lampiran ii permentan no.19 tahun 2011.xls

13
 Nomor : 19/Permentan/OT.140/3/2011 Tang gal : 29 Mar et 201 1 No. 1.1 1.2 e Izin Lokasi dan IUP merupakan salah satu persyaratan bagi perusahaan untuk mengajukan permohonan HGU. Kewaji ban membangun kebun untuk masyarakat seki tar pali ng rendah 20% ha ny a untuk pe rusahaan yan g mempero leh IUP dan IUP-B ber da sark an Permentan Nomor 26 Tahun 2007; a Panduan Telah memil iki Izin Lok asi dari pejabat yang berwenang kecual i kebun - kebun konversi hak barat (erfpahct); 1 d Telah memi liki perizi nan yang sesuai sepert i: IUP, IUP-B, IUP-P, SPUP, ITUP, Izin/Persetujuan Prinsip. Indikator  b Izin lokasi untuk perkebunan kelapa sawi t maksimum untuk satu perusahaan adal ah 100. 000 ha untuk Indonesi a. Pembat asan luas areal tersebut ti dak  berlaku bagi koperasi usaha perkebunan, perusahaan perkebunan yang sebagi an bes ar sahamnya dikuasai ol eh negara bai k Pemeri ntah, Provi nsi atau Kabupaten/ Kota atau Perusahaan Perkebunan yang sahamnya dimi liki ol eh masy arakat d alam rang ka go publi c. Khu s us unt uk Pro vin si Papua luas maksimum provinsi dua kali provinsi lainnya. c Bagi perusahaan perkebunan dengan luas ar eal tertentu (25 ha) dan atau kap asi tas pengolahan kelapa sawit ter tentu (5 ton TBS /jam) wajib memil iki Izin Usaha Perkebunan /I UP (> 1. 000 ha dan harus memi liki PKS) , memi li ki IUP-B bagi pelaku usaha budidaya (25 ha  1. 000 ha) , dan IUP- P bagi pelaku usaha pengolahan (harus didukung 20% bahan baku dari kebun sendiri). Izi n Lokas i dari Gubernur/ Bupati ses uai kewenanga nny a unt uk areal APL dan kesepakatan dengan masyar akat / Masyarakat Hukum Adat /ulaya t tentang kesepakatan penggunaannya, besarnya kompensasi serta hak dan kewaji ban masing-masing pi hak. Telah memi li ki HGU bagi perusahaan ya ng lahannya merupakan konversi hak barat (erfpahct). a Izi n Lokas i yang ter let ak dikawasan HPK har us ter lebih dahulu mendapat kan  pelepasan Per u sah aan per kebuna n yan g memil iki IUP a ta u IUP -B waj ib memba ngun kebun unt uk masyarakat sek itar pal ing rendah sel uas  1 Dokumen kerj asama perusahaan dengan masyar akat seki tar kebun unt uk pembangunan kebun masyarakat pal ing rendah 20% dar i tot al areal kebun yang diusahakan; Per izi nan dan ser tif ikat. Pengelol a per keb unan har us mempe rol eh  perizinan serta sertifik at tanah. 2 Telah memi li ki hak atas tanah/ dalam proses, sert ifikat yang sesuai, seperti : HGU, HGB, Hak Pakai (HP), atau konversi hak barat (erfpahct). 3 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN PERSYARATAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) Pembangunan kebun untuk masyarak at sekitar 1 SISTEM PERIZINAN DAN MANAJEMEN PERKEBUNAN Prinsip dan Kriteria

Upload: andi-wahyudin

Post on 12-Apr-2018

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

7/21/2019 Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

http://slidepdf.com/reader/full/lampiran-ii-permentan-no19-tahun-2011xls 1/13

 Nomor : 19/Permentan/OT.140/3/2011

Tanggal : 29 Maret 2011

No.

1.1

1.2

e Izin Lokasi dan IUP merupakan salah satu persyaratan bagi per

mengajukan permohonan HGU.

Kewajiban membangun kebun untuk masyarakat sekitar palin

hanya untuk perusahaan yang memperoleh IUP dan IUP-

Permentan Nomor 26 Tahun 2007;

a

Panduan

Telah memiliki Izin Lokasi dari pejabat yang berwenang kecuali

kebun - kebun konversi hak barat (erfpahct);

1

d

Telah memiliki perizinan yang sesuai seperti: IUP, IUP-B, IUP-P,

SPUP, ITUP, Izin/Persetujuan Prinsip.

Indikator

 b

Izin lokasi untuk perkebunan kelapa sawit maksimum untuk s

adalah 100.000 ha untuk Indonesia. Pembatasan luas areal

 berlaku bagi koperasi usaha perkebunan, perusahaan per

sebagian besar sahamnya dikuasai oleh negara baik Pemerintah

Kabupaten/Kota atau Perusahaan Perkebunan yang sahamnya

masyarakat dalam rangka go public. Khusus untuk Provinmaksimum provinsi dua kali provinsi lainnya.

c

Bagi perusahaan perkebunan dengan luas areal tertentu   (≥ 25

kapasitas pengolahan kelapa sawit tertentu (≥ 5 ton TBS/jam) w

Izin Usaha Perkebunan /IUP (> 1.000 ha dan harus memiliki P

IUP-B bagi pelaku usaha budidaya (25 ha – 1.000 ha) , dan IUP

usaha pengolahan (harus didukung 20% bahan baku dari kebun

Izin Lokasi dari Gubernur/Bupati sesuai kewenangannya untuk

kesepakatan dengan masyarakat/ Masyarakat Hukum Adat/

kesepakatan penggunaannya, besarnya kompensasi serta hak

masing-masing pihak. Telah memiliki HGU bagi perusahaan

merupakan konversi hak barat (erfpahct).

a

Izin Lokasi yang terletak dikawasan HPK harus terlebih dahul

 pelepasan

Perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau IUP-B wajib

membangun kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas

 

1 Dokumen kerjasama perusahaan dengan masyarakat sekitar kebun

untuk pembangunan kebun masyarakat paling rendah 20% dari total

areal kebun yang diusahakan;

Perizinan dan sertifikat. Pengelola perkebunan harus memperoleh

 perizinan serta sertifikat tanah.

