lap. spb kumpul

35
PEMBIBITAN TANAMAN SAYURAN BUAH ( TOMAT, TERUNG, DAN CABAI KECIL) BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan vitamin yang sangat dibutuhkan manusia. Konsumsi sayuran pada saat ini sudah mulai meningkat, karena mulai adanya kesadaran bahwa dengan mengkonsumsi sayuran berarti hidup akan bertambah sehat (Nugrohati dan Untung, 1986). Salah satu kendala yang dihadapi di dalam budidaya tanaman kacang panjang adalah masalah hama, terutama hama penggerek polong (Maruca testulasis), tungau merah (Tetranychus bimaculatus) dan kutu daun (Aphistavaresi).Ketiga hama ini umumnya menyerang pada musim kemarau dan bila tidak dilakukan usaha pengendalian hama, maka tanaman sayuran menjadi tidak produktif, bahkan dapat gagal panen. Salah satu usaha agar produktivitas sayuran dapat ditingkatkan diperlukan tindakan dalam pengendalian hama dan penanganan pasca panen yang efektif dan efisien. Metode pengendalian hama yang digunakan oleh petani sayuran adalah perlakuan dengan pestisida. Pestisida dianggap sebagai produk yang mudah diterapkan, tersedia dengan mudah di tingkat petani, dan secara ekonomis sangat menguntungkan. Pada umumnya pestisida yang dipergunakan adalah jenis pestisida yang tergolong insektisida organofosfat dan karbamat. Permasalahan di lokasi biasanya berkisar tentang dosis insektisida yang Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 1

Upload: dhidik-cho-um

Post on 02-Jan-2016

64 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

PEMBIBITAN TANAMAN SAYURAN BUAH

( TOMAT, TERUNG, DAN CABAI KECIL)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperan dalam pemenuhan

kebutuhan pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran merupakan salah satu

sumber mineral dan vitamin yang sangat dibutuhkan manusia. Konsumsi sayuran

pada saat ini sudah mulai meningkat, karena mulai adanya kesadaran bahwa

dengan mengkonsumsi sayuran berarti hidup akan bertambah sehat (Nugrohati dan Untung,

1986).

Salah satu kendala yang dihadapi di dalam budidaya tanaman kacang

panjang adalah masalah hama, terutama hama penggerek polong (Maruca

testulasis), tungau merah (Tetranychus bimaculatus) dan kutu daun (Aphistavaresi).Ketiga

hama ini umumnya menyerang pada musim kemarau dan bila tidak dilakukan usaha

pengendalian hama, maka tanaman sayuran menjadi tidak produktif, bahkan dapat gagal

panen. Salah satu usaha agar produktivitas sayuran dapat ditingkatkan diperlukan tindakan

dalam pengendalian hama dan penanganan pasca panen yang efektif dan efisien. Metode

pengendalian hama yang digunakan oleh petani sayuran adalah perlakuan dengan pestisida.

Pestisida dianggap sebagai produk yang mudah diterapkan, tersedia dengan mudah di tingkat

petani, dan secara ekonomis sangat menguntungkan. Pada umumnya pestisida yang

dipergunakan adalah jenis pestisida yang tergolong insektisida organofosfat dan karbamat.

Permasalahan di lokasi biasanya berkisar tentang dosis insektisida yang dipergunakan untuk

menyemprot hama dan berapa kadar residu yang terdapat pada polong kacang panjang pada

saat panen. (Sunarjono, 2003).

1.2 TUJUAN

1. Untuk mengetahui cara pembibitan tanaman sayuran buah yang baik dan benar.

2. Untuk mengetahui proses dan prosentase pertumbuhan dan perkembangan tanaman

sayuran buah.

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 1

BAB II

METODOLOGI

2.1 WAKTU PELAKSANAAN

Praktikum dilaksanakan pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 02 Oktober 2012

