lakip deputi bidang pengawasan penyelenggaraan keuangan
TRANSCRIPT
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah ii
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar……………………………………………………………………… i
Daftar Isi…………………………………………………………………………….. ii
Ringkasan Eksekutif……………………………………………………………….. iii
Bab 1 Pendahuluan
A. Tugas, Fungsi dan Wewenang Organisasi 1
B. Aspek Strategis 2
C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi 3
D. Struktur Organisasi 3
E. Sistematika Penyajian 6
Bab 2 Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 7
A. Rencana Strategis 2015-2019 7
B. Perjanjian Kinerja 2015 13
Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 15
A. Kerangka Pengukuran Kinerja 15
B. Akuntabilitas Kinerja 16
1. Ringkasan Kinerja 16
2. Evaluasi Kinerja 18
C. Realisasi Keuangan 62
Bab 4 Penutup 64
Lampiran 1-3
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah iii
engukuran capaian kinerja tahun 2015 merupakan bagian dari
penyelenggaraan akuntabilitas kinerja tahunan Deputi Bidang
Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah (Deputi III). Sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun
2014, akuntabilitas kinerja menitikberatkan pada pengukuran pencapaian
tujuan/sasaran strategis.
Pengukuran capaian kinerja sasaran strategis meliputi identifikasi atas realisasi
IKU dan membandingkan dengan targetnya. Analisis lebih mendalam
dilakukan terutama terhadap capaian yang di bawah target untuk mengenali
faktor penyebab sebagai bahan evaluasi strategi peningkatan kinerja di tahun
2015 untuk penetapan strategi di tahun-tahun berikutnya atau tahun-tahun
selanjutnya (performance improvement).
Pengukuran pencapaian sasaran strategis, dihitung berdasarkan jumlah IKU
yang tercapai dibagi dengan jumlah IKU. Hal ini dilakukan untuk menghindari
distorsi perhitungan capaian kinerja sasaran strategis Deputi III.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, realisasi pencapaian sasaran strategis
dan sasaran program tahun 2015 Deputi III secara ringkas disajikan pada tabel
RE 1 dan RE 2.
Capaian indikator sasaran strategis dan capaian indikator sasaran program
Deputi III pada tahun 2015 masing-masing adalah sebesar 133,90% dan
133,61%. Capaian indikator outcome tersebut merupakan capaian rata-rata atas
semua IKU yang secara ringkas disajikan menurut tujuan dan sasaran strategis
sebagaimana terlihat pada Tabel RE 1dan RE2 berikut ini:
Tabel RE 1
Ringkasan Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama % Capaian
Tujuan 1 : Peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan dan pembangunan daerah yang bersih dan efektif
Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional
IKU 1.1. Indeks akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan program prioritas dalam nawacita
-
Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya maturitas SPIP
IKU 2.2. Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3) 400
PPP
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah iv
Indikator Kinerja Utama % Capaian
IKU 2.3. Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3) 135,59
Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Inter Pemerintah K/L/Pemda
IKU 3.1. Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) 0
IKU 3.2. Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3) 0
Rata-rata 133,90
Tabel RE 2
Ringkasan Capaian Indikator Kinerja Sasaran Program
Indikator Kinerja Utama % Capaian
Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional
Sasaran Program 1.1 : Perbaikan pengelolaan Program Prioritas Nasional/Daerah dan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah
IKP 1.1.1 Persentase perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Pengelolaan program prioritas nasional dan pengelolaan keuangan negara/daerah
98,48
Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya maturitas SPIP
Sasaran Program 2.1 : Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP Pemda
IKP 2.1.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) 400
IKP 2.1.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) 135,59
Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Inter Pemerintah K/L/Pemda
Sasaran Program 3.1 : Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemda
IKP 3.1.1. Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
0
IKP 3.1.2. Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 3)
0
IKP 3.1.3. Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2)
187,59
IKP 3.1.4. Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 2)
156,13
IKP 3.1.5. Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1)
116,98
IKP 3.1.6. Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 1)
107,73
Rata-rata 133,61
Dari tabel 3.1 di atas menunjukkan bahwa 2 (dua) indikator kinerja sasaran
strategis dan 6 (enam) indikator kinerja sasaran program yang digunakan
untuk mengukur kinerja Deputi III tahun 2015 yang telah mencapai target
dengan uraian sebagai berikut:
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah v
1. Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
pembangunan nasional
Sasaran strategis “Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan
keuangan dan pembangunan nasional” diindikasikan oleh satu IKU yaitu
indeks akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan program
prioritas dalam nawacita. Nilai indeks adalah skala 1 - 5. Semakin tinggi
nilai indeks menunjukkan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
pembangunan program prioritas dalam Nawa Cita yang semakin baik.
Target nilai indeks pada tahun 2015 adalah 1 dari skala 5.
Pada tahun 2015 indikator kinerja “Indeks Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawa Cita” belum
dapat diukur.
2. Meningkatnya maturitas SPIP
Sasaran strategis “Meningkatnya maturitas SPIP” diindikasikan oleh dua
IKU penyelenggaraan SPIP pada seluruh K/L/Pemda. Semakin banyak
K/L/Pemda yang menyelenggarakan SPIP sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008,
diharapkan akan semakin baik kualitas pencapaian tujuan instansi
pemerintah dan semakin berkualitas birokrasi. Capaian IKU yang
mendukung sasaran strategis ini adalah:
1) Level SPIP pemerintah provinsi (level 3) diukur dengan menggunakan
skala 1-5. Semakin tinggi nilai maturitas SPIP menunjukkan kualitas
penyelenggaraan SPIP yang semakin baik.
Pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi yang dibina dan tingkat maturitas
penyelenggaraan SPIP-nya menuju level 3 adalah sebanyak 1 (satu)
pemda atau 20% dari pemda yang dibina. Bila dibandingkan dengan
targetnya sebesar 5%, maka capaian IKU ini tersebut adalah sebesar
400%.
2) Level SPIP pemerintah kabupaten/kota (level 3) yang diukur dengan
menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi nilai maturitas SPIP
menunjukkan kualitas penyelenggaraan SPIP yang semakin baik.
Dalam tahun 2015, telah dilakukan penilaian maturitas SPIP pada 59
pemerintah kabupaten/kota. Dari hasil assessment, Pemerintah
kabupaten/kota yang telah mencapai level maturitas di atas 3 adalah
sebanyak 4 kabupaten/kota. Oleh karena itu, realisasi maturitas SPIP
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah vi
Kabupaten/Kota (Level 3) sebesar 6,78% dari jumlah Pemkab/Kota
sebanyak 59 pemda yang dibina. Bila dibandingkan dengan targetnya
sebesar 5%, maka capaian IKU ini tersebut adalah sebesar 135,59%.
3. Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah
K/L/Pemda
Sasaran strategis “Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern
Pemerintah K/L/Pemda” diindikasikan oleh dua IKU peningkatan
kapabilitas APIP pada seluruh Pemda. Semakin banyak Pemda yang
meningkat kapabilitasnya, diharapkan akan semakin baik kualitas
pencapaian tujuan instansi pemerintah dan semakin berkualitas birokrasi.
Capaian IKU yang mendukung sasaran strategis ini adalah:
1) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) yang diukur dengan
menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi level kapabilitas APIP
menunjukkan kualitas kapabilitas APIP yang semakin baik.
Dalam tahun 2015, belum ada Pemerintah Provinsi yang tingkat
kapabilitas APIP-nya mencapai level 3. Sehingga capaian kinerja
kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) adalah sebesar 0% dari
target sebesar 5%.
2) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) yang diukur dengan
menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi level kapabilitas APIP
menunjukkan kualitas kapabilitas APIP yang semakin baik.
Dalam tahun 2015, belum ada Pemerintah Kabupaten/Kota yang tingkat
kapabilitas APIP-nya mencapai level 3 sehingga capaian kinerja
kapabilitas APIP pemerintah kabupaten/kota (level 3) adalah sebesar 0%
dari target sebesar 5%.
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 1
A. Tugas, Fungsi dan Wewenang Organisasi
eputi III sebagai salah satu unit dari BPKP, dibentuk sesuai dengan
Peraturan Presiden RI Nomor 192 Tahun 2014 Tentang Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, dan menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut:
1. pengkajian, perumusan, dan penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern
terhadap akuntabilitas penyelenggaraan keuangan dan program lintas
sektoral pembangunan daerah;
2. penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pengawasan intern terhadap
akuntabilitas penyelenggaraan keuangan dan program lintas sektoral
pembangunan daerah;
3. pengawasan intern terhadap akuntabilitas penerimaan dan akuntabilitas
pengeluaran keuangan daerah dan pembangunan daerah dan/atau kegiatan
lain yang seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran
pemerintah daerah dan/atau subsidi pada pemerintah daerah;
4. pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan aset
daerah;
5. pengawasan intern terhadap Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah;
6. perumusan kebijakan dan pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah pada pemerintah daerah;
7. pembinaan kapabilitas pengawasan intern pemerintah daerah;
8. pemberian asistensi atas reviu laporan keuangan dan laporan kinerja
pemerintah daerah;
9. pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan pemerintah di
bidang pemerintahan daerah sesuai peraturan perundang-undangan; dan
10. pelaksanaan analisis, evaluasi dan pengolahan hasil pengawasan
penyelenggaraan akuntabilitas keuangan dan pembangunan daerah
Bab
1 PENDAHULUAN
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 2
B. Aspek Strategis Organisasi
Dalam periode tahun-tahun sebelumnya Deputi III telah menunjukkan
kinerja yang baik khususnya dalam rangka meningkatkan tata kelola
pemerintahan dan menciptakan iklim pencegahan KKN sebagaimana
diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Sejumlah
langkah pembenahan telah dilakukan oleh Deputi III dan beberapa hasil signifikan
juga telah diperoleh.
Aspek strategis yang dimiliki Deputi III digunakan untuk memberikan
pelayanan manajemen kepada pemerintah daerah dan Kementerian Dalam
Negeri. Keberhasilan dalam meningkatkan tata kelola pemerintah daerah di tahun
periode renstra yang lalu dan mengingat kompleksitas permasalahan yang
dihadapi dalam manajemen pemerintahan serta meningkatnya kepercayaan
Pemda, mendorong Deputi III untuk dapat lebih berperan dalam mengatasi
permasalahan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dan memberikan
pelayanan pada pemda dalam rangka meningkatkan tata kelola pemerintahan
daerah, antara lain terkait dengan hal sebagai berikut :
1) Masih banyaknya Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang belum
memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atau bahkan disclaimer
dari BPK-RI.
2) Belum semua Pemerintah Daerah menerapkan Standar Pelayanan Minimal
(SPM).
3) Kelemahan dalam pengelolaan dana perimbangan khususnya Dana Alokasi
Khusus (DAK).
4) Masih cukup banyak terdapat penyimpangan dalam pengelolaan keuangan
daerah.
Dengan kondisi seperti tersebut diatas juga dengan mempertimbangkan
kemampuan atau potensi yang dimiliki Deputi III antara lain berupa :
• Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keahlian, pelatihan teknis, dan
pengalaman yang cukup.
• adanya kantor Perwakilan BPKP yang dapat menjangkau seluruh
Pemerintah Daerah
• adanya kemampuan merespon kebutuhan manajemen Pemerintah Daerah
dan kemampuan menanggapi kebutuhan manajemen Pemerintah Daerah
sehingga menjalin kerjasama dengan Pemerintah Daerah yang bersangkutan,
Deputi III optimis dapat berperan dalam membantu pemda untuk meningkatkan
tata kelola pemerintah daerah.
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 3
C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi
Kegiatan layanan yang diberikan oleh Deputi III dalam bidang
penyelenggaraan keuangan daerah meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah dalam penerapkan Standar
Pelayanan Minimal terhadap 2 urusan yaitu Urusan Pendidikan, dan
Kesehatan.
2. Probity Audit atas pengadaan barang dan jasa.
3. Clearance Asset rencana pembangunan sarana prasarana aparatur.
4. Monitoring atas realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK).
5. Pengawasan atas permintaan stakeholder bidang keuangan daerah meliputi
monitoring Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (OPAD).
6. Sosialisasi, asistensi/bimbingan teknis di bidang pengelolaan keuangan
daerah.
7. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah
(SIMDA) dalam rangka mempercepat pemerintah daerah menyusun laporan
pertanggungjawaban keuangan daerah.
8. Sosialisasi, asistensi/bimbingan teknis di bidang pengelolaan keuangan desa
9. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Desa
(SIMDA Desa) dalam rangka mempercepat pemerintah desa menyusun
laporan pertanggungjawaban keuangan desa
10. Evaluasi SAKIP
11. Evaluasi penyerapan anggaran
12. Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD)
13. Koordinasi dan Supervisi Pelayanan Publik Instansi pemerintah di daerah.
14. Layanan sosialisasi dan bimbingan konsultasi diklat SPIP untuk membantu
pemda dalam menyelengarakan SPIP di lingkungan pemda.
15. Kajian Current Issue.
D. Struktur Organisasi
Untuk dapat menjalankan tugas yang telah dibebankan, Deputi III
membawahi tiga direktorat sebagai berikut:
1. Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah I
2. Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah II
3. Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah III
Wilayah I meliputi wilayah Sumatera dan Kalimantan, wilayah II meliputi
wilayah Jawa dan Bali, serta wilayah III meliputi wilayah Sulawesi, Nusa
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 4
Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku dan Papua. Untuk menunjang
tugas pokok dan fungsinya, Deputi III dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Perbantuan III yang merupakan perbantuan dari Biro Umum dengan tugas
mengelola kegiatan Tata Usaha Deputi III.
Disamping itu, dalam memperlancar tugas-tugas kedeputian, Deputi
Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah telah
menetapkan penanggung jawab kegiatan yang membidangi bagian keuangan,
bagian kepegawaian, dan bagian umum dengan uraian sebagai berikut:
No Uraian Penanggung Jawab
1 Urusan Kepegawaian Direktorat Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah I
2 Urusan Keuangan Direktorat Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah II
3 Urusan Umum Direktorat Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah III
Struktur organisasi di atas dapat digambarkan dalam bagan berikut;
STRUKTUR ORGANISASI DEPUTI III
DITWAS PKD WIL. I
DEPUTI PENGAWASAN BIDANG
PENYELENGGARAAN KEUANGAN
DAERAH
KELOMPOK PFA KELOMPOK PFA
DITWAS PKD WIL. II DITWAS PKD WIL. III
KASUBDIT
WIL.I.2
KASUBDIT
WIL.II.1
KASUBDIT
WIL.II.2
KELOMPOK PFA
KASUBDIT
WIL.III.1
KASUBDIT
WIL.III.2
KASUBDIT
WIL.I.1
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 5
Deputi III didukung dengan tenaga SDM yang cukup andal. Posisi pegawai per 31
Desember 2015 berjumlah 107 orang, dengan rincian sebagai berikut:
1. Komposisi Pegawai Menurut Kelompok Jabatan
Tabel 1.1.
Komposisi Pegawai Menurut Kelompok Jabatan per 31 Desember 2015
Jabatan Jumlah (orang)
Deputi 1
Direktur 3
Kepala Sub Direktorat 6
Subag Umum Perbantuan 1
Pejabat Fungsional Auditor 77
Pejabat Fungsional Arsiparis 2
Pejabat Fungsional Kepegawaian 1
Pranata Komputer 3
Fungsional Umum 13
Jumlah 107
2. Komposisi Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan
Tabel 1.3 Komposisi Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan
Pendidikan Jumlah (orang)
S-3 1
S-2 19
S-1/D-IV 55
Sarmud/D.III 23
SLTA 9
SLTP 0
Jumlah 107
3. Komposisi Pegawai Menurut Pangkat/Golongan
Tabel 1.2 Komposisi Pegawai Menurut Pangkat/Golongan
Golongan Jumlah (orang)
Golongan IV 27
Golongan III 66
Golongan II 14
Golongan I 0
Jumlah 107
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 6
E. Sistematika Penyajian
Laporan Kinerja Deputi III Tahun 2015 melaporkan pencapaian kinerja Deputi III
selama tahun 2015. Capaian kinerja 2015 diukur dan dinilai berdasarkan Penetapan
Kinerja (Tapkin) 2015 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Tapkin
sendiri merupakan penjabaran Renstra Deputi III Tahun 2015-2019.
Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja Tahun 2015 memungkinkan
dilakukannya identifikasi atas sejumlah celah kinerja (performance gap) sebagai masukan
bagi perbaikan kinerja di masa datang. Dengan pola pikir seperti ini, sistematika
penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi III Tahun 2015 dapat diilustrasikan
dalam Gambar 1.2 berikut ini.
Gambar 1.2
Sistematika Penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi III tahun 2015
Renstra 2015-2019 dan Perjanjian Kinerja 2015
Perjanjian KinerjaTahun 2015
CapaianKinerja 2015
BabReferensi
AnalisisCapaianKinerja
2015
Penutup Bab IV
Bab II
Bab III
Pendahuluan Bab I
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 7
erencanaan dan perjanjian kinerja dimulai dari penetapan rencana
strategis (renstra) Deputi III yang merupakan suatu proses yang
meliputi serangkaian rencana dan program mendasar yang dibuat
oleh manajemen puncak agar dapat di implementasikan oleh
seluruh jajaran organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Program pada Renstra Deputi III mencakup satu program teknis yaitu Program
Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, dan satu program
generik yaitu Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya BPKP. Renstra Deputi III Tahun 2015 – 2019 ditetapkan dengan
Keputusan Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan
Daerah Nomor: KEP-3/D4/02/2015 tanggal 5 Januari 2015.
A. RENCANA STRATEGIS 2015-2019
Penyusunan Renstra Deputi III merupakan salah satu amanat Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN). Renstra Deputi III merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi,
misi, tujuan, strategi, kebijakan, serta program dan kegiatan Deputi III dalam
rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Renstra Deputi III merupakan
bagian dari perencanaan nasional, sehingga harus sinkron dan mengacu kepada
Renstra BPKP dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
serta mendukung pencapaian program-program prioritas Pemerintah.
1. Pernyataan Visi
Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis, termasuk terbitnya mandat
baru sesuai PP No. 60 Tahun 2008 dan Perpres No. 192 Tahun 2014, BPKP cq Deputi
III menegaskan jati dirinya sebagai Auditor Internal Pemerintah berkelas dunia.
Konsekuensinya, BPKP cq Deputi III dituntut untuk dapat memberikan informasi
yang berharga bagi Presiden dan stakeholder dari hasil pengawasan dan
pembinaan yang dilakukan dan mampu memberikan solusi atas permasalahan
Bab
2 PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 8
yang dihadapi pemerintah. Kontribusi BPKP cq Deputi III tersebut dimaksudkan
untuk membantu pemerintah mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik,
bersih dan akuntabel. Akuntabilitas keuangan daerah dan pembangunan daerah
yang berkualitas merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai Deputi III yang
merepresentasikan manfaat yang dapat diberikan Deputi III kepada
stakeholdersnya. Komitmen tersebut selanjutnya dituangkan dalam pernyataan Visi
Deputi III sebagai berikut:
Terwujudnya visi merupakan tantangan sekaligus peluang yang harus dihadapi
Deputi III baik di tingkat pusat maupun tingkat perwakilan. Sebagai penjabaran
dari visi tersebut, ditetapkanlah misi Deputi III.
2. Pernyataan Misi
Sebagai bentuk nyata dari visi tersebut, ditetapkanlah 3 (tiga) misi Deputi III
yang menggambarkan hal-hal yang seharusnya terlaksana, sehingga hal-hal yang
masih abstrak pada visi akan lebih nyata terlihat pada misi.
Ketiga misi Deputi III yang pencapaiannya diagendakan dalam tahun
2015 – 2019 adalah sebagai berikut:
Misi pertama berkaitan dengan aktualisasi peran Deputi III yang melaksanakan
pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan daerah dan pembangunan daerah,
MISI
1. Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan dan pembangunan daerah guna mendukung tata kepemerintahan yang bersih dan efektif.
2. Membina penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah dilingkungan pemerintahan daerah.
3. Mengembangkan kapabilitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten
VISI Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Daerah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 9
TUJUAN
1. Peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan dan pembangunan daerah yang bersih dan efektif.
2. Peningkatan efektifitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah di lingkungan pemerintah daerah.
3. Peningkatan kapabilitas pengawasan intern pemerintah daerah yang profesional dan kompeten
dan dilakukan untuk membantu kepala daerah selaku stakeholder dalam
mendorong terwujudnya tata kepemerintahan yang baik. Dalam misi ini, tercakup
seluruh kegiatan utama (core business) Deputi III, baik dalam aktivitas assurance
yang dilakukan dalam bentuk audit, evaluasi, reviu, maupun aktivitas consulting
yang dilakukan dalam bentuk sosialisasi, bimbingan teknis/asistensi, konsultansi,
pengembangan sistem.
Misi kedua berkaitan dengan BPKP sebagai pembina Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) sebagaimana diamanatkan dalam pasal 59 PP 60 tahun 2008
yaitu melakukan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP. Misi ini bertujuan untuk
memastikan tercapainya akuntabilitas kinerja pemerintah daerah sehingga perlu
juga dipastikan efektivitas penyelenggaraan SPIP pada seluruh instansi
pemerintah daerah.
Misi ketiga berkaitan dengan BPKP sebagai pembina aparat pengawasan intern
pemerintah. Misi ini bertujuan untuk memastikan terwujudnya peran APIP
sebagai aparat pengawasan intern yang efektif dan kompeten.
3. Tujuan
Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi,
yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan lima
tahun. Dalam penetapan tujuan-tujuan strategis, Deputi III mengadopsi konsep
Balanced Scorecard (BSC) dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan
karakteristik organisasi publik, yaitu memodifikasi perspektif keuangan menjadi
perspektif manfaat bagi stakeholder dan perspektif pelanggan menjadi perspektif
manfaat bagi auditan/pengguna jasa.
Tujuan utama Deputi III tercermin dalam tujuan-tujuan strategis yang
terdapat pada perspektif manfaat bagi stakeholder, sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 10
4. Sasaran Strategis
Sasaran strategis merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan, yang
dirumuskan secara spesifik dan terukur untuk dapat dicapai dalam kurun waktu
lebih pendek dari tujuan. Sebagaimana tujuan, sasaran strategis merupakan
kondisi yang diharapkan dalam kurun waktu tertentu; sasaran strategis
merupakan ukuran pencapaian dari tujuan. Dengan pengertian ini, dan dikaitkan
dengan tujuannya, sasaran strategis Deputi III untuk tahun 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
1) Meningkatnya Kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan
daerah;
2) Meningkatnya maturitas Sistem Pengendalian Intern pada Pemerintah Daerah
3) Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern pemerintah pada pemerintah
daerah
Dikaitkan dengan tujuannya, sasaran strategis Deputi III untuk tahun 2015-2019
adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 2.1.
TABEL 2.1
SASARAN STRATEGIS DEPUTI III
NO SASARAN INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS
SATUAN TARGET
2015 2019
1 Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan daerah
Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Dalam Nawacita
Skala 1-5 0 3
2 Meningkatnya maturitas SPIP
Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
% 5 85
Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)
% 5 70
3.1 Meningkatnya Kapabilitas Intern Pemerintah K/L/Pemda
Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
% 6 82
Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)
% 2 85
5. Indikator Kinerja Utama
Indikator kinerja utama Deputi III merupakan indikator kinerja yang berada pada
perspektif manfaat bagi stakeholders yang menunjukkan peran utama Deputi III
dalam pengawasan akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan
penyelenggaraan SPIP.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 11
Indikator kinerja utama Deputi III merupakan ukuran keberhasilan dari tujuan
dan sasaran strategis Deputi III. IKU terbagi menjadi dua perspektif, yang pertama
bersifat outward looking yaitu perspektif manfaat langsung bagi stakeholders
eksternal yang menunjukkan peran utama Deputi III dalam pengawasan
akuntabilitas keuangan daerah dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada
Pemda.
Perspektif kedua bersifat inward looking yang menunjukkan manfaat bagi
stakeholders internal BPKP. Penetapan indikator dilakukan dengan
mempertimbangkan tujuan dan sasaran strategis dan kegiatan-kegiatan yang
mendukung tujuan strategis. Indikator ini digunakan untuk mengukur
keberhasilan sasaran strategis, sedangkan keberhasilan kegiatan diukur dengan
menggunakan indikator keluaran (output).
Indikator-indikator kinerja utama Deputi III dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2.
Indikator Kinerja Utama Deputi III
No Indikator Kinerja Utama
1. Sasaran Strategis : Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan daerah
1.1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawacita
2. Sasaran Startegis : Meningkatnya Maturitas SPIP Pemda
2.1 Persentase Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
2.2 Persentase maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)
3. Sasaran Strategis : Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah K/L/Pemda
3.1 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) 3.2 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)
6. Program dan Kegiatan
Untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis di atas, Deputi III
menyesuaikan program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh unit organisasi
Deputi III dengan program yang ditetapkan oleh BPKP.
Deputi III hanya melaksanakan satu program teknis yaitu “Program Pengawasan
Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)”.
Anggaran untuk kumpulan kegiatan dalam rangka mencapai sasaran dialokasikan
menurut indikator kinerja utama. Kumpulan kegiatan ini identik juga dengan
program menurut Peraturan Menteri PAN Nomor PER/09/M.PAN/5/2007
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 12
tanggal 31 Mei 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama
di Lingkungan Instansi Pemerintah.
Program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Deputi III dalam rangka
mendukung pencapaian sasaran strategis Deputi III tahun 2015 secara ringkas
dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3.
Program, Sasaran Strategis, dan Kegiatan
No Indikator Kinerja Utama
Program 1 : Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara Dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
1. Sasaran Strategis: Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan daerah
1.1 Indikator Kinerja Utama: Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawacita
1. Asistensi/Bimtek SIMDA
2. Evaluasi Penyusunan dan Penetapan APBD
3. Analisis Kinerja Keuangan Pemda
4. Bimtek Penyusunan Rencana Aksi Hasil Temuan BPK
5. Bimtek Reviu LKPD Berbasis Akrual
6. Evaluasi Penyerapan Anggaran Pemda
7. Sosialisasi/Bimtek Pengelolaan Keuangan Desa
5. Kajian Permasalahan PBJ/ Pengadaan Barang dan Jasa
6. Pengendalian pengadaan barang/jasa melalui Pelaksanaan Probity Audit
7. Probity Audit Pengadaan Barang dan Jasa pada K/L
8. Penataan Sisdur PBJ di Tingkat Pemda
9. Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD)
10. Evaluasi SAKIP
11. Asistensi Perencanaan Pembangunan Daerah
12. Audit Kinerja Pelayanan Pemda Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Kemaritiman
13. Verifikasi Advance Payment DAK Reimbursement TA 2015
14. Monitoring Pengelolaan DAK & Dana Penyesuaian TA 2014
15. Asistensi Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (OPAD)
16. Koodinasi Suverfisi dan Pencegahan Korupsi
17. Pengawasan atas Kepemilikan, Pemanfaatan dan Pengelolaan Aset P3
2. Sasaran Startegis: Meningkatnya Maturitas SPIP Pemda
2.1 Indikator Kinerja Utama : Persentase Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
2.2 Indikator Kinerja Utama : Persentase maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/ Kota (Level 3)
1. Penyusunan RTP
2. Penilaian Risiko
3. Pembinaan SPIP Pemda
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 13
No Indikator Kinerja Utama
4. Penilaian Maturitas SPIP
5. QA Atas Pembinaan SPIP
3. Sasaran Strategis: Tercapainya kapabilitas aparat pengawasan intern pemerintah daerah yang profesional dan kompeten
3.1 Indikator Kinerja Utama : Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
3.2 Indikator Kinerja Utama : Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)
1. Validasi/Verifikasi atas penilaian mandiri (self assessment) yang telah dilakukan Inspektorat peningkatan kapabilitas APIP
2. QA Pelaksanaan peningkatan Kapabilitas APIP
3. Bimtek Kapabilitas APIP pada Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan
4. Bimtek Kapabilitas APIP pada Kementerian Dalam Negeri
B. PERJANJIAN KINERJA 2015
Pengukuran pencapaian tujuan sebagaimana ditetapkan dalam Renstra
dilakukan melalui pengukuran pencapaian sasaran strategis dalam hal ini
pengukuran indikator kinerja utama. Untuk menguatkan pencapaian sasaran
strategis ini di tahun 2015 disusun perjanjian kinerja atau penetapan kinerja
sebagai dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja
antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu, dokumen
penetapan kinerja memuat pernyataan dan lampiran formulir yang
mencantumkan sasaran strategis, indikator kinerja utama organisasi, beserta target
kinerja dan anggaran. Target kinerja menunjukkan komitmen dari pimpinan dan
seluruh anggota organisasi untuk mencapai hasil yang diinginkan dari setiap
sasaran strategis sesuai indikator kinerja utama yang bersifat outcome.
Pada tahun 2015, Perjanjian Kinerja memuat 5 indikator kinerja utama yang
digunakan untuk mengukur tercapainya tiga sasaran strategis dan 9 indikator
kinerja program untuk mengukur tercapainya tiga sasaran program dapat dilihat
pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4.
Perjanjian Kinerja Deputi III Tahun 2015
NO SASARAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET
I Sasaran Strategis Indikator Kinerja Strategis
1 Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional
1.1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawa Cita
1 dari skala 5
0
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 14
NO SASARAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET
2 Meningkatnya Maturitas SPIP 2.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
% 5
2.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)
% 5
3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah K/L/Pemda
3.1 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
% 6
3.2 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)
% 2
II Sasaran Program Indikator Kinerja Program
1 Perbaikan pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keuangan Daerah
1.1 Perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Pengelolaan program strategis nasional dan pengelolaan keuangan daerah
% 40
2 Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP pada Pemerintah Daerah
2.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
% 5
2.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)
% 5
3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern K/L/P
3.1 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
% 6
3.2 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota(Level 3)
% 2
3.3 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2)
% 21
3.4 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota(Level 2)
% 15
3.5 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1)
% 73
3.6 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota(Level 1)
% 83
Untuk melaksanakan program dan kegiatan tahun 2015, Deputi III memperoleh
anggaran sebesar Rp7.578.262.000,00 yang terdiri atas anggaran Deputi III sebesar
Rp6.799.286.000.000,00 dan anggaran Satgas SPIP sebesar Rp778.976.000,00 sesuai
dengan DIPA-089.01.1.450491/2015 tanggal 14 November 2014.
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 15
A. Kerangka Pengukuran Kinerja
alam rangka penyusunan laporan kinerja Deputi III tahun 2015
dilakukan pengumpulan data kinerja melibatkan seluruh direktorat di
lingkungan Deputi III. Data kinerja yang dikumpulkan yaitu data-data
target dan realisasi kinerja Deputi III beserta uraian rinci kinerja, target
dan realisasi keuangan, target dan realisasi penggunaan sumber daya manusia,
serta data dan informasi lain yang terkait dengan kinerja Deputi III tahun 2015.
Pengumpulan data kinerja diarahkan untuk mendapatkan data kinerja yang akurat,
lengkap, tepat waktu dan konsisten yang berguna bagi pengambilan keputusan
dalam rangka perbaikan kinerja tanpa meninggalkan keseimbangan manfaat dan
biaya, efisiensi dan efektivitas. Sebagian data realisasi kinerja dapat diperoleh dari
program aplikasi New IPMS yang membantu dalam penyusunan laporan kinerja
Deputi III.
