lap jadi

65
I. HUBUNGAN FAKTOR IKLIM DENGAN PERTUMBUHAN TANAMAN A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Iklim adalah kondisi rata- rata cuaca dalam waktu jangka yang panjang. Cuaca dan iklim merupakan faktor utama dalam pengaruh berbagai kehidupan. Begitu juga dengan tanaman, pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Maka dari itu faktor iklim sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman. Hasil suatu jenis tanaman bergantung pada interaksi antara faktor genetis dan faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim dan teknologi dari faktor lingkungan, maka faktor tanah merupakan modal utama. Keadaan tanah sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim, yaitu hujan, suhu dan kelembaban. Pengaruh itu kadang menguntungkan tapi tidak jarang pula merugikan. Faktor iklim sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman. Apabila tanaman ditanam di luar daerah iklimnya, maka produktivitasnya sering kali 1

Upload: abiezabudihastomo

Post on 07-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

ageroeko

TRANSCRIPT

36

I. HUBUNGAN FAKTOR IKLIM DENGAN PERTUMBUHAN TANAMANA. Pendahuluan1. Latar BelakangIklim adalah kondisi rata- rata cuaca dalam waktu jangka yang panjang. Cuaca dan iklim merupakan faktor utama dalam pengaruh berbagai kehidupan. Begitu juga dengan tanaman, pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Maka dari itu faktor iklim sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman. Hasil suatu jenis tanaman bergantung pada interaksi antara faktor genetis dan faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim dan teknologi dari faktor lingkungan, maka faktor tanah merupakan modal utama. Keadaan tanah sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim, yaitu hujan, suhu dan kelembaban. Pengaruh itu kadang menguntungkan tapi tidak jarang pula merugikan.Faktor iklim sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman. Apabila tanaman ditanam di luar daerah iklimnya, maka produktivitasnya sering kali tidak sesuai dengan yang diharapkan. Studi tentang perilaku kejadian tiap organisme atau tumbuhan dalam hubungannya dengan perubahan-perubahan iklim disebut dengan fenologi. Faktor iklim yang dipergunakan dalam penelitian fenologi pada umumnya adalah curah hujan hal ini adalah karena curah hujan secara langsung atau tidak langsung penting untuk pengaturan waktu dan ruang dalam pembentukan bunga dan buah pada tumbuhan tropis.Faktor-faktor tersebut terdiri atas cahaya matahari, temperatur, curah hujan, kelembaban udara dan angin. Mempelajari hal ini maka kita sebagai pelaku di bidang pertanian bisa mengantisipasi pengaruh iklim yang ada pada tanaman melalui berbagai penelitian tentang seberapa besar tingkat toleransi tanaman terhadap kondisi tersebut.2. Tujuan Praktikum Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mempelajari hubungan faktor iklim dengan pertumbuhan tanaman.3. Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan tanaman dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 28 Februari 2015 pukul 07.30 WIB di belakang gedung D Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.B. Tinjauan PustakaIklim dan cuaca merupakan faktor penentu utama bagi pertumbuhan dan produktifitas tanaman pangan. Ini semua mengacu pada efek rumah kaca pertumbuhan suatu tanaman (Munawar 2008).1. Kacang Kedelai Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycinesoja dan Sojamax. Pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycinemax(L.) Merill.Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :Kerajaan: PlantaeFilum: MagnoliophytaKelas: MagnoliophytaOrdo: FabalesFamili: FabaceaeGenus: GlicineSpesies: Glycine max(Zulrasdi 2005).Tanaman kedelai dapat tumbuh subur pada wilayah dengan tinggi 0-900 m dari permukaan laut, optimalnya yaitu sekitar 650 m karena sangat berpengaruh terhadap umur tanaman. dengan temperatur antara 25C-27C dengan penyinaran penuh yaitu minimal 10 jam/hari. Kelembaban suhu yang dianjurkan rata-rata 50% (Balitbang 2008).Kebanyakan tanaman pangan seperti kedelai, perubahan ketersediaan air memiliki akibat yang lebih besar dibanding kenaikan suhu. Jika terjadi pola hujan dengan suhu dan kadar CO2 yang tinggi justru akan menguntungkan produksi tanaman pangan. Karena manfaat peningkatan CO2 bagi tanaman adalah untuk fotosintesis (dalam fotosintesis diperlukan CO2 dalam pembentukan karbohidrat/ asimilasi) (Chrisandini 2006).Cahaya juga meransang pembungaan tumbuhan tertentu. Ada tumbuhan yang dapat berbunga pada hari pendek (lamanya penyinaran lebih pendek daripada waktu gelapnya). Adapula tumbuhan yang berhari panjang. Lamanya penyinaran lebih panjang daripada waktu gelap. Hal ini berkaitan dengan aktivitas hormon fitokrom dalam tumbuhan (Sri maryati 2006).Supaya mencapai pertumbuhan tanaman yang optimal, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan tumbuh yang optimal pula.Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan iklim.Kebutuhan air sangat tergantung pada pola curah hujan yang turun selama pertumbuhan, pengelolaan tanaman, serta umur varietas yang ditanam. (Irsyanto 2008).Pemanfaatan luas lahan yang terbatas memberikan inovasi-inovasi pola yang secara bebas memberikan ruang pilihan kepada petani. Pola agroforestri-tumpangsari menggunakan jenis-jenis yang mempunyai prospek pasar yang menjanjikan petani memiliki tujuan menanam, yaitu: petani memperoleh manfaat sosial dari tumpangsari tanaman semusim seperti jagung, singkong, pisang, serta rumput gajah bagi petani yang memelihara ternak; manfaat ekonomi berupa hasil kayu untuk industri dengan pemasaran lokal maupun ekspor (Sabarnurdinet al.2011).Kelembaban nisbi suatu tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air ditempat tersebut serta energi untuk menguapkannya. Kelembaban nisbi Kelembaban nisbi (relatif) adalah perbandingan jumlah uap air dalam udara yang ada dengan jumlah uap air maksimum dalam suhu yang sama. Dinyatakan dengan persen. (Handoko 2009).Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara. Alat untuk mengukur kelembaban udara disebut hygrometer. Garis khayal di peta yang menunjukkan daerah yang sama kelembabannya disebut isohyg.Kelembaban udara dinyatakan oleh tekanan uap air oleh koefisien hygrometrik ataukelembaban relatif atau temperatur titik embun sebab sesungguhnya tekanan uap tidaklah cukup mencirikan kelembaban sebenarnya. (Martha 2008).C. Metode Praktikum1. Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan tanaman dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 28 Februari 2015 pukul 07.30 WIB di belakang gedung D Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.2. Bahana. Benih kedelai3. Alatb. Pot plastik atau polibag.c. Termometer udarad. Light metere. Higrometerf. Kertas milimeterg. Timbangan 4. Cara kerja :a. Percobaan untuk menganalisis hubungan naungan dengan pertumbuhan tanaman dilaksanakan dengan satu factor perlakuan.Petak utama adalah naungan (N) yaitu: kondisi terbuka (N1), naungan 25% (N2), dan naungan 75% (N3)b. Pelaksanaan kegiatan meliputi penanaman di polibag.c. Media yang digunakan adalah tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1.d. Setelah penanaman, ditambahkan cacahan jerami pada lubang tanam.e. Penyulaman dilakukan satu minggu setelah penanaman.f. Lakukan penyiraman setiap hari secukupnya.g. Lakukan pemeliharaan berupa pemupukan dan penyiangan gulma.h. Lakukan pengamatan sesuai peubah yang harus diamati.