Waktu : 08.40 s/d 10.20 WIB

Tempat : Lahan Percobaan Fakultas PertanianUPN “Veteran” Jawa Timur

2.2 ALAT

1. Cetok

2. Gelas plastic

3. Air

4. Cutter

5. Penggaris

6. Alat tulis

2.3 BAHAN

1. Bibit tanaman cabai kecil, terung, dan tomat

2. Tanah

3. Kompos

4. Air

2.4 CARA KERJA

1. Melubangi gelas plastic dengan cutter

2. Memberi tanda masing – masing gelas plastic

3. Mencampur tanah dengan kompos

4. Mengisi gelas plastic dengan campuran tanah dan kompos

5. Menyiram masing – masing gelas plastic tersebut dengan air sampai jenuh air atau

campuran tanah dan kompos tersebut sampai basah

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 2

6. Menyiapkan benih yang akan ditanam

7. Menanam benih tersebut kedalam gelas plastic yang telah berisi tanah dan kompos

8. Meletakkan gelas plastic kedalam mist house dan melakukan pengamatan secara

berkala setiap seminggu sekali

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

NO TANAMA

N

CABAI KECIL TOMAT TERUNG T.T

∑D

T.T

∑D

T.T

∑D

T.T

∑D

T.T

∑D

T.T ∑D

T.T

∑D

T.T

∑D

T.T

∑D

1 4,5

4 5 4 - - 3,1

2 4 2 5,9 5 2,8

3 4 2 6,5

4

2 4,2

4 4,5

4 6,5

5 5 2 5,5

2 6,2 5 2,9

1 3,5

1 4,3

5

3 2,2

3 3 4 5 5 5,2

2 6 2 7 3 3 2 3,5

2 3,5

4

4 5 4 5 4 6,5

5 5,1

2 5,5

2 6,5 4 3,1

2 3,5

2 4,5

5

5 4,8

4 5,5

4 7,5

6 6,7

2 8 2 11 6 4,5

4 5 2 6,2

4

6 4,5

4 5,2

4 7 6 7,3

4 8,5

2 12,5

6 - - - - - -

7 4,5

3 5,3

4 6,5

5 4,7

2 5 2 7,5 5 - - - - - -

8 3,8

3 4,2

3 5,5

5 3,1

3 3,5

3 11 6 - - - - - -

9 4,9

3 5 4 6,5

5 7,3

2 8 2 7,5 5 - - - - - -

10 4,2

3 4,9

4 6,8

5 6,3

4 6,5

1 9,5 6 - - - - - -

11 3,9

4 5 4 7,5

6 5,6

4 6,5

2 8 5 - - - - - -

12 4,1

4 5,5

4 8,5

6 5,5

2 5,5

2 - - - - - - - -

13 4,5

4 5,5

4 7,9

6 3,5

3 4,3

3 - - - - - - - -

14 5,1

4 5,5

4 7,3

5 4,3

1 4,5

1 8 5 - - - - - -

15 - - - - - - 8,5

4 9,5

2 12 6 - - - - - -

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 3

3.2 PEMBAHASAN

Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa tingkat perbedaan daya tumbuh antara

tanaman cabe kecil, tomat dan terung sangat erlihat pada awal mulai pertubuhan yakni pada

minggu pertama pertumbuhan, dari tabel dapat dilihat perbedaan antara ketiganya sangat

mencolok. Dimana yang paling mendominasi tingkat pertumbuhan adalah pada tanaman

tomat yang memiliki rasio pertumbuhan yang cukup tinggi. Ini dapat dilihat pada tabel tinggi

tanaman (T.T) yang mempunyai batang yang paling tinggi dalam proses pertumbuhannya,

sedangkan ntuk tanaman cabe kecil berada dibawah tomat.

Perbedaan tingkat pertumbuhan suatu tanaman dapat dipengeruhi oleh beberapa faktor

yakni.

1. Suhu

Pada praktikum yang kami lakukan keadaan suhu udara di tempat pembibitan

tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan pada saat pembibitan adalah musim kemarau

sehingga suhu udara pada waktu itu cenderung tinggi. Pada setiap tanaman

mempunyai kecocokan terhadap suhu tertentu agar ia bisa tumbuh secara optimal. Hal

inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan rasio pertumbuhan antar tiap tanaman.

Dari tabel pengamatan dapat dilihat bahwa bibit tanaman cabe yang mempunyai rasio

pertumbuhan yang tinggi hal ini menandakan bahwa kondisi suhu pada tempat

pembibitan sesuai dengan tanaman cabe, sehingga tanaman teresbut bisa tumbuh

secara optimal.

2. Kelembapan

Kelembapan merupakan jumlah adar air yang terkandung dalam udara.

Kelembapan sangat berpengaruh terhadap pemecahan dormansi biji. Kelembapan juga

akan mempengaruhi pertumbuhan benih setelah pemecahan masa dormansi, pada awal

masa petumbuhan benih sangat tergantung terhadap lingkungannya, hal ini dapat

dilihat pada tabel dimana daya tumbuh yang terjadi adalah sangat berbeda untuk

masing – masing tanaman. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan pada

pemecahan dormansi tumbuhan banyak yang tumbuh akan tetapi pada masa awal

pertumbuhan banyak bibit yang mulai layu dan membusuk. Hal tersebut menandakan

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 4

bahwa faktor lingkungan yakni keembapn sangat mempengaruhi pada saat awal fase

pertumbuhan.

