lapaw mikro md 5

28
I. TUJUAN Setelah praktikum Modul V praktikan diharapkan : 1. Mampu membaca input menggunakan interupsi 2. Mampu memanfaatkan timer / counter untuk keperluan pewaktuan 3. Memahami metoda interupsi dalam menetapkan prioritas 4. Memahami timer/counter untuk pewaktuan II. TEORI DASAR Ada banyak fitur – fitur sistem operasi, antara lain Eksekusi Program, Interupsi, Multitasking, Networking, dll. INTERUPSI Interupsi adalah suatu kejadian atau peristiwa yang menyebabkan mikrokontroler berhenti sejenak untuk melayani interrupt tersebut. Program yang dijalankan pada saat melayani interrupt disebut Interrupt Service Routine (ISR). Saat terjadi interrupt, program akan berhenti sesaat, melayani interrupt tersebut dengan menjalankan program yang berada pada alamat yang ditunjuk oleh vektor dari interrupt yang terjadi hingga selesai dan kembali meneruskan program yang terhenti oleh interrupt tadi.

Upload: kartika-wahyu-illahi

Post on 07-Aug-2015

15 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapaw Mikro MD 5

I. TUJUAN

Setelah praktikum Modul V praktikan diharapkan :

1. Mampu membaca input menggunakan interupsi

2. Mampu memanfaatkan timer / counter untuk keperluan pewaktuan

3. Memahami metoda interupsi dalam menetapkan prioritas

4. Memahami timer/counter untuk pewaktuan

II. TEORI DASAR

Ada banyak fitur – fitur sistem operasi, antara lain Eksekusi Program, Interupsi,

Multitasking, Networking, dll.

INTERUPSI

Interupsi adalah suatu kejadian atau peristiwa yang menyebabkan mikrokontroler

berhenti sejenak untuk melayani interrupt tersebut. Program yang dijalankan pada

saat melayani interrupt disebut Interrupt Service Routine (ISR). Saat terjadi interrupt,

program akan berhenti sesaat, melayani interrupt tersebut dengan menjalankan

program yang berada pada alamat yang ditunjuk oleh vektor dari interrupt yang

terjadi hingga selesai dan kembali meneruskan program yang terhenti oleh interrupt

tadi. Seperti yang terlihat Gambar dibawah, sebuah diagram alir yang seharusnya

berjalan terus lurus, tiba-tiba terjadi interrupt dan harus melayani interrupt tersebut

terlebih dahulu hingga selesai sebelum ia kembali meneruskan pekerjaannya.

Page 2: Lapaw Mikro MD 5

CPU banyak melaksanakan routin untuk melakukan pelayanan pemrosesan ataupun

koordinasi kepada IC penunjang atau chipset dan peripherals pada saat diperlukan.

Sehingga CPU dapat melakukan operasi dengan 2 cara yaitu :

1. Operasi dengan polling

2. Opreasi dengan interrupt

Operasi dengan polling berarti CPU selalu terus menerus menanyakan/

memantau ke tiap-tiap komponen penunjang satu persatu meskipun komponen itu

sedang tidak memerlukan pelayanan.

Sedangkan operasi interrupt atau interupsi dilakukan oleh tiap-tiap komponen

kepada CPU bilamana memerlukan pelayanan pemrosesan, sehingga CPU tidak

terus-menerus menanyakan /memantau komponen itu. Setiap interupsi yang datang di

kontrol oleh interrupt controller di luar CPU. Dalam keadaan CPU terkena interupsi,

maka CPU untuk sesaat menghentikan kegiatan pelayanan utama dan beralih

melayani komponen yang menginterupsinya. Setelah selesai dilayani CPU kembali

melakukan pelayanan utamanya. Cara interupsi sangat meningkatkan efisiensi operasi

CPU dan melakukan tugasnya dengan cepat.

Page 3: Lapaw Mikro MD 5

Setelah selesai mengerjakan ISR mikrokontroler kembali melajutkan untuk

mejalankan intruksi-instruksi pada program utama yang tertunda.

Proses yang terjadi saat mikrokontroler melayani interrupt adalah sebagai berikut :

Instruksi terakhir yang sedang dijalankan diselesaikan terlebih dahulu.

