lap eval wool
TRANSCRIPT
I. MAKSUD DAN TUJUAN
I.1 Maksud
Melakukan pengujian penggelembungan pada serat wol dengan menggunakan NaOH
0.1 N dan KOH amoniakal secara mikroskop.
Melakukan pengujian pewarnaan pada serat dengan menggunakan perak amoniakal,
C.I. Acid Red, Indigo Carmin dan Methylen Blue.
I.2 Tujuan
Untuk mengetahui penyebab kerusakan serat wol.
Untuk mengetahui jenis kerusakan serat wol dari kerusakan mekanik atau kimia.
II. TEORI DASAR
Wol merupakan serat yang dihasilkan dari rambut biri-biri yang merupakan
serat yang halus, biasanya keriting dan tumbuh terus menerus dan dipotong tiap
tahunnya. Struktur kimia wol tersusun dari asam amino dan keratin, diantara rantai
utama terdapat ikatan silang berupa ikatan sistina/jembatan belerang (hal ini tidak
dimiliki oleh sutera).
Komposisi serat wol :
Komposisi Merino Cross bed
Wol/serat 49 % 61 %
Air 10 % 12 %
Lilin 16 % 11 %
Keringat 6 % 8 %
Debu/kotoran 19 % 8 %
Sifat Fisika Serat Wol
Dalam keadaan kering kekuatan wol 1,2 – 1,7 g/denier dengan mulur 30 – 40
%, dan dalam keadaan basah kekuatan wol 0,8 – 1,4 g/denier dengan mulur 50 – 70 %.
Dalam air dingin elastisitas sempurna (penarikan 70 % masih kembali ke panjang
semula). Sifat lainnya adalah :
MR standar 16 % dan menyerap lembab sampai 33 % tanpa terasa basah.
Berat jenis tanpa medula 1,304.
Indeks bias sejajar sumbu serat 1,553 dan yang tegak lurus adalah1,542.
Dapat menggumpal.
Kekuatan berkurang dan dapat berwarna kuning akibat sinar matahari.
Merupakan isolator panas yang baik.
Sedangkan sifat-sifat kimia serat sutera sebagai berikut :
Menggelembung dalam air.
Dapat bereaksi dengan asam maupun basa karena bersifat amfoter.
Garam kalsium dan magnesium pada air dapat menyebabkan yellowing.
Dapat rusak oleh oksidator dan reduktor.
Sifat Kimia Serat Wol
Seperti protein-protein lain, wol bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan
asam ataupun basa. Adsorpsi asam atau basa akan memutuskan ikatan garam, tetapi
dapat kembali lagi. Wol tahan asam, kecuali asam pekat panas dapat memutuskan
ikatan peptide. Didalam larutan alkali, ikatan silang disulfida mudah sekali putus
sehingga wol mudah rusak oleh alkali. Di dalam larutan natrium hidroksida 5 %
mendidih wol segera larut.
Wol peka terhadap zat-zat oksidator. Zat-zat oksidator kuat akan merusak serat,
karena putusnya ikatan lintang sistina. Dibanding dengan serat lain, wol paling tahan
terhadap serangan jamur dan bakteri.
Seperti serat protein lain, struktur dasar serat ini merupakan pengulangan unit –
CHR-NH-CO-R bervariasi dari rantai samping. Analisa wol menunjukkan bahwa
komposisinya adalah 50% karbon, 22-25% oksigen, 16-17% nitrogen, 7% hidrogen,
dan 3-4% belerang.
Kerusakan wol lebih kompleks daripada selulosa. seperti telah diketahui wol
mempunyai jembatan cystine, jembatan garam dan rantai polipeptida. wol dapat
diserang oleh alkali, oksidator, chlor, reduktor, hama dan jamur. Kerusakan dapat
terjadi pada sifat clastis, cystine, jembatan garam, dan rantai poli peptida.
a. Kerusakan pada sifat elastis.