2

Telah memiliki hak atas tanah/dalam proses, sertifikat yang sesuai,

seperti : HGU, HGB, Hak Pakai (HP), atau konversi hak barat

(erfpahct).

3

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN

PERSYARATAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN

INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO)

Pembangunan kebun untuk masyarakat sekitar 

1 SISTEM PERIZINAN DAN MANAJEMEN PERKEBUNAN

Prinsip dan Kriteria

Page 2: Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

7/21/2019 Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

http://slidepdf.com/reader/full/lampiran-ii-permentan-no19-tahun-2011xls 2/13

No. PanduanIndikatorPrinsip dan Kriteria

1.3

4 Rekaman perolehan hak atas tanah

5 Peta lokasi kebun/topografi/jenis tanah.

1.4

2 Kesanggupan Pengusaha Pertambangan secara tertulis untuk 

mengembalikan tanah bekas tambang seperti kondisi semula (tanah

 

 b Apabila usaha pertambangan telah selesai dan usaha pe

 berjalan, maka lahan tersebut wajib dikembalikan untuk us

 

c

 b

20% dari total luas areal kebun yang diusahakan

Keputusan Menteri Kehutanan bagi lahan yang memerlukan

Pelepasan Kawasan Hutan atau memerlukan Perubahan Peruntukan

dan Fungsi Kawasan Hutan Perusahaan pemegang Izin Lokasi wajib menghormati ke

 pihak lain atas tanah yang belum dibebaskan,

tidak menutup atau mengurangi aksesibilitas dan melindu

umum.

c

2 Laporan perkembangan realisasi pembangunan kebun masyarakat

1 Rencana tataruang sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau

ketentuan lainnya yang ditentukan oleh pemerintah daerah setempat.

Pembangunan kebun masyarakat dapat dilakukan antara la

kredit, hibah atau bagi hasil;

Lokasi Perkebunan

Pengelola perkebunan harus memastikan bahwa penggunaan lahan

 perkebunan telah sesuai dengan Rencana Umum Tataruang

Wilayah Provinsi (RUTWP) atau Rencana Umum Tataruang

Wilayah Kabupaten/Kota (RUTWK) sesuai dengan perundangan

yang berlaku atau kebijakan lain yang sesuai dengan ketetapan

yang ditentukan oleh pemerintah atau pemerintah setempat.

2 Dokumen Izin Lokasi perusahaan yang dikeluarkan oleh instansi

yang berwenang;

a

a Pengusaha pertambangan mineral dan/atau batubara yang m

Lokasi Pertambangan pada areal Izin Lokasi Usaha Pe

mendapat izin dari

 

Bagi lahan yang berasal dari Kawasan Hutan yaitu Hutan Pr

(HPK) diperlukan persetujuan dari Menteri Kehutanan s

 perkebunan kelapa sawit telah memenuhi kewajiban tukar m

sesuai ketentuan yang berlaku.

d

Pembangunan kebun untuk masyarakat dilakukan ber

 pembangunan kebun yang diusahakan oleh perusahaan;

d Rencana pembangunan kebun masyarakat harus

Bupati/walikota

Bagi perusahaan yang berlokasi di provinsi/kabup ate

menetapkan RUTWP/ RUTWK, dapat menggunakan Renc

Ruang yang berlaku.

 b Tanah yang dapat ditunjuk dalam Izin Lokasi adalah tana

Tataruang Wilayah yang berlaku diperuntukkan bagi penggun

dengan rencana pengembangan wilayah tersebut yang akan d

suatu perusahaan.

Tumpang Tindih dengan Usaha Pertambangan

Pengelola usaha Perkebunan apabila di dalam areal

 perkebunannya terdapat Izin Usaha Pertambangan harus

diselesaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

1 Tersedia kesepakatan bersama antara pemegang hak atas tanah

(pengusaha perkebunan) dengan pengusaha pertambangan tentang

 besarnya kompensasi

e Bagi perusahaan perkebunan yang memperoleh hak atas tana

1960 (Undang- Undang Pokok Agraria), cukup menunjuk

terakhir.

f Melaporkan perkembangan perolehan hak atas tanah dan peng

3

Page 3: Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

7/21/2019 Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

http://slidepdf.com/reader/full/lampiran-ii-permentan-no19-tahun-2011xls 3/13

No. PanduanIndikatorPrinsip dan Kriteria

1.5

2 Tersedia peta lokasi lahan yang disengketakan.

3 Tersedia salinan perjanjian yang telah disepakati.

1.6

a Perseroan Terbatas;

 b Yayasan;

c Koprasi.

1.7

c Tersedia hasil audit neraca keuangan perusahaan oleh akuntan

e Tersedia informasi tentang kewajiban pembayaran pajak;f Tersedia SOP perekrutan karyawan;

g Tersedia sistem penggajian dan pemberian insentif;

h Memiliki sistem jenjang karier dan penilaian prestasi kerja;

6 Memiliki Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). i

Biaya reklamasi lahan menjadi beban pihak pengusaha pertam

Sengketa Lahan dan Kompensasi

Bantuan Badan Hukum

Sengketa lahan dengan masyarakat sekitar kebun/petani dis

musyawarah/ mufakat.

Pengelola perkebunan harus memastikan bahwa lahan perkebunan

yang digunakan bebas dari status sengketa dengan

masyarakat/petani disekitarnya. Apabila terdapat sengketa maka

harus diselesaikan secara musyawarah untuk mendapatkan

kesepakatan sesuai dengan peraturan perundangan dan/atau

ketentuan adat yang berlaku namun bila tidak terjadi kesepakatan

maka penyelesaian sengketa lahan harus menempuh jalur hukum.

lapisan bawah di bawah dan lapisan atas berada di atas) tanpa

menimbulkan dampak erosi dan kerusakan lahan dan lingkungan

dan reklamasi lahan harus sesuai dengan ketentuan yang be

tersebut tetap produktif untuk usaha perkebunan kelapa sawit.

c

1 Tersedia mekanisme penyelesaian sengketa lahan yang

terdokumentasi.

a

 b Penetapan besarnya kompensasi dan lamanya penggunaan l

untuk usaha perkebunan dilakukan secara musyawarah.

c Apabila penyelesaian sengketa lahan melalui musyawarah

kesepakatan, maka lahan yang disengketakan harus diselesaikhukum/pengadilan negeri.

