lakip 4 klh 2014 final
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final
1/15
Kegiatan yang dilaksanakan oleh unit pelaksana eselon II kecuali Unit
Pengelola Teknis mandiri dan Pusat Pengelolaan Ekoregion menghasilkan kategori-
kategori output yang secara garis besar dapat dirangkum sebagai berikut :
1) Penyusunan rekomendasi kebijakan, peraturan, regulasi, metodologi, konsep,
dan kajian;
2) Pelayanan publik (perijinan, pengaduan, penyelesaian kasus, pengembangan
dan pelayanan informasi);
3) Pembinaan (pengawasan, pembinaan, insentif/disinsentif, asistensi terhadap
pemerintah daerah atau masyarakat) dan monitoring-evaluasi (monev).
Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan Unit Pengelola Teknis mandiri dan
Pusat Pengelolaan Ekoregion menghasilkan kategori output yang secara garis besar
dapat dirangkum sebagai berikut :
1) Penyusunan rekomendasi kebijakan, inventarisasi data (dilakukan melalui
monev), konsep, dan kajian;
2) Pelayanan publik;
3) Pembinaan dan peningkatan kapasitas;
4) Layanan perkantoran.
2.4.2. Program Generik : Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya KLH
Program ini bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan tata kelola
pemerintahan yang baik melalui pelaksanaan dukungan manajemen dan tugas
teknis lainnya di lingkup Kementerian Lingkungan Hidup.
Sasaran Strategis (Outcomes)Program Generik ini adalah :
1) Pengelolaan keuangan kementerian, hingga memperoleh opini wajar tanpa
pengecualian (WTP);
2) Percepatan implementasi reformasi birokrasi (RB).
Berdasarkan sasaran strategis program generik ini, fungsi Eselon 1 KLH
dikelompokkan sebagai berikut :
22
-
7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final
2/15
Tabel 2.2. Pengelompokan Fungsi Eselon I dalam Program Generik
berdasarkan Sasaran Strategis
Pengelompokan Fungsi Eselon I dalam Program Generik berdasarkan Sasaran Strategis
Kelompok KegiatanProgram
Sasaran Strategis
Eselon I Pelaksana
Menurut Fungsi
Program Dukungan
Pengelolaan keuangan
Pemberian dukungan
Sekretariat Kementerian
Manajemen
kementerian
manajemen dan penyediaan
LH
sarana dan prasarana
DNPIPercepatan implementasi
reformasi birokrasi
Indikator capaian sasaran strategis dari program generik ini adalah :
1) Pelaksanaan RB merupakan komponen dari sistem penilaian kinerja unit kerja,
maupun kinerja para pejabat/pimpinan unit kerja, pegawai;
2) Peningkatan kualitas pelayanan publik sesuai dengan standar pelayanan
minimal;
3) Pengelolaan anggaran berbasis kinerja secara akuntabel dengan menaati
perundangan : Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Sistem Pengendalian
Internal Pemerintahan (SPIP), Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah;
4) Peningkatan efektivitas perencanaan dan pelaksanaan program, pendanaan dan
akuntabilitas kinerja.
Kegiatan yang termasuk dalam program ini adalah sebagai berikut :
1) Pengembangan perencanaan dan kerjasama luar negeri;
2) Peningkatan kinerja Dewan Nasional Perubahan Iklim;
3) Pengendalian internal;
4) Pengelolaan dan pelayanan administrasi umum, rumah tangga, keuangan dan
kepegawaian;
5) Pengembangan telaahan kebijakan;
6) Pengembangan perundang-undangan dan hubungan masyarakat.
2.5. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2014
Dalam menyusun rencana kinerja tahunan, KLH membagi kinerja teknis para
eselon 1 ke dalam klaster yang dikaitkan dengan prioritas nasional yang merupakan
kontrak kinerja Menteri dengan Presiden. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi para
eselon I diterjemahkan dalam berbagai rangkaian kegiatan, sehingga pengukuran
23
-
7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final
3/15
kinerja para eselon I menggunakan indikator-indikator pengukuran pada tingkat
kegiatan. Penjumlahan dan sinergi hasil kegiatan menurut klaster tersebut secara
keseluruhan menggambarkan pencapaian setiap sasaran strategis.