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan1. Pengamatan Pada Kedelaia. Hasil PengamatanTabel 1.1 Pengamatan Tinggi Tanaman KedelaiMinggu Ke-Perlakuan

N1J1N1J2N1J3N2J1N2J2N2J3N3J1N3J2N3J3

112123112123112123

1000000000000000000

2000000570653000000

307030010701197000000

4019015002170202220000000

50250240029150242925000000

60280250032190272929000000

70300270035230302935000000

80410300040270323037000000

Sumber : Log bookTabel 1.2 Pengamatan Jumlah Daun KedelaiMinggu Ke-Perlakuan

N1J1N1J2N1J3N2J1N2J2N2J3N3J1N3J2N3J3

112123112123112123

1000000000000000000

2000000460422000000

303020015100533000000

4015060025150111411000000

50190150027230151913000000

60190150027280181919000000

70210170030310201725000000

80340210032340212130000000

Sumber : Log bookTabel 1.3 Berat Akar Kedelai Sebelum PengovenanMinggu Ke-Perlakuan

N1J1N1J2N1J3N2J1N2J2N2J3N3J1N3J2N3J3

112123112123112123

800,5400,30000,820,6200,7700000000

Sumber : Log bookTabel 1.4 Berat Total Tanaman Kedelai Sebelum PengovenanMinggu Ke-Perlakuan

N1J1N1J2N1J3N2J1N2J2N2J3N3J1N3J2N3J3

112123112123112123

8011,0707,930012,2110,33011,1900000000

Sumber : Log bookTabel 1.5 Berat Akar Kedelai Setelah PengovenanMinggu Ke-Perlakuan

N1J1N1J2N1J3N2J1N2J2N2J3N3J1N3J2N3J3

112123112123112123

800,0800,075000,120,0900,1100000000

Sumber : Log bookTabel 1.6 Berat Brangkasan Total Tanaman KedelaiMinggu Ke-Perlakuan

N1J1N1J2N1J3N2J1N2J2N2J3N3J1N3J2N3J3

112123112123112123

803,3602,185004,663,3003,4400000000

Sumber : Log bookb. PembahasanIklim mempengaruhi pertumbuhan tanaman termasuk tinggi tanaman, dari tabel 1.1 diketahui bahwa pada tanaman Kedelai yang ditempatkan pada agroforestri memiliki tinggi yang berbeda. Suhu minggu pertama adala 34,61 oC, kelembabannya 56,74 % dan IRM atau Intensitas cahaya 30.880,84 fc. Minggu kedua dengan suhu 36,64 oC, kelembaban 41,10 % dan IRM 22.294,00 fc. Pengamatan pada minggu ketiga dengan suhu 37,42 oC, kelembaban 46,80 % dan IRM 38.769,23. Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan hasil pada perlakuan N1J1 tanaman kedelai mati karena tidak terdapat pertumbuhan pada perlakuan tersebut. Perlakuan N1J2 didapatkan hanya satu tumbuhan yang hidup, pertumbuhan dimulai pada minggu keempat hingga mnggu kedelapan, pada minggu keempat hingga minggu kedelapan berturut-turut adalah tinggi tanaman sebesar 15cm, 24cm, 25cm, 27cm,30cm. Perlakuan N1J3 memiliki satu tanaman yang tumbuh dengan pertumbuhan dimulai pada minggu ketiga, tinggi tanaman berturut-turut adalah 3cm, 15cm, 24cm, 25cm, 27cm, 30cm. Perlakuan N2J1 mengalami pertumbuhan mulai minggu yang kedua, tinggi tanaman berturut-turut adalah 5cm, 10cm, 21cm, 29cm, 32cm, 35cm,40cm. Perlakuan N2J2 tanaman yang tumbuh hanya satu dengan pertumbuhan dimulai dari minggu kedua, tinggi tanaman berturut-turut adalah 7cm, 7cm, 7cm, 15cm, 19cm, 23cm, 27cm. Perlakuan N2J3 semua tanaman tumbuh dengan pertumbuhan dimulai dari minggu ke 2, pada tanaman yang pertama tinggi tanaman secara berurutan dari minggu kedua adalah sebesar 6cm, 11cm, 20cm, 24cm, 27cm, 30cm, 32cm, pada tanaman kedua secara berurutan dari minggu kedua yaitu 5cm, 9cm, 22cm, 29cm, 29cm, 29cm, 30cm, pada tanaman ketiga secara berurutan dari minggu kedua yaitu 3cm, 7cm, 20cm, 25cm, 29cm, 35cm, 37cm. Perlakuan pada semua N3 tudak mengalami pertumbuhan karena semua tanaman yang terdapat pada N3 semuanya mati.Jumlah daun pada N1J2 dari minggu ketiga adalah 3, 15, 19, 19, 21, 34. Jumlah daun pada N1J3 dari minggu ketiga adalah 2, 6, 15, 15, 17, 21. Perlakuan pada N2J1 dari minggu kedua memiliki jumlah daun 4, 15, 25, 25, 27, 27, 30, 32. Perlakuan N2J2 memiliki jumlah daun dari minggu kedua secara berurutan adalah 6, 10, 15, 23, 28, 31, 34. Perlakuan N2J3 semuanya memiliki daun dari minggu kedua, pada tanaman pertama secara berurutan jumlah daunnya adalah 4, 5, 11, 15, 18, 20, 21, pada tanaman kedua jumlah daun secara berurutan adalah, 2, 3,14, 19, 19, 17, 21, pada tanaman ketiga jumlah daun secara berurutan adalah 2, 3, 11, 13, 19, 25, 30.Tanaman tumbuh dengan optimal pada perlakuan N2 (naungan 25%) hal ini disebabkan kedelai merupakan tanaman C3 yang tidak terlalu membutuhkan cahaya matahari, karena apabila terkena cahaya matahari terlalu banyak maka tanaman tersebut akan mengalami respirasi. Respirasi ini mengganggu proses fotosintesis. Apabila tanaman mengalami fotorespirasi tanaman tersebut akan sulit bertahan.

2. Tinggi tanamana. Hasil PengamatanTabel 1.7 Tinggi Tanaman Pada F TabelSumberSignifikan

Naungan0,001

Jarak0,290

Naungan * Jarak0,493

Sumber: Data RekapanTabel 1.8 Naungan Terhadap Tinggi Tanaman Pada DuncanNaunganTinggi Tanaman (cm)

N133,77

N235,24

N361,55

Sumber: Data RekapanTabel 1.9 Jarak Terhadap Tinggi Tanaman Pada DuncanJarakTinggi Tanaman (cm)