4 Tersedia rekaman progres musyawarah untuk penyelesaian sengketa

disimpan.

4 Memiliki perencanaan untuk menjamin berlangsungnya usaha

 perkebunan.

a Visi dan Misi menjadi komitmen perusahaan dari pimpin

seluruh karyawan;

 b

3 Memiliki struktur organisasi dan uraian tugas yang jelas bagi setiap

unit dan pelaksana.

2 Memiliki SOP untuk praktek budidaya dan pengolahan hasil

 perkebunan.

Bentuk badan hukum antara lain:

Manajemen Perkebunan

Perkebunan harus memiliki perencanaan jangka panjang untuk 

memproduksi minyak sawit lestari.

1 Perusahaan telah memiliki Visi dan Misi untuk memproduksi

minyak sawit lestari.

Perkebunan kelapa sawit yang dikelola harus mempunyai bentuk 

 badan hukum yang jelas sesuai peraturan perundang- undangan

yang berlaku.

Telah memiliki dokumen yang sah tentang bentuk badan hukum

 berbentuk akta notaris yang disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak 

Asasi Manusia (dh. Menkumham).

Memiliki sistem manajemen Keuangan Perusahaan dan keamanan

ekonomi dan keuangan yang terjamin dalam jangka panjang.

Tersedia rencana kerja jangka pendek dan jangka panjan

 perkebunan;

d Tersedia laporan tahunan yang secara lengkap menje

 perusahaan;

5

Tersedia peraturan perusahaan tentang hak dan kewajiban

Tersedia peraturan dan sarana keselamatan dan kesehatan kerj j

Page 4: Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

7/21/2019 Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

http://slidepdf.com/reader/full/lampiran-ii-permentan-no19-tahun-2011xls 4/13

No. PanduanIndikatorPrinsip dan Kriteria

k Rekaman pelatihan yang telah diikuti oleh karyawan kebun;

l Identifikasi jenis pelatihan yang diperlukan oleh perusahaan.

1.8

2 Rekaman rencana dan realisasi kapasitas pabrik kelapa sawit. c Tersedia pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) dan kapasitas

d Tersedia bahan baku pabrik sesuai kapasitas Pabrik/Mill.

1.9 1 Tersedianya mekanisme pemberian informasi;

2 Tersedia rekaman pemberian informasi kepada instansi terkait;

5 Rekaman tanggapan terhadap permintaan informasi

2

2.1

2.1.1 1 Tersedia SOP pembukaan lahan a SOP pembukaan lahan harus mencakup :

2 Tersedia rekaman pembukaan lahan - Pembukaan lahan tanpa bakar 

- Sudah memperhatikan kaidah- kaidah konservasi tanah dan ai

c Pembukaan lahan dilakukan berdasarkan hasil AMDAL/UKL

Sebelum dimulai kegiatan perusahaan dan Surat Keputusan

oleh Bupati/Walikota diadakan rapat koordinasi disertai k

masyarakat pemegang hak atas tanah dalam lokasi yang dimoh

a Realisasi pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya (untanaman kelapa sawit) dan waktu yang diberikan;

 b

 b

Jenis informasi yang bersifat rahasia adalah kerahasiaan daga

 pengungkapan informasi tersebut akan berdampak n

lingkungan dan sosial;

Rekaman permintaan informasi oleh pemangku kepentingan lainnya;4

Rencana dan realisasi pembangunan kebun dan pabrik Rekaman rencana dan realisasi pemanfaatan lahan (HGU, HGB,HP, dll) untuk pembangunan perkebunan (pembangunan kebun,

 pabrik, kantor, perumahan karyawan, dan sarana pendukung

lainnya).

1

Pemberian informasi kepada instansi terkait sesuai ketentuan yang

 berlaku dan pemangku kepentingan lainnya terkecuali menyangkut

hal yang patut dirahasiakan Daftar jenis informasi/data yang dapat diperoleh oleh pemangku

kepentingan lainnya;

3

Realisasi pemanfaatan lahan sesuai dengan izin yang dik

HGB, HP dll).

a

e Pembuatan sistem drainase, terasering, penanaman tanaman

(cover crops) untuk meminimalisir erosi dan kerusakan/ degra

 b Dokumentasi kegiatan pembukaan lahan tanpa pembakaran s

tidak diperkenankan.

d Pada lahan dengan kemiringan di atas 40% tidak dilakukan pe

PENERAPAN PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA DAN

PENGOLAHAN KELAPA SAWIT.

Pembukaan lahan Pembukaan lahan yang memenuhi kaidah-

kaidah konservasi tanah dan air 

Penerapan pedoman teknis budidaya

Penyebarluasan informasi mengenai rencana pembangunan pe

lingkup dan dampaknya, rencana perolehan dan penyeles

tanah;

Informasi mengenai rencana pengembangan dan penyelesaia

ditemui;

1)

2)

3) Pengumpulan informasi untuk memperoleh data sosial dan lin

4) Peran serta masyarakat serta alternatif bentuk dan besarnya ga

Page 5: Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

7/21/2019 Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

http://slidepdf.com/reader/full/lampiran-ii-permentan-no19-tahun-2011xls 5/13

No. PanduanIndikatorPrinsip dan Kriteria

2.1.2 a Perusahaan harus menggunakan air secara efisien.