(
)
,
, 3
&
Gambar 2.4. Keterkaitan Indikator dalam Berbagai Tingkatan Implementasi
Rencana kinerja KLH pada tahun 2014 kemudian disusun dengan mengacu
pada sasaran strategis yang ingin dicapai dikaitkan dengan prioritas nasional dan
indikator-indikator kinerja pada tingkat eselon I. Gambaran rencana kinerja tersebut
disajikan pada tabel di bawah ini :
24
-
7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final
4/15
Tabel 2.3. Rencana Kinerja Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2014
dikaitkan dengan Prioritas Nasional
1.
680
2010
2.
3 ,
3
50% 2014
3
3
1.
20%
( 2.
)
,
500.000
,
11
2010
()
25
-
7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final
5/15
1.
, /
2.
33
3.
, ,
()
()
()
()
2.6 Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2014
Setelah menetapkan RKT 2014 dan menerima DIPA 2014, Kementerian
Lingkungan Hidup menetapkan Penetapan Kinerja (PK) tahun 2014, yang
mengemukakan program utama, sasaran strategis, indikator kinerja keluaran
(output), indikator kinerja hasil (outcome) beserta targetnya.
Dokumen penetapan kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan
kinerja/kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk
mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumberdaya yang dimiliki oleh
instansi. Adapun fungsi dokumen Penetapan Kinerja (PK) selain digunakan sebagai
alat komunikasi antara atasan dan bawahan yang bersifat top-down, juga djadikan
sebagai alat untuk menggabungkan pengukuran kinerja dengan strategi organisasi.
Penyusunan dan pemanfaatan dokumen penetapan kinerja atau perjanjian
kinerja atau kontrak kinerja merupakan salah satu cara dan mekanisme dalam
menerapkan manajemen kinerja secara baik. Dengan menggunakan penetapan atau
26
-
7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final
6/15
perjanjian kinerja diharapkan KLH secara berjenjang dapat mengerahkan sumber
daya yang dimiliki guna mencapai target kinerja yang telah disepakati.
KLH telah menyusun penetapan kinerja Tahun 2014 secara berjenjang sesuai
dengan kedudukan, tugas dan fungsi yang diembannya. Penetapan Kinerja (PK) ini
merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun 2014.
Penetapan Kinerja KLH tahun 2014, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.4. Penetapan Kinerja Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2014
Lembaga : Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
Tahun Anggaran : 2014
(1) (2) (3) (4) (5)
10%
65%
30%
"
" ""
45
20%
. 676.565.559.000
3
10.005.500
3 62.400
200
( )
3
27
-
7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final
7/15
13
5
()
47
2.340
/ 1.018
29%
20%
,
()
. 372.772.551.000
()
Jumlah Total Anggaran KLH : Rp.1.040.338.110.000,-
Jakarta, Januari 2014
Menteri Lingkungan Hidup,
ttd
Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA
28
-
7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final
8/15
Bab III
Akuntabilitas Kinerja
3.1. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk
menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program
yang ditetapkan dalam mewujudkan tujuan dan visi instansi pemerintah. Proses ini
dilakukan dengan menilai pencapaian setiap target kinerja guna memberikan
gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan KLH dalam pencapaian tujuan.
Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat untuk mendorong terciptanya
akuntabilitas kinerja. Pengukuran kinerja akan menunjukkan seberapa besar kinerja
manajerial yang dicapai, seberapa bagus kinerja financial organisasi, dan kinerja
lainnya yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas. Pengukuran tingkat capaian
kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi kinerja dengan
target kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun rumusannya adalah
sebagai berikut:
Prosentase Capaian = Realisasi x 100%Kinerja
Target
Dengan membandingkan antara realisasi dan target kegiatan, maka dapat
dilihat jumlah prosentase capaian pada masing-masing indikator kinerja kegiatan.