Alkali menyebabkan wol melarut, gas chlor merubah wol menjadi membran yang
elastis dan sangat mulur yang larut perlahan-lahan dalam air. Kehilangan sifat elastis
membawa konsentrasi :
- Bahan menjadi lebih mudah diserang asam dan lebih mudah dicelup.
- Sisik-sisik melekat satu sama lain dan mudah hilang karena gesekan sehingga
merugikan sifat pemakaian wol.
b. Kerusakan pada cystine (jembatan disulfida).
Ada tiga macam reaksi, yaitu :
- Oksidasi.
R-S-S-R R SO-S-R R SO2 SR R SO-SO R disulfoksida
R SO2 SOR R SO2SO2R disulfon.
Disulfoksida dapat bereaksi dengan Pb-asetat membentuk Pb.S yang coklat tua.
sedangkan tingkat terakhir dari dioksidasi (R SO2SO2R) tidak dapat bereaksi. Hal
ini terjadi pada oksidasi dengan H2O2.
- Hydrolisa.
R-S-S-R R S H+
Hasil akhir (RSOH) larut dalam alkali sehingga kerusakan karena alkali
bertambah tinggi. H2S yang terjadi dapat bereaksi dengan Pb asetat membentuk
PbS. Hal ini dapat terjadi karena hidrolisa oleh uap air atau air mendidih, atau
oleh alkali. Kerusakan oleh sinar matahari merupakan campuran oksidasi dan
hidrolisa.
- Reduksi.
Na2SO3
R-S-S-R RSNa + R-S-SO3Na
Hal ini terjadi selama pengerjaan dengan Na-sulfit atau bisulfit.
Oksidasi mengurangi total belerangyang bereaksi seperti belerang bebas dan
(dalam beberapa hal) belerang yang bereaksi sebagai H2S. Oksidasi juga
menaikkan kadar sulfat, belerang yang larut dalam alkali dan total zat yang larut
dalam alkali.
c. Kerusakan pada jembatan garam.
Hidrolisa jembatan garam disebabkan oleh pengaruh uap air, asam, air mendidih dan
agak sedikit oleh pengerjaan dengan alkali. Cara penentuan kerusakan ini berdasarkan
pada total zat terlarut dalam alkali, dan kadar amino sebagai RNHR dan R-NH 2-OOC-
R. Pengerjaan dengan asam tidak menyebabkan pengrusakan struktur, tetapi
menyebabkan pembentukan garam, dan berkaitan dengan gugus NH2 sehingga
menurunkan bilangan jodium. Oksidasi, Reduksi pengaruh sinar, pengaruh uap, semua
bertendensi menaikkan kelarutan dalam alkali.
d. Kerusakan pada rantai Peptida.
Pemutusan rantai peptide menjadi lebih pendek disebabkan oleh serangan uap air, asam
air mendidih dan lain-lain. Efek kimianya sama seperti yang dihasilkan oleh kerusakan
pada gugus amino dan jembatan garam. Penggunaan viskositas untuk mengetahui
pemecahan rantai molekul ternyata tidak membawa hasil.
e. Kerusakan pada gugus amino.
Diazotasi dan pemecahan senyawa diazo menyebabkan penurunan kadar amino primer
dan karena itu mengurangi daya celup dengan zat warna asam. Bilangan jodium juga
turun. Oksidasi juga mengurangi kadar amino.
f. Analisa-analisa yang dilakukan.
Untuk memberikan kerusakan wol dapat dilakukan analisa-analisa sebagai berikut :
- Pengujian pada sifat elastis
1. Alworden reaction (reaksi Alworden).
2. Stalin penetration.
- Pengujian kerusakan cystine.
1. Total sulfur.
2. Sulfur yang larut dalam alkali.
3. Sulfur yang bereaksi sebagai S bebas.
4. Sulfur yang bereaksi sebagai H2S (dengan Pb-asetat membentuk PbS).
5. Lood extension diagram S (% Relative Works).
- Pengujian untuk kerusakan pada jembatan garam.
