2014, tentang Aparatur Sipil Negara
Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2014 Nomor 6 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494)
4. Undang – undang Nomor 18 Tahun 2014, tentang Kesehatan Jiwa
5. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (GERMAS).
6. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016, Tentang Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114 tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887)
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2016 tentang
pedoman Teknis pengorganisasian Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten
Kota (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22)
10. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2017 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2018
tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal
12. Permenkes No.49 tahun 2016 tentang Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga
13. Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2019 tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan (Diundangkan pada Berita Negara RI Tahun 2019
Nomor 68)
15. Peraturan Gubernur Provinsi Maluku Utara Nomor 38 Tahun 2016 tentang
kedudukan dan susunan tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Maluku
Utara
4
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Penyusunan Laporan Kinerja ini merupakan bentuk pertangungjawaban
kinerja pada tahun 2019 dalam mencapai target dan sasaran program seperti yang
tertuang dalam rencana strategis dan ditetapkan dalam Penetapan Kinerja oleh
pejabat yang berwenang untuk memberikan informasi kinerja yang telah dan
seharusnya tercapai sebagai upaya yang telah dilakukan selama tahun anggaran.
C. VISI, MISI DAN STRATEGI ORGANISASI
1. Visi dan Misi
Dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara tahun
2014-2019 hasil revisi yang disusun berdasarkan revisi RPJMD Provinsi Maluku
Utara tahun 2019 yang ditetapkan dalam Peraturan Daera (PERDA) Nomor 02
tahu5 tentang RPJMD Provinsi Maluku Utara 2014- 2019 bahwa visi Dinas
Kesehatan adalah ”Masyarakat yang Sehat dan Mandiri”. Visi yang di
maksudkan bahwa setiap penduduk mampu berpikir, bersikap dan bertindak
kreatif dalam mengatasi masalah kesehatannya dengan mengakses pelayanan
kesehatan atas kesadaran diri sendiri, bahkan diharapkan mampu
mempengaruhi lingkungannya untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi
pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah di tetapkan. Dengan
pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang
berkepentingan dapat mengetahui dan mengenal keberdaan dan peran instansi
pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan negara,sedangkan untuk
mewujudkan visi Dinas Kesehatan tersebut dilakukan melalui beberapa misi
yaitu:
1. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang merata dan berkeadilan
2. Menggerakkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
5
2. Tujuan
Tujuan adalah pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk
mencapai misi, melaksanakan misi dengan menjawab isu strategis daerah dan
permasalahan pembangunan daerah. Sesuai misi Renstra Dinas Kesehatan
terdapat dua tujuan Dinas Kesehatan yaitu:
1) Terwujudnya upaya pelayanan kesehatan promotive, preventif, kuratif dan
rehabilitative untuk mendukung derajat kesehatan masyarakat
2) Terciptanya budaya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Rumusan tujuan dan sasaran merupakan dasar dalam menyusun pilihan–
pilihan, strategis pembangunan dan sarana untuk mengevaluasi pilihan
tersebut. Sasaran adalah hasil yang di harapkan dari suatu tujuan yang di
formulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional untuk dapat
dilaksanakan dalam jangka waktu 5 tahun kedepan. Untuk mewujudkan
pemeritahan yang efektif, transparan dan akuntabilitas serta berorientasi pada
hasil, sebagaimana yang telah di tetapkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJMD) Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 – 2019.
Keterkaitan antara visi, misi tujuan dan sasaran Dinas Kesehatan diuraikan
pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1
Keterkaitan Visi Misi Tujuan dan Sasaran
Misi Tujuan Sasaran Indikator Sasaran
Mewujudkan
pelayanan
kesehatan
yang merata
dan
berkeadilan
Terwujudnya upaya
pelayanan kesehatan
promotive, preventif,
kuratif dan rehabilitative
untuk mendukung derajat
kesehatan masyarakat
Meningkatkannya
pelayanan
kesehatan dasar
dan rujukan
1. Angka
Kematian Ibu
2. Angka
Kematian bayi
3. Prevalensi
Balita Gizi
Buruk.
6
a) Sasaran
Untuk meuwjudkan visi dan misi maka ditetapkan sasaran strategis Dinas
Kesehatan Provinsi Maluku Utara yang di gunakan untuk perbaikan dan
peningkatan akuntabilitas kinerja. Sasaran strategis yang merupakan
penjabaran Indikator Kinerja Utama (IKU) adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat
2. Meningkatnya pengendalian penyakit menular dan tidak menular
3. Meningkatnya pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan
4. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam upaya penyehatan
masyarakat
b) Kebijakan, Strategi dan Program
Strategi dan arah kebijakan dalam mencapai dan sasaran dalam rangka
pencapaian visi misi yang diuraikan dalam tujuan dan sasaran, penyusunan
strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah menjadi bagian penting yang
tidak terpisahkan. Strategi adalah langkah–langkah berisikan program–
program indikatif untuk mewujudkan visi misi sementara kebijakan adalah arah
atau tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah untuk mencapai tujuan.
Sehubungan dengan hal tersebut Dinas Kesehatan merumuskan strategi dan
arah kebijakan perencanaan pembangunan daerah secara komprehensif untuk
mencapai tujuan dan sasaran Renstra dengan efektif dan efisein sebagai
berikut:
Tabel 1.2
Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan
Misi Tujuan Strategi Arah Kebijakan
Membangun
masyarakat
Maluku Utara
yang berkualitas
dan mandiri
Mewujudkan
Masyarakat Maluku
Utara yang
berkualitas dan
berdaya saing
Meningkatkan
Derajat Kesehatan
Masyarakat
1. Penguatan Pelayanan
Kesehatan
2. Penerapan Pendekatan
Keberlanjutan pelayanan
(continuum of care)
3. Intervensi berbasis resiko
Kesehatan
7
Dengan mengacu pada sejumlah kebijakan tersebut diatas maka jabarkan
dengan berbagai program dan kegiatan. Program operasional yang dimaksud
merupakan proses penentuan atau penjabaran suatu kebijakan dalam rangka
pelaksanaan suatu rencana. Program Dinas Kesehatan terdiri atas :
1. Peningkatan Keselamatan Ibu dan Anak
2. Peningkatan Pelayanan Kesehatan anak balita
3. Perbaikan Gizi Masyarakat
4. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
5. Upaya Kesehatan Masyarakat
6. Obat dan Perbekalan Kesehatan
7. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
8. Standarisasi Pelayanan Kesehatan
9. Peningkatan Pencegahan Penyakit Tidak Menular
10. Pengembangan lingkungan sehat
11. Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
D. GAMBARAN UMUM ORGANISASI
1. Tugas Pokok dan Fungsi
Sebagaimana tertera dalam Peraturan Gubernur Provinsi Maluku Utara
Nomor 38 Tahun 2016 tentang kedudukan dan susunan tugas dan fungsi Dinas
Kesehatan Provinsi Maluku Utara bahwa Dinas Kesehatan merupakan unsur
pelaksana Urusan Wajib Pemerintahan dibidang kesehatan. Dinas Kesehatan
dipimpin oleh Kepala Dinas Kesehatan, berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah Provinsi,
mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan dibidang Kesehatan
yang ditugaskan kepada Daerah. Susunan Organisasi Dinas Kesehatan secara
garis besar terdiri atas 4 bidang dengan masing-masing bidang terdiri atas 3
seksi serta sekretariat yang juga terdiri atas 3 subag dengan uraian tugas dan
fungsi sebagaimana terlampir.
8
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat
a. Subbag Umum dan Kepegawaian
b. Subbag Perencanaan dan Program
c. Subbag Keuangan dan Barang Milik Daerah
3. Bidang Kesehatan Masyarakat
a. Seksi Kesehatan Masyarakat dan Gizi
b. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat
c. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga
4. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
a. Seksi Surveilans dan Imunisasi
b. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
c. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan
Penyakit Jiwa
5. Bidang Pelayanan Kesehatan
a. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer
b. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
c. Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional
6. Bidang Sumber Daya Kesehatan
a. Seksi Kefarmasian
b. Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
c. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan
7. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
8. Kelompok Jabatan Fungsional
2. Sumber Daya
Sumber daya yang dimiliki Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya terdiri atas sumber daya manusia
serta asset. Berikut adalah gambaran sumber daya manusia pada Dinas
Kesehatan sebagai salah satu input dalam pelaksanaan tugas;
9
Tabel 1.3
Data Pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2019 Berdasarkan Jabatan Struktural
Sumber: Subag Umum dan Kepegawaian, Tahun 2019
Tabel 1.4
Data Pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2019
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber: Subag Umum dan Kepegawaian, Tahun 2019
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Maluku Utara Nomor 38 Tahun
2016 tentang Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara,dan
Peraturan Gubernur Nomor 37 tahun 2017 tentang pembentukan ,kedudukan
dan susunan organisasi unit pelaksanan teknis daerah (UPTD) Laboratorium
Kesehatan pada Dinas Kesehatan Propinsi Maluku Utara mempunyai Struktur
Organisasi dengan susunan sebagai berikut :
No. JabatanStruktural Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Eselon 2 1 0 1
2. Eselon 3 1 3 4
3. Eselon 4 4 11 15
4. Jabatan Fungsional Umum 42 94 156
NO. Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Magister 9 17 26
2. Sarjana 24 73 97
3. Diploma 8 12 18
4. SMA/SPK/SMK 6 6 12
5. SMP 1 0 1
TOTAL 48 108 156
10
Gambar 1.1
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara
RS SOFIFI
UPT LABKESDA
KEPALA DINAS
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SUBAG KEUANGAN DAN BMD
SUBAG PERENCANAAN DAN
PROGRAM
SUBAG UMUM &
KEPEGAWAIAN
SEKRETARIAT
BIDANG BINA PELAYANAN KESEHATAN
Seksi Yankes Primer
Seksi Yankes
Rujukan
Seksi Yankes Tradisional
BIDANG PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT
Seksi Pencegahan dan Pengendalian
Menular
Seksi Surveilans &
Imunisasi
Seksi PTM dan
Keswa
BIDANG SUMBER DAYA
KESEHATAN
Seksi Kefarmasian
Seksi Alat Kesehatan dan PKRT
Seksi Sumber Daya Manusia
RS Jiwa
BIDANG KESEHATAN
MASYARAKAT
Seksi Promkes&PemberdayaanMasyarakat
Seksi Kesmasy dan Gizi
Seksi Kesling dan Kesja Or
11
E. ISU STRATEGIS
Potensi dan permasalahan termasuk isu strategis dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan di Maluku Utara akan menjadi input dalam mementukan
arah dan kebijakan strategis Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara.
Saat ini akses ibu hamil, bersalin dan nifas terhadap pelayanan kesehatan
cenderung membaik, akan tetapi Angka Kematian Ibu dan Anak masih cukup
tinggi. Kondisi ini kemungkinan disebabkan antara lain karena kualitas kesehatan
ibu hamil dan bersalin yang belum memadai, kondisi ibu hamil dengan komplikasi
dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu antara lain
hipertensi kehamilan, perdarahan post partum, serta penyabab lainnya. Penyebab
ini dapat diminimalisir dengan peningkatan kualitas ANC (Ante Natal care).
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat anatar
lain anemia, penyakit tidak menular, malaria, serta penyebab lainnya.
