lakip deputi bidang pengawasan penyelenggaraan keuangan

76

Upload: volien

Post on 12-Jan-2017

228 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan
Page 2: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan
Page 3: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah ii

DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar……………………………………………………………………… i

Daftar Isi…………………………………………………………………………….. ii

Ringkasan Eksekutif……………………………………………………………….. iii

Bab 1 Pendahuluan

A. Tugas, Fungsi dan Wewenang Organisasi 1

B. Aspek Strategis 2

C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi 3

D. Struktur Organisasi 3

E. Sistematika Penyajian 6

Bab 2 Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 7

A. Rencana Strategis 2015-2019 7

B. Perjanjian Kinerja 2015 13

Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 15

A. Kerangka Pengukuran Kinerja 15

B. Akuntabilitas Kinerja 16

1. Ringkasan Kinerja 16

2. Evaluasi Kinerja 18

C. Realisasi Keuangan 62

Bab 4 Penutup 64

Lampiran 1-3

Page 4: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah iii

engukuran capaian kinerja tahun 2015 merupakan bagian dari

penyelenggaraan akuntabilitas kinerja tahunan Deputi Bidang

Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah (Deputi III). Sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun

2014, akuntabilitas kinerja menitikberatkan pada pengukuran pencapaian

tujuan/sasaran strategis.

Pengukuran capaian kinerja sasaran strategis meliputi identifikasi atas realisasi

IKU dan membandingkan dengan targetnya. Analisis lebih mendalam

dilakukan terutama terhadap capaian yang di bawah target untuk mengenali

faktor penyebab sebagai bahan evaluasi strategi peningkatan kinerja di tahun

2015 untuk penetapan strategi di tahun-tahun berikutnya atau tahun-tahun

selanjutnya (performance improvement).

Pengukuran pencapaian sasaran strategis, dihitung berdasarkan jumlah IKU

yang tercapai dibagi dengan jumlah IKU. Hal ini dilakukan untuk menghindari

distorsi perhitungan capaian kinerja sasaran strategis Deputi III.

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, realisasi pencapaian sasaran strategis

dan sasaran program tahun 2015 Deputi III secara ringkas disajikan pada tabel

RE 1 dan RE 2.

Capaian indikator sasaran strategis dan capaian indikator sasaran program

Deputi III pada tahun 2015 masing-masing adalah sebesar 133,90% dan

133,61%. Capaian indikator outcome tersebut merupakan capaian rata-rata atas

semua IKU yang secara ringkas disajikan menurut tujuan dan sasaran strategis

sebagaimana terlihat pada Tabel RE 1dan RE2 berikut ini:

Tabel RE 1

Ringkasan Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Utama % Capaian

Tujuan 1 : Peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan dan pembangunan daerah yang bersih dan efektif

Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional

IKU 1.1. Indeks akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan program prioritas dalam nawacita

-

Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya maturitas SPIP

IKU 2.2. Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3) 400

PPP

RINGKASAN EKSEKUTIF

Page 5: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah iv

Indikator Kinerja Utama % Capaian

IKU 2.3. Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3) 135,59

Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Inter Pemerintah K/L/Pemda

IKU 3.1. Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) 0

IKU 3.2. Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3) 0

Rata-rata 133,90

Tabel RE 2

Ringkasan Capaian Indikator Kinerja Sasaran Program

Indikator Kinerja Utama % Capaian

Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional

Sasaran Program 1.1 : Perbaikan pengelolaan Program Prioritas Nasional/Daerah dan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah

IKP 1.1.1 Persentase perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Pengelolaan program prioritas nasional dan pengelolaan keuangan negara/daerah

98,48

Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya maturitas SPIP

Sasaran Program 2.1 : Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP Pemda

IKP 2.1.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) 400

IKP 2.1.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) 135,59

Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Inter Pemerintah K/L/Pemda

Sasaran Program 3.1 : Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemda

IKP 3.1.1. Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

0

IKP 3.1.2. Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 3)

0

IKP 3.1.3. Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2)

187,59

IKP 3.1.4. Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 2)

156,13

IKP 3.1.5. Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1)

116,98

IKP 3.1.6. Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 1)

107,73

Rata-rata 133,61

Dari tabel 3.1 di atas menunjukkan bahwa 2 (dua) indikator kinerja sasaran

strategis dan 6 (enam) indikator kinerja sasaran program yang digunakan

untuk mengukur kinerja Deputi III tahun 2015 yang telah mencapai target

dengan uraian sebagai berikut:

Page 6: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah v

1. Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan

pembangunan nasional

Sasaran strategis “Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan

keuangan dan pembangunan nasional” diindikasikan oleh satu IKU yaitu

indeks akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan program

prioritas dalam nawacita. Nilai indeks adalah skala 1 - 5. Semakin tinggi

nilai indeks menunjukkan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan

pembangunan program prioritas dalam Nawa Cita yang semakin baik.

Target nilai indeks pada tahun 2015 adalah 1 dari skala 5.

Pada tahun 2015 indikator kinerja “Indeks Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawa Cita” belum

dapat diukur.

2. Meningkatnya maturitas SPIP

Sasaran strategis “Meningkatnya maturitas SPIP” diindikasikan oleh dua

IKU penyelenggaraan SPIP pada seluruh K/L/Pemda. Semakin banyak

K/L/Pemda yang menyelenggarakan SPIP sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008,

diharapkan akan semakin baik kualitas pencapaian tujuan instansi

pemerintah dan semakin berkualitas birokrasi. Capaian IKU yang

mendukung sasaran strategis ini adalah:

1) Level SPIP pemerintah provinsi (level 3) diukur dengan menggunakan

skala 1-5. Semakin tinggi nilai maturitas SPIP menunjukkan kualitas

penyelenggaraan SPIP yang semakin baik.

Pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi yang dibina dan tingkat maturitas

penyelenggaraan SPIP-nya menuju level 3 adalah sebanyak 1 (satu)

pemda atau 20% dari pemda yang dibina. Bila dibandingkan dengan

targetnya sebesar 5%, maka capaian IKU ini tersebut adalah sebesar

400%.

2) Level SPIP pemerintah kabupaten/kota (level 3) yang diukur dengan

menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi nilai maturitas SPIP

menunjukkan kualitas penyelenggaraan SPIP yang semakin baik.

Dalam tahun 2015, telah dilakukan penilaian maturitas SPIP pada 59

pemerintah kabupaten/kota. Dari hasil assessment, Pemerintah

kabupaten/kota yang telah mencapai level maturitas di atas 3 adalah

sebanyak 4 kabupaten/kota. Oleh karena itu, realisasi maturitas SPIP

Page 7: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah vi

Kabupaten/Kota (Level 3) sebesar 6,78% dari jumlah Pemkab/Kota

sebanyak 59 pemda yang dibina. Bila dibandingkan dengan targetnya

sebesar 5%, maka capaian IKU ini tersebut adalah sebesar 135,59%.

3. Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah

K/L/Pemda

Sasaran strategis “Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern

Pemerintah K/L/Pemda” diindikasikan oleh dua IKU peningkatan

kapabilitas APIP pada seluruh Pemda. Semakin banyak Pemda yang

meningkat kapabilitasnya, diharapkan akan semakin baik kualitas

pencapaian tujuan instansi pemerintah dan semakin berkualitas birokrasi.

Capaian IKU yang mendukung sasaran strategis ini adalah:

1) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) yang diukur dengan

menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi level kapabilitas APIP

menunjukkan kualitas kapabilitas APIP yang semakin baik.

Dalam tahun 2015, belum ada Pemerintah Provinsi yang tingkat

kapabilitas APIP-nya mencapai level 3. Sehingga capaian kinerja

kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) adalah sebesar 0% dari

target sebesar 5%.

2) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) yang diukur dengan

menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi level kapabilitas APIP

menunjukkan kualitas kapabilitas APIP yang semakin baik.

Dalam tahun 2015, belum ada Pemerintah Kabupaten/Kota yang tingkat

kapabilitas APIP-nya mencapai level 3 sehingga capaian kinerja

kapabilitas APIP pemerintah kabupaten/kota (level 3) adalah sebesar 0%

dari target sebesar 5%.

Page 8: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 1

A. Tugas, Fungsi dan Wewenang Organisasi

eputi III sebagai salah satu unit dari BPKP, dibentuk sesuai dengan

Peraturan Presiden RI Nomor 192 Tahun 2014 Tentang Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, dan menyelenggarakan

fungsi sebagai berikut:

1. pengkajian, perumusan, dan penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern

terhadap akuntabilitas penyelenggaraan keuangan dan program lintas

sektoral pembangunan daerah;

2. penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pengawasan intern terhadap

akuntabilitas penyelenggaraan keuangan dan program lintas sektoral

pembangunan daerah;

3. pengawasan intern terhadap akuntabilitas penerimaan dan akuntabilitas

pengeluaran keuangan daerah dan pembangunan daerah dan/atau kegiatan

lain yang seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran

pemerintah daerah dan/atau subsidi pada pemerintah daerah;

4. pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan aset

daerah;

5. pengawasan intern terhadap Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah;

6. perumusan kebijakan dan pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah pada pemerintah daerah;

7. pembinaan kapabilitas pengawasan intern pemerintah daerah;

8. pemberian asistensi atas reviu laporan keuangan dan laporan kinerja

pemerintah daerah;

9. pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan pemerintah di

bidang pemerintahan daerah sesuai peraturan perundang-undangan; dan

10. pelaksanaan analisis, evaluasi dan pengolahan hasil pengawasan

penyelenggaraan akuntabilitas keuangan dan pembangunan daerah

Bab

1 PENDAHULUAN

Page 9: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 2

B. Aspek Strategis Organisasi

Dalam periode tahun-tahun sebelumnya Deputi III telah menunjukkan

kinerja yang baik khususnya dalam rangka meningkatkan tata kelola

pemerintahan dan menciptakan iklim pencegahan KKN sebagaimana

diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Sejumlah

langkah pembenahan telah dilakukan oleh Deputi III dan beberapa hasil signifikan

juga telah diperoleh.

Aspek strategis yang dimiliki Deputi III digunakan untuk memberikan

pelayanan manajemen kepada pemerintah daerah dan Kementerian Dalam

Negeri. Keberhasilan dalam meningkatkan tata kelola pemerintah daerah di tahun

periode renstra yang lalu dan mengingat kompleksitas permasalahan yang

dihadapi dalam manajemen pemerintahan serta meningkatnya kepercayaan

Pemda, mendorong Deputi III untuk dapat lebih berperan dalam mengatasi

permasalahan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dan memberikan

pelayanan pada pemda dalam rangka meningkatkan tata kelola pemerintahan

daerah, antara lain terkait dengan hal sebagai berikut :

1) Masih banyaknya Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang belum

memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atau bahkan disclaimer

dari BPK-RI.

2) Belum semua Pemerintah Daerah menerapkan Standar Pelayanan Minimal

(SPM).

3) Kelemahan dalam pengelolaan dana perimbangan khususnya Dana Alokasi

Khusus (DAK).

4) Masih cukup banyak terdapat penyimpangan dalam pengelolaan keuangan

daerah.

Dengan kondisi seperti tersebut diatas juga dengan mempertimbangkan

kemampuan atau potensi yang dimiliki Deputi III antara lain berupa :

• Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keahlian, pelatihan teknis, dan

pengalaman yang cukup.

• adanya kantor Perwakilan BPKP yang dapat menjangkau seluruh

Pemerintah Daerah

• adanya kemampuan merespon kebutuhan manajemen Pemerintah Daerah

dan kemampuan menanggapi kebutuhan manajemen Pemerintah Daerah

sehingga menjalin kerjasama dengan Pemerintah Daerah yang bersangkutan,

Deputi III optimis dapat berperan dalam membantu pemda untuk meningkatkan

tata kelola pemerintah daerah.

Page 10: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 3

C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi

Kegiatan layanan yang diberikan oleh Deputi III dalam bidang

penyelenggaraan keuangan daerah meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah dalam penerapkan Standar

Pelayanan Minimal terhadap 2 urusan yaitu Urusan Pendidikan, dan

Kesehatan.

2. Probity Audit atas pengadaan barang dan jasa.

3. Clearance Asset rencana pembangunan sarana prasarana aparatur.

4. Monitoring atas realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK).

5. Pengawasan atas permintaan stakeholder bidang keuangan daerah meliputi

monitoring Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (OPAD).

6. Sosialisasi, asistensi/bimbingan teknis di bidang pengelolaan keuangan

daerah.

7. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah

(SIMDA) dalam rangka mempercepat pemerintah daerah menyusun laporan

pertanggungjawaban keuangan daerah.

8. Sosialisasi, asistensi/bimbingan teknis di bidang pengelolaan keuangan desa

9. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Desa

(SIMDA Desa) dalam rangka mempercepat pemerintah desa menyusun

laporan pertanggungjawaban keuangan desa

10. Evaluasi SAKIP

11. Evaluasi penyerapan anggaran

12. Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD)

13. Koordinasi dan Supervisi Pelayanan Publik Instansi pemerintah di daerah.

14. Layanan sosialisasi dan bimbingan konsultasi diklat SPIP untuk membantu

pemda dalam menyelengarakan SPIP di lingkungan pemda.

15. Kajian Current Issue.

D. Struktur Organisasi

Untuk dapat menjalankan tugas yang telah dibebankan, Deputi III

membawahi tiga direktorat sebagai berikut:

1. Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah I

2. Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah II

3. Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah III

Wilayah I meliputi wilayah Sumatera dan Kalimantan, wilayah II meliputi

wilayah Jawa dan Bali, serta wilayah III meliputi wilayah Sulawesi, Nusa

Page 11: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 4

Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku dan Papua. Untuk menunjang

tugas pokok dan fungsinya, Deputi III dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Perbantuan III yang merupakan perbantuan dari Biro Umum dengan tugas

mengelola kegiatan Tata Usaha Deputi III.

Disamping itu, dalam memperlancar tugas-tugas kedeputian, Deputi

Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah telah

menetapkan penanggung jawab kegiatan yang membidangi bagian keuangan,

bagian kepegawaian, dan bagian umum dengan uraian sebagai berikut:

No Uraian Penanggung Jawab

1 Urusan Kepegawaian Direktorat Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah I

2 Urusan Keuangan Direktorat Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah II

3 Urusan Umum Direktorat Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah III

Struktur organisasi di atas dapat digambarkan dalam bagan berikut;

STRUKTUR ORGANISASI DEPUTI III

DITWAS PKD WIL. I

DEPUTI PENGAWASAN BIDANG

PENYELENGGARAAN KEUANGAN

DAERAH

KELOMPOK PFA KELOMPOK PFA

DITWAS PKD WIL. II DITWAS PKD WIL. III

KASUBDIT

WIL.I.2

KASUBDIT

WIL.II.1

KASUBDIT

WIL.II.2

KELOMPOK PFA

KASUBDIT

WIL.III.1

KASUBDIT

WIL.III.2

KASUBDIT

WIL.I.1

Page 12: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 5

Deputi III didukung dengan tenaga SDM yang cukup andal. Posisi pegawai per 31

Desember 2015 berjumlah 107 orang, dengan rincian sebagai berikut:

1. Komposisi Pegawai Menurut Kelompok Jabatan

Tabel 1.1.

Komposisi Pegawai Menurut Kelompok Jabatan per 31 Desember 2015

Jabatan Jumlah (orang)

Deputi 1

Direktur 3

Kepala Sub Direktorat 6

Subag Umum Perbantuan 1

Pejabat Fungsional Auditor 77

Pejabat Fungsional Arsiparis 2

Pejabat Fungsional Kepegawaian 1

Pranata Komputer 3

Fungsional Umum 13

Jumlah 107

2. Komposisi Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan

Tabel 1.3 Komposisi Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan

Pendidikan Jumlah (orang)

S-3 1

S-2 19

S-1/D-IV 55

Sarmud/D.III 23

SLTA 9

SLTP 0

Jumlah 107

3. Komposisi Pegawai Menurut Pangkat/Golongan

Tabel 1.2 Komposisi Pegawai Menurut Pangkat/Golongan

Golongan Jumlah (orang)

Golongan IV 27

Golongan III 66

Golongan II 14

Golongan I 0

Jumlah 107

Page 13: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 6

E. Sistematika Penyajian

Laporan Kinerja Deputi III Tahun 2015 melaporkan pencapaian kinerja Deputi III

selama tahun 2015. Capaian kinerja 2015 diukur dan dinilai berdasarkan Penetapan

Kinerja (Tapkin) 2015 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Tapkin

sendiri merupakan penjabaran Renstra Deputi III Tahun 2015-2019.

Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja Tahun 2015 memungkinkan

dilakukannya identifikasi atas sejumlah celah kinerja (performance gap) sebagai masukan

bagi perbaikan kinerja di masa datang. Dengan pola pikir seperti ini, sistematika

penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi III Tahun 2015 dapat diilustrasikan

dalam Gambar 1.2 berikut ini.

Gambar 1.2

Sistematika Penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi III tahun 2015

Renstra 2015-2019 dan Perjanjian Kinerja 2015

Perjanjian KinerjaTahun 2015

CapaianKinerja 2015

BabReferensi

AnalisisCapaianKinerja

2015

Penutup Bab IV

Bab II

Bab III

Pendahuluan Bab I

Page 14: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 7

erencanaan dan perjanjian kinerja dimulai dari penetapan rencana

strategis (renstra) Deputi III yang merupakan suatu proses yang

meliputi serangkaian rencana dan program mendasar yang dibuat

oleh manajemen puncak agar dapat di implementasikan oleh

seluruh jajaran organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Program pada Renstra Deputi III mencakup satu program teknis yaitu Program

Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan

Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, dan satu program

generik yaitu Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya BPKP. Renstra Deputi III Tahun 2015 – 2019 ditetapkan dengan

Keputusan Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Daerah Nomor: KEP-3/D4/02/2015 tanggal 5 Januari 2015.

A. RENCANA STRATEGIS 2015-2019

Penyusunan Renstra Deputi III merupakan salah satu amanat Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(SPPN). Renstra Deputi III merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi,

misi, tujuan, strategi, kebijakan, serta program dan kegiatan Deputi III dalam

rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Renstra Deputi III merupakan

bagian dari perencanaan nasional, sehingga harus sinkron dan mengacu kepada

Renstra BPKP dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

serta mendukung pencapaian program-program prioritas Pemerintah.

1. Pernyataan Visi

Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis, termasuk terbitnya mandat

baru sesuai PP No. 60 Tahun 2008 dan Perpres No. 192 Tahun 2014, BPKP cq Deputi

III menegaskan jati dirinya sebagai Auditor Internal Pemerintah berkelas dunia.

Konsekuensinya, BPKP cq Deputi III dituntut untuk dapat memberikan informasi

yang berharga bagi Presiden dan stakeholder dari hasil pengawasan dan

pembinaan yang dilakukan dan mampu memberikan solusi atas permasalahan

Bab

2 PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Page 15: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 8

yang dihadapi pemerintah. Kontribusi BPKP cq Deputi III tersebut dimaksudkan

untuk membantu pemerintah mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik,

bersih dan akuntabel. Akuntabilitas keuangan daerah dan pembangunan daerah

yang berkualitas merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai Deputi III yang

merepresentasikan manfaat yang dapat diberikan Deputi III kepada

stakeholdersnya. Komitmen tersebut selanjutnya dituangkan dalam pernyataan Visi

Deputi III sebagai berikut:

Terwujudnya visi merupakan tantangan sekaligus peluang yang harus dihadapi

Deputi III baik di tingkat pusat maupun tingkat perwakilan. Sebagai penjabaran

dari visi tersebut, ditetapkanlah misi Deputi III.

2. Pernyataan Misi

Sebagai bentuk nyata dari visi tersebut, ditetapkanlah 3 (tiga) misi Deputi III

yang menggambarkan hal-hal yang seharusnya terlaksana, sehingga hal-hal yang

masih abstrak pada visi akan lebih nyata terlihat pada misi.

Ketiga misi Deputi III yang pencapaiannya diagendakan dalam tahun

2015 – 2019 adalah sebagai berikut:

Misi pertama berkaitan dengan aktualisasi peran Deputi III yang melaksanakan

pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan daerah dan pembangunan daerah,

MISI

1. Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan dan pembangunan daerah guna mendukung tata kepemerintahan yang bersih dan efektif.

2. Membina penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah dilingkungan pemerintahan daerah.

3. Mengembangkan kapabilitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten

VISI Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Daerah

Page 16: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 9

TUJUAN

1. Peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan dan pembangunan daerah yang bersih dan efektif.

2. Peningkatan efektifitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah di lingkungan pemerintah daerah.

3. Peningkatan kapabilitas pengawasan intern pemerintah daerah yang profesional dan kompeten

dan dilakukan untuk membantu kepala daerah selaku stakeholder dalam

mendorong terwujudnya tata kepemerintahan yang baik. Dalam misi ini, tercakup

seluruh kegiatan utama (core business) Deputi III, baik dalam aktivitas assurance

yang dilakukan dalam bentuk audit, evaluasi, reviu, maupun aktivitas consulting

yang dilakukan dalam bentuk sosialisasi, bimbingan teknis/asistensi, konsultansi,

pengembangan sistem.

Misi kedua berkaitan dengan BPKP sebagai pembina Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) sebagaimana diamanatkan dalam pasal 59 PP 60 tahun 2008

yaitu melakukan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP. Misi ini bertujuan untuk

memastikan tercapainya akuntabilitas kinerja pemerintah daerah sehingga perlu

juga dipastikan efektivitas penyelenggaraan SPIP pada seluruh instansi

pemerintah daerah.

Misi ketiga berkaitan dengan BPKP sebagai pembina aparat pengawasan intern

pemerintah. Misi ini bertujuan untuk memastikan terwujudnya peran APIP

sebagai aparat pengawasan intern yang efektif dan kompeten.

3. Tujuan

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi,

yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan lima

tahun. Dalam penetapan tujuan-tujuan strategis, Deputi III mengadopsi konsep

Balanced Scorecard (BSC) dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan

karakteristik organisasi publik, yaitu memodifikasi perspektif keuangan menjadi

perspektif manfaat bagi stakeholder dan perspektif pelanggan menjadi perspektif

manfaat bagi auditan/pengguna jasa.

Tujuan utama Deputi III tercermin dalam tujuan-tujuan strategis yang

terdapat pada perspektif manfaat bagi stakeholder, sebagai berikut:

Page 17: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 10

4. Sasaran Strategis

Sasaran strategis merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan, yang

dirumuskan secara spesifik dan terukur untuk dapat dicapai dalam kurun waktu

lebih pendek dari tujuan. Sebagaimana tujuan, sasaran strategis merupakan

kondisi yang diharapkan dalam kurun waktu tertentu; sasaran strategis

merupakan ukuran pencapaian dari tujuan. Dengan pengertian ini, dan dikaitkan

dengan tujuannya, sasaran strategis Deputi III untuk tahun 2015-2019 adalah

sebagai berikut:

1) Meningkatnya Kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan

daerah;

2) Meningkatnya maturitas Sistem Pengendalian Intern pada Pemerintah Daerah

3) Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern pemerintah pada pemerintah

daerah

Dikaitkan dengan tujuannya, sasaran strategis Deputi III untuk tahun 2015-2019

adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 2.1.

TABEL 2.1

SASARAN STRATEGIS DEPUTI III

NO SASARAN INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS

SATUAN TARGET

2015 2019

1 Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan daerah

Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Dalam Nawacita

Skala 1-5 0 3

2 Meningkatnya maturitas SPIP

Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

% 5 85

Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

% 5 70

3.1 Meningkatnya Kapabilitas Intern Pemerintah K/L/Pemda

Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

% 6 82

Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

% 2 85

5. Indikator Kinerja Utama

Indikator kinerja utama Deputi III merupakan indikator kinerja yang berada pada

perspektif manfaat bagi stakeholders yang menunjukkan peran utama Deputi III

dalam pengawasan akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan

penyelenggaraan SPIP.

Page 18: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 11

Indikator kinerja utama Deputi III merupakan ukuran keberhasilan dari tujuan

dan sasaran strategis Deputi III. IKU terbagi menjadi dua perspektif, yang pertama

bersifat outward looking yaitu perspektif manfaat langsung bagi stakeholders

eksternal yang menunjukkan peran utama Deputi III dalam pengawasan

akuntabilitas keuangan daerah dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada

Pemda.

Perspektif kedua bersifat inward looking yang menunjukkan manfaat bagi

stakeholders internal BPKP. Penetapan indikator dilakukan dengan

mempertimbangkan tujuan dan sasaran strategis dan kegiatan-kegiatan yang

mendukung tujuan strategis. Indikator ini digunakan untuk mengukur

keberhasilan sasaran strategis, sedangkan keberhasilan kegiatan diukur dengan

menggunakan indikator keluaran (output).

Indikator-indikator kinerja utama Deputi III dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2.

Indikator Kinerja Utama Deputi III

No Indikator Kinerja Utama

1. Sasaran Strategis : Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan daerah

1.1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawacita

2. Sasaran Startegis : Meningkatnya Maturitas SPIP Pemda

2.1 Persentase Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

2.2 Persentase maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

3. Sasaran Strategis : Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah K/L/Pemda

3.1 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) 3.2 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

6. Program dan Kegiatan

Untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis di atas, Deputi III

menyesuaikan program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh unit organisasi

Deputi III dengan program yang ditetapkan oleh BPKP.

Deputi III hanya melaksanakan satu program teknis yaitu “Program Pengawasan

Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)”.

Anggaran untuk kumpulan kegiatan dalam rangka mencapai sasaran dialokasikan

menurut indikator kinerja utama. Kumpulan kegiatan ini identik juga dengan

program menurut Peraturan Menteri PAN Nomor PER/09/M.PAN/5/2007

Page 19: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 12

tanggal 31 Mei 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama

di Lingkungan Instansi Pemerintah.

Program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Deputi III dalam rangka

mendukung pencapaian sasaran strategis Deputi III tahun 2015 secara ringkas

dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3.

Program, Sasaran Strategis, dan Kegiatan

No Indikator Kinerja Utama

Program 1 : Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara Dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

1. Sasaran Strategis: Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan daerah

1.1 Indikator Kinerja Utama: Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawacita

1. Asistensi/Bimtek SIMDA

2. Evaluasi Penyusunan dan Penetapan APBD

3. Analisis Kinerja Keuangan Pemda

4. Bimtek Penyusunan Rencana Aksi Hasil Temuan BPK

5. Bimtek Reviu LKPD Berbasis Akrual

6. Evaluasi Penyerapan Anggaran Pemda

7. Sosialisasi/Bimtek Pengelolaan Keuangan Desa

5. Kajian Permasalahan PBJ/ Pengadaan Barang dan Jasa

6. Pengendalian pengadaan barang/jasa melalui Pelaksanaan Probity Audit

7. Probity Audit Pengadaan Barang dan Jasa pada K/L

8. Penataan Sisdur PBJ di Tingkat Pemda

9. Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD)

10. Evaluasi SAKIP

11. Asistensi Perencanaan Pembangunan Daerah

12. Audit Kinerja Pelayanan Pemda Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Kemaritiman

13. Verifikasi Advance Payment DAK Reimbursement TA 2015

14. Monitoring Pengelolaan DAK & Dana Penyesuaian TA 2014

15. Asistensi Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (OPAD)

16. Koodinasi Suverfisi dan Pencegahan Korupsi

17. Pengawasan atas Kepemilikan, Pemanfaatan dan Pengelolaan Aset P3

2. Sasaran Startegis: Meningkatnya Maturitas SPIP Pemda

2.1 Indikator Kinerja Utama : Persentase Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

2.2 Indikator Kinerja Utama : Persentase maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/ Kota (Level 3)

1. Penyusunan RTP

2. Penilaian Risiko

3. Pembinaan SPIP Pemda

Page 20: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 13

No Indikator Kinerja Utama

4. Penilaian Maturitas SPIP

5. QA Atas Pembinaan SPIP

3. Sasaran Strategis: Tercapainya kapabilitas aparat pengawasan intern pemerintah daerah yang profesional dan kompeten

3.1 Indikator Kinerja Utama : Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

3.2 Indikator Kinerja Utama : Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

1. Validasi/Verifikasi atas penilaian mandiri (self assessment) yang telah dilakukan Inspektorat peningkatan kapabilitas APIP

2. QA Pelaksanaan peningkatan Kapabilitas APIP

3. Bimtek Kapabilitas APIP pada Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan

4. Bimtek Kapabilitas APIP pada Kementerian Dalam Negeri

B. PERJANJIAN KINERJA 2015

Pengukuran pencapaian tujuan sebagaimana ditetapkan dalam Renstra

dilakukan melalui pengukuran pencapaian sasaran strategis dalam hal ini

pengukuran indikator kinerja utama. Untuk menguatkan pencapaian sasaran

strategis ini di tahun 2015 disusun perjanjian kinerja atau penetapan kinerja

sebagai dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja

antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu, dokumen

penetapan kinerja memuat pernyataan dan lampiran formulir yang

mencantumkan sasaran strategis, indikator kinerja utama organisasi, beserta target

kinerja dan anggaran. Target kinerja menunjukkan komitmen dari pimpinan dan

seluruh anggota organisasi untuk mencapai hasil yang diinginkan dari setiap

sasaran strategis sesuai indikator kinerja utama yang bersifat outcome.

Pada tahun 2015, Perjanjian Kinerja memuat 5 indikator kinerja utama yang

digunakan untuk mengukur tercapainya tiga sasaran strategis dan 9 indikator

kinerja program untuk mengukur tercapainya tiga sasaran program dapat dilihat

pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4.

Perjanjian Kinerja Deputi III Tahun 2015

NO SASARAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET

I Sasaran Strategis Indikator Kinerja Strategis

1 Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional

1.1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawa Cita

1 dari skala 5

0

Page 21: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 14

NO SASARAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET

2 Meningkatnya Maturitas SPIP 2.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

% 5

2.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

% 5

3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah K/L/Pemda

3.1 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

% 6

3.2 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

% 2

II Sasaran Program Indikator Kinerja Program

1 Perbaikan pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keuangan Daerah

1.1 Perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Pengelolaan program strategis nasional dan pengelolaan keuangan daerah

% 40

2 Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP pada Pemerintah Daerah

2.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

% 5

2.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

% 5

3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern K/L/P

3.1 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

% 6

3.2 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota(Level 3)

% 2

3.3 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2)

% 21

3.4 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota(Level 2)

% 15

3.5 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1)

% 73

3.6 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota(Level 1)

% 83

Untuk melaksanakan program dan kegiatan tahun 2015, Deputi III memperoleh

anggaran sebesar Rp7.578.262.000,00 yang terdiri atas anggaran Deputi III sebesar

Rp6.799.286.000.000,00 dan anggaran Satgas SPIP sebesar Rp778.976.000,00 sesuai

dengan DIPA-089.01.1.450491/2015 tanggal 14 November 2014.

Page 22: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 15

A. Kerangka Pengukuran Kinerja

alam rangka penyusunan laporan kinerja Deputi III tahun 2015

dilakukan pengumpulan data kinerja melibatkan seluruh direktorat di

lingkungan Deputi III. Data kinerja yang dikumpulkan yaitu data-data

target dan realisasi kinerja Deputi III beserta uraian rinci kinerja, target

dan realisasi keuangan, target dan realisasi penggunaan sumber daya manusia,

serta data dan informasi lain yang terkait dengan kinerja Deputi III tahun 2015.

Pengumpulan data kinerja diarahkan untuk mendapatkan data kinerja yang akurat,

lengkap, tepat waktu dan konsisten yang berguna bagi pengambilan keputusan

dalam rangka perbaikan kinerja tanpa meninggalkan keseimbangan manfaat dan

biaya, efisiensi dan efektivitas. Sebagian data realisasi kinerja dapat diperoleh dari

program aplikasi New IPMS yang membantu dalam penyusunan laporan kinerja

Deputi III.

