lap 5
DESCRIPTION
nkookTRANSCRIPT
Laporan Praktikum Biokimia IPenentuan Kadar Protein Secara Biuret
Disusun Oleh:
Nama : Dita Ratna SariNim : 06111410011Prodi : Pend. Kimia (Palembang)Kelompok : 3Dosen Pembimbing : Drs. Made Sukaryawan, M.Si
Desi, S.Pd., M.T
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
I. Nomor Percobaan : V
II. Nama Percobaan : Penentuan Kadar Protein Secara Biuret
III. Tujuan Percobaan : Menentukan Absorban Secara Biuret Dengan
Menggunakan Spektometer
IV. Dasar Teori
Protein berasal dari kata Yunani kuno proteos yang artinya “yang utama”. Dari
asal kata ini dapat diambil kesimpulan bagaimana pentingnya protein dalam
kehidupan. Protein terdapat pada semua sel hidup, kira-kira 50% dari berat keringnya
dan berfungsi sebagai pembangun struktur, biokatalis, hormon, sumber energi,
penyangga racun, pengatur pH, dan bakan sebagai pembawa sifat turunan dari
generasi ke generasi.
Protein terkandung dalam makanan nabati dan hewani, tetapi protein hewani
paling bernilai untuk tubuh manusia sebagai materi pembangun karena komposisinya
sama dengan protein manusia. Sumber protein yang berasal dari hewani antara lain
telur yang mengandung albumin, daging tanpa lemak yang mengandung myosin, susu
yang mengandung kaseinogen dan laktalbumin dan keju yang mengandung kasein.
Sumber protein yang berasal dari nabati antara lain gandum dan gandum hitam yang
mengandung zat perekat dan kacang-kacangan yang mengandung polong-polongan
(Watson, 2002).
Kebutuhan nutrient yang perlu diketahui antara lain protein, lemak,
karbohidrat, vitamin dan mineral. Protein merupakan zat makanan yang sangat
dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh, pembentukkan jaringan, penggantian jaringan-
jaringan tubuh yang rusak, serta penambahan protein tubuh dalam proses
pertumbuhan. Protein merupakan bagian terbesar dari daging ikan. Oleh karena itu,
dalam menentukan kebutuhan nutrisi, kebutuhan protein perlu dipenuhi terlebih
dahulu (Suhenda dan Evi 1997).
Protein juga dapat digunakan sebagai sumber energy seperti halnya lemak dan
karbohidrat. Mengingat harga protein relative lebih mahal dibandingkan dengan
lemak dan karbohidrat, maka protein diusahakan dimanfaatkan hanya untuk
pertumbuhan dan penggantian jaringan yang rusak. Protein merupakan salah satu
kelompok makronutrien yang berperan penting dalam pembentukan biomolekul
sebagai sumber energi. Strukturnya yang mengandung N, di samping C, H, O, S dan
kadang kadang P, Fe dan Cu (sebagai senyawa kompleks dengan protein). Protein
dalam bahan makanan sangat penting dalam proses kehidupan organisme seperti
hewan dan manusia. Pada organisme yang sedang tumbuh, protein sangat penting
dalam pembentukan sel-sel baru. Oleh sebab itu apabila organisme kekurangan
protein dalam bahan makanan maka organisme tersebut akan mengalami hambatan
pertumbuhan ataupun dalam proses biokimiawinya. Pentingnya protein dalam
jaringan hewan dapat ditunjukkan oleh kadarnya yang tinggi yaitu antara 80 – 90%
dari seluruh bahan organik yang ada dalam jaringan hewan (Maharani dan Yusrin,
2010).
Protein apapun dan berasal dari makhluk hidup apapun juga ternyata hanya
tersusun dari 20 macam asam amino saja. Perbedaan protein yang satu dengan yang
lain disebabkan oleh jumlah dan kedudukan asam amino itu mempunyai cirri umum
sebagai konfigurasi 1 yaitu sama-sama mempunyai 1 gugus COOH dan 1 gugus CH2
yang terikat pada atom Ca (Soewoto, 2001).
1. Struktur Protein
Molekul protein sangat besar terdiri dari rantai panjang asam-asam amino
yang berikatan secara kimiawi. Dua puluh asam sering terdapat dalam protein
yang biasa didapatkan pada makanan sedangkan dua puluh enam diantaranya
dapat ditemukan dalam protein. Setiap molekul asam amino mengandung paling
sedikit sebuah gugus amino (-NH2) dan sekurang-kurangnya sebuah gugus asam
(-COOH). Dengan demikian asam amino dapat bersifat asam dan basa sekaligus,
dan keadaan ini dinamakan amfoter (Murdijati, 1992).