Setelah data-data tersebut di atas diperoleh, selanjutnya dilakukan pengukuran
kinerja Deputi III tahun 2015. Pengukuran kinerja dilakukan dengan
membandingkan realisasi dengan target kinerja yang diperjanjikan dalam
dokumen perjanjian kinerja Deputi III Tahun 2015. Seluruh indikator kinerja Deputi
III dalam Renstra Deputi III mencerminkan kondisi yang semakin baik apabila
realisasi kinerja semakin tinggi. Oleh karena itu pengukuran capaian kinerja
menggunakan rumus sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, selanjutnya dilakukan evaluasi capaian
setiap indikator kinerja untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hal-hal
yang mendukung keberhasilan dan kendala pencapaian kinerja. Evaluasi dilakukan
guna mengetahui kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pencapaian kinerja
agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di
masa yang akan datang.
Dalam evaluasi kinerja diupayakan pembandingan-pembandingan antara realisasi
kinerja dengan target tahun berjalan, realisasi kinerja tahun berjalan dengan
Capaian Kinerja = Realisasi X 100%Rencana
Bab 3
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 16
realisasi tahun lalu, realisasi kinerja Deputi III dengan realisasi kinerja instansi lain
yang serupa/terkait, dan pembandingan-pembandingan lain yang diperlukan.
Selain itu dalam evaluasi kinerja dilakukan pula analisis efisiensi dengan cara
membandingkan proporsi capaian kinerja dengan proporsi penggunaan dana
B. Akuntabilitas Kinerja
ebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi
Deputi III, keputusan-keputusan yang diambil dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi, serta penggunaan dana, berikut disajikan akuntabilitas
kinerja Deputi III tahun 2015.
1. Ringkasan kinerja
Laporan kinerja tahun 2015 Deputi III ini merupakan laporan kinerja tahun
pertama dalam periode Renstra 2015-2019 Deputi III. Dalam renstra periode
2015-2019, Deputi III menetapkan 3 tujuan, yang kemudian dijabarkan
dalam 3 sasaran strategis Deputi III dan 4 sasaran program.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, realisasi pencapaian sasaran strategis
dan sasaran program tahun 2015 Deputi III secara ringkas disajikan sebagai
berikut:
Tabel 3.1
1) Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2015 Deputi III
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)
1 Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional
1.1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawa Cita
0 dari skala 5
0.dari skala 5
- ����
2 Meningkatnya Maturitas SPIP
2.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
5% 20% 400 ����
2.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)
5% 6,78% 135,59 ����
3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah K/L/Pemda
3.1 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
6% 0% 0 X
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 17
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)
3.2 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)
2% 0% 0 X
Rata-rata capaian 133,90 ����
2) Pencapaian Sasaran Program Tahun 2015 BPKP
No Sasaran Program Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)
1 Perbaikan pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah
1.1 Perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Pengelolaan program strategis dan Pengelolaan Keuangan Negara/ Daerah
40% 39,39% 98,48 X
2 Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP pada Pemda
2.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
5% 20% 400 ����
2.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)
5% 6,78 135,59 ����
3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemda
3.1 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
6% 0% 0 X
3.2 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 3)
2% 0% 0 X
3.3 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2)
21% 39,39% 187,59 ����
3.4 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 2)
15% 23,42% 156,13 ����
3.5 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1)
73% 60,61% 116,98 ����
3.6 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 1)
83% 76,58% 107,73 ����
Rata-rata Capaian 133,61 ����
Keterangan: ���� = mencapai target, X = tidak mencapai target
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 18
Dari tabel 3.1 di atas menunjukkan bahwa 2 (dua) indikator kinerja sasaran
strategis dan 6 (enam) indikator kinerja sasaran program yang digunakan
untuk mengukur kinerja Deputi III tahun 2015 yang telah mencapai target.
2. Evaluasi kinerja
a. Evaluasi Kinerja Sasaran Strategis
Realisasi dan capaian indikator kinerja sasaran strategis berdasarkan
tujuan dan sasaran strategis Deputi III dapat diuraikan sebagai berikut:
Tujuan 1: Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional yang Bersih dan Efektif
Sasaran Strategis 1
Meningkatnya Kualitas Akuntabiltas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional
Pencapaian sasaran strategis “Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional” diukur
menggunakan satu indikator kinerja, yaitu “Indeks Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam
Nawa Cita”.
Indeks tersebut mencerminkan kualitas akuntabilitas pengelolaan dan
pembangunan program prioritas dalam Nawa Cita. Nilai indeks adalah
skala 1 - 5. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kualitas
akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan program
prioritas dalam Nawa Cita yang semakin baik. Target nilai indeks pada
tahun 2015 adalah 0 dari skala 5.
Pada tahun 2015 indikator kinerja “Indeks Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawa Cita”
belum dapat diukur.
Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya tidak
dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama periode
Renstra Deputi III 2015-2019, dan indikator kinerja Deputi III tahun 2015
berbeda dengan tahun sebelumnya.
Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target akhir
Renstra Deputi III periode 2015-2019 digambarkan dalam gambar 3.1
sebagai berikut:
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 19
Gambar 3.1
Perbandingan realisasi IKS 1 dengan target akhir periode Renstra
Realisasi indikator kinerja sasaran strategis ini didukung dengan dana
sebesar Rp3.187.523.000,00, mencapai 89,24% dari anggaran sebesar
Rp3.571.961.000,00, dan dengan SDM sebanyak 4.045 OH, mencapai
78,09% dari rencana sebanyak 5.180 OH.
Dari sisi penggunaan dana, indikator kinerja sasaran strategis belum
efisien. Hal ini terlihat dari capaian indikator sasaran strategis yang
belum dapat diukur sementara capaian penggunaan dana sebesar
89,24%.
Pencapaian sasaran strategis 1, didukung oleh pencapaian sasaran
program 1.1 yang diuraikan dibawah ini.
Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional
Sasaran Program 1.1
Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional/Daerah dan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah Bidang Pengawasan Keuangan Daerah
Pencapaian sasaran program “Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas
Nasional/Daerah dan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah Bidang
Pengawasan Keuangan Daerah” diukur menggunakan satu indikator
kinerja, yaitu “Persentase perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan
pengendalian intern Pengelolaan program prioritas nasional dan
pengelolaan keuangan negara/daerah”.
0
1
2 2
3
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Realisasi Th
2015
Target Th 2016Target Th 2017Target Th 2018Target Th 2019
Sk
ala
In
de
ks
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 20
Indikator tersebut mencerminkan perbaikan pada kualitas tata kelola,
manajemen risiko, dan pengendalian intern pada program/kegiatan
prioritas pembangunan nasional dan pengelolaan keuangan
negara/daerah. Semakin tinggi nilai persentase perbaikan menunjukkan
kualitas tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern yang
semakin baik. Target nilai perbaikan tata kelola, manajemen risiko, dan
pengendalian intern pada program/kegiatan prioritas pembangunan
nasional tahun 2015 adalah 40%.
Pada tahun 2015 realisasi indikator kinerja “Persentase perbaikan tata
kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Pengelolaan program
strategis dan pengelolaan keuangan negara/daerah” sebesar 39,39%,
mencapai 98,48% dari target yang ditetapkan pada tahun 2015. Realisasi
tersebut diperoleh berdasarkan tindak lanjut atas rekomendasi hasil
pengawasan program strategis/program prioritas nasional dan
pengelolaan keuangan negara/daerah. Dalam tahun 2015, rekomendasi
hasil pengawasan program strategis/program prioritas nasional
sebanyak 66 rekomendasi, dan yang telah ditindaklanjuti sebanyak 26
rekomendasi, atau mencapai 39,39%.
Dalam periode 2015-2019, BPKP mengarahkan kegiatan pengawasan
pada empat fokus pengawasan yaitu 1) Pengawasan pembangunan
nasional, 2) Kontribusi untuk peningkatan ruang fiskal, 3) Pengamanan
aset negara/ daerah, dan 4) Mendorong perbaikan governance system.
Mempertimbangkan hal tersebut, uraian kinerja sasaran program 1.1
akan dikaitkan fokus pengawasan yang pertama, kedua, dan keempat.
Dalam melaksanakan fokus pengawasan yang pertama “Pengawasan
pembangunan nasional”, deputi III telah melaksanakan kegiatan
pengawasan program strategis/program prioritas nasional dan
pengelolaan keuangan negara/daerah antara lain:
1. Pengawasan PLSD atas Pengelolaan dan Penyelenggaraan atas Kerja
Sama Daerah.
Berdasarkan hasil pengawasan diidentifikasi permasalahan berupa
kelemahan dalam perumusan kebijakan, kelembagaan, proses
manajemen perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan dan pengawasan.
Terdapat permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 5
rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri agar
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 21
1) Menginstruksikan pembentukan TKKSD bagi Pemda yang
belum membentuk dan mendorong optimalisasi peran TKKSD.
2) mengopti-malkan peran pembinaan pemanfaatan mekanisme
KSD
3) melakukan revisi atas Permendagri No 23 tahun 2009 tentang
Pembinaan dan Pengawasan
4) melakukan revisi Permendagri No 22 tahun 2009 tentang Juknis
Tata Cara KSD
5) Membangun system informasi KSD
Terhadap lima rekomendasi tersebut, seluruhnya belum
ditindaklanjuti dan dalam tahap penyampaian rekomendasi.
2. Pengawasan Intern Lintas Sektoral atas Pengelolaan Pinjaman daerah
Berdasarkan hasil pengawasan diidentifikasi permasalahan berupa
kelemahan dalam pengelolaan pinjaman daerah.
Terhadap permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 4
(empat) rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri agar:
1) Menyempurnakan regulasi pinjaman
2) Mendorong pemerintah daerah untuk mengelola risiko pinjaman
daerah
3) Mengkaji kesesuaian manfaat atau dampak pinjaman yang
diperoleh dengan tujuan awal.
4) Menegaskan pelaporan dan publikasi pinjaman kepada
Stakeholders.
Terhadap lima rekomendasi tersebut, seluruhnya belum
ditindaklanjuti dan dalam tahap penyampaian rekomendasi.
3. Pemberantasan penyakit menular
Berdasarkan hasil pengawasan diidentifikasi permasalahan belum
tersedianya strategi penyelenggaraan PPM oleh pemerintah daerah.
Terhadap permasalahan tersebut kami telah menyampaikan 4
(empat) rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Kesehatan agar mendorong para kepala daerah:
1) Menyusun kebijakan PPM
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 22
2) Menyusun kebijakan agar Pemda menyusun dokumen strategi
PPM untuk dijadikan pedoman dalam PPM
3) Menyiapkan perangkat aturan daerah berkaitan dengan tindakan
mitigasi bagi masyarakat penderita penyakit menular.
4) Menyediakan data penyakit menular sebagai dasar perencanaan
penanggulangan penyakit menular di daerah.
Terhadap lima rekomendasi tersebut, seluruhnya belum
ditindaklanjuti dan dalam tahap penyampaian rekomendasi.
4. Verfikasi DAK Reimbursement (Output/AP)
Berdasarkan hasil kegiatan verifikasi DAK Reimbursement
(Output/AP) diidentifikasi adanya selisih antara jumlah alokasi DAK
yang ditetapkan dalam PMK No. 180/PMK.07/2013 dengan jumlah
alokasi DAK yang dianggarkan dalam DPA sebesar Rp305.866.182,00
dan adanya sisa DAK Bidang Infrastruktur di Kas Umum Daerah
sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 pada 78 Pemda sebesar
Rp82.973.696.097,22 (7,91%).
Terhadap permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 5
rekomendasi kepada Bank Dunia dan Menteri Keuangan agar:
1) Mengajukan pencairan pinjaman kepada Bank Dunia atas VFR (
Value Of Final Reimbursment) sebesar Rp. 496.175.968.805,95
2) Mengajukan pencairan pinjaman kepada Bank Dunia aas insetif
senilai Rp. 58.310.841.780,59
3) Memberikan dana insentif kepada Pemda yang diverifikasi
sebesar Rp 58.310.841.780,59
4) Mengajukan pencairan pinjaman kepada Bank Dunia atas
Advance payment DAK Infrastruktur Tahun Anggaran 2015
sebesar Rp 696.648.000,00
5) Lebih mengintensifkan sosialisasi kegiatan P2D2 kepada Pemda
peserta P2D2, khususnya dalam pemenuhan persyaratan
pencairan DAK Tahap I sebagaimana yang ditetapkan dalam
PMK No 241/PMK.07/2014 tentang Pelaksanaan dan
Pertanggungjawaban Transfer ke daerah dan dana desa
Dari 5 rekomendasi strategis tersebut, seluruhnya atau 100% telah
ditindaklanjuti melalui 11 termin pembayaran oleh Bank Dunia.
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 23
5. Reviu atas DAK TUD
Berdasarkan hasil kegiatan verifikasi DAK Reimbursement
(Output/AP) diidentifikasi adanya
Permasalahan :
1) Jumlah pemda yang usulan/proposalnya eligible untuk
mendapatkan transfer seluruhnya sebanyak 193 pemda dengan
total nilai yang memenuhi persyaratan/kriteria transfer sebesar Rp
13.157.029.231.100,00 atau 77,40% dari Rp 16.998.000.000.000,00
2) Jumlah pemda yang usulan/proposalnya eligible untuk
mendapatkan transfer sebagian sebanyak 32 pemda dengan total
nilai yang memenuhi persyaratan/kriteria transfer sebesar Rp
2.048.247.428.816,00 atau 12,05% dari Rp 16.998.000.000.000,00.
Satu pemda yaitu Kab Gunung Sitoli khusus untuk bidang irigasi
sampai dengan 15 juli 2014 masih menunggu klarifikasi
3) Jumlah pemda yang usulan/proposalnya tidak eligible untuk
mendapatkan transfer seluruhnya sebanyak 20 pemda dengan
total nilai alokasi sebesar Rp 941.609.474.900,00 atau 5,54% dari Rp
16.998.000.000.000,00
4) Satu pemda yaitu Kab Tolikara telah mengajukan permintaan
reviu namun sampai dengan 15 juli 2015 belum menyerahkan
dokumen untuk direviu.
Terhadap permasalahan tersebut di atas, kami telah menyampaikan 2
(dua) rekomendasi strategis yaitu:
1) Memroses penyaluran dana DAK Tambahan Usulan Daerah
Tahap I TA 2015 kepada Pemda yang telah memenuhi persyaratan
2) Lebih mengintensifkan sosialisasi kegiatan DAK Tambahan,
khususnya dalam pelaksanaan/penggunaan DAK Tambahan
Usulan Daerah TA 2015 sebagaimana yang ditetapkan dalam pasal
20 Peraturan Menteri KeuanganNo 92/PMK.07/2015 tentang
Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Tambahan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015.
Terhadap rekomendasi tersebut, seluruhnya telah ditindaklanjuti
dalam bentuk penyaluran dana DAK TUD Tahap I TA 2015 kepada
Pemda yang memenuhi syarat dan penyelenggaraan sosialisasi.
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 24
6. Monitoring dan Evaluasi DAK Tahun 2014
Berdasarkan hasil kegiatan monev DAK Tahun 2014, diidentifikasi
beberapa permasalahan :
1) Terdapat rencana kegiatan bidang Kesehatan dan Pendidikan
yang tidak dapat direalisasikan karena jenis pengadaan barang
ditetapkan dalam juknis tidak dibutuhkan sekolah.
2) Terdapat hasil kegiatan yang belum dapat dimanfaatkan terkait
kurikulum 2013 yang disebabkan realisasi kegiatan pengadaan
dilaksanakan sebelum terbitnya Surat Menteri Pendidikan tentang
penghentian kurikulum 2013.