Dengan diketahui capaian kinerja, maka dapat dianalisis faktor penyebab
keberhasilan dan ketidakberhasilan, yang selanjutnya dapat dipetakan kekurangan
dan kelemahan realisasi dan target kegiatan, kemudian ditetapkan strategi untuk
meningkatkan kinerja di masa yang akan datang.
3.2. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Lingkungan Hidup
merupakan tolok ukur capaian tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang menjadi
tanggungjawabnya. Indikator-indikator ini ditetapkan agar memudahkan para
29
-
7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final
9/15
pemangku kepentingan mengukur dan menganalisa keberhasilan kinerja
Kementerian Lingkungan Hidup.
Pemilihan indikator yang ditetapkan untuk mencapai sasaran strategis
Kementerian Lingkungan Hidup mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka danberpedoman pada kriteria SMART (specific, Measurable, Achievable, Relevantand
Time-Bond). Adapun indikator-indikator tersebut adalah :
a. Prosentase penurunan pencemar yang dibuang ke lingkungan oleh industri
b. Prosentase industri yang taat terhadap peraturan perundangan di bidang
pengendalian pencemaran lingkungan
c. Prosentase peningkatan kinerja industri dari "tidak taat" ke "taat"
d. Jumlah kota metropolitan dan kota besar dengan kualitas udara membaik
e. Prosentase jumlah penurunan timbulan sampah
f. Jumlah limbah B3 terkelola dari industri yang terinventarisir
g. Jumlah limbah B3 di media yang terkelola dari kegiatan pemulihan lahan
terkontaminasi yang terinventarisir
h. Jumlah kabupaten meningkatkan dan atau mempertahankan tutupan vegetasi di
wilayahnya (profil kabupaten hijau)
i. Jumlah provinsi yang menerapkan pengelolaan gambut berkelanjutan
j. Jumlah sungai prioritas yang disepakati kelas airnya dengan pendekatan
ekoregion
k. Jumlah danau prioritas yang telah dilakukan penyusunan rencana aksi
penyelamatan danau (Germadan)
l. Jumlah kasus lingkungan hidup yang tertangani
m. Jumlah Kelompok Masyarakat yang berpartisipasi/berperan aktif dalam
perlindungan dan pengelolaan LH
n. Prosentase laboratorium pengujian parameter kualitas lingkungan yang
dipersiapkan untuk proses akreditasi
o. Prosentase peningkatan kapasitas pejabat fungsional pedal
p. Pengelolaan keuangan kementerian, hingga memperoleh opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP)
q. Peningkatan kinerja KLH berdasarkan nilai LAKIP
30
-
7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final
10/15
Dari masing-masing indikator kinerja di atas telah ditetapkan target-target
yang hendak dicapai pada tahun 2014 (tertuang dalam penetapan kinerja) dan
realisasi pencapaiannya seperti yang tertuang pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1. Capaian Indikator Kinerja Utama KLH Tahun 2014
%
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
10 80,56 805,6
65 72 110,7
30
41
136,7
" " ""
45 45 100
20 20 100
3
10.005.500
19.089.566,53
190,8
3
62.400 1.088.411,3 1.744,2
200 316 158
(
)
3
3
100
13
13
100
5
5
100
31
-
7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final
11/15
47 201 438,3
/ 2.340 2.905 124
1.018 1.018 100
29 29 100
20
4
25
,
()
()
3.3 Analisis Capaian Kinerja
Secara lebih detil dari masing-masing sasaran telah ditetapkan indikator
kinerja utama yang hendak dicapai. Capaian indikator kinerja dijelaskan dalam
analisis capaian kinerja sebagai berikut:
Menurunnya Tingkat Pencemaran Lingkungan Hidup
Perbaikan kualitas lingkungan dalam beberapa tahun kedepan masih akan
menghadapi permasalahan yang cukup kompleks meskipun mulai dirasakan adanya
peningkatan kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap buruknya kualitas
lingkungan. Oleh karena itu, untuk memastikan terjadinya penurunan beban
pencemaran melalui pengendalian pencemaran lingkungan harus dilakukan secara
terintegrasi dan terukur dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan
kualitas lingkungan yang lebih baik.