Setelah data-data tersebut di atas diperoleh, selanjutnya dilakukan pengukuran

kinerja Deputi III tahun 2015. Pengukuran kinerja dilakukan dengan

membandingkan realisasi dengan target kinerja yang diperjanjikan dalam

dokumen perjanjian kinerja Deputi III Tahun 2015. Seluruh indikator kinerja Deputi

III dalam Renstra Deputi III mencerminkan kondisi yang semakin baik apabila

realisasi kinerja semakin tinggi. Oleh karena itu pengukuran capaian kinerja

menggunakan rumus sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, selanjutnya dilakukan evaluasi capaian

setiap indikator kinerja untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hal-hal

yang mendukung keberhasilan dan kendala pencapaian kinerja. Evaluasi dilakukan

guna mengetahui kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pencapaian kinerja

agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di

masa yang akan datang.

Dalam evaluasi kinerja diupayakan pembandingan-pembandingan antara realisasi

kinerja dengan target tahun berjalan, realisasi kinerja tahun berjalan dengan

Capaian Kinerja = Realisasi X 100%Rencana

Bab 3

AKUNTABILITAS KINERJA

Page 23: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 16

realisasi tahun lalu, realisasi kinerja Deputi III dengan realisasi kinerja instansi lain

yang serupa/terkait, dan pembandingan-pembandingan lain yang diperlukan.

Selain itu dalam evaluasi kinerja dilakukan pula analisis efisiensi dengan cara

membandingkan proporsi capaian kinerja dengan proporsi penggunaan dana

B. Akuntabilitas Kinerja

ebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi

Deputi III, keputusan-keputusan yang diambil dalam pelaksanaan tugas

dan fungsi, serta penggunaan dana, berikut disajikan akuntabilitas

kinerja Deputi III tahun 2015.

1. Ringkasan kinerja

Laporan kinerja tahun 2015 Deputi III ini merupakan laporan kinerja tahun

pertama dalam periode Renstra 2015-2019 Deputi III. Dalam renstra periode

2015-2019, Deputi III menetapkan 3 tujuan, yang kemudian dijabarkan

dalam 3 sasaran strategis Deputi III dan 4 sasaran program.

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, realisasi pencapaian sasaran strategis

dan sasaran program tahun 2015 Deputi III secara ringkas disajikan sebagai

berikut:

Tabel 3.1

1) Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2015 Deputi III

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)

1 Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional

1.1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawa Cita

0 dari skala 5

0.dari skala 5

- ����

2 Meningkatnya Maturitas SPIP

2.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

5% 20% 400 ����

2.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

5% 6,78% 135,59 ����

3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah K/L/Pemda

3.1 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

6% 0% 0 X

Page 24: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 17

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)

3.2 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

2% 0% 0 X

Rata-rata capaian 133,90 ����

2) Pencapaian Sasaran Program Tahun 2015 BPKP

No Sasaran Program Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)

1 Perbaikan pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah

1.1 Perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Pengelolaan program strategis dan Pengelolaan Keuangan Negara/ Daerah

40% 39,39% 98,48 X

2 Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP pada Pemda

2.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

5% 20% 400 ����

2.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

5% 6,78 135,59 ����

3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemda

3.1 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

6% 0% 0 X

3.2 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 3)

2% 0% 0 X

3.3 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2)

21% 39,39% 187,59 ����

3.4 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 2)

15% 23,42% 156,13 ����

3.5 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1)

73% 60,61% 116,98 ����

3.6 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 1)

83% 76,58% 107,73 ����

Rata-rata Capaian 133,61 ����

Keterangan: ���� = mencapai target, X = tidak mencapai target

Page 25: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 18

Dari tabel 3.1 di atas menunjukkan bahwa 2 (dua) indikator kinerja sasaran

strategis dan 6 (enam) indikator kinerja sasaran program yang digunakan

untuk mengukur kinerja Deputi III tahun 2015 yang telah mencapai target.

2. Evaluasi kinerja

a. Evaluasi Kinerja Sasaran Strategis

Realisasi dan capaian indikator kinerja sasaran strategis berdasarkan

tujuan dan sasaran strategis Deputi III dapat diuraikan sebagai berikut:

Tujuan 1: Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional yang Bersih dan Efektif

Sasaran Strategis 1

Meningkatnya Kualitas Akuntabiltas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional

Pencapaian sasaran strategis “Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas

Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional” diukur

menggunakan satu indikator kinerja, yaitu “Indeks Akuntabilitas

Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam

Nawa Cita”.

Indeks tersebut mencerminkan kualitas akuntabilitas pengelolaan dan

pembangunan program prioritas dalam Nawa Cita. Nilai indeks adalah

skala 1 - 5. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kualitas

akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan program

prioritas dalam Nawa Cita yang semakin baik. Target nilai indeks pada

tahun 2015 adalah 0 dari skala 5.

Pada tahun 2015 indikator kinerja “Indeks Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawa Cita”

belum dapat diukur.

Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya tidak

dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama periode

Renstra Deputi III 2015-2019, dan indikator kinerja Deputi III tahun 2015

berbeda dengan tahun sebelumnya.

Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target akhir

Renstra Deputi III periode 2015-2019 digambarkan dalam gambar 3.1

sebagai berikut:

Page 26: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 19

Gambar 3.1

Perbandingan realisasi IKS 1 dengan target akhir periode Renstra

Realisasi indikator kinerja sasaran strategis ini didukung dengan dana

sebesar Rp3.187.523.000,00, mencapai 89,24% dari anggaran sebesar

Rp3.571.961.000,00, dan dengan SDM sebanyak 4.045 OH, mencapai

78,09% dari rencana sebanyak 5.180 OH.

Dari sisi penggunaan dana, indikator kinerja sasaran strategis belum

efisien. Hal ini terlihat dari capaian indikator sasaran strategis yang

belum dapat diukur sementara capaian penggunaan dana sebesar

89,24%.

Pencapaian sasaran strategis 1, didukung oleh pencapaian sasaran

program 1.1 yang diuraikan dibawah ini.

Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional

Sasaran Program 1.1

Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional/Daerah dan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah Bidang Pengawasan Keuangan Daerah

Pencapaian sasaran program “Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas

Nasional/Daerah dan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah Bidang

Pengawasan Keuangan Daerah” diukur menggunakan satu indikator

kinerja, yaitu “Persentase perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan

pengendalian intern Pengelolaan program prioritas nasional dan

pengelolaan keuangan negara/daerah”.

0

1

2 2

3

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Realisasi Th

2015

Target Th 2016Target Th 2017Target Th 2018Target Th 2019

Sk

ala

In

de

ks

Page 27: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 20

Indikator tersebut mencerminkan perbaikan pada kualitas tata kelola,

manajemen risiko, dan pengendalian intern pada program/kegiatan

prioritas pembangunan nasional dan pengelolaan keuangan

negara/daerah. Semakin tinggi nilai persentase perbaikan menunjukkan

kualitas tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern yang

semakin baik. Target nilai perbaikan tata kelola, manajemen risiko, dan

pengendalian intern pada program/kegiatan prioritas pembangunan

nasional tahun 2015 adalah 40%.

Pada tahun 2015 realisasi indikator kinerja “Persentase perbaikan tata

kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Pengelolaan program

strategis dan pengelolaan keuangan negara/daerah” sebesar 39,39%,

mencapai 98,48% dari target yang ditetapkan pada tahun 2015. Realisasi

tersebut diperoleh berdasarkan tindak lanjut atas rekomendasi hasil

pengawasan program strategis/program prioritas nasional dan

pengelolaan keuangan negara/daerah. Dalam tahun 2015, rekomendasi

hasil pengawasan program strategis/program prioritas nasional

sebanyak 66 rekomendasi, dan yang telah ditindaklanjuti sebanyak 26

rekomendasi, atau mencapai 39,39%.

Dalam periode 2015-2019, BPKP mengarahkan kegiatan pengawasan

pada empat fokus pengawasan yaitu 1) Pengawasan pembangunan

nasional, 2) Kontribusi untuk peningkatan ruang fiskal, 3) Pengamanan

aset negara/ daerah, dan 4) Mendorong perbaikan governance system.

Mempertimbangkan hal tersebut, uraian kinerja sasaran program 1.1

akan dikaitkan fokus pengawasan yang pertama, kedua, dan keempat.

Dalam melaksanakan fokus pengawasan yang pertama “Pengawasan

pembangunan nasional”, deputi III telah melaksanakan kegiatan

pengawasan program strategis/program prioritas nasional dan

pengelolaan keuangan negara/daerah antara lain:

1. Pengawasan PLSD atas Pengelolaan dan Penyelenggaraan atas Kerja

Sama Daerah.

Berdasarkan hasil pengawasan diidentifikasi permasalahan berupa

kelemahan dalam perumusan kebijakan, kelembagaan, proses

manajemen perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan dan pengawasan.

Terdapat permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 5

rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri agar

Page 28: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 21

1) Menginstruksikan pembentukan TKKSD bagi Pemda yang

belum membentuk dan mendorong optimalisasi peran TKKSD.

2) mengopti-malkan peran pembinaan pemanfaatan mekanisme

KSD

3) melakukan revisi atas Permendagri No 23 tahun 2009 tentang

Pembinaan dan Pengawasan

4) melakukan revisi Permendagri No 22 tahun 2009 tentang Juknis

Tata Cara KSD

5) Membangun system informasi KSD

Terhadap lima rekomendasi tersebut, seluruhnya belum

ditindaklanjuti dan dalam tahap penyampaian rekomendasi.

2. Pengawasan Intern Lintas Sektoral atas Pengelolaan Pinjaman daerah

Berdasarkan hasil pengawasan diidentifikasi permasalahan berupa

kelemahan dalam pengelolaan pinjaman daerah.

Terhadap permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 4

(empat) rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri agar:

1) Menyempurnakan regulasi pinjaman

2) Mendorong pemerintah daerah untuk mengelola risiko pinjaman

daerah

3) Mengkaji kesesuaian manfaat atau dampak pinjaman yang

diperoleh dengan tujuan awal.

4) Menegaskan pelaporan dan publikasi pinjaman kepada

Stakeholders.

Terhadap lima rekomendasi tersebut, seluruhnya belum

ditindaklanjuti dan dalam tahap penyampaian rekomendasi.

3. Pemberantasan penyakit menular

Berdasarkan hasil pengawasan diidentifikasi permasalahan belum

tersedianya strategi penyelenggaraan PPM oleh pemerintah daerah.

Terhadap permasalahan tersebut kami telah menyampaikan 4

(empat) rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri

Kesehatan agar mendorong para kepala daerah:

1) Menyusun kebijakan PPM

Page 29: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 22

2) Menyusun kebijakan agar Pemda menyusun dokumen strategi

PPM untuk dijadikan pedoman dalam PPM

3) Menyiapkan perangkat aturan daerah berkaitan dengan tindakan

mitigasi bagi masyarakat penderita penyakit menular.

4) Menyediakan data penyakit menular sebagai dasar perencanaan

penanggulangan penyakit menular di daerah.

Terhadap lima rekomendasi tersebut, seluruhnya belum

ditindaklanjuti dan dalam tahap penyampaian rekomendasi.

4. Verfikasi DAK Reimbursement (Output/AP)

Berdasarkan hasil kegiatan verifikasi DAK Reimbursement

(Output/AP) diidentifikasi adanya selisih antara jumlah alokasi DAK

yang ditetapkan dalam PMK No. 180/PMK.07/2013 dengan jumlah

alokasi DAK yang dianggarkan dalam DPA sebesar Rp305.866.182,00

dan adanya sisa DAK Bidang Infrastruktur di Kas Umum Daerah

sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 pada 78 Pemda sebesar

Rp82.973.696.097,22 (7,91%).

Terhadap permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 5

rekomendasi kepada Bank Dunia dan Menteri Keuangan agar:

1) Mengajukan pencairan pinjaman kepada Bank Dunia atas VFR (

Value Of Final Reimbursment) sebesar Rp. 496.175.968.805,95

2) Mengajukan pencairan pinjaman kepada Bank Dunia aas insetif

senilai Rp. 58.310.841.780,59

3) Memberikan dana insentif kepada Pemda yang diverifikasi

sebesar Rp 58.310.841.780,59

4) Mengajukan pencairan pinjaman kepada Bank Dunia atas

Advance payment DAK Infrastruktur Tahun Anggaran 2015

sebesar Rp 696.648.000,00

5) Lebih mengintensifkan sosialisasi kegiatan P2D2 kepada Pemda

peserta P2D2, khususnya dalam pemenuhan persyaratan

pencairan DAK Tahap I sebagaimana yang ditetapkan dalam

PMK No 241/PMK.07/2014 tentang Pelaksanaan dan

Pertanggungjawaban Transfer ke daerah dan dana desa

Dari 5 rekomendasi strategis tersebut, seluruhnya atau 100% telah

ditindaklanjuti melalui 11 termin pembayaran oleh Bank Dunia.

Page 30: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 23

5. Reviu atas DAK TUD

Berdasarkan hasil kegiatan verifikasi DAK Reimbursement

(Output/AP) diidentifikasi adanya

Permasalahan :

1) Jumlah pemda yang usulan/proposalnya eligible untuk

mendapatkan transfer seluruhnya sebanyak 193 pemda dengan

total nilai yang memenuhi persyaratan/kriteria transfer sebesar Rp

13.157.029.231.100,00 atau 77,40% dari Rp 16.998.000.000.000,00

2) Jumlah pemda yang usulan/proposalnya eligible untuk

mendapatkan transfer sebagian sebanyak 32 pemda dengan total

nilai yang memenuhi persyaratan/kriteria transfer sebesar Rp

2.048.247.428.816,00 atau 12,05% dari Rp 16.998.000.000.000,00.

Satu pemda yaitu Kab Gunung Sitoli khusus untuk bidang irigasi

sampai dengan 15 juli 2014 masih menunggu klarifikasi

3) Jumlah pemda yang usulan/proposalnya tidak eligible untuk

mendapatkan transfer seluruhnya sebanyak 20 pemda dengan

total nilai alokasi sebesar Rp 941.609.474.900,00 atau 5,54% dari Rp

16.998.000.000.000,00

4) Satu pemda yaitu Kab Tolikara telah mengajukan permintaan

reviu namun sampai dengan 15 juli 2015 belum menyerahkan

dokumen untuk direviu.

Terhadap permasalahan tersebut di atas, kami telah menyampaikan 2

(dua) rekomendasi strategis yaitu:

1) Memroses penyaluran dana DAK Tambahan Usulan Daerah

Tahap I TA 2015 kepada Pemda yang telah memenuhi persyaratan

2) Lebih mengintensifkan sosialisasi kegiatan DAK Tambahan,

khususnya dalam pelaksanaan/penggunaan DAK Tambahan

Usulan Daerah TA 2015 sebagaimana yang ditetapkan dalam pasal

20 Peraturan Menteri KeuanganNo 92/PMK.07/2015 tentang

Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Tambahan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015.

Terhadap rekomendasi tersebut, seluruhnya telah ditindaklanjuti

dalam bentuk penyaluran dana DAK TUD Tahap I TA 2015 kepada

Pemda yang memenuhi syarat dan penyelenggaraan sosialisasi.

Page 31: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 24

6. Monitoring dan Evaluasi DAK Tahun 2014

Berdasarkan hasil kegiatan monev DAK Tahun 2014, diidentifikasi

beberapa permasalahan :

1) Terdapat rencana kegiatan bidang Kesehatan dan Pendidikan

yang tidak dapat direalisasikan karena jenis pengadaan barang

ditetapkan dalam juknis tidak dibutuhkan sekolah.

2) Terdapat hasil kegiatan yang belum dapat dimanfaatkan terkait

kurikulum 2013 yang disebabkan realisasi kegiatan pengadaan

dilaksanakan sebelum terbitnya Surat Menteri Pendidikan tentang

penghentian kurikulum 2013.