Status gizi balita masih memerlukan perhatian penting terlihat dari masih
tingginya angka Balita Stunting. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak
balita (Bayi dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak
terlalu pendek untuk usianya.Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan
dan pada masa awal bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah
bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) n sangat pendek (saverely stunted)
adalah balita dengan Panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut
umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO – MGRS (Multicentre Growth
Reference Study) 2006. Penyebab stunting disebabkan oleh banyak factor multi
dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh factor gizi buruk yang dialami oleh ibu
hamil maupun balita. Factor penyebab Stunting di gambarkan sebagai berikut :
a) Praktek pengasuhan yang kurang bagus
b) Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC dan Post Natal
Care dan pemebrlajaran dini yang berkualitas.
c) Maih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi
d) Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
12
Maluku Utara menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius
terhadap kualitas Sumber daya Manusia (SDM) salah satu masalah gizi yang
menjadi perhatian utama saat ini adalah masih tingginya anak balita pendek
(Stunting). Hasil riset Kesehatan dasar tahun 2018 Prevalensi stunting di Maluku
Utara mencapai 30,4% sedangkan data E-PPGM Status Gizi TB/U (Stunting) 2019
15% hal ini berarti pertumbuhan yang tidak maksimal dialami oleh sekitar 7931
anak mengalami stunting.
Dalam bidang pengendalian penyakit, trend penyakit tidak menular tampak
menunjukkan peningkatan persentase puskesmas yang melaksanakan
pengendalian PTM Terpadu. Jumlah puskesmas yang telah melaksanakan minimal
tata laksana penyakit hipertensi dan DM atau telah melakukan pembinaan
posbindu PTM di wilayahnya, dapat dilihat pada berikut ini:
Sumber : Seksi Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tahun 2019
Disisi lain penyakit-penyakit menular masih menunjukkan prevalensi yang
masih tinggi. Persentase kasus TB yang tata laksana sesuai standar diantara
semua kasus TBC yang di obati dan dilaporkan ( grafik 1.2) . Tahun 2019 capaian
indikator persentase kasus TBC yang ditatalaksana sesuai standar adalah sebesar
94% dari target 79%. Trend cakupan penemuan dan pengobatan kasus TBC
selama 5 tahun (2015-2019) menunjukan adanya peningkatan yaitu tahun 2015
sebanyak 1,848 kasus ( 100%) tahun 2016 sebanyak 1,810 sebanyak 2,076 kasus
0100200300400500600
8115
72 459
9941 14
83 74
533
57,86 24,19 49,62 17,65 3,5586,25 51,56 21,88
100 80,5640,65
Grafik 1.1. Jumlah dan Capaian Posbindu PTM Provinsi Maluku Utara Tahun 2019
Jumlah Posbindu Capaian
13
(97%) tahun 2019 sebanyak 2,178 kasus (99%). Semakin meningkatnya
penemuan kasus TBC disertai dengan adanya perluasan jejaring DPM dan
penguatan survailans di rumah sakit dan klinik dengan melakukan penyisiran
kasus atau mopping up.
Sumber : Seksi Pengendalian Penyakit Menular Tahun 2019
Adapun hal – hal yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian target
kinerja program TBS sbb :
1. Adanya komitmen pemerintah daerah dalam program P2TBC,
2. Data penemuan dan pengobatan pada RS dan fasilitas kesehatan swasta
sebagaian besar telah terlaporkan dalam system pelaporan program TBC,
3. Keterlibatan kader kesehatan untuk program TB sudah berjalan denagn baik
di beberapa kab/ kota, Upaya skrining terduga TBC telah dilaksanakan dengan
adanya program PISPK dan beberapa kab/kota,
4. Perencanaan terpadu dan regulasi setiap jenjang untuk keberlangsungan
proram eliminasi TBC.
100 100
91
97
99
86
88
90
92
94
96
98
100
102
2015 2016 2017 2018 2019
Grafik 1.2. Persentase Kasus TB Yang Tata Laksana Sesuai Standar Diantara Semua Kasus TBC Yang Di Obati Dan Dilaporkan Tahun
2019
14
Adapaun kendala – kendala yang di hadapi dalam pelaksanaan
pengendalian TBC adalah sbb :
1. Kurangnya komiten pemerintah daerah (Provinsi & Kabupetan) dalam
mendukung program pengendalian TBC,
2. Pengobatan yang tidak tuntas sehingga resiko kematian semakin tinggi,
bebberapa fasilitas kesehatan tidak memberikan laporan hasil pengobatan
yang dijalani.
Rencana tindak lanjut yang perlu di lakukan adalah melakukan edukasi
kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat untuk memeriksakan diri sendini mungkin bila di temukan adanya
gejala- gejala awal TBC, Memperkuat jejaring internal dan eksternal fasilitas
kesehatan dalam penanganan pasien TBC, Memperkuat jejaring kemitraan
dengan lintas program,lintas sector, organisasi profesi agar memperoleh
dukungan dalam pelaksanaan program sesuai dengan tupoksi masing- masing.
Grafik 1.3. Presentase Kasus HIV Yang Diobati Tahun 2015-2019
Persentase kasus HIV yang diobati semua orang dengan positif HIV
dan masih dalam terapi pengobatan ARV. Setiap tahun terjadi peningkatan
jumlah kasus HIV yang diobati tapi tetap belum mencapai target yang di
tentukan, hal -hal yang mempengaruhi kegagalan pencapaian target kinerja
adalah; Akses terbatas ke layanan pengobatan HIV , baru 4 kabupaten kota yang
2015 2016 2017 2018 2019
Memenuhi syarat 493 685 837 989 1241
On ARV 99 150 234 325 454
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Jumlah Orang dengan HIV yang mendapat ARV dari ODHA yang memenuhi syarat ARV
37%
15
dapat melakukan pengobatan ARV, Tidak tersedia tenaga pendamping untuk
membantu kepatruhan minum obat pada mereka yang terinfeksi HIV, dan
pemahaman petugas dalam menjalankan pelayanan terbatas. Kinerja indicator
persentase kasus HIV yang diobati sebesar 72,73% Jika dibandingkan antara
kinerja dengan capaian realisasi anggaran layanan pencegahan dan
pengendalian penyakit HIV/ AIDS sebesar 98,30% yang berarti terdapat
efisiensi sumber pembiyaan sebesar 25-3. Kendala – kendala yang di hadapi
dalam pelaksanaan pengendalian HIV adalah
1. Masih terbatas layanan perawatan dukungan dan pengobatan ( DPD)
2. Keterlambatan petugas dalam melakukan pencatatan dan pelaporan
3. Tenaga penjangkau dan pendamping hanya tersediah di 2 kab/ kota dari
10 kab/kota yang ada.
4. Belum ada system validasi data secara rutin sehingga pelapran bulanan
dari layanan baik lapotran IMS, KT & PDP belum akurat
Pengendalian dan pencegahan penyakit tidak terlepas dari upaya
survelians dan imunisasi. Pada tahun 2019 secara umum capaian Imunisasi dasar
lengkap pada balita telah mencapai 93 %.
Sumber : Seksi Surveilens & Imunisasi Tahun 2019
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2017 2018 2019
92 92,5 93
76,3 77 76
Grafik 1.4. Persentase Imunisasi Dasar Lengkap Provinsi Maluku Utara Tahun 2017-2019
Target Persentase IDL
16
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit dan masalah kesehatan
tidak terlepas dari upaya kesehatan lingkungan dan promosi kesehatan serta
pemberdayaan masyarakat. Secara umum akses masyarakat terhadap sanitasi
sehat telah mulai membaik, tampak dari akses terhadap jamban dan air bersih
yaitu 73 % Upaya penyehatan lingkungan yang bersifat promotive, preventif
secara epidemiologi mampu memberikan kontribusi yang bermakna terhadap
kesehatan yaitu memberikan proteksi dan pencegahan terhadap resiko kejadian
penyakit yang berbasis lingkungan,apabila jangkauan programnya (aksebilitas)
memadai.
Pada tahun 2019 target Nasional indikator persentase TTU yang
memenuhi syarat kesehatan sebesar 58% dan target provinsi sebesar 95 %
sedangkan realisasi indicator Provinsi sebesar 67%. Itu berarti pada tahun 2019
realisasi indicator nasional yang ditetapkan, namun belum mencapai target
Provinsi. Data diatas menunjukan bahwa kabupaten kota yang cakupan TTU
memenuhi syarat paling rendah adalah kabupaten Halmahera Tengah hanya
49% dan yang paling tinggi di Kabupaten tinggi sebesar 92 % disusul kota
ternate 91%.
Target Kawasan Sehat sebesar 7 kab/ kota; Sedangkan realisasi
indikator tersebut sebesar 3 kab/ kota yaitu Kota Ternate, Kota Tidore dan Kab.
Halmahera Selatan atau sebesar 42,85%. Dari realisasi indikator tersebut belum
mencapai target indikator dengan capaian kinerja sebesar 90 %.
Lokus tatanan sehat meliputi Kabupaten/Kota Sehat, Pasar Sehat,
Pelabuhan/Bandara Sehat, Sekolah Sehat, Kantor Sehat. Kegiatannya tentu
meliputi pembinaan pada lokus-lokus yang tadi disebutkan, kesiapsiagaan dan
penanggulangan Bencana, serta kegiatan even-even khusus atau kesling
tertentu yang sebagian besar dari keseluruhan kegiatan tersebut berorientasi
pada pemberdayaan masyarakat. Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat
sendiri merupakan kegiatan pemerintah daerah yang ditujukan untuk
meningkatkan kondisi lingkungan di wilayahnya kearah yang lebih baik sehingga
masyarakatnya dapat hidup dengan aman, nyaman, bersih dan sehat.
Penyelenggaraan Kab/Kota Sehat adalah juga merupakan pelaksanaan berbagai
kegiatan dalam mewujudkan kab/kota sehat berbasis masyarakat yang
17
berkesinambungan, melalui forum yang difasilitasi oleh pemerintah kab/kota.
Kab/kota yang menyelenggarakan kawasan sehat adalah kab/kota yang
menyelenggarakan pendekatan Kab/Kota Sehat dengan membentuk Tim
Pembina dan Forum Kab/Kota Sehat yang menerapkan minimal 2 Tatanan dari
9 Tatanan Kawasan Sehat yaitu : (1). Kawasan Permukiman, Sarana, dan
Prasarana Umum (2). Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan
Transportasi (3). Kawasan Pertambangan Sehat (4). Kawasan Hutan Sehat (5).
Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat (6). Kawasan Pariwisata Sehat (7).
Ketahanan Pangan dan Gizi (8). Kehidupan Masyarakat yang Mandiri (9).
Kehidupan Sosial yang Sehat.
Pada umumnya pekerja di sektor informal kurang memiliki kesadaran
dan pengetahuan akan bahaya di lingkungan kerja, metoda kerja, lingkungan
tempat kerja yang memenuhi standar kesehatan dan keamanan bekerja. Pada
umumnya sifat pekerjaan informal hanya berdasarkan perintah dan perolehan
upah. Hubungan yang ada hanya sebatas majikan dan buruh (tenagakerja),
dengan minimnya perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Dimana
K3 merupakan salah satu bentuk perlindungan tenaga kerja di segala jenis
kegiatan usaha, baik formal maupun informal.
Pos UKK merupakan upaya pelayanan kesehatan kerja dasar bersumber
daya masyarakat dalam menjalankan kegiatannya meliputi upaya promotif,
preventif dan pengobatan sederhana yang bersifat pertolongan pertama pada
kecelakaan dan pertolongan pertama pada penyakit. Pembinaan Puskesmas
terhadap Pos UKK dilakukan dengan mengirim tenaga pendamping yang dating
secara berkala. Jika peran Pos UKK dapat dioptimalkan melalui pemberdayaan
masyarakat yang terhadap kesehatan, maka akan menjadi model bagi
perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan para pekerja sektor informal
yang selama ini memang belum ada.
