lap buah niko
DESCRIPTION
laporan praktikunmTRANSCRIPT
1
1. TOPIK DAN TUJUAN PRAKTIKUM
1.1. Topik
Topik acara dalam praktikum ini adalah buah-buahan. Praktikum diadakan pada
Kamis,23 Mei 2013 di Laboratorium Kimia Pangan Unika Soegijapranata
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dalam praktikum ini adalah mempelajari karakteristik fisik dan kimiawi buah,
mengetahui sifat klimakterik dan non-klimakterik buah, mengetahui pengaruh
blanching terhadap perubahan tekstur dan warna buah, dan mengetahui proses
terjadinya reaksi browning pada buah.
2
2. HASIL PENGAMATAN
4.1. Uji Fisik
2.1.1. Uji Bentuk dan Ukuran
Hasil pengamatan dari percobaan uji Bentuk dan Ukuran buah dapat dilihat pada
Tabel1.
Tabel 1. Tabel Uji Bentuk dan Ukuran
Kel Bahan Gambar buah Bagian-bagian buah Keterangan (cm)A1 Apel Malang 1. Kulitbuahapel
2. Dagingbuahapel3. Bijibuahapel
Panjang= 4Lebar = 5,4
A2 Apel Malang 1. Kulitbuahapel2. Dagingbuahapel3. Biji buah apel
Panjang= 6Lebar = 7
A3 Apel Malang 1. Kulitbuahapel2. Dagingbuahapel3. Biji buah apel
Panjang= 5,3Lebar = 7
A4 Nanas 1. Tangkaidaun2. Kulitbuah, 3. Dagingbuah,4. Bongol
Panjang= 23Lebar = 11,90
3
A5 Nanas 1. Tangkaidaun2. Kulitbuah, 3. Dagingbuah,4. Bongol
Panjang= 28Lebar = 9,525
A6 Nanas 1. Tangkaidaun2. Kulitbuah, 3. Dagingbuah,4. Bongol
Panjang= 26Lebar = 9,7
Berdasarkan gambar buah apel malang dan buah nanas yang ada di dalam tabel diatas
dapat dilihat bahwa apel malang mempunyai kulit buah, daging buah, dan biji buah.
Sedangkan bagian-bagian buah nanas yaitu Tangkai daun Kulit buah, Daging
buah,Bongol. Buah apel malang pada kelompok A1 memiliki panjang 4 cm dan lebar
5,4 cm, buah apel malang pada kelompok A2 memiliki panjang 6 cm dan lebar 7 cm,
buah apel malang pada kelompok A3 memiliki panjang 5,3 cm dan lebar 7 cm, buah
nanas pada kelompok A4 memiliki panjang 23 cm dan lebar 11,90 cm, buah nanas pada
kelompok A5 memiliki panjang 28 cm dan lebar 9,525cm, buah nanas pada kompok
A6 memiliki panjang 26 cm dan lebar 9,7 cm.
4
2.1.2. Pengukuran Tingkat Kekerasan
Hasil pengamatan Pengukuran Tingkat Kekerasan buah dapat dilihat pada Tabel2.
Tabel 2. Pengukuran tingkat kekerasan
Kel Buah Perlakuan Tingkat kekerasan (gf) Rata-rata kekerasan (gf)Pangkal Tengah Ujung
A1 Apel Malang Kontrol 3,2 3,4 4,1 3,567
A2 Apel Malang Steam blanching 3,5 2,6 3,65 3,383
A3 Apel Malang Hot water blanching
2,9 2,35 3,3 2,8
A4 Nanas Kontrol 0,9 0,5 0,3 0,567
A5 Nanas Steam blanching 0,01 2,7 0 0,903
A6 Nanas Hot water blanching
0,01 2,7 0 0,903
Dari hasil pengamatan diketahui tingkat kekerasan buah apel malang yang tidak
mengalami blanching pada bagian pangkalnya 3,2 gf tengah 3,4 gf dan ujung 4,1 gf .
