lap rentang
DESCRIPTION
mikroteknikTRANSCRIPT
PREPARAT RENTANG
Disusun Oleh :
Rosellynia Calyptranti B1J010007Okti Restia Lestari B1J010039Agil Yuliarno B1J010041Taufik Faturochman B1J010082Muh Rezzafiqrullah B1J010231
KELOMPOK III / A2
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
Mikroteknik adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan
preparat.Dalam setiap pembuatan preparat pada umumnya selalu dilakukan fiksasi
terlebih dahulu. Sedangkan fiksasi itu sendiri adalah suatu cara atau proses (metode)
yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah fungsi dan struktur di dalam
selitu sendiri. Jika telah dilakukan fiksasi maka preparat yang dibuat akan
menjadilebih awet dan tahan lama (Lasantha,2008).Dehidrasi adalah suatu cara atau
proses (metode) pengurangan atau penghilangan air dari dalam sel. Penjernihan
adalah suatu cara atau proses (metode) yang digunakan untuk menghilangkan warna
asli suatu preparat supayaketika pemberian warna yang baru menjadi lebih sempurna
daripada warnaaslinya. Fungsi dari dehidrasi pada metode pembuatan preparat
dengan penyelubungan agar parafin dapat terinfiltrasi dengan sempuna ( Dellaman
dan brown, 1989).Sediaan adalah benda yang akan diamati strukturnya.
Sifat–sifat darisediaan ada yang sementara, semi permanen, dan permanen.
Sumber sediaanadalah semua organisme atau yang pernah hidup baik itu tumbuhan,
hewan,maupun manusia dan hasil pertumbuhannya (bagian atau keseluruhan
tubuhorganisme). Garis besar pembuatan sediaan adalah pengambilan dan
persiapanmaterial, fiksasi, pencucian, pewarnaan, dehidrasi, penjernihan,
penempelan padagelas objek, dan pemberian nama. Beberapa metode dalam
pembuatan sediaanantara lain: sediaan utuh (Whole Mount), sediaan apus (Smear),
sediaan remas(Squash), sediaan gosok, Maserasi, dan sediaan sayatan tanpa
embedding maupundengan embedding (Parafin, seloidin, maupun resin)
(Subowo,2002).membuat preparat jaringan hewan awetan permanen maupun
sementara dapat menggunakan beberapa metode di antaranya dengan menggunakan
metode rentang (spread).
Metode rentang (spread) adalah suatu metode sediaan dengan cara
merentangkan suatu jaringan pada gelas benda sedemikian rupa sehingga dapat
diamati di bawah mikroskop. Pada umumnya jaringan-jaringan yang dapat dibuat
preparat rentang adalah jaringan-jaringan yang tipis, misalnya mesenterium.Untuk
mengetahui struktur sel pada jaringan yang tipis dan mudah sobek dapat digunakan
beberapa metode diantaranya metode rentang, pada umumnya jaringan-jaringan yang
dibuat sediaan rentang adalah jaringan-jaringan yang tipis seperti pleura,
mesenterium, peritonium, pericardium, dan sebagainya (Mannus et al.,1960).
Mesenterium merupakan jaringan halus yang berfungsi sebagai penggantung
organ-organ pencernaan, membentuk pembatas halus sehingga organ pencernaan
tidak saling berlekatan satu sama lain, selain itu berfungsi menjaga kedudukan dan
mempertahankan hubungan organ abdomen. ( Subowo, 2002). Jaringan-jaringan
yang tipis tersebut dapat langsung diamati di bawah mikroskop tanpa pewarnaan dan
juga tanpa fiksasi lebih dulu. Tetapi pembuatan sediaan rentang dengan cara tersebut
tentu saja tidak tahan lama, karena jaringan tidak difiksasi lebih dulu. Untuk
membuat sediaan rentang yang dapat tahan lama dan dapat diamati sewaktu-waktu,
maka sediaan tersebut harus difiksasi terlebih dahulu sebelum diwarnai. Zat warna
yang digunakan dalam metode rentang ini antara lain hematoxilin dan eosin.
Pewarnaan hematoxilin dangan pelarut aquades sangat baik untuk mewarnai inti
yang akan terlihat biru. Pewarna eosin dengan pelarut alkohol 70% sangat baik untuk
mewarnai sitoplasma dengan warna merah,. Metode rentang dapat digunakan untuk
tujuan sitologi dan histologi serta juga dapat digunakan untuk tujuan sitokimiawi
seperti penelitian phosphatase dan hyaluroidase.