Terhadap permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 5 (lima)

rekomendasi dengan uraian sebagai berikut:

Menteri Kesehatan agar:

1) Menyusun Juknis bidang Kesehatan yang memuat ketentuan

yang memperbolehkan unit layanan kesehatan melaksanakan

kegiatan pengadaan barang/jasa berdasarkan kebutuhan riil.

2) Menyusun SOP yang memuat perencanaan kegiatan secara bottom

up, dengan batasan-batasan jenis kegiatan yang ditetapkan oleh

Kementerian Kesehatan untuk menunjang perencanaan DAK

berdasarkan proposal /proposed based)

3) Menyusun SOP yang memuat validasi kebenaran kebutuhan

barang/jasa pada unit layanan kesehatan secara berjenjang mulai

dari validasi Kab/Kota oleh Provinsi, sampai dengan tingkat

Kementerian Kesehatan pada saat penyusunan perencanaan

kegiatan DAK.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan agar:

1) Menyusun Juknis bidang Pendidikan yang memuat ketentuan

yang memperbolehkan sekolah melaksanakan kegiatan

pengadaan barang/jasa berdasarkan kebutuhan riil.

2) Membuat perencanaan perlu memperhatikan dan

memperhitungkan kondisi masing-masing sekolah (SDM,

dukungan infrastruktur sekolah) sehingga hasil kegiatan dapat

dimanfaatkan. Untuk itu, Kemendikbud agar menyusun SOP

yang memuat validasi ketepatan kebutuhan barang/jasa pada

Sekolah secara berjenjang mulai dari validasi oleh Kab/Kota

kemudian oleh Provinsi, sampai dengan tingkat Kementerian

Kesehatan pada saat penyusunan perencanaan kegiatan DAK.

Page 32: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 25

3) Menetapkan kebijakan tatacara pemanfaatan hasil kegiatan DAK

Pendidikan terkait Kurikulum 2013 yang belum dapat

dimanfaatkan oleh sekolah yang disebabkan realisasi kegiatan

pengadaan dilaksanakan sebelum terbitnya Surat Menteri

Pendidikan tentang penghentian kurikulum 2013

Terhadap rekomendasi tersebut seluruhnya belum ditindaklanjuti

karena masih dalam tahap finalisasi laporan.

Sesuai dengan fokus pengawasan BPKP yang kedua, Deputi III berupaya

memberikan kontribusi atas peningkatan ruang fiskal dengan

melakukan optimalisasi penerimaan daerah (OPAD). Hasil pengawasan

optimalisasi penerimaan daerah (OPAD) telah mengidentifikasi 5

permasalahan yaitu:

1) Penetapan target PAD belum menggunakan potensi PAD.

2) Peraturan Perundang-undangan membatasi penetapan retribusi dan

pajak daerah untuk beberapa bidang,

3) Penerapan SPIP yang masih lemah

4) Terdapat kurang bayar pajak atas pada 23 wajib pajak hotel, hiburan

dan restoran sebesar Rp. 797,104,218

5) Terdapat pelaporan omzet penjualan tidak berdasarkan kondisi

sebenarnya pada dua Wajib Pajak Restoran sebesar Rp. 533,225,453

6) Terdapat kurang bayar pajak hotel, restoran dan hiburan pada 6 WP

Sebesar Rp. 737,098,019

Terhadap permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 2 (dua)

rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri agar:

1) menetapkan pedoman penyusunan potensi PAD

2) Penyempurnaan peraturan perundang-undangan terkait pajak dan

retribusi daerah.

Namun, atas 2 rekomendasi tersebut, seluruhnya belum ditindaklanjuti

dan diharapkan dapat ditindaklanjuti pada tahun 2016.

Sesuai dengan fokus pengawasan BPKP yang keempat yaitu perbaikan

governance system, Deputi III BPKP melaksanakan kegiatan-kegiatan

pendampingan pengelolaan keuangan keuangan daerah pada pemda.

Hasil dari kegiatan pengawasan dalam rangka perbaikan governance

system adalah sebagai berikut:

Page 33: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 26

1. Evaluasi Penyusunan dan Penetapan APBD Tahun 2015

Terdapat 80 dari 542 pemda atau 14,76% yang mengalami

keterlambatan dalam menyusun dan menetapkan APBD tahun

anggaran 2015. Berdasarkan Hasil Evaluasi atas Proses Penyusunan

dan Penetapan APBD atas 61 pemda, ditemui penyebab utama

keterlambatan tersebut yaitu:

1) Kepala daerah terlambat menyampaikan rancangan KUA dan

PPAS kepada panitia anggaran DPRD karena menunggu

penetapan keanggotaan DPRD beserta kelengkapannya.

2) Rancangan Penjabaran APBD Tahun 2015 tidak dapat dilakukan

proses evaluasi sampai dilantiknya pejabat bupati yang definitif.

3) TAPD terlambat menyusun rancangan KUA dan PPAS karena

adanya proses penyusunan APBD-P tahun berjalan.

4) Panitia anggaran DPRD tidak mentaati jadwal pembahasan

KUA dan PPAS seperti yang telah ditetapkan (misalnya karena

tidak memenuhi kuorum, sedang dalam masa reses).

5) Data terkait penyusunan KUA PPAS selain yang ada dalam

RKPD tidak disediakan oleh SKPD dengan cepat/tepat.

6) Kurangnya pengawasan dari Sekda selaku koordinator TAPD

dalam rangka proses penyusunan KUA-PPAS.

7) Perbaikan hasil evaluasi oleh TAPD yang melibatkan SKPD

mengalami kendala karena banyaknya perbaikan

Sehubungan dengan hal-hal tersebut, Deputi III telah memberikan

saran/rekomendasi kepada Direktur Jenderal Keuangan Daerah

Kementerian Dalam Negeri dalam rangka mengurangi pemda yang

terlambat penetapan APBDnya yaitu:

1) Meningkatkan pembinaan kepada pemerintah daerah

(provinsi/kabupaten/kota) dalam penyelenggaraan pengelolaan

keuangan daerah, dalam hal ketepatan waktu penyusunan dan

penetapan APBD yang dimulai dari penyusunan Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) sampai dengan penetapan Perda

APBD dan Perkada tentang Penjabaran APBD serta penyusunan

dan penetapan DPA SKPD.

2) Agar mengatur lebih lanjut kebijakan tentang proses evaluasi

Rancangan Penjabaran APBD, sehingga jika ada pejabat bupati

yang belum definitif, evaluasi tetap bisa dilakukan.

Page 34: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 27

3) Membuat Surat Edaran kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk

lebih mengoptimalkan pelaksanaan proses penyusunan dan

penetapan APBD secara tepat waktu sesuai dengan Permendagri

59 Tahun 2007 dan SEB Bappenas dan Depdagri No.

0008/M.PPN/01/2007-050/264A/SJ Tahun 2007, serta

meningkatkan koordinasinya dengan DPRD terkait.

4) Menyusun pedoman sistem monitoring dan evaluasi atas

penyusunan APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Pedoman yang

akan disusun ini dijadikan panduan bagi pemerintah daerah

dalam memonitoring dan evaluasi setiap tahapan dalam

penyusunan APBD, sehingga hambatan dan kendala dapat

diketahui lebih dini, dan pada akhirnya mutu dan ketepatan

waktu penetapan APBD lebih baik.

2. Bimtek/Asistensi Pengelolaan Keuangan Desa

Dengan telah disahkannya UU Desa di Tahun 2014, maka kedudukan

desa saat ini menjadi lebih strategis dibandingkan sebelumnya.

Dalam APBN-P 2015 telah dialokasikan Dana Desa sebesar ± Rp

20,776 triliun untuk 74.093 desa yang tersebar di Indonesia. Selain

Dana Desa, sesuai UU Desa pasal 72, Desa memiliki Pendapatan Asli

Desa dan Pendapatan Transfer lainnya berupa Alokasi Dana Desa

(ADD); Bagian dari Hasil Pajak dan Retribusi Kabupaten/Kota;

dan/atau Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi/Kabupaten/Kota.

Namun demikian, masih terdapat banyak kendala dalam

pengelolaan keuangan desa tersebut yang perlu dibenahi. Oleh sebab

itu, diperlukan adanya suatu bentuk pelaksanaan pengawalan

pengelolaan keuangan desa.

BPKP selaku Auditor Presiden berinisiatif mengambil peran

pengawalan pengelolaan keuangan tersebut. Hal ini juga sesuai

dengan arahan Presiden, permintaan DPR-RI saat RDP, serta

rekomendasi KPK-RI berdasarkan kajian atas Dana Desa (DD) dan

Alokasi Dana Desa (ADD).Pengawalan Keuangan Desa yang

dilakukan oleh BPKP bertujuan untuk memastikan seluruh ketentuan

dan kebijakan dalam mengimplementasikan UU Desa khususnya

keuangan desa dapat dilaksanakan dengan baik untuk seluruh

tingkatan pemerintahan baik tingkat Pemerintah Pusat

(Kementerian/Lembaga), Pemerintah Provinsi, Pemerintah

Kabupaten/Kota, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa

Page 35: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 28

sesuai dengan perannya masing-masing. Khusus untuk tingkat desa,

pemerintah desa dapat melaksanakan siklus pengelolaan keuangan

desa dengan baik mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan.

Jika berhasil dilaksanakan dengan baik, maka pengawalan desa akan

mencapai tujuan yang diharapkan yaitu Good Village

Governance(GVG) dengan indikator diantaranya sebagai berikut:

- Tata kelola keuangan desa yang baik;

- Perencanaan Desa yang partisipatif, terintegrasi dan selaras

dengan perencanaan daerah dan nasional;

- Berkurangnya penyalahgunaan kekuasaan/kewenangan yang

mengakibatkan permasalahan hukum;

- Mutu pelayanan kepada masyarakat desa meningkat.

Acara Launching SIMDA Desa tanggal 13 Juli 2015

Secara umum, kegiatan pengawalan akuntabilitas pengelolaan

keuangan desa yang dilakukan BPKP meliputi:

1. Melakukan survey desa di 4 Provinsi yaitu Provinsi Sumatera

Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan dan

Provinsi Papua. Dengan survei desa diperoleh gambaran

mengenai praktik pengelolaan keuangan desa yang selama ini

Page 36: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 29

telah berjalan dan kondisi serta kesiapan desa dalam

mengimplementasikan UU Desa.

2. Melakukan koordinasi dan sinergi dengan Stakeholder terkait

seperti Kemendagri dan Kementerian Keuangan.

3. Mengkaji dan menganalisis peraturan terkait pengelolaan

keuangan desa, diantaranya berupa “Titik-Titik Kritis Pengelolaan

Keuangan Desa“ yang memetakan kelemahan yang perlu

diwaspadai mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban hingga

pengawasan keuangan desa.

4. Menyusun panduan/juklak dalam melakukan pengawalan

Pengelolaan Keuangan Desa yang dipergunakan oleh Perwakilan

BPKP sebagai bahan pendampingan pengelolaan keuangan desa;

5. Pelaksanaan Sosialisasi Pengelolaan Keuangan Desa dalam bentuk

Seminar Nasional ataupun Lokakarya yang melibatkan BPKP

Pusat ataupun Perwakilan BPKP di daerah yang melibatkankan

aparat pemerintah kabupaten/kota, camat, kepala desa dan

perangkat desa;

6. Pembekalan Pengelolaan Keuangan Desa kepada Mahasiswa KKN

yang merupakan kerjasama Perwakilan BPKP dengan

Universitas/Perguruan Tinggi diantaranya dilakukan di Sumatera

Selatan dan Sumatera Barat;

7. Pelaksanaan pendampingan/bimbingan dan konsultasi

pengelolaan keuangan desa;

8. Pengembangan Aplikasi Tata Kelola Keuangan Desa (SIMDA

Desa)yang telah dilaunching pada tanggal 13 Juli 2015.Selanjutnya

dilakukan kesepakatan penggunaan aplikasi SIMDA Desa secara

nasional dan pengembangan aplikasi secara bersama antara

Kemendagri dan BPKP yang dituangkan dalam Nota

Kesepahaman Nomor 900/6271/SJ dan Nomor MoU-

16/K/D4/2015 tanggal 6 November 2015 tentang Peningkatan

Pengelolaan Keuangan Desa. Nota Kesepakatan ini selanjutnya

dibuatkan surat edaran Nomor 143/8350/BPD tanggal 27

November 2015 kepada Gubernur/Bupati/Walikota di seluruh

Indonesia.

9. Pelaksanaan piloting implementasi SIMDA Desa pada 110

kabupaten/kota atau 17.345 desa di seluruh Indonesia.

Dalam kegiatan pengawalan akuntabilitas pengelolaan keuangan

desa, BPKP masih menemukan kelemahan-kelemahan pengelolaan

Page 37: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 30

keuangan desa sehingga dapat berdampak kepada akuntabilitas

pengelolaan keuangan desa yaitu:

a) Kelemahan dalam regulasi yaitu PP 43/2014 tentang Peraturan

Pelaksanaan UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa.

b) Status bendahara desa sebagai wajib pungut pajak perlu

penetapan dari Ditjen Pajak Kemenkeu.

Atas kelemahan tersebut, Deputi III memberikan atensi kepada

pihak-pihak terkait yaitu:

1) Memberikan atensi kepada Dirjen Bina Pemerintahan Desa

Kemendagri agar :

a. Memasukkan unsur “pengawasan” dalam siklus pengelolaan

keuangan desa

b. Azas pengelolaan keuangan desa dimasukkan dalam revisi

PP43/2014

c. Merevisi pasal 100 PP 43/2014 terkait dengan prosentase

penggunaan belanja

d. Istilah “Aset Desa” dan “Kekayaan Desa agar dijelaskan

dijelaskan lebih lanjut dalam PP43/2014

e. Peraturan Desa tentang Pengelolaan Kekayaan Milik Desa

sebaiknya berpedoman pada Peraturan Bupati/Walikota,

bukan Peraturan Menteri

f. Tatacara alokasi ADD (misalnya proporsi atau prosentase

komponen pembagi ADD) daitur dalam revisi PP 43/2014

g. Tatacara/mekanisme pemantauan dan evaluasi atas ADD dan

DBH Pajak/Retribusi Daerah diatur dalam Revisi PP34/2014

h. Sanksi bagi kabupaten/kota yang tidak membagi DBH

pajak/retribusi daerah sesuai ketentuan diatur dalam revisi

PP43/2014

Atas rekomendasi dalam atensi tersebut, seluruhnya telah

ditindaklanjuti dengan terbitnya PP 47 Tahun 2015 tentang

Perubahan atas PP 43 Tahun 2014.

2) Memberikan atensi kepada Dirjen Pajak Kemenkeu tarkait

penetapan status bendahara desa sebagai wajib pungut. Atas

atensi ini, Atas atensi ini telah ditindaklanjuti oleh DJP berupa

surat jawaban yang menyatakan bahwa bendahara desa

Page 38: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 31

merupakan bagian dari bendahara pemerintah yang merupakan

Wajib Pungut.

3) Memberikan astensi kepada presiden terkait peran BPKP dalam

melakukan pengawalan pengelolaan keuangan desa dengan

mengembangkan aplikasi pengelolaan keuangan desa (SIMDA

DESA) yang sederhana yang akan diterapkan di seluruh

Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri.

Selain itu disampaikan juga atensi terkait kondisi penyaluran

Dana Desa dari RKUN ke RKUD serta penyalurannya yang

belum disalurkan ke RKU Desa karena beberapa kendala

diantaranya perubahan regulasi, belum disampaikannya laporan

penggunaan dana desa yang merupakan persyaratan penyaluran

serta kesiapan SDM perangkat desa yang belum memadai.