1. Total nitrogen.
2. Zat terlarut dalam alkali.
3. Nilai jodium.
4. Load extion diagram (% Relative Works).
- Pengujian untuk pemutusan peptida.
1. hasil yang tak normal pada pengujian 3b, 5 dan 9c.
2. Hasil yang tak normal dari % R.W.
- Pengujian reaksi rutrogen.
1. nihydrin test.
- Pengujian kerusakan karena sinar.
- Pengujian kerusakan karena asam.
- Pengujian kerusakan karena oksidasi.
- Pengujian kerusakan wol secara umum.
1. Pemeriksaan dengan mikroskop.
2. Penggelembungan dalam air
3. Total zat terlarut dalam alkali.
- Pengujian secara fisika kimia.
1. % Reduksi kerja diagram load extention pada penaikkan dalam asam.
2. Supercontraction.
3. Permanent set.
Pengujian terhadap serat wol
Sebab terpenting yang mengakibatkan kerusakan kimia pada serat wol adalah
alkali, walaupun kerusakan kimia dapat juga diakibatkan karena asam, khlor atau
hipokhlorit, peroksida dan pengaruh cahaya.
Penyebab Kerusakan pada serat wol :
1. Alkali
Wol tidak tahan alkali kuat (NaOH dan KOH) maupun alkali lemah (Na2CO3 dan
NH4OH dalam waktu lama)
Mekanisme terajdi kerusakan :
Adanya alkali menyebabkan sisik pada wol menjadi terbuka lalu menjadi garam amino
karboksilat. (sisik wol terbuka menjadi gelembung lalu pecah menjadi blister). Contoh :
Wol + NaOH 5% suhu mendidih.
2. Oksidator
Dapat menyerang jembatan sistin dengan mengoksidasi semua gugus disulfida
sehingga terhidrolisa membentuk asam sisteat (asam perasetat, Cl aktif dan
Halogen)
H2O2 Oksidasi wol Gugus sulfida
Bentuk H2SO4
3. Asam
Wol tahan terhadap asam (larutan asam 5% mendidih selam 2 jam karena belum
membentuk hidrolisa), tapi akan rusak dalam waktu lama dan dengan pH yang
sangat pekat.(terjadi hidrolisa pada kerati membentuk asam asam amino).
4. Air
Air dapat menghidrolisa jembatan sulfida terutama bila air berupa uap panas, dalam
air mendidih ditambah dengan tekanan maka wol akan rusak permanen
5. Reduktor
Reduktor (NaHSO4) dapat menyerang jembatan sistina dengan oksidasi terbentuk
sistin kembali.
R S S R- NaHSO3+ R S Na R S SO3H atau
R S H R S SO3Na+
+
Dalam bentuk umum :
R S S R' 2H+ RSH R'SH R S S R H2O++reduktor OH
6. Serangga
R S S R R S H
R S H R S [CH2]n S R
reduksi
H+
oksidasi
HBr
Wol mudah/tidak tahan serangga karena sebagian besar wol terdiri dari keratin yang
dapat digunakan sebagai sumber makanan. Kerusakannya berupa lubang-lubang
kecil, kadang menempel pada setiap lipatan bahan. Untuk menghindari kerusakan,
ikatan disulfida diubah menjadi beslio eter.
Beberapa cara pengujian kerusakan wol yang penting atau sederhana, yaitu sebagai
berikut :
Perak Nitrat amoniakal
Larutan perak nitrat amoniakal termasuk pereaksi yang berbahaya karena dapat
meledak. Serat akan berwarna cokelat muda sampai hitam didalam larutan pereaksi yang
dingin. Uji ini terutama sesuai untuk menunjukkan kerusakan karena cahaya atau cuaca.
C.I Acid Red 1
Serat yang tidak rusak tetap tidak terwarnai , kecuali beberapa serat yang sisik-
sisiknya terlepas. Sedangkan serat yang rusak dan wol yang dikhlorinasi akan berwarna
merah, degan ketuaan warna yang tergantung pada derajat kerusakannya.