Ada empat tingkat struktur dasar protein yaitu struktur primer, sekunder,
tersier, dan kuartener. Untuk menentukan dan mengetahui jumlah, jenis dan
ukuran asam amino dalam protein dilakukan analisis yang terdiri dari beberapa
tahap yaitu:
a. Penentuan jumlah rantai polipeptida yang bediri sendiri
b. Pemecahan ikatan antara raintai polipeptida tersebut
c. Pemecahan masing-masing raintai polipeptida, dan
d. Analisis urutan asam amino pada rantai polipeptida
2. Fungsi protein dalam tubuh
a. Pertumbuhan dan pemeliharaan
Protein merupakan penyusun utama sel-sel tubuh. Membran sekeliling sel
terbuat dari protein, protein juga didapatkan didalam sel. Jumlah sel dalam tubuh
meningkat selama periode anak-anak dan remaja kebutuhan proteinnya sangat
tinggi. Protein dalam jaringan selalu mengalami perombakan, oleh karena itu
diganti oleh asam amino yang disediakan ndalam susunan makanan. Protein
penting untuk pembentukkan enzim, antibiotik, dan beberapa hormon.
b. Energi
Jumlah protein yang siap untuk keperluan kita tergantung pada nilai
biologik yaitu dari berbagai macam protein dalam susunan makanan. Selain itu
susunan makanan juga dapat pula menyediakan protein melebihi kebutuhan
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan. Kelebihan protein inilah yang tidak
diperlukan untuk sintesis protein yang akan mengalami deaminasi didalam hati,
yaitu bagian dari asam amino yang mengandung nitrogen dipisahkan untuk
membentuk urea.
3. Sumber protein dalam susunan makanan
Protein dapat diperoleh baik dari sumber hewani ataupun nabati. Pada
umumnya makanan, asal hewani mengandung lebih banyak protein dibandingkan
dengan makanan yang berasal dari nabati walaupun beberapa sayuran seperti
kedelai maupun yang mempunyai kandungan protein yang tinggi. Makanan juga
mengandung protein tetapi tidak sebanyak yang terdapat didalam sayuran. Protein
sayuran umumnya mengandung BV lebih rendah dibandingkan dengan protein
yang terdapat pada hewani.
Pada penentuan kadar protein secara biuret ini menggunakan dasar pengukuran
serapan cahaya oleh ikatan kompleks yang ungu warnanya dan menggunakan hukum
Lambert – Beer. Pengukuran serapan cahaya tersebut dengan menggunakan metode
spektroskopi. Spektroskopi adalah studi mengenai cahaya dengan atom dan molekul.
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa besarnya serapan (A) proporsional dengan
besarnya konsentrasi (c) dari zat uji. Secara matematis Hukum Lambert-Beer dinyatakan
dengan persamaan
Keterangan:
ε = epsilon atau Absorptivitas Molar (M-1cm-1)
b = lebar celah (cm)
c = konsentrasi (M)
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa serapan (A) tidak memiliki
satuan dan biasanya dinyatakan dengan unit absorbansi. Absorptivitas Molar pada
persamaan di atas adalah karakteristik suatu zat yang menginformasikan berapa
banyak cahaya yang diserap oleh molekul zat tersebut pada panjang gelombang
tertentu. Semakin besar nilai Absorptivitas Molar suatu zat maka semakin banyak
cahaya yang diabsorbsi olehnya, atau dengan kata lain nilai serapan (A) akan semakin
besar.
Hukum Lambert-Beer di atas berlaku pada larutan dengan konsentrasi kurang
dari sama dengan 0.01 M untuk sebagian besar zat.Namun, pada larutan dengan
konsentrasi pekat maka satu molekul terlarut dapat memengaruhi molekul terlarut lain
sebagai akibat dari kedekatan masing-masing molekul pada larutan dengan
konsentrasi yang pekat tersebut. Ketika satu molekul dekat dengan molekul yang lain
maka nilai Absorptivitas Molar dari satu molekul itu akan berubah atau terpengaruh.
Secara keseluruhan, nilai Absorbansi yang dihasilkan pun ikut terpengaruh, sehingga
secara kuantitatif nilai yang ditunjukkan tidak mencerminkan jumlah molekul yang
diukur di dalam larutan uji.
V. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Spektometer
b. Pipet Tetes
c. Tabung reaksi
d. Gelas Ukur
e. Kuvet
2. Bahan
a. Larutan Biuret
b. Larutan standar protein
c. Aquadest
A =εbc
VI. Prosedur Percobaan
Pipet ke dalam tabbing reaksi 1 ml larutan protein yang mengandung 1
sampai 10 mg per ml. Tambahkan 4 ml reagen biuret. Kocok dan diamkan selama
30 menit pada suhu kamar. Baca serapannya pada 540 nm. Untuk blanko dipakai
campuran 1 ml air dan 4ml reagen biuret yang juga diamkan selama 30 menit pada
suhu kamar. Hukum Lambert – beer berlaku untuk larutan – larutan protein antara
1 dan 10mg per ml.