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas
pekerja, Kementerian Kesehatan melalui Dinas Kesehatan dan Unit Pelaksana
Teknisnya, (Puskesmas) sebagai instansi pemerintah berkewajiban memberikan
pelayanan kesehatan pada masyarakat termasuk pekerja di sektor informal.
Upaya pelayanan kesehatan pada masyarakat pekerja di sektor informal melalui
18
pengembangan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat pekerja dalam bentuk
Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK). Sehubungan dengan hal tersebut diatas,
diperlukan peningkatan pengetahuan petugas dari setiap tingkatan untuk
mengetahui tugas dan tanggungjawab masing-masing dalam pembentukan dan
pembinaan Pos UKK.
Grafik 1.5.
Jumlah Pos UKK yang terbentuk di Wilayah Puskesmas Kab/kota
Tahun 2019
Pada Grafik diatas dapat disimpulkan bahwa masih ada Puskesmas yg
belum membentuk Pos UKK di wilayahnya sampai akhir tahun 2019. Adapun
Kabupaten yang paling banyak membentuk Pos UKK di Wilayah Puskesmas
adalah Kabupaten Halmahera Timur sebanyak 12 Pos UKK di susul Kota Tidore
Kepulauan sebnyak 10 Pos, sedangkan yang paling sidikit membentuk adalah
Kabupaten Halmahera Tengah hanya 1 Pos UKK.
Untuk Pembentukan Pos UKK di Wilayah TPI/PPI dari 10 Kabupaten
masing-masing Kab/Kota memiliki 1 PPI/TPi namun sampai dengan akhir tahun
2019 Jumlah Pos UKK yang terbentuk didaerah PPI/TPI adalah 1 Pos UKK binaan
Puskesmas Kalumata/Kota Ternate yang terbentuk sejak tahun 2016 dengan
nama Pos UKK “Cakalang” keanggotaannya terdiri dari penjual ikan , buruh pikul
es, dan nelayan, jumlah anggota 100 orang ,kegiatan yang dilakukan berupa
19
pemeriksaan kesehatan sebulan sekali dan Penyuluhan kesehatan oleh Tenaga
kesehatan dan pengelola Kesjaor Puskesmas Kalumata.
Melalui upaya promosi kesehatan telah dilakukan kampanye GERMAS
di seluruh kabupaten/kota, advokasi kebijakan sehat serta penggalangan
sectoral dalam mendukung kesehatan. Pada tahun 2019 dari 10 kabupaten/kota
telah mengeluarkan 18 kebijakan yang mendukung kesehatan dari 7
kabupatren/kota termasuk kebijakan tingkat provinsi. Pemberdayaan
masyarakat terlihat dari jumlah posyandu aktif serta desa siaga yang pada tahun
2019 Posyandu aktif mencapai 57,2% serta desa siaga mencapai 51,7%. Isu
strategis adalah permasalahan utama yang disepakati untuk dijadikan prioritas
penanganan, yaitu:
a. Peningkatan status kesehatan masyarakat dalam tahap kehidupan, mulai
dari bayi hingga lansia ( Continuum of Care )
b. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
c. Pencegahan penyakit menular maupun tidak menular
d. Gerakan Masyarakat SEHAT
e. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
f. Percepatan penurunan STUNTING
F. SISTEMATIKA
Sistematika penulisan laporan kinerja Dinas Kesehatan adalah sebagai
berikut :
a. Kata Pengantar
b. Daftar Isi
c. BAB I
Penjelasan umum organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara,
penjelasan aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic
issued) yang sedang dihadapi organisasi.
d. BAB II
Menjelaskan uraian ringkasan/ ikhtisar perjanjian kinerja Dinas Kesehatan
Provinsi Maluku Utara tahun 2019.
e. BAB III
Penyajian capaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara untuk
20
setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja organisasi, dengan melakukan beberapa hal sebagai
berikut: Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini;
Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi; Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau
peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan;
Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya; Analisis program/kegiatan
yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan
kinerja dan melakukan analisa realisasi anggaran.
f. BAB IV
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi
serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk
meningkatkan kinerjanya.
g. LAMPIRAN
Formulir PK : Pengukuran Kinerja
21
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara telah ditetapkan
dalam dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan
kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target
kinerja tertentu dengan didukung sumber daya yang tersedia. Terdapat dua
Perjanjian Kinerja yaitu Perjanjian Kinerja Eselon II dengan Gubernur serta
Perjanjian Kinerja antara Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara dengan
Eselon III/IV lingkup Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara
Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan menjadi kesepakatan yang
mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sebagai upaya
mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat Maluku
Utara. Perjanjian penetapan kinerja tahun 2019 yang telah ditandatangani oleh
Pejabat Eselon II dan IV lingkup Dinas Kesehatan provinsi Maluku Utara berisi
Indikator Kinerja Program sesuai Bidang dan Seksi terkait.
B. Indikator Kinerja
Dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
ditandai dengan menurunnya Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi, Angka
Kesakitan Akibat Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular, Persentase
Fasilitas kesehatan yang terakreditasi, serta meningkatnya dukungan kebijakan
kesehatan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
Indicator kinerja dalam pencapaian target tersebut adalah sebagai berikut:
1. Angka Kematian Ibu
2. Angka Kematian Bayi
3. Angka Kesakitan Akibat Penyakit Menular meliputi Prevalensi TB, API Malaria
dan Prevalensi HIV
4. Angka Kesakitan Akibat Penyakit Tidak Menular
5. Jumlah fasilitas kesehatan terakreditasi
6. Jumlah kabupaten/kota memiliki kebijakan kesehatan
7. Persentase keluarga ber PHBS.
22
1. Angka Kematian Ibu (AKI)
Menunjukkan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan. AKI
merupakan salah satu indikator yang sangat sensitive karena dipengaruhi
berbagai factor yang sangat kompleks Angka Kematian ibu ( AKI ) merupakan
salah satu indicator untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI
adalah resiko kematian ibu selama masa kehamilan,persalinan dan nifas atau
pengelolaannya tetapi bukan karna sebab- sebab lain seperti kecelakaan atau
terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Selain untuk menilai program
kesehatan ibu, indicator ini juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat,
karna sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan baik dari sisi
aksesibilitas maupun kualitas. Secara umum terjadi kecenderungan penurunan
kematian ibu selama lima tahun terakhir yaitu 2015 -2019 dari 297 menjadi 214
per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun terjadi kecenderungan penurunan
angka kematian ibu, namun belum mencapai target MDGs yang harus dicapai
yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2019 .
Angka kematian bayi secara umum merupakan indicator penting untuk
mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat kemajuan yang
dicapai dalam bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyebab
kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB dengan
demikian, seperti halnya pada angka kematian neonatal, angka kematian
menjadi tolok ukur yang sensitive dari semua upaya intervensi yang dilakukan
oleh pemerintah khususnya bidang kesehatan.Sebagaimana AKI, Angka
Kematian Bayi (AKB) juga merupakan indicator sensitive yang mencerminkan
tingkat pembangunan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat. Salah satu
upaya kesehatan anak yaitu melalui penerapan pendekatan pelayanan
kesehatan terintegrasi dan berkesinambungan (Continuum of care). Telah
menunjukan hasil baik terlihat dari angka kematian bayi dari tahun ke tahun
yang menunjukan penurunan.
23
Angka Kesakitan Akibat Penyakit menular pada Program P2 cukup banyak
namun pada indicator utama yang diwakilkan dengan penggambaran indiaktor
tiga jenis penyakit menular. pada tahun 2019 capaian indicator persentase
kasus malaria positif yang diobati sesuai standar adalah 100% Hal ini sdh
melewati target nasional 95%. Kinerja indicator persentase kasus positif
malaria yang diobati sesuia standar dari tahun ke tahun menunjukan trend
positif,hal ini dibuktikan dengan selalu naik capaian kinerja dari tahun 2015
sampai dengan tahun 2019.
Angka Kesakitan Akibat Penyakit Tidak Menular, yang digambarkan dari
persentasi desa yang memiliki Posbindu PTM. Keberadaan posbindu PTM di
suatu desa merupakan suatu upaya deteksi dini penyakit tidak menular pada
kelompok penduduk beresiko yang melibatkan peran serta masyarakat dengan
dukungan tenaga kesehatan.
Jumlah fasilitas kesehatan yang terakreditasi menggambarkan upaya
pemerintah untuk memenuhi hak dasar masyarakat melalui penyediaaan
pelayanan kesehatan yang bermutu, dari segi sarana maupun prasarana baik
pada pelayanan kesehatan primer maupun pelayanan kesehatan rujukan.
Jumlah kabupaten/kota yang memiliki kebijakan berwawasan kesehatan
menggambarkan komitmen pemerintah dalam mewujudkan derejat kesehatan
yang setinggi-tingginya dengan mengerahkan seluruh sumber daya daerah.
semakin banyak kebijakan yang berwawasan kesehatan menunjukkan
tingginya komitmen pemerintah dearah dalam pembangunan kesehatan.
Ketujuh indicator diatas merupakan agregat dari seluruh indicator kinerja
program, namun selain itu masih terdapat indicator pendukung utama lainnya
pada bidang dan seksi yang ada di Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara,
yang diharapkan memiliki daya ungkit dalam pencapaian program kesehatan.
24
Tabel 2.1
Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 -2019
No Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Kondisi
Awal
Target Kinerja Sasaran
Target
Akhir
Renstra
2015 2016 2017 2018 2019
1 Terwujudnya derajat kesehatan masyarakat melalui upaya
peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat
Meningkatnya status kesehatan
dan gizi masyarakat
Angka Kematian Ibu
Angka Kematian Bayi
330
20
306
13
306
13
306
13
306
13
306
13
306
13
2 Terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat melalui upaya
pengendalian Penyakit
Menular dan Tidak Menular
Meningkatnya
Pengendalian
Penyakit Menular
dan Tidak Menular
Angka Kesakitan Akibat Penyakit
Menular:
- Prevalensi TB
- API Malaria
- Prevalensi HIV
Angka Kesakitan Akibat Penyakit
Tidak Menular :
- Persentase Desa yang memiliki
posbindu PTM
82
<1 0
0.012
2,8
150
<1 0
<0.5
10%
153
<1 0
<0.5
20%
199
<1 0
<0.5
30%
231
<1 0
<0.5
40%
257
<1 0
<0.5
50%
257
<1 0
<0.5
50%
3 Meningkatnya
Pemerataan dan
Mutu Pelayanan
Kesehatan
fasilitas Kesehatan Terakreditasi:
- Puskesmas terakreditasi
- RS Pemerintah terakreditasi
0
0
0
1
6
2
20
3
58
10
59
10
143
20
4 Meningkatkan
peran serta
masyarakat dalam
upaya penyehatan
masyarakat
- Kab/kota yang memiliki
kebijakan berwawasan
kesehatan
- Persentase Keluarga
menerapkan PHBS
-
20
2
25
2
40
2
60
3
70
3
80
12
80
25
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja
A.1. Capaian Kinerja Organisasi
Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup
hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan
efisien. Diperlukan instrumen baru, pemerintahan yang baik (good governance)
untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Selain itu, budaya
organisasi turut mempengaruhi penerapan pemerintahan yang baik di
Indonesia. Pengukuran kinerja dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja
dilakukan dengan cara membandingkan target kinerja sebagaimana telah
ditetapkan dalam penetapan kinerja pada awal tahun anggaran dengan
realisasi kinerja yang telah dicapai pada akhir tahun anggaran.
