lapaw mikro md 5
TRANSCRIPT
I. TUJUAN
Setelah praktikum Modul V praktikan diharapkan :
1. Mampu membaca input menggunakan interupsi
2. Mampu memanfaatkan timer / counter untuk keperluan pewaktuan
3. Memahami metoda interupsi dalam menetapkan prioritas
4. Memahami timer/counter untuk pewaktuan
II. TEORI DASAR
Ada banyak fitur – fitur sistem operasi, antara lain Eksekusi Program, Interupsi,
Multitasking, Networking, dll.
INTERUPSI
Interupsi adalah suatu kejadian atau peristiwa yang menyebabkan mikrokontroler
berhenti sejenak untuk melayani interrupt tersebut. Program yang dijalankan pada
saat melayani interrupt disebut Interrupt Service Routine (ISR). Saat terjadi interrupt,
program akan berhenti sesaat, melayani interrupt tersebut dengan menjalankan
program yang berada pada alamat yang ditunjuk oleh vektor dari interrupt yang
terjadi hingga selesai dan kembali meneruskan program yang terhenti oleh interrupt
tadi. Seperti yang terlihat Gambar dibawah, sebuah diagram alir yang seharusnya
berjalan terus lurus, tiba-tiba terjadi interrupt dan harus melayani interrupt tersebut
terlebih dahulu hingga selesai sebelum ia kembali meneruskan pekerjaannya.
CPU banyak melaksanakan routin untuk melakukan pelayanan pemrosesan ataupun
koordinasi kepada IC penunjang atau chipset dan peripherals pada saat diperlukan.
Sehingga CPU dapat melakukan operasi dengan 2 cara yaitu :
1. Operasi dengan polling
2. Opreasi dengan interrupt
Operasi dengan polling berarti CPU selalu terus menerus menanyakan/
memantau ke tiap-tiap komponen penunjang satu persatu meskipun komponen itu
sedang tidak memerlukan pelayanan.
Sedangkan operasi interrupt atau interupsi dilakukan oleh tiap-tiap komponen
kepada CPU bilamana memerlukan pelayanan pemrosesan, sehingga CPU tidak
terus-menerus menanyakan /memantau komponen itu. Setiap interupsi yang datang di
kontrol oleh interrupt controller di luar CPU. Dalam keadaan CPU terkena interupsi,
maka CPU untuk sesaat menghentikan kegiatan pelayanan utama dan beralih
melayani komponen yang menginterupsinya. Setelah selesai dilayani CPU kembali
melakukan pelayanan utamanya. Cara interupsi sangat meningkatkan efisiensi operasi
CPU dan melakukan tugasnya dengan cepat.
Setelah selesai mengerjakan ISR mikrokontroler kembali melajutkan untuk
mejalankan intruksi-instruksi pada program utama yang tertunda.
Proses yang terjadi saat mikrokontroler melayani interrupt adalah sebagai berikut :
Instruksi terakhir yang sedang dijalankan diselesaikan terlebih dahulu.
Program Counter (alamat dari instruksi yang sedang berjalan) disimpan ke
stack.
Interrupt Status disimpan secara internal.
Interrupt dilayani sesuai peringkat dari interrupt (lihat Interrupt Priority).
Program Counter terisi dengan alamat dari vector interrupt (lihat Interrupt
Vector) sehingga mikrokontroler langsung menjalankan program yang terletak
pada vector interrupt.
Program pada vector interrupt biasanya diakhiri dengan instruksi RETI di mana pada
saat ini proses yang terjadi pada mikrokontroler adalah sebagai berikut:
Program Counter diisi dengan alamat yang tersimpan dalam stack pada saat
interrupt terjadi sehingga mikrokontroler kembali meneruskan program di
lokasi saat interrupt terjadi.
Interrupt Status dikembalikan ke kondisi terakhir sebelum terjadi interrupt.
Mikrokontroler 8051 mempunyai 5 buah sumber interupsi. Dua buah interupsi
eksternal (INT0 dan INT1), dua buah interupsi timer (TF0 dan TF1) dan sebuah
interupsi port serial (SI).
Pada mikrokontroler keluarga MCS-51 terdapat 2 jenis interupsi yaitu ;
1. Interupsi yang tidak dapat di halangi oleh perangkat lunak (non maskable interupt),
misalnya reset.