Pada buah apel malang yang telah di steam blanching tingkat kekerasanya pada bagian
pangkal tengan ujungnya adalah 3,5 gf, 2,6 gf, 3,65 gf ,pada buah apel malang yang
telah mengalami hot water blanching tingkat kekerasan pada pangkal tengah ujunnya
2,9 gf, 2,35 gf, 3,3 gf sedangkan pada buah nanas yang tidak mengalami blanching
tingkat kekerasan pada bagian pangkal tengah ujungnya 0,9 gf, 0,5 gf, 0,3 gf, pada buah
nanas yang telah di steam blanching tingkat kekerasan pada bagian pangkal tengah
ujungnya adalah 0,01 gf, 2,7 gf, 0 gf, buah nanas yang telah mengalami hot water
blanching tingkat kekerasan pada bagian pangkal tengah dan ujungnya adalah 0,01 gf,
2,7 gf, 0 gf dan rata-rata dari tingkat kekerasan buah apel malang yang tidak
diblanching, diblanching dengan menggunakan uap, dan di blanching dengan
menggunakan air hangat berturut-turut adalah 3,567 gf, 3,383 gf, 2,8 gf. Sedangkan
rata-rata dari tingkat kekerasan buah nanas yang tidak diblanching, diblanching dengan
menggunakan uap, dan di blanching dengan menggunakan air hangat berturut-turut
adalah 0,567 gf, 0,903 gf, 0,903 gf.
2.1.3. Pengukuran Warna
Hasil pengamatan Pengukuran Warna buah dapat dilihat pada Tabel 3.
5
Tabel 3. Pengukuran Warna
Kel Buah Perlakuan Bagian Warna (nilai rerata)
L a* b*A1 Apel Malang Kontrol tengah 72,47 -0,3 34
A2 Apel Malang Steam blanching tengah 63,49 -1,34 24,16
A3 Apel Malang Hot water blanching tengah 52,93 0,62 18,54
A4 Nanas Kontrol tengah 63,02 -4,48 26,70
A5 Nanas Steam blanching tengah 55,35 -6,49 37,62
A6 Nanas Hot water blanching tengah 57,99 -8,61 32,23
Dari tabel hasil pengamatan diketahui pengukuran warna pada bagian tengah buah apel
malang dan nanas dengan menggunakan chromameter dengan skala La*b*, pada apel
malang yang tidak diberi perlakuan hasil pengukuran warnanya L=72,47, a*= -0,3,
b*=34,pada apel malang yang diblanching dengan menggunakan uap hasil pengukuran
warnanya L=63,49, a*=-1,34, b*=24,16 ,pada apel malang yang diblanching dengan
menggunakan air hangat hasil pengukuran warnanya L=52,93, a*=0,62, b*=18,54 ,pada
buah nanas yang tidak diberi perlakuan hasil pengukuran warnanya L=63,02, a*=-4,48,
b*=26,70 ,pada buah nanas yang diblanching dengan menggunakan uap hasil
pengukuran warnanya L=55,35, a*=-6,49, b*= 37,62,pada buah nanas yang diblanching
dengan menggunakan air hangat hasil pengukuran warnanya L=57,99, a*=-8,61,
b*=32,23.
2.2. Uji Kimia
2.2.1. Uji Keasaman (pH)
Hasil pengamatan Pengukuran Tingkat Keasaman (pH) buah dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengukuran Tingkat Keasaman (pH) buah
Kel Buah pH Rata-rata pH
1 2 3A1 Apel Malang 3,92 3,92 3,92 3,92
A2 Apel Malang 3,73 4 3,97 3,9
A3 Apel Malang 3,65 3,62 3,62 3,64
A4 Nanas 4,56 4,38 4,28 4,407
A5 Nanas 4,34 4,57 4,40 4,437
A6 Nanas 4,25 4,06 4,30 4,203
6
Dari hasil pengamatan uji keasaman atau pH yang dilakukan sebanyak 3 kali
pengulangan menggunakan pH meter. Pada kelompok A1 diketahui nilai pengukuran
pH apel malang pada pengulangan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut
adalah 3,92; 3,92;3,92 .Pada kelompok A2 diketahui nilai pengukuran pH apel malang
pada pengulangan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut adalah 3,73; 4;
3,97.Pada kelompok A3 diketahui nilai pengukuran pH apel malang pada pengulangan
pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut adalah 3,65; 3,62; 3,62,Pada kelompok
A4 diketahui nilai pengukuran pH buah nanas pada pengulangan pertama, kedua, dan
ketiga secara berturut-turut adalah 4,56;4,38 ; 4,28 ,Pada kelompok A5 diketahui nilai
pengukuran Ph Nanas pada pengulangan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-
turut adalah 4,34; 4,57; 4,40 , dan pada kelompok A6 diketahui nilai pengukuran pH
Nanas pada pengulangan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut adalah 4,25;
4,06; 4,30 .dan hasil rata-rata dari kelompok A1-A6 secara berturut-turut adalah
3,92 ;3,9 ;3,64 ; 4,407; 4,437; 4,203.