3 Tersedia rekaman penggunaan air untuk pabrik kelapa sawit.

2.1.3

1 Tersedia SOP perbenihan.

2 Tersedia rekaman asal benih yang digunakan.

3 Tersedia rekaman/dokumentasi pelaksanaan perbenihan.

 b Umur dan kualitas benih yang disalurkan sesuai ketentuan tek

2.1.4

a SOP atau instruksi kerja penanaman harus mencakup :

-

2 Tersedia rekaman pelaksanaan penanaman; - Adanya tanaman penutup tanah dan/atau tanaman sela.

- Pembuatan terasering untuk lahan miring.

 b Rencana dan realisasi penanaman.

2.1.5

2 Rekaman pelaksanaan penanaman tanaman terdokumentasi.

Tersedia SOP/instruksi kerja untuk penanaman pada lahan gambut

dan mengacu kepada ketentuan yang berlaku.

1 SOP atau instruksi kerja penanaman harus mencakup :

a Penanaman dilakukan pada lahan gambut berbentuk ha

kedalaman < 3 m dan proporsi mencakup 70% dari total area

mineral dibawah gambut bukan pasir kuarsa atau tanah sulfat

lahan gambut dengan tingkat kematangan matang (saprik).

Penanaman pada Lahan Gambut

Penanaman kelapa sawit pada lahan gambut dapat dilakukan

dengan memperhatikan karakteristik lahan gambut sehingga tidak 

menimbulkan kerusakan fungsi lingkungan

Pengelola perkebunan harus melakukan penanaman sesuai baku

teknis

1 Tersedia SOP penanaman yang mengacu kepada Pedoman Teknis

Pembangunan Kebun Kelapa Sawit di lahan mineral dan/atau lahan

gambut.

Pengaturan jumlah tanaman dan jarak tanaman sesuai

lapangan dan praktek budidaya perkebunan terbaik.

Penanganan terhadap benih yang tidak memenuhi persyar

dalam Berita

a

c

Penanaman pada lahan mineral

Pengelola perkebunan dalam menghasilkan benih unggul bermutu

harus mengacu kepada peraturan perundang- undangan yang

 berlaku dan baku teknis perbenihan.

Perbenihan

4 Tersedia rekaman/dokumen penanganan benih/bibit yang tidak 

memenuhi persyaratan.

Prosedur atau instruksi kerja/SOP pelaksanaan proses perbenih

menjamin :

Benih yang digunakan sejak tahun 1997merupakan benih b

dari sumber benih yang telah mendapat pengakuan dari

 bersertifikat dari instansi yang berwenang.

Perusahaan harus melakukan upaya untuk menghindari terja

sempadan sungai di lokasi perkebunan;

d

Perusahaan melakukan pengujian mutu air di laboratorium secc

Perusahaan menjaga air buangan tidak terkontaminasi limba

menimbulkan dampak negatif terhadap pengguna air lainnya.

 b

2 Tersedia program pemantauan kualitas air permukaan yang

dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar perkebunan.

 

Konservasi Terhadap Sumber dan Kualitas Air 1 Tersedia rekaman pengelolaan air dan pemeliharaan sumber air.

e Perusahaan harus melindungi/melestarikan sumber air yan

 perkebunan.

Page 6: Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

7/21/2019 Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

http://slidepdf.com/reader/full/lampiran-ii-permentan-no19-tahun-2011xls 6/13

No. PanduanIndikatorPrinsip dan Kriteria

c Adanya tanaman penutup tanah.

2.1.6

- Mempertahankan jumlah tanaman sesuai standar;

- Pemeliharaan terasering dan tinggi muka air (drainase);

- Pemeliharaan piringan;

- Pemeliharaan tanaman penutup tanah (cover crop).

- Sanitasi kebun dan penyiangan gulma;

- Pemupukan berdasarkan hasil analisa tanah dan daun.

2.1.7

1 Tersedia SOP pengamatan dan pengendalian OPT.

2 Tersedia SOP penanganan limbah pestisida a

3

4  b

c

5 Tersedia rekaman jenis tanaman inang musuh alami OPT.

d

e Tersedia sarana pengendalian sesuai SOP atau instruksi kerja.

f Tersedia tenaga (regu) pengendali yang sudah terlatih.

g Tersedia gudang penyimpanan alat dan bahan pengendali OPT

2.1.8

1 Tersedia SOP pelaksanaan pemanenan.a

SOP dan instruksi kerja pelaksanaan pemanenan harus menca2 Tersedia rekaman pelaksanaan pemanenan. - Penyiapan tenaga kerja, peralatan dan sarana penunjangnya.

- Penetapan kriteria matang panen dan putaran panen.

 b Kesesuaian pelaksanaan pemanenan dengan SOP yang ada.

2.2

2.2.1

Pemanenan

Pengelola perkebunan melakukan panen tepat waktu dan dengan

cara yang benar.

Penerapan pedoman teknis pengolahan hasil perkebunan.

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Pengelola perkebunan harus menerapkan sistem Pengendalian

Hama Terpadu (PHT) sesuai Pedoman Teknis.

Penanganan limbah pestisida dilakukan sesuai petunju

meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan;

SOP dan instruksi kerja pengendalian OPT harus dapat menjamin b

Pengendalian OPTdilakukan secara terpadu (penge

terpadu/PHT), yaitu memadukan berbagai teknik peng

mekanis, biologis, fisik dan kimiawi.

Diterapkan sistem peringatan dini (Early Warning Sistem

 pengamatan OPT secara berkala;

Pestisida yang digunakan telah terdaftar di Komisi Pestisi

Pertanian.

Tersedia rekaman pelaksanaan pengamatan dan pengendalian OPT;

Tersedia rekaman jenis pestisida (sintetik dan nabati) dan agens

 pengendali hayati (parasitoid, predator, feromon, agens hayati, dll.)

yang digunakan.

2 Tersedia rekaman/dokumen pelaksanaan pemeliharaan tanaman.

Pemeliharaan tanaman mencakup kegiatan:

d Pengaturan tinggi air tanah (water level) antara 50   –

menghambat emisi karbon dari lahan gambut

 b Pengaturan jumlah tanaman dan jarak tanaman sesuai

lapangan dan praktek budidaya perkebunan terbaik.