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas
dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas
penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan
laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan
(disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja. Berikut
gambaran pencapaian indicator kinerja pada masing-masing bidang dan seksi
dilingkup Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara:
A.1. Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Sebagaimana telah ditetapkan dalam pencapaian tujuan dan sasaran Dinas
Kesehatan maka pencapaian IKU dapat digambarkan melalui pencapaian 7
indikator berikut:
1. Angka Kematian Ibu
Pada tahun 2019 Kematian ibu sebanyak 35 kasus kematian atau AKI
sebanyak 223 per 100.000 kelahiran hidup dimana terlihat kecenderungan
penurunan kematian dibanding tahun 2018 sebanyak 45 kasus kematian
atau AKI sebesar 214 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu terjadi
diseluruh kabupaten/kota dengan jumlah kematian ibu tertinggi terjadi di
26
Kabupaten Halmahera Selatan yaitu 9 kematian serta terendah di Kab.
Halmahera Tengah sebanyak 3 kematian ibu. Meskipun cenderung
menurun namun AKI di Maluku Utara masih cukup tinggi . Gambaran AKI
pada lima tahun terakhir disajikan pada gambar berikut:
Gambar diatas menunjukan masih cukup sulitnya menurunkan
kematian ibu. Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan serta
abortus dan penyebab lainnya. Hal tersebut disebabkan antara lain
kompetensi bidan dalam melaksanakan pelayanan yang berkualitas masih
rendah, system pelayanan rujukan belum optimal, pendampingan pada ibu
hamil dan system control oleh tenaga kesehatan belum maksimal,
kurangnya kerja sama lintas sector dalam peningkatan kesehatan ibu hamil.
297
441
390
214 223
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9
G RAF IK 3 .1 . AN G K A K EMATIAN IBU PROV IN SI MALUK U UTARA TAHUN 2 0 1 5 - 2 0 1 9
27
Tabel 3.1.
Faktor-faktor Penyebab Kematian Ibu di Provinsi Maluku Utara
No
Kabupaten
/Kota
Jumlah Kematian
Ibu
Sebab Kematian Ibu
Perdarahan
Hipertensi dalam
kehamilan
Infeksi
Abortus
Partus
Lama
Lain-
lain
1 HALBAR 5 4 0 0 0 0 1
2 HALTENG 1 0 0 0 0 0 1
3 KEP.SULA 6 2 0 0 0 0 4
4 HALSEL 9 4 0 0 0 0 5
5 HALUT 2 2 0 0 0 0 0
6 HALTIM 6 4 0 0 1 0 1
7 MOROTAI 6 0 1 1 2 1 1
8 TALIABU 4 2 1 1 0 0 0
9 TERNATE 3 1 0 0 0 0 2
10 TIDORE
KEPULAUAN
3 2 0 0 0 0 1
TOTAL 45 21 2 2 3 1 16
Kegiatan yang dilaksanakan guna menurunkan angka kematian ibu pada tahun 2019
sebagai berikut :
a. Peningkatan SDM Kesehatan; sosialiasasi pengenalan deteksi dini resiko ibu
hamil resiko tinggi
b. Kemitraan lintas sector dan lintas program
c. Pemantapan system rujukan
d. Peningkatan kapasitas tenaga bidan dalam penanganan kegawatdaruratan maternal baik di tingkat puskesmas maupun tingkat rujukan
28
Tabel 3.2
Analisis beberapa faktor upaya penurunan kematian IBU dan Rencana intervensi di Dinas K esehatan Provinsi Maluku Utara
No FAKTOR ANALISIS PENYEBAB INTERVENSI PROGRAM/KEGIATAN
1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan - Kualitas Pelayanan KIA yang masih
perlu di tingkatkan
- Alur Rujukan yang belum tersistem
dengan baik
- Kebijakan pemeriksaan bumil gratis
- Implementasi ANC Terpadu
- Tata laksana dan rujukan
2 Petugas Kompetensi petugas yang masih beragam - Kemitraan dengan Rumah Sakit dalam
rangka peningkatan kapasitas petugas
3 Faktor Ibu - Pengetahuan ibu tanda bahaya
kehamilan kurang
- Perbaikan gizi pada ibu hamil KEK
atau anemia
- Kunjungan rumah ibu hamil dan neonates
risiko tinggi
29
2. Angka Kematian Bayi
Angka Kematian bayi adalah merupakan angka yang menunjukan
banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup
pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi
meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per 1000
kelahiran hidup). Faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian antara
lain pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan
program ibu dan anak, kondisi lingkungan dan social ekonomi.
Kematian bayi pada tahun 2019 sebanyak 205 kasus atau AKB sebesar
13 per 1000 kelahiran hidup. Tahun 2019, jumlah kematian ibu menurun
sebesar 47 kematian (202/100.000KH). meskipun terjadi penurunan AKI
yang cukup signifikan namun angka tersebut masih cukup tinggi
mengingat jumlah penduduk Maluku Utara yang relatif kecil, pencapaian
ini juga masih memberikan gap bila dibandingkan dengan seluruh sasaran
penduduk.Untuk kematian bayi pada tahun 2018 mencapai 292 kematian (
13 / 1000 KH) dan pada tahun 2019 menurun menjadi 276 kematian
(12/1000 KH). Hal tersebut menggambarkan masih tingginya kematian bayi
pada seluruh wilayah Maluku Utara.
Sumber : Seksi Kesehatan Masyarakat dan Gizi Tahun 2019
17
13
16
13 12
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
2015 2016 2017 2018 2019
Grafik 3.2. Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Maluku Utara Tahun 2015 -2019
30
Tabel 3.3. Faktor-faktor Penyebab Kematian Bayi di Provinsi Maluku utara
No Sebab Kematian 2015 2016 2017 2018 2019
1 Bayi Berat Lahir
Rendah
83 67 69 81 56
2 Asfiksia 96 58 68 60 52
3 Kelainan kongenital 19 17 15 19 14
Sumber : Seksi Kesehatan Masyarakat dan Gizi Tahun 2019
3. Angka Kesakitan Akibat Penyakit Menular meliputi Prevalensi TB,
API Malaria dan Prevalensi HIV
a. Prevalensi TB
Tahun 2019 capaian indicator persentase kasus TBC yang di
tatalaksana sesuai standar sebesar 94% dari target 79 %. Trend
cakupan penemuan dan pengobatan kasus TBC selama 5 tahun ( 2015-
2019) menunjukan adanya peningkatan yaitu tahun 2015 sebanyak
1,848 kasus(100%), tahun 2016 sebanyak 1,810 (100%) tahun 2017
sebanyak 1,978 (91%) tahun 2018 sebanyak 2,076 kasus (97%) tahun
2019 sebanyak 2,178 kasus (99%). Semakin meningkatnya penemuan
kasus TBC disertai dengan adanya perluasan jejaring DPM dan
penguatan survailans di rumah sakit dan klinik dengan melakukan
penyisiran kasus atau mopping up.
b. API Malaria
Angka Kesakitan Malaria Annual Paracite Indeks (API) Malaria
menggambarkan terkait angka kesakitan akibat penyakit malaria
disuatu daerah. hingga saat ini malaria masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia termasuk di Maluku Utara. Malaria masih
menjadi penyebab utama rawat inap dan kematian pada anak di
rumah sakit di daerah endemis malaria.
Pada bayi, malaria merupakan penyebab utama anemia berat,
dan berkontribusi menjadi salah satu penyebab utama stunting di
daerah endemis. Selain menyebabkan kesakitan, kematian dan
31
gangguan pertumbuhan sejak janin, malaria juga menghambat
perkembangan anak termasuk fungsi koqnisi dikarenakan anemia
kronis, kerusakan otak. Sehingga secara tidak langsung kasakitan
akibat malaria merupakan salah satu factor pengambhat dalam
pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas, khusunya
mewujudkan generasi emas 2045.
Pada tahun 2018 API Maluku Utara mencapai 0,9 per 1000
penduduk dengan jumlah 577 kasus, sedangkan pada tahuan 2019
API mencapai 0,43 per 1000 penduduk dengan jumlah 380 kasus
positif. Gambaran Kab/Kota tahun 2019 dapat dilihat pada gambar
1.1. Keberhasilan pencapaian program malaria adalah dengan
adanya eliminiasi malaria disuatu daerah. keberhasilan eliminasi
malaria ditandai dengan penvcapaian API kurang dari 0.1 per 1.000
penduduk.
Gambar 3.1. Capaian Program Malaria Provinsi Maluku Utara
Tahun 2019
Secara Nasional kasus malaria selama tahun 2005 s/d 2018
berdsarakan laporan rutin cenderung menurun pada tahun 2009
sebesar 1.85 perseribu penduduk menjadi 0,84 per 1000 penduduk
32
pada tahun 2018 walaupun telah terjadi penurunan API secara
nasional. Di Maluku Utara, penyakit malaria masih menjadi
permasalahan dalam masyarakat karna banyaknya kasus import
yang dating dari luar provinsi Maluku Utara sehingga banyak terjadi
kasus introduced dari import menjadi indigionou (local).
Indikator API Maluku Utara berdasarkan laporan kasus
malaria tahun 2018 kab/kota angka API 0,9/1000 Penduduk dengan
jumlah kasus 577 kasus dan tahun 2019 angka API 0,5/1000
Penduduk dengan jumlah kasus 380 kasus positif gambaran ini
memberikan informasi dan kinerja selama ini. Sesuai indicator
RPJMN 2015-2019 Kab/kota yang mendapatkan sertifikat elimninasi
malaria dan kab /kota Angka API < 1 Per 1000 Penduduk. Sampai
tahun 2019 Provinsi Maluku Utara belum ada kab/kota yang
mendapatkan sertifikat eliminasi malaria sedangkan kab /kota < 1
Permil 9 Kab/kota
c. Prevalensi HIV.
Setiap tahun terjadi peningkatan jumlah kasus HIV yang di obati
tetapi belum mencapai target yang telah ditentukan. Ada beberapa
hal yang mempengaruhi terjadinya kegagalan pencapaian target
kinerja adalah Akses terbatas ke layanan pengobatan HIV,baru 4
kabupaten yang dapat melakukan pengobatan ARV, tidak tersedianya
tenaga pendamping untuk membantu kepatuhan minum obat kepada
mereka yang terinfeksi HIV serta pemahaman petugas dalam
menjalankan pelayanan terbatas.
33
Pencapaian penemuan kasus HIV AIDS mulai tahun 2004 – 2019
gambarkan dalam grafik berikut :
Grafik 3.3
Kasus HIV & Aids Terdaftar Per Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2004 – Agustus 2019
Sumber : Seksi Pengendalian Penyakit Menular Tahun 2019
Grafik 3.4.