2. Interupsi yang dapat di halangi perangkat lunak (maskable interupt). Contohnya,
adalah INT0 dan INT1 (ekternal) serta Timer/Counter 0, Timer/Counter 1, dan
interupsi dari port serial (internal).
Instruksi Return From Interupt Routine (RETI) harus digunakan untuk kembali dari
layanan rutin interupsi. Intruksi ini di pakai agar saluran interupsi kembali dapat di
pakai. Alamat awal layanan rutin interupsi dari setiap sumber interupsi terdapat pada
tabel dibawah ini.
Enable InterruptDalam suatu kondisi dapat juga dibutuhkan suatu program yang sedang berjalan tidak
boleh diinterrupt, untuk itu 89C51 mempunyai lima buah interrupt yang masing-
masing dapat dienable ataupun disable satu per satu. Pengaturan enable dan disable
interrupt dilakukan pada Register Interrupt Enable yang terletak pada alamat A8H.
Setiap sumber interupsi dapat di aktifkan maupun di lumpuhkan secara individual
dengan mengatur satu bit di SFR yang bernama Interupt Enable (IE) .Bit-bit dari IE
di definisikan sebagai berikut :
EA: Disable semua interrupt apabila bit ini clear. Bila bit ini clear, maka apapun
kondisi bit lain dalam register ini, semua interrupt tidak akan dilayani, oleh karena itu
untuk mengaktifkan salah satu interrupt, bit ini harus set.
ES: Enable/disable Serial Port Interrupt, set = enable, clear = disable. Apabila Serial
Port Interrupt aktif maka interrupt akan terjadi setiap ada data yang masuk ataupun
keluar melalui serial port yang membuat Flag RI (Receive Interrupt Flag) ataupun TI
(Transmit Interrupt Flag).
ET1: Enable/disable Timer 1 Interrupt, set = enable, clear = disable. Apabila interrupt
ini enable maka interrupt akan terjadi pada saat Timer 1 overflow.
EX1: Enable/disable External Interrupt 1, set = enable, clear = disable. Apabila
interrupt ini enable maka interrupt akan terjadi pada saat terjadi pulsa low pada INT1.
ET0: Enable/disable Timer 0 Interrupt, set = enable, clear = disable. Apabila interrupt
ini enable maka interrupt akan terjadi pada saat Timer 0 overflow.
EX0: Enable/disable External Interrupt 0, set = enable, clear = disable. Apabila
interrupt ini enable maka interrupt akan terjadi pada saat terjadi pulsa low pada INT0.
Interrupt Priority
Dalam melayani interrupt, mikrokontroler bekerja berdasarkan prioritas yang dapat
diatur pada Register Interrupt Priority.
IP0 atau PX0 untuk External Interrupt 0
IP1 atau PT0 untuk Timer 0 Interrupt
IP2 atau PX1 untuk External Interrupt 1
IP3 atau PT1 untuk Timer 1 Interrupt
IP4 atau PS untuk Serial Interrupt
Bit-bit ini akan berkondisi set apabila interrupt yang diaturnya ditempatkan pada
prioritas yang tinggi. Interrupt dengan prioritas yang tinggi dapat meng-interrupt
interrupt lain yang mempunyai prioritas lebih rendah, sedangkan interrupt dengan
prioritas tinggi itu sendiri tidak dapat di interrupt oleh interrupt lain.
Apabila terjadi lebih dari satu interrupt yang mempunyai prioritas yang sama
secara bersamaan, maka prioritas akan diatur secara polling mulai dari:
- External Interrupt 0
- Timer 0 Interrupt
- External Interrupt 1
- Timer 1 Interrupt
- Serial Interrupt
Setiap sumber interupsi dapat di program secara inidividual menjadi satu atau dua
tingkat prioritas dengan mengatur bit pada Special Function Regiter (SFR) yang
bernama Interupt Priority (IP). Bit-bit pada IP adalah sebagai berikut ;
Pemakaian prioritas interupsi diatas memiliki beberapa peraturan yang tercantum di
bawah ini :
1. Tidak ada interupsi yang menginterupsi interupsi prioritas tingkat tertinggi.
2. Interupsi prioritas tinggi boleh menginterupsi interupsi prioritas rendah.
3. Interupsi prioritas rendah boleh terjadi jika tidak ada interupsi lain yang sedang
di jalankan.