Sasaran KLH dalam menurunkan tingkat pencemaran lingkungan hidup
dicapai melalui indikator kinerja yang mencerminkan membaiknya kualitas air dan
32
-
7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final
12/15
udara, pengelolaan sampah serta limbah B3, serta terkendalinya pencemaran
lingkungan melalui pemantauan industri. Indikator kinerja, target dan realisasinya
pada tahun 2014 digambarkan pada Tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2. Capaian Kinerja Sasaran Strategis1: Menurunnya Tingkat Pencemaran Lingkungan
%.
1 2 3 4
.
10
%
80,56
%
805,6
%
.
%
65 % 72 % 110,7
. %
30 % 41 % 136,7
. %
45
45
100
.
%
20 % 20 % 100
. 3 %
10.005.500 19.089.566,53 190,8
.
3
%
62.400
1.088.411,3
1.744,2
a. Penurunan pencemar yang dibuang ke lingkungan oleh industri
Beban pencemar merupakan variabel yang mempengaruhi kualitas
lingkungan baik untuk kualitas air maupun udara. Dengan kondisi media penerima
yang sama maka semakin kecil beban pencemar yang dibuang ke lingkungan, maka
kualitas lingkungan akan semakin baik.
Patut diperhatikan bahwa untuk menghasilkan kualitas lingkungan yang baik,
selain penurunan beban pencemaran maka perlu juga dilakukan upaya-upaya
lainnya agar variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas lingkungan juga
33
-
7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final
13/15
mendukung, dapat menetralkan polutan yang masuk sehingga tetap memenuhi baku
mutu lingkungan.
Beban pencemar air untuk industri dihitung dari peserta penilaian mandiri
PROPER. Nilai beban pencemar air yang dibuang ke sumber air, dalam hal ini
sungai, dipengaruhi oleh efisiensi instalasi pengolah air limbah (IPAL). Semakin baik
kinerja IPAL maka beban pencemaran air yang dibuang ke sumber air akan semakin
kecil. Dengan demikian diasumsikan bahwa penurunan beban pencemar air
diperoleh dari selisih antara besaran/nilai beban pencemar air sebelum masuk ke
IPAL (inlet) serta nilai beban pencemaran air setelah diolah di IPAL (outlet).
Data penghitungan beban pencemaran air limbah industri didasarkan data
dari 598 industri peserta PROPER yang dievaluasi melalui penilaian mandiri. Pada
penilaian mandiri, perusahaan tidak diawasi secara langsung oleh pengawas, namun
diberikan kesempatan untuk menyampaikan seluruh data penaatan dalam
pengelolaan lingkungan yang dilakukan.
Target penurunan beban pencemar dari kegiatan industri adalah 10%.
Realisasi penurunan beban pencemar air limbah adalah 80,56% sehingga capaian
kinerja untuk penurunan beban pencemar air adalah 805,6% (lihat Tabel 3.3).
Sementara capaian untuk beban pencemar air bervariasi tergantung parameter,
mulai 21,72% untuk NO2sampai 58,91% untuk partikulat.
Tabel. 3.3 Data Beban Pencemar Air Limbah Industri Tahun 2014 (ton)
%
1.316.354.957,00 367.402.874,34 948.927.581,43 72,09%
8.290.180.255,87 1.498.356.336,33 6.790.125.386,76 81,91%
9.606.535.212,87 1.865.759.210,67 7.739.052.968,19 80,56%
Beban pencemar yang direduksi adalah selisih antara beban pencemar air
limbah sebelum diolah dengan air limbah setelah diolah. Parameter-parameter
34
-
7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final
14/15
pencemar dikelompokan dalam dua kelompok besar, yaitu organik dan anorganik.