Terhadap permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 5 (lima)
rekomendasi dengan uraian sebagai berikut:
Menteri Kesehatan agar:
1) Menyusun Juknis bidang Kesehatan yang memuat ketentuan
yang memperbolehkan unit layanan kesehatan melaksanakan
kegiatan pengadaan barang/jasa berdasarkan kebutuhan riil.
2) Menyusun SOP yang memuat perencanaan kegiatan secara bottom
up, dengan batasan-batasan jenis kegiatan yang ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan untuk menunjang perencanaan DAK
berdasarkan proposal /proposed based)
3) Menyusun SOP yang memuat validasi kebenaran kebutuhan
barang/jasa pada unit layanan kesehatan secara berjenjang mulai
dari validasi Kab/Kota oleh Provinsi, sampai dengan tingkat
Kementerian Kesehatan pada saat penyusunan perencanaan
kegiatan DAK.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan agar:
1) Menyusun Juknis bidang Pendidikan yang memuat ketentuan
yang memperbolehkan sekolah melaksanakan kegiatan
pengadaan barang/jasa berdasarkan kebutuhan riil.
2) Membuat perencanaan perlu memperhatikan dan
memperhitungkan kondisi masing-masing sekolah (SDM,
dukungan infrastruktur sekolah) sehingga hasil kegiatan dapat
dimanfaatkan. Untuk itu, Kemendikbud agar menyusun SOP
yang memuat validasi ketepatan kebutuhan barang/jasa pada
Sekolah secara berjenjang mulai dari validasi oleh Kab/Kota
kemudian oleh Provinsi, sampai dengan tingkat Kementerian
Kesehatan pada saat penyusunan perencanaan kegiatan DAK.
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 25
3) Menetapkan kebijakan tatacara pemanfaatan hasil kegiatan DAK
Pendidikan terkait Kurikulum 2013 yang belum dapat
dimanfaatkan oleh sekolah yang disebabkan realisasi kegiatan
pengadaan dilaksanakan sebelum terbitnya Surat Menteri
Pendidikan tentang penghentian kurikulum 2013
Terhadap rekomendasi tersebut seluruhnya belum ditindaklanjuti
karena masih dalam tahap finalisasi laporan.
Sesuai dengan fokus pengawasan BPKP yang kedua, Deputi III berupaya
memberikan kontribusi atas peningkatan ruang fiskal dengan
melakukan optimalisasi penerimaan daerah (OPAD). Hasil pengawasan
optimalisasi penerimaan daerah (OPAD) telah mengidentifikasi 5
permasalahan yaitu:
1) Penetapan target PAD belum menggunakan potensi PAD.
2) Peraturan Perundang-undangan membatasi penetapan retribusi dan
pajak daerah untuk beberapa bidang,
3) Penerapan SPIP yang masih lemah
4) Terdapat kurang bayar pajak atas pada 23 wajib pajak hotel, hiburan
dan restoran sebesar Rp. 797,104,218
5) Terdapat pelaporan omzet penjualan tidak berdasarkan kondisi
sebenarnya pada dua Wajib Pajak Restoran sebesar Rp. 533,225,453
6) Terdapat kurang bayar pajak hotel, restoran dan hiburan pada 6 WP
Sebesar Rp. 737,098,019
Terhadap permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 2 (dua)
rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri agar:
1) menetapkan pedoman penyusunan potensi PAD
2) Penyempurnaan peraturan perundang-undangan terkait pajak dan
retribusi daerah.
Namun, atas 2 rekomendasi tersebut, seluruhnya belum ditindaklanjuti
dan diharapkan dapat ditindaklanjuti pada tahun 2016.
Sesuai dengan fokus pengawasan BPKP yang keempat yaitu perbaikan
governance system, Deputi III BPKP melaksanakan kegiatan-kegiatan
pendampingan pengelolaan keuangan keuangan daerah pada pemda.
Hasil dari kegiatan pengawasan dalam rangka perbaikan governance
system adalah sebagai berikut:
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 26
1. Evaluasi Penyusunan dan Penetapan APBD Tahun 2015
Terdapat 80 dari 542 pemda atau 14,76% yang mengalami
keterlambatan dalam menyusun dan menetapkan APBD tahun
anggaran 2015. Berdasarkan Hasil Evaluasi atas Proses Penyusunan
dan Penetapan APBD atas 61 pemda, ditemui penyebab utama
keterlambatan tersebut yaitu:
1) Kepala daerah terlambat menyampaikan rancangan KUA dan
PPAS kepada panitia anggaran DPRD karena menunggu
penetapan keanggotaan DPRD beserta kelengkapannya.
2) Rancangan Penjabaran APBD Tahun 2015 tidak dapat dilakukan
proses evaluasi sampai dilantiknya pejabat bupati yang definitif.
3) TAPD terlambat menyusun rancangan KUA dan PPAS karena
adanya proses penyusunan APBD-P tahun berjalan.
4) Panitia anggaran DPRD tidak mentaati jadwal pembahasan
KUA dan PPAS seperti yang telah ditetapkan (misalnya karena
tidak memenuhi kuorum, sedang dalam masa reses).
5) Data terkait penyusunan KUA PPAS selain yang ada dalam
RKPD tidak disediakan oleh SKPD dengan cepat/tepat.
6) Kurangnya pengawasan dari Sekda selaku koordinator TAPD
dalam rangka proses penyusunan KUA-PPAS.
7) Perbaikan hasil evaluasi oleh TAPD yang melibatkan SKPD
mengalami kendala karena banyaknya perbaikan
Sehubungan dengan hal-hal tersebut, Deputi III telah memberikan
saran/rekomendasi kepada Direktur Jenderal Keuangan Daerah
Kementerian Dalam Negeri dalam rangka mengurangi pemda yang
terlambat penetapan APBDnya yaitu:
1) Meningkatkan pembinaan kepada pemerintah daerah
(provinsi/kabupaten/kota) dalam penyelenggaraan pengelolaan
keuangan daerah, dalam hal ketepatan waktu penyusunan dan
penetapan APBD yang dimulai dari penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) sampai dengan penetapan Perda
APBD dan Perkada tentang Penjabaran APBD serta penyusunan
dan penetapan DPA SKPD.
2) Agar mengatur lebih lanjut kebijakan tentang proses evaluasi
Rancangan Penjabaran APBD, sehingga jika ada pejabat bupati
yang belum definitif, evaluasi tetap bisa dilakukan.
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 27
3) Membuat Surat Edaran kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk
lebih mengoptimalkan pelaksanaan proses penyusunan dan
penetapan APBD secara tepat waktu sesuai dengan Permendagri
59 Tahun 2007 dan SEB Bappenas dan Depdagri No.
0008/M.PPN/01/2007-050/264A/SJ Tahun 2007, serta
meningkatkan koordinasinya dengan DPRD terkait.
4) Menyusun pedoman sistem monitoring dan evaluasi atas
penyusunan APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Pedoman yang
akan disusun ini dijadikan panduan bagi pemerintah daerah
dalam memonitoring dan evaluasi setiap tahapan dalam
penyusunan APBD, sehingga hambatan dan kendala dapat
diketahui lebih dini, dan pada akhirnya mutu dan ketepatan
waktu penetapan APBD lebih baik.
2. Bimtek/Asistensi Pengelolaan Keuangan Desa
Dengan telah disahkannya UU Desa di Tahun 2014, maka kedudukan
desa saat ini menjadi lebih strategis dibandingkan sebelumnya.
Dalam APBN-P 2015 telah dialokasikan Dana Desa sebesar ± Rp
20,776 triliun untuk 74.093 desa yang tersebar di Indonesia. Selain
Dana Desa, sesuai UU Desa pasal 72, Desa memiliki Pendapatan Asli
Desa dan Pendapatan Transfer lainnya berupa Alokasi Dana Desa
(ADD); Bagian dari Hasil Pajak dan Retribusi Kabupaten/Kota;
dan/atau Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi/Kabupaten/Kota.
Namun demikian, masih terdapat banyak kendala dalam
pengelolaan keuangan desa tersebut yang perlu dibenahi. Oleh sebab
itu, diperlukan adanya suatu bentuk pelaksanaan pengawalan
pengelolaan keuangan desa.
BPKP selaku Auditor Presiden berinisiatif mengambil peran
pengawalan pengelolaan keuangan tersebut. Hal ini juga sesuai
dengan arahan Presiden, permintaan DPR-RI saat RDP, serta
rekomendasi KPK-RI berdasarkan kajian atas Dana Desa (DD) dan
Alokasi Dana Desa (ADD).Pengawalan Keuangan Desa yang
dilakukan oleh BPKP bertujuan untuk memastikan seluruh ketentuan
dan kebijakan dalam mengimplementasikan UU Desa khususnya
keuangan desa dapat dilaksanakan dengan baik untuk seluruh
tingkatan pemerintahan baik tingkat Pemerintah Pusat
(Kementerian/Lembaga), Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 28
sesuai dengan perannya masing-masing. Khusus untuk tingkat desa,
pemerintah desa dapat melaksanakan siklus pengelolaan keuangan
desa dengan baik mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan.
Jika berhasil dilaksanakan dengan baik, maka pengawalan desa akan
mencapai tujuan yang diharapkan yaitu Good Village
Governance(GVG) dengan indikator diantaranya sebagai berikut:
- Tata kelola keuangan desa yang baik;
- Perencanaan Desa yang partisipatif, terintegrasi dan selaras
dengan perencanaan daerah dan nasional;
- Berkurangnya penyalahgunaan kekuasaan/kewenangan yang
mengakibatkan permasalahan hukum;
- Mutu pelayanan kepada masyarakat desa meningkat.
Acara Launching SIMDA Desa tanggal 13 Juli 2015
Secara umum, kegiatan pengawalan akuntabilitas pengelolaan
keuangan desa yang dilakukan BPKP meliputi:
1. Melakukan survey desa di 4 Provinsi yaitu Provinsi Sumatera
Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan dan
Provinsi Papua. Dengan survei desa diperoleh gambaran
mengenai praktik pengelolaan keuangan desa yang selama ini
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 29
telah berjalan dan kondisi serta kesiapan desa dalam
mengimplementasikan UU Desa.
2. Melakukan koordinasi dan sinergi dengan Stakeholder terkait
seperti Kemendagri dan Kementerian Keuangan.
3. Mengkaji dan menganalisis peraturan terkait pengelolaan
keuangan desa, diantaranya berupa “Titik-Titik Kritis Pengelolaan
Keuangan Desa“ yang memetakan kelemahan yang perlu
diwaspadai mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban hingga
pengawasan keuangan desa.
4. Menyusun panduan/juklak dalam melakukan pengawalan
Pengelolaan Keuangan Desa yang dipergunakan oleh Perwakilan
BPKP sebagai bahan pendampingan pengelolaan keuangan desa;
5. Pelaksanaan Sosialisasi Pengelolaan Keuangan Desa dalam bentuk
Seminar Nasional ataupun Lokakarya yang melibatkan BPKP
Pusat ataupun Perwakilan BPKP di daerah yang melibatkankan
aparat pemerintah kabupaten/kota, camat, kepala desa dan
perangkat desa;
6. Pembekalan Pengelolaan Keuangan Desa kepada Mahasiswa KKN
yang merupakan kerjasama Perwakilan BPKP dengan
Universitas/Perguruan Tinggi diantaranya dilakukan di Sumatera
Selatan dan Sumatera Barat;
7. Pelaksanaan pendampingan/bimbingan dan konsultasi
pengelolaan keuangan desa;
8. Pengembangan Aplikasi Tata Kelola Keuangan Desa (SIMDA
Desa)yang telah dilaunching pada tanggal 13 Juli 2015.Selanjutnya
dilakukan kesepakatan penggunaan aplikasi SIMDA Desa secara
nasional dan pengembangan aplikasi secara bersama antara
Kemendagri dan BPKP yang dituangkan dalam Nota
Kesepahaman Nomor 900/6271/SJ dan Nomor MoU-
16/K/D4/2015 tanggal 6 November 2015 tentang Peningkatan
Pengelolaan Keuangan Desa. Nota Kesepakatan ini selanjutnya
dibuatkan surat edaran Nomor 143/8350/BPD tanggal 27
November 2015 kepada Gubernur/Bupati/Walikota di seluruh
Indonesia.
9. Pelaksanaan piloting implementasi SIMDA Desa pada 110
kabupaten/kota atau 17.345 desa di seluruh Indonesia.
Dalam kegiatan pengawalan akuntabilitas pengelolaan keuangan
desa, BPKP masih menemukan kelemahan-kelemahan pengelolaan
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 30
keuangan desa sehingga dapat berdampak kepada akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa yaitu:
a) Kelemahan dalam regulasi yaitu PP 43/2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa.
b) Status bendahara desa sebagai wajib pungut pajak perlu
penetapan dari Ditjen Pajak Kemenkeu.
Atas kelemahan tersebut, Deputi III memberikan atensi kepada
pihak-pihak terkait yaitu:
1) Memberikan atensi kepada Dirjen Bina Pemerintahan Desa
Kemendagri agar :
a. Memasukkan unsur “pengawasan” dalam siklus pengelolaan
keuangan desa
b. Azas pengelolaan keuangan desa dimasukkan dalam revisi
PP43/2014
c. Merevisi pasal 100 PP 43/2014 terkait dengan prosentase
penggunaan belanja
d. Istilah “Aset Desa” dan “Kekayaan Desa agar dijelaskan
dijelaskan lebih lanjut dalam PP43/2014
e. Peraturan Desa tentang Pengelolaan Kekayaan Milik Desa
sebaiknya berpedoman pada Peraturan Bupati/Walikota,
bukan Peraturan Menteri
f. Tatacara alokasi ADD (misalnya proporsi atau prosentase
komponen pembagi ADD) daitur dalam revisi PP 43/2014
g. Tatacara/mekanisme pemantauan dan evaluasi atas ADD dan
DBH Pajak/Retribusi Daerah diatur dalam Revisi PP34/2014
h. Sanksi bagi kabupaten/kota yang tidak membagi DBH
pajak/retribusi daerah sesuai ketentuan diatur dalam revisi
PP43/2014
Atas rekomendasi dalam atensi tersebut, seluruhnya telah
ditindaklanjuti dengan terbitnya PP 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas PP 43 Tahun 2014.
2) Memberikan atensi kepada Dirjen Pajak Kemenkeu tarkait
penetapan status bendahara desa sebagai wajib pungut. Atas
atensi ini, Atas atensi ini telah ditindaklanjuti oleh DJP berupa
surat jawaban yang menyatakan bahwa bendahara desa
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 31
merupakan bagian dari bendahara pemerintah yang merupakan
Wajib Pungut.
3) Memberikan astensi kepada presiden terkait peran BPKP dalam
melakukan pengawalan pengelolaan keuangan desa dengan
mengembangkan aplikasi pengelolaan keuangan desa (SIMDA
DESA) yang sederhana yang akan diterapkan di seluruh
Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri.
Selain itu disampaikan juga atensi terkait kondisi penyaluran
Dana Desa dari RKUN ke RKUD serta penyalurannya yang
belum disalurkan ke RKU Desa karena beberapa kendala
diantaranya perubahan regulasi, belum disampaikannya laporan
penggunaan dana desa yang merupakan persyaratan penyaluran
serta kesiapan SDM perangkat desa yang belum memadai.