3. Cahaya matahari (intensitas cahaya)

Cahaya matahari merupakan unsur utama yang harus terpenuhi oleh tanaman karena

melalui cahaya matahari tanaman akan mampu membentuk karbohidrat yang

dgunakannya sebagai bahan dalam melakukn proses metabolisme. Pada fase

pemecahan dormansi cahaya sangat diperlukan untuk merangsang pemecaha biji. Agar

mampu tumbuh dengan baik. Satu minggu sampai dua minggu awal bibit akan

membutukan cahaya matahari dalam jumlah yang banyak untuk mendukung

pembentukan organ tubuh utama seperti akar, batang, dan daun. Pada praktikum yang

kami lakukan diketahui bahwa intensitas cahaya mataari yang diterima kurang

sehingga pertmbuha tanaman ada yang kurang optimal. Ini dapat dilihat pada tabel

pengamatan tanaman terung yang pertumbuhannya kurang optimal, karena dari 15

benih yang ditanam hanya 5 benih yang mampu tumbuh dengan baik. Hal ini terjadi

karena tempat pembibitan tanaman terletak pada tempat yang kurang strstegis karena

dalam penerimaan cahayanya ia terhalang oleh gedung sehingga cahaya yang diterima

kurang padahal setiap tanaman mempunyai kebutuhan cahaya yang berbeda untuk

mengoptimalkan pertumbuhnannya.

4. Kadar air

Sama halnya dengan cahaya air merupakan unsur yang penting untuk tanaman. pada

fase pemecahan dormansi air berfungsi untuk merangsang pemecahan dormansi biji.

Pada fase pertumbuhan air berfungsi untuk segala aktifitas tatanaman sampai

mikroorgansime yang ada dalam daerah sekitar tanaman yang berguna untuk

membantu mengoptimalkan pertumbuhan tanaman. Adanya air yang cukup akan

sangat mempengaruhi pertumbuhan karena dengan air yang cukup kelembapan dan

suhu akan mudah untuk dikendalikan, akan tetapi apabila kadar air kurang atau

berlebih maka akan menyebabkan benih menjadi kering atau busuk sehingga tidak

bisa tumbuh. Pada praktikum ini air yang kami berikan sudah cukup akan tetapi

kebutuhan dari masing – masing tanaman akan kadar air dengan jumlah yang berbeda

– beda menebabkan kesulitan tersendiri untuk melakukan penyiraman sehingga

indikator penyiraman diambil dari tinngkat kekeringan media tanam.

BAB IV

PENUTUP

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 5

4.1 KESIMPULAN

a. Pertumbuhan tanamn tomat dalam pembibitan lebih cepat dibandingkan dengan

tanaman cabe keccil dan terung.

b. Perbedaan pertumbuhan dari setiap tanaman ddipengruhi oleh bebrapa faktor yakni

4.2 DAFTAR PUSTAKA

Nugrohati, S. dan K. Untung. 1986. Pestisida dalam Sayuran. Seminar Keamanan

Pangan dalam Pengolahan dan Penyajian. Yogyakarta 1 – 3 September.

Sunarjono, H. H. 2003. Seri Agribisnis: Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta :

Penebar Swadaya.

PEMBUATAN MIKROORGANISME LOKAL ( MOL )

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini memasuki masa transisi dariorientasi

pertanian dengan pola subsisten kepada pola komersial. Pergeseran tersebut membawa

konsekuensi penggunaan pestisida sebagai salah satu komponen penting dalam

mengatasi organisme pengganggu tanaman, salah satu kendala bagi pembangunan

pertanian yang berorientasi ekonomi. Namun sejauh ini pemakaian pestisida selalu diikuti

dengan pertimbangan ekonomi dan berdampak pada lingkungan. Pasar lebih menyukai

produksi pertanian yang bebas bahan kimia, sehingga alternatif pestisida aman bagi

lingkungan dan konsumen sangat diperlukan.

Pembatasan penggunaan bahan aktif kimiawi pada proses produksi pertanian pada

gilirannya akan sangat membebani pertanian Indonesia yang tingkat ketergantungan petaninya

pada pestisida kimiawi masih tinggi. Ketergantungan tersebut akan melemahkan daya saing

produk pertanian Indonesia di pasar bebas. Menghadapi kenyataan tersebut agaknya perlu

segera diupayakan pengurangan penggunaan pestisida kimiawi dan mengalihkannya pada

jenis pestisida yang aman bagi lingkungan. Salah satu alternatif adalah penggunaan 

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 6

MOL (Mikro Organosme Lokal) yang biasa digunakan sebagai starter dalam pembuatan

kompos atau biasa disebut dengan pupuk organik.  Pupuk kompos saat ini banyak dicari dan

digunakan oleh petani baik untuk budidaya tanaman sayuran maupun untuk tanama padi,

tetapi seringkali petani menganggap bahwa pupuk kompos hanya berasal dari kotoran hewan.

Padahal bahan yang dapat digunakan sangat banyak dan tersedia dilingkungan sekitar seperti,

daun-daunan, jerami dan sampah rumah tangga kecuali plastikSelain ramah terhadap

lingkungan, juga dapat menutupi kekurangan suplay(sumber) bahan aktif pestisida yang

selama ini diimpor sehingga dapat menghemat devisa negara dan meningkatkan daya saing

ekspor produk pertanian.