4. Jika dua interupsi terjadi secara bersamaan, interupsi yang memiliki prioritas
tinggi, akan dikerjakan lebih dahulu.Jika keduanya memiliki prioritas sama, maka
interupsi yang berada pada urutan polling akan dikerjakan terlebih dahulu.
Vektor-vektor Interupsi
Saat suatu interupsi diterima,nilai yang disimpan ke PC sebagai alamat RL1
selanjutnya disebut sebagai vektor interupsi, yang sekaligus merupakan awal alamat
RL1 yang bersangkutan. Pada tabel 2.4 diberikan daftar vektor interupsi pada
AT89C51.
Pada saat mengalami interupsi, tanda yang menghasilkan interupsi akan dinol-kan
secara otomatis melalui perangkat keras. Pada masing-masing interupsi tersebut ada
dua sumber, sehingga tidak praktis jika CPU harus me-nol-kan tanda interupsi yang
bersangkutan. Bit-bit tersebut diperiksa dalam RL1 untuk menentukan sumber
interupsi yang sesungguhnya kemudian di-nol-kan melalui program.
Selanjutnya proses yang diminta interupsi dilaksanakan.
Operasi Timer/Counter
Pada dasarnya, Timer/Counter merupakan seperangkat pencacah (counter) biner yang
terhubung langsung ke saluran data mikrokontroler, sehingga mikrokontroler bisa
membaca kondisi pencacah dan bila diperlukan mikrokontroler dapat pula merubah
kondisi pencacah tersebut. Seperti layaknya pencacah biner, saat sinyal detak (clock)
yang diberikan sudah melebihi kapasitas pencacah, maka pencacah akan memberikan
sinyal overflow atau limpahan. Sinyal overflow ini merupakan suatu hal yang penting
dalam pemakaian Timer/Counter. Terjadinya overflow ini akan dicatat dalam suatu
register tertentu. Timer dan Counter sebenarnya identik, namun perbedaannya yaitu
timer mencacah pulsa dari osilator, sedangkan counter mencacah keadaan tertentu.
Konsep dasar Timer/Counter ditampilkan dalam bentuk blok diagram di
bawah ini:
Pencacah Biner
Merubah Kedudukan Pencacah
Membaca Kedudukan Pencacah
Sumber Detak yang Bisa Diatur Overflow
Pencacah
Gambar.Konsep Kerja Timer/Counter
Sinyal detak yang diberikan ke pencacah dibedakan menjadi dua macam,
yaitu sinyal detak dengan frekuensi tetap yang sudah diketahui besarnya dan sinyal
detak dengan frekuensi yang bisa bervariasi. Jika sebuah pencacah bekerja dengan
frekuensi tetap, maka dikatakan pencacah tersebut bekerja sebagai Timer atau
pewaktu, karena kondisi pencacah tersebut setara dengan waktu yang bisa ditentukan
secara pasti. Sedangkan jika sebuah pencacah bekerja dengan frekuensi yang
bervariasi, dikatakan pencacah tersebut bekerja sebagai Counter atau pencacah,
karena kondisi pencacah tersebut menyatakan banyaknya pulsa detak yang sudah
diterima. Untai kedua pencacah tersebut merupakan pencacah biner naik (count up
binary counter).
Mikrokontroler 8051 dilengkapi dengan dua perangkat Timer/Counter, yaitu Timer0
dan Timer1. Untuk dapat mengakses Timer/Counter digunakan register-register
khusus yang tersimpan dalam Special Function Register (SFR). Register-register
tersebut adalah TMOD, TCON, TH1, TL1, TH0 dan TL0.
Register TH1, TL1, TH0 dan TL0 merupakan SFR yang dipakai untuk
membentuk pencacah biner Timer1 dan Timer0. Kapasitas keempat register tersebut
masing-masing 8 bit dan bisa disusun menjadi 4 (empat) macam mode pencacah yang
akan dijelaskan kemudian.
Sedangkan TMOD adalah register untuk menentukan kerja dari Timer0 atau
Timer1. Susunan register TMOD adalah sebagai berikut:
TMOD: TIMER/COUNTER MODE CONTROL REGISTER. NOT BIT
ADDRESSABLE.