J146,53

J245,30

J336,87

Sumber: Data Rekapanb. PembahasanBerdasaarkan pada tabel 1.6 tentang tinggi tanaman pada F Tabel perbedaan tingkat naungan mempengaruhi intensitas cahaya, suhu udara, kelembaban udara dan suhu tanah lingkungan tanaman, sehingga intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman berbeda dan mempengaruhi ketersediaan energi cahaya yang akan diubah menjadi energi panas dan energi kimia. Semakin besar tingkat naungan (semakin kecil intensitas cahaya yang diterima tanaman) maka suhu udara rendah, kelembaban udara semakin tinggi. Kelembaban udara yang terlalu rendah dan terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan dan pembungaan tanaman(Hermawan 2006).Berdasarkan analisis data pada naungan menggunakan alfa 5% didapatkan hasil 0,001 yang berarti bahwa data tersebut adalah signifikan atau beda nyata, hal tersebut berarti bahwa naungan berpengaruh pada keadaan tinggi tanaman, pada jarak didapatkan hasil sebesar 0,290 yang berarti bahwa hasil jarak lebih besar dari pada alfa, sehingga hal tersebut membuktikan bahwa jarak tidak signifikan atau tidak beda nyata yang berarti bahwa jarak tidak mempengaruhi tinggi tanaman.Berdasarkan tabel 1.7 naungan terhadap tinggi tanaman pada duncan diperoleh bahwa pertumbuhan tanaman yang ditanam pada N1 memiliki tinggi tanaman sebesar 33,77cm, pada tanaman yang di tanam pada N2 memiliki tinggi tanaman sebesar 35,24, sedangkan pada tanaman yang ditanam pada N3 memiliki tinggi tanaman sebesar 61,56. Pada N3 memiliki tinggi tanaman yang paling tinggi, hal ini disebabkan karena naungan sebesar 75% tersebut mempegaruhi auksin sehingga auksin bekerja dengan cepat tanpa terganggu cahaya karena ternaungi 75% yang mengakibatkan tanaman cepat tinggi. Tinggi tanama tersebut disebabkan pertumbuhan tanaman yang ternaungi dan memperoleh intensitas cahaya yang rendah. Pertumbuhan pada intensitas cahaya yang rendah tersebut akan mengalami etiolasi (pemanjangan batang atau ruas tanaman). Pemanjangan batang (etiolasi) terjadi karena perusakan auksin karena cahaya yang lebih sedikit pada tegakan yang ternaung (Gardner et al., 1991). Berdasarkan tabel 1.8 tentang jarak terhadap tinggi tanaman pada duncan adalah tanaman J1 memiliki tinggi sebesar 46,53, pada tanaman J2 memiliki tinggi sebesar 45,30, dan pada tanaman J3 memiliki tinggi sebesar 36,89. Tanaman J1 memiliki tinggi tanaman yang tertinggi diantara tanaman J2 dan J3, hal ini dikarenakan pada tanaman yang di tanam pada J1 tidak mengalami kompetisi sehingga tanaman tumbuh dengan cepat tanpa adanya gangguan dari tanaman yang di tanam di sebelahnya.Jarak tanam berhubungan dengan luas atau ruang tumbuh yang ditempatinya dalam penyediaan unsur hara, air dan cahaya. Jarak tanam yang terlalu lebar kurang efisien dalam pemanfaatan lahan, bila terlalu sempit akan terjadi persaingan yang tinggi yang mengakibatkan produktivitas rendah. Kepadatan populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai mencapai daya dukung lingkungan, karena keterbatasan lingkungan pada akhirnya akan menjadi pembatas pertumbuhan tanaman. Menurut prinsip faktor pembatas leibig, materi esensial yang tersedia minimum cenderung menjadi faktor pembatas pertumbuhan (Boughey, 1968).3. Bobot Total Sebelum Ovena. Hasil PengamatanTabel 1.10 Bobot Total Sebelum Oven Pada F TabelSumberSignifikan

Naungan0,041

Jarak0,000

Naungan * Jarak0,000

Sumber: Data RekapanTabel 1.11 Naungan Terhadap Bobot Total Sebelum di Oven Pada DuncanNaunganBobot Tanaman (gram)

N124,01

N211,75

N329,49

Sumber: Data RekapanTabel 1.12 Jarak Terhadap Bobot Total Sebelum di Oven Pada DuncanJarakBobot Tanaman (gram)

J144,06

J212,88

J38,30

Sumber: Data Rekapanb. PembahasanBerdasarkan tabel 1.9 tentang bobot total sebelum oven pada f tabel naungan pada perhitungan menghasilkan 0,041, jarak pada hasil perhitungan menghasilkan 0,000 dan pada naungan di kali dengan jarak hasil perhitungan sebesar 0,000, semua hasil perhitungan pada naungan, jarak, dan jarak dikali naungan menghasilkan hasil dibawah 0,05 (alfa 5%) itu berarti bahwa semua hasil perhitungan merupakan signifikan atau beda nyata yang dapat diartikan bahwa naungan dan jarak merupakan faktor dalam menentukan bobot total sebelum oven. Berdasarkan tabel 1.10 tentang naungan terhadap bobot total sebelum di oven menghasilkan bobot tanaman pada N1 sebesar 24,01 gram, pada N2 sebesar 11,75 gram, pada N3 menghasilkan bobot sebesar 29,49 gram. Pada bobot N3 mendapatkan hasil yang paling tinggi, hal ini disebabkan karena respirasi tanaman dilakukan secara optimal pada N3. Berdasarkan Tabel 1.11 tentang jarak terhadap bobot total sebelum di oven menghasilkan bobot pada J1 sebesar 44,06 gram, pada J2 menghasilkan bobot sebesar 12,88 gram, pada J3 menghasilkan sebesar 8,30 gram. Bobot pada J1 memiliki bobot yang paling tinggi hal ini disebabkan karena keadaan tanaman yang pada saat itu tanaman pada J1 bekerja paling optimum dari tanaman yang lainnya.4. Bobot Akara. Hasil PengamatanTabel 1.13 Bobot Akar Pada F TabelSumberSignifikan

Naungan0,000

Jarak0,256

Naungan * Jarak0,409

Sumber: Data RekapanTabel 1.14 Naungan Terhadap Bobot Akar Pada DuncanNaunganBobot Akar (gram)

N11,79

N20,89

N30,34

Sumber: Data Rekapan

Tabel 1.15 Jarak Naungan Terhadap Bobot Akar Pada DuncanJarakBobot Akar (gram)

J11,23

J21,09

J30,79

Sumber: Data Rekapanb. PembahasanBerdasarkan tabel 1.12 tentang bobot akar pada f tabel didapatkan hasil pada naungan sebesar 0,000 pada jarak hasil perhitungan sebesar 0,256 dan hasil perhitungan naungan kali jarak adalah 0,409. Hasil tersebut membuktikan bahwa naungan mempengaruhi bobot akar karena hasil perhitungan lebih kecil dari alfa yaitu 5%, sehingga hasil perhitungan naungan merupakan signifikan atau beda nyata, sedangkan pada hasil perhitungan jarak dan naungan dikalikan dengan jarak tidak signifikan atau tidak beda nyata sehingga keduanya tidak mempengaruhi bobot pada akar. Berdasarkan tabel 1.13 tentang naungan terhadap bobot akar pada duncan didapatkan hasil pada N1 bobot akar sebesar 1,79 gram, pada N2 bobot akar sebesar 0,89 gram, pada N3 bobot akar sebesar 0,34 gram. Hasil bobot yang paling tinggi pada perlakuan N1 hal ini disebabkan pada N1 kondisi tanaman akarnya memiliki ukuran dan bobot yang lebih besar daripada tanaman yang berada pada perlakuan N2 dan N3.5. Jumlah Dauna. Hasil PengamatanTabel 1.16 Jumlah Daun Pada F TabelSumberSignifikan

Naungan0,640

Jarak0,187

Naungan * Jarak0,070

Sumber: Data Rekapan

Tabel 1.17 Naungan Terhadap Jumlah Daun Pada DuncanNaunganJumlah Daun

N120

N219

N322

Sumber: Data RekapanTabel 1.18 Jarak Terhadap Jumlah Daun Pada DuncanJarakJumlah Daun