MOL merupakan bakteri buatan kita (lokal) untuk menyuburkan tanah atau untuk

menguraikan sampah organik menjadi kompos. Berguna seperti nutrisi (vitamin) bagi tanah

agar tetap subur. MOL adalah kumpulan mikroorganisme yang bisa “diternakkan,” fungsinya

dalam konsep “zero waste” adalah sebagai starter pembuatan kompos organik. Dengan MOL

ini maka konsep pengomposan bisa selesai dalam waktu 3 mingguan (Sobirin 2008). Kompos

terbuat dari campuran dedaunan segar berwarna hijau dan dedaunan berwarna cokelat atau

sampah organik (sisa sayuran) yang sudah dipotong-potong kecil-kecil. Mikroorganisme

merupakan mahluk hidup yang mudahberanak-pinak dan berpotensi untuk menghasilkan

berbagai produk bernilai ekonomis tinggi bagi manusia, misalnya antibiotik, vaksin dan

enzim. Potensi ini dapat termanfaatkan manakala manusia dapat “membujuk”

mikroorganisme ini guna menghasilkan apa yang diharapkan. 

1.2 TUJUAN

1. Untuk mengetahui cara pembuatan MOL berkualitas dan cepat.

2. Untuk mengetahui bahan – bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai MOL yang berasal

dari sisa – sisa kotoran yang tidak terpakai.

BAB II

METODOLOGI

2.1 WAKTU PELAKSANAAN

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 7

Praktikum dilaksanakan pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 09 Oktober 2012

Waktu : 08.40 s/d 10.20 WIB

Tempat : Lahan Percobaan Fakultas PertanianUPN “Veteran” Jawa Timur

2.2 ALAT

1. Tong plastik

2. Beaker glass

3. Pengaduk

4. Alat pencacah bongkol pisang (pisau, belati, parang, dll.)

2.3 BAHAN

1. Air leri (air cucian beras)

2. MOLase

3. Bonggol pisang

4. Air AC

2.4 CARA KERJA

1. Menyiapkan tong plastik sebanyak 4 buah

2 buah ditambah dengan MOLase

2 buah tanpa menggunakan MOLase

2. Menyiapkan 2 bongkol pisang yang satu besar dan yang satunya sedikit lebih kecil

3. Mencacah serta mememarkan bongkol pisang untuk mempercepat proses pembuatan

MOLnya

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 8

4. Memasukkan semua bongkol pisang yang telah dicacah dan dimemarkan kedalam

tong plastic

5. Menambahkan air leri ke semua tong plastic

6. Menambahkan MOLase kedalam 2 tong plastic dan 2 lainnya tanpa MOLase

7. Menambahkan air AC

8. Mengaduk semua bahan yang telah dimasukkan sampai homogen

9. Pengadukan dilakukan setiap hari selama

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

NO TANGAAL AROMA WARNA BENTUK BONGGOL1 09/10/12 Berbau busuk Keabu – abuan Uutuh

2 15/10/12 Berbau busuk Keabu – abuan Mulai hancur (untuk potongan kecil)

321/10/12 Berbau busuk

menyengat

Agak kecoklatan Bonggol lebih lembut (untuk yang besar

masih utuh)

428/10/12 Berbau busuk

menyengat

Coklat muda Bonggol lebih lembut (untuk yang besar

masih utuh)

504/11/12 Berbau busuk

lebih menyengat

Coklat muda Bonggol lebih lembut (untuk yang besar

masih utuh)

611/11/12 Berbau busuk

lebih menyengat

Coklat muda Bonggol lebih lembut (untuk yang besar

masih utuh)

718/11/12 Berbau busuk

lebih menyengat

Coklat muda Bonggol lebih lembut (untuk yang besar

masih utuh)

824/11/12 Berbau busuk

lebih menyengat

Coklat muda Bonggol lebih lembut (untuk yang besar

masih utuh)9 30/11/12 Berbau busuk

lebih menyengatCoklat muda Bonggol lebih lembut

(untuk yang besar

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 9

masih utuh)

1006/11/12 Berbau busuk

lebih menyengat

Coklat muda Bonggol lebih lembut (untuk yang besar

masih utuh)

1112/11/12 Berbau busuk

lebih menyengat

Coklat muda Bonggol lebih lembut (untuk yang besar

masih utuh)

12 17/11/12 Bau busuk berkurang

Coklat muda Hancur dan semaikin lembut

13

3.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan pembuatan mikroorganisme local ( MOL ) terdapat

beberapa proses penguraian dari hasil pengamatan ,penguraian yang memiliki tingkat

kehancuran sangat susah,atau sukar untuk hancur. Dengan adanya pembuatan

mikroorganisme local ( MOL ) ini dapat membantu proses pemberian unsure hara pada tanah

dan tanaman. Pengamatan pembuatan mikroorganisme local ( MOL ) dapat di lihat dengan

melihat bentuk bonggol pisang,warna dan aroma dari mikroorganisme local ( MOL ). Pada

pengamatan minggu pertama yaitu aroma bonggol yang dihancurkan berbau busuk, warnanya

keabu – abuan, dan bentuknya masih utuh.pada minggu keua aroma MOL berbau busuk ,

warna tetap keabu – abuan seangkan bentuknya mulai hancur.pengamatan ketiga aroma mulai

berbau busuk menyengat, warna yang agak kecoklatan,an bentuk bonggol lebih lembut.