VII. Hasil Pengamatan
No. Larutan A (Absorban) T
1 Blanko 0,158 0,695
2 PT 1% 0,258 0,552
3 PT 2% 0,267 0,540
4 PT 3% 0,305 0,495
5 PT 4% 0,332 0,465
6 PT 5% 0,353 0,444
7 PT 6% 0,438 0,365
8 PT 7% 0,509 0,309
9 PT 8% 0,518 0,303
10 PT 9% 0,525 0,298
11 PT 10% 0,695 0,201
12 PT 4,5% 0,444 0,359
VIII. Persamaan Reaksi
CuSO4.5H2O + 2NaOH Cu(OH)2 + Na2SO4 + 5H2O
Cu(OH)2 Cu2+ + 2OH-
IX. Analisa Data
Dimana : X = Konsentrasi protein
Y = Absorban
No X Y XY X2
1 1 0,258 0,258 1
2 2 0,267 0,534 4
3 3 0,305 0,915 9
4 4 0,332 1,328 16
5 5 0,353 1,765 25
6 6 0,438 2,628 36
7 7 0,509 3,563 49
8 8 0,518 4,144 64
9 9 0,525 4,725 81
10 10 0,695 6,95 100
11 4,5 0,444 1,998 20,25
∑ 55 4,644 28,808 405,25
Slope (A) = n .Ʃ XY−Ʃ X . ƩY
n . Ʃ X2−(Ʃ X )2
=
11 . 28 , 808 − 55 . 4 , 64411 . 405 ,25−3025
=
61 , 4681432 ,75
= 0,04
Intersept (B)
=
ΣY . ΣX2 − Σ XY . ΣX
n . ΣX 2 − ( ΣX )2
=4 , 644 x 405 ,25−28 ,808 x5511 x 405 ,25−3025
=
297 . 5411432 ,75
= 0,2
Maka diperoleh persamaan regresi linier :
Y = A X + B
Y = 0,04X + 0,2
X 0 1 2 3 4 5
Y 0,04 0,06 0,1 0,14 0,18 0,22
A. Konsentrasi protein secara teori dalam Albumin :
Persamaan regresi Y = 0,04X + 0,2
1. Konsentrasi protein saat 1%
Y = 0,258
0,258 = 0,04X + 0,2
X = 1.45
2. Konsentrasi protein saat 2%
Y = 0,267
0,267= 0,04X + 0,2
X = 1.675
3. Konsentrasi protein saat 3%
Y = 0,305
0,305= 0,04X + 0,2
X = 2.625
4. Konsentrasi protein saat 4%
Y = 0,332
0,332= 0,04X + 0,2
X = 3.3
5. Konsentrasi protein saat 5%
Y = 0,353
0,353= 0,04X + 0,2
X = 3.825
6. Konsentrasi protein saat 6%
Y = 0,438
0,438= 0,04X + 0,2
X = 5.95
7. Konsentrasi protein saat 7%
Y = 0,509
0,509= 0,04X + 0,2
X = 7,725
8. Konsentrasi protein saat 8%
Y = 0,518
0,518= 0,04X + 0,2
X = 7.95
9. Konsentrasi protein saat 9%
Y = 0,525
0,525= 0,04X + 0,2
X = 8.125
10. Konsentrasi protein saat 10%
Y = 0,695
0,695= 0,04X + 0,2
X = 12.375
11. Konsentrasi protein saat 4,5%
Y = 0,444
0,444= 0,04X + 0,2
X = 6.1
Persamaan Linier Y = AX + B
Kurva Standar Y = 0,04X + 0,50
X 0 1 2 3 4 5
Y 0,50 0,54 0,58 0,62 0,66 0,7
Kurva
0 1 2 3 4 5 60
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
KonsentrasiX
Y
Absorban
X. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu mengenai penentuan kadar protein secara biuret,
yang bertujuan untuk menentukan absorban secara biuret dengan menggunakan
spektometer. Sampel yang digunakan adalah larutan putih telur dengan konsentrasi
yang berbeda, yaitu dari 1% sampai 10%. Semakin besar konsentrasi setelah
ditambahkan biuret semakin pekat. Fungsi biuret disini yaitu untuk memberikan sinar
biru pada larutan sehingga absorbansi dapat diukur oleh alat spektrometer.
Spektrometer merupakan alat untuk menganalisa absorbansi, konsentrasi maupun
transmitan dengan didasarkan panjang gelombang cahaya dari larutan yang akan
diidentifikasi.