J118

J223

J318

Sumber: Data Rekapanb. PembahasanBerdasarkan tabel 1.15 tentang jumlah daun pada f tabel mendapatkan hasil perhitungan pada naungan sebesar 0,640, pada jarak mendapatkan hasil perhitungan sebesar 0,187 dan pada hasil jarak dikali dengan naungan adalah 0,070, ketiga hasil perhitungan pada naungan, jarak, dan naungan dikali dengan jarak mendapatkan hasil di atas 5% yang berarti bahwa ketiganya merupakan tidak beda nyata atau tidak signifikan, sehinggan naungan dan jarak tidak menentukan jumlah daun pada tanaman kedelai. Berdasarkan tabel 1.16 diperoleh jumlah daun pada N1 sebanyak 20 helai daun, pada N2 diperoleh sebanyak 19 daun, pada N3 diperoleh sebanyak 22 daun, pada N3 memiliki jumlah daun yang paling banyak, hal ini disebabkan oleh tanaman itu sendiri yang memiliki kondisi optimal atau dalam kondisi yang baik. Berdasarkan tabel 1.17 tentang jarak terhadap jumlah daun pada duncan, diperoleh jumlah daun pada J1 sebanyak 18 daun, pada J2 diperoleh sebanyak 23 daun dan pada J3 diperoleh sebanyak 18 daun, pada J2 memiliki jumlah daun yang paling banyak, karena kedelai pada perlakuan J2 dalam kondisi yang baik sehingga daun tumbuh dengan banyak.

E. Kesimpulan dan Saran1. Kesimpulana. Suhu, kelembaban dan intensitas cahaya matahari mempengaruhi tinggi tanaman dan lebar daun.b. Intensitas cahaya matahari berpengaruh terhadap tinggi suhu ruangan.c. Intensita cahay tinggi, suhu tinggi sedangkan kelembabannya rendah.2. Sarana. Praktikum agroekologi seharusnya lebih di koordinasi lagi mengenai jadwal praktikum.b. Pada saat praktikum seharusnya co.ass mendampingi praktikan, karena tidak semua praktikan paham tentang apa yang harus dilakukanc. Saat praktikum supaya co.ass dan praktikan tidak terlambat.

DAFTAR PUSTAKABalitbang 2008. Syarat Tumbuh Kedelai. www.sulsel.litbang.deptan.go.id . Diakses tanggal 4 April 2014Chrisandini 2006. Tanaman Pangan. www. acehforum.or.id. Diakses tanggal 4 April 2014Cruz P 2007. Zea Mays.Biology IV.Berlin : Cornelson Dpuck.Djaenuddin 2006. Pengelolaan Tanaman Jagung. Jurnal Badan Litbang Pertanian, vol 15 (2):2006. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.Handoko 2009. Klimatologi Dasar, Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-Unsur Iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.Irsyanto 2008. Pengaruh Iklim terhadap Pertumbuhan Kedelai.Diakses dari http://one.indoskripsi.com/node/4117. Diakses pada tanggal 4 April 2014.Martha W Joyce. 2008. Mengenal DasarDasar Hidrologi. Nova. Bandung.Maryati Sri 2006. Perubahan Iklim. Jurnal Agrosains 1(1) : 22-25. Balitbag .Bogor.Munawar 2008. Pengaruh Rumah Kaca Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman. http://munawar.8m.netPlantamor. 2011. Jagung. www.plantamor.com. Diakses pada tanggal 4 April 2014Sabarnurdin M. Sambas. 2011. Agroforestry : Konsep, Prospek Dan Tantangan Presentasi Workshop Agroforestry 2011, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, YogyakartaZulrasdi Noer Sjofjendi 2005.Pertanian di Daerah aliran Sungai Lembaga Informasi Pertanian.BPPT Sumatra Barat

II. STUDI PENDAHULUAN ANALISIS VEGETASI(RECONNAISANCE STUDY)A. Pendahuluan1. Latar BelakangMempelajari komunitas tumbuhan berarti memahami dengan saksama hubungan timbal balik antara tumbuhan dan lingkungan. Mendalami komunitas tumbuhan tidak hanya penting sebagai pengetahuan saja, tetapi juga berperan dalam memahami peran berbagai faktor lingkungan dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Semakin banyak jenis tumbuhan dalam suatu komunitas, kita dapat membandingkan jenis yang satu dengan lainnya.Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbondioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu, sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya bergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut.Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor lingkungan dari sejarah dan pada faktor-faktor itu, mudah diukur dan nyata. Analisis vegetasi secara hati-hati dipakai sebagai alat untukmemperlihatkan informasi yang berguna tentang komponen-komponen lainnya. Sekitar abad ke-20 usaha-usaha diarahkan untuk menyederhanakan deskripsi dari vegetasi dengan tujuan untuk untuk meningkatkan keakuratan dan untuk mendapatkan standart dasar dalam evaluasi secara kuantitatif. Pembangunan/pengelolaan potensi sektor pertanian selama ini masih cenderung mengejar peningkatan produktivitas dan kualitas hasil pertanian namun kurang memperhatikan kestabilan dan keberlanjutan. Dalam mewujudkannya diperlukannya pengetahuan agroekosistem khususnya dalam aspek vegetasi, agar tidak berdampak buruk pada degradasi sumberdaya lahan dan air tapi juga dapat memperbaiki kualitas lingkungan.17

2. Tujuan PraktikumTujuan praktikum acara 2 tentang Studi Analisis Vegetasi, adalah:a. Untuk mengetahui kondisi lingkungan secara umumb. Untuk mengetahui komposisi vegetasi dan pola persebaranya3. Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum acara Studi Pendahuluan Analisis Vegetasi (Reconanaisance study) ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 3 April 2014 pada pukul 08.30 9.30 bertempat di lahan kosong area Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.B. Tinjauan PustakaAnalisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Teknik sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan. Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas. Titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik (Grime 2006).Analisis vegetasi dalam ekologi tumbuhan adalah cara untuk mempelajari struktur vegetasi dan komposisi jenis tumbuhan. Analisis vegetasi bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis (susunan) tumbuhan dan bentuk (struktur) vegetasi yang ada di wilayah yang di analisis. Nilai kerapatan suatu jenis menunjukan kelimpahan jenis dalam suatu ekosistem dan nilai ini dapat menggambarkan bahwa jenis dengan kerapatan tertinggi memiliki pola penyesuaian yang besar. Kerapatan sangat dipengaruhi oleh jumlah ditemukannya spesies dalam daerah penelitian. Semakin banyak suatu spesies, maka kerapatan relatifnya semakin tinggi (Rivay 2012).Pengertian vegetasi adalah semua spesies tumbuhan yang terdapat dalam suatu wilayah yang luas, yang memperlihatkan pola distribusi menurut ruang dan waktu. Tumbuhan penutup permukaan bumi merupakan vegetasi yang dapat berbeda dalam ruang dan waktu untuk komponen spesies penyusunnya, berdasarkan ukuran keluasan maka vegetasi dapat dibedakan dalam formasi adalah suatu tipe vegetasi yang sangat luas yang menutupi permukaan bumi, sebagai contoh adalah formasi Taiga, dimana keberadan formasi Taiga terletak pada pada beberapa benua, komposisi formasi taiga pada beberapa benua merupakan suatu komposisi tumbuhan yang identrik sehingga tetap dengan nama formasi Taiga. Formasi Taiga pada beberapa tempat di belahan bumi mempunyai penyusun vegetasi yang mempunyai kesamaan dalam hal, komposisi floristik, fisiognomi dan muncul pada habitat yang relatif konsisten yang disebut sebagai asosiasi. Penyusun formasi Taiga merupakan bermacam macam asosiasi yang juga dapat dikatakan sebagai komunitas (Supriyono 2002).Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung adalah: (1) Nama jenis (lokal atau botanis) (2) Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan (3) Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap lahan (4) Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk menghitung volume pohon (5) Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC), penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat diketahui ditaksir ukuran volume pohon (Dedy 2010).Cara memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan. Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Metode ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan rnempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis jenis dengan perubahan faktor lingkungan. Dalam analisa vegetasi ini terdapat banyak ragam metode analisa diantaranya yaitu: (1) Dengan cara petak tunggal (2) Dengan cara petak berganda (3) Dengan cara jalur (Transek) dengan cara garis berpetak (4) Dengan cara-cara tanpa petak. Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter (Simanung 2009).C. Metodologi Praktikum1. Alat a. Patokb. Tali rafia c. Meterand. Gunting

2. BahanBahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum adalah berbagai macam jenis tumbuhan di Lahan Pekarangan Fakultas Kedokteran UNS.3. Cara kerjaa. Membuat segitiga phytagoras dengan ukuran 3m x 4m x 5m dengan menggunakan tali raffia dan disetiap ujung sudut diberi patok.b. Membuat perpanjangan pada salah satu sisi untuk membentuk sebuah persegi dengan ukuran 5m x 5m, kemudian 5m x 10m, 10m x 10m, dan 20m x 20m.c. Mengamati tumbuhan yang ada didalam petakan yang telah dibuat, kemudian di catat untuk dianalisis termasuk jenis naungan, perdu, atau pohon (ukur diameter jika tumbuhan tersebut memiliki ukuran yang cukup besar).d. Jika terjadi pengulangan jenis tumbuhan yang sama dan tidak terdapatnya spesies jenis tumbuhan baru, pengamatan diberhentikan sampai ke petak tersebut karena dianggap vegetasi sudah homogen.

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan1. Hasil PengamatanTabel 2.1 Daftar Komposisi Tanaman pada Luasan 5 x 5 mNoNama SpesiesTipe TumbuhanLingkar Batang (cm)

1SukunPohon25

2Sente WulungPerdu-

3LamtoroPohon1

4Tanaman Ketela PohonPohon1,5

6Tanaman Keji BelingPerdu-

7Tanaman Daun SeribuPerdu-

Sumber : Hasil Pengamatan LapanganTabel 2.2 Daftar Komposisi Tanaman pada Luasan 5 x 10 mNoNama SpesiesTipe TumbuhanLingkar Batang (cm)

1Ketela PohonPohon18

2Tanaman KepuhPohon21

3Tanaman ManggaPohon3

Sumber : Hasil Pengamatan LapanganTabel 2.3 Daftar Komposisi Tanaman pada Luasan 10 x 10 mNoNama SpesiesTipe TumbuhanLingkar Batang (cm)

1Tanaman JatiPohon23

Sumber : Hasil Pengamatan LapanganTabel 2.4 Daftar Komposisi Tanaman pada Luasan 10 x 20 mNoNama SpesiesTipe TumbuhanLingkar Batang (cm)

1Kayu PutihPohon121,5

2JatiPohon25,5

3Tanaman RambutanPohon3

4Tanaman ManggaPohon2

Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan2. PembahasanVegetasi adalah sekumpulan tumbuhan-tumbuhan yang biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama pada suatu tempat tertentu. Vegetasi suatu tempat dan tempat lain memiliki perbedaan pada jenis tanaman dan jumlah tanaman pada vegetasi tersebut. Perkembangan dan distribusi suatu tanaman di suatu vegetasi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitarnya dan daya adaptasi tumbuhan itu sendiri. Tumbuhan akan berkembang dan terdistribusi luas apabila lingkungan di sekitarnya mendukung dan daya adaptasi tersebut luas. Hasil pengamatan di lahan pekarangan fakultas kedokteran dengan perlakuan luas daerah pengamatan menunjukkan perbedaan jumlah dan penyebaran tumbuhan. Jumlah dan jenis tumbuhan pada luasan 5x5 m paling sedikit dibanding ketiga luasan lainnnya dan jumlah tumbuhan pada luasan 10x20 memiliki jumlah dan jenis tumbuhan yang paling banyak. Tumbuhan yang ditemukan di luasan 5m x 5m adalah tanaman sukun, sente wulung, lamtoro, tanaman ketela pohon, tanaman keji beling, tanaman daun seribu, yang memiliki penyebaran paling bnyak di dalam lingkungan 5m x 5m adalah sente wulung.Pohon sukun keberadaanya tidak terlalu banyak hanya terdapat satu pohon sukun di sekitar lingkungan 5m x 5m dan daunnya berbentuk menjari dengan batang berdiameter 25 cm. Pohon sukun ini biasa dijadikan naungan oleh tanaman tanaman perdu atau tanaman pendek yang lainnya. Pohon sukun biasanya tumbuh lebih besar dengan diameter lebih dari 25 cm.Luasan 5 x 10 m memiliki jumlah total tumbuhan 9 tumbuhan yang merupakan jumlah dari luasan 5 x 5 m tadi ditambah luas tambahan 5 m pada dua sisi yang sejajar. Tambahan tumbuhan untuk luasan 5 x 10 m adalah ketela pohon, tanaman kepuh dan tanaman mangga. Ketela pohon memiliki batang yang sangat tinggi dan berdiameter 18 cm tanaman kepuh dan tanaman mangga masing masing memiliki diameter 21cm dan 3 cm.Luasan 10 x 10 m memiliki jumlah tumbuhan 10. Jumlah ini merupakan akumulasi dari jumlah pada luasan pertama dan jumlah pada luasan kedua. Tambahan tumbuhan di luasan ini adalah tanaman jati yang berdiameter 23 cm. Tanaman jati tersebut biasa digunakan sebagai naungan pada tanaman perdu atau tanaman yang lebih pendek dari tanaman padi tersebut.Telihat dari data pengamatan semakin diperluas daerah pengamatan semakin banyak jenis vegetasi yang ditemukan.Tumbuhan di vegetasi ini tumbuh subur untuk kondisi lingkungan yang demikian, karena pada waktu pengamatan tidak ada pengukuran kondisi iklim, hanya pendugaan yang hanya bisa dilakukan.Kondisi lingkungan di lahan ini terlihat cocok untuk tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan, khususnya untuk tumbuhan jenis perdu.Tumbuhan jenis perdu jumlahnya lebih banyak daripada tumbuhan jenis pohon.Tumbuhan jenis perdu yang sering tumbuh di lahan ini umumnya dari jenis rumput-rumputan.Rumput memiliki penyebaran yang luas di lahan ini. Tumbuhan rumput memilik daya adapatasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh dimana-mana tanpa gangguan yang berarti. Teori Darwin mengatakan bahwa dalam mempertahankan eksistensi kehidupan, organisme yang bertahan akan terus hidup dan yang lemah akan kalah dan musnah. Teori ini menunjukkan bahwa apabila suatu organisme dapat bertahan di kondisi yang kurang menguntungkan, maka dia akan terus bertahan di saat yang lainnya mati atau musnah (Darwin 1859).Rumput yang ditemui di lahan pekarangan Fakultas Kedokteran jumlahnya paling banyak karena mampu bertahan di dalam lingkungan yang kurang menguntungkan dan proses reproduksinya cenderung cepat sehingga jumlah tumbuhannya paling banyak diantara tumbuhan yang lain. Potensiadaptasi yang tinggi berpengaruh pada keberhasilan organisme untuk tumbuh dan berkembang di berbagai tempat yang akan menyebabkan tingkat distribusi organisme tinggi. Rumput apabila dilihat persebarannya, memang memiliki persebaran yang luas di muka bumi ini.Tanpa ditanam jenis rumbput-rumputan dapat tumbuh dengan subur. Penyebaran rumput luas, juga dipengaruhi oleh penyebaran alat reproduksinya yang berupa biji luas.Kondisi tanah (edaphik) yang mendukung pertumbuhan rumput juga merupakan faktor yang mendukung penyebarannya yang luas.Rumput cenderung toleran terhadap jenis tanah dan kondisi tanah apapun.Kondisi tanah yang kering maupun basah dapat ditoleransi oleh rumput. Justru, saat tanah dalam kondisi banyak air, pertumbuhan rumput akan semakin banyak. Rumput juga dapat tumbuh di jenis tanah apapun, entah itu jenis alfisol, entisol, maupun vertisol dan jenis tanah yang lainnya. Rumput dapat tumbuh dengan baik di jenis tanah apapun, karena ereka memiliki kadar toleransi yang tinggi (Maryati 2006).Tumbuhan yang memiliki persebaran yang sempit dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah faktor iklim yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Faktor kedua adalah kecepatan reproduksi yang lambat, tumbuhan dengan siklus reproduksi yang lama akan menyebabkan perbanyakan keturunannya juga lama, sehingga penyebarannya kurang luas. Faktor tanah juga mempengaruhi penyebaran yang sempit suatu tumbuhan. Tumbuhan kurang toleran dengan jenis tertentu sehingga pertumbuhannya dan penyebarannya menjadi kurang. Faktor selanjutnya adalah penyebaran alat reproduksi berupa biji yang kurang luas dan yang menjadi faktor terpenting adalah daya adaptasi dan tingkat toleransi yang kurang. Tumbuhan yang susah untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungannya akan memiliki persebaran yang sempit. Tumbuhan yang memiliki daya toleran yang rendah juga menyebabkan penyerannya sempit.