Pada pengamatanke 4 sampai ke 11, yaitu aroma bahan berbau busuk menyengat, dengan

warna cokelat muda dan bentuk bonggol lembut ,tetapi untuk yang besar masih kasar.

Kemudian pada pengamatan terakhir aroma bonggol bau busuk berkurang,dengan warna

cokelat muda dan bentuk bonggol hancur dan lembut.

Kegunaan pembuatan MOL ini yaitu terutama berguna untuk membantu kesehatan dan

penyerapan unsure hara dalam tanah di karenakan kurangnya responsive tanah terhadap

penambahan pupuk dengan kurangnya bahan organic dan mikroorganisme dalam tanah.

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 10

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum dapat di simpulkan bahwa dalam pembuatan

mikroorganisme ) MOL dapat di lakukan dengan mudah dengan memanfaatkan bonggol

pisang yang berguna sebagai penambah unsur hara pada tanah dan dimanfaatkan oleh

nantinya oleh tanaman dalam berkembang biak, dalam proses pengomposan terlihat jelas

bahwa bahan bonggol pisang terjadi perubahan baik itu aroma,warna,sampai bentuk bonggol

yang hancur dan siap untuk di gunakan dan diberikan ke tanah dan tanaman.

4.2 DAFTAR PUSTAKA

http://blog-indonesia.com/blog-archive-15625-59.html

BUDIDAYA TANAMAN KANGKUNG

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kangkung (Ipomoea reptans. F.) adalah jenis sayuran daun yang dimanfaatkan atau di

konsumsi segar sebagai lalapan dan sayuran penyegar. Sayuran ini banyak mengandung

Vitamin A dan Vitamian C dengan sumber mineral terutama fosfor dan kalsium yang sangat

dibutuhkan bagi tubuh manusia (Rukmana, 2005).

Kangkung merupakan tanaman yang banyak diual di pasar. Kangkung banyak terdapat di

kawasan Asia dan merupakan tanaman yang dapat dijumpai diberbagai kawasan berair.

Tanaman ini baru mendapatkan perhatian untuk dibudidayakan setelah diketahui mempunyai

manfaat sebagai bahan makanan sayuran yang memiliki kandungan gizi yang baik. Di

samping itu, tanaman kangkung diketahui juga memiliki manfaat untuk pengobatan (terapi)

berbagai macam penyakit. Bahan yang dikandung oleh kangkung memiliki manfaat untuk

mengobati berbagai gangguan kesehatan dan antiracun. Tanaman kangkung sudah mulai

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 11

dibudidayakan sejak kurang lebih 2.500 tahun yang lalu, dengan dibuktikan terdapatnya

tulisan purbakala mengenai tanaman ini sekitar 500 tahun SM

(Rukmana, 2005)

1.2 TUJUAN

1. Untuk mengetahui cara pembibitan tanaman sayuran kangkung yang benar

2. Untuk mengetahui cara perawatan dan pemeliharaan tanaman sayuran kangkung mulai

pembibitan sampai panen

BAB II

METODOLOGI

2.1 WAKTU PELAKSANAAN

Praktikum dilaksanakan pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 20 November 2012

Waktu : 08.40 s/d 10.20 WIB

Tempat : Lahan Percobaan Fakultas PertanianUPN “Veteran” Jawa Timur

2.2 ALAT

1. Cangkul

2. Bedengan lahan

3. Gembor

4. Tugal

5. Penggaris

6. Alat tulis

2.3 BAHAN

1. Bibit tanaman kangkung

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 12

2. Air

3. Kascing

2.4 CARA KERJA

1. Menyiapkan bedengan lahan dengan mencangkul tanah supaya tanah menjadi gembur

2. Menyiram bedengan lahan yang telah dicangkul dengan air untuk memudahkan proses

penugalan (membuat lubang tanam)

3. Membuat lubang tanam atau menugal lahan

4. Memasukkan benih ke dalam lubang tanam yang telah dibuat dengan perhitungan

setiap lubang terdiri dari 3 – 4 benih

5. Menutup lubang tanam dengan kascing

6. Menyiram bedengan lahan dengan air

7. Menutup bedengan lahan dengan sisa seresah untuk mengurangi proses penguapan

8. Melakukan pengamatan secara berkala setiap seminggu sekali

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 13

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

PANJANG KANGKUNG

Tanggal Baris 1cm

Baris 2cm

Baris 3cm

Baris 4cm

Baris 5cm

Baris 6cm

Baris 7cm

11-12-12 14,5 12,3 10,5 10,3 15,5 20 19,5 19 18 14,5 10,4 17 9,5 19,3 13,518-12-12 25 20,5 20,5 21 26,5 29,5 30 30 30,5 28 20 31 17 30,5 25,525-1212 35,5 30,2 31 34 38,5 40 40,5 41,5 41 32,3 30,5 45,5 28,5 42,8 37,5