II.MATERI DAN METODE
A. Materi
Bahan yang di gunakan saat Praktikum adalah Jaringan sub-cutis pada ayam Metanol (Fiksatif) & Pewarna Malory Triple Stain Larutan alkohol bertingkat (70, 90, 100%), larutan Xylol dan entelan. Alat-alat yang di gunakan saat Praktikum Pisau dan alat bedah (dissecting kit) Gelas benda dan gelas penutup Staining jar Kertas tissue Mikroskop cahaya Pengukur waktu (timer).
B. Metode
Siapkan object glass dan cover glass yang baru dan bersihkan dengan larutan alkohol 70%.
Potong (sembelih) ayam menggunakan pisau
Bedah ayam menggunakan alat bedah yang telah disediakan sehingga rongga abdomennya dapat
terlihat jelas.
Ambil jaringan sub-cutis ayam selebar 3 cm2 atau mesenterium ikan, kemudian langsung rentangkan di atas gelas benda sedatar dan setipis mungkin.
Fiksasi jaringan dalam larutan metanol selama maksimal 3 menit.
Warnai dengan 0,5% acid fuchsin akuosa selama 3-5 menit.
Pindahkan ke dalam pewarna Mallory selama 10-15
Pindahkan ke dalam larutan alkohol 95 % beberapa celupan.
Dehidrasi dalam larutan alkohol absolut selama ± 1 menit
jernihkan dalam larutan xylol, kemudian tutup dengan gelas penutup menggunakan perekat
entelan
Amati preparat rentang yang telah terwarna di bawah mikroskop cahaya dan amati komponen-
komponen yang terlihat beserta spesifikasi warnanya.
Foto preparat
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar3.1. preparat mesenterium
B. Pembahasan
Sediaan jaringan tipis dapat diamati dengan cara merentangkan suatu
jaringan dibawah mikroskop. Metode rentang (spread preparation) merupakan suatu
metode pembuatan sediaan dengan cara merentangkan suatu jaringan pada
permukaan gekas benda yang tidak diberi gelatin, sehingga dapat diamati dibawah
mikroskop. Obyek yang digunakan dalam metode rentang ini adalah jaringan tipis
yang meliputi pleura, mesenterium, peritoneum, pericardium dan piaaracnoidea.
Prosedur yang dilakukan pada saat membuat metode rentang adalah :
1. Siapkan Object glass dan cover glass yang baru dan bersihkan dengan larutan
alkohol 70%.
2. Potong (sembelih) ayam menggunakan pisau.
3. Bedah ayam sehingga rongga abdomennya dapat terlihat dengan jelas.
4. Ambil jaringan sub-cutis(mesenterium) ayam selebar 3 cm2 kemudian
langsung rentangkan di atas object glass sedatar dan setipis mungkin.
5. Fiksasi jaringan dalam larutan metanol selama maksimal 3 menit. Selain
metanol dapat pula digunakan fiksatif Formon-Calcium tergantung aspek
yang akan diamati.
6. Warnai dengan 0,5% acid fuchsin selama 3-5 menit.
7. Tanpa pencucian, pindahkan ke dalam pewarna selama 10-15 menit.
8. Pindahkan ke dalam larutan alkohol 95 % beberapa celupan.
9. Dehidrasi dalam larutan alkohol 100% selama ± 1 menit, jernihkan dalam
larutan xylol, kemudian tutup dengan gelas penutup menggunakan perekat
entelan Amati preparat rentang yang telah terwarna di bawah mikroskop
cahaya dan amati komponen-komponen yang terlihat beserta spesifikasi
warnanya dan catat komponen jaringan yg terwarnai.
10. Foto preparat hasil praktikum.
Menurut Ibrahim (2008) jaringan Mesenterium mengandung serabut saraf,
limpatik dan pembuluh-pembuluh darah yang mengalirkan darah ke saluran cerna,
Dalam jaringan mesenterium terdapat sekumpulan mast cell yang terdistribusi pada
jaringan ikat, seperti pada jaringan lemak, dan sekitar pembuluh darah
(perivascular). Bagian- bagian dari Mesenterium menurut Junqueira dan Carrnero
(1989) adalah;
1. Filamen tipis dan tegang yang merupakan serabut elastik yang bercabang-
cabang dan membentuk jaringan seperti tenunan. Serabut kolagen terlihat sebagai
struktur tebal dan berombak dengan perbesaran 100x.