Pemeliharaan Tanaman 1 Tersedia SOP pemeliharaan tanaman yang mengacu kepada

Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Kelapa Sawit.

Pengangkutan Buah.

Page 7: Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

7/21/2019 Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

http://slidepdf.com/reader/full/lampiran-ii-permentan-no19-tahun-2011xls 7/13

No. PanduanIndikatorPrinsip dan Kriteria

1 Tersedia SOP untuk pengangkutan TBS.

2 Tersedia Rekaman pelaksanaan pengangkutan TBS;

- Ketersediaan alat transportasi serta sarana pendukungnya

-

- Ketepatan waktu sampai di tempat pengolahan.

 b Kesesuaian pelaksanaan pengangkutan TBS dengan SOP yang

2.2.2 1 Tersedia SOP penerimaan dan pemeriksaan/ sortasi TBS a SOP penerimaan dan pemeriksaan / sortasi TBS juga harus m

- Kriteria sortasi buah yang diterima

- Pengaturan terhadap TBS / brondolan yang tidak memenuhi s

 b Kriteria TBS yang diterima di PABRIK harus dibuat terbuka.

2.2.3

1 a Harus ada perencanaan produksi.

 b

2 c

3 Tersedia Rekaman pelaksanaan pengolahan. d

2.2.4

1

2 Rekaman mengenai pengukuran kualitas limbah cair. a

3

 b

4

c Melaporkan per tiga bulan hasil pengukuran air limbah setiap

5 Tersedia surat izin pembuangan air limbah dari instansi terkait d

Tersedia SOP atau instruksi kerja yang diperlukan baik untuk proses

 pengolahan maupun proses pemantauan dan pengukuran kualitas

CPO.

Pengolahan TBS

Pengolahan Pabrik harus merencanakan dan melaksanakan

 pengolahan TBS melalui penerapan praktek pengelolaan /

 pengolahan terbaik (GHP/GMP).

Buah harus terjaga dari kerusakan, kontaminasi, kehilan

fermentasi.

Penerimaan TBS di PABRIK Pengelola pabrik memastikan bahwa

TBS yang diterima sesuai dengan persyaratan yang telah

ditetapkan.

2 Tersedia Rekaman penerimaan TBS yang sesuai dan tidak sesuai

dengan persyaratan.

 

Pengelola perkebunan harus memastikan bahwa TBS yang

dipanen harus segera diangkut ke tempat pengolahan untuk 

menghindari penurunan kualitas.

SOP / Instruksi kerja pengangkutan buah berisikan ketentuan

 berikut:

a

Peralatan dan mesin-mesin produksi harus dirawat dan dik

mencapai kesesuaian produk dan efisiensi.

Peralatan pabrik kelapa sawit harus dipelihara untuk m

 pengolahan TBS dapat memenuhi kualitas hasil yang diharapk

c Penetapan harga pembelian TBS mengikuti ketentuan ya

tersedia rekapitulasi ketetapan harga TBS dari instansi yang b

d Kesesuaian pelaksanaan penerimaan / sortasi penerimaan T

yang ada.

Tersedia informasi yang menguraikan spesifikasi / standar hasil

olahan.

Pengelolaan Limbah

Pengelola pabrik memastikan bahwa limbah pabrik kelapa sawit

dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tersedia instruksi kerja / SOP mengenai pengelolaan limbah (cair 

dan udara).

Rekaman mengenai pengukuran kualitas udara (emisi dan ambient)

Prosedur dan petunjuk teknis pengelolaan limbah antara lain menca

Pengukuran kualitas limbah cair di outlet Instalasi Pengola

(IPAL) sesuai ketentuan yang berlaku;

Pengukuran kualitas udara emisi dari semua sumber emisi d

sesuai ketentuan yang berlaku

Harus ditetapkan dan diterapkan sistem/ cara identifikasi prod

telusur untuk menjamin ketelusuran rantai suplai (hanya b

menerapkan supply chain certification/ sertifikasi rantai suplai

Melaporkan per enam bulan hasil pengukuran udara emisi dan

Rekaman pelaporan pemantauan pengelolaan limbah kepada instansi

yang berwenang terdokumentasi.

Page 8: Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

7/21/2019 Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

http://slidepdf.com/reader/full/lampiran-ii-permentan-no19-tahun-2011xls 8/13

No. PanduanIndikatorPrinsip dan Kriteria

e

2.2.5

1

a

2

 b Mengirimkan jenis LB3 yang dihasilkan ke pihak ketiga yang

3 c

d

2.2.6

1

2

3

2.2.7

1 Tersedia SOP pemanfaatan limbah. a

2

1)

3 Tersedia Rekaman pemanfaatan limbah padat dan cair.

2) Pemanfaatan tandan / janjang kosong untuk pupuk organik;

3)

 b

Pemanfaatan Limbah

Pengelola Perkebunan/Pabrik harus memanfaatkan limbah untuk 

meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak lingkungan.

Tersedia surat izin pemanfaatan limbah cair untuk Land Application

(LA) dari instansi terkait.

Pengelola perkebunan/ pabrik dapat memanfaatkan limbah ant

Pemanfaatan limbah padat berupa serat cangkang dan janja

 bahan bakar;

Gangguan sumber yang tidak bergerak berupa baku tingkat

kebisingan, baku tingkat getaran, baku tingkat kebauan dan baku

tingkat gangguan lainnya ditetapkan dengan mempertimbangkan

aspek kenyamanan terhadap manusia dan/atau aspek keselamatan

sarana fisik serta kelestarian

 bangunan.

Tersedia SOP/instruksi kerja untuk menangani gangguan sumber 

tidak bergerak sesuai dengan pedoman yang yang diterbitkan dari

instansi yang tekait;

Laporan hasil pengukuran baku tingkat gangguan dari sumber yang

tidak bergerak instansi yang terkait;

Rekaman penanganan gangguan dari sumber tidak bergerak 

terdokumentasi.