2.2.2.Uji Pencoklatan (Browning) pada Buah
Hasil pengamatan Uji Pencoklatan (Browning) pada Buah dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Uji Pencoklatan (Browning) pada Buah
Kel Buah Perlakuan Warna (nilai rerata)
10 menit 30 menit 60 menit 90 menitA1 Apel Malang Diletakan di suhu
ruang+ ++ +++ +++
A2 Apel Malang Direndam dalam air + + + +
A3 Apel Malang Seluruh permukaanya dilapisi
jus nanas
putih putih putih putih
A4 Apel Malang Direndam air garam 1-2%
+ + + +
A5 Apel Malang Diletakan didalam kulkas
putih + + +
A6 Apel Malang Hot water blanching 3 menit 85oC
+ + + ++
Keterangan :Browning:+ = coklat muda++ = coklat+++ = coklat agak tua++++ = coklat tua
7
Dari hasil pengamatan, diketahui warna apel malang yang diletakan pada suhu ruang
pada menit ke 10, 30, 60, dan 90 secara berturut-turut adalah coklat muda; coklat; coklat
agak tua; coklat agak tua, warna apel malang yang rendam didalam air pada menit ke
10, 30, 60, dan 90 secara berturut-turut adalah coklat muda; coklat muda; coklat muda;
coklat muda,warna apel malang yang seluruh permukaanya dilumuri jus nanas pada
menit ke 10, 30, 60, dan 90 secara berturut-turut adalah putih; putih; putih; putih,warna
apel malang yang direndam didalam larutan garam 1-2 % pada menit ke 10, 30, 60, dan
90 secara berturut-turut adalah coklat muda; coklat ,uda; coklat muda; coklat
muda,warna apel malang yang diletakan didalam kulkas pada menit ke 10, 30, 60, dan
90 secara berturut-turut adalah putih; coklat muda; coklat muda; coklat muda,warna
apel malang yang di beri perlakuan dengan Hot water blanching 3 menit 85oC pada
menit ke 10, 30, 60, dan 90 secara berturut-turut adalah coklat muda; coklat muda;
coklat muda; coklat.
2.2.3.Perbedaan Sifat Buah Klimaterik dan Non-Klimaterik
Hasil pengamatan Uji Sifat Buah Klimaterik dan Non-Klimaterik dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Perbedaan Sifat Buah Klimaterik dan Non-Klimaterik
Kelompok Bahan Kadar gula (%)
A1 Apel Malang 9
A2 Apel Malang 10
A3 Apel Malang 10
A4 Nanas 10
A5 Nanas 10
A6 Nanas 11
Dari hasil pengamatan perbedaam sifat buah klimaterik dan non-klimaterik didapatkan
hasil kadar gula buah apel pada kelompok A1 9%, A2 10%, A3 10%, sedangkan kadar
gula buah nanas pada kelompok A3 10%, A4 10%, A5 11%.
8
5. PEMBAHASAN
Buah-buahan mengandung bermacam-macam senyawa yang berbeda, karena masing-
masing buah memiliki struktur yang berbeda pula. Menurut Arthey (1996), komponen-
komponen utama yang penting pada buah antara lain air, protein, karbohidrat, lemak,
vitamin, dan mineral. Air merupakan zat yang terbesar yang terdapat pada buah yaitu
sekitar 80%, sedangkan kandungan protein pada buah berkisar 1% dari berat buah segar.
Jenis buah yang digunakan dalam praktikum ini adalah apel dan nanas. Masing-masing
buah apel malangdan nanas yang dipakai diambil dari tempat yang sama. Pertama-tama,
buah-buah ini diamati bentuk serta edible portion-nya.. Sifat-sifat yang diamati antara
lain warna, aroma, rasa, kekerasan, ukuran, proses browning, kadar pati, kadar gula,
serta tingkat keasamannya (pH). Tempat penyimpanan buah-buah tersebut selama 4 hari
adalah kardus. Kardus tersebut ditempatkan pada ruangan laboratorium pada suhu ruang
dan tidak terkena sinar matahari secara langsung atau terkena pendinginan untuk
menjaga suhu dan kelembaban. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu hasil
pemeraman diantaranya adalah tingkat kematangan buah, suhu, dan kelembaban ruang
pemeraman, serta cara pemeramannya. Kelembaban tinggi dapat memperlambat
terbentuknya warna kuning pada kulit buah dan menghambat laju respirasi serta
produksi etilen dari buah tersebut (Satuhu, 1995).