Kasus Baru HIV & AIDS Per Kab/Kota Per Jan s/d Agustus 2019 Provinsi Maluku Utara
Sumber : Seksi Pengendalian Penyakit Menular Tahun 2019
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
328193
35 11 15 23 15 19 4 2
645
385275
77 50 32 27 21 22 13 0
902
713
468
112 61 47 50 36 41 17 2
1547
HIV
0
50
100
150
200
250
58
39
91 3 7 4 5 2 0 0
128
2641
8 142 7 2 5 3 0 0
108
84 80
17 155
146 10 5 0 0
236
HIV AIDS Total
34
4. Angka Kesakitan Akibat Penyakit Tidak Menular
Pengendalian PTM (Penyakit tidak menular) disesuaikan dengan
prioritas nasional melalui upaya promotive dan preventif guna
memperkuat kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kemanpuan
deteksi dan intervensi modifikasi factor resiko dengan menerapkan pos
pembinaan terpadu (POSBINDU) Pobindu PTM merupakan wujud serta
masyarakat dalam kegiatan deteksi dini. Pemantauan dan tidak lanjut dari
factor resiko penyakit tidak menular i secara mandiri dan
berkesinambungan. Posbindu PTM menjadi salah satu bentuk upaya
Kesehatan masyarakat (UKBM) yang selanjutnya berkembang menjadi
upaya Kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam
melakukan kegiatan deteksi dini dan monitoring terhadap factor resiko
PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksnakan secara terpadu rutin dan
periodik. Pada tahun 2019 dari 1.197 desa atau kelurahan di Maluku Utara
yang telah melaksanakan posbindu PTM hamper mencapai target
sebanyak 553 desa atau kelurahan yang memiliki posbindu aktif atau
sekitar 44,5%. Berikut gambaran distribusi Posbindu pada tahun 2019:
Tabel 3.4.
Disitribusi Posbindu Menurut Kabupaten/KotaProvinsi Maluku Utara Tahun 2019
35
5. Jumlah Fasilitas Kesehatan Terakreditasi
Peningkatan. Akses mutu pelayanan kesehatan di tingkat primer
adalah salah satu upaya akses masyarakat kepada fasilitas pelayanan
kesehatan (fasyankes ) adalah melalui pembangunan puskesmas dan
peningkatan sarana ,prasarana dan alat puskesmas yang ada sehingga
mampu menjadi puskesmas rawat inap. Untuk memenuhi tuntutan
pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang berkualitas maka
kementerian kesesehatan melakukan akreditasi baik fasyankes primer
maupun rujukan secara berkala sehingga mutu pelayanan yang di hasilkan
diharapkan dapat terus ditingkatkan. sarana kesehatan primer dan sarana
kesehatan rujukan, roadmap tersebut menjabarkan rencana pelaksanaan
akreditasi sarana kesehatan termasuk penetapan sarana kesehatan yang
menjadi target akreditasi.
a. Jumlah puskesmas pada tahun 2019 sebanyak 147 terakreditasi
sebanyak 120 puskesmas. Pencapaian pada tahun 2019 puskesmas
yang telah di survai sebanyak 48 pkm. Puskesmas yang telah disurvei
dan dinyatakan lulus akrediatsi dengan berbagai strata antara lain
dinyatakan lulus 4 dasar puskesmas madya 32 puskesmas, utama 5
puskesmas dan paripurna 1 puskesmas
b. Untuk pelayanan kesehatan rujukan, dari 16 rumah sakit pemerintah
yang ada di Provinsi Maluku Utara, hingga tahun 2019 rumah sakit
semuanya telah diakreditasi sebanyak 13 rumah sakit yaitu Rumah
Sakit Umum Chasan Boesoirie, RSUD Tobelo dan RSU Soasio Tidore,
RSUD Jailolo, RSUD Weda,RSUD Sanana,RS Tentara, TNI AD,RSUD
Morotai,RS Bhayangkara Tk IV Ternate,RSU Maba RSUD Mabadan RS
Labuha RSU Bobong dan RSU Obi. Sementara untuk Rumah Sakit
swasta yang terakterdiasi ada empat yaitu RS Betesda, RS Prima RS
Muhamadyia dan RS Dharma ibu.
36
1 KOTA TERNATE Keputusan Walikota Nomor 119.4/II.2/KT/2019 Kelompok Kerja Pasar Sehat
Keputusan Walikota Nomor 155/II.2/KT/2019 Strategi Akselarasi Gerakan Doti Sehat
Instruksi Walikota Nomor : 440/ 02/2019 Gerakan Masyarakat hidup sehat
2 KOTA TIDORE
KEPULAUAN Instruksi Walikota
Nomor: 443.42/1531/01/2019 Instuksi Walikota Tidore Kepulauan Pemberantasan
Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
3 KAB HALMAHERA BARAT Peraturan Bupati Nomor 44 Tahun 2019 Kebijakan dan Strategi dalam Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis sampah rumah
tangga lingkup pemerintah kabupaten halmahera
barat.
4 KAB HALMAHERA UTARA PERDA 04 tahun 2019 Pencegahan dan Penaggulangan HIV dan AIDS
5 KAB HALMAHERA
SELATAN
Keputusan Bupati/SK Nomor 203 Penetapan Desa Lokus Prioritas Penanganan
Stunting untuk Pemerataan Wilayah Stunting yang
tersebar di 19 Desa Tahun 2020
Keputusan Bupati/SK Nomor 93 Pembentukan Desa Binaan SKPD Dalam Intervensi
Stunting Fokus Penanganan Sesuai Binaan
Keputusan Bupati/SK Nomor 289 Peran Kepala Desa Dalam Penanganan Stunting
8 KAB PULAU MOROTAI
Keputusan Bupati Nomor 140/234/KPTS/PM/2019
Penetapan Desa Binaaan Bagi OPD di Kab Pulau
Morotai
Peraturan Bupati Nomor 19 Tahun 2019 Percepatan Penurunan Stunting
7 KAB KEPULAUAN SULA Peraturan Bupati Nomor 27 tahun 2019 Peran Desa dalam Pencegahan Stunting
Surat Keputusan Bupati Nomor 121. A Tahun 2019 Tim Koordinasi Penanggulangan Stunting
8 PROVINSI MALUKU
UTARA
Peraturan GubernurNomor: 20/2019 Penetapan Kawasan Tanpa Rokok
Keputusan Gubernur
Nomor 486/KPTS/MU/2019
Pembentukan Forum Komunikasi GERMAS Prov
Malut
No KAB/KOTA/PROV Bentuk Kebijakan Nomor dan Tahun Uraian
6. Jumlah Kabupaten/Kota Memiliki Kebijakan Kesehatan
Komitmen pemerintah dalam pembangunan kesehatan salah
satunya dapat diliat dari keberpihakan pemerintah daerah dalam bidang
kesehatan yang diwujudkan dalam kebijakan yang dilakukan. Kebijakan
berwawasan kesehatan akan menjadi arah panduan dalam pelaksanan
pembangunan kesehatan dan tidak terlepas dari dukungan lintas sektor dan
para stakeholder lainnya. Pada tahun 2019 telah dilakukan upaya sosialisasi
dan advokasi kepada stakeholder dan pemangku kepentingan di seluruh
kabupatenkota guna mendapatkan dukungan dan peningkatan lintassektor
dalam pembangunan kesehatan. Pada tahun 2019, 7 Kabupaten/Kota telah
melaporkan sebanyak 13 kebijakan berwawasan kesehatan, serta untuk
tingkat provinsi Maluku Utara terdapat 2 kebijakan berwawasan kesehatan.
Berikut rincian kebijakan kesehatan tahun 2019 :
Tabel 3.5.
Kebijakan Berwawasan Kesehatan Provinsi Maluku Utara
Tahun 2019
37
7. Persentase Keluarga Ber PHBS.
Pembinaan dan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
khususnya pada Tatanan Keluarga sangat penting dalam pembudayaan
hidup sehat, mengingat peran keluarga yang sangat penting dalam
mewujudkan masyarakat sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran,
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri
di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan di masyarakat. Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga
yang melakukan 10 PHBS di Rumah Tangga yaitu: (1) Persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan, (2) memberi bayi ASI eksklusif, (3)
menimbang bayi dan balita, (4) menggunakan air bersih, (5) mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun, (6) menggunakan jamban sehat,
(7) memberantas jentik di rumah, (8) makan buah dan sayur setiap hari,
(9) melakukan aktivitas fisik setiap hari, (10) tidak merokok di dalam
rumah. Untuk menilai keluarga yang telah ber PHBS dilakukan survey
PHBS pada tingkat rumah tangga dengan melihat 10 indikator PHBS
rumah tangga.
Gambar 3.3. Indikator PHBS Rumah Tangga
Sumber : Seksi Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2019
38
Sejak tahun 2017 telah dimulai pelaksanaan Program Indonesia
Sehat Pendekatan Keluarga (PISPK). Pada PISPK dilakukan kunjungan
rumah untuk mengukur Indeks Kesehatan Keluarga (IKS) berdsarakan
12 indikator. Prinsip PISPK dan PHBS Rumah tangga sangat mirip
termasuk indicator yang digunakan. Dimana pada kedua program
tersebut dilakukan kunjungan rumah namun pada PISPK lebih
komprehensif karena melibatkan TIM pada kunjungan rumah serta
adanya intervensi berkelanjutan dengan mempertimbangkan bahwa
PISPK lebih komprehensif dalam penentuan keluarga sehat maka
puskesmas tidak lagi melaksanakan survey PHBS rumah tangga namun
lebih memusatkan sumber daya pada intervensi terhadap keluarga
yang telah dilakukan kunjungan rumah. Untuk itu maka keluarga yang
dikategorikan sehat berdasarkan indicator PISPK maka secara tidak
langsung juga merupakan keluarga yang telah ber PHBS.
IKS diagregasi dari 12 indikator yang diambil datanya dan hasilnya
dibagi menjadi 3, yaitu : 1) Keluarga Sehat, bila IKS > 0,800; 2)
Keluarga Pra Sehat, bila IKS = 0,500 0,800; 3) Keluarga Tidak Sehat,
bila IKS < 0,500. Berdasarkan pengertian tersebut maka pada tahun
2019, IKS Provinsi Maluku Utara masih berada di bawah 0,5 yang
berarti termasuk dalam kategori Keluarga Tidak Sehat. Berdasarkan
data PISPK jumlah keluarga dengan kategori sehat sebanyak 235.400
KK dari total kunjungan keluarga sebanyak 1.425.622 KK. Upaya untuk
meningkatkan capaian pada seluruh indikator IKS tentunya
memerlukan dukungan dan peran serta aktif dari banyak pemangku
kepentingan di luar Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara.
39
A.2. Capaian Indikator Kinerja Sesuai Tugas Pokok
1. Indicator Kinerja Program Bidang Pelayanan Kesehatan
a. Program Pelayanan Kesehatan Primer
Pelayanan kesehatan primer adalah salah satu upaya dalam
program kesehatan yang bertujuan untuk menata sistem pelayanan
kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama agar dapat meningkatkan
akses dan kualitas layanan, salah satu upayanya ialah akreditasi.
Akreditasi adalah salah satu bentuk upaya peningkatan mutu fasilitas
pelayanan kesehatan termasuk untuk pelayanan kesehatan tingkat
pertama (FKTP). Faskes tingkat pertama atau faskes tingkat 1 adalah
tempat pertama yang harus didatangi masyarakat termasuk peserta BPJS
Kesehatan untuk berobat. Faskes tingkat 1 meliputi klinik kesehatan,
Puskesmas atau dokter umum. Faskes kesehatan tingkat pertama sering
juga disebut sebagai Faskes primer.
Keberhasilan pelaksanaan program kegiatan Akreditasi ditentukan
oleh konsisten dan kepatuhan petugas pada Standar Operasional
Prosedur dalam melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan. Artinya
sebaik apapun rencana dibuat jika tidak dilaksanakan secara konsisten
dan dipatuhi tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Untuk
menjamin konsistensi dan kepatuhan terhadap pelaksanaan rencana
dilakukan kegiatan pembinaan program yang dilakukan secara berjenjang
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kementrian Kesehatan. Akreditasi puskesmas capaiannya tahun 2016
adalah 2 puskesmas, 2017 sebanyak 17 puskesmas, 2018 ialah 55
puskesmas dan 2019 yaitu 46 puskesmas dan 2 puskesmas yang re-
akreditasi. Sampai tahun 2019 dari 147 puskesmas untuk capaian
akreditasi puskesmas diperoleh 120 puskesmas yang telah akreditasi
dengan tingkatan dasar 45 puskesmas, madya 69 puskesmas, utama 7
pkm dan paripurna 1 puskesmas.