Pemanfaatan Land Application sesuai dengan ketentuan yang

Penyimpanan limbah di pabrik tidak boleh menimbulk

 

Melaporkan tiga bulan sekali pengelolaan limbah B3 di Indust

Pengelola Limbah B3 di pabrik harus melakukan hal sbb:

Membuat logbook/neraca (catatan keluar masuk limbah) u

dihasilkan, dikelola lanjut dan yang tersimpan di TPS LB3;

Melaporkan neraca LB3 dan manifest pengiriman LB3 secara

(tiga) bulan sekali kepada KNLH cc. Pemda Provinsi dan Pem

Limbah B3 merupakan limbah yang mengandung bahan

 berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan konsentrasinya

dan atau jumlahnya dapat mencemarkan dan atau merusak  

lingkungan hidup, oleh karena itu harus dilakukan upaya optimal

agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula.

Tersedia instruksi kerja / SOP mengenai pengelolaan limbah B3;

Limbah B3 termasuk kemasan pestisida, oli bekas dan lain lain

dibuang sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku;

Pengelolaan Limbah B3

Gangguan dari Sumber yang tidak Bergerak 

 

Untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca khususnya g

dilakukan dengan menggunakan MetanTrapping;

Untuk mengetahui bahwa kualitas limbah sudah tidak

lingkungan dan dapat dibuang ke sungai, pada kolam tera

sering memelihara berbagai beberapa jenis ikan di kolam terse

Pedoman teknis pengendalian dari sumber gangguan tidak bergerak

instansi yang terkait;

Baku tingkat gangguan dari sumber tidak bergerak setiap 5 (lima) d

Rekaman penanganan limbah B3 terdokumentasi penyimpanan

dan/atau pemanfaatan limbah B3 dari instansi terkait

Page 9: Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

7/21/2019 Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

http://slidepdf.com/reader/full/lampiran-ii-permentan-no19-tahun-2011xls 9/13

No. PanduanIndikatorPrinsip dan Kriteria

c

d

3

3.1 1 Memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah);

2

a

3

 b

4

5 Tersedia rekaman terkait kegiatan (1 s/d 4).

c

a Memantau limbah cair setiap bulan.

 b

a

 b Mengirimkan jenis LB3 yang dihasilkan ke pihak ketiga yang

c

d

3.2

1 a

2  b

Melaporkan per tiga bulan sekali hasil pemantauan limbah

 bulan emisi udara dan ambien kepada PEMDA dengan tembu

Pemanfaatan limbah cair harus dilaporkan kepada instansi yan

PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN.

Pabrik Kewajiban pengelola kebun yang memiliki pabrik 

Pengelola perkebunan yang memiliki pabrik harus melaksanakan

kewajiban pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai

ketentuan yang berlaku.

Memiliki izin pemanfaatan limbah cair dari instansi berwenang bagi

yang melakukan LA (Land Aplication)

Memiliki izin dari Pemerintah Daerah untuk pembuangan limbah

cair ke badan air.

Untuk industri kelapa sawit yang melakukan Land Aplication wajib

Memantau limbah cair, kualitas tanah dan kualitas air tanah

yang berlaku;

Melaporkan per tiga bulan hasil pemantauan air limbah yang

 bulan; melaporkan pengukuran air tanah, sumur pantau setia

dan pengukuran kualitas tanah 1 tahun sekali.

Tersedia perhitungan pengurangan emisi bila menggunak

terbarukan termasuk biomassa dibandingkan dengan baha

 bumi

Memiliki izin dari KLH untuk pabrik yang membuang limbah

cairnya ke laut.

lingkungan atau menyebabkan terjadinya kebakaran pabrik.

Pengelola Limbah B3 di pabrik harus melakukan hal sebagai beriku

Melaporkan tiga bulan sekali pengelolaan limbah B3 di Indust

Melaporkan kualitas udara emisi dari semua sumber emisi da

6 bulan sekali kepada PEMDA dengan tembusan KLH;

Untuk industri yang tidak melakukan Land Aplication wajib:

Membuat logbook/neraca (catatan keluar masuk limbah) u

dihasilkan, dikelola lanjut dan yang tersimpan di TPS LB3;

Melaporkan neraca LB3 dan manifest pengiriman LB3 secara

(tiga) bulan sekali kepada KNLH cc. Pemda Provinsi dan Pem

Pengelola perkebunan harus melaksanakan kewajibannya terkait

AMDAL, UKL dan UPL sesuai ketentuan perundang- undangan

yang berlaku.

Kewajiban terkait analisa dampak lingkungan AMDAL,UKL dan

UPL.

Memiliki dokumen AMDAL bagi pelaku usaha perkebunan kelapa

sawit yang mengelolahan ≥ 3.000 ha.

Memiliki dokumen UKL/UPL bagi pelaku usaha perkebunan kelapa

 

Pelaku usaha perkebunan kelapa sawit sebelum melakukan

membuat dokumen lingkungan (AMDAL, UKL/UPL).

Pelaku usaha perkebunan kelapa sawit yang telah b

 

Page 10: Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

7/21/2019 Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

http://slidepdf.com/reader/full/lampiran-ii-permentan-no19-tahun-2011xls 10/13

No. PanduanIndikatorPrinsip dan Kriteria

3 c

3.3

1 Tersedia SOP pencegahan dan penanggulangan kebakaran a Melakukan pelatihan penanggulangan kebakaran secara period

2 b

3

c Melakukan penanggulangan bila terjadi kebakaran.

4 Memiliki organisasi dan sistem tanggap darurat;

5

3.4

1 a

2

 b

3 Tersedia Rekaman sosialisasi.

c

3.5

1 a

2 b

3

3.6

1 Tersedia Petunjuk Teknis/SOP Mitigasi GRK; a Dilakukan inventarisasi sumber emisi GRK;

2 Tersedia inventarisasi sumber emisi GRK; b

Mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

Pengelola usaha perkebunan harus mengidentifikasi sumber emisi

GRK. Sosialisasi upaya-upaya pengurangan emisi GRK (metan trap

 

Upaya-upaya perusahaan untuk konservasi flora dan fauna (an

 buffer zone, pembuatan poster, papan peringatan, dll).