Buah-buahan juga memiliki beberapa jenis pigmen yang menyusun komponen-
komponennya. Beberapa pigmen yang dapat ditemukan pada buah, antara lain :
1. Klorofil
Terdapat pada buah-buahan berwarna hijau dan buah yang masih muda memiliki
jumlah klorofil relatif lebih banyak dibanding pigmen lainnya sehingga buah
berwarna hijau. Degradasi klorofil akan terjadi selama proses pematangan dan buah
akan berubah warnanya menjadi kuning, orange / merah karena munculnya warna
dari pigmen-pigmen lain.
2. Karotenoid
Misalnya likopen yang terdapat pada tomat, semangka, pepaya yang memberikan
warna merah. Selain itu juga karoten pada jagung dan peach yang memberikan
9
warna orange dan santofil pada jagung, peach, squash yang memberikan warna
kuning orange.
3. Flavonoid
Misalnya antosianin yang terdapat pada anggur, dan chery yang memberikan warna
ungu, biru / merah. Selain itu juga antosianin apel dan pisang juga memberikan
warna putih / kuning dan tanin pada apel, salak, pisang yang merupakan pigmen
tidak berwarna.
Terbentuknya senyawa-senyawa volatil selama proses pematangan akan memberikan
perubahan-perubahan pada buah-buahan seperti warna dari hijau menjadi kuning /
merah, rasa dari asam menjadi manis, tekstur menjadi lebih lunak, terbentuk vitamin
dan timbulnya aroma yang khas (Muchtadi & Sugiyono, 1989).
Menurut Arthey (1996), buah klimakterik merupakan buah yang mempunyai periode
proses pematangan yang cepat. Pada buah klimakterik, laju respirasi meningkat secara
drastis, diikuti pula dengan peningkatan produksi etilen yang menyebabkan tekstur buah
menjadi lunak dan memunculkan aroma dan rasa. Buah klimakterik merupakan buah
yang proses pematangannya terus berlangsung walau telah dipetik dari pohon dan
pematangannya diinduksi etilen. Etilen digunakan untuk mempercepat pematangan
buah klimakterik. Buah non-klimakterik adalah buah yang tidak mengalami peningkatan
proses pematangan secara cepat. Pematangan dari buah non-klimakterik berlangsung
lambat, laju respirasinya rendah dan mengalami penurunan yang lambat setelah dipanen
Buah apel malangmasih bisa berangsur-angsur menjadi matang walaupun sudah dipetik
dan dapat dilakukan pemeraman pada buah ini untuk mempercepat proses pematangan.
Ini yang menandakan bahwa buah pir termasuk golongan buah klimakterik.
Berdasarkan gambar buah apel malang dan buah nanas yang ada di dalam tabel diatas
dapat dilihat bahwa apel malang mempunyai kulit buah, daging buah, dan biji buah.
Sedangkan bagian-bagian buah nanas yaitu Tangkai daun Kulit buah, Daging
buah,Bongol. Buah apel malang pada kelompok A1 memiliki panjang 4 cm dan lebar
5,4 cm, buah apel malang pada kelompok A2 memiliki panjang 6 cm dan lebar 7 cm,
buah apel malang pada kelompok A3 memiliki panjang 5,3 cm dan lebar 7 cm, buah
nanas pada kelompok A4 memiliki panjang 23 cm dan lebar 11,90 cm, buah nanas pada
10
kelompok A5 memiliki panjang 28 cm dan lebar 9,525cm, buah nanas pada kompok
A6 memiliki panjang 26 cm dan lebar 9,7 cm.
Pati sebagai hasil fotosintesa pada buah- buahan. Buah yang masih mempunyai umur
yang muda masih banyak kandungan patinya. Kandungan pati terus bertambah selama
buah masih dalam tahap pendewasan sel, tetapi ada beberapa jenis buah dimana
kandungan pati mula-mula meningkat kemudian pada akhirnya terjadi menurun lagi.