Gambar Register TMOD
Nibble atau 4-bit kiri digunakan untuk setting Timer atau Counter 1 sedangkan
Nibble atau 4-bit kanan digunakan untuk Timer atau Counter 0. Keterangan masing-
masing bit adalah sebagai berikut,
GATE : Bit ini dipakai untuk menentukan kendali ON/OFF timer. Jika bit ini
LOW, maka kendali dilakukan secara software atau program, Timer1
akan ON selama bit TR1 pada Register TCON bernilai HIGH. Tetapi
jika bit ini HIGH, berarti ON/OFF Timer atau Counter bergantung
pada kondisi pin INT, Timer 1 akan ON selama pin INT1 bernilai
HIGH.
C/T : Bit ini dipakai untuk menentukan jenis operasi. Jika bit ini HIGH,
berarti alat ini digunakan sebagai Counter, tetapi jika bit ini LOW,
alat ini digunakan sebagai Timer.
M1 M0 : Adalah pasangan bit untuk menentukan 1 dari 4 mode operasi.
Kombinasi M1M0 akan menentukan mode operasi Timer/Counter.
Mode dan kombinasi M1M0J diperlihatkan pada Tabel 8.1 di bawah
ini.
Tabel Mode Timer/Counter
MODE M1 M0 NAMA MAKSIMUM
0 0 0 Timer 13 bit 8,192 pulsa
1 0 1 Timer 16 bit 65,536 pulsa
2 1 0 Timer Isi Ulang 8 bit 256 pulsa
3 1 1 Timer Split -
Jika pasangan ini bernilai 00 berarti Timer/Counter bekerja pada mode 0 dengan
kapasitas maksimum 13-bit atau 8192 pulsa. Jika M1M0 = 01 atau mode 1, maka
kapasitas maksimumnya 16-bit atau 65536 pulsa. Sedangkan Mode 2 merupakan
mode auto reload atau isi ulang dengan kapasitas 8-bit atau 256 pulsa. Pada mode 2
ini, selama Timerx running, isi register TLx terus bertambah. Jika TLx overflow,
maka TFx aktif dan TLx diisi ulang dengan data yang berada pada THx.
Register lain yang berhubungan dengan kerja Timer/Counter adalah register
TCON. Register ini berisi bit-bit kendali untuk mengatur kerja Timer/Counter.
Berikut ini susunan register TCON.
TCON: TIMER/COUNTER CONTROL REGISTER. BIT ADDRESSABLE.
MSB LSB
TF1 TR1 TF0 TR0 IE1 IT1 IE0 IT0
Gambar Register TCON
Bit TF1 dan TR1 untuk mengendalikan Timer/Counter1 sedangkan bit TF0
dan TR0 digunakan untuke mengatur Timer/Counter0. Bit TFx atau Timer Flag
overflow adalah bit indikator terjadinya overflow atau meluap pada Timer/Counter x.
Jika terjadi overflow bit ini menjadi HIGH. Bit ini dikembalikan ke kondisi LOW
dengan 2 cara, yaitu software atau hardware. Secara software bit ini dapat
dikembalikan ke LOW dengan instruksi CLR TFx, sedangkan secara hardware, bit
ini akan dikembalikan ke LOW setelah pengambilan alamat interupsi dari interrupt
vector, tentu saja cara hardware ini harus melibatkan operasi interupsi.
Sedangkan bit TRx adalah pengendali gerbang masuk pulsa, jika TRx HIGH
maka pulsa diizinkan masuk pencacah. Sejak saat ini, pencacah akan mulai
menghitung cacahannya, baik sebagai Timer atau Counter.
Misalnya jika diinginkan untuk menggunakan Timer/Counter 0 sebagai Timer
16-bit. Maka bit-bit setting yang kita berikan untuk TMOD adalah data biner “xxxx
0001”. Tanda x atau don’t care berarti bahwa bit-bit tersebut tidak terkait dengan
Timer/Counter 0. Bit ke-3 berisi 0 yang berarti pencacah menggunakan detak awal
dari program, bukan dari eksternal input. Bit ke-2 diisi 0 yang maksudnya operasi
yang dilakukan adalah Timer. Sedangkan bit ke-1 dan ke-0 atau M1M0 berisi 01,
yang berarti pengaturan Timer menggunakan Mode 1 dengan pencacah 16 bit.
Mode 0
Pencacah biner dibentuk dengan TLx (TL0 atau TL1) sebagai pencacah biner 5 bit.
Limpahan dari pencacah biner 5 bit dihubungkan ke THx (TH0 atau TH1)
membentuk untaian pencacah biner 13 bit. Limpahan dari pencacah 13 bit ini
ditampung di flip-flop TFx (TF0 atau TF1) pada register TCON. Gambar 2.8
memperlihatkan Timer/Counter yang bekerja pada mode 0.
