lampiran-lampiran - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/314/11/10210052...
TRANSCRIPT
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Wawancara dengan bapak Hakim Ali Hamdi
2. Wawancara dengan bapak Hakim H. Moch. Fadli
3. Transkip wawancara
a. Wawancara dengan Bapak H. Moch. Fadli
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana menurut bapak jika
proses beracara antara
pembuktian dan putusan itu
menjadi satu waktu sidang? Atau
digabung
Karena itu tahapan maka musyawarah majelis
hakim itu tetap saya lakukan, selaku saya majelis
hakim ataupun ketua majelis. Setelah disimpulkan
tetap saya tunda untuk musyawarah majelis. Saya
tidak bisa dan tidak mungkin bisa membuat putusan
sebelum berita acara itu lengkap selesai, itu dalam
majelis saya. Saya belum bisa membuat putusan
tanpa ada berita acara yang lengkap. Dikhawatirkan
nanti berita acara beda dengan putusan akhirnya,
jadi perkara itu tetap saya tunda.
Tetap saya tunda, sebab nanti ada waktunya sendiri.
2. Jika proses tersebut tetap
berlangsung, akan tetapi dalam
berita acara berbeda (tertulis
disesuaikan), menurut bapak
bagaimana?
Kami tetap sesuai hukum acara yang telah ada,
kami tidak berani melanggar acara atau merusak
acara
3. Bagaimana ketika ada hakim
yang melakukan proses tersebut,
Apakah ada sanksi?
Kalo sanksinya sih pembinaan/teguran dari
pimpinan, lha kan nanti dalam berita acara dan
putusan kan tergambar tho mbak. Ketika pimpinan
melakukan pemerikasaan terhadap putusan tersebut
dan juga berita acara juga, dari situlah nanti bisa
tergambar dan terbaca, yaitu putusan ini pada hari
itu pembuktian, kesimpulan kamudian musyawarah
majelis langsung putus. Lah tidak mengikuti
tahapan hukum acara, bisa dibaca disitu nanti. Jadi
inilah yang saya tidak mau melaksanakan hal
tersebut, karena nanti majelis terutama ketua
majelis nanti yang tidak mau mengikuti permainan
hukum acaranya, padahal itu penting sekali
membuat suatu putusan itu. Ketika nanti
putusannya itu salah, siapa nanti yang bertanggung
jawab? Kalo bukan majelis. Nah terlebih dahulu
berita acaranya harus sudah selesai dulu dengan
baik baru nanti kita buat putusannya. Selama
ditunda ini hakim kan bisa buat putusannya dengan
melihat berita acara yang sudah baik itu tadi nanti
pas (sesuai). Itu yang kami pakai untuk tahapan-
tahapan itu ya menginginkan seperti itu. Khawatir
nanti terjadi kesalahan.
4. Bagaimana jika pemisahnya itu
dengan beda waktu (diskor) itu,
Sementara untuk saya sendiri belum pernah
melaksakan yang sepert itu (di skor), kalo saya
menurut bapak seperti apa? biasanya ya saya ganti diwaktu yang laen. Karena
untuk membuat putusan itu, saya tidak bisa
membuat putusan kalo tidak ada berita acaranya,
apalagi sekarang orang sudah banyak yang tahu
(tentang hukum acara), kog hakimnya dalam
pelaksanaannya seperti itu (beda). Tetep sesuai
tahapan, putusan beda hari (tunda). Memberi
kesempatan untuk mengkonsep putusan. Membuat
satu kesimpulan dalam perkara itu kemudian dibuat
putusan.
b. Wawancara dengan Bapak Ali Hamdi
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana menurut bapak jika
proses beracara antara
pembuktian dan putusan itu
menjadi satu waktu sidang?
Dengan maksud lain itu adalah
digabungkan
Proses beracara pengadilan itu sudah di atur dalam
hukum acara begitu juga persidangan. Persidangan
mulai dari tahapan pertama-tahapan akhir itu semua
harus sesuai dengan hokum acara. Hukum acara
(HA) tidak boleh disimpangi, krn HA itu adalah
hukum yang mengatur tata cara mempertahankan
hak di dalam pengadilan. Makanya tahapan-tahapan
itu harus dilalui semua.
HA itu tidak melarang (membahas) ttg waktu, tapi
HA itu melarang tentang tahapan-tahapan yang
harus dilalui, yang tidak dperbolehkan adalah antara
tahapan tersebut ada yang tidak dilalui, HA
mengatur ssperti itu (semua tahapan dilalui).
Walaupun dalam 1 majelis itu tidak masalah (1
hari). Sesuai dengan asas cepat, sederhana dan
biaya ringan. Terpenting adalah semua tahapan
dilaului untuk masalah waktu tdk menjadi
persoalan, karena yang tdk boleh adalah tidak
melalui tahapan, nanti ada cacat formil namanya
(ada sebuah tahapan yang tidak dlalui), ketika
semua thpn dlalui maka sah-sah saja walaupun
hanya berlangsung 1 hari.
Diruang persidangan itu adalah praktik dari apa
yang ada di UU, kalau berbicara praktik tergantung
kebijakan dari pihak Pengadilan Agama asalkan
tidak menyimpang dai UU. Karena itu tidak
meninggalkan tahapan, makanya sah-sah saja.
2. Bagaimana ketika ada hakim
yang melakukan proses tersebut,
Apakah ada sanksi? atau akibat
hukum?