40
b. Program Pelayanan Kesehatan Rujukan
Dalam indikator pelayanan kesehatan rujukan yang menjadi salah satu
item penilaian ialah akreditasi fasilitas kesehatan rujukan yaitu rumah
sakit. Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit
yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang
ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi
standar pelayanan rumah sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan. Dari 21 rumah sakit di
Provinsi Maluku Utara pada tahun 2017 sudah ada 4 rumah sakit yang
terakreditasi, 2018 sebanyak 6 rumah sakit dan tahun 2019 ialah 7 rumah
sakit, sehingga total rumah sakit terakreditasi sampai tahun ini sebanyak
17 rumah sakit. Berdasarkan tingkatannya rumah sakit dengan capaian
perdana 9 rumah sakit, dasar ialah 3 rumah sakit, madya yaitu 2 rumah
sakit dan paripurna sebanyak 3 rumah sakit.
c. Program Pelayanan Kesehatan Tradisional dan Komunitas
Secara umum seksi yankestrad telah melaksanakan tugas dalam
rangka mencapai tujuan dan sasaran dalam rangka mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategi (Renstra)
Kementerian Kesehatan tahun 2015 -2019 dalam bidang pelayanan
kesehatan tardisional, maka capaian indicator Puskesmas yang
menyelenggrakan kesehatan tradisional di tahun 2019 sebesar 89,09 %.
Angka capaian di tahun 2019 menunjukkan bahwa untuk mencapai
indicator kinerja seksi yankestrad menunjukan cenderung meningkat
sesuai target yang telah ditetapkan, hal ini di pengaruhi oleh sebagian
besar puskesmas yang telah dilatih baik penegtahuan maupun
ketrampilan.
Analisis dari kinerja masing indicator capaian dari puskesmas yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradidional dengan target
renstra sebesar 110 puskesmas telah mencapai sebesar 98 atau 89,09%.
Keberhasilan capaian indicator ini tidak terlepas upaya- upaya yang
dilakukan seperti advokasi, pelatihan sosialisasi, monitoring dan evaluasi
41
serta bimbingan teknis secara rutin dan berkesinambungan baik pusat,
provinsi, kabupaten/ kota dan tak lupa pula lintas sector terkait
2. Indikator Kinerja Program Bidang Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit
a. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
Salah satu indicator derajat Kesehatan masyarakat adalah angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit, baik penyakit menular maupun
penyakit tidak menular. Untuk itu penting dilakukan upaya pengendalian
penyakit melalui upaya menurunkan inseden, prevalensi, morbidotas dan
morbilitas daru suatu penyakit hingga level yyang dapat di terima secara
local. Upaya pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit
menular dilakukan untuk melindungi masyarakat dari tertularnya
penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat atau meninggal dunia
serta mengurangi dampak social dan ekonomi akibat penyakit menular.
Tabel berikut menyajikan kondisi penaykit menular di provinsi Maluku
Utara tahun 2019
Jenis Penyakit 2019
TB Case Detection Rate/CDR (%) -
Success Rate /SR (%) -
Insiden Rate ( Per 100.000 penduduk) 175
DBD Kabupaten Kota dengan IR <49/100.000
penduduk
5
Malaria Annual Paracite Insidence(API)Malaria (Per
1000 penduduk)
< 1
HIV Insidence HIV (Per 1000 perseribu penduduk
yang tidak terinfeksi)
0,26
Kusta Prevalensi (per 100.000 penduduk)
7,85
Case Detektion Rate /CDR(%) -
42
b. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
dan Kesehatan Jiwa
Tahun 2019 capaian indicator persentase puskesmas yang
melaksanakan pengendalian penyakit tidak menular (PTM) adalah sebesar
37,80% belum mencapai target, capaian tahun ini meningkat jika
dibandingkan dengan capaian 2 tahun kebelakang.
Hal yang mempengaruhi belum tercapainya target kinerja adalah
sebagaian besar puskesmas belum melakukan posbindu PTM di
wilayahnya.
c. Program Surveilans dan Imunisasi
Untuk program survailens dan imunisasi sasaran dan strategi
dilakukan analisis capaian kinerja per indicator diliat dari persentase anak
usia 0 – 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap meliputi 1 dosis
Hep pada usia 0-7 hari, 1 dosis BCG, 4 dosis polio 3 dosis DPT-HB ,serta
dosis campak selama kurun waktu 1 tahun. Capaian indicator dapat di
lihat pada grafik
3. Indikator Kinerja Program Bidang Kesehatan Masyarakat
a. Program Kesehatan Keluarga
Untuk Provinsi Maluku Utara, jumlah kematian ibu pada tahun 2018
mencapai 49 kematian (214/100.000 KH). Tahun 2019, jumlah kematian ibu
menurun sebesar 47 kematian (202/100.000KH). meskipun terjadi
penurunan AKI yang cukup signifikan namun angka tersebut masih cukup
tinggi mengingat jumlah penduduk Maluku Utara yang relatif kecil.,
pencapaian ini juga masih memberikan gap bila dibandingkan dengan
seluruh sasaran penduduk.. Untuk kematian bayi pada tahun 2018
mencapai 292 kematian ( 13 / 1000 KH) dan pada tahun 2019 menurun
menjadi 276 kematian (12/1000 KH). Hal tersebut menggambarkan masih
tingginya kematian bayi pada seluruh wilayah Maluku Utara. Capaian K4
Maluku Utara menurut Riskesdas 2018 hanya sebesar 44,5%.
43
Upaya yang terus dilakukan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu
dan Bayi antara lain dengan meningkatkan akses untuk kesehatan ibu dan
calon ibu, peningkatan akses dan peningkatan upaya pemberdayaan
masyarakat. Hal ini juga sangat didukung terhadap pelayanan ibu hamil
saat K1 dan K4, serta pelayanan bayi saat KN1. Tantangan ke depan
adalah mempersiapkan calon ibu agar benar-benar siap untuk hamil dan
melahirkan dan menjaga agar terjamin kesehatan lingkungan yang mampu
melindungi bayi dari infeksi. Untuk usia di atas neonatal sampai satu tahun,
penyebab utama kematian adalah infeksi khususnya pnemonia dan diare.
Ini berkaitan erat dengan perilaku hidup sehat ibu dan juga kondisi
lingkungan setempat.
b. Program Gizi Masyarakat
Indikator persentase balita malnutrisi (gizi buruk) dan gizi kurang
memberikan gambaran tentang keadaan gizi balita. Balita gizi kurang
merupakan balita yang memiliki berat badan kurang -2 SD menggunakan
indeks berat badan menurut umur (BB/U). Kondisi ini diharapkan untuk
segera dapat diatasi dalam rangka mewujudkan pondasi sumber daya
manusia yang berkualitas. Balita yang mengalami gizi kurang berdasarkan
elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM)
tahun 2018 lebih tinggi (6 %) dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar
0,4 % berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG).
Indikator persentase bumil KEK menggambarkan risiko yang akan
dialami ibu hamil dan bayinya dalam masa kehamilan, persalinan dan pasca
persalinan. Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini,
selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi
juga menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Selain
itu kita dihadapi dengan masalah stunting. Untuk Balita Stunting di
Maluku Utara Tahun 2019 berdasarkan data e-PPGBM sebesar 15%.
Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh
kemiskinan dan pola asuh tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan
44
kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan berdaya saing
rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Program perbaikan gizi
masyarakat menjadi bagian utama dalam upaya peningkatan status
kesehatan khususnya pada kelompok rentan yaitu bayi, balita dan ibu.
Indikator program peningkatan gizi selain tertuang dalam rensta
Kementerian Kesehatan dan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Maluku
Utara, Tabel dibawah ini menggambarkan indikator dan pencapaian untuk
program perbaikan gizi masyarakat.
Tabel 3.6.
Pencapaian Indikator Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2019
NO INDIKATOR TARGET 2019
CAPAIAN 2019
1 Persentase Ibu hamil KEK yang mendapat makanan
tambahan
95 96
2 Persentase Ibu hamil yang mendapat Tablet tambah
darah (TTD)
98 78
3 Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang
mendapat ASI Ekslusif
50 60
4 Persentase bayi baru lahir mendapat insiasi Menyusu
Dini (IMD)
50 77
5 Persentase Balita Kurus yang Mendapat Makanan
Tambahan
90 95
6 Persentase rematri yang mendapat tablet tambah
darah (TTD)
30 38
Sumber: Seksi Kesehatan Masyarakat dan Gizi Tahun 2019
Status gizi balita di nilai menurut 3 indeks yaitu berat badan menurut
umur ( BB/ U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan BB/ TB. Maluku
utara masih menghadapi permaslahan gizi yang berdampak serius terhadap
kualitas sumber daya manusia, salah satu maslah gizi yang menjadi
45
perhatian utama saat ini adalah tingginya anak balita pendek ( Stunting)
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita ( bayi dibawah lima
tahun ) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek
untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi berusia 2 tahun.
Penyebab stunting disebabkan oleh faktor multi dan tidak hanya
disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialamioleh ibu hamil maupun anak
balita, intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi
prevalensi stunting ooleh karnanya perlu dilakukan pada 1.000 hari
pertama kehidupan (HPK). Beberapa faktor yang menjadi penyebab
stunting dapat digambarkan sebagai berikut :
- Praktek pengasuhan yang kurang baik
- Masih terbatasnya layana kesehatan termasuk layanan ANC- Ante Natal
Care ( pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan ) Post
Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas
- Masih kurangnya akses rumah tangga/ keluarga ke makanan yang
bergizi
- Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
Di Maluku utara sekitar 30,4 % anak balita mengalami stunting ( Riset
Kesehatan Daasar/Riskesdas 2018). Balita dan baduta yang mengalami
stunting akan mengalami tingkat kecerdasan tidak maksimal menjadikan
anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit di masa depat dan beresiko
pada menurunya produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi meningkatkan kemkiskinan dan
ketimpangan.
c. Program Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Olahraga
Upaya kesehatan lingkungan adalah pengendalian faktor-faktor risiko
lingkungan fisik, biologis, sosial yang dapat menimbulkan hal-hal yang
46
merugikan kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Ruang lingkup yang
luas terkait dengan media lingkungan air, udara, makanan, tanah dan
limbah yang berada di tempat permukiman, tempat umum, tempat kerja,
dan kawasan. Kondisi yang dinamis dan melibatkan pemangku kepentingan
yang luas memerlukan koordinasi dan kerja sama semua pihak .
Permasalahan utama yang dihadapi dalam kinerja penyehatan
lingkungan pada umumnya adalah masih rendahnya jangkauan program
karena keterbatasan berbagai sumber daya yang tersedia, sehingga tingkat
proteksi terhadap risiko penyakit berbasis lingkungan juga masih rendah.
Dipedesaan masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat perdesaan
adalah rendahnya akses terhadap kualitas lingkungan permukiman seperti
perumahan sehat, pelayanan air minum, pemanfaatan sarana jamban dan
kurangnya perhatian serta kepedulian terhadap kebersihan lingkungan,
sedangkan diperkotaan, sistem pelayanan kesehatan lingkungan seperti
pelayanan air bersih, pelayanan pembuangan sampah dan limbah baik
domestik maupun industri lebih berkembang di banding dengan perdesaan.