Pada buah klimaterik kandungan gula sangat sedikit atau tidak sama sekali selama
pendewasaan sel dan ada juga yang selama pertumbuhan dan pendewasaan sel.
Beberapa jenis buah-buahan non klimaterik kandungan gula mula-mula makin tinggi
kadang-kadang menurun sedikit selama pendewasaan sel (Muchtadi & Sugiyono, 1989).
Respirasi dan transpirasi akan berjalan normal apabila buah disimpan pada suhu kamar
tanpa perlakuan apapun, selain itu buah-buahan akan cepat matang. Namun, apabila
dibiarkan terlalu lama, buah akan mengalami kebusukan karena jaringan yang ada di
dalam buah mengalami kematian (Zuhairini, 1996). Pada apel malangyang disimpan
selama empat hari, diketahui bahwa terjadi perubahan tingkat kemanisan. Ini terjadi
karena perubahan karbohidrat jadi gula. Perubahan ini bergantugn pada suhu, waktu dan
tingkat fisiologisnya. Perubahan ini berlangsung melalui metabolisme dengan bantuan
enzim-enzim yang terdapat dalam buah (Sarwono, 1993).
Dalam percobaan yang ketiga ini tingkat kekerasan buah diukur dengan alat tersebut
(secara objektif). Disebutkan oleh Fox (1991), kebanyakan buah matang secara
optimum pada suhu sekitar 200C. Faktor tertentu seperti temperatur lingkungan juga
berpengaruh terhadap kondisi buah. Apabila buah disimpan pada tempat yang memiliki
temperatur yang rendah, maka laju metabolisme dan pematangan pada buah akan
menurun, juga mengurangi hilangnya air dari buah, serta mengurangi resiko kerusakan
pada buah yang disebabkan oleh mikroorganisme. Dari hasil pengamatan diketahui
tingkat kekerasan buah apel malang yang tidak mengalami blanching pada bagian
pangkalnya 3,2 gf tengah 3,4 gf dan ujung 4,1 gf . Pada buah apel malang yang telah di
steam blanching tingkat kekerasanya pada bagian pangkal tengan ujungnya adalah 3,5
gf, 2,6 gf, 3,65 gf ,pada buah apel malang yang telah mengalami hot water blanching
11
tingkat kekerasan pada pangkal tengah ujunnya 2,9 gf, 2,35 gf, 3,3 gf sedangkan pada
buah nanas yang tidak mengalami blanching tingkat kekerasan pada bagian pangkal
tengah ujungnya 0,9 gf, 0,5 gf, 0,3 gf, pada buah nanas yang telah di steam blanching
tingkat kekerasan pada bagian pangkal tengah ujungnya adalah 0,01 gf, 2,7 gf, 0 gf,
buah nanas yang telah mengalami hot water blanching tingkat kekerasan pada bagian
pangkal tengah dan ujungnya adalah 0,01 gf, 2,7 gf, 0 gf dan rata-rata dari tingkat
kekerasan buah apel malang yang tidak diblanching, diblanching dengan menggunakan
uap, dan di blanching dengan menggunakan air hangat berturut-turut adalah 3,567 gf,
3,383 gf, 2,8 gf. Sedangkan rata-rata dari tingkat kekerasan buah nanas yang tidak
diblanching, diblanching dengan menggunakan uap, dan di blanching dengan
menggunakan air hangat berturut-turut adalah 0,567 gf, 0,903 gf, 0,903 gf.
Pada percobaan dilakukan pemotongan buah untuk pengujian reaksi browning. Pada
buah yang sudah dikupas atau dipotong dapat mengalami perubahan warna pada
buahnya, biasanya muncul warna kecoklatan pada buah. Proses ini disebut sebagai
proses browning (pencoklatan). Secara umum, proses browning dapat terjadi secara
enzimatis maupun non-enzimatis (Anonim, 2007). Pada proses non-enzymatic browning
ini ada dua proses yang berperan pada pencoklatan makanan, yaitu karamelisasi dan
reaksi Maillard. Reaksi Maillard merupakan reaksi kimia antara asam amino dengan
gula (dibutuhkan panas), dan dihasilkan warna, aroma dan rasa tertentu (Anonim,
2007). Proses browning yang terjadi secara enzimatis melibatkan aktivitas dari enzim
polyhenol oksidase dimana akan menghasilkan senyawa melanin yang menyebabkan
warna coklat pada buah. Sedangkan pada reaksi browning non-enzimatis, pencoklatan
timbul pada makanan tanpa adanya aktivitas enzim tertentu diungkapkan oleh Fox
(1991). Browning yang terjadi pada buah apel malang dan belimbing selama percobaan
antara lain juga dikarenakan dalam buah-buahan tersebut terkandung senyawa pati dan
gula.