Terkait hal ini telah direkomendasikan adanya kebijakan yang

perlu diambil serta peningkatan koordinasi antara stakeholders

terkait

3. Asistensi Pengelolaan Keuangan Daerah

Kegiatan asistensi pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan

Deputi III adalah berupa asistensi kepada pemerintah daerah

khususnya dalam penerapan akuntansi berbasis akrual. Dalam

pelaksanaan kegiatan ini, BPKP menemukan permasalahan yang

dihadapai pemerintah daerah terkait dengan

penerapan/implementasi PP 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah

yaitu:

1) Adanya dua sistem yang harus dilaksanakan dalam

pengelolaan keuangan daerah yaitu Permendagri 13 tahun

2006 menggunakan basis kas dan Permendagri 64 tahun 2013

menggunakan basis akrual dimana struktur akun/rekening

terjadi perbedaan.

2) Data aset tetap yang dihasilkan dari pengelolaan barang milik

daerah belum dapat secara otomatis digunakan sebagai dasar

penyajian data aset tetap dalam LKPD yang disebabkan

adanya perbedaan klasifikasi penyajian dan perlakukan.

Page 39: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 32

3) Belum ada regulasi yang terinci tentang petunjuk penyusunan

penyajian kembali LKPD per 31 Desember 2014 (cash toward

accrual) audited ke basis akrual.

Dalam mengatasi permasalahan tersebut, Deputi III telah

memberikan saran/rekomendasi kepada:

a). Ditjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri yaitu:

1) Harmonisasi peraturan terkait dengan pegelolaan keuangan

daerah dan pertanggungjawaban APBD dengan merevisi PP

N0.58 Tahun 2005 dan disesuaikan dengan UU No. 23 Tahun

2014

2) Melakukan perubahan III/menerbitkan regulasi baru atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

3) Memperbaiki/menerbitkan regulasi baru untuk merevisi

Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 antara lain tentang Bagan

Akun Standar, dan Permendagri Nomor 17 Tahun 2007

tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah

agar sejalan dengan Permendagri Nomor 64 Tahun 2013

tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis

Akrual pada Pemerintah Daerah, dan PMK Nomor

90/PMK.06/2014 serta PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan BMN/D.

4) Menyusun regulasi yang rinci tentang petunjuk penyusunan

penyajian kembali LKPD per 31 Desember 2014 audited ke

basis akrual

5) Melakukan revisi regulasi pengelolaan barang milik daerah

yang disesuaikan dengan regulasi kebijakan akuntansi

sebagaimana diatur dalam PP Nomor 71 Tahun 2010.

Disamping itu, BPKP turut memberikan atensi/saran kepada

presiden dalam pengawalan penerapan SAP berbasis akrual Tahun

2015 yaitu:

1) Dalam jangka pendek

Memperhatikan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara pasal 55 ayat (3) Laporan Keuangan

disampaikan Presiden kepada Badan Pemeriksa Keuangan

paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir,

Page 40: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 33

Pemerintah Pusat dan Daerah melakukan gerakan serentak

secara nasional dalam bentuk:

a. Perbaikan penatausahaan terhadap aset tetap, aset tak

berwujud, piutang dan persediaan berbasis akrual.

b. Penyempurnaan aplikasi sistem akuntansi berbasis akrual.

2) Dalam jangka panjang, meningkatkan kapasitas dan kapabilitas

kelembagaan dalam pengelolaan akuntansi pemerintahan

4. Evaluasi Penyerapan Anggaran Pemda

Pelaksanaan evaluasi penyerapan anggaran pemerintah daerah

dilaksanakan sesuai amanah Instruksi Presiden RI Nomor 4 Tahun

2011 tanggal 17 Februari 2011 tentang Percepatan Peningkatan

Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara.

Pelaksanaan evaluasi terhadap penyerapan anggaran diperlukan

mengingat perkembangan penyerapan anggaran pemerintah daerah

dari tahun ketahun cenderung rendah. Rendahnya penyerapan

anggaran tersebut berpengaruh pada aktivitas ekonomi di daerah

yang akhirnya berpengaruh juga terhadap usaha meningkatkan

pertumbuhan ekonomi daerah, regional, dan nasional. Evaluasi ini

bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis penyebab yang

mendasar rendahnya penyerapan anggaran, sehingga dapat diambil

langkah-langkah perbaikan untuk mempercepat penyerapan

anggaran.

Berdasarkan hasil evaluasi, penyerapan anggaran Pemerintah Daerah

pada 167 pemerintah daerah sampai dengan semester I tahun 2015

hanya mencapai Rp96,58 triliun atau 26,09% dari total anggaran

Rp370,27 triliun.

Rendahnya penyerapan anggaran tersebut disebabkan:

• Kelemahan perencanaan dan penganggaran.

• Kelemahan kualitas dan kekurangan kuantitas SDM dalam

pengadaan barang dan jasa.

• Kelemahan proses pengadaan barang dan jasa.

• Kelemahan pada proses pencairan dana.

Page 41: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 34

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut di atas, Deputi III telah memberi

saran/rekomendasi kepada Ditjen Bina Keuangan Daerah

Kemendagri untuk:

1) Menginstruksikan kepada seluruh Kepala Daerah untuk

membuat aturan yang tegas agar rekanan menagih termin

pembayaran sesuai dengan progres kegiatan.

2) Berkoordinasi dengan LKPP agar meningkatkan peran supervisi

untuk membantu pemerintah daerah di dalam pelaksanaan PBJ.

3) Meningkatkan pembinaan dan pengawasan dalam upaya agar

pemerintah daerah menepati jadwal waktu proses tahapan

penyusunan anggaran sesuai ketentuan yang berlaku.

4) Meningkatkan pembinaan dan pengawasan dalam upaya agar

pemerintah daerah membenahi pola realisasi belanja yang masih

cenderung menumpuk diakhir tahun

5. Evaluasi Penyerapan Anggaran Kementerian Dalam Negeri

Pelaksanaan evaluasi penyerapan anggaran Kementerian Dalam

Negeri dilaksanakan sesuai amanah Instruksi Presiden RI Nomor 4

Tahun 2011 tanggal 17 Februari 2011 tentang Percepatan

Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara.

Berdasarkan hasil evaluasi, penyerapan anggaran Kementerian

Dalam Negeri sampai dengan triwulan III tahun 2015 hanya

mencapai Rp1.115.621.519.949,00 atau 18,22% dari pagu anggaran

sebesar Rp6.122.360.547.000,00.

Rendahnya penyerapan anggaran tersebut disebabkan antara lain :

• Perubahan Struktur Organisasi Kementerian Dalam Negeri.

• Program dan kegiatan pada DIPA TA 2015 perlu direvisi karena

perubahan nomenklatur Kementerian Dalam Negeri.

• Adanya perubahan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) karena

perubahan pimpinan eselon I dilingkungan Kementerian Dalam

Negeri

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut di atas, Deputi III telah memberi

saran/rekomendasi kepada Sekjen Kemendagri untuk:

1) Meningkatkan koordinasi dengan kementerian keuangan,

Kementerian PPN/Bappenas, dan Kementerian PAN/RB secara

Page 42: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 35

intensif apabila ada perubahan nomenklatur program/kegiatan

dan revisi DIPA dimasa yang akan datang tidak memakan waktu

lama.

2) Koordinasi dengan kepala satker dan Unit Layanan Pengadaan

(ULP) sehingga Rencana Umum Pengadaan (RUP) sesuai dengan

jadwal.

3) Segera melaksanakan proses pengadaan barang dan jasa setelah

RKA/KL dan DIPA TA 2016 ditetapkan terhadap kegiatan yang

anggarannya tidak diblokir.

4) Mengusulkan anggaran kembali di tahun berikutnya terhadap

kegiatan yang tidak terlaksana tetapi merupakan program

prioritas strategis.

6. Kajian PBJ/QA Hasil Audit Pengadaan Barang/Jasa

Kajian Pengadaan Barang dan Jasa/Quality Assurance (PBJ/QA) Hasil Audit Pengadaan Barang/Jasa terbagi dalam tiga katagori kegiatan yaitu:

1) Quality Assurance (QA) atas hasil audit Perwakilan BPKP yang didasarkan atas permintaan Pemerintah Daerah.

2) Probity Audit yang dilaksanakan oleh Kedeputian Keuangan Daerah

3) Kegiatan berupa Diklat/Workshop/Sosialisasi mengenai Probity Audit dengan peserta dari Perwakilan BPKP dan/atau dari Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota.

4) Penataan Sisdur

5) Kompilasi Probity Audit yang dilaksanakan oleh Perwakilan BPKP

Atas kegiatan tersebut, telah disampaikan 2 rekomendasi kepada pihak

terkait yaitu:

a. Perlu dilakukan revisi ketentuan dalam hal pekerjaan yang tidak

selesai akhir tahun yang dananya bersumber dari APBD, tetapi

tidak dapat diperpanjang 50 hari seperti amanat pasal 93 ayat

(1a) Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 “Pemberian

kesempatan kepada penyedia barang/jasa menyelesaikan

pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender, sejak

masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan dapat melampaui

tahun anggaran” dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

Page 43: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 36

194/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Anggaran Dalam

Rangka Penyelesaian Pekerjaan yang Tidak Terselesaikan

sampai dengan Akhir Tahun Anggaran yang menyebutkan

bahwa “Penyelesaian sisa pekerjaan yang dapat dilanjutkan ke

tahun anggaran berikutnya”.

Disisi lain pemerintah daerah mempedomani pengaturan dalam

pasal 138 ayat (4a) Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 yang

menyebutkan “Pekerjaan yang dapat dianjutkan dalam bentuk

DPA Lanjutan memenuhi kriteria keterlambatan penyelesaian

pekerjaan diakibatkan bukan karena kelalaian pengguna

anggaran/barang atau rekanan, namun akibat force major”

b. Untuk kegiatan yang pelaksanaannya lebih dari 10 (sepuluh)

bulan dengan mekanisme pembayaran tahun tunggal, agar

proses pelelangannya dilaksanakan dengan Pra DIPA seperti

pengadaan cleaning service, sewa jaringan, makanan tahanan,

makanan pasien, kegiatan konstruksi yang lebih dari 10

(sepuluh) bulan.

7. Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah (AKPPD)

Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah terbagi dalam 3 bidang

yaitu :

1) Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Pendidikan

Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah (AKPPD) Bidang

Pendidikan dilaksanakan dalam rangka untuk menilai kinerja

pelayanan pemerintah daerah dalam bidang pendidikan. Dalam

melaksanakan audit kinerja bidang pendidikan mengacu pada

SPM yang ditetapkan oleh Kementerian teknis yaitu Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal

Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.

2) Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah bidang Kesehatan

Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah (AKPPD) Bidang

Pendidikan dilaksanakan dalam rangka Menilai kinerja

pelayanan terkait dengan penerapan standar pelayanan minimal

bidang kesehatan, Menguji ketaatan terhadap peraturan

Page 44: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 37

perundang-undangan, Memberikan rekomendasi atas

permasalahan yang ditemukan.

3) Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah daerah Bidang Kemaritiman

Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah (AKPPD) Bidang

Kemaritiman dilaksanakan dalam rangka menilai kinerja

pemerintah daerah, menguji ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan serta memberikan rekomendasi untuk

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah

daerah dalam bidang kemaritiman.

8. Asistensi Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kegiatan asistensi penyususunan perencanaan pembangunan daerah

dalam bentuk penyusunan Petunjuk Teknis Asistensi penyusunan

perencanaan pembangunan sebagai acuan dan keseragaman langkah

bagi Perwakilan BPKP melakukan asistensi kepada Pemerintah

Daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan daerah.

Pembuatan petunjuk teknis asistensi penyusunan perencanaan

pembangunan didukung dengan kegiatan survey dan FGD ke

perwakilan BPKP.

Adapun tujuan penyusunan Petunjuk Teknis Asistensi Penyusunan

Rencana Pembangunan Daerah adalah agar penyusunan

perencanaan pembangunan daerah yang dilakukan mengacu pada

dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

9. Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD)

Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD)

Sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 3 tahun 2007 tentang

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada

Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggung-jawaban kepala

daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Informasi Laporan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat; setiap

pemerintahan daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah

diwajibkan menyusun LPPD; dan PP Nomor 6 Tahun 2008 tentang

Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. BPKP Pusat sebagai

anggota Tim Teknis Nasional dan Perwakilan BPKP sebagai anggota

Tim Daerah mendapat tugas melakukan evaluasi atas LPPD, untuk

Page 45: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 38

memberikan masukan dalam rangka peningkatan kinerja

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Kegiatan yang dilakukan oleh

BPKP Pusat bersama-sama dengan Kementerian Dalam Negeri,

meliputi Evaluasi LPPD Provinsi dan Validasi atas Hasil EKPPD

oleh Tim Daerah.

10. Verifikasi Debt Swap Pada 25 Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota

Penugasan verifikasi debt swap atas 25 (dua puluh lima) pemerintah

daerah berdasarkan permintaan Menteri Keuangan melalui Surat

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: S-2277/MK.5/2014

tanggal 8 April 2014 dan Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan

Nomor S-1163/PB/2015 tanggal 12 Februari 2015.

Hasil verifikasi debt swap adalah:

1. Realisasi kegiatan debt swap yang dilakukan oleh 25 (dua puluh

lima) pemerintah daerah adalah sebesar Rp308.128.321.524,44 atau

93,63% dari target debt swap sebesar Rp329.082.577.522,43.

2. Dari realisasi kegiatan sebesar Rp308.128.321.524,44 tersebut yang

telah memenuhi kriteria debt swap sebesar Rp218.793.023.824,64

atau 66,49% dari target debt swap sebesar Rp329.082.577.522,43.

3. Masih terdapat sisa tunggakan kegiatan debt swap sebesar

Rp110.289.553.697,79 atau 33,51%.

Atas permasalahan tersebut, direkomendasikan kepada Menteri

Keuangan, agar:

1. membentuk Tim pada Kementerian Keuangan untuk menyusun

kebijakan penyelesaian sisa tunggakan kegiatan debt swap, yang

sebelumnya tugas tersebut dilakukan oleh Komite Kebijakan dan

Komite Teknis yang saat ini masa kerjanya sudah berakhir .

2. melalui Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian

Keuangan mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan kepada

Pemerintah Daerah yang masih mempunyai sisa tunggakan debt

swap untuk dilakukan pembahasan skema penyelesaian sisa

tunggakan debt swap

11. Evaluasi Atas Pelaksanaan E-Procurement Tahun 2014 Dan 2015 Di

Kabupaten Serang

1) Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran:

Page 46: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 39

a. Menyusun RUP yang meliputi rencana kebutuhan

barang/jasa SKPD, cara pengadaan, dan pemaketan

pekerjaan sesuai ketentuan.

b. Mengumumkan RUP seluruh paket PBJ di papan

pengumuman resmi, website Kabupaten Serang, dan Portal

Pengadaan Nasional melalui LPSE, setelah Raperda APBD

disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD.

2) Inspektorat Kabupaten Serang untuk melakukan pengawalan

secara real time mulai dari perencanaan sampai dengan serah

terima barang/jasa untuk kegiatan pengadaan barang/jasa yang

bersifat strategis dan prioritas antara lain berkaitan dengan:

a. Paket pekerjaan berisiko tinggi dan bersifat kompleks;

b. Paket pekerjaan memiliki sejarah/latar belakang yang

kontroversial atau berhubungan dengan permasalahan

hukum;

c. Paket pekerjaan sangat sensitif secara politis;

d. Paket pekerjaan yang berpotensi menimbulkan konflik

kepentingan;

e. Paket pekerjaan yang berhubungan dengan kepentingan

masyarakat luas;

f. Paket pekerjaan untuk memenuhi pelayanan dasar

masyarakat;

g. Paket pekerjaan yang memiliki nilai relatif besar

dibandingkan dengan nilai paket-paket pekerjaan yang lain.