Pada saat penghitungan absorbansi perlakuan terhadap larutan dan kuvet harus
benar – benar diperhatikan. Pertama, larutan yang dimasukkan ke kuvet tidak boleh
melewati tanda batas pada kuvet karena jika melewati maka absorban tidak bisa
dibaca dan ditakutkan larutan akan tumpah ke dalam spektrometer sehingga alat bisa
rusak. Lalu, pada saat meletakkan kuvet di spektrometer, tanda segitiga di kuvet harus
menghadap ke depan karena jika tidak, maka tidak akan terbaca. Berikutnya, kuvet
hanya boleh dipegang di bagian atas sampai tanda batas, tidak boleh dibagian tengah -
bawah, karena jika dipegang di bagian tengah maka lemak yang ada di jari tangan
akan menempel ke kuvet dan membuat absorbansi tidak bisa dibaca.
XI. Kesimpulan
XII. Daftar Pustaka
Firman, Adi. 2012. Laporan Penentuan Kadar Protein. (Online).
(http://hardfarm.blogspot.com, diakses pada tanggal 27 Oktober 2013)
Lailani. 2011. Penentuan Kadar Protein secara Biuret. (Online).
(http://hardfarm.blogspot.com, diakses pada tanggal 27 Oktober 2013)
Zulfahmi, Sidik. 2011. Laporan Praktikum Penentuan Kadar. (Online).
( http://see-around-theworld.blogspot.com, diakses pada tanggal 27
Oktober 2013)
XIII. Lampiran
A. Pertanyaan dan Jawaban
1. Buatlah standar kurva dan tetapkan kadar protein larutan protein yang diberikan?
Jawab :
Kurva seperti yang terlampir
2. Berikan penjelasan tentang hukum Lambert-beer?
Jawab :
Hukum Lambert-Beer adalah hubungan linieritas antara absorban dengan
konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Secara
sederhana, persamaan hukum lambert beer ini dapat dituliskan sebagai berikut:
A = εbc
Dimana A merupakan nilai Absorbansi larutan. Ɛ merupakan nilai absorptivitas
molar. l merupakan tebal kuvet yang digunakan (biasanya 1 cm) dan c merupakan
konsentrasi larutan sampel yang akan dihitung kadarnya.
Sesuai hukum diatas, maka nilai absorbansi larutan akan bervariasi berdasarkan
konsentrasi atau ukuran wadah. Absorptivitas molar diperoleh dari pembagian
absorbansi dengan konsentrasi dan panjang larutan yang dilalui sinar. Pada
dasarnya, ini memberikan nilai absorbansi standar – sinar berjalan sepanjang 1
cm melewati larutan 1 mol dm-3. Hal ini artinya bahwa kita dapat
membandingkan antara satu senyawa dengan senyawa lainnya tanpa
mengkhawatirkan pengaruh konsentrasi dan panjang larutan.
Secara umum, Hukum Lambert beer dapat terlaksana jika memenuhi
kondisi berikut:
(1) Tidak ada interaksi molekul (Encerkan larutan, biasanya 0,01 M, maka jarak
rata-rata antara 2 molekul menjadi cukup kecil dan tingkat interaksi zat
terlarutnya atau ikatan H dapat mempengaruhi lingkungan analit dan
absorptivitas nya.
(2) Berkas sinar cahaya bersifat monokromatis. Jika berkas sinar tidak bersifat
monokromatis, maka akan terjadi penyimpangan dengan berkas sinar
polikromatis.
(3) Analit tidak mengalami asosiasi, disosiasi, atau reaksi dengan pelarut untuk
memberikan produk dengan menyerap karakteristik yang berbeda dari analit.
Jika analit mengalami reaksi dengan pelarut, maka akan terjadi penyimpangan
kimia.
3. Senyawa apakah yang dapat menganggu cara biuret seperti di atas?
Jawab :
Senyawa yang memberikan endapan warna hitam atau merah. Jika hal tersebut
terbentuk maka reagen biuret tidak dapat terbentuk.
4. Mengapa reaksi tersebut juga disebut dengan reaksi biuret?
Jawab :
Karena menggunakan reagen biuret
5. Senyawa kompleks apa yang terjadi?
Jawab :
Senyawa kompleks bewarna biru
6. Apakah peptida juga memberikan reaksi biuret, jika memberikan, berikan
penjelasan dan bagaimana cara menentukan kadar protein yang bercampur di
dalam peptide?
Jawab :
Ya, karena pada uji tersebut berfungsi untuk menunjukkan adanya ikatan peptida
pada molekul protein dengan memberikan efek warna ungu. Cara menentukannya
yaitu dengan menambahkan reagen biuret pada larutan protein dengan
pengukuran adsorbansi.
B. Gambar
Alat Spektrometer
Sampel Putih Telur 1% - 10%