Pengelola perkebunan harus melakukan identifikasi kawasan yang

mempunyai nilai konservasi tinggi yang merupakan kawasan yang

mempunyai fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup

yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai

sejarah serta budaya bangsa dengan tidak membuka untuk usaha

 perkebunan kelapa sawit.

Identifikasi dan perlindungan kawasan yang mempunyai nilai

konservasi tinggi

Tersedia hasil identifikasi kawasan yang mempunyai nilai

konservasi tinggi.

Tersedia peta kebun yang menunjukkan lokasi kawasan yang

mempunyai nilai konservasi tinggi.

Rekaman identifikasi dan sosialisasi kawasan yang mempunyai nilai

konservasi tinggi.

Dilakukan inventarisasi kawasan yang mempunyai nilai kon

sekitar kebun.

Sosialisasi kawasan yang mempunyai nilai konservasi tinggi k

dan masyarakat/petani di sekitar kebun.

sawit yang mengelola lahan < 3.000 ha

Tersedia Rekaman terkait pelaksanaan penerapan hasil

AMDAL,UKL/UPL termasuk laporan kepada instansi yang

 berwenang.

menerapkan hasil AMDAL, UKL/UPL;

Melaporkan hasil pemantauan dan pengelolaan lingkung

kepada instansi yang berwenang.

Pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

Pengelola perkebunan harus melakukan pencegahan dan

 penanggulangan kebakaran. Tersedia SDM yang mampu mencegah dan menangani kebakaran.

Tersedia sarana dan prasarana pengendalian/penang gulangan

kebakaran;

Tersedia Rekaman pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan

kebakaran, pemantauan kebakaran dan pelaporannya.

Melakukan pemantauan dan pencegahan kebakaran serta mel

secara berkala (minimal 6 bln sekali) kepada Gubernur, Bupa

instansi terkait.

Pelestarian biodiversity

Pengelola perkebunan harus menjaga dan melestarikan

keanekaragaman hayati pada areal yang dikelola sesuai dengan ijin

usaha perkebunannya.

Tersedia SOP identifikasi Perlindungan flora dan fauna di

lingkungan perkebunan;

Memiliki daftar flora dan fauna di kebun dan sekitar kebun, sebelum

dan sesudah dimulainya usaha perkebunan.

Pengelola perkebunan melaksanakan sosialisasi kepada ma

 pentingnya keanekaragaman hayati dan upaya pelestariannya.

Dilakukan pendataan terhadap flora dan fauna di kebun dan se

Page 11: Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

7/21/2019 Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

http://slidepdf.com/reader/full/lampiran-ii-permentan-no19-tahun-2011xls 11/13

No. PanduanIndikatorPrinsip dan Kriteria

3

4 Tersedia rekaman usaha pengurangan emisi GRK; c

5 Tersedia Rekaman pelaksanaan mitigasi.

d

3.7

1

2 a

3 b

c

4

4.1 1 a Perlu dilakukan pelatihan dan kampanye mengenai K3

 b

2

c

3 Tersedia asuransi kecelakaan kerja (Jamsostek).

4 Rekaman penerapan SMK3 termasuk pelaporannya. d Riwayat kejadian kecelakaan / cidera harus disimpan

e

4.2

1 Diterapkannya peraturan tentang Upah Minimum. a

2 Mempunyai sistem penggajian baku yang ditetapkan.

3 b Daftar karyawan yang mengikuti program Jamsostek;

c Daftar kebutuhan dan rencana pelatihan karyawan;

d Daftar karyawan yang telah mengikuti pelatihan;

4

Upah minimum yang dibayarkan sesuai dengan UMR daerah b

Adanya pelaporan penerapan SMK3 secara periodik kepa

Tenaga Kerja dan Transmigrasi sesuai ketentuan yang berlaku

Kesejahteraan dan peningkatan kemampuan pekerja / buruh.

Pengelola perkebunan harus memperhatikan kesejahteraan pekerja

dan meningkatkan kemampuannya.

Tersedia sarana dan prasarana untuk kesejahteraan pekerja

(perumahan, poliklinik, sarana ibadah, sarana pendidikan dan sarana

olahraga)

Tersedia kebijakan perusahaan untuk mengikutsertakan karyawan

dalam program jaminan sosial ketenagakerjaan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Apabila di kawasan sempadan sungai sudah ditanami kelapa

menghasilkan (>4 tahun), maka perlu dilakukan program reha

 peremajaan (replanting).

TANGGUNG JAWAB TERHADAP PEKERJA.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Pengelola perkebunan wajib menerapkan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 )

Tersedianya Dokumentasi SMK3 yang ditetapkan oleh yang

 berwenang.

Telah terbentuk organisasi SMK3 yang didukung oleh sarana dan

 prasarananya.

Dilakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian res

Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi peker

kecelakaan kerja tinggi.

Konservasi kawasan dengan potensi erosi tinggi.

Pengelola perkebunan harus melakukan koservasi lahan dan

menghindari erosi sesuai ketentuan yang berlaku.

Tersedia SOP konservasi kawasan dengan potensi erosi tinggi

termasuk sempadan sungai.

Tersedia peta kebun dan topografi serta lokasi penyebaran sungai.

Tersedia Rekaman pelaksanaan konservasi kawasan dengan potensi

erosi tinggi.

SOP konservasi kawasan dengan potensi erosi tinggi termasuk s

harus dapat menjamin, bahwa:

Kawasan dengan potensi erosi tinggi antara lain adalah d

sungai yang tidak lagi ditanami kelapa sawit.

Dilakukan penanaman tanaman yang berfungsi sebagai pen

sempadan sungai.

Tersedia rekaman tahapan alih fungsi lahan (land use trajectory); tata air pada lahan gambut, pengelolaan pemupukan

yang tepat, dll) dan cara perhitungannya.