Indigo Carmine
Larutan jenuh indigo carmine yang diasamkan dengan asam sulfat 1N 40 ml/L,
akan mewarnai wol yang rusak karena asam, alkali, hipoklorit asam atau peroksida,
dengan warna biru yang jelas. Pengamtan akan lebih jelas apabila diamati dibawah
mikroskop dengan penyinaran sudut lebar yang menggunakan medium gliserol pekat.
Methylene blue
Larutan jenuh Methylene Blue dingin diasamkan dengan larutan sulfat 3N 10
ml/L ambil diaduk. Wol rusak karena alkali, hipoklorit asam maupun alkali dan
peroksida akan terwarnai dengan warna biru.
Benzopurpurine 10B
Serat rusak yang lapisan sisiknya rusak atau hilang (terutama kerusakan alkali, air
mendidih atau uap) akan terwarnai dengan warna merah.
Penggelembungan dengan kalium hidroksida amoniakal
Wol yang rusak karena asam dengan cepat menggelembung dengan
gelembung yang sangat besar, dan gelembung-gelembung tersebut segera timbul
disepanjang serat. Seluruh reaksi tersebut berlangsung dalam 2-5 menit. Wol yang tidak
rusak hanya menggelembung dan setelah 5 menit akan tampak garis-garis memanjang
dari lapisan fibrilnya. Setelah 10 menit timbul beberapa gelembung didalam serat, dan
dalam waktu 20 menit berkembang menjadi blister.
Berdasarkan keadaan dari kerusakan kimia, maka dapat dibedakan tiga jenis hasil
pengujian :
Serat tidak berubah, tetapi kelihatan seperti kaca dan sisik-sisiknya lebih jelas:
kerusakan serat disebabkan karena alkali atau panas.
Pada serat terdapat retakan-retakan memanjang : serat tidak rusak, kerusakan
yang terjadi bukan karena kimia atau karena oksidasi.
Pada serat terjadi penggelembungan yang besar, kemudian menimbulkan banyak
retakan-retakan dan terjadi blister, akhirnya terurai : kerusakan yang terjadi
disebabkan oleh asam.
Penggelembungan dengan NaOH 0,1 N
Bagian serat wol yang rusak karena cuaca, menggelembung lebih besar dari pada
bagian yang tidak rusak. Kerusakan karena cuaca pada satu sisi serat wol akan
menimbulkan bentuk lengkungan tetentu.
Pada pengujian ini larutan alkali (NaOH 0,1 N, KOH 0,1 N, atau ammonia 0,1 N)
digunakan sebagai medium didalam pengamatan dengan mikroskop, sehingga tingkat-
tingkat penggelembungan dan pengeritingan dapat diamati.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat
- Tabung reaksi
- Pengaduk
- Gelas piala
- Mikroskop
Bahan
- Serat wool
- Larutan perak nitrat amoniakal
- Larutan indigo Carmine
- Larutan Metylen blue
- Larutan acid red 1
IV. CARA KERJA
4.1 Uji Pewarnaan
a. Uji Perak Nitrat Amoniakal
Contoh uji direndam dalam larutan perak nitrat amoniakal selama 5-10
menit
Kemudian amati warna yang terjadi
Evaluasi
Contoh uji yang rusak akan berwarna coklat sampai hitam (ketuaan warna
bergantung pada derajat kerusakan seratnya)
b. Uji Indigo Carmine
Contoh uji direndam dalam larutan pereaksi selama 10 menit pada suhu
kamar.
Contoh uji dicuci dengan menggunakan air dingin.
Kemudian amati dibawah mikroskop.
Evaluasi
Serat yang rusak oleh asam, alkali, hipoklorit asam dan peroksida akan berwarna
biru tua (ketuaan warna tergantung pada derajat kerusakan seratnya).
c. Uji Metylen Blue
Contoh uji direndam dalam larutan Metilen biru selama 5-10 menit pada
suhu kamar.
Contoh uji dicuci dengan menggunakan air dingin.