12. Penataan Sistem Dan Prosedur Pengadaan Barang Dan Jasa (PBJ)

Pemerintah Daerah

Menyusun Sistem dan Prosedur Pengendalian Pengadaan Barang

dan Jasa yang mengatur antara lain hal-hal sebagai berikut:

1. Mekanisme pemantauan bagi Kepala Daerah dan Inspektorat

untuk memastikan bahwa seluruh SKPD telah melakukan

pengumuman Rencana Umum Pengadaan (RUP).

2. Mekanisme usulan PBJ SKPD untuk memastikan bahwa seluruh

usulan PBJ mengacu pada kebutuhan riil dan melalui analisis

kebutuhan barang

Page 47: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 40

3. Mekanisme pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa

untuk memastikan telah diunggah dalam Portal Pengadaan

Nasional melalui Lembaga Pengadaan Secara Elektronik (LPSE),

website pemda dan/atau papan pengumuman.

Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya tidak

dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama periode

Renstra BPKP 2015-2019, dan indikator kinerja BPKP tahun 2015 berbeda

dengan tahun sebelumnya.

Pembandingan realisasi indikator sasaran program dengan target akhir

Renstra BPKP periode 2015-2019 digambarkan dalam gambar 3.2 sebagai

berikut:

Gambar 3.2

Perbandingan realisasi IKP 1.1 dengan target akhir periode Renstra

Realisasi indikator kinerja sasaran program ini didukung dengan dana

sebesar Rp3.187.523.000,00 mencapai 89,24% dari anggaran sebesar

Rp3.571.961.000,00, dan dengan SDM sebanyak 4.045 OH, mencapai

78,09% dari rencana sebanyak 5.180 OH.

Dari sisi penggunaan dana, indikator kinerja sasaran program telah

efisien. Hal ini terlihat dari capaian indikator sasaran program sebesar

98,48% lebih tinggi dari capaian penggunaan dana sebesar 89,24%.

39%

50%55%

60%

70%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Realisasi Th

2015

Target Th

2016

Target Th

2017

Target Th

2018

Target Th

2019

Pe

rba

ika

n T

ata

Ke

lola

, M

an

aje

me

n

Ris

iko

, d

an

Pe

ng

en

da

lia

n I

nte

r

Pe

ng

elo

laa

n K

eu

an

ga

n D

ae

rah

Page 48: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 41

Tujuan 2: Peningkatan Efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Sasaran Strategis 2

Meningkatnya Maturitas Sistem Pengendalian Intern pada Pemerintah Daerah

Sasaran Program 2

Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP pada Pemerintah Daerah

Sasaran strategis 2 terkait dengan fokus pengawasan BPKP yang

keempat yaitu mendorong perbaikan governance system.

Capaian kinerja sasaran strategis “Meningkatnya Maturitas Sistem

Pengendalian Intern pada Pemerintah Daerah” dan Capaian kinerja

sasaran program “Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP pada

Pemerintah Daerah” diukur menggunakan indikator kinerja yang sama

yaitu “Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)” dan “Maturitas

SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)”, dengan hasil pengukuran

dan penjelasan masing-masing indikator kinerja sebagai berikut:

1) Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) mencerminkan

kualitas penyelenggaraan SPIP Pemerintah Provinsi diharapkan

berada pada level 3. Maturitas SPIP diukur menggunakan skala 1-5.

Semakin tinggi nilai maturitas SPIP menunjukkan kualitas

penyelenggaraan SPIP yang semakin baik. Karakteristik tingkat

maturitas SPIP adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Karakteristik Tingkat Maturitas SPIP

Tingkat Karakteristik SPIP

Belum Ada

(Level 0)

K/L/Pemda sama sekali belum memiliki kebijakan dan

prosedur yang diperlukan untuk melaksanakan praktek-

praktek pengendalian intern

Rintisan

(Level 1)

Ada praktik pengendalian intern, namun pendekatan

risiko dan pengendalian yang diperlukan masih bersifat

ad-hoc dan tidak terorganisasi dengan baik, tanpa

komunikasi dan pemantauan sehingga kelemahan tidak

diidentifikasi.

Berkembang

(Level 2)

K/L/Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian

intern, namun tidak terdokumentasi dengan baik dan

pelaksanaannya sangat tergantung pada individu dan

belum melibatkan semua unit organisasi. Efektivitas

pengendalian belum dievaluasi sehingga banyak terjadi

Page 49: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 42

Tingkat Karakteristik SPIP

kelemahan yang belum ditangani secara memadai.

Terdefinisi

(Level 3)

K/L/Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian

intern dan terdokumentasi dengan baik. Namun evaluasi

atas pengendalian intern dilakukan tanpa dokumentasi

yang memadai.

Terkelola

dan Terukur

(Level 4)

K/L/P telah menerapkan pengendalian internal yang

efektif, masing-masing personel pelaksana kegiatan yang

selalu mengendalikan kegiatan pada pencapaian tujuan

kegiatan itu sendiri maupun tujuan K/L/Pemda. Evaluasi

formal dan terdokumentasi.

Optimum

(Level 5)

K/L/Pemda telah menerapkan pengendalian intern yang

berkelanjutan, terintegrasi dalam pelaksanaan kegiatan

yang didukung oleh pemantauan otomatis menggunakan

aplikasi komputer

Target level maturitas SPIP Pemerintahan Provinsi (Level 3) pada

tahun 2015 adalah 5% dari pemerintah provinsi yang dibina pada

tahun 2015 sebanyak 5 Provinsi.

Pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi yang dibina dan tingkat

maturitas penyelenggaraan SPIP-nya menuju level 3 adalah

sebanyak 1 (satu) pemda atau 20% dari pemda yang dibina sebanyak

5 pemda sehingga capaian kinerja adalah 400% dari target 5%.

Berikut disajikan hasil penilaian maturitas pada 5 pemerintah

provinsi, dengan uraian sebagaimana disajikan pada tabel 3.3

berikut:

Tabel 3.3

Tingkat Maturitas Pemerintah Provinsi Tahun 2015

No Pemprov Tingkat Maturitas s.d

2015 1 Kalimantan Selatan 2,98

2 Bangka Belitung 2,32

3 Kalimantan Tengah 2,28

4 DKI Jakarta 2,36

5 Papua Barat 1,16

Rata-rata 2,22

Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya

tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama

Page 50: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 43

periode Renstra Deputi III 2015-2019, dan indikator kinerja BPKP

tahun 2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.

Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target

akhir Renstra Deputi III periode 2015-2019 digambarkan dalam

gambar 3.3 sebagai berikut:

Gambar 3.3

Perbandingan realisasi IKS 2.1 dengan target akhir periode Renstra

Melihat target yang sangat tinggi pada akhir periode Renstra, yaitu

tahun 2019, perlu upaya keras dengan mengerahkan sumber daya

manusia, dan dana untuk mencapai target maturitas SPIP level 3

pada 85% Pemerintah Provinsi.

2) Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

mencerminkan kualitas penyelenggaraan SPIP Pemerintah Provinsi

Kabupaten/Kota diharapkan berada pada level 3. Maturitas SPIP

diukur menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi nilai maturitas SPIP

menunjukkan kualitas penyelenggaraan SPIP yang semakin baik.

Target level maturitas SPIP Pemerintahan Kabupaten/Kota (Level 3)

pada tahun 2015 adalah 5% dari jumlah Kabupaten/Kota pada tahun

2015 yang dibina sebanyak 59 Kabupaten/Kota.

Sampai dengan tahun 2015 telah dilakukan penilaian maturitas SPIP

pada 59 pemerintah kabupaten/kota. Dari hasil assessment,

Pemerintah kabupaten/kota yang telah mencapai level maturitas di

atas 3 sampai dengan tahun 2015 adalah sebanyak 4

20%25%

45%

65%

85%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Realisasi Th

2015

Target Th

2016

Target Th

2017

Target Th

2018

Target Th

2019

% M

atu

rita

s S

PIP

(Le

ve

l 3

) P

rov

insi

Page 51: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 44

kabupaten/kota. Oleh karena itu, realisasi maturitas SPIP

Kabupaten/Kota (Level 3) sebesar 6,78% dari jumlah Pemkab/Kota

sebanyak 59 pemda yang dibina, sehingga capaian kinerja adalah

135,59% dari target tahun 2015 sebesar 5%.

Tabel 3.4

Tingkat Maturitas Pemkab/Pemkot Tahun 2015

No Pemkab/Pemkot Tingkat

Maturitas s.d Th 2015

1 Kota Binjai 3,60

2 Serdang Bedagai 3,40

3 Kota Tangerang 3,56 4 Kabupaten Tanah Datar 3,24

5 Kabupaten Banjar 2,92

6 Kota Balikpapan 2,80

7 Kabupaten Serang 2,80

8 Kabupaten Bangka Tengah 2,60

9 KabupatenBondowoso 2,56

10 Kab Tangerang 2,52

Tingkat maturitas SPIP (level 3) yang masih relatif rendah di tingkat

pemerintah kabupaten/kota ini disebabkan masih relatif rendahnya

penerapan SPIP pada unsur lingkungan pengendalian dan penilaian

risiko.

Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya

tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama

periode Renstra Deputi III 2015-2019, dan indikator kinerja Deputi III

tahun 2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.

Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target

akhir Renstra BPKP periode 2015-2019 digambarkan dalam gambar

3.4 sebagai berikut:

Page 52: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 45

Gambar 3.4

Perbandingan realisasi IKS 2.4 dengan target akhir periode Renstra

Melihat target yang sangat tinggi pada akhir periode Renstra, yaitu

tahun 2019, perlu upaya keras dengan mengerahkan sumber daya

manusia, dan dana untuk mencapai target maturitas SPIP level 3

pada 70% Pemerintah Kabupaten/Kota.

Salah satu tujuan penerapan sistem pengendalian intern adalah laporan

keuangan yang berkualitas/dapat diandalkan. Dalam tahun 2015,

Deputi III memberikan pembinaan SPIP yang didominasi oleh

penguatan pengendalian intern menuju keandalan laporan keuangan

instansi pemerintah. Sebagai hasilnya, kualitas SPIP sub unsur aktivitas

pengendalian, khsusunya sub unsur pencatatan atas transaksi dan

kejadian penting, otorisasi atas transaksi dan kejadian penting, sudah

relatif memadai yang berdampak pada peningkatan kualitas laporan

keuangan instansi pemerintah, yang tercermin dari opini BPKP atas

laporan keuangan instansi pemerintah, sebagai berikut.

Tabel 3.5

Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemprov

No Opini BPK LKPD 2013 LKPD 2014 Naik/ Turun/ Tetap

1 WTP 16 26 Naik

2 WDP 15 7 Turun

3 TMP 2 1 Turun

4 TW 0 0 Tetap

Jumlah 33 34

6.78%10%

30%

50%

70%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Realisasi Th

2015

Target Th

2016

Target Th

2017

Target Th

2018

Target Th

2019

% M

atu

rita

s S

PIP

(Le

ve

l 3

)

Pe

mk

ab

/Pe

mk

ot

Page 53: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 46

Tabel 3.6

Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemkab/Pemkot

No Opini BPK LKPD 2013 LKPD 2014 Naik/ Turun/ Tetap

1 WTP 140 226 Naik

2 WDP 296 241 Turun

3 TMP 44 33 Turun

4 TW 11 4 Turun

Jumlah 491 504

Dalam mendukung capaian kinerja sasaran strategis dan capaian kinerja

sasaran program peningkatan kualitas penerapan SPIP Pemda, Deputi

III telah melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Pembinaan SPIP melalui Satgas SPIP

Melalui kegiatan pembinaan SPIP yang dilaksanakan oleh Satgas

SPIP, diidentifikasi permasalahan rendahnya komitmen pemerintah

provinsi dan kabupaten/kota dalam menyelenggarakan SPIP di

lingkungannya yang tercermin dari rendahnya tingkat capaian

maturitas SPIP. Menyikapi kondisi tersebut, kami telah

menyampaikann 4 rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri

yaitu:

1) Menerbitkan peraturan yang mewajibkan dimilikinya register

risiko dan respon risiko di setiap pemerintah daerah termasuk

risiko umum dan risiko fraud pada program strategis serta

penetapan prioritas penyelenggaraan SPIP serta dilakukannya

penilaian tingkat maturitas SPIP

2) Menerbitkan peraturan yang mewajibkannya disertakannya

statement anti korupsi dalam dokumen laporan keuangan

3) Menerbitkan peraturan yang mewajibkan dilakukan monitoring

dan evaluasi SPIP pada setiap pemda sebagai dukungan terhadap

pernyataan tanggung jawab (statement of responsibility) atas

pelaporan keuangan dan kinerja

4) Menerbitkan peraturan yang mewajibkan setiap pengajuan

anggaran melampirkan register risiko dan RTP

2. Korsupgah KPK dan Pembinaan SPIP

Melalui kegiatan Korsupgah KPK dan pembinaan SPIP, kami telah

menyampaikan 5 rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri:

1) Pemberian penghargaan kepada pemda yang telah memiliki

maturitas SPIP terbaik

Page 54: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 47

2) Menetapkan IKU capaian maturitas SPIP pada dokumen

perencanaan pemerintah daerah

3) Mewajibkan pemerintah daerah untuk mengalokasikan

anggaran penyelenggaraan SPIP dilingkungannya

4) Mendorong keterlibatan pemerintah provinsi dalam

memastikan pemerintah kabupaten/kota telah

menyelenggarakan SPIP diantaranya dengan menyediakan

alokasi khusus untuk menyelenggarakan peran tersebut.

5) Menerbitkan peraturan yang mewajibkan kurikulum SPIP pada

diklat PIM, DIKLAT Lemhanas, dan diklat kepemimpinan

lainnya.

Terhadap rekomendasi tersebut, seluruhnya belum ditindaklanjuti.

3. Dalam tahun 2015 ditetapkan target rekomendasi sebanyak 6,

realisasinya sebanyak 6 dengan uraian kegiatan dan perbaikan

unsur SPIP sebagai berikut:

a. Tersusun dan terdistribusinya pedoman asistensi penyusunan

rencana tindak pengendalian penyajian laporan kinerja

pemerintah daerah

Pedoman tersebut digunakan oleh seluruh Perwakilan BPKP

dalam melaksanakan aktivitas pengendalian berupa asistensi

penyusunan rencana tindak pengendalian penyajian laporan

kinerja pemerintah daerah yang pada gilirannya akan

membantu Pemerintah Daerah untuk mengidentifikasi risiko

atas penyajian laporan kinerja dan menetapkan langkah

pengendalian yang diperlukan sebagai upaya perbaikan

berkesinambungan dalam rangka peningkatan manajemen

kinerja.

b. Tersusun dan terdistribusinya petunjuk pelaksanaan

bimbingan teknis dalam rangka mendorong Kepala Daerah

membuat kebijakan probity audit

Juklak tersebut digunakan oleh seluruh Perwakilan BPKP

dalam melaksanakan aktivitas pengendalian berupa

pelaksanaan bimbingan teknis dalam rangka mendorong

Kepala Daerah membuat kebijakan probity audit yang pada

gilirannya akan membantu Pemerintah Daerah Untuk

mendeteksi permasalahan yang terjadi dalam kegiatan

pengadaan barang/jasa sekaligus menimimalisir kecurangan

Page 55: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 48

yang ada melalui kegiatan probity audit yang dilaksanakan oleh

APIP daerah.

c. Tersusun dan terdistribusinya petunjuk teknis pemetaan

risiko pengadaan barang dan jasa pada Pemerintah Daerah

Juknis tersebut digunakan oleh seluruh Perwakilan BPKP dalam

melaksanakan aktivitas pengendalian berupa pemetaan risiko

pengadaan barang dan jasa pada Pemerintah Daerah. Hasil

pemetaan risiko pengadaan barang dan jasa pada Pemerintah

Daerah diharapkan dapat menjadi umpan balik bagi pimpinan

Pemerintah Daerah untuk lebih mengefektifkan penerapan

pengendalian intern di lingkungan unit layanan pengadaan dan

unit kerja lain yang terkait agar tujuan pengadaan barang dan

jasa pada Pemerintah Daerah dapat dicapai

d. Tersusun dan terdistribusinya pedoman survei penataan

sistem dan prosedur pengadaan barang dan jasa di tingkat

Pemerintah Daerah

Pedoman tersebut digunakan oleh seluruh Perwakilan BPKP

dalam melaksanakan aktivitas pengendalian berupa survei

penataan sistem dan prosedur pengadaan barang dan jasa di

tingkat Pemerintah Daerah. Hasil yang diharapkan dari

aktivitas tersebut adalah tersusunnya sistem dan prosedur

(sisdur) yang menghubungkan kegiatan yang dilakukan oleh

para pelaksana kegiatan dengan pimpinan, yang memberikan

informasi secara spesifik dan berkala kepada pimpinan daerah

untuk dapat mengendalikan seluruh proses PBJ yang sedang

berlangsung di seluruh SKPD sehingga memungkinkan kepala

daerah/wakil kepala daerah, sekretaris daerah, dan inspektorat

pada pemerintah daerah untuk

mengkoordinasikan/mengarahkan serta memantau bahkan

menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan PBJ di tingkat SKPD

telah berlangsung dengan baik.

e. Tersusun dan terdistribusinya petunjuk pelaksanaan Quality

Assurance probity audit

Juklak tersebut digunakan oleh seluruh Perwakilan BPKP

dalam melaksanakan aktivitas pengendalian berupa quality

assurance probity audit yang dilaksanakan oleh APIP daerah,

Page 56: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 49

dalam upaya mengurangi risiko dan dampak pelaksanaan

probity audit yang tidak sesuai standar (sub standard) tersebut.