Meskipun pelayanannya lebih baik namun demikian penduduk perkotaan
lebih beresiko dari berbagai penyakit berbasis lingkungan akibat buruknya
kualitas lingkungan hidup seperti pencemaran ucara, kebisingan, radiasi,
kepenuhsesakan (over crowded) dan tingginya kejadian kecelakaan, baik
akibat masalah lalu lintas maupun akibat kecelakaan akibat kerja.
Upaya Penyehatan Lingkungan yang bersifat promotif, preventif
secara epidemiologi mampu memberikan kontribusi yang bermakna
terhadap kesehatan yaitu memberikan proteksi dan pencegahan terhadap
risiko kejadian penyakit yang berbasis lingkungan, apabila jangkauan
programnya (aksebilitas) memadai.
47
c.1 Program Penyehatan Lingkungan
Grafik 3.5. Persentase Sarana Air Minum Yang Dilakukan Pengawasan
Tahun 2019
Dari Grafik diatas terlihat bahwa Halmahera Selatan dan Kepulauan
Sula sudah 100% melakukan pengawasan terhadap sarana air minum yang
ada diwilayahnya, sementara capain terendah ada di Taliabu dan
Halmahera Timur yaitu 49 %. Secara keselruhan dalam prpvinsi Maluku
Utara capaiannya 73 %.
Dari Grafik diatas juga terlihat bahwa capaian hasil rekapitulasi e-
monev pengawasan kualitas air minum semua Kab/Kota sudah dapat
menginput data sarana air minum kedalam e-monev PKAM. Dalam
penginputan data ke e-monev PKAM sangat terasa sekali hampir semua
Kab/Kota mengalami kendala dengan masalah jaringan internet, terutama
bagi petugas kesehatan lingkungan puskesmas yang berada di kecamatan-
kecamatan. Masalah lain juga dalam penginputan data belum semua
petugas kesehatan lingkungan puskesmas tahu cara penginputan data baik
dengan menggunakan laptop maupun HP Android, sehingga ada beberapa
kab/kota yang datanya masih stagnan (hamper tidak pernah berubah).
48
c.2 Program Sanitasi Dasar
Grafik 3.6.
Jumlah Desa/Kelurahan Melaksanaan STBM
Provinsi Malluku Utara Tahun 2019
Berdasarkan data diatas tergambar jumlah desa/ kelurahan yang
melaksanakan STBM tertinggi di Kota Ternate yaitu 77,92 % menyusul Kota
Tidore Kepulauan 77,53 % dan yang terendah adalah Kabupaten Pulau
Morotai 19,32 %. Adapun target indikator adalah 450 Desa/Kelurahan
c.3 Program Kawasan sehat / Kabupaten kota Sehat (KKS)
Lokus tatanan sehat meliputi Kabupaten/Kota Sehat, Pasar Sehat,
Pelabuhan/Bandara Sehat, Sekolah Sehat, Kantor Sehat. Kegiatannya tentu
meliputi pembinaan pada lokus-lokus yang tadi disebutkan, kesiapsiagaan
dan penanggulangan Bencana, serta kegiatan even-even khusus atau kesling
tertentu yang sebagian besar dari keseluruhan kegiatan tersebut berorientasi
pada pemberdayaan masyarakat. Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat
sendiri merupakan kegiatan pemerintah daerah yang ditujukan untuk
meningkatkan kondisi lingkungan di wilayahnya kearah yang lebih baik
sehingga masyarakatnya dapat hidup dengan aman, nyaman, bersih dan
sehat. Penyelenggaraan Kab/Kota Sehat adalah juga merupakan
pelaksanaan berbagai kegiatan dalam mewujudkan kab/kota sehat berbasis
49
masyarakat yang berkesinambungan, melalui forum yang difasilitasi oleh
pemerintah kab/kota.
Kab/kota yang menyelenggarakan kawasan sehat adalah kab/kota
yang menyelenggarakan pendekatan Kab/Kota Sehat dengan membentuk
Tim Pembina dan Forum Kab/Kota Sehat yang menerapkan minimal 2
Tatanan dari 9 Tatanan Kawasan Sehat yaitu : (1). Kawasan Permukiman,
Sarana, dan Prasarana Umum (2). Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan
Pelayanan Transportasi (3). Kawasan Pertambangan Sehat (4). Kawasan
Hutan Sehat (5). Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat (6). Kawasan
Pariwisata Sehat (7). Ketahanan Pangan dan Gizi (8). Kehidupan Masyarakat
yang Mandiri (9). Kehidupan Sosial yang Sehat. Target Kawasan Sehat
sebesar 7 kab/ kota; Sedangkan realisasi indikator tersebut sebesar 3 kab/
kota yaitu Kota Ternate, Kota Tidore dan Kab. Halmahera Selatan Itu berarti
realisasi indikator tersebut belum mencapai target indikator dengan capaian
kinerja sebesar 90 %.
Grafik 3.7. Proporsi Realisasi Per Propinsi Indikator Jumlah Kab/Kota
yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat Tahun 2019
Dari ke tiga Kab/kota tersebut yang telah menerima penghargaan
50
Swastisaba kategori Padapa adalah Kota Tidore Kepulauan pada tahun 2017
dan Kota Ternate pada tahun 2019, sedangkan Kabupaten Halmahera
Selatan baru sampai pada tahapan pembentukan Tim Pembina.
Upaya Kesehatan Olahraga adalah salah satu upaya kesehatan yang
lebih mengutamakan pendekatan promotif dan preventif tanpa mengabaikan
pendekatan kuratif dan rehabilitatif untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan kebugaran jasmani melalui kegiatan aktivitas fisik/latihan fisik olahraga
Kesehatan olahraga yang bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat. Laporan WHO pada tahun
2002 menunjukkan kasus kesakitan dan kematian akibat PTM terus
meningkat. PTM sangat erat kaitannya dengan gaya hidup (life style) seperti
pola makan tidak seimbang, kurang melakukan aktivitas fisik/latihan
fisik/olahraga dan kebiasaan merokok.
Menurut studi WHO menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus-
menerus dalam bekerja merupakan 1 dari 10 penyebab kematian dan
kecacatan di dunia, setiap tahun lebih dari 2 juta kematian disebabkan
karena kurang melakukan aktivitas fisik. Beberapa negara, termasuk
Indonesia sekitar 60-85% orang dewasa kurang melakukan aktivitas fisik
untuk memelihara kebugaran jasmani mereka.
Program Kesehatan Kerja dan Olahraga yang dapat dibagi dalam 7
sub program yaitu :
1. Pembinaan Kesehatan pekerja
2. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Pekerja
3. Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan dan Lingkungan
Kerja
4. Keselamatan dan kesehatan Kerja
5. Pembinaan SDM dan Profesi Kesehatan Kerja
6. Pembinaan Kesehatan Olahraga Masyarakat
7. Pembinaan Kesehatan Olahraga Prestasi
Program kesehatan kerja dan olahraga bertujuan membangun
masyarakat yang sehat bugar produktif dan memiliki 7 indikator yaitu
1. Puskesmas yang melaksanakan Kesehatan kerja Dasar
51
2. Puskesmas yang membina kelompok olahraga diwilayah kerjanya
3. Puskesmas Melaksanakan Kesehatan Olah Raga pada anak sekolah
4. Po UKK di wilayah TPI/PPI
5. Sarkes CTKI yang memenuhi standar
Program kesjaor merupakan implementasi program- program kesehatan
pada sasaran tertentu antara lain pekerja formal, pekerja informal, anak
sekolah lansia, TKI, dll.
d. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat merupakan
salah satu program pendukung utama dalam pelaksanaan program lainnya.
Program ini menitikberatkan pada kegiatan advokasi kebijakan dan
pemberdayaan masyarakat serta pelaksanaan penyampaian informasi
kesehatan melalui berbagai media termasuk kampanye Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (GERMAS).
Program Nasional Gerakan Masyarakat Hidup Sehat melibatkan seluruh
komponen bangsa seperti pemerintah, swasta, akademisi, LSM dan sektor-
sektor lainnya agar dapat berperan dalam pembangunan kesehatan dengan
menekankan pada upaya promotive dan preventif. Program Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat bertujuan antara lain 1) Menurunkan beban
penyakit menular dan penyakit tidak menular, baik kematian maupun
kecacatan; 2) Menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas
penduduk; 3) Menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena
meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatan serta 4) Penguatan
sistem kesehatan; Pendekatan siklus hidup; Jaminan kesehatan nasional
(JKN) dan berfokus pada pemerataan layanan. Hal ini menunjukkan bahwa
arah kebijakan pembangunan kesehatan lebih mengedepankan upaya
promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan
rehabilitative.
Salah satu indicator dalam keberhasilan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan adalah tercapaianya posyandu aktif. Posyandu adalah
52
salah satu bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat. Keberadaan
posyandu sangat diperlukan dalam mendekatkan upaya promotif dan
preventif kepada masyarakat, utamanya terkait dengan upaya
peningkatan status gizi masyarakat serta kesehatan ibu. Posyandu secara
umum dapat dibedakan menjadi 4 (empat) tingkat yaitu :
• Posyandu Pratama Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum
mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum
terlaksana secara rutin serta jumlah kader terbatas yakni kurang dari
5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan
Posyandu, disamping jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena
belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk
perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah
jumlah kader.
• Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan
utamanya masih rendah yaitu < 50%. Intervensi yang dapat
dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkat cakupan
dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta
lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu
• Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan utamanya > 50% serta
mampu menyelenggarakan program tambahan serta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50%
KK di wilayah kerja Posyandu.
• Posyandu Mandiri
53
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak
5 (lima) orang atau lebih. Cakupan dari kegiatan utamanya > 50%,
mampu menyelenggarakan program tambahan serta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola
masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat
tinggal di wilayah kerja Posyandu Intervensi yang dilakukan bersifat
pembinaan termasuk pembinaan dana sehat, sehingga terjamin
kesinambungannya.
Berdasarkan klasifikasi strata posyandu tersebut, yang masuk ke
dalam kategori posyandu aktif adalah Posyandu Purnama dan Posyandu
Mandiri. Capaian persentase posyandu aktif pada tahun 2019 mencapai
898 (57,2%) dibadingkan pada tahun 2018 mencapai 728 posyandu
(45,3%) dari target yang telah ditentukan sebesar 60%. Adapun
kabupaten/kota yang capaian posyandu aktif terbanyak pada tahun 2019
adalah Kab Pulau Morotai 96 posynadu (98%) dan Terendah adalah di
Kab Halmahera Timur sebanyak 7 posynadu (6%).
Grafik 3.8. Distribusi Posyandu Aktif Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2019
Sumber : Seksi Promkes & Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2019
54
Sumber : Seksi Promkes & Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2019
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai target tahun
2019
• Mendorong pembiayaan Penguatan Posyandu melalui berbagai
sumber pembiayaan seperti Dana Dekonsentrasi, Dana Alokasi
Khusus baik Fisik dan Non Fisik dan Dana Desa
• Penguatan Fungsi Pokjanal Posyandu di tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota.
• Menguatkan koordinasi dan kemitraan dengan PKK baik di Provinsi,
Kabupaten/kota hingga ke kecamatan dan desa
• Melakukan pendampingan desa binaan serta penguatan peran desa
dalam bentuk forum pembangunan desa
9%
34%
44%
13%
Grafik 3.9. Persentase Posyandu Maluku Utara Menurut Strata
Tahun 2019
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
55
Analisis keberhasilan pencapaian indikator
Beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi upaya pencapain kinerja
yaitu adalah :
• Dukungan Komitmen Pemerintah tingkat Pusat terhadap pemenuhan
kebutuhan melalui dukungan dana dekonsentrasi untuk
pengingkatan peran serta masyarakat melalui penguatan UKBM.