Melakukan pemanfaatan limbah padat (serat, cangkang, d

 bakar boiler dan perhitungan efisiensi penggunaan bahan baka

Memiliki bukti penggunaan lahan minimal 2 tahun seb

 pembukaan lahan untuk usaha perkebunan dan bukti penanam

Page 12: Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

7/21/2019 Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

http://slidepdf.com/reader/full/lampiran-ii-permentan-no19-tahun-2011xls 12/13

No. PanduanIndikatorPrinsip dan Kriteria

5

6

4.3

1 a SOP penerimaan pekerja/pegawai,

 b Tidak terdapat pekerja di bawah umur yang ditentukan.

2 c Perusahaan wajib menjaga keamanan dan kenyamanan bekerj

3 Tersedia Rekaman daftar karyawan.

4

5 Tersedia Rekaman pengaduan dan keluhan pekerja.

4.4

1 a Perusahaan memfasilitasi terbentuknya serikat pekerja

 b Perusahaan memberikan pembinaan kepada serikat pekerja

2 Memiliki daftar pekerja yang menjadi anggota serikat pekerja. c Perusahaan memberikan fasilitas untuk kegiatan serikat pekerj

3

4.5 1 Tersedia Kebijakan perusahaan dalam pembentukan koperasi; a Perusahaan memfasilitasi terbentuknya koperasi karyawan

2 Tersedia Akte pendirian koperasi karyawan. b

c Perusahaan memberikan fasilitas untuk kegiatan koperasi kary

d Koperasi karyawan melakukan RAT

e Koperasi karyawan mempunyai aktifitas yang nyata.

f Daftar karyawan yang menjadi anggota koperasi.

5

5.1 1 a

2 b

Perusahaan memberikan pembinaan kepada koperasi ka

terbentuknya badan hukum koperasi karyawan

TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN KOMUNITAS

Tersedia komitmen tanggung jawab sosial dan lingkungan

kemasyarakatan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat

setempat.

Tanggung jawab sosial dan lingkungan kemasyarakatan Meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang berm

 perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pa

Ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar den

kemitraan.

Perusahaan memiliki kebijakan tentang peluang dan perlakuan yang

sama untuk mendapat kesempatan kerja.

Tersedia mekanisme penyampaian pengaduan dan keluhan pekerja.

Pembentukan Serikat Pekerja.

Pengelola perkebunan harus memfasilitasi terbentuknya Serikat

Pekerja dalam rangka memperjuangkan hak-hak karyawan / buruh.

Perusahaan memiliki peraturan terkait dengan keberadaan serikat

 pekerja.

Pengelola perkebunan harus memiliki komitmen sosial,

kemasyarakatan dan pengembangan potensi kearifan lokal. Tersedia Rekaman realisasi komitmen tanggung jawab sosial dan

lingkungan kemasyarakatan.

Tersedia Rekaman pertemuan- pertemuan baik antara perusahaan

dengan serikat pekerja maupun intern serikat.

Perusahaan mendorong dan memfasilitasi pembentukan koperasi

 pekerja

Tersedia program pelatihan untuk peningkatan kemampuan

karyawan.

Tersedia Rekaman pelaksanaan yang berkaitan dengan kesejahteraan

dan peningkatan kemampuan pekerja.

Penggunaan Pekerja Anak dan Diskriminasi pekerja (Suku, Ras,

Gender dan Agama)

Pengelola perkebunan tidak boleh mempekerjakan anak di bawah

umur dan melakukan diskriminasi.

Perusahaan memiliki kebijakan tentang persyaratan umur pekerja

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

Page 13: Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

7/21/2019 Lampiran II Permentan No.19 Tahun 2011.xls

http://slidepdf.com/reader/full/lampiran-ii-permentan-no19-tahun-2011xls 13/13

No. PanduanIndikatorPrinsip dan Kriteria

c

5.2

1 a Berperan dalam memberdayakan penduduk asli (indegenous p

 b

2 Memiliki program untuk mempertahankan kearifan lokal.

3

6

6.1

7

a

 b

c

Pengelola perkebunan dan pabrik harus terus menerus

meningkatkan kinerja (sosial, ekonomi dan lingkungan) dengan

mengembangkan dan mengimplementasikan rencana aksi yang

mendukung peningkatan produksi berkelanjutan.

Tersedia rekaman hasil penerapan perbaikan/peningkatan yang

dilakukan.

Pengelola perkebunan melakukan perbaikan / peningkatan seca

melalui :

Pelaksanaan tindakan korektif maupun preventif sebaga

terhadap adanya ketidak sesuaian terhadap pengembangan pe

sawit berkelanjutan.

Pengelola perkebunan memprioritaskan untuk memberi peluang

 pembelian / pengadaan barang dan jasa kepada masyarakat di

sekitar kebun.

Tersedia Rekaman transaksi lokal termasuk pembelian lokal, penggunaan

kontraktor lokal, dll.

Perusahaan harus membina masyarakat di sekitar kebun yang m

untuk dapat memenuhi persyaratan / kriteria sebagai pemasok / sup

Jenis kerjasama dalam pengembangan kegiatan ekonomi masyar

 penyediaan sarana produksi, transportasi, dan jasa lainnya.

PENINGKATAN USAHA SECARA BERKELANJUTAN

Perbaikan / peningkatan sebagai tindak lanjut keputusan-

tinjauan manajemen.

Melakukan pembangunan di sekitar kebun antara lain m

kegiatan seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pertani

dan kecil, olah raga, kesenian, keagamaan, sosial ekonomi dll

Pemberdayaan Masyarakat Adat/ Penduduk Asli

Pengelola perkebunan berperan dalam mensejahterakan

masyarakat adat/ penduduk asli.

Memiliki program untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat adat

(penduduk asli).

Penerapan teknologi baru hasil penelitian baik intern maupun

Tersedia Rekaman realisasi program bersama masyarakat adat/

 penduduk asli.

Memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat adat/pendu

PEMBERDAYAAN KEGIATAN EKONOMI

MASYARAKAT

Pengembangan Usaha Lokal