Mode 1
Sama halnya dengan mode 0, hanya saja register TLx dipakai sepenuhnya sebagai
pencacah biner 8 bit sehingga kapasitas pencacah biner yang terbentuk adalah 16 bit.
Gambar 2.9 memperlihatkan Timer/Counter yang bekerja pada mode 1.
Mode 2
TLx dipakai sebagai pencacah biner 8 bit dan THx dipakai untuk menyimpan nilai
yang diisikan ulang ke TLx setiap kali kedudukan TLx melimpah (berubah dari FFH
ke 00H). Gambar 2.10 memperlihatkan Timer/Counter yang bekerja pada mode 2.
Mode 3
Pada mode 3 TL0, TH0, TL1, dan TH1 dipakai untuk membentuk tiga untaian
pencacah. Pertama, untaian pencacah biner 16 bit tanpa fasilitas pemantauan sinyal
limpahan yang dibentuk dengan TL1 dan TH1. Kedua, TL0 dipakai sebagai pencacah
biner 8 bit dengan TF0 sebagai sarana pemantau limpahan. Ketiga, TH0 yang dipakai
sebagai pencacah biner 8 bit dengan TF1 sebagai sarana pemantau limpahan. Gambar
2.11 memperlihatkan Timer/Counter yang bekerja pada mode 3.
Mode 3 merupakan gabungan dari 2 pencacahan yaitu pencacahan 16 bit dan
pencacahan 8 bit. TL1 dan TH1 membentuk susunan pencacahan 16 bit, sedangkan
pencacah 8 bit disusun oleh TL0 dan TH0 Limpahan dari pencacahan 8 bit TL0
ditampung di TF0 yang terdapat pada alamat bit TCON.5 dan limpahan 8 bit TH0
ditampung di TF1 yang terdapat pada alamat bit TCON.7.
III.Prosedur Percobaan
Praktikum dilakukan pada masukan push-button, tampilan LED dan motor stepper
dengan memanfaatkan fasilitas interupsi dan timer/counter AT89C51. Program yang
digunakan adalah PROGRAM1A.asm, PROGRAM1B.asm, PROGRAM2A.asm,
PROGRAM2B.asm, COUNTER1.ASM, TIMER1.ASM, TIMER2.ASM, dan
TIMER3.ASM.
A. Tahap Pertama – Editing dan Debugging
1. Membuat listing program asembli dengan cara :
Menggunakan text editor Notepad, buat program PROGRAM1A.asm,
dengan prosedur tahap editing pertama seperti diatas.
Setelah program selesai ditulis dan disimpan dengan ekstensi *.asm, lanjutkan
dengan tahap kedua-kompilasi.
B. Tahap Kedua-Kompilasi
1. Melakukan kompilasi-membuat file objek (*.obj) dari file *.asm
Buka windows MS-DOS Prompt. Masuk ke folder ATMEL
Dengan menggunakan compiler A51.exe, kompilasi file
PROGRAM1A.asm, dengan mengetikkan instruksi berikut dibaris perintah
DOS.
C:\Atmel>a51 PROGRAM1A.asm
Tahap ini akan menghasilkan dua file yaitu :
Prog1a.obj
File ini untuk digunakan langkah kompilasi selanjutnya
Prog1a.lst
File ini isinya merupakan report hasil kompilasi
File ini diperlukan jika program mengandung kesalahan sintaks
Jika tahap ini ada kesalahan, maka ulangi langkah 1.