Kalau meninggalkan tahapan makan akibatnyaakan
batal demi hokum, oleh karena itu semua tahapan
itu harus dilalui. (jika ada tahapan yang tidak dilalui
maka persidangan tersebut dapat dibatalkan
).Walaupun digabung tetapi tidak meninggalkan
tahapan, maka persidangan itu masih dianggap sah,
putusan hakimnya juga berkekuatan hukum.
c. Wawancara dengan bapak Hakim Zaenal Aripin
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana menurut bapak jika
proses beracara antara
pembuktian dan putusan itu
menjadi satu waktu sidang?
Persidangan mulai dari tahapan pertama sampai
tahapan akhir itu semua harus sesuai dengan hukum
acara. Hukum acara tidak boleh disimpangi, karena
Hukum Acara itu adalah hukum yang mengatur tata
cara mempertahankan hak di dalam pengadilan.
Makanya tahapan-tahapan itu harus dilalui semua.
Hukum Acara itu tidak melarang (membahas)
tentang waktu, tetapi Hukum Acara itu membahas
tentang tahapan-tahapan yang harus dilalui, yang
tidak diperbolehkan adalah antara tahapan-tahapan
tersebut ada yang tidak dilalui, Hukum Acara
mengatur seperti itu (semua tahapan dilalui).
Walaupun dalam 1 majelis itu tidak masalah (yang
dimaksud adalah 1 hari persidangan). Sesuai dengan
asas sederhana, cepat, biaya ringan.
Misalkan meninggalkan 1 tahapan, musyawarah
majelis itu juga salah satu tahapan, makanya harus
ada mbak sama kayak tahapan lain, seperti : mediasi,
pembuktian, dll.
Menurut saya sah-sah saja, karena yang penting kan
semua tahapan itu dilakukan atau tidak ada yang
ketinggalan, walaupun dengan digabung, yang tidak
dibolehkan sama undang-undang itu kan yang
meninggalkan tahapannya. Penggabungan yang kami
lakukan itu karena agar lebih efisien waktu sebab
kian hari kasus yang masuk di Pengadilan Agama
kian bertambah dan seperti yang saya katakan di
awal bahwa kami melaksanakan seperti itu bukan
hanya asal menggabungkan saja melainkan
berpedoman atas dasar asas sedehana, cepat dan
biaya ringan
2. Bagaimana ketika ada hakim
yang melakukan proses tersebut,
Apakah ada sanksi? atau akibat
hukum?
Sanksi jangan di artikan sanksi tersebut, apabila
tahapan itu tdk dilalui maka akibat batal demi
hokum, oleh karena itu semua tahapan itu harus
dilalui. (jika ada tahapan yang tidak dilalui maka
persidangan tersebut dapat dibatalkan ).
d. Wawancara dengan Bapak Hakim Asfa’at bisri
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana menurut bapak jika
proses beracara antara
pembuktian dan putusan itu
menjadi satu waktu sidang? Atau
digabungkan dalam satu waktu
sidang
Proses beracara pengadilan itu sudah di atur dalam
hukum acara begitu juga persidangan. Persidangan
mulai dari tahapan pertama-tahapan akhir itu semua
harus sesuai dengan hokum acara. Hukum acara
(HA) tidak boleh disimpangi, krn HA itu adalah
hukum yang mengatur tata cara mempertahankan
hak di dalam pengadilan. Makanya tahapan-tahapan
itu harus dilalui semua.
Kalau hanya digabung ya tidak apa-apa, cuma kalau
ada yang di tinggalkan itu yang tidak boleh.
Misalnya : tidak boleh meninggalkan musyawarah,
sebab itu tahapan.
2. Bagaimana ketika ada hakim
yang melakukan proses tersebut,
Apakah ada sanksi? atau akibat
hukum?
Sanksi jangan di artikan sanksi tersebut, apabila
tahapan itu tdk dilalui maka akibat batal demi
hokum, oleh karena itu semua tahapan itu harus
dilalui. (jika ada tahapan yang tidak dilalui maka
persidangan tersebut dapat dibatalkan ).
e. Wawancara dengan Ibu Zuhrotul Hidayah
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana menurut ibu jika
proses beracara antara
pembuktian dan putusan itu
menjadi satu waktu sidang? Atau
digabungkan dalam satu waktu
sidang
Kami tetap sesuai hukum acara yang telah ada,
karena itu kami tidak berani melanggar hukum acara
atau lebih lagi merusak hukum acara. Apalagi
sekarang orang sudah banyak yang tahu (tentang
hukum acara), kenapa hakimnya dalam
pelaksanaannya seperti itu (beda dengan undang-
undang).Namanya saja praktik, makanya harus sama
dengan yang dipraktikkan atau sama dengan yang
diikuti yaitu undang-undang.
boleh-boleh digabung jadi satu waktu sidang, asal
tetap sesuai dengan peraturan.
2. Bagaimana ketika ada hakim
yang melakukan proses tersebut,
Apakah ada sanksi? atauakan
berakibat hukum lain?
Kalau sanksinya pembinaan/teguran dari pimpinan,
dan dapat berakibat batal demi hukum, oleh karena
itu semua tahapan itu harus dilalui. (jika ada
tahapan yang tidak dilalui maka persidangan
tersebut dapat dibatalkan ).