• Adanya dukungan TP PKK Provinsi dalam penguatan pembinaan
posyandu
• Adanya dukungan dana desa di beberapa kabupaten/kota untuk
penguatan fungsi posyandu
Analisis hambatan pencapaian indikator
Beberapa faktor penghambat yang mempengaruhi upaya pencapain
kinerja yaitu antara lain :
• Belum seluruh Puskesmas memiliki Petugas Promosi Kesehatan,
dimana Promosi Kesehatan merupakan salah satu Pelayanan Esensial
di Puskemas.
• Terbatasnya kapasitas pengelola promosi kesehatan di puskesmas
yang berpengaruh pada upaya-upaya pembinaan UKBM termasuk
posyandu.
• Peraturan yang berlaku terkait Pokjanal Posyandu baik di tingkat
pusat dan daerah adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54
Tahun 2007 Tentang Pedoman Pembentukan Kelompok Kerja
Operasional Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu perlu revisi untuk
mengakomodir perubahan strutur kelembagaan dan munculnya
peraturan atau perundangan baru.
• Sangat terbatasnya dana APBD baik Provinsi maupun kabupaten/kota
dalam penguatan UKBM
56
Alternatif solusi
• Penguatan teknis dan pedampingan pelaksanaan kegiatan promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat oleh pengelola promkes
provinsi ke kabupaten/kota dan puskesmas.
• Mendorong Pemerintah Daerah Kab./Kota untuk pemenuhan tenaga
Promosi Kesehatan di Puskesmas baik melalui APBD maupun DAK
Non Fisik
• Mendorong upaya untuk Peningkatan Kapasitas Petugas Promosi
Kesehatan di Puskesmas terkait Pengelolaan Promosi Kesehatan di
Puskesmas
• Melakukan refreshing Petugas Promosi Kesehatan Puskesmas
• Mendorong keswadayaan masyarakat dalam mendukung upaya
kesehatan di Posyandu dalam upaya meningkatkan strata
perkembangan Posyandu
4. Indicator Kinerja Program Bidang Sumber Daya Kesehatan
a. Program Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian merupakan pelayanan penunjang medis
yang menjadi ujung tombak dari pelayanan kepada pasien. Dalam hal ini
ketersediaan obat essensial dan vaksin di puskesmas dan Instalasi Farmasi
Kab/Kota harus di perhatikan ketersediaannya. Selain ketersediaan obat
esensial dan vaksin perlu di tingkatkan manajemen pengelolaan obat
public melalui kelengkapan sarana dan prasarana dalam menjamin kualitas
dan kuantitas obat selama penyimpanan sampai dengan kegiatan distribusi
obat, hal ini dapat dilakukan melalui penilaian 10 Instalasi Farmasi
Kab/Kota yang telah melaksanakan managemen pengelolaan obat dan
vaksin sesuai standar. Di tahun 2019 capaian 3 indikator kefarmasian
sebagai berikut :
1. Persentase ketersediaan Obat dan vaksin target nasional adalah 95 %
dan capaian Provinsi Maluku Utara 96.32%
2. Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kab/Kota yang menerapkan
57
Aplikasi Elogistik Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) target
nasional adalah 40% dan capaian provinsi Maluku Utara adalah 90,90%
3. Persentase Instalasi Farmasi Kab/Kota yang melakukan management
obat dan vaksin sesuai standar target nasional adalah 75% dan capaian
Provinsi Maluku Utara adalah 70%.
Selain kegiatan Tata kelola Obat public, kegiatan Pelaporan POR
(Peresepan Obat Rasional), Pelaporan NAPZA untuk layanan RS, PKM, dan
Apotek, Perijinan IRTP, dan Pembinaan PBF. Program kefarmasian
melaksanakan kegiatan kefarmasian melalui pengganggaran yang
bersumber APBD, APBN/DEKON, dan DAK Kefarmasian.
b. Program Alat Kesehatan dan PKRT
Pelaksanaan kegiatan Alat Kesehatan dan PKRT melaui
pengawasan dan penilaian Alkes di Provinsi Maluku Utara dengan melihat
jumlah PAK (Penyalur Alat Kesehatan) hanya ada 1 sarana milik swasta
dan sarana pemerintah berupa RS, Puskesmas, Instalasi Farmasi, dan
swalayan yang menjual PKRT. Sehingga kegiatan yang dapat dilaksanakan
saat ini hanya pengawasan alkes melalui uji sampling alkes yang di ambil
secara acak baik di PAK maupun di layanan pemerintah dan swalayan
sesuai Prosedur pengambilan sampling yang akan di kemas ulang tanpa
menghilangkan identitas alkes tersebut dan di kirim ke laboratorium yang
terakreditasi untuk dilakukan uji standar terhadap alkes tersebut apakah
Memenuhi Syarat (MS) atau Tidak Memenuhi Syarat (TMS).
c. Program Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sumber daya manusia (SDM) Kesehatan adalah tenaga Kesehatan
(termasuk tenaga Kesehatan strategis) dan tenaga pendukung atau
penunjang Kesehatan terlibat dan bekerja mengabdikan diri dalam upaya
manajemen Kesehatan. Peran tenaga Kesehatan menjadi sangat penting
dalam implementasi system Kesehatan.
Dalam mendukung pelayanan kesehatan yang bermutu maka perlu terus
dilakukan upaya penigkatan kualitas sumber daya manusia kesehatan
58
antara lain melalui pelatihan dan pendidikan lanjutan. Pada tahun 2019
sebanyak 60 tenaga kesehatan melanjutkan pendidikan di jenjang starta
satu, strata dua dan stara tiga. Sedangkan sebanyak 130 orang tenaga
kesehatan telah mengikuti pelatihan guna meningkatkan kapasitas sesuai
bidang yang dilaksanakan.
B. Realisasi Anggaran
Manajemen pembangunan berbasis kinerja mengendalikan bahwa focus
dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan program / kegiatan yang
sudah di rencanakan. Esensi dari manajemen pembangunan berbasis kinerja
adalah orientasi untuk mendorong perubahan, dimana program / kegiatan dan
sumber daya anggaran adalah alat yang dipakai untuk mencapai rumusan
perubahan, baik pada level keluaran, hasil maupun dampak
Pendekatan ini juga sejalan dengan prinsip good governance dimana
salah satu pilarnya yaitu akuntabilitas, akan menunjukan sejauh mana sebuah
instansi pemerintahan telah memenuhi tugas dan mandatnya dalam penyedian
layanan public yang langsung bias dirasakan hasilnya oleh masyarakat. Karna itula
pengendalian dan pertanggungjawaban program / kegiatan menjadi bagian
penting dalam memastikan akuntabiltas kinerja pemerintah daerah kepada public
telah dicapai. Tabel berikut menggambarkan skala peringkat kinerja dikutip dari
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 yang juga digunakan
dalam penyusunan Laporan kinerja.
Tabel 3.7. Skala Nilai Peringkat Kinerja
No Intervensi Nilai
Realisasi Kinerja
Kriteria Penilaian
Realisasi Kinerja Ket
1 ➢ 90.1 Sangat Tinggi
2 75.1 < 90 Tinggi
3 65.1 < 75 Sedang
4 50.1 < 65 Rendah
59
Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara menyelenggarakan pelayanan di bidang
Kesehatan sesuai tugas pokok dan fungsi yang didukung peran aktif aparatur Dinas
untuk pencapaian dan perwujudan pembangunan bidang kesehatan yang berkualitas
di Provinsi Maluku Utara. Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara 2014- 2019
menetapkan 2 (dua) tujuan, yaitu: Tujuan 1: Terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat melalui upaya peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat, dengan
sasaran: Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat; dan Tujuan 2:
Terwujudnya derajat kesehatan masyarakat melalui upaya pengendalian Penyakit
Menular dan Tidak Menular, dengan sasaran: a) Meningkatnya Pengendalian Penyakit
Menular dan Tidak Menular; b) Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan
Kesehatan; dan c) Meningkatnya peran serta masyarakat dalam upaya penyehatan
masyarakat. Kinerja pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara dalam kurun
tahun 2015-2019 sesuai target-target kinerja yang telah ditetapkan dalam Renstra
2014- 2019, sebagaimana tersaji dalam Tabel II.3. Indikator-indikator yang tersaji
dalam tabel tersebut mencakup indikator kinerja utama sebagaimana ditetapkan
dalam Renstra Dinas Kesehatan 2014-2019. Adapun Tabel II.4 menyajikan gambaran
Kinerja pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara dalam kurun tahun
2015-2019 sesuai target-target kinerja yang telah ditetapkan dalam Renstra 2014-
2019, sebagaimana tersaji dalam Tabel 3.8. Indikator-indikator yang tersaji dalam
indicator tersebut mencakup indikator kinerja utama sebagaimana ditetapkan dalam
Renstra Dinas Kesehatan 2014-2019. Adapun Tabel 3.9 menyajikan gambaran
realisasi anggaran program sesuai tugas dan fungsi yang dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Maluku Utara sepanjang tahun 2015-2019. Khususnya pada
realisasi anggaran, rata-rata selama lima tahun terakhir mencapai 63,5 persen.
Meskipun realisasi atau tingkat serapan anggaran sangat rendah di tahun 2017
sebesar 29,4 persen, namun terus meningkat menjadi 79,5 persen pada 2018 dan
90,1 persen pada 2019. Adapun rata-rata pertumbuhan anggaran selama lima tahun
terakhir mencapai 34,4 persen sedangkan rata-rata pertumbuhan realisasi anggaran
mencapai 44,4 persen.
60
61
Tabel 3.8. Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2015-2019
Tabel 3.9. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2015-2019
62
63
64
65
BAB IV
P E N U T U P
Laporan Kinerja (LKJ) pada tahun 2019 Dinas Kesehatan Provinsi Maluku
Utara telah bekerja secara maksimal untuk merealisasikan program dan kegiatan
dalam rencana kerja tahun 2020 untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran
sebagaimana tercantum dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara tahun
2015-2019, khususnya yang telah ditetapkan dalam kontrak penetapan kinerja tahun
20120
Capaian kinerja tersebut menggambarkan hasil kerja keras yang dilaksanakan
oleh Dinas Kesehatan pada tahun 2019 dengan menggunakan sumber dana APBD
sebagai penggerak utama pelaksanaan kegiatan disebabkan pada tahun 2019 hanya
beberapa kegiatan bersumber dana APBD yang dapat terlaksana akibat anggaran
APBD untuk sektor kesehatan tidak dapat terealisasi karena kendala dari ekternal
Dinas Kesehatan. Laporan kinerja ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
tentang pelaksanaan kinerja Dinas Kesehatan. Keberhasilan yang telah dicapai
maupun target yang belum tercapai pada tahun 2020 diharapkan dapat menjadi
parameter agar program/kegiatan dimasa mendatang dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien, dan mendapat perhatian untuk upaya percepatan di tahun 2020
dengan perencanaan program/kegiatan yang efektif dan efisien.
Selain itu dalam pelaksaan kegiatan sebaiknya koordinasi lintas SKPD sangat
diperlukan. Komitmen pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan bidang
kesehatan sebaiknya diikuti oleh komitmen dalam pelaksanaan anggaran, dimana
SKPD dengan tugas pelayanan wajib dasar telah ditetapkan mendapat anggaran
daerah akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak menjadi prioritas dalam penyediaan
anggaran.