2. Bagian sentral jaringan penyambung yang dilapisi pada kedua permukaannya
oleh suatu epitel saquamosa sederhana, mesofil.
3. Sebuah fibroblas, serabut kolagen dan serabut elastik.
4. Mesenterium berwarna merah keunguan.
Sel-sel mesentrium ada tiga, yaitu sel-sel tetap, sel-sel bebas dan sel-sel
bebas lain. Menurut Dellmann dan Brown (1989), sel-sel tetap mesentrium terdiri
dari:
Fibroblas : jumlahnya paling banyak. Jika terdapat diantara serabut
bentuknya memanjang, inti berbentuk runcing dengan sitoplasma pucat.
Fibroblas aktif pada hewan muda dan dalam jaringan ikat yang beregenerasi
akibat luka.
Perisit : sel perikapiler berbentuk memanjang, dikelilingi lamina basalis yang
terus berhubungan dengan membran basal kapiler.
Sel lemak
Sel-sel bebas mesenterium terdiri dari;
Makrofag; dalam jaringan tidak reaktif bersifat tetap.
Sel mast
Sel plasma
Melanosit
Sel-sel bebas lainnya
Limfosit
Monosit
Leukosit
Netrofil
Eosinofil
Pewarnaan (stainning) merupakan pemberian warna pada jaringan/ sel/
komponennya supaya mudah diamati di bawah mikroskop cahaya. Zat warna yang
digunakan harus memiliki syarat sebagai berikut: senyawa organik kompleks punya
pembawaan khusus (warna), dapat dipertahankan dalam jaringan, terdiri dari gugus
chromophore. Tiap bagian dari sel / komponen dalam sel mempunyai sifat- sifat
khusus (afinitas terhadap zat warna juga tidak sama). Pewarnaan juga di pengaruhi
dari konsentrasi larutan zat warna yang nantinya akan menentukan hasil dari
pewarnaan pada preparat yang dikerjakan (Mc Guckin dan Mc Kenzie,1958). Zat
warna mempunyai kemampuan khusus dalam mewarnai jaringan sesuai sifatnya.
Dua macam zat warna denga sifat sama dapat mempengaruhi/ memberi kemampuan
tidak sama dalam mewarnai 1 macam jaringan (perlu mengenali setiap bagian dari
sel & mengenali setiap zat warna yg akan digunakan).
Berdasarkan sifatnya, zat warna dibedakan atas zat warna asam yang merupakan
garam-garam dari asam-asam pembawa warna dengan radikel basa yang tidak
berwarna. Misalnya adalah acid fuchsin, eosin dan sebagainya. Yang kedua zat
warna basa yang merupakan garam-garam dari basa-basa pembawa warna dengan
radikel asam yang tidak berwarna. Misalnya adalah hematoxilyn, basic fuchin dan
sebagainya (Suntoro, 1983). Pada proses pembuatan preparat rentang mesenterium
ini juga dilakukan proses dehidrasi yaitu proses menghilangkan kandungan air
dengan alkohol yang dilakukan secara bertahap (bertingkat) dimulai dari konsentrasi
alcohol 30 % karena preparatnya termasuk kategori tipis. Dari alcohol konsentrasi 30
% ke 50 %, 70 %, 80 %, 90 % sampai alcohol absolut. Pewarna Mallory tersusun
atas aniline blue, orange G, dan acid fuchsin. Aniline blue akan mewarnai jaringan
ikat, kartilago dan sebagainya. Sedangkan orange G akan mewarnai sel otot,
Sehingga bila dilihat di bawah mikroskop akan terlihat serabut elastis tipis dan
berwarna biru dan tidak beraturan, serabut kolagen berwarna biru keunguan dan
jaringan otot yang terwarnai merah (Holder, J.T. 1931).