Terkait hal ini telah direkomendasikan adanya kebijakan yang
perlu diambil serta peningkatan koordinasi antara stakeholders
terkait
3. Asistensi Pengelolaan Keuangan Daerah
Kegiatan asistensi pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan
Deputi III adalah berupa asistensi kepada pemerintah daerah
khususnya dalam penerapan akuntansi berbasis akrual. Dalam
pelaksanaan kegiatan ini, BPKP menemukan permasalahan yang
dihadapai pemerintah daerah terkait dengan
penerapan/implementasi PP 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah
yaitu:
1) Adanya dua sistem yang harus dilaksanakan dalam
pengelolaan keuangan daerah yaitu Permendagri 13 tahun
2006 menggunakan basis kas dan Permendagri 64 tahun 2013
menggunakan basis akrual dimana struktur akun/rekening
terjadi perbedaan.
2) Data aset tetap yang dihasilkan dari pengelolaan barang milik
daerah belum dapat secara otomatis digunakan sebagai dasar
penyajian data aset tetap dalam LKPD yang disebabkan
adanya perbedaan klasifikasi penyajian dan perlakukan.
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 32
3) Belum ada regulasi yang terinci tentang petunjuk penyusunan
penyajian kembali LKPD per 31 Desember 2014 (cash toward
accrual) audited ke basis akrual.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut, Deputi III telah
memberikan saran/rekomendasi kepada:
a). Ditjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri yaitu:
1) Harmonisasi peraturan terkait dengan pegelolaan keuangan
daerah dan pertanggungjawaban APBD dengan merevisi PP
N0.58 Tahun 2005 dan disesuaikan dengan UU No. 23 Tahun
2014
2) Melakukan perubahan III/menerbitkan regulasi baru atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
3) Memperbaiki/menerbitkan regulasi baru untuk merevisi
Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 antara lain tentang Bagan
Akun Standar, dan Permendagri Nomor 17 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah
agar sejalan dengan Permendagri Nomor 64 Tahun 2013
tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis
Akrual pada Pemerintah Daerah, dan PMK Nomor
90/PMK.06/2014 serta PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan BMN/D.
4) Menyusun regulasi yang rinci tentang petunjuk penyusunan
penyajian kembali LKPD per 31 Desember 2014 audited ke
basis akrual
5) Melakukan revisi regulasi pengelolaan barang milik daerah
yang disesuaikan dengan regulasi kebijakan akuntansi
sebagaimana diatur dalam PP Nomor 71 Tahun 2010.
Disamping itu, BPKP turut memberikan atensi/saran kepada
presiden dalam pengawalan penerapan SAP berbasis akrual Tahun
2015 yaitu:
1) Dalam jangka pendek
Memperhatikan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara pasal 55 ayat (3) Laporan Keuangan
disampaikan Presiden kepada Badan Pemeriksa Keuangan
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir,
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 33
Pemerintah Pusat dan Daerah melakukan gerakan serentak
secara nasional dalam bentuk:
a. Perbaikan penatausahaan terhadap aset tetap, aset tak
berwujud, piutang dan persediaan berbasis akrual.
b. Penyempurnaan aplikasi sistem akuntansi berbasis akrual.
2) Dalam jangka panjang, meningkatkan kapasitas dan kapabilitas
kelembagaan dalam pengelolaan akuntansi pemerintahan
4. Evaluasi Penyerapan Anggaran Pemda
Pelaksanaan evaluasi penyerapan anggaran pemerintah daerah
dilaksanakan sesuai amanah Instruksi Presiden RI Nomor 4 Tahun
2011 tanggal 17 Februari 2011 tentang Percepatan Peningkatan
Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara.
Pelaksanaan evaluasi terhadap penyerapan anggaran diperlukan
mengingat perkembangan penyerapan anggaran pemerintah daerah
dari tahun ketahun cenderung rendah. Rendahnya penyerapan
anggaran tersebut berpengaruh pada aktivitas ekonomi di daerah
yang akhirnya berpengaruh juga terhadap usaha meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah, regional, dan nasional. Evaluasi ini
bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis penyebab yang
mendasar rendahnya penyerapan anggaran, sehingga dapat diambil
langkah-langkah perbaikan untuk mempercepat penyerapan
anggaran.
Berdasarkan hasil evaluasi, penyerapan anggaran Pemerintah Daerah
pada 167 pemerintah daerah sampai dengan semester I tahun 2015
hanya mencapai Rp96,58 triliun atau 26,09% dari total anggaran
Rp370,27 triliun.
Rendahnya penyerapan anggaran tersebut disebabkan:
• Kelemahan perencanaan dan penganggaran.
• Kelemahan kualitas dan kekurangan kuantitas SDM dalam
pengadaan barang dan jasa.
• Kelemahan proses pengadaan barang dan jasa.
• Kelemahan pada proses pencairan dana.
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 34
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut di atas, Deputi III telah memberi
saran/rekomendasi kepada Ditjen Bina Keuangan Daerah
Kemendagri untuk:
1) Menginstruksikan kepada seluruh Kepala Daerah untuk
membuat aturan yang tegas agar rekanan menagih termin
pembayaran sesuai dengan progres kegiatan.
2) Berkoordinasi dengan LKPP agar meningkatkan peran supervisi
untuk membantu pemerintah daerah di dalam pelaksanaan PBJ.
3) Meningkatkan pembinaan dan pengawasan dalam upaya agar
pemerintah daerah menepati jadwal waktu proses tahapan
penyusunan anggaran sesuai ketentuan yang berlaku.
4) Meningkatkan pembinaan dan pengawasan dalam upaya agar
pemerintah daerah membenahi pola realisasi belanja yang masih
cenderung menumpuk diakhir tahun
5. Evaluasi Penyerapan Anggaran Kementerian Dalam Negeri
Pelaksanaan evaluasi penyerapan anggaran Kementerian Dalam
Negeri dilaksanakan sesuai amanah Instruksi Presiden RI Nomor 4
Tahun 2011 tanggal 17 Februari 2011 tentang Percepatan
Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara.
Berdasarkan hasil evaluasi, penyerapan anggaran Kementerian
Dalam Negeri sampai dengan triwulan III tahun 2015 hanya
mencapai Rp1.115.621.519.949,00 atau 18,22% dari pagu anggaran
sebesar Rp6.122.360.547.000,00.
Rendahnya penyerapan anggaran tersebut disebabkan antara lain :
• Perubahan Struktur Organisasi Kementerian Dalam Negeri.
• Program dan kegiatan pada DIPA TA 2015 perlu direvisi karena
perubahan nomenklatur Kementerian Dalam Negeri.
• Adanya perubahan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) karena
perubahan pimpinan eselon I dilingkungan Kementerian Dalam
Negeri
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut di atas, Deputi III telah memberi
saran/rekomendasi kepada Sekjen Kemendagri untuk:
1) Meningkatkan koordinasi dengan kementerian keuangan,
Kementerian PPN/Bappenas, dan Kementerian PAN/RB secara
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 35
intensif apabila ada perubahan nomenklatur program/kegiatan
dan revisi DIPA dimasa yang akan datang tidak memakan waktu
lama.
2) Koordinasi dengan kepala satker dan Unit Layanan Pengadaan
(ULP) sehingga Rencana Umum Pengadaan (RUP) sesuai dengan
jadwal.
3) Segera melaksanakan proses pengadaan barang dan jasa setelah
RKA/KL dan DIPA TA 2016 ditetapkan terhadap kegiatan yang
anggarannya tidak diblokir.
4) Mengusulkan anggaran kembali di tahun berikutnya terhadap
kegiatan yang tidak terlaksana tetapi merupakan program
prioritas strategis.
6. Kajian PBJ/QA Hasil Audit Pengadaan Barang/Jasa
Kajian Pengadaan Barang dan Jasa/Quality Assurance (PBJ/QA) Hasil Audit Pengadaan Barang/Jasa terbagi dalam tiga katagori kegiatan yaitu:
1) Quality Assurance (QA) atas hasil audit Perwakilan BPKP yang didasarkan atas permintaan Pemerintah Daerah.
2) Probity Audit yang dilaksanakan oleh Kedeputian Keuangan Daerah
3) Kegiatan berupa Diklat/Workshop/Sosialisasi mengenai Probity Audit dengan peserta dari Perwakilan BPKP dan/atau dari Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota.
4) Penataan Sisdur
5) Kompilasi Probity Audit yang dilaksanakan oleh Perwakilan BPKP
Atas kegiatan tersebut, telah disampaikan 2 rekomendasi kepada pihak
terkait yaitu:
a. Perlu dilakukan revisi ketentuan dalam hal pekerjaan yang tidak
selesai akhir tahun yang dananya bersumber dari APBD, tetapi
tidak dapat diperpanjang 50 hari seperti amanat pasal 93 ayat
(1a) Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 “Pemberian
kesempatan kepada penyedia barang/jasa menyelesaikan
pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender, sejak
masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan dapat melampaui
tahun anggaran” dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 36
194/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Anggaran Dalam
Rangka Penyelesaian Pekerjaan yang Tidak Terselesaikan
sampai dengan Akhir Tahun Anggaran yang menyebutkan
bahwa “Penyelesaian sisa pekerjaan yang dapat dilanjutkan ke
tahun anggaran berikutnya”.
Disisi lain pemerintah daerah mempedomani pengaturan dalam
pasal 138 ayat (4a) Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 yang
menyebutkan “Pekerjaan yang dapat dianjutkan dalam bentuk
DPA Lanjutan memenuhi kriteria keterlambatan penyelesaian
pekerjaan diakibatkan bukan karena kelalaian pengguna
anggaran/barang atau rekanan, namun akibat force major”
b. Untuk kegiatan yang pelaksanaannya lebih dari 10 (sepuluh)
bulan dengan mekanisme pembayaran tahun tunggal, agar
proses pelelangannya dilaksanakan dengan Pra DIPA seperti
pengadaan cleaning service, sewa jaringan, makanan tahanan,
makanan pasien, kegiatan konstruksi yang lebih dari 10
(sepuluh) bulan.
7. Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah (AKPPD)
Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah terbagi dalam 3 bidang
yaitu :
1) Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Pendidikan
Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah (AKPPD) Bidang
Pendidikan dilaksanakan dalam rangka untuk menilai kinerja
pelayanan pemerintah daerah dalam bidang pendidikan. Dalam
melaksanakan audit kinerja bidang pendidikan mengacu pada
SPM yang ditetapkan oleh Kementerian teknis yaitu Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.
2) Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah bidang Kesehatan
Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah (AKPPD) Bidang
Pendidikan dilaksanakan dalam rangka Menilai kinerja
pelayanan terkait dengan penerapan standar pelayanan minimal
bidang kesehatan, Menguji ketaatan terhadap peraturan
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 37
perundang-undangan, Memberikan rekomendasi atas
permasalahan yang ditemukan.
3) Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah daerah Bidang Kemaritiman
Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah (AKPPD) Bidang
Kemaritiman dilaksanakan dalam rangka menilai kinerja
pemerintah daerah, menguji ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan serta memberikan rekomendasi untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah
daerah dalam bidang kemaritiman.
8. Asistensi Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kegiatan asistensi penyususunan perencanaan pembangunan daerah
dalam bentuk penyusunan Petunjuk Teknis Asistensi penyusunan
perencanaan pembangunan sebagai acuan dan keseragaman langkah
bagi Perwakilan BPKP melakukan asistensi kepada Pemerintah
Daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan daerah.
Pembuatan petunjuk teknis asistensi penyusunan perencanaan
pembangunan didukung dengan kegiatan survey dan FGD ke
perwakilan BPKP.
Adapun tujuan penyusunan Petunjuk Teknis Asistensi Penyusunan
Rencana Pembangunan Daerah adalah agar penyusunan
perencanaan pembangunan daerah yang dilakukan mengacu pada
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
9. Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD)
Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD)
Sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 3 tahun 2007 tentang
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggung-jawaban kepala
daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat; setiap
pemerintahan daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah
diwajibkan menyusun LPPD; dan PP Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. BPKP Pusat sebagai
anggota Tim Teknis Nasional dan Perwakilan BPKP sebagai anggota
Tim Daerah mendapat tugas melakukan evaluasi atas LPPD, untuk
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 38
memberikan masukan dalam rangka peningkatan kinerja
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Kegiatan yang dilakukan oleh
BPKP Pusat bersama-sama dengan Kementerian Dalam Negeri,
meliputi Evaluasi LPPD Provinsi dan Validasi atas Hasil EKPPD
oleh Tim Daerah.
10. Verifikasi Debt Swap Pada 25 Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
Penugasan verifikasi debt swap atas 25 (dua puluh lima) pemerintah
daerah berdasarkan permintaan Menteri Keuangan melalui Surat
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: S-2277/MK.5/2014
tanggal 8 April 2014 dan Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor S-1163/PB/2015 tanggal 12 Februari 2015.
Hasil verifikasi debt swap adalah:
1. Realisasi kegiatan debt swap yang dilakukan oleh 25 (dua puluh
lima) pemerintah daerah adalah sebesar Rp308.128.321.524,44 atau
93,63% dari target debt swap sebesar Rp329.082.577.522,43.
2. Dari realisasi kegiatan sebesar Rp308.128.321.524,44 tersebut yang
telah memenuhi kriteria debt swap sebesar Rp218.793.023.824,64
atau 66,49% dari target debt swap sebesar Rp329.082.577.522,43.
3. Masih terdapat sisa tunggakan kegiatan debt swap sebesar
Rp110.289.553.697,79 atau 33,51%.
Atas permasalahan tersebut, direkomendasikan kepada Menteri
Keuangan, agar:
1. membentuk Tim pada Kementerian Keuangan untuk menyusun
kebijakan penyelesaian sisa tunggakan kegiatan debt swap, yang
sebelumnya tugas tersebut dilakukan oleh Komite Kebijakan dan
Komite Teknis yang saat ini masa kerjanya sudah berakhir .
2. melalui Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian
Keuangan mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan kepada
Pemerintah Daerah yang masih mempunyai sisa tunggakan debt
swap untuk dilakukan pembahasan skema penyelesaian sisa
tunggakan debt swap
11. Evaluasi Atas Pelaksanaan E-Procurement Tahun 2014 Dan 2015 Di
Kabupaten Serang
1) Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran:
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 39
a. Menyusun RUP yang meliputi rencana kebutuhan
barang/jasa SKPD, cara pengadaan, dan pemaketan
pekerjaan sesuai ketentuan.
b. Mengumumkan RUP seluruh paket PBJ di papan
pengumuman resmi, website Kabupaten Serang, dan Portal
Pengadaan Nasional melalui LPSE, setelah Raperda APBD
disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD.
2) Inspektorat Kabupaten Serang untuk melakukan pengawalan
secara real time mulai dari perencanaan sampai dengan serah
terima barang/jasa untuk kegiatan pengadaan barang/jasa yang
bersifat strategis dan prioritas antara lain berkaitan dengan:
a. Paket pekerjaan berisiko tinggi dan bersifat kompleks;
b. Paket pekerjaan memiliki sejarah/latar belakang yang
kontroversial atau berhubungan dengan permasalahan
hukum;
c. Paket pekerjaan sangat sensitif secara politis;
d. Paket pekerjaan yang berpotensi menimbulkan konflik
kepentingan;
e. Paket pekerjaan yang berhubungan dengan kepentingan
masyarakat luas;
f. Paket pekerjaan untuk memenuhi pelayanan dasar
masyarakat;
g. Paket pekerjaan yang memiliki nilai relatif besar
dibandingkan dengan nilai paket-paket pekerjaan yang lain.
12. Penataan Sistem Dan Prosedur Pengadaan Barang Dan Jasa (PBJ)
Pemerintah Daerah
Menyusun Sistem dan Prosedur Pengendalian Pengadaan Barang
dan Jasa yang mengatur antara lain hal-hal sebagai berikut:
1. Mekanisme pemantauan bagi Kepala Daerah dan Inspektorat
untuk memastikan bahwa seluruh SKPD telah melakukan
pengumuman Rencana Umum Pengadaan (RUP).