2. Melakukan kompilasi – membuat file hex (*.hex) dari file *.obj
Dengan menggunakan OHS51.exe, kompilasi file latih1.obj (catat: bukan
latih1.asm), dengan mengetikkan instruksi berikut di baris perintah DOS :
C:Atmel>ohs51 prog1a.obj
Tahap ini akan menghasilkan file latih1.hex
File ini digunakan langkah kompilasi selanjutnya
C. Tahap Ketiga – Perekaman
1. Matikan loader
2. Pasangkan chip mikrokontroler ke loader (pastikan tidak terbalik, pemasangan
IC yang terbalik akan merusak IC dan loader! Komfirmasikan dahulu kepada
assisten)
3. Nyalakan loader
4. Melakukan prosedur tahap kedua seperti diatas. Double klik gambar
PGM89v3
5. Mengikuti prosedur tahap ketiga seperti bahasan sebelumnya
6. Mematikan loader sebelum IC dicabut dari loader
7. Modul kit dalam keadaan padam, pasangkan AT89C51 ke modul kit (jangan
terbalik)
8. Memasangkan kabel-kabel penghubung ke port sesuai program
9. Konfirmasikan ke asisten untuk menguji apakah rangkaian anda sudah benar
10. Nyalakan modul kit dan cek apakah modul kit anda berjalan sesuai
programMengulangi praktikum tahap pertama dan kedua untuk program
LATIH17.asm, LATIH18.asm, LATIH19.asm, LATIH20.asm
TUGAS PRALAB
A. PROGRAM
1. Tulislah sebuah program untuk gelombang persegi di p1.5 yang frekuensinya
100 Khz.
2. Apa efek interupsi berikut :
Setb 8EH
Jawab : Mengeset nilai satu (1) pada alamat 8 Eh
3. Apa efeknya instruksi berikut :
MOV TMOD,# 11010101b
Jawab : Efek pada perintah tersebut adalah memberikan nilai 11010101b pada
alamat 89h atau TMOD
4. Tulislah sebuah program untuk menghasilkan gelombang persegi 12 kHz di
P1.2 menggunakan timer 0
5. Rancanglah sebuah aplikasi pintu berputar menggunakan timer 1 untuk
menentukan orang ke sepuluh ribu yang memasuki area. Anggaplah sensor
pintu berputar dihubungkan ke T1 dan menghasilkan pulsa setiap kali pintu
berputar. Sebuah lamup dihubungkan ke P1.7 yang akan on jika P1.7 sama
dengan 1 dan sebaliknya. Penghitung kejadian ada di T1 dan menyalakan di
P1.7 jika orang ke 10000 memasuki ruangan
6. Tulis sebuah program 8051 untuk menghasilkan sinyal dengan frekuensi 500
Hz di P1.0 menggunakan timer 0. Bentuk sinyal mempunyai siklus kerja 30 %
B. HARDWARE
1. Jelaskan dengan baik beberapa aplikasi yang lebih tepat menggunakan
interupsi pada poling.
Jawab : Aplikasi yang tepat dalam menggunakan interupsi daripada
polling yaitu pada motor stepper karena pada motor stepper dilakukan
pengulangan yang berulang-ulang dimana kita tidak pernah tahu berapa
kali putaran pada motor stepper itu sendiri berulang.
2. Jelaskan dengan baik beberapa aplikasi yang lebih tepat menggunakan
timer/counter.
Jawab : Aplikasi yang tepat menggunakan timer/counter yaitu pada jam
digital karena pada jam digital dapat dilakukan pencacahan berulang-
ulang dengan angka dari 0-9 tampilan pada jam digital tersebut adalah
tampilan 7 segment.
3. Hendak diukur kecepatan putar sebuah motor DC. Berikan rancangan
software dan hardware anda untuk pengukuran kecepatan motor DC
tersebut!
DAFTAR PUSTAKA
http://storage.jakstik.ac.id/students/paper/penulisan%20ilmiah/20402272/BAB
%20II.pdf
http://embeeminded.blogspot.com/2011/11/pengenalan-mikrokontroler-part-iii.html
http://harifzah.files.wordpress.com/2008/03/bab-2-teori-penunjang.pdf
http://mbahtiar.files.wordpress.com/2011/01/microkontroler.pdf
http://www.tutorial-mikrokontroler.com/2012/04/timer-dan-counter-
mikrokontroler.html
LAPORAN AWAL
OPERASI INTERUPSI DAN TIMER/COUNTER
MODUL V
Nama : Kartika Wahyu Illahi
NPM : 140310090039
Hari/Tanggal : Selasa/ 19 November 2012
Waktu : 08.00 - 10.00
Asisten :
LABORATORIUM SISTEM MIKROPROSESOR DIGITAL
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
LEMBAR PENGESAHAN
OPERASI INTERUPSI DAN TIMER/COUNTER
MODUL V
Nama : Kartika Wahyu Illahi
NPM : 140310090039
Hari/Tanggal : Selasa/ 19 November 2012
Waktu : 08.00 - 10.00
Asisten :
Jatinangor, November 2012
Asisten
( )
L. Awal Speken