Kemudian amati warna yang terjadi.
Evaluasi
Contoh uji yang rusak karena alkali, hipoklorit dan peroksida akan berwarna biru
tua (ketuaan warna tergantung dari derajat kerusakan seratnya).
d. Uji C.I Acid Red 1
Contoh uji direndam dalam larutan pereaksi selama 10 menit pada suhu
kamar.
Contoh uji dicuci air dingin.
Kemudian amati dibawah mikroskop.
4.2 Uji Penggelembungan
a. Penggelembungan dengan NaOH 0,1 N
Contoh uji dipotong-potong sepanjang 1-2 mm.
Letakkan pada kaca objek dengan medium air.
Tutup dengan kaca penutup dan panaskan dengan oven pada 45 - 60OC.
Tambahkan pereaksi dari sisi kaca penutup.
Amati di bawah mikroskop.
Evaluasi
Wol yang rusak karena cuaca akan menggelembung lebih besar dibandingkan dengan wol
baik.
b. Penggelembungan dalam KOH Amoniakal (Pereaksi Krais Viertel)
Contoh uji yang rusak dan tidak rusak diletakkan di atas kaca objek.
Tutup dengan kaca penutup.
Tetesi dengan KOH amoniakal sebagai medium.
Panaskan pada oven dengan suhu 40OC selama 2 – 3 menit.
Amati di bawah mikroskop
Evaluasi
Wol yang rusak karena asam akan menggelembung dengan cepat dan sangat
besar.
Gelembung timbul disepanjang serat kemudian membentuk blister.
Wool yang tidak rusak akan menggelembung dan setelah 5 menit akan tampak
garis-garis memanjang dari lapisan fibrilnya.
Setelah 10 menit timbul gelembung di dalam serat dan dalam 20 menit
berkembang menjadi blister.
Wool yang rusak karena alkali : reaksi berlangsung setelah 30 menit, apabila serat
tidak berubah, tetapi terlihat seperti kaca dan sisiknya jelas menunjukkan
kerusakan oleh alkali atau panas.
BAGAN ANALISA KERUSAKAN WOOL
Uji KOH pada suhu 40o C
Oven selama 2-3 menit
- Terjadi penggelembungan
- Terjadi blister, kemudian terurai
- Garis-garis membujur
-Seperti wool tidak rusak
- Sisik seperti kaca
-Sisik tampak jelas
Kerusakan karena ASAM
Uji Metilen Biru 40oC
2 menit
Uji Indigo Carmine 40oC
5 menit
V. DATA PERCOBAAN
Terlampir pada lampiran
VI. DISKUSI
Uji perak Nitrat Amoniakal
Pada percobaan uji pewarnaan dengan perak nitrat amoniakal ini kerusakan serat
wol dilihat dari warna contoh uji dari yang berwarna coklat sampai hitam. Pada
percobaan ini terlihat bahwa wol yang rusak karena alkali memiliki warna yang paling
tua.
Indigo Carmine
Pada percobaan ini uji pewarnaan dengan indigo carmine, kerusakan serat terlihat
pada serat yang terwarnai biru tua. Makin tua warna maka kerusakan semakin besar,
sepert serat yang rusak karena asam, alkali, hipoklorit asam dan peroksida. Pada
percobaan ini terlihat bahwa wol yang rusak karena kaporit memiliki warna yang paling
tua.
Terwarnai TerwarnaiTidak Terwarnai Tidak Terwarnai
Uji Indigo Carmine 40oC
5 menit
Kerusakan BUKAN ASAM
Kerusakan karena ALKALI
Kerusakan karena PANAS
Terwarnai Tidak Terwarnai
Kerusakan karena HIPOKLORIT ASAM
Kerusakan karena HIPOKLORIT BASA
C.I. Acid Red 1
Pada percobaan uji pewarnanan dengan menggunakan C.I. Acid Red, wol rusak
dan wol yang diklorinasi ditandai dengan warna merah. Semakin rusak wol maka
warnanya akan semakin tua, dan pada percobaan ini wol yang rusak karena hipoklorit
asam memiliki warna yang lebih tua dibandingkan yang lainnya.