Berdasarkan pendekatan tersebut, data kumulatif yang diperoleh dapat dilihat pada
tabel 3.4 sebagai berikut:
Tabel 3.4 Reduksi Beban Pencemaran Air dari Setiap Sektor
(/) (/) (/)
,
1
15.282.165,08
5.541.883,69
1.215.500,66 1.240.001,89 14.066.664,42 4.301.881,80
,
2 ,
10.823.595,00
4.466.074.529,00
34.605,00 1.484.992.813,00 10.788.990,00 2.981.081.716,00
3 1.290.249.196,92 3.818.563.843,18 366.152.768,68 12.123.521,44 924.096.428,24 3.804.717.287,74
1.316.354.957,00
8.290.180.255,87
367.402.874,34
1.498.356.336,33
948.927.581,43
6.790.125.386,76
Pencemaran terjadi akibat tingginya beban pencemar dalam suatu media
lingkungan sehingga proses asimilasi atau pemurnian yang dilakukan oleh media
lingkungan tersebut tidak dapat berjalan. Oleh karena itu, penurunan beban
pencemar merupakan variabel yang dapat mendorong perbaikan kualitas
lingkungan. Penurunan beban pencemar hanya dapat diharapkan dapat terjadi atau
dilakukan oleh kegiatan-kegiatan yang mampu memenuhi ketentuan peraturan.
Namun demikian, perlu dipastikan bahwa ketentuan yang diberlakukan sudah
dengan mempertimbangkan seluruh faktor yang dapat mempengaruhi kualitas suatu
media lingkungan.
Penurunan beban pencemar dapat terjadi apabila sumber pencemar mampu
mereduksi kuantitas pencemar yang dihasilkan menjadi lebih rendah ketika harus
dibuang ke lingkungan, melalui suatu sistem pengolahan air limbah atau
pengendalian emisi. Untuk mengetahui besaran pencemar yang direduksi, maka
perlu dilakukan penghitungan atau pengukuran beban pencemar awal dan beban
pencemar setelah proses pengendalian.
35
-
7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final
15/15
b. Industri yang taat terhadap peraturan perundangan di bidang
pengendalian pencemaran lingkungan
Ketaatan industri terhadap peraturan pengelolaan lingkungan hidup
merupakan aspek dasar dalam penilain PROPER. Sifat pembinaan PROPER, selain
bentuk pengawasan, memberi peluang bagi perusahaan untuk dapat memahami dan
menjalankan peraturan lingkungan yang berkaitan atau menjadi kewajibannya.
Persentase ketaatan dalam PROPER merupakan hal yang krusial karena
ditargetkan maksimal, namun rentan karena setiap tahun jumlah industri peserta
PROPER selalu bertambah. Pertambahan industri baru tentunya akan
mempengaruhi keseluruhan peringkat ketaatan PROPER. Selama periode 2010-
2014 target tahunan prosentase jumlah ketaatan industri terhadap peraturan
lingkungan adalah 65%.
Hasil penilaian PROPER 2014 menunjukkan bahwa prosentase industri yang
mampu taat terhadap peraturan mencapai 72%. Dengan demikian capaian ketaatan
industry PROPER pada kegiatan tahun 2014 mencapai 110,7%. Hasil
pemeringkatan PROPER 2014 menunjukkan bahwa proses pra-PROPER atau
persiapan PROPER lebih baik dari tahun sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan
prosentase penaatan industri PROPER yang lebih tinggi dibanding pencapaian
tahun sebelumnya, yang hanya mencapai 65% dari total 1.812 industri yang diawasi.
Bahkan persentase pencapaian 2013 tersebut juga masih lebih rendah dibanding
pencapaian 2012 yang mencapai 69% dari 1311 industri, atau 2011 yang mencapai
66% dari 1.005 industri. Prosentase Tingkat Ketaatan Industri yang diawasi dan
memenuhi baku mutu dari tahun 2010 s/d 2014 dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah
ini:
Tabel 3.5. Prosentase Tingkat Ketaatan Industri yang Diawasi dan Memenuhi Baku Mutu
20132014 65% 72% 110,7% 1.914
20122013
65%
65%
100%
1.812
20112012 65% 69% 106,2% 1.311
20102011
65%
66% 101,54% 1.005
36