2. Mekanisme usulan PBJ SKPD untuk memastikan bahwa seluruh
usulan PBJ mengacu pada kebutuhan riil dan melalui analisis
kebutuhan barang
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 40
3. Mekanisme pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa
untuk memastikan telah diunggah dalam Portal Pengadaan
Nasional melalui Lembaga Pengadaan Secara Elektronik (LPSE),
website pemda dan/atau papan pengumuman.
Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya tidak
dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama periode
Renstra BPKP 2015-2019, dan indikator kinerja BPKP tahun 2015 berbeda
dengan tahun sebelumnya.
Pembandingan realisasi indikator sasaran program dengan target akhir
Renstra BPKP periode 2015-2019 digambarkan dalam gambar 3.2 sebagai
berikut:
Gambar 3.2
Perbandingan realisasi IKP 1.1 dengan target akhir periode Renstra
Realisasi indikator kinerja sasaran program ini didukung dengan dana
sebesar Rp3.187.523.000,00 mencapai 89,24% dari anggaran sebesar
Rp3.571.961.000,00, dan dengan SDM sebanyak 4.045 OH, mencapai
78,09% dari rencana sebanyak 5.180 OH.
Dari sisi penggunaan dana, indikator kinerja sasaran program telah
efisien. Hal ini terlihat dari capaian indikator sasaran program sebesar
98,48% lebih tinggi dari capaian penggunaan dana sebesar 89,24%.
39%
50%55%
60%
70%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Realisasi Th
2015
Target Th
2016
Target Th
2017
Target Th
2018
Target Th
2019
Pe
rba
ika
n T
ata
Ke
lola
, M
an
aje
me
n
Ris
iko
, d
an
Pe
ng
en
da
lia
n I
nte
r
Pe
ng
elo
laa
n K
eu
an
ga
n D
ae
rah
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 41
Tujuan 2: Peningkatan Efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Sasaran Strategis 2
Meningkatnya Maturitas Sistem Pengendalian Intern pada Pemerintah Daerah
Sasaran Program 2
Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP pada Pemerintah Daerah
Sasaran strategis 2 terkait dengan fokus pengawasan BPKP yang
keempat yaitu mendorong perbaikan governance system.
Capaian kinerja sasaran strategis “Meningkatnya Maturitas Sistem
Pengendalian Intern pada Pemerintah Daerah” dan Capaian kinerja
sasaran program “Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP pada
Pemerintah Daerah” diukur menggunakan indikator kinerja yang sama
yaitu “Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)” dan “Maturitas
SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)”, dengan hasil pengukuran
dan penjelasan masing-masing indikator kinerja sebagai berikut:
1) Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) mencerminkan
kualitas penyelenggaraan SPIP Pemerintah Provinsi diharapkan
berada pada level 3. Maturitas SPIP diukur menggunakan skala 1-5.
Semakin tinggi nilai maturitas SPIP menunjukkan kualitas
penyelenggaraan SPIP yang semakin baik. Karakteristik tingkat
maturitas SPIP adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Karakteristik Tingkat Maturitas SPIP
Tingkat Karakteristik SPIP
Belum Ada
(Level 0)
K/L/Pemda sama sekali belum memiliki kebijakan dan
prosedur yang diperlukan untuk melaksanakan praktek-
praktek pengendalian intern
Rintisan
(Level 1)
Ada praktik pengendalian intern, namun pendekatan
risiko dan pengendalian yang diperlukan masih bersifat
ad-hoc dan tidak terorganisasi dengan baik, tanpa
komunikasi dan pemantauan sehingga kelemahan tidak
diidentifikasi.
Berkembang
(Level 2)
K/L/Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian
intern, namun tidak terdokumentasi dengan baik dan
pelaksanaannya sangat tergantung pada individu dan
belum melibatkan semua unit organisasi. Efektivitas
pengendalian belum dievaluasi sehingga banyak terjadi
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 42
Tingkat Karakteristik SPIP
kelemahan yang belum ditangani secara memadai.
Terdefinisi
(Level 3)
K/L/Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian
intern dan terdokumentasi dengan baik. Namun evaluasi
atas pengendalian intern dilakukan tanpa dokumentasi
yang memadai.
Terkelola
dan Terukur
(Level 4)
K/L/P telah menerapkan pengendalian internal yang
efektif, masing-masing personel pelaksana kegiatan yang
selalu mengendalikan kegiatan pada pencapaian tujuan
kegiatan itu sendiri maupun tujuan K/L/Pemda. Evaluasi
formal dan terdokumentasi.
Optimum
(Level 5)
K/L/Pemda telah menerapkan pengendalian intern yang
berkelanjutan, terintegrasi dalam pelaksanaan kegiatan
yang didukung oleh pemantauan otomatis menggunakan
aplikasi komputer
Target level maturitas SPIP Pemerintahan Provinsi (Level 3) pada
tahun 2015 adalah 5% dari pemerintah provinsi yang dibina pada
tahun 2015 sebanyak 5 Provinsi.
Pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi yang dibina dan tingkat
maturitas penyelenggaraan SPIP-nya menuju level 3 adalah
sebanyak 1 (satu) pemda atau 20% dari pemda yang dibina sebanyak
5 pemda sehingga capaian kinerja adalah 400% dari target 5%.
Berikut disajikan hasil penilaian maturitas pada 5 pemerintah
provinsi, dengan uraian sebagaimana disajikan pada tabel 3.3
berikut:
Tabel 3.3
Tingkat Maturitas Pemerintah Provinsi Tahun 2015
No Pemprov Tingkat Maturitas s.d
2015 1 Kalimantan Selatan 2,98
2 Bangka Belitung 2,32
3 Kalimantan Tengah 2,28
4 DKI Jakarta 2,36
5 Papua Barat 1,16
Rata-rata 2,22
Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya
tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 43
periode Renstra Deputi III 2015-2019, dan indikator kinerja BPKP
tahun 2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.
Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target
akhir Renstra Deputi III periode 2015-2019 digambarkan dalam
gambar 3.3 sebagai berikut:
Gambar 3.3
Perbandingan realisasi IKS 2.1 dengan target akhir periode Renstra
Melihat target yang sangat tinggi pada akhir periode Renstra, yaitu
tahun 2019, perlu upaya keras dengan mengerahkan sumber daya
manusia, dan dana untuk mencapai target maturitas SPIP level 3
pada 85% Pemerintah Provinsi.
2) Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)
Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)
mencerminkan kualitas penyelenggaraan SPIP Pemerintah Provinsi
Kabupaten/Kota diharapkan berada pada level 3. Maturitas SPIP
diukur menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi nilai maturitas SPIP
menunjukkan kualitas penyelenggaraan SPIP yang semakin baik.
Target level maturitas SPIP Pemerintahan Kabupaten/Kota (Level 3)
pada tahun 2015 adalah 5% dari jumlah Kabupaten/Kota pada tahun
2015 yang dibina sebanyak 59 Kabupaten/Kota.
Sampai dengan tahun 2015 telah dilakukan penilaian maturitas SPIP
pada 59 pemerintah kabupaten/kota. Dari hasil assessment,
Pemerintah kabupaten/kota yang telah mencapai level maturitas di
atas 3 sampai dengan tahun 2015 adalah sebanyak 4
20%25%
45%
65%
85%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Realisasi Th
2015
Target Th
2016
Target Th
2017
Target Th
2018
Target Th
2019
% M
atu
rita
s S
PIP
(Le
ve
l 3
) P
rov
insi
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 44
kabupaten/kota. Oleh karena itu, realisasi maturitas SPIP
Kabupaten/Kota (Level 3) sebesar 6,78% dari jumlah Pemkab/Kota
sebanyak 59 pemda yang dibina, sehingga capaian kinerja adalah
135,59% dari target tahun 2015 sebesar 5%.
Tabel 3.4
Tingkat Maturitas Pemkab/Pemkot Tahun 2015
No Pemkab/Pemkot Tingkat
Maturitas s.d Th 2015
1 Kota Binjai 3,60
2 Serdang Bedagai 3,40
3 Kota Tangerang 3,56 4 Kabupaten Tanah Datar 3,24
5 Kabupaten Banjar 2,92
6 Kota Balikpapan 2,80
7 Kabupaten Serang 2,80
8 Kabupaten Bangka Tengah 2,60
9 KabupatenBondowoso 2,56
10 Kab Tangerang 2,52
Tingkat maturitas SPIP (level 3) yang masih relatif rendah di tingkat
pemerintah kabupaten/kota ini disebabkan masih relatif rendahnya
penerapan SPIP pada unsur lingkungan pengendalian dan penilaian
risiko.
Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya
tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama
periode Renstra Deputi III 2015-2019, dan indikator kinerja Deputi III
tahun 2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.
Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target
akhir Renstra BPKP periode 2015-2019 digambarkan dalam gambar
3.4 sebagai berikut:
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 45
Gambar 3.4
Perbandingan realisasi IKS 2.4 dengan target akhir periode Renstra
Melihat target yang sangat tinggi pada akhir periode Renstra, yaitu
tahun 2019, perlu upaya keras dengan mengerahkan sumber daya
manusia, dan dana untuk mencapai target maturitas SPIP level 3
pada 70% Pemerintah Kabupaten/Kota.
Salah satu tujuan penerapan sistem pengendalian intern adalah laporan
keuangan yang berkualitas/dapat diandalkan. Dalam tahun 2015,
Deputi III memberikan pembinaan SPIP yang didominasi oleh
penguatan pengendalian intern menuju keandalan laporan keuangan
instansi pemerintah. Sebagai hasilnya, kualitas SPIP sub unsur aktivitas
pengendalian, khsusunya sub unsur pencatatan atas transaksi dan
kejadian penting, otorisasi atas transaksi dan kejadian penting, sudah
relatif memadai yang berdampak pada peningkatan kualitas laporan
keuangan instansi pemerintah, yang tercermin dari opini BPKP atas
laporan keuangan instansi pemerintah, sebagai berikut.
Tabel 3.5
Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemprov
No Opini BPK LKPD 2013 LKPD 2014 Naik/ Turun/ Tetap
1 WTP 16 26 Naik
2 WDP 15 7 Turun
3 TMP 2 1 Turun
4 TW 0 0 Tetap
Jumlah 33 34
6.78%10%
30%
50%
70%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Realisasi Th
2015
Target Th
2016
Target Th
2017
Target Th
2018
Target Th
2019
% M
atu
rita
s S
PIP
(Le
ve
l 3
)
Pe
mk
ab
/Pe
mk
ot
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 46
Tabel 3.6
Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemkab/Pemkot
No Opini BPK LKPD 2013 LKPD 2014 Naik/ Turun/ Tetap
1 WTP 140 226 Naik
2 WDP 296 241 Turun
3 TMP 44 33 Turun
4 TW 11 4 Turun
Jumlah 491 504
Dalam mendukung capaian kinerja sasaran strategis dan capaian kinerja
sasaran program peningkatan kualitas penerapan SPIP Pemda, Deputi
III telah melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Pembinaan SPIP melalui Satgas SPIP
Melalui kegiatan pembinaan SPIP yang dilaksanakan oleh Satgas
SPIP, diidentifikasi permasalahan rendahnya komitmen pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota dalam menyelenggarakan SPIP di
lingkungannya yang tercermin dari rendahnya tingkat capaian
maturitas SPIP. Menyikapi kondisi tersebut, kami telah
menyampaikann 4 rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri
yaitu:
1) Menerbitkan peraturan yang mewajibkan dimilikinya register
risiko dan respon risiko di setiap pemerintah daerah termasuk
risiko umum dan risiko fraud pada program strategis serta
penetapan prioritas penyelenggaraan SPIP serta dilakukannya
penilaian tingkat maturitas SPIP
2) Menerbitkan peraturan yang mewajibkannya disertakannya
statement anti korupsi dalam dokumen laporan keuangan
3) Menerbitkan peraturan yang mewajibkan dilakukan monitoring
dan evaluasi SPIP pada setiap pemda sebagai dukungan terhadap
pernyataan tanggung jawab (statement of responsibility) atas
pelaporan keuangan dan kinerja
4) Menerbitkan peraturan yang mewajibkan setiap pengajuan
anggaran melampirkan register risiko dan RTP
2. Korsupgah KPK dan Pembinaan SPIP
Melalui kegiatan Korsupgah KPK dan pembinaan SPIP, kami telah
menyampaikan 5 rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri:
1) Pemberian penghargaan kepada pemda yang telah memiliki
maturitas SPIP terbaik
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 47
2) Menetapkan IKU capaian maturitas SPIP pada dokumen
perencanaan pemerintah daerah
3) Mewajibkan pemerintah daerah untuk mengalokasikan
anggaran penyelenggaraan SPIP dilingkungannya
4) Mendorong keterlibatan pemerintah provinsi dalam
memastikan pemerintah kabupaten/kota telah
menyelenggarakan SPIP diantaranya dengan menyediakan
alokasi khusus untuk menyelenggarakan peran tersebut.
5) Menerbitkan peraturan yang mewajibkan kurikulum SPIP pada
diklat PIM, DIKLAT Lemhanas, dan diklat kepemimpinan
lainnya.
Terhadap rekomendasi tersebut, seluruhnya belum ditindaklanjuti.
3. Dalam tahun 2015 ditetapkan target rekomendasi sebanyak 6,
realisasinya sebanyak 6 dengan uraian kegiatan dan perbaikan
unsur SPIP sebagai berikut:
a. Tersusun dan terdistribusinya pedoman asistensi penyusunan
rencana tindak pengendalian penyajian laporan kinerja
pemerintah daerah
Pedoman tersebut digunakan oleh seluruh Perwakilan BPKP
dalam melaksanakan aktivitas pengendalian berupa asistensi
penyusunan rencana tindak pengendalian penyajian laporan
kinerja pemerintah daerah yang pada gilirannya akan
membantu Pemerintah Daerah untuk mengidentifikasi risiko
atas penyajian laporan kinerja dan menetapkan langkah
pengendalian yang diperlukan sebagai upaya perbaikan
berkesinambungan dalam rangka peningkatan manajemen
kinerja.
b. Tersusun dan terdistribusinya petunjuk pelaksanaan
bimbingan teknis dalam rangka mendorong Kepala Daerah
membuat kebijakan probity audit
Juklak tersebut digunakan oleh seluruh Perwakilan BPKP
dalam melaksanakan aktivitas pengendalian berupa
pelaksanaan bimbingan teknis dalam rangka mendorong
Kepala Daerah membuat kebijakan probity audit yang pada
gilirannya akan membantu Pemerintah Daerah Untuk
mendeteksi permasalahan yang terjadi dalam kegiatan
pengadaan barang/jasa sekaligus menimimalisir kecurangan
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 48
yang ada melalui kegiatan probity audit yang dilaksanakan oleh
APIP daerah.
c. Tersusun dan terdistribusinya petunjuk teknis pemetaan
risiko pengadaan barang dan jasa pada Pemerintah Daerah
Juknis tersebut digunakan oleh seluruh Perwakilan BPKP dalam
melaksanakan aktivitas pengendalian berupa pemetaan risiko
pengadaan barang dan jasa pada Pemerintah Daerah. Hasil
pemetaan risiko pengadaan barang dan jasa pada Pemerintah
Daerah diharapkan dapat menjadi umpan balik bagi pimpinan
Pemerintah Daerah untuk lebih mengefektifkan penerapan
pengendalian intern di lingkungan unit layanan pengadaan dan
unit kerja lain yang terkait agar tujuan pengadaan barang dan
jasa pada Pemerintah Daerah dapat dicapai
d. Tersusun dan terdistribusinya pedoman survei penataan
sistem dan prosedur pengadaan barang dan jasa di tingkat
Pemerintah Daerah
Pedoman tersebut digunakan oleh seluruh Perwakilan BPKP
dalam melaksanakan aktivitas pengendalian berupa survei
penataan sistem dan prosedur pengadaan barang dan jasa di
tingkat Pemerintah Daerah. Hasil yang diharapkan dari
aktivitas tersebut adalah tersusunnya sistem dan prosedur
(sisdur) yang menghubungkan kegiatan yang dilakukan oleh
para pelaksana kegiatan dengan pimpinan, yang memberikan
informasi secara spesifik dan berkala kepada pimpinan daerah
untuk dapat mengendalikan seluruh proses PBJ yang sedang
berlangsung di seluruh SKPD sehingga memungkinkan kepala
daerah/wakil kepala daerah, sekretaris daerah, dan inspektorat
pada pemerintah daerah untuk
mengkoordinasikan/mengarahkan serta memantau bahkan
menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan PBJ di tingkat SKPD
telah berlangsung dengan baik.
e. Tersusun dan terdistribusinya petunjuk pelaksanaan Quality
Assurance probity audit
Juklak tersebut digunakan oleh seluruh Perwakilan BPKP
dalam melaksanakan aktivitas pengendalian berupa quality
assurance probity audit yang dilaksanakan oleh APIP daerah,
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 49
dalam upaya mengurangi risiko dan dampak pelaksanaan
probity audit yang tidak sesuai standar (sub standard) tersebut.