E. Kesimpulan dan Saran1. KesimpulanKesimpulan dari praktikum acara 2 tentang Studi Pendahuluan Analisis Vegetasi, adalah :a. Vegetasi adalah sekumpulan tumbuhan-tumbuhan yang biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama pada suatu tempat tertentu.b. Jumlah vegetasi akan semakin banyak jika luasan pengamatan juga semakin luas.c. Penyebaran suatu tumbuhan dipengaruhi dipengaruhi oleh kondisi iklim, kondisi tanah, lama siklus reproduksi, penyebaran alat reproduksi (biji), daya adaptasi, dan kadar toleransi tumbuhan tersebut.d. Tumbuhan dengan adaptasi tinggi dapat tumbuh dengan baik di saat yang lainnya mati atau musnah.e. Dalam pengamatan yang paling mendominasi adalah jenis.f. Tanaman yang paling mendominasi pada lahan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah tanaman perdu2. SaranSaran untuk praktikum acara 2 tentang Studi Pendahuluan Analisis Vegetasi, adalah :a. Praktikum agroekologi acara 2 tentang Studi Pendahuluan Analisis Vegetasi sebaiknya harus lebih diperjelas lagi pokok-pokok bahasannya, sehingga praktikan tidak bingung.b. Perlu adanya penjelasan lebih tentang studi analisis vegetasi agar praktikan lebih paham.

DAFTAR PUSTAKADarwin Charles 1859. The Origin of Species by Means of Natural Selection or The Preversation of Favoured Race in The Struggle for Life. Penguin Books. London.Dedy 2010. http://dydear.multiply.com/. Analisa Vegetasi. Diakses pada tanggal 13 Mei 2014.Grime JP 2006. Plant strategies, vegetation processes, and ecosystem properties. London: Wiley. 78, 64-67.Maryati Sri 2006. Perubahan Iklim. Jurnal Agrosains 1(1) : 22-25. Balitbag .Bogor.Ontorael Rivay 2012. Kondisi Ekologi Dan Pemanfaatan Sumber daya Mangrove Di Desa Tarohan Selatan Kecamatan Beo Selatan Kabupaten Kepulauan Talaud. Jurnal Ilmiah Platax. Vol. I-1, September 2012.Simanung 2009. Analisis Vegetasi. Jakarta : PT Gramedia.Supriyono 2002. Pengantar Ilmu Pertanian. Surakarta: UNS Press.

III. PERSAINGAN ANTARA TANAMAN BERBEDA JENIS (INTERSPESIFIK) A. Pendahuluan 1. Latar BelakangPersaingan adalah hubungan dua individu spesies yang menimbulkan pengaruh negatif bagi keduanya sebagai akibat pemanfaatan sumber daya alami secara terbatas. Persaingan antara tanaman sejenis maupun tidak sejenis dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk pertumbuhan tanaman. Jenis tanaman yang satu mengambil faktor-faktor persaingan yang dibutuhkan untuk jenis tanaman lainnya.Persaingan antar tanaman yang berbeda jenisnya pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi pada tanaman yang sama jenisnya. Sarana pertumbuhan yang sering menjadi pembatas dan menyebabkan terjadinya persaingan diantaranya air, nutrisi, cahaya, karbon dioksida, dan ruang. Persaingan terhadap air dan nutrisi umumnya lebih berat karena terjadi pada waktu yang lebih awal. Faktor utama yang mempengaruh persaingan antar jenis tanaman diantaranya kerapatan. Pengaturan jarak tanam pada tanaman merupakan salah satu cara untuk menciptakan faktor-faktor yang dibutuhkan tanaman dapat tersedia secara merata bagi setiap individu tanaman dan untuk mengoptimalisasi penggunaan factor lingkungan yang tersedia.Di alam bebas tumbuhan tumbuhan tidak bersaing satu sama lain dengan cara fisik seperti binatang, tetapi menggunakan pengaruh terhadap lingkungan tempat hidup. Akar suatu tumbuhan dapat lebih kuat dari yang lain dalam pengambilan unsur pada ruang atau tempat tumbuh yang sama. Persaingan tumbuhan ini merupakan suatu cara bagaimana tumbuhan tersebut berjuang untuk memperoleh kebutuhannya untuk kelangsungan hidupnya dan untuk bertahan hidup. Apabila pertumbuhan salah satu tumbuhan tersebut baik maka tumbuhan tersebut memenangkan persaingan tersebut.28

Pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam yang nantinya akan berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan zat hara, air, dan cahaya matahari. Jika hal tersebut tidak diatur dengan baik , hasil tanaman akan ikut terpengaruh. Jarak tanam rapat akan mengakibatkan terjadinya suatu kompetisi, baik inter maupun intraspesies. Penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam maka semakin tinggi tanaman tersebut dan secara nyata akan berpengaruh terhadap jumlah cabang, luas permukaan daun dan pertumbuhan tanaman. Mengingat pentingnya mengengetahui jarak tanaman ideal untuk pertumbuhan tanaman, maka dilakukan penelitian tentang kompetisi yang terjadi pada tanaman yang sejenis maupun berbedaspesies.2. Tujuan PraktikumPraktikum agroekologi acara persaingan tanaman berbeda jenis (interspesifik) bertujuan untuk mempelajari pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan tanaman yang berbeda.3. Waktu dan TempatPraktikum agroekologi acara persaingan antara tanaman berbeda jenis dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 16 Maret 2014 dan dilakukan pengamatan setiap minggu bertempat di agroforestri dan rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Tinjauan PustakaPersaingan dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif pada tumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut contohnya air, hara, cahaya, karbondioksida, dan ruang tumbuh. Persaingan dapat terjadi antar individu dalam spesies yang sama dan antar individu dalam spesies yang berbeda (Kastono 2005).Persaingan diantara tumbuhan secara tidak langsung terbawa oleh modifikasi lingkungan. Di dalam tanah, sistem-sistem akan bersaing untuk memperebutkan air dan nutrisi atau bahan makanan. Hal itu menyebabkan factor ruang menjadi factor yang penting karena mereka tidak dapat bergerak. Di atas tanah, tumbuhan yang lebih tinggi mengurangi jumlah sinar yang mencapai tumbuhan yang lebih rendah dan memodifikasi suhu dan kelembaban serta aliran udara pada permukaan tanah (Michael 2003).Peningkatan produksi tanaman perluasan tertentu dapat dilakukan dengan meningkatkan populasi tanaman sampai pada batas, dimana persaingan internal tanaman dalam pemanfaatan hara, air, dan cahaya tidak terlalu kuat. Pengaruh persaingan dapat terlihat pada laju pertumbuhan (misalnya tinggi tanaman dan diameter batang), warna daun atau kandungan klorofil, serta komponen dan daya hasil. Pengaruh pesaingan yang rendah akan didapati peningkatan pada hasil produksinya serta kualitas atau mutu hasil produksi. (Musa et al 2007).Persaingan interspesifik pada tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu: (1) Jenis tanaman : Sifat-sifat biologi tanaman, sistem perakaran, bentuk pertumbuhan dan fisiologi tumbuhan. Misal sistem perakaran tanaman ilalang yang menyebar luas menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsur hara. Bentuk daun yang lebar seperti daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tinggi sehingga menimbulkan persaingan dalam memperebutkan air. (2) Kepadatan tumbuhan : jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman. (3) Penyebaran tanaman: penyebaran tanaman dapat dilakukan melalui penyebaran biji dan melalui rimpang (akar tunas). Tanaman yang penyebarannya dengan biji mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi dari tanaman yang menyebar melalui rimpang. Namun demikian persaingan penyebaran tanaman tersebut sangat dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain seperti suhu, cahaya, oksigen dan air. (4) Waktu: lamanya tanaman sejenis hidup bersama. Periode 25-30% pertama dari daur tanaman merupakan periode yang paling peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh persaingan (Wijiyanti 2008).

C. Metode Praktikum1. Alat a. Pot plastik/polybagb. Tanah/media tanamc. Cawan dan meterand. Ajir2. Bahana. Benih kacang tanahb. Benih kedelaic. Benih kacang hijaud. Benih jagung3. Cara Kerjaa. Menyediakan pot plastik atau polybag yang telah berisi tanah atau media tanam.b. Memilih benih jagung, kacang hijau, kedelai, dan kacang tanah yang masih baik dan merendam dalam air selama 1 jam.c. Menanam benih-benih tersebut kedalam polybag dan mengatur sedemikian rupa sehingga percobaan ini terdapat beberapa perlakuan : 1) 2 benih kacang tanah + 2 benih kacang hijau.2) 2 benih kacang tanah + 2 benih kacang hijau.3) 2 benih kacang tanah + 2 benih jagung.4) 2 benih kacang kedelai + 2 benih kacang hijau.5) 2 benih kacang kedelai + 2 benih jagung.6) 2 benih kacang hijau + 2 benih jagung.7) 4 benih kacang tanah sebagai kontrol.8) 4 benih kacang kedelai sebagai kontrol.9) 4 benih kacang hijau sebagai kontrol.10) 4 benih jagung sebagai kontrol.d. Menyediakan beberapa pot yang ditanami 4 jenis benih tersebut sebagai cadangan untuk penyulaman apabila selama percobaan ada tanaman yang mati.e. Menyirami dan merawat tanaman yang lain dilakukan setiat hari.f. Melakukan pengamatan sampai tanaman berumur 6 minggu dan mengukur tinggi tanaman setiap minggu.g. Menyiram setiap hari sampai tanaman berumur 4 minggu.h. Mengukur tinggi tanaman setiap minggu sampai tanaman berumur 4 minggu.i. Membandingkan pertumbuhan tinggi dan biomasa antara control dengan perlakuan.j. Membuat grafik pertumbuhan tanaman.

D. Hasil Pengamatan Dan Pembahasan1. Tinggi Tanaman Jagunga. Hasil PengamatanTabel 3.1Persaingan beda jenis pada tanaman kacang tanah (Arachis hypogea), kedelai (Glycine max), kacang hijau (Vigna radiata) dan jagung (Zea mays).JenisTanamanVariabel PengamatanBiomassa(gram)

Tinggi Tanaman / Jumlah Daun Minggu Ke-

12345678

Jagung17,5/210/217/330/456/480/490/595/627,3

25,5/27,5/212/425/440/459/477/585/524,7

32/28/210/323/450/467/574/580/626,8

40/20/29/421/437/559/670/779/725,8

Sumber: Data Rekapanb. PembahasanPersaingan merupakan interaksi antara organisme atau spesies , di mana kebugaran satu diturunkan oleh kehadiran yang lain. Terbatas pasokan setidaknya satu sumber daya (seperti makanan , air , dan wilayah) yang digunakan oleh kedua diperlukan. Persaingan tidak selalu mudah, dan dapat terjadi di kedua secara langsung dan tidak langsung. Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat negatif atau menghambat pertumbuhan individu-individu yang terlibat. Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama (intraspesific competition atau sering dikenal dengan istilah monospesies), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesific competition atau heterospesies). Persaingan tanaman berbeda jenis adalah persaingan antara tanaan yang spesies dan jenisnya berbeda.,Persaingan yang dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsure hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau factor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya. Pada jagung tinggi tanaman minggu pertama sampai minggu ketiga mengalami kenaikan pada jagung 1 tingginya 7,5 cm 10 cm, dan 17 cm, pada jagung 2 tinggi tanaman 5,5 cm, 9cm, dan 12 cm, pada jagung 3 tinggi tanaman 2 cm, 8,5 cm,dan 10 cm, pada tanaman jagung 4 tinggi minggu pertama 0, 3cm, 9 cm yang dijadikan kontrol sehingga tidak mengalami persaingan.2. F Tabel jagunga. Hasil PengamatanTabel 3.2 Tinggi Tanaman Jagung pada F tableSumberSignifikan

Persaingan0,421

Sumber : Data RekapanTabel 3.3 Jumlah daun jagung pada F TabelSumberSignifikan

Persaingan0,224

Sumber : Data RekapanTabel 3.4 Biomass Jagung pada F tableSumberSignifikan

Persaingan0,642

Sumber : Data Rekapanb. PembahasanBerdasarkan tabel 3.2 mengenai tinggi tanaman jagung pada f tabel, maka dapat disimpulkan bahwa persaingan terhadap tanaman jagung tidak mempengaruhi tinggi tanaman. Berdasarkan perhitungan signifikan dengan alfa 5% persaingan tanaman jagung mendapatkan hasil sebesar 0,421. Hal ini membuktikan bahwa persaingan tersebut tidak signifikan atau tidak beda nyata yang mendasari bahwa persaingan tanaman jagung tidak mempengaruhi tinggi tanaman jagung.Berdasarkan tabel 3.3 mengenai jumlah daun jagung pada f tabel, maka dapat disimpulkan bahwa persaingan terhadap tanaman jagung tidak mempengaruhi jumlah daun. Berdasarkan perhitungan signifikan dengan alfa 5% persaingan tanaman jagung mendapatkan hasil sebesar 0,224. Hal ini membuktikan bahwa persaingan tersebut tidak signifikan atau tidak beda nyata yang mendasari bahwa persaingan tanaman jagung tidak mempengaruhi jumlah daun tanaman jagung, karena hasil perhitungan lebih besar dari pada alfa.Berdasarkan tabel 3.4 mengenai biomass jagung pada f tabel, maka dapat disimpulkan bahwa persaingan terhadap tanaman jagung tidak mempengaruhi biomass. Berdasarkan perhitungan signifikan dengan alfa 5% persaingan tanaman jagung mendapatkan hasil sebesar 0,642. Hal ini membuktikan bahwa persaingan tersebut tidak signifikan atau tidak beda nyata yang mendasari bahwa persaingan tanaman jagung tidak mempengaruhi biomass tanaman jagung, karena hasil perhitungan lebih besar dari pada alfa.3. Duncan Jagunga. Hasil PengamatanTabel 3.5 Tinggi Tanaman Jagung pada DuncanPersainganTinggi Tanaman (cm)