Methylen Blue
Pada percobaan uji pewarnaan dengan metilen biru, contoh wol yang rusak
karena alkali,hipoklorit dan peroksida akan berwarna biru tua, makin rusak wol maka
warna akan semakin tua. Pada percobaan ini wol yang rusak karena kaporit memiliki
warna yang lebih tua dibandingkan yang lainnya.
Penggelembungan dengan NaOH 0,1 N
Pada uji penggelembungan dengan NaOH 0.1 N pada wol baik masih terdapat
terdapat sisik. Pada kerusakan asam sisik putus-putus dan terjadi penggelembungan.
Wol yang rusak karena cuaca akan menggelembung lebih besar dibandingkan dengan
wol yang lain, ini terbukti pada kerusaan wol karena panas, terjadi penggelembungan
yang besar dibandingkan yang lain.
Penggelembungan dengan KOH amoniakal (Pereaksi Krais Viertel)
Wol yang rusak karena asam akan menggelembung dengan cepat dan sangat
besar, gelembung timbul disepanjang serat kemudian membentuk blister. Wol yang
tidak rusak akan menggelembung dan setelah 5 menit akan tampak garis-garis lembut
memanjang dari lapisan fibrilnya, setelah 10 menit timbul gelembung di dalam serat
dan dalam 20 menit berkembang menjadi blister. Wol yang rusak karena alkali reaksi
berlangsung setelah 30 menit, apabila serat tidak berubah, tetapi terlihat seperti kaca
dan sisiknya jelas menunjukkan kerusakan oleh alkali atau panas. Pada percobaan ini
kerusakan karena asam terjadi blister dan terjadi penggelembungan.
VII. KESIMPULAN
Pada percobaan uji perak amoniakal wol yang paling rusak terdapat pada
alkali
Pada percobaan uji indigo carmine wol yang paling rusak terdapat pada
kaporit.
Pada percobaan uji C.I acid red 1 wol yang paling banyak terklorinasi terdapat
pada hipoklorit asam.
Pada percobaan uji metilen biru wol yang paling rusak terdapat pada kaporit.
Pada uji peggelembungan NaOH 0,1 N wol yang paling rusak terdapat pada
kerusakan karena panas yaitu terjadinya penggelembungan yang besar, dan juga
wol yang rusak karena asam, terdapat sisik putus-putus dan terjadi
penggelembungan.
Pada uji penggelembungan KOH amoniakal wol yang paling rusak terdapat
pada wol yag rusak karena asam dapat dilihat dengan adanya penggelembugan
yang sangat besar dan adanya blister. Sedangkan wol yang baik terdapat pada wol
baik, wol yang rusak karena H2O2 dan kaporit, dapat dilihat setelah didiamkan
tampak garis membujur.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Rahayu Hariyanti , S.Teks MT dkk . Bahan Ajar Praktikum Evaluasi Kimia Tekstil I.
Analisa Kualitatif dan Kuantitatif Kerusakan Serat Tekstil. Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil. Bandung : 2005.
Evaluasi Tekstil Bagian Kimia, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1975.
LAPORAN PRAKTIKUM
EVALUASI TEKSTIL KIMIA I
ANALISA KERUSAKAN SERAT WOOL SECARA KUALITATIF
Uji Pewarnaan dengan Perak Amoniakal, Indigo Carmine, C.I Acid Red 1, Metilen Biru, Uji
Penggelembungan dengan NaOH 0,1 N dan KOH amoniakal (Pereaksi Krais Viertel)
NAMA : Miranti Febiantika
N R P : 10.K40017
GROUP : K – 1
DOSEN : Kurniawan, S.Si
ASISTEN : Luciana S.Teks.,M.p
Maman Sudian
TGL PENYERAHAN : 11 Juni 2012
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
B A N D U N G2 0 12