Rata - rata 35,5 cm 23,0 cm 29,9 cm 29,8 cm 22,6 cm 24,7 cm 28,15 cm

JUMLAH KANGKUNG

Tanggal Baris 1Helai

Baris 2Helai

Baris 3Helai

Baris 4Helai

Baris 5Helai

Baris 6Helai

Baris 7Helai

11-12-12 5 3 4 4 4 4 6 6 6 7 3 6 4 6 618-12-12 12 8 8 9 14 14 17 19 19 15 9 18 7 20 1625-1212 20 14 15 18 25 26 29 25 24 22 15 30 11 31 25

Rata - rata 10,3 Helai 11,2 Helai 16,1 Helai 16,3 Helai 11,8 Helai 12,6 Helai 17,3 Helai

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 14

3.2 PEMBAHASAN

Kangkung merupakan tanaman sayuran yang kita manfaatkan setiap hari. Selain

mengandung serat, tanaman ini juga mengandung izi dan vitamin yang baik untuk

kesehatan manusia. Dalam praktium ini penanaman dilakukan secara kkonvensional yang

artinya penanaman dilakukan dengan cara meembuat bedengan dan larikan kemudian

ditugal setiap larikan ada empat lubang tugalan. Penanaman dulakukan dengan cara

menabur biji ke lubang tugalan dengan takaran 4 biji benih tanaman kangkung per lubang

tugalan. Hal ini dimaksudkan agar tanaman bisa melakukan pertmbuhannya secara

optimal dan mengurangi tingkat kompetisi pada setiap lubang tugalan.

Penggunaan larikan dimaksudkan agar setelah tumbuh, daun tanaman kangkung tidak

salig menutupi sehingga mengganggu penyerapan cahaya matarhi yang dierima oleh daun.

Karena jika penyerapan olelh daun tidak maksimal maka pertumbuhan tanaman juga akan

terganggu, sehingga tumbuhnya tidak sesuai dengan yang diharapkan atau tidak optimal

Dari tabel pengamatan diatas dapat dilihat bahwa pertambahan panjang tanaman

kangkung memiliki rata – rata perpanjangan yang cukup terlihat perbedaannya. Berbeda

dengan jumlah daun yang dimiliki tiap tanaman yang mempunyai jumlah yang sama

untuk setiap tanamannya.

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Penanaman kangkung dengan menggunakan tugalan dan larikan merupakan cara yang

baik untuk menanam kangkung. Hal ini dibuktikan dengan rasio pertumbuhan tanaman

kangkung per lubang yang cukup tinggi.

4.2 DAFTAR PUSTAKA

Rukmana, R. 2005. Kangkung . Kanisius, Yogyakarta. Hal 11-19, 30-33

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 15

TRANSPLANTING TANAMAN SAYURAN BUAH

(CABAI KECIL, TOMAT, DAN TERUNG)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Benih disebar langsung ditempat tanam permanen (disaat seeding, sebar langsung) atau mula-

mula wadah atau tempat dimana tanaman muda dapat dipindahkan (transplanting) sekali atau

dua kali sebelum penanaman permanen. Penyemaian atau pembiitan ditujukan untuk

menenam bibit atau semai untuk memberikan pengaturan lingkungan yang lebih tepat, selama

tahap perkecambahan yang gawat dan awal pembibitan bibit. Pembibitan merupakan bagian

khusus dari pembiakan dengan biji, benih dapat dikecambahkan dahulu baik-baik semai yang

berisi meida, kemudian bibit kecil dipindahkan kewadah yang cocok (sugito, 1994).

Pemindahan kelapang merupakan bagian dari pembiakan biji dan pembiakan vegetative,

transplant dapat ditanamkan masih beserta tanah atau dengan akar telanjang. Penanaman dari

tanaman-tanamna berakar telanjang seperti tomat, strowberi, kubis, seledri, cabai, cocok

untuk cara pemindahan dengan sesin. Tanaman yang berakar itu harus ditutup dengan lumpur/

jerami untuk menghindari kekeringan. Saat pemindahan dipengaruhi keadaan cuaca, laju

transpirasi yang rendah mempercepat pemuliaan kerusakan akibat transplanting (abiding,

1987).

Pemindahan terbaik dilakukan dengan media tanah yang cukup basahnya untuk mudah

ditarik tetapi tidak cukup basah menjadi lengket, sebelum dipindahkan kepala bibit tersebut

dipindahkan kebedengan pembibitan. Bedengan persemaian hatus telah disiapkan baik-baik.