Jagung76,74

Jagung dan kacang tanah53,25

Jagung dan kacang hijau78,25

Jagung dan kedelai81,71

Sumber: Data RekapanTabel 3.6 Jumlah daun jagung pada DuncanPersainganJumlah Daun

Jagung5

Jagung dan kacang tanah6

Jagung dan kacang hijau8

Jagung dan kedelai11

Sumber: Data RekapanTabel 3.7 Biomass Jagung pada DuncanPersainganBiomass (gram)

Jagung14,55

Jagung dan kacang tanah12,85

Jagung dan kacang hijau11,98

Jagung dan kedelai21,66

Sumber: Data Rekapanb. PembahasanSistem tumpangsari dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian jika jenis-jenis tanaman yang dikombinasikan dalam sistem ini membentuk interaksi saling menguntungkan. Kombinasi antara jenis tanaman legum dan non legum pada sistem tumpangsari umumnya dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian, dan yang paling sering dipraktekan oleh petani adalah kom-binasi antara jagung dengan kedelai (Vandermeer, 1989).Kesesuaian kombinasi ini berhubungan dengan kompatibilitas beberapa sifat yang dimiliki oleh kedua jenis tanaman ini. Jagung adalah tanaman golongan C4 meng-hendaki pencahayaan secara langsung, memi-liki habitus tinggi, tegak, dan tidak bercabang dengan kanopi yang renggang, memungkinkan tanaman ini memperoleh pencahayaan secara langsung dan dapat memberikan kesempatan bagi tanaman lain tumbuh di bawahnya. Ta-naman jagung memiliki sistem perakaran se-rabut yang menyebar dangkal, selama pertum-buhannya membutuhkan hara dalam jumlah besar, khususnya unsur N sebesar 200 300 kg/hayang diserap dari tanah. peroleh. Kedelai termasuk tanaman golongan C3 cukup toleran terhadap naungan. Tanaman ini memiliki habitus yang pendek, tegak dan bercabang dengan kanopi yang rapat. Sistem perakarannya berupa akar tunggang yang menyebar lebih dalam dan membentuk bintil akar yang mampu menfiksasi N2 secara simbiosis dengan bakteri Rhizobium sp.(Soemarwoto, 1985).Berdasarkan data rekapan jagung dan kedelai memiliki tinggi tanaman yang paling tinggi, hal ini disebabkan karena kedelai dan jagung bersimbiosis saling menguntungkan dan tidak berkompetisi. Data rekapan mendapatkan hasil tinggi tanaman secara berurutan dari yang paling rendah ke tertinggi adalah pada tanaman jagung dan kacang tanah memiliki tinggi tanaman 53,25cm, pada tanaman jagung (kontrol) memiliki tinggi tanaman sebesar 76,74 cm, pada tanaman jagung dan kacang hijau memiliki tinggi tanaman sebesar 78,25 cm, dan pada tanaman jagung dan kedelai memiliki tinggi tanaman sebesar 81,71 cm.Jarak daun kedelai selang-seling, memiliki 3 buah daun (triofoliate), jarang memiliki 5 lembar daun, petiola berbentuk panjang menyempit dan slinder stipulanya terbentuk panjang menyempit dan slinder, stipulanya terbentuk lanseotlat kecil, dan stipel kecil lembaran daun berbentuk oval menyirip, biasanya palea bewarna hijau dan pangkal berbentuk bulat. Ujung daun biasanya tajam atau tumpul, lembaran daun samping sering agak miring, dan sebagian besar kultivar menjatuhkan daunnya ketika buah polong mulai matang (Budiman,2012).Daun jagung memanjang dan keluar dari buku buku batang. Jumlah daun terdiri dari 8-48 helaian. Daun terdiri dari 3 bagian yaitu kelopak daun,lidah daun dan helaian daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang. Antara kelopak dan helaian terdapat lidah daun yang disebut ligula. Fungsi ligula adalah mencegah air masuk ke dalam kelopak daun dan batang (Purwono, 2008).Berdasarkan data rekapan diperoleh jumlah daun dari sedikit ke jumlah daun yang paling banyak yaitu daun jagung (kontrol) sebanyak 5 helai daun, pada jagung dan kacang tanah memiliki rata-rata daun sekitar 6 helai daun, pada jagung dan kacang hijau memiliki jumlah daun rata-rata sebanyak 8 helai daun, dan pada jagung dan kedelai memiliki rata-rata jumlah daun sebanyak 11 helai daun, pada jagung dan kedelai memiliki jumlah daun yang paling banyak karena jagung dan kedelai melakukan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan satu sama lain.

E. Kesimpulan Dan Saran1. KesimpulanDari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa tanaman yang ditanam sebagai kontrol pertumbuhanya lebih baik karena tidak memiliki pesaing dalam pertumbuhanya2. Saran Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka saran yang dapat dismpaikan adalah agar semua mahasiswa dapat melaksanakan praktikum dengan sungguh-sungguh, agar kedepannya dapat merealisasikan di kehidupan nyata dan bagi para coass diharapkan agar menyediakan benih yang bagus dan berkualitas agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan praktikum dapat berjalan lancar.

DAFTAR PUSTAKABoughey, A. S. 1968. Ecology of population. The Mac-Millan Co., New YorkBudiman, H. 2012. Sukses Bertanam Jagung. Penerbit Pustaka Baru Press : Yogyakarta.Erlangga, N. 2008. Analisis Keragaman Aksesi Tanaman Kunyit (Curcuma domestica VAL) Pada Kondisi Naungan dan Tanpa Naungan. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.Gardner, F.P., R.B. Pearce, R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan: Herawati SusiloHermawan, Bandi dkk. 2006.Analisis Ketersediaan Air Bagi Tanaman kedelai pada Tiga Ordo Tanah Domain Di Bengkulu. Laporan penelitian. 25.Kastono. 2005. Ilmu Gulma, Jurusan Budidaya Pertanian. Yogyakarta : Universitas Gajah MadaMichael. 2003. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Jakarta : Universitas Indonesia. Musa Y., Nasaruddin, M.A.. 2007. Evaluasi produktivitas jagung melalui pengelolaan populasi tanaman, pengolahan tanah, dan dosis pemupukan. Agrisistem 3 (1): 21 33.Purwono. 2011. Bertanam Jagung Unggul. Penerbit Penebar Swadaya : Jakarta.Soemarwoto, O. 1985. Pengelolaan Peman-faatan Lingkungan dalam Pengembangan Lahan Kering. Lab. Ekologi UNPAD. Bandung.Susanto Ahmad 2008.Kompetisi pada Tumbuhan.Gramedia. Jakarta.Vandermeer, J. 1989. The Ecology on Inter-cropping. Cambridge University. Press. New York.Wijiyanti,Fahma.2008.Penuntun Praktikum Ekologi. Fak. Sains dan Tekhnologi UIN Jakarta.

1