Kegiatan quality assurance untuk memastikan keseragaman dan

menjamin kualitas/mutu pelaksanaan probity audit yang

dilakukan APIP, mendorong peran dan fungsi APIP dalam

Prevent, Deter dan Detect sebagai early warning system atas proses

pengadaan barang dan jasa, serta dalam rangka peningkatan

kualitas akuntabilitas keuangan negara melalui pengelolaan

keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan

akuntabel.

f. Tersusun dan terdistribusinya pedoman kajian permasalahan

pengadaan barang dan jasa pemerintah

Pedoman tersebut digunakan oleh seluruh Perwakilan BPKP

dalam melaksanakan aktivitas pengendalian berupa kajian

permasalahan pengadaan barang dan jasa pemerintah

Timbulnya penyimpangan atau kasus korupsi pengadaan

barang/jasa bukan hanya pada tataran implementasi aturan

mengenai pengadaan barang/jasa tetapi bisa juga berasal dari

kelemahan dalam peraturan itu sendiri. Hasil dari pelaksanaan

kajian yang dilaksanakan oleh perwakilan BPKP diharapkan

dapat menghasilkan saran perbaikan terkait permasalahan

pengadaan barang/jasa.

Realisasi seluruh indikator kinerja sasaran strategis ini didukung

dengan dana sebesar Rp1.601.929.000,00 mencapai 76,85% dari

anggaran sebesar Rp2.084.453.000,00 dan dengan SDM sebanyak

2.272 OH, mencapai 58,56% dari rencana sebanyak 3.880 OH.

Tujuan 3: Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten

Sasaran Strategis 3

Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah pada Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah

Pencapaian sasaran strategis “Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan

Intern Pemerintah pada Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah”

diukur menggunakan 2 (dua) indikator kinerja. Sasaran strategis 3

Page 57: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 50

terkait dengan fokus pengawasan BPKP yang keempat yaitu mendorong

perbaikan governance system.

Capaian kinerja sasaran strategis “Meningkatnya Kapabilitas

Pengawasan Intern Pemerintah pada Kementerian, Lembaga dan

Pemerintah Daerah” diukur menggunakan tiga indikator kinerja, dengan

hasil pengukuran dan penjelasan masing-masing indikator kinerja

sebagai berikut:

1) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

Kapabilitas APIP Pemerintah Povinsi (Level 3) mencerminkan

kualitas kapabilitas aparat pengawasan intern pemerintah (APIP)

pada Pemerintah Provinsi. Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi

diukur menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi level kapabilitas

APIP menunjukkan kualitas kapabilitas APIP yang semakin baik.

Kapabilitas APIP berdasarkan kriteria penilaian IA-CM dikelompokkan

ke dalam 5 Level, yaitu: Level 1 (Initial), Level 2 (Infrastructure), Level 3

(Integrated), Level 4 (Managed), dan Level 5 (Optimizing). Setiap Level

terdiri dari 6 Elemen, yaitu: Peran dan Layanan Pengawasan Intern,

Pengelolaan SDM, Praktik Profesional, Manajemen dan Akuntabilitas

Kinerja, Hubungan dan Budaya Organisasi, dan Struktur Tata Kelola.

Untuk berada dalam level-level tersebut, APIP harus memenuhi 41

kriteria atau (Key Process Area).

APIP yang memiliki kapabilitas pada Level 3 (Integrated) diharapkan

telah menetapkan praktik profesional audit internal secara seragam

dan telah telah selaras dengan standar audit

Area perubahan yang diharapkan dalam rangka peningkatan

kapabiliats APIP mencakup pemenuhan Key Process Area Level 2 dan

Level 3 sebagai berikut:

No Elemen Kriteria KPA Level 2 Kriteria KPA Level 3

1 Peran dan Layanan

APIP memberikan jasa pengawasan ketaatan (compliance auditing)

APIP melaksanakan value for money audit/ audit kinerja untuk menilai keekonomisan, efisiensi, efektivitas

APIP memberikan jasa konsultansi (advisory services)

2 Manajemen SDM

APIP mengidentifikasi dan merekrut tenaga SDM yang kompeten, sehingga kegiatan pengawasan dilaksanakan oleh auditor yang kompeten

Adanya koordinasi SDM APIP (workforce), sehingga rencana pengawasan (PKPT) sesuai dengan ketersediaan SDM

APIP telah melakukan pengembangan profesi bagi individu auditor melalui

Tersedianya staf APIP yang profesional, yang dikukuhkan dengan sertifikasi dari organisasi

Page 58: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 51

No Elemen Kriteria KPA Level 2 Kriteria KPA Level 3

diklat, PKS/PPM, dan bentuk-bentuk pengembangan profesi yang lainnya

profesi

Pengembangan kompetensi SDM APIP berbasis tim (team building)

3 Praktik Profesional

Perencanaan pengawasan disusun berdasarkan pada prioritas manajemen/ pemangku kepentingan

Perencanaan audit berbasis risiko, yang difokuskan pada skala prioritas pada risiko tertinggi

APIP memiliki kerangka kerja praktik profesional berikut prosesnya (menetapkan standar audit, SOP pelaksanaan audit)

APIP memiliki kerangka kerja untuk mengelola kualitas kegiatan pengawasannya (QAIP)

4 Akuntabilitas dan Manajemen Kinerja

Adanya rencana kerja tahunan/Renja (business plan)

APIP memiliki kebijakan, sistem dan prosedur pelaporan manajemen kegiatan pengawasan (misalnya SIMONEV, AKIP)

Tersedianya anggaran operasional kegiatan pengawasan

Danya sistem informasi keuangan/ biaya yang mengacu pada standar biaya yang berlaku

Adanya sistem pengukuran kinerja (Tapkin dan LAKIP)

5 Hubungan dan Budaya Organisasi

Adanya pengelolaan tugas pokok dan fungsi di internal APIP

APIP merupakan bagian dari komponen tim manajemen (K/L/D) yang integral

Terselenggaranya koordinasi dengan pihak lain (other review groups) yang memberikan jasa konsultansi dan penjaminan (assurance and advisory services)

6 Struktur Tata Kelola

Hubungan pelaporan telah terbangun

APIP telah memiliki mekanisme pendanaan yang dapat mengidentifikasi dampak pembatasan sumber daya terhadap cakupan tugas pokok dan fungsinya

APIP memiliki akses penuh terhadap informasi aset, dan personil unit organisasi K/L/Pemda

Dilakukannya pengawasan manajemen terhadap kegiatan APIP (oversight body)

Target level kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) pada

tahun 2015 adalah sebesar 6% dari jumlah Pemerintahan Provinsi

yang dibina tahun 2015.

Page 59: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 52

Sampai dengan tahun 2015, belum ada Pemerintah Provinsi yang

tingkat kapabilitas APIP-nya mencapai level 3. Sehingga capaian

kinerja kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) adalah sebesar

0% dari target sebesar 5%.

Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya

tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama

periode Renstra Deputi III 2015-2019, dan indikator kinerja Deputi III

tahun 2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.

Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target

akhir Renstra Deputi III periode 2015-2019 digambarkan dalam

gambar 3.5 sebagai berikut:

Gambar 3.5

Perbandingan realisasi IKS 3.1 dengan target akhir periode Renstra

Melihat target yang sangat tinggi pada akhir periode Renstra, yaitu

tahun 2019, perlu upaya keras dengan mengerahkan sumber daya

manusia, dan dana untuk mencapai target kapabilitas APIP level 3

pada 82% Pemerintah provinsi.

2) Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 3)

Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 3)

mencerminkan kualitas kapabilitas aparat pengawasan intern

pemerintah (APIP) pada Pemerintah Kabupaten/Kota. Kapabilitas

APIP Pemerintah Kabupaten/Kota diukur menggunakan skala 1-5.

Semakin tinggi level kapabilitas APIP menunjukkan kualitas

kapabilitas APIP yang semakin baik. Target level kapabilitas APIP

Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) pada tahun 2015 adalah

0%

21%

40%

60%

82%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Realisasi Th

2015

Target Th

2016

Target Th

2017

Target Th

2018

Target Th

2019

% T

ing

ka

t K

ap

ab

ilit

as

(Le

ve

l 3

)

Pe

mp

rov

Page 60: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 53

sebesar 5% dari jumlah Pemerintahan Kabupaten/Kota yang dibina

tahun 2015.

Sampai dengan tahun 2015, belum ada Pemerintah Kabupaten/Kota

yang tingkat kapabilitas APIP-nya mencapai level 3 sehingga

capaian kinerja kapabilitas APIP pemerintah kabupaten/kota (level

3) adalah sebesar 0% dari target sebesar 5%.

Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya tidak

dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama periode

Renstra BPKP 2015-2019, dan indikator kinerja BPKP tahun 2015 berbeda

dengan tahun sebelumnya.

Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target akhir

Renstra BPKP periode 2015-2019 digambarkan dalam gambar 3.6 sebagai

berikut:

Gambar 3.6

Perbandingan realisasi IKS 3.2 dengan target akhir periode Renstra

Melihat target yang sangat tinggi pada akhir periode Renstra, yaitu

tahun 2019, perlu upaya keras dengan mengerahkan sumber daya

manusia, dan dana untuk mencapai target kapabilitas APIP level 3 pada

82% Pemerintah Kabupaten/Kota.

0%

26%

47%

66%

85%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Realisasi Th

2015

Target Th

2016

Target Th

2017

Target Th

2018

Target Th

2019

% T

ing

ka

t K

ap

ab

ilit

as

(Le

ve

l 3

)

Pe

mp

rov

Page 61: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 54

Sasaran Strategis 3: Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah K/L/Pemda

Sasaran Program 3

Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah Daerah

Pencapaian sasaran program “Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan

Intern Pemerintah Daerah” diukur menggunakan 6 (enam) indikator

kinerja dengan hasil pengukuran dan penjelasan masing-masing

indikator kinerja sebagai berikut:

1) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

Target level kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) pada

tahun 2015 adalah sebesar 6% dari jumlah Pemerintahan Provinsi

yang dibina tahun 2015.

Sampai dengan tahun 2015, belum ada Pemerintah Provinsi yang

tingkat kapabilitas APIP-nya mencapai level 3. Sehingga capaian

kinerja kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) adalah sebesar

0% dari target 5%.

Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya

tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama

periode Renstra Deputi III 2015-2019, dan indikator kinerja Deputi III

tahun 2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.

Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target

akhir Renstra Deputi III periode 2015-2019 digambarkan dalam

gambar 3.7 sebagai berikut:

Gambar 3.7

Perbandingan realisasi IKP 3.1 dengan target akhir periode Renstra

0%

21%

40%

60%

82%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Realisasi Th

2015

Target Th

2016

Target Th

2017

Target Th

2018

Target Th

2019

% T

ing

ka

t K

ap

ab

ilit

as

(Le

ve

l 3

)

Pe

mp

rov

Page 62: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 55

Melihat target yang sangat tinggi pada akhir periode Renstra, yaitu

tahun 2019, perlu upaya keras dengan mengerahkan sumber daya

manusia, dan dana untuk mencapai target kapabilitas APIP level 3

pada 82% Pemerintah provinsi.

2) Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 3)

Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 3)

mencerminkan kualitas kapabilitas aparat pengawasan intern

pemerintah (APIP) pada Pemerintah Kabupaten/Kota. Kapabilitas

APIP Pemerintah Kabupaten/Kota diukur menggunakan skala 1-5.

Semakin tinggi level kapabilitas APIP menunjukkan kualitas

kapabilitas APIP yang semakin baik. Target level kapabilitas APIP

Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) pada tahun 2015 adalah

sebesar 5% dari jumlah Pemerintahan Kabupaten/Kota yang dibina

tahun 2015.

Sampai dengan tahun 2015, belum ada Pemerintah Kabupaten/Kota

yang tingkat kapabilitas APIP-nya mencapai level 3 sehingga

capaian kinerja kapabilitas APIP pemerintah kabupaten/kota (level

3) adalah sebesar 0% dari target sebesar 5%.

Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya

tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama

periode Renstra BPKP 2015-2019, dan indikator kinerja BPKP tahun

2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.

Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target

akhir Renstra BPKP periode 2015-2019 digambarkan dalam gambar

3.8 sebagai berikut:

Gambar 3.8

Perbandingan realisasi IKP 3.2 dengan target akhir periode Renstra

0%

26%

47%

66%

85%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Realisasi Th

2015

Target Th

2016

Target Th

2017

Target Th

2018

Target Th

2019

% T

ing

ka

t K

ap

ab

ilit

as

(Le

ve

l

3)

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

Page 63: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 56

Melihat target yang sangat tinggi pada akhir periode Renstra, yaitu

tahun 2019, perlu upaya keras dengan mengerahkan sumber daya

manusia, dan dana untuk mencapai target kapabilitas APIP level 3

pada 82% Pemerintah Kabupaten/Kota.

3) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2)

Target level kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 2) pada

tahun 2015 adalah sebesar 21% dari jumlah Pemerintahan Provinsi

yang dibina tahun 2015.

Sampai dengan tahun 2015, Pemerintah Provinsi yang tingkat

kapabilitas APIP-nya mencapai level 2 adalah sebanyak 13

Pemerintah Provinsi atau 39,39% dari 33 Pemerintah Provinsi yang

dibina. Sehingga capaian kinerja kapabilitas APIP Pemerintah

Provinsi (level 2) adalah sebesar 187,59% dari target sebesar 21%.

Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya

tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama

periode Renstra Deputi III 2015-2019, dan indikator kinerja Deputi III

tahun 2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.

Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target

akhir Renstra Deputi III periode 2015-2019 digambarkan dalam

gambar 3.9 sebagai berikut:

Gambar 3.9

Perbandingan realisasi IKP 3.3 dengan target akhir periode Renstra

39%41%

30%

20%

9%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

Realisasi Th

2015

Target Th

2016

Target Th

2017

Target Th

2018

Target Th

2019

% T

ing

ka

t K

ap

ab

ilit

as

(Le

ve

l 2

)

Pe

mp

rov

Page 64: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 57

4) Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 2)

Target level kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 2)

pada tahun 2015 adalah sebesar 15% dari jumlah Pemerintahan

Kabupaten/Kota yang dibina tahun 2015.

Sampai dengan tahun 2015, Pemerintah Kabupaten/Kota yang

tingkat kapabilitas APIP-nya mencapai level 2 adalah sebanyak 100

pemda atau 23,42% dari 427 Pemerintah Kabupaten/Kota yang

dibina sehingga capaian kinerja kapabilitas APIP pemerintah

kabupaten/kota (level 2) adalah sebesar 156,13% dari target sebesar

15%.

Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya

tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama

periode Renstra BPKP 2015-2019, dan indikator kinerja BPKP tahun

2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.

Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target

akhir Renstra BPKP periode 2015-2019 digambarkan dalam gambar

3.10 sebagai berikut:

Gambar 3.10

Perbandingan realisasi IKP 3.4 dengan target akhir periode Renstra

5) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1)

Target level kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 1) pada

tahun 2015 adalah sebesar 73% dari jumlah Pemerintahan Provinsi

yang dibina tahun 2015. Capaian kinerja diukur dengan kondisi

bahwa semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendah

pencapaian kinerja dengan rumus:

23%25%

20%

15%

10%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

Realisasi Th

2015

Target Th

2016

Target Th

2017

Target Th

2018

Target Th

2019

% T

ing

ka

t K

ap

ab

ilit

as

(Le

ve

l 2

)

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

Page 65: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 58

Sampai dengan tahun 2015, Pemerintah Provinsi yang tingkat

kapabilitas APIP-nya mencapai level 1 adalah sebanyak 20

Pemerintah Provinsi atau 60,61% dari 33 Pemerintah Provinsi yang

dibina. Sehingga jika menggunakan rumus di atas, maka capaian

kinerja kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 1) adalah sebesar

116,98%.

Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya

tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama

periode Renstra Deputi III 2015-2019, dan indikator kinerja Deputi III

tahun 2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.

Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target

akhir Renstra Deputi III periode 2015-2019 digambarkan dalam

gambar 3.11 sebagai berikut:

Gambar 3.11

Perbandingan realisasi IKP 3.5 dengan target akhir periode Renstra

6) Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 1)

Target level kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 1)

pada tahun 2015 adalah sebesar 83% dari jumlah Pemerintahan

Kabupaten/Kota yang dibina tahun 2015. Capaian kinerja diukur

61%

38%

30%

20%

9%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Realisasi Th

2015

Target Th

2016

Target Th

2017

Target Th

2018

Target Th

2019

% T

ing

ka

t K

ap

ab

ilit

as

(Le

ve

l 1

)

Pe

mp

rov

Page 66: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 59

dengan kondisi bahwa semakin tinggi realisasi menunjukkan

semakin rendah pencapaian kinerja dengan rumus:

Sampai dengan tahun 2015, Pemerintah Kabupaten/Kota yang

tingkat kapabilitas APIP-nya mencapai level 1 adalah sebanyak 327

pemda atau 76,58% dari 427 Pemerintah Kabupaten/Kota yang

dibina. Sehingga jika menggunakan rumus di atas, maka capaian

kinerja kapabilitas APIP pemerintah kabupaten/kota (level 1) adalah

sebesar 107,73%.

Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya

tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama

periode Renstra BPKP 2015-2019, dan indikator kinerja BPKP tahun

2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.

Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target

akhir Renstra BPKP periode 2015-2019 digambarkan dalam gambar

3.12 sebagai berikut:

Gambar 3.12

Perbandingan realisasi IKP 3.6 dengan target akhir periode Renstra

Dalam mendukung capaian kinerja sasaran strategis dan capaian kinerja

sasaran program peningkatan kapabilitas pengawasan intern pemda,

Deputi III telah melakukan kegiatan sebagai berikut:

77%

49%

33%

19%

5%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Realisasi Th

2015

Target Th

2016

Target Th

2017

Target Th

2018

Target Th

2019

% T

ing

ka

t K

ap

ab

ilit

as

(Le

ve

l 1

)

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

Page 67: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 60

1. Peningkatan Kapabilitas APIP.

Kegiatan peningkatan kapabilitas APIP, dilaksanakan dengan

melakukan evaluasi dan penilaian terhadap pemenuhan atas syarat-

syarat dalam memperoleh tingkat kapabilitas APIP sesuai model

IACM, dengan mengacu pada 6 (enam) elemen, 41 Key Process Area

(KPA) dan 240 pernyataan

1. Evaluasi tata kelola APIP.

Kegiatan yang dilaksanakan berupa pembinaan terhadap tata

kelola oraganisasi APIP, yang meliputi evaluasi atas bisnis proses

atau pengelolaan kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh APIP.

Evaluasi atas bisnis proses, lebih difokuskan pada pemenuhan

terhadap insfrasruktur organisasi APIP antara lain meliputi

pengendalian terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan

hasil pengawasan, penggunaan pedoman dan pengelolaan sistem

hasil pengawasan

Disamping itu, Deputi III turut melakukan kegiatan dalam rangka

membangun komitmen bagi pemerintah provinsi/kabupaten/kota

untuk mendukung target kapabilitas APIP level 3, diantaranya

melalui kegiatan rakor Pengawasan yang dihadiri Presiden RI,

Sarasehan dengan mengundang pimpinan APIP pemerintah daerah,

serta Seminar APIP. Dari kegiatan tersebut, kami telah

menyampaikan 4 (empat) rekomendasi strategis untuk mempercepat

pencapaian kapabilitas APIP level 3, yaitu:

1) Mendorong sinergi antara BPK dan APIP setidaknya meliputi 5 (lima) hal yaitu (1) sinergi perencanaan; (2) sinergi pelaksanaan; (3) sinergi pelaporan; (4) sinergi pemantauan tindak lanjut; dan (5) sinergi standar, metodologi dan sumber daya.

2) Memperkuat peran untuk dapat mendorong penguatan Kelembagaan, Pengembangan Proses Bisnis Pengawasan dan Pengembangan SDM Pengawasan dan Profesionalisme Auditor

dilingkungan APIP, diantaranya melaluipengembangan hubungan kerjasama dengan Auditor Eksternal dan organisasi profesi di bidang audit dan mengkoordinir APIP dalam menyiapkan pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan dan Kinerja serta mendorongAPIP memantau tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK.

Page 68: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 61

3) Dalam pemberantasan korupsi perlu mengembangkan konsep represif untuk preventif di mana tindakan represif dilakukan kepada para pelaku korupsi untuk memberikan shock terapy, harus disertai dengan upaya sistematis untuk mencegah perbuatan korupsi yang sama yang akan terjadi di masa yang akan datang (upaya preventif).

4) Membangun sinergi antara BPK, APIP, dan APH dengan menghilangkan ego/kepentingan instansi/lembaganya dalam pemberantasan korupsi di Indonesia, diantaranya melalui penyelenggaraan rakorwas dan sarasehan secara berkelanjutan

Realisasi indikator kinerja sasaran strategis ini didukung dengan dana

sebesar Rp146.807.000,00, mencapai 48,98% dari anggaran sebesar

Rp299.724.000,00 dan dengan SDM sebanyak 170 OH, mencapai 44,74%

dari rencana sebanyak 380 OH.

Page 69: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 62

C. Realisasi Keuangan

1. Realisasi Anggaran Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan

Keuangan Daerah (Deputi III)

Anggaran Deputi III tahun 2015 sebesar Rp6.799.286.000,00, dengan

realisasi sebesar Rp5.742.319.486,00 atau 84,45%. Rincian per program, dan

per jenis belanja, dapat dilihat pada Tabel 3.7, dan Tabel 3.8.

Tabel 3.7

Anggaran dan Realisasi Keuangan Per Program

No. Program Anggaran Realisasi %

1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya-BPKP

1.250.000.000,00 1.108.875.309,00 88,71

2 Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

5.549.286.000,00 4.633.444.177,00 83,49

Jumlah 6.799.286.000,00 5.742.319.486,00 84,45

Dari Tabel 3.23 menunjukkan realisasi anggaran untuk program

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya-BPKP

sebesar Rp1.108.875.309,00 atau 88,71% dari rencana sebesar

Rp1.250.000.000,00, dan program Pengawasan Intern Akuntabilitas

Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah sebesar Rp4.633.444.177,00 atau 83,45% dari rencana

sebesar Rp5.549.286.000,00.

Tabel 3.8

Anggaran dan Realisasi Keuangan Per Jenis Belanja

No. Jenis Belanja Anggaran Realisasi %

1 Belanja Pegawai 0,00 0,00 0,00

2 Belanja Barang 6.799.286.000,00 5.742.319.486,00 84,45

3 Belanja Modal 0,00 0,00 0,00

Jumlah 6.799.286.000,00 5.742.319.486,00 84,45

Tabel 3.24 menunjukkan realisasi belanja pegawai sebesar Rp0,00 dari

rencana sebesar Rp0,00, realisasi belanja barang sebesar Rp5.742.319.486,00

atau 84,45% dari rencana sebesar Rp6.799.286.000,00, dan realisasi belanja

modal sebesar Rp0,00 dari rencana sebesar Rp0,00.

Page 70: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 63

2. Realisasi Anggaran Satgas SPIP

Anggaran Satgas SPIP tahun 2015 sebesar Rp778.976.000,00 dengan

realisasi sebesar Rp646.831.890,00 atau 83,03%

3. Bantuan Kedinasan Mitra Kerja

Deputi III turut melaksanakan kegiatan pengawasan yang menggunakan

dana bantuan kedinasan dari mitra kerja sebesar Rp987.721.000,00 dengan

rincian sebagai berikut:

a) Bantuan Kedinasan dari KPK Rp748.635.000,00

b) Bantuan Kedinasan dari Pemda Rp239.086.000,00

Page 71: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 64

ebagaimana diamanatkan dalam PP 60 Tahun 2008, BPKP cq Deputi III

melakukan pembinaan SPIP dan pengawasan intern terhadap kegiatan

lintas sektoral, kebendaharaan umum dan kegiatan lain atas penugasan

Presiden. Fungsi pengawasan intern dilakukan melalui kegiatan audit, reviu,

evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya. Pengawasan intern

terutama diarahkan untuk membantu Menteri/Pimpinan Lembaga, Gubernur, dan

Bupati/Walikota dalam rangka memperkuat dan menunjang efektivitas Sistem

Pengendalian Intern.

Pertanggungjawaban pelaksanaan pengawasan intern dan pembinaan SPIP

disampaikan dalam LAKIP Deputi III. Dalam pelaporan kinerja ini disajikan

informasi kinerja yang telah diperjanjikan disertai evaluasi dan analisis yang

memadai sehingga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan kinerja ke depan.

Capaian rata-rata indikator kinerja sasaran strategis dan sasaran program tahun

2015 masing-masing adalah sebesar 133,90% dan 133,61%.

Meskipun capaian indikator kinerja sasaran strategis dan sasaran program tahun

2015 tersebut telah mencapai target, namun masih terdapat kelemahan dalam

pencapaian sasaran strategis yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Rekomendasi strategis yang disampaikan kepada pihak-pihak terkait secara

umum belum dapat ditindaklajuti.

2. Kapabilitas APIP Pemerintah Daerah belum ada yang mencapai level 3.

Hal ini disebabkan :

1. Kurangnya komitmen pimpinan mitra kerja dalam menindaklanjuti rekomendasi

yang disampaian oleh BPKP;

2. Kurangnya komitmen kepala daerah/pimpinan APIP pemerintah daerah dalam

meningkatkan kapabilitas APIP daerah menuju level 3.

Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Deputi III dalam upaya memperbaiki

kinerja antara lain:

1. Mendorong pimpinan kepala daerah/pimpinan mitra kerja untuk menindaklanjuti

rekomendasi yang telah disampaikan BPKP melalui

Bab

4 PENUTUP

Page 72: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 65

a. Melakukan monitoring tindak lanjut atas rekomendasi yang disampaikan

BPKP kepada mitra kerja;

b. Melakukan asistensi dalam rangka melakukan tindak lanjut atas atas

rekomendasi

2. Mendorong pimpinan APIP Pemerintah Daerah dengan berkoordinasi lebih

intensif dengan APIP Pemerintah Daerah untuk percepatan peningkatan

kapabilitas APIP melalui asistensi/bimtek peningkatan kapabilitas APIP.

3. Pengembangan sistem informasi pengukuran data kinerja sampai dengan

capaian IKU.

Akhirnya dengan disusun LAKIP ini, diharapkan dapat memberikan informasi

secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait mengenai tugas fungsi Deputi

III, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja pada tahun-

tahun mendatang. Peningkatan komitmen, semangat kepemimpinan dan etos kerja

tetap harus dipertahankan terutama dalam rangka mendukung kebijakan pimpinan

BPKP mewujudkan peran BPKP sebagai auditor internal pemerintah berkelas dunia

untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan

daerah.

Page 73: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

LAMPIRAN

Page 74: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Lampiran 1

1 Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan dan Pembangunan Nasional

1.1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan

Program Prioritas dalam Nawa CitaSkala 1-5 0 0 #DIV/0!

2.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)% 5 20.00 400.00

2.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)% 5 6.78 135.59

3.1 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)% 6 0.00 0.00

3.2 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)% 2 0.00 0.00

133.90

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS TAHUN 2015

DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH

SATUAN TARGET REALISASI% CAPAIAN

KINERJAINDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGISSASARAN STRATEGIS

Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern

Pemerintah K/L/Pemda

3

2

JUMLAH

Meningkatnya Maturitas SPIP

Page 75: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Lampiran 2

1 Perbaikan Pengelolaan Program

Prioritas Nasional dan Pengelolaan

Keuangan Negara Bidang Pengawasan

Keuangan Daerah

1.1 Perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Pengelolaan

program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah

% 40 39.39 98.48

2.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)% 5 20.00 400.00

2.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) % 5 6.78 135.59

3.1 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) % 6 0.00 0.00

3.2 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) % 2 0.00 0.00

3.3 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2) % 21 39.39 187.59

3.4 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 2) % 15 23.42 156.13

3.5 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1) % 73 60.61 116.98

3.6 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 1) % 83 76.58 107.73

133.61

3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan

Intern Pemerintah Daerah

JUMLAH

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN PROGRAM TAHUN 2015

DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH

SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA SASARAN PROGRAM SATUAN TARGET REALISASI% CAPAIAN

KINERJA

Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP

pada Pemerintah Daerah

2

Page 76: LAKIP Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan

Lampiran 3

RENCANA

(Rp000)

REALISASI

(Rp000)% TARGET REALISASI %

1 Meningkatnya Kualitas

Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan dan Pembangunan

Nasional

Perbaikan pengelolaan

Program Prioritas Nasional

dan Pengelolaan Keuangan

Negara/Daerah

Tersedianya informasi hasil pengawasan

dalam mencapai perbaikan tatakelola,

perbaikan sistem pengendalian intern

pengelolaan keuangan negara/daerah, dan

peningkatan kapabilitas APIP

Rekomendasi Hasil

Pengawasan

Rek 60 66 110.00 3,571,961 3,187,523 89.24 5,180 4,045 78.09

2 Meningkatnya Maturitas SPIP Meningkatnya Kualitas

Penerapan SPIP Pemda

Rekomendasi Perbaikan

Penyelenggaraan SPIP Pemda

Rek 22 23 104.55 1,305,477 955,098 73.16 2,945 1,496 50.80

Rekomendasi Perbaikan

Penyelenggaraan SPIP (Satgas

SPIP)

Rek 4 5 125.00 778,976 646,831 83.04 935 776 82.99

26 28 107.69 2,084,453 1,601,929 76.85 3,880 2,272 58.56

3 Meningkatnya Kapabilitas

Pengawasan Intern

Pemerintah K/L/Pemda

Meningkatnya Kapabilitas

Pengawasan Intern Pemda

Rekomendasi Pembinaan

Kapabilitas APIP

Rek 11 12 109.09 299,724 146,807 48.98 380 170 44.74

97 106 109.28 5,956,138 4,936,259 82.88 9,440 6,487 68.72TOTAL

CAPAIAN KINERJA OUTPUT TAHUN 2015

DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH

NO SASARAN STRATEGIS SASARAN KEGIATANINDIKATOR KINERJA

OUTPUTSATUAN TARGET REALISASI %

DANA SDM (OH)

SASARAN PROGRAM