Tanah harus gembur dan bersih dari rumput-rumputan. Dalam pembibitan tersebut, bibit

ditanama dalam bedengan tanah atau serpihan yaitu bumbungan (Harjadi, 1979).

1.2 TUJUAN

1. Untuk mengetahui cara transplanting tanaman sayuran buah dengan baik dan benar

2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tanaman sayuran buah di lapang

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 16

BAB II

METODOLOGI

2.1 WAKTU PELAKSANAAN

Praktikum dilaksanakan pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 27 November 2012

Waktu : 08.40 s/d 10.20 WIB

Tempat : Lahan Percobaan Fakultas PertanianUPN “Veteran” Jawa Timur

2.2 ALAT

1. Baki

2. Cangkul

2.3 BAHAN

1. Bibit tanaman sayuran buah yang siap di transplanting

2. Air

2.4 CARA KERJA

1. Bibit tanaman sayuran buah yang sudah siap di transplanting di ambil dari Mist House

dengan menggunakan baki

2. Menyiapkan lahan sebagai media yang baru dengan menggunakan cangkul

3. Melepas bibit dari gelas plastik yang digunakan sebagai tempat pembibitan tanpa

mencabutnya dari tanah yang digunakan sebagai media awal

4. Menanam bibit tersebut pada lahan yang telah disiapkan beserta media awalnya

5. Menyiram dengan air sehari sekali pada pagi atau sore hari

6. Melakukan pengamatan secara berkala setiap seminggu sekali

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 17

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

HSTNAMA

TANAMAN

HASIL PENGAMATAN

TINGGI TANAMAN JUMLAH DAUN

14

(I)

TERONG

3 cm 3

5.5 cm 4

6 cm 3

CABAI5 cm 3

7.5 cm 3

21

(II)

TERONG

4,5 cm 4

6 cm 4

5,5 cm 4

CABAI4,5 cm 4

8 cm 4

3.2 PEMBAHASAN

Transplanting merupakan kegiatan pemindahan tanaman dari tempat pembibitan ke

lingkungan yang sebenarnya. Keberhasilan transplanting sangat dipengaruhi faktor suhu

dan keadaan iklim yang ada.

Dalam praktikum ini bibit transplanting di ambil dari praktikum pembibitan tanaman

yang terdahulu sudah dilakukan. Dapat dilihat pada tabel pengamatan bahwa dari sekian

banyak tanaman yang berhasil tumbuh hanya tersisa dua tanaman yang dapat tumbuh

dengan baik sehingga bisa diukur dan diamati perutumbuhannya.

Transplanting yang dilakukan pada akhir musin panas sangat beriko mengganggu

pertumbuhan tanaman, hal ini dikarenakan potensi suhu yang terlalu tinggi yang akan

meningkatkan penguapan bibit tanaman padahal perakaan tanaman belum tumbuh dan

menyebar dengan sempurna untuk menyerap air dalam tanah. Karena penguapan terlalu

besar makan lama – kelamaan tanaman akan mengalami defisiensi air dan unsur hara

yang mengakibatkan tanaman tersebut mati.

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 18

Transplanting tanaman yang dilakukan pada seperempat musim hujan juga tidak baik

hal ini dikarenakan pada waktu tersebut curah hujan masih tinggi sehingga ancaman

energi kinetik yang merusak tanah dan merobohkan tanaman juga semakin besar.

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

4.2 DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, srisetyadi. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta: PT. Gramedia

Zainudin, dkk. 2009.Petunjuk Pratikum Terpadu Dasar-Dasar Agronomi. Malang: Lab

Agronomi UMM

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 19

PEMBUATAN KOMPOS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembuatan kompos adalah menumpukkan bahan-bahan organis dan membiarkannya

terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai nisbah C/N yang rendah (telah melapuk)

(Hasibuan, 2006).

Bahan-bahan yang mempunyai C/N sama atau mendekati C/N tanah, dapat langsung

digunakan sebagai pupuk, tetapi bila C/N nya tinggi harus didekomposisikan dulu sehingga

melapuk dengan C/N rendah yakni 10-12 (Rinsemo, 1993).

Cara Macdonald menggunakan bahan-bahan mentah, (batang-batang kecil dan daun-

daunan, serasah atau sampah tanaman) dimasukkan kedalam tempat tumpukan bahan-bahan

mentah dan mencapai tinggi sekitar 1 m, setiap 20 cm tinggi tumpukan diberi aktifator

misalnya pupuk kandang atau sayuran yang telah busuk untuk pengembangan bakteri.

Didalam tumpukan itu akan menimbulkan panas, dalam keadaan panas biji-biji tanaman dan

larva hama tanaman dapt terbunuh. Pada waktu kering segera siramkan cairan pupuk kandang

secukupnya dan kemudian tutup kembali. Setelah 2 sampai 3 bulan kompos dapat digunakan

(Sutejo, 2002).