Ternyata buah yang direbus dengan suhu 750C selama 15 menit, mengalami perubahan
warna pada daging buah, ini dikarenakan karena perebusan menghambat browning.
Pencegahan browning dilakukan dengan cara blanching, karena blanching
menonaktifkan enzim poliphenol oksidase . Pencegahan pada buah digunakan senyawa
12
asam atau zat asam lain kadar atau tingkat pH diturunkan agar enzim poliphenol
oksidase tidak aktif dan buah dapat terhindar dari proses browning. Dapat pula
dilakukan perendaman dengan menggunakan vitamin C pada buah (Anonim, 2007).
Pada hasil pengamatan didapatkan pada hari ke-2 sebagian besar buah mengalami
penurunan kandungan gulanya,. Hal ini tentu membingungkan dan tidak jelas. Uraian
ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada buah non-klimakterik, buah nanas
perubahan kandungan gula pada umumnya tidak jelas (Winarno & Aman, 1981). Selain
itu, juga didukung oleh teori bahwa setelah dipanen, proses biologis pada buah nanas
tetap terus berlangsung. Dan ini ditandai dengan perubahan karbohidrat, lemak, protein,
dan perubahan kimia lain. Perubahan karbohidrat jadi gula pada nanas tergantung pada
suhu, waktu, dan tingkat fisiologisnya (saat petik, tingkat kemasakan, dan lain-lain)
(Sarwono, 1993).
Pengukuran kadar gula ini menggunakan alat yang disebut brix refractometer.
Kebanyakan pada buah apel malangdan nanas kadar gula pada hari ke-2 meningkat dan
menurun pada hari ke-4, mungkin ini dapat terjadi karena kandungan gula digunakan
sebagai sebagai proses metabolism buah. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa perkembangan cita rasa enak untuk buah-buahan antara lain menyangkut
penurunan derajat keasaman serta peningkatan kandungan gula. Perbandingan
kandungan gula dan asam sering digunakan sebagai indeks tingkat kematangan pada
banyak buah-buahan. Selama periode pasca panen, pati yang terbentuk dalam jaringan
dapat diubah menjadi gula-gula sederhana seperti sukrosa, glukosa, dan fruktosa
(Tranggono & Sutardi, 1990). Buah dengan kandungan pati tinggi, secara teoritis, bila
pati dipecahkan akan terbentuk glukosa dan kandungan gulanya pun akan naik
(Winarno, 1997). Pada buah yang kadar gulanya tinggi, berarti buah itu manis. Hal ini
sesuai dengan hasil pengamatan apabila terjadi peningkatan kadar gula berarti rasa buah
lebih manis, namun apabila kadar gula buah menurun hal ini menandakan bahwa rasa
buah menjadi asam. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa buah yang
kandungan gulanya cukup tinggi atau dominan akan terasa manis kalau dimakan. Buah
yang kandungan gulanya rendah dan kadar air tinggi akan terasa hambar. Namun,
terkadang didapatkan hasil yang tidak sesuai. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan
13
pengukuran pada setiap parameter yang digunakan dan juga kesalahan praktikan dalam
menggunakan alat dan menganalisa rasanya.
Pengukuran pH pada buah dilakukan dengan menggunakan pH meter. Pada pengukuran
pH pada buah selama proses penyimpanan, hampir semuanya baik pada pir maupun
nanas mengalami peningkatan pH pada buah yang menandakan bahwa keasaman buah
berkurang. Keasaman buah yang berkurang ini juga sesuai dengan rasa buah yang
bertambah manis meskipun tidak semua hasil pengamatan menunjukkan hasil seperti
ini. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kandungan asam buah akan
sangat mempengaruh pH buah. pH ikut menentukan perubahan warna pada buah,
karena pigmen buah sensitif terhadap perubahan pH (Pantastico, 1993).