Mallory, (2014) Menambahkan pewarna hematoxilin dengan pelarut aquades
sangat baik digunakan untuk mewarnai inti yang akan berwarna biru. Pewarna eosin
dengan pelarut alcohol 70% sangat baik untuk mewarnai sitoplasma dengan warna
merah, sedangkan methylen blue digunakan pada preparat sementara dengan cara
meneteskan langsung ke jaringan kemudian diamati di bawah mikroskop yang mana
methylen blue akan mewarnai butir-butir pada “mast cell” yang mewarnai dengan
warna biru. Jones (2007) mengatakn bahwa orange G dapat juga mewarnai kelenjar
tiroid, karena orange G memiliki afinitas yang besar dalam meawarnai tiroid
sehingga preparat kelenajar tiroid terarnai dengan maksimal.
Hasil praktikum yang kita dapatkan bahwa preparat jaringan mesentrium
komponen-komponen penyusun jarinngan mesnterium tidak terlalu jelas, mungkin di
karenakan pada saat mengambil mesenterium perentangan kurang tipis maka
jaringan mesenterium akan menumpuk, pada preparat yang kami dapat kan setelah
diamati di bawah mikroskop hanya ada warna orange saja, zat warna mallory yg di
gunakan di menyerap kedalam jaringan, menurut Holder (1931) Pewarna Mallory
tersusun atas aniline blue, orange G, dan acid fuchsin. Aniline blue akan mewarnai
jaringan ikat, kartilago dan sebagainya. Sedangkan orange G akan mewarnai sel otot,
Sehingga bila dilihat di bawah mikroskop akan terlihat serabut elastis tipis dan
berwarna biru dan tidak beraturan, serabut kolagen berwarna biru keunguan dan
jaringan otot yang terwarnai merah,dapat pula waktu pewarnaan kurang lama ,
sehingga zat warna tidak masuk kedalam jaringan. Carvalho et al., (2005)
menjelaskan juga untuk pewarnaan yang digunakan pada pembuatan preparat
rentang pada jaringan tikus biasanya digunakan hematoxylin dan eosin. Sebelumnya
preparat difiksasi terlebih dahulu dengan methanol dan diwarnai dengan pewarna
ganda. Hematoxylin digunakan untuk mewarnai inti, sedang eosin digunakan untuk
mewarnai sitoplasma sehingga bagian dalam dari jaringan tersebut dapat terlihat dan
dapat ditentukan jaringan penyusunnya
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan :
jaringan Mesenterium mengandung serabut saraf, limpatik dan pembuluh-
pembuluh darah Dalam jaringan mesenterium terdapat sekumpulan mast cell yang
terdistribusi pada jaringan ikat, seperti pada jaringan lemak, dan sekitar pembuluh
darah
Pewarna Mallory tersusun atas aniline blue, orange G, dan acid fuchsin. Aniline
blue akan mewarnai jaringan ikat, kartilago dan sebagainya. Sedangkan orange G
akan mewarnai sel otot.
DAFTAR REFERENSI
Carvalho, J. C. F. Antenor T. L. Luis F. de S. dan Benedito. H . F . 2005. Hypertonic Glucose Solution 10% - 25% on the Mesenterium and Peritoneum Of The Rat: Macroscopic and Microscopic Study. Acta Cirúrgica Brasileira - Vol 20 (6) 2005 – 455.
Dellmann. H.D., & E.M. Brown. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner, edisi ke-3. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Ibrahim, M. N., Widjajanto, E. Rosita,R. 2008. Distribution Of Mast Cell In The Rat Mesentery. Universitas Brawijaya. Malang Vol. XXIV, No. 2.
Holder, J.T. 1931. Elementary histological technique for animal or plant tissues. J & A Churchill. London.
Janquiera, V.C dan Canneiro. 1989. Histologi Dasar. ECG. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Jones, A. P. M.D.2007. The value of mallory's connective tissue stain for the demonstration of variation in thyroid colloid. University of Wisconsin. America.
Mallory, F.B .1990. A Contribution to Staining Methods (A Differential Stain For Connective-Tissue Fibrillze and Reticulum, Chloride of Iron Haematoxylin For Nuclei and Fibrin, Phosphotungstic Acid haematoxylin For Neuroglia Fibres). Harvard University.
McGuckin,W. F. and McKenzie,B.F. 1958. An Improved Periodic Acid Fuchsin Sulflte Staining Method for Evaluation of Glycoproteins. University of Minnesota. America.
Suntoro, S. H. 1983. Metode Pewarnaan (Histologi dan Histokimia). Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Subowo. 1992. Histologi umum. Jakarta: PT.Bumi Aksara.