Rosmarkam dan Yuwono (2002) menyimpulkan bahwa pengomposan pada dasarnya

merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu mempercepat proses

dekomposisi bahan organik. Mikrobia tersebut adalah bakteri, fungi dan jasad renik lainnya.

Suriawiria (2003) menyatakan bahwa adapun kunci membuat kompos yang bagus

meliputi: rasio karbon/nitrogen, adanya bahan mikroorganisme, tingkat kelembapan, tingkat

oksigen dan ukuran partikel. Dari ketiga pendapat tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi

pengomposan adalah hampir sama.

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 20

1.2 TUJUAN

1. Untuk mengetahui cara pembuatan kompos secara cepat dan berkualitas

2. Untuk mengetahui bahan yang digunakan dalam pembuatan kompos

BAB II

METODOLOGI

2.1 WAKTU PELAKSANAAN

Praktikum dilaksanakan pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 04 Desember 2012

Waktu : 08.40 s/d 10.20 WIB

Tempat : Lahan Percobaan Fakultas PertanianUPN “Veteran” Jawa Timur

2.2 ALAT

3. Gentong plastic

4. Alat pengaduk (kayu, bambu, dll.)

5. Mesin penggiling dedaunan

2.3 BAHAN

1. Dedaunan setengah kering

2. MOLase

3. MOL

4. Air AC

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 21

2.4 CARA KERJA

1. Menyiapkan gentong plastic yang digunakan sebagai tempat pembuatan kompos

2. Menimbang dedaunan setengah kering yang sudah dicacah pada alat penggiling

dedaunan

3. Memasukkan dedaunan pada gentong plastic

4. Menambahkan MOLase sebanyak 50 ml kedalam semua gentong plastic

5. Menambahkan MOL 5 ml sebanyak kedalam 2 gentong plastic dan 2 gentong

lainnya tanpa ditambah MOL

6. Menambahkan air AC sebanyak 250 ml kedalam semua gentong plastic

7. Mengaduk dengan alat pengaduk (kayu atau bambu) sampai homogen dan

dilakukan setiap hari

8. Mencatat perubahan yang terjadi

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 22

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

Kompos tanpa MOL

Mingg ke- TEKSTUR AROMA WARNA SUHU1 Kasar Normal Coklat gelap Panas2 Kasar Menyengat Coklat gelap Panas 3 Kasar Berkurang Coklat gelap Dingin (dbawah suhu

ruangan)

Kompos menggunakan MOL

Minggu ke- TEKSTUR AROMA WARNA SUHU1 Kasar Normal Coklat gelap Panas 2 Kasar Menyengat Coklat gelap Lebih Panas 3 Kasar Berkurang Coklat gelap Lebih dingin

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 23

3.2 PEMBAHASAN

Pengomposan merupakan kegiatan mendekomposisikan bahan seresah

tanaman yang dilakukan dengan cara menambahan atau memanipulasi proses

pendekomposisian dengan sejumlah bakteri atau organisme pendekomposisi lain.

Pada praktikum ini kami melakukan pembuatan kompos dengan cara menambahkan

larutan MOLase (50 ml) pada seresah dan ditambah lagi dengan 5 ml cairan MOL

yang sudah kami buat dari praktikum yang terdahulu. Dari tabel pengamatan dapat

dilihat bahwa perbedaan yang mencolok antara pendekomposisian dengan

ditambahkan cairan MOL dengan yang tidak, terlihat pada suhu yang terbentuk pada

ruangan pada wadah/tempat terjadinya proses dekomposisi. Dimana pada proses

dekomposisi yang diberi cairan MOL suhu pada minggu pertama dan minggu kedua

melebihi suhu yang terdapat pada wadah yang proses dekomposisinya tidak

ditambahkan carian MOL. Hal ini menunjukkan bahwa proses dekomposisi seresah

akan mampu dipercepat dengan cara menambahkan sejumlah carian MOL. Selain itu

proses dekomposisi juga dipengaruhi oelh beberapa faktor yakni .

Kelembapan timbunan bahan kompos, berpengaruh terhadap kehidupan mikrobia,

agar tidak terlalu kering atau basah dan tergenang.

Aerasi timbunan, berhubungan erat dengan kelengasan.

Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 600C), dan juga

dilakukan pembalikkan untuk menurunkan temperatur.

Suasana, dalam pengomposan menghasilkan asam-asam organik sehingga pH

turun, untuk itu diperlukan pembalikkan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

a. Pembuatan kompos dapat dipercecpat dengan menambahakan cairan MOL

pada seresah yang akan dibuat kompos

b. Pengomposan dipengaruhi oeh beberapa faktor yakni kelembapan, aerasi, dan

temperatur ruangan pengomposan serta suasana pengomposan

4.2 DAFTAR PUSTAKA

Laporan Praktikum SPB (Sistem Pertanian Berkelanjutan) 24