Pada percobaan yang kali ini percobaan keasaman pada buah, ternyata buah apel
malang dan nanas memiliki pH yang asam sesuai dengan percobaan yang dilakukan
sebanyak 3x setelah itu dirata-rata, dimana pHnya apel malangdan nanas berkisar antara
2 sampai 5. Disebutkan oleh Arthey (1996), asam-asam organik utama yang terkandung
pada buah-buahan adalah asam sitrat dan asam malat.
14
4. KESIMPULAN
Buah apel termasuk dalam golongan buah klimaterik dan buah nanas termasuk
dalam golongan buah non klimaterik.
Penggolongan buah klimaterik dan non klimaterik didasarkan pada proses
respirasinya.
Pigmen-pigmen yang terdapat pada buah termasuk dalam golongan klorofil,
karotenoid, dan flavonoid.
Proses awal buah klimaterik ditandai dengan adanya pembuatan etilen dalam buah.
Tekstur buah-buahan tergantung pada ketegangan, ukuran, bentuk, dan keterikatan
sel-sel, adanya jaringan penunjang, dan susunan tanamannya.
Pengukuran tingkat kekerasan pada bahan pangan dengan menggunakan alat yang
disebut fruit hardness tester.
Semakin hari, buah semakin melunak atau kekerasannya semakin berkurang.
Buah-buahan merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung kadar pati yang
tinggi.
Pati dalam buah akan diubah menjadi glukosa pada proses hidrolisis pati.
Makin tua buah, maikin sedikit kadar patinya.
Pengukuran kadar glukosa pada buah dilakukan dengan menggunakan brix
refractometer.
Pengamatan dan pengukuran pada warna, aroma, rasa, browning, dan kadar pati
dilakukan secara subyektif, sedangkan pengukuran kadar gula dan tingkat kekerasan
dilakukan secara subyektif dan obyektif.
Bagian dari buah-buahan yang dapat dimakan berkisar antara 40-90 %.
Browning pada buah-buahan disebabkan oleh adanya aktivitas enzim Polypenol
Oxidase (PPO).
Browning yang terjadi pada bahan pangan dibedakan menjadi dua, yaitu browning
enzimatik dan non enzimatik.
15
Untuk mencegah terjadinya browning pada bahan pangan khususnya buah-buahan
dapat dilakukan dengan blanching.
Penilaian mutu buah-buahan dapat dilakukan dengan melakukan pengujian-
pengujian.
Semarang, 31 Mei 2013 Asisten Dosen :
Giovanni Hartono 10.70.0007 George
16
5. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2007). Browning (Chemical Process). http://en.Browning_ (chemical_process)
Arthey, D. & P. Arshurst. (1996). Fruit Processing. Chapman & Hall. England.
Bennion, M. & O. Hughes. (1975). Introductory Foods. Macmillan Publishing Co. New York.
Fox, F. (1991). Food Enzymology. Elsevier Science Publishers Ltd. New York.
Muchtadi,T.R & Sugiyono.(1989).Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.Depdikbud.Bogor
Pantastico, E. B. (1975). Postharvest Physiology, Handling and Utilization of Tropical and Sub-Tropical Fruits and Vegetables. AVI Publishing Co, Inc. Connecticut.
Pantastico, ER. B. (1993). Fisiologi Pasca Panen. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Parker, R. ( 2003 ). Introduction to Food Science. Delmar. New York.
Redaksi Trubus. (1998). Menjadikan Buah Lebih Manis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Salunkhe, D. & S. Deshpande. (1991). Foods of Plant Origin. Van Nostrand Reinhold Company. New York.
Sarwono,B.(1993).Nanas dan Kerabatnya.Penebar Swadaya.Jakarta
Satuhu, S. (1995). Teknik Pemeraman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sjaifullah. (1997). Petunjuk Memilih Buah Segar. Panebas Swadaya. Jakarta.Tranggono & Sutardi. (1990). Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.
Winarno, F. G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Winarno, F.G. & M. Aman. (1981). Fisiologis Lepas Panen. PT Sastra Budaya. Jakarta.
Zuhairini, E. (1996). Memperpanjang Kesegaran Buah. Trubus Agrisarana. Surabaya.
17
6. LAMPIRAN
6.1. Foto
6.1.1. Browning pada buah apel malang
Kel Menit ke-0 Menit ke-10 Menit ke-30 Menit ke-60 Menit ke-90
A1
A2
A3
A4
A5
A6
6.2. Laporan Sementara