Kegiatan quality assurance untuk memastikan keseragaman dan
menjamin kualitas/mutu pelaksanaan probity audit yang
dilakukan APIP, mendorong peran dan fungsi APIP dalam
Prevent, Deter dan Detect sebagai early warning system atas proses
pengadaan barang dan jasa, serta dalam rangka peningkatan
kualitas akuntabilitas keuangan negara melalui pengelolaan
keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan
akuntabel.
f. Tersusun dan terdistribusinya pedoman kajian permasalahan
pengadaan barang dan jasa pemerintah
Pedoman tersebut digunakan oleh seluruh Perwakilan BPKP
dalam melaksanakan aktivitas pengendalian berupa kajian
permasalahan pengadaan barang dan jasa pemerintah
Timbulnya penyimpangan atau kasus korupsi pengadaan
barang/jasa bukan hanya pada tataran implementasi aturan
mengenai pengadaan barang/jasa tetapi bisa juga berasal dari
kelemahan dalam peraturan itu sendiri. Hasil dari pelaksanaan
kajian yang dilaksanakan oleh perwakilan BPKP diharapkan
dapat menghasilkan saran perbaikan terkait permasalahan
pengadaan barang/jasa.
Realisasi seluruh indikator kinerja sasaran strategis ini didukung
dengan dana sebesar Rp1.601.929.000,00 mencapai 76,85% dari
anggaran sebesar Rp2.084.453.000,00 dan dengan SDM sebanyak
2.272 OH, mencapai 58,56% dari rencana sebanyak 3.880 OH.
Tujuan 3: Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten
Sasaran Strategis 3
Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah pada Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah
Pencapaian sasaran strategis “Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan
Intern Pemerintah pada Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah”
diukur menggunakan 2 (dua) indikator kinerja. Sasaran strategis 3
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 50
terkait dengan fokus pengawasan BPKP yang keempat yaitu mendorong
perbaikan governance system.
Capaian kinerja sasaran strategis “Meningkatnya Kapabilitas
Pengawasan Intern Pemerintah pada Kementerian, Lembaga dan
Pemerintah Daerah” diukur menggunakan tiga indikator kinerja, dengan
hasil pengukuran dan penjelasan masing-masing indikator kinerja
sebagai berikut:
1) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
Kapabilitas APIP Pemerintah Povinsi (Level 3) mencerminkan
kualitas kapabilitas aparat pengawasan intern pemerintah (APIP)
pada Pemerintah Provinsi. Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi
diukur menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi level kapabilitas
APIP menunjukkan kualitas kapabilitas APIP yang semakin baik.
Kapabilitas APIP berdasarkan kriteria penilaian IA-CM dikelompokkan
ke dalam 5 Level, yaitu: Level 1 (Initial), Level 2 (Infrastructure), Level 3
(Integrated), Level 4 (Managed), dan Level 5 (Optimizing). Setiap Level
terdiri dari 6 Elemen, yaitu: Peran dan Layanan Pengawasan Intern,
Pengelolaan SDM, Praktik Profesional, Manajemen dan Akuntabilitas
Kinerja, Hubungan dan Budaya Organisasi, dan Struktur Tata Kelola.
Untuk berada dalam level-level tersebut, APIP harus memenuhi 41
kriteria atau (Key Process Area).
APIP yang memiliki kapabilitas pada Level 3 (Integrated) diharapkan
telah menetapkan praktik profesional audit internal secara seragam
dan telah telah selaras dengan standar audit
Area perubahan yang diharapkan dalam rangka peningkatan
kapabiliats APIP mencakup pemenuhan Key Process Area Level 2 dan
Level 3 sebagai berikut:
No Elemen Kriteria KPA Level 2 Kriteria KPA Level 3
1 Peran dan Layanan
APIP memberikan jasa pengawasan ketaatan (compliance auditing)
APIP melaksanakan value for money audit/ audit kinerja untuk menilai keekonomisan, efisiensi, efektivitas
APIP memberikan jasa konsultansi (advisory services)
2 Manajemen SDM
APIP mengidentifikasi dan merekrut tenaga SDM yang kompeten, sehingga kegiatan pengawasan dilaksanakan oleh auditor yang kompeten
Adanya koordinasi SDM APIP (workforce), sehingga rencana pengawasan (PKPT) sesuai dengan ketersediaan SDM
APIP telah melakukan pengembangan profesi bagi individu auditor melalui
Tersedianya staf APIP yang profesional, yang dikukuhkan dengan sertifikasi dari organisasi
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 51
No Elemen Kriteria KPA Level 2 Kriteria KPA Level 3
diklat, PKS/PPM, dan bentuk-bentuk pengembangan profesi yang lainnya
profesi
Pengembangan kompetensi SDM APIP berbasis tim (team building)
3 Praktik Profesional
Perencanaan pengawasan disusun berdasarkan pada prioritas manajemen/ pemangku kepentingan
Perencanaan audit berbasis risiko, yang difokuskan pada skala prioritas pada risiko tertinggi
APIP memiliki kerangka kerja praktik profesional berikut prosesnya (menetapkan standar audit, SOP pelaksanaan audit)
APIP memiliki kerangka kerja untuk mengelola kualitas kegiatan pengawasannya (QAIP)
4 Akuntabilitas dan Manajemen Kinerja
Adanya rencana kerja tahunan/Renja (business plan)
APIP memiliki kebijakan, sistem dan prosedur pelaporan manajemen kegiatan pengawasan (misalnya SIMONEV, AKIP)
Tersedianya anggaran operasional kegiatan pengawasan
Danya sistem informasi keuangan/ biaya yang mengacu pada standar biaya yang berlaku
Adanya sistem pengukuran kinerja (Tapkin dan LAKIP)
5 Hubungan dan Budaya Organisasi
Adanya pengelolaan tugas pokok dan fungsi di internal APIP
APIP merupakan bagian dari komponen tim manajemen (K/L/D) yang integral
Terselenggaranya koordinasi dengan pihak lain (other review groups) yang memberikan jasa konsultansi dan penjaminan (assurance and advisory services)
6 Struktur Tata Kelola
Hubungan pelaporan telah terbangun
APIP telah memiliki mekanisme pendanaan yang dapat mengidentifikasi dampak pembatasan sumber daya terhadap cakupan tugas pokok dan fungsinya
APIP memiliki akses penuh terhadap informasi aset, dan personil unit organisasi K/L/Pemda
Dilakukannya pengawasan manajemen terhadap kegiatan APIP (oversight body)
Target level kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) pada
tahun 2015 adalah sebesar 6% dari jumlah Pemerintahan Provinsi
yang dibina tahun 2015.
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 52
Sampai dengan tahun 2015, belum ada Pemerintah Provinsi yang
tingkat kapabilitas APIP-nya mencapai level 3. Sehingga capaian
kinerja kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) adalah sebesar
0% dari target sebesar 5%.
Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya
tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama
periode Renstra Deputi III 2015-2019, dan indikator kinerja Deputi III
tahun 2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.
Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target
akhir Renstra Deputi III periode 2015-2019 digambarkan dalam
gambar 3.5 sebagai berikut:
Gambar 3.5
Perbandingan realisasi IKS 3.1 dengan target akhir periode Renstra
Melihat target yang sangat tinggi pada akhir periode Renstra, yaitu
tahun 2019, perlu upaya keras dengan mengerahkan sumber daya
manusia, dan dana untuk mencapai target kapabilitas APIP level 3
pada 82% Pemerintah provinsi.
2) Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 3)
Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 3)
mencerminkan kualitas kapabilitas aparat pengawasan intern
pemerintah (APIP) pada Pemerintah Kabupaten/Kota. Kapabilitas
APIP Pemerintah Kabupaten/Kota diukur menggunakan skala 1-5.
Semakin tinggi level kapabilitas APIP menunjukkan kualitas
kapabilitas APIP yang semakin baik. Target level kapabilitas APIP
Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) pada tahun 2015 adalah
0%
21%
40%
60%
82%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Realisasi Th
2015
Target Th
2016
Target Th
2017
Target Th
2018
Target Th
2019
% T
ing
ka
t K
ap
ab
ilit
as
(Le
ve
l 3
)
Pe
mp
rov
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 53
sebesar 5% dari jumlah Pemerintahan Kabupaten/Kota yang dibina
tahun 2015.
Sampai dengan tahun 2015, belum ada Pemerintah Kabupaten/Kota
yang tingkat kapabilitas APIP-nya mencapai level 3 sehingga
capaian kinerja kapabilitas APIP pemerintah kabupaten/kota (level
3) adalah sebesar 0% dari target sebesar 5%.
Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya tidak
dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama periode
Renstra BPKP 2015-2019, dan indikator kinerja BPKP tahun 2015 berbeda
dengan tahun sebelumnya.
Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target akhir
Renstra BPKP periode 2015-2019 digambarkan dalam gambar 3.6 sebagai
berikut:
Gambar 3.6
Perbandingan realisasi IKS 3.2 dengan target akhir periode Renstra
Melihat target yang sangat tinggi pada akhir periode Renstra, yaitu
tahun 2019, perlu upaya keras dengan mengerahkan sumber daya
manusia, dan dana untuk mencapai target kapabilitas APIP level 3 pada
82% Pemerintah Kabupaten/Kota.
0%
26%
47%
66%
85%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Realisasi Th
2015
Target Th
2016
Target Th
2017
Target Th
2018
Target Th
2019
% T
ing
ka
t K
ap
ab
ilit
as
(Le
ve
l 3
)
Pe
mp
rov
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 54
Sasaran Strategis 3: Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah K/L/Pemda
Sasaran Program 3
Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah Daerah
Pencapaian sasaran program “Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan
Intern Pemerintah Daerah” diukur menggunakan 6 (enam) indikator
kinerja dengan hasil pengukuran dan penjelasan masing-masing
indikator kinerja sebagai berikut:
1) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
Target level kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) pada
tahun 2015 adalah sebesar 6% dari jumlah Pemerintahan Provinsi
yang dibina tahun 2015.
Sampai dengan tahun 2015, belum ada Pemerintah Provinsi yang
tingkat kapabilitas APIP-nya mencapai level 3. Sehingga capaian
kinerja kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) adalah sebesar
0% dari target 5%.
Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya
tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama
periode Renstra Deputi III 2015-2019, dan indikator kinerja Deputi III
tahun 2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.
Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target
akhir Renstra Deputi III periode 2015-2019 digambarkan dalam
gambar 3.7 sebagai berikut:
Gambar 3.7
Perbandingan realisasi IKP 3.1 dengan target akhir periode Renstra
0%
21%
40%
60%
82%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Realisasi Th
2015
Target Th
2016
Target Th
2017
Target Th
2018
Target Th
2019
% T
ing
ka
t K
ap
ab
ilit
as
(Le
ve
l 3
)
Pe
mp
rov
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 55
Melihat target yang sangat tinggi pada akhir periode Renstra, yaitu
tahun 2019, perlu upaya keras dengan mengerahkan sumber daya
manusia, dan dana untuk mencapai target kapabilitas APIP level 3
pada 82% Pemerintah provinsi.
2) Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 3)
Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 3)
mencerminkan kualitas kapabilitas aparat pengawasan intern
pemerintah (APIP) pada Pemerintah Kabupaten/Kota. Kapabilitas
APIP Pemerintah Kabupaten/Kota diukur menggunakan skala 1-5.
Semakin tinggi level kapabilitas APIP menunjukkan kualitas
kapabilitas APIP yang semakin baik. Target level kapabilitas APIP
Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) pada tahun 2015 adalah
sebesar 5% dari jumlah Pemerintahan Kabupaten/Kota yang dibina
tahun 2015.
Sampai dengan tahun 2015, belum ada Pemerintah Kabupaten/Kota
yang tingkat kapabilitas APIP-nya mencapai level 3 sehingga
capaian kinerja kapabilitas APIP pemerintah kabupaten/kota (level
3) adalah sebesar 0% dari target sebesar 5%.
Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya
tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama
periode Renstra BPKP 2015-2019, dan indikator kinerja BPKP tahun
2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.
Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target
akhir Renstra BPKP periode 2015-2019 digambarkan dalam gambar
3.8 sebagai berikut:
Gambar 3.8
Perbandingan realisasi IKP 3.2 dengan target akhir periode Renstra
0%
26%
47%
66%
85%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Realisasi Th
2015
Target Th
2016
Target Th
2017
Target Th
2018
Target Th
2019
% T
ing
ka
t K
ap
ab
ilit
as
(Le
ve
l
3)
Ka
bu
pa
ten
/Ko
ta
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 56
Melihat target yang sangat tinggi pada akhir periode Renstra, yaitu
tahun 2019, perlu upaya keras dengan mengerahkan sumber daya
manusia, dan dana untuk mencapai target kapabilitas APIP level 3
pada 82% Pemerintah Kabupaten/Kota.
3) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2)
Target level kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 2) pada
tahun 2015 adalah sebesar 21% dari jumlah Pemerintahan Provinsi
yang dibina tahun 2015.
Sampai dengan tahun 2015, Pemerintah Provinsi yang tingkat
kapabilitas APIP-nya mencapai level 2 adalah sebanyak 13
Pemerintah Provinsi atau 39,39% dari 33 Pemerintah Provinsi yang
dibina. Sehingga capaian kinerja kapabilitas APIP Pemerintah
Provinsi (level 2) adalah sebesar 187,59% dari target sebesar 21%.
Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya
tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama
periode Renstra Deputi III 2015-2019, dan indikator kinerja Deputi III
tahun 2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.
Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target
akhir Renstra Deputi III periode 2015-2019 digambarkan dalam
gambar 3.9 sebagai berikut:
Gambar 3.9
Perbandingan realisasi IKP 3.3 dengan target akhir periode Renstra
39%41%
30%
20%
9%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
Realisasi Th
2015
Target Th
2016
Target Th
2017
Target Th
2018
Target Th
2019
% T
ing
ka
t K
ap
ab
ilit
as
(Le
ve
l 2
)
Pe
mp
rov
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 57
4) Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 2)
Target level kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 2)
pada tahun 2015 adalah sebesar 15% dari jumlah Pemerintahan
Kabupaten/Kota yang dibina tahun 2015.
Sampai dengan tahun 2015, Pemerintah Kabupaten/Kota yang
tingkat kapabilitas APIP-nya mencapai level 2 adalah sebanyak 100
pemda atau 23,42% dari 427 Pemerintah Kabupaten/Kota yang
dibina sehingga capaian kinerja kapabilitas APIP pemerintah
kabupaten/kota (level 2) adalah sebesar 156,13% dari target sebesar
15%.
Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya
tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama
periode Renstra BPKP 2015-2019, dan indikator kinerja BPKP tahun
2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.
Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target
akhir Renstra BPKP periode 2015-2019 digambarkan dalam gambar
3.10 sebagai berikut:
Gambar 3.10
Perbandingan realisasi IKP 3.4 dengan target akhir periode Renstra
5) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1)
Target level kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 1) pada
tahun 2015 adalah sebesar 73% dari jumlah Pemerintahan Provinsi
yang dibina tahun 2015. Capaian kinerja diukur dengan kondisi
bahwa semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendah
pencapaian kinerja dengan rumus:
23%25%
20%
15%
10%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
Realisasi Th
2015
Target Th
2016
Target Th
2017
Target Th
2018
Target Th
2019
% T
ing
ka
t K
ap
ab
ilit
as
(Le
ve
l 2
)
Ka
bu
pa
ten
/Ko
ta
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 58
Sampai dengan tahun 2015, Pemerintah Provinsi yang tingkat
kapabilitas APIP-nya mencapai level 1 adalah sebanyak 20
Pemerintah Provinsi atau 60,61% dari 33 Pemerintah Provinsi yang
dibina. Sehingga jika menggunakan rumus di atas, maka capaian
kinerja kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 1) adalah sebesar
116,98%.
Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya
tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama
periode Renstra Deputi III 2015-2019, dan indikator kinerja Deputi III
tahun 2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.
Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target
akhir Renstra Deputi III periode 2015-2019 digambarkan dalam
gambar 3.11 sebagai berikut:
Gambar 3.11
Perbandingan realisasi IKP 3.5 dengan target akhir periode Renstra
6) Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 1)
Target level kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 1)
pada tahun 2015 adalah sebesar 83% dari jumlah Pemerintahan
Kabupaten/Kota yang dibina tahun 2015. Capaian kinerja diukur
61%
38%
30%
20%
9%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Realisasi Th
2015
Target Th
2016
Target Th
2017
Target Th
2018
Target Th
2019
% T
ing
ka
t K
ap
ab
ilit
as
(Le
ve
l 1
)
Pe
mp
rov
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 59
dengan kondisi bahwa semakin tinggi realisasi menunjukkan
semakin rendah pencapaian kinerja dengan rumus:
Sampai dengan tahun 2015, Pemerintah Kabupaten/Kota yang
tingkat kapabilitas APIP-nya mencapai level 1 adalah sebanyak 327
pemda atau 76,58% dari 427 Pemerintah Kabupaten/Kota yang
dibina. Sehingga jika menggunakan rumus di atas, maka capaian
kinerja kapabilitas APIP pemerintah kabupaten/kota (level 1) adalah
sebesar 107,73%.
Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya
tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama
periode Renstra BPKP 2015-2019, dan indikator kinerja BPKP tahun
2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.
Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target
akhir Renstra BPKP periode 2015-2019 digambarkan dalam gambar
3.12 sebagai berikut:
Gambar 3.12
Perbandingan realisasi IKP 3.6 dengan target akhir periode Renstra
Dalam mendukung capaian kinerja sasaran strategis dan capaian kinerja
sasaran program peningkatan kapabilitas pengawasan intern pemda,
Deputi III telah melakukan kegiatan sebagai berikut:
77%
49%
33%
19%
5%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Realisasi Th
2015
Target Th
2016
Target Th
2017
Target Th
2018
Target Th
2019
% T
ing
ka
t K
ap
ab
ilit
as
(Le
ve
l 1
)
Ka
bu
pa
ten
/Ko
ta
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 60
1. Peningkatan Kapabilitas APIP.
Kegiatan peningkatan kapabilitas APIP, dilaksanakan dengan
melakukan evaluasi dan penilaian terhadap pemenuhan atas syarat-
syarat dalam memperoleh tingkat kapabilitas APIP sesuai model
IACM, dengan mengacu pada 6 (enam) elemen, 41 Key Process Area
(KPA) dan 240 pernyataan
1. Evaluasi tata kelola APIP.
Kegiatan yang dilaksanakan berupa pembinaan terhadap tata
kelola oraganisasi APIP, yang meliputi evaluasi atas bisnis proses
atau pengelolaan kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh APIP.
Evaluasi atas bisnis proses, lebih difokuskan pada pemenuhan
terhadap insfrasruktur organisasi APIP antara lain meliputi
pengendalian terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan
hasil pengawasan, penggunaan pedoman dan pengelolaan sistem
hasil pengawasan
Disamping itu, Deputi III turut melakukan kegiatan dalam rangka
membangun komitmen bagi pemerintah provinsi/kabupaten/kota
untuk mendukung target kapabilitas APIP level 3, diantaranya
melalui kegiatan rakor Pengawasan yang dihadiri Presiden RI,
Sarasehan dengan mengundang pimpinan APIP pemerintah daerah,
serta Seminar APIP. Dari kegiatan tersebut, kami telah
menyampaikan 4 (empat) rekomendasi strategis untuk mempercepat
pencapaian kapabilitas APIP level 3, yaitu:
1) Mendorong sinergi antara BPK dan APIP setidaknya meliputi 5 (lima) hal yaitu (1) sinergi perencanaan; (2) sinergi pelaksanaan; (3) sinergi pelaporan; (4) sinergi pemantauan tindak lanjut; dan (5) sinergi standar, metodologi dan sumber daya.
2) Memperkuat peran untuk dapat mendorong penguatan Kelembagaan, Pengembangan Proses Bisnis Pengawasan dan Pengembangan SDM Pengawasan dan Profesionalisme Auditor
dilingkungan APIP, diantaranya melaluipengembangan hubungan kerjasama dengan Auditor Eksternal dan organisasi profesi di bidang audit dan mengkoordinir APIP dalam menyiapkan pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan dan Kinerja serta mendorongAPIP memantau tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK.
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 61
3) Dalam pemberantasan korupsi perlu mengembangkan konsep represif untuk preventif di mana tindakan represif dilakukan kepada para pelaku korupsi untuk memberikan shock terapy, harus disertai dengan upaya sistematis untuk mencegah perbuatan korupsi yang sama yang akan terjadi di masa yang akan datang (upaya preventif).
4) Membangun sinergi antara BPK, APIP, dan APH dengan menghilangkan ego/kepentingan instansi/lembaganya dalam pemberantasan korupsi di Indonesia, diantaranya melalui penyelenggaraan rakorwas dan sarasehan secara berkelanjutan
Realisasi indikator kinerja sasaran strategis ini didukung dengan dana
sebesar Rp146.807.000,00, mencapai 48,98% dari anggaran sebesar
Rp299.724.000,00 dan dengan SDM sebanyak 170 OH, mencapai 44,74%
dari rencana sebanyak 380 OH.
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 62
C. Realisasi Keuangan
1. Realisasi Anggaran Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan
Keuangan Daerah (Deputi III)
Anggaran Deputi III tahun 2015 sebesar Rp6.799.286.000,00, dengan
realisasi sebesar Rp5.742.319.486,00 atau 84,45%. Rincian per program, dan
per jenis belanja, dapat dilihat pada Tabel 3.7, dan Tabel 3.8.
Tabel 3.7
Anggaran dan Realisasi Keuangan Per Program
No. Program Anggaran Realisasi %
1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya-BPKP
1.250.000.000,00 1.108.875.309,00 88,71
2 Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
5.549.286.000,00 4.633.444.177,00 83,49
Jumlah 6.799.286.000,00 5.742.319.486,00 84,45
Dari Tabel 3.23 menunjukkan realisasi anggaran untuk program
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya-BPKP
sebesar Rp1.108.875.309,00 atau 88,71% dari rencana sebesar
Rp1.250.000.000,00, dan program Pengawasan Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah sebesar Rp4.633.444.177,00 atau 83,45% dari rencana
sebesar Rp5.549.286.000,00.
Tabel 3.8
Anggaran dan Realisasi Keuangan Per Jenis Belanja
No. Jenis Belanja Anggaran Realisasi %
1 Belanja Pegawai 0,00 0,00 0,00
2 Belanja Barang 6.799.286.000,00 5.742.319.486,00 84,45
3 Belanja Modal 0,00 0,00 0,00
Jumlah 6.799.286.000,00 5.742.319.486,00 84,45
Tabel 3.24 menunjukkan realisasi belanja pegawai sebesar Rp0,00 dari
rencana sebesar Rp0,00, realisasi belanja barang sebesar Rp5.742.319.486,00
atau 84,45% dari rencana sebesar Rp6.799.286.000,00, dan realisasi belanja
modal sebesar Rp0,00 dari rencana sebesar Rp0,00.
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 63
2. Realisasi Anggaran Satgas SPIP
Anggaran Satgas SPIP tahun 2015 sebesar Rp778.976.000,00 dengan
realisasi sebesar Rp646.831.890,00 atau 83,03%
3. Bantuan Kedinasan Mitra Kerja
Deputi III turut melaksanakan kegiatan pengawasan yang menggunakan
dana bantuan kedinasan dari mitra kerja sebesar Rp987.721.000,00 dengan
rincian sebagai berikut:
a) Bantuan Kedinasan dari KPK Rp748.635.000,00
b) Bantuan Kedinasan dari Pemda Rp239.086.000,00
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 64
ebagaimana diamanatkan dalam PP 60 Tahun 2008, BPKP cq Deputi III
melakukan pembinaan SPIP dan pengawasan intern terhadap kegiatan
lintas sektoral, kebendaharaan umum dan kegiatan lain atas penugasan
Presiden. Fungsi pengawasan intern dilakukan melalui kegiatan audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya. Pengawasan intern
terutama diarahkan untuk membantu Menteri/Pimpinan Lembaga, Gubernur, dan
Bupati/Walikota dalam rangka memperkuat dan menunjang efektivitas Sistem
Pengendalian Intern.
Pertanggungjawaban pelaksanaan pengawasan intern dan pembinaan SPIP
disampaikan dalam LAKIP Deputi III. Dalam pelaporan kinerja ini disajikan
informasi kinerja yang telah diperjanjikan disertai evaluasi dan analisis yang
memadai sehingga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan kinerja ke depan.
Capaian rata-rata indikator kinerja sasaran strategis dan sasaran program tahun
2015 masing-masing adalah sebesar 133,90% dan 133,61%.
Meskipun capaian indikator kinerja sasaran strategis dan sasaran program tahun
2015 tersebut telah mencapai target, namun masih terdapat kelemahan dalam
pencapaian sasaran strategis yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Rekomendasi strategis yang disampaikan kepada pihak-pihak terkait secara
umum belum dapat ditindaklajuti.
2. Kapabilitas APIP Pemerintah Daerah belum ada yang mencapai level 3.
Hal ini disebabkan :
1. Kurangnya komitmen pimpinan mitra kerja dalam menindaklanjuti rekomendasi
yang disampaian oleh BPKP;
2. Kurangnya komitmen kepala daerah/pimpinan APIP pemerintah daerah dalam
meningkatkan kapabilitas APIP daerah menuju level 3.
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Deputi III dalam upaya memperbaiki
kinerja antara lain:
1. Mendorong pimpinan kepala daerah/pimpinan mitra kerja untuk menindaklanjuti
rekomendasi yang telah disampaikan BPKP melalui
Bab
4 PENUTUP
Laporan Kinerja Tahun 2015
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 65
a. Melakukan monitoring tindak lanjut atas rekomendasi yang disampaikan
BPKP kepada mitra kerja;
b. Melakukan asistensi dalam rangka melakukan tindak lanjut atas atas
rekomendasi
2. Mendorong pimpinan APIP Pemerintah Daerah dengan berkoordinasi lebih
intensif dengan APIP Pemerintah Daerah untuk percepatan peningkatan
kapabilitas APIP melalui asistensi/bimtek peningkatan kapabilitas APIP.
3. Pengembangan sistem informasi pengukuran data kinerja sampai dengan
capaian IKU.
Akhirnya dengan disusun LAKIP ini, diharapkan dapat memberikan informasi
secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait mengenai tugas fungsi Deputi
III, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja pada tahun-
tahun mendatang. Peningkatan komitmen, semangat kepemimpinan dan etos kerja
tetap harus dipertahankan terutama dalam rangka mendukung kebijakan pimpinan
BPKP mewujudkan peran BPKP sebagai auditor internal pemerintah berkelas dunia
untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan
daerah.
LAMPIRAN
Lampiran 1
1 Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan dan Pembangunan Nasional
1.1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan
Program Prioritas dalam Nawa CitaSkala 1-5 0 0 #DIV/0!
2.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)% 5 20.00 400.00
2.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)% 5 6.78 135.59
3.1 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)% 6 0.00 0.00
3.2 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)% 2 0.00 0.00
133.90
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS TAHUN 2015
DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH
SATUAN TARGET REALISASI% CAPAIAN
KINERJAINDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGISSASARAN STRATEGIS
Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern
Pemerintah K/L/Pemda
3
2
JUMLAH
Meningkatnya Maturitas SPIP
Lampiran 2
1 Perbaikan Pengelolaan Program
Prioritas Nasional dan Pengelolaan
Keuangan Negara Bidang Pengawasan
Keuangan Daerah
1.1 Perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Pengelolaan
program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah
% 40 39.39 98.48
2.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)% 5 20.00 400.00
2.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) % 5 6.78 135.59
3.1 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) % 6 0.00 0.00
3.2 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) % 2 0.00 0.00
3.3 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2) % 21 39.39 187.59
3.4 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 2) % 15 23.42 156.13
3.5 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1) % 73 60.61 116.98
3.6 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 1) % 83 76.58 107.73
133.61
3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan
Intern Pemerintah Daerah
JUMLAH
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN PROGRAM TAHUN 2015
DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA SASARAN PROGRAM SATUAN TARGET REALISASI% CAPAIAN
KINERJA
Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP
pada Pemerintah Daerah
2
Lampiran 3
RENCANA
(Rp000)
REALISASI
(Rp000)% TARGET REALISASI %
1 Meningkatnya Kualitas
Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan dan Pembangunan
Nasional
Perbaikan pengelolaan
Program Prioritas Nasional
dan Pengelolaan Keuangan
Negara/Daerah
Tersedianya informasi hasil pengawasan
dalam mencapai perbaikan tatakelola,
perbaikan sistem pengendalian intern
pengelolaan keuangan negara/daerah, dan
peningkatan kapabilitas APIP
Rekomendasi Hasil
Pengawasan
Rek 60 66 110.00 3,571,961 3,187,523 89.24 5,180 4,045 78.09
2 Meningkatnya Maturitas SPIP Meningkatnya Kualitas
Penerapan SPIP Pemda
Rekomendasi Perbaikan
Penyelenggaraan SPIP Pemda
Rek 22 23 104.55 1,305,477 955,098 73.16 2,945 1,496 50.80
Rekomendasi Perbaikan
Penyelenggaraan SPIP (Satgas
SPIP)
Rek 4 5 125.00 778,976 646,831 83.04 935 776 82.99
26 28 107.69 2,084,453 1,601,929 76.85 3,880 2,272 58.56
3 Meningkatnya Kapabilitas
Pengawasan Intern
Pemerintah K/L/Pemda
Meningkatnya Kapabilitas
Pengawasan Intern Pemda
Rekomendasi Pembinaan
Kapabilitas APIP
Rek 11 12 109.09 299,724 146,807 48.98 380 170 44.74
97 106 109.28 5,956,138 4,936,259 82.88 9,440 6,487 68.72TOTAL
CAPAIAN KINERJA OUTPUT TAHUN 2015
DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH
NO SASARAN STRATEGIS SASARAN KEGIATANINDIKATOR KINERJA
OUTPUTSATUAN TARGET REALISASI %
DANA SDM (OH)
SASARAN PROGRAM