Program Counter (alamat dari instruksi yang sedang berjalan) disimpan ke

stack.

Interrupt Status disimpan secara internal.

Interrupt dilayani sesuai peringkat dari interrupt (lihat Interrupt Priority).

Program Counter terisi dengan alamat dari vector interrupt (lihat Interrupt

Vector) sehingga mikrokontroler langsung menjalankan program yang terletak

pada vector interrupt.

Program pada vector interrupt biasanya diakhiri dengan instruksi RETI di mana pada

saat ini proses yang terjadi pada mikrokontroler adalah sebagai berikut:

Program Counter diisi dengan alamat yang tersimpan dalam stack pada saat

interrupt terjadi sehingga mikrokontroler kembali meneruskan program di

lokasi saat interrupt terjadi.

Interrupt Status dikembalikan ke kondisi terakhir sebelum terjadi interrupt.

Mikrokontroler 8051 mempunyai 5 buah sumber interupsi. Dua buah interupsi

eksternal (INT0 dan INT1), dua buah interupsi timer (TF0 dan TF1) dan sebuah

interupsi port serial (SI).

Pada mikrokontroler keluarga MCS-51 terdapat 2 jenis interupsi yaitu ;

1. Interupsi yang tidak dapat di halangi oleh perangkat lunak (non maskable interupt),

misalnya reset.

2. Interupsi yang dapat di halangi perangkat lunak (maskable interupt). Contohnya,

adalah INT0 dan INT1 (ekternal) serta Timer/Counter 0, Timer/Counter 1, dan

interupsi dari port serial (internal).

Page 4: Lapaw Mikro MD 5

Instruksi Return From Interupt Routine (RETI) harus digunakan untuk kembali dari

layanan rutin interupsi. Intruksi ini di pakai agar saluran interupsi kembali dapat di

pakai. Alamat awal layanan rutin interupsi dari setiap sumber interupsi terdapat pada

tabel dibawah ini.

Enable InterruptDalam suatu kondisi dapat juga dibutuhkan suatu program yang sedang berjalan tidak

boleh diinterrupt, untuk itu 89C51 mempunyai lima buah interrupt yang masing-

masing dapat dienable ataupun disable satu per satu. Pengaturan enable dan disable

interrupt dilakukan pada Register Interrupt Enable yang terletak pada alamat A8H.

Setiap sumber interupsi dapat di aktifkan maupun di lumpuhkan secara individual

dengan mengatur satu bit di SFR yang bernama Interupt Enable (IE) .Bit-bit dari IE

di definisikan sebagai berikut :

Page 5: Lapaw Mikro MD 5

EA: Disable semua interrupt apabila bit ini clear. Bila bit ini clear, maka apapun

kondisi bit lain dalam register ini, semua interrupt tidak akan dilayani, oleh karena itu

untuk mengaktifkan salah satu interrupt, bit ini harus set.

ES: Enable/disable Serial Port Interrupt, set = enable, clear = disable. Apabila Serial

Port Interrupt aktif maka interrupt akan terjadi setiap ada data yang masuk ataupun

keluar melalui serial port yang membuat Flag RI (Receive Interrupt Flag) ataupun TI

(Transmit Interrupt Flag).

ET1: Enable/disable Timer 1 Interrupt, set = enable, clear = disable. Apabila interrupt

ini enable maka interrupt akan terjadi pada saat Timer 1 overflow.

EX1: Enable/disable External Interrupt 1, set = enable, clear = disable. Apabila

interrupt ini enable maka interrupt akan terjadi pada saat terjadi pulsa low pada INT1.

ET0: Enable/disable Timer 0 Interrupt, set = enable, clear = disable. Apabila interrupt

ini enable maka interrupt akan terjadi pada saat Timer 0 overflow.

Page 6: Lapaw Mikro MD 5

EX0: Enable/disable External Interrupt 0, set = enable, clear = disable. Apabila

interrupt ini enable maka interrupt akan terjadi pada saat terjadi pulsa low pada INT0.

Interrupt Priority

Dalam melayani interrupt, mikrokontroler bekerja berdasarkan prioritas yang dapat

diatur pada Register Interrupt Priority.

IP0 atau PX0 untuk External Interrupt 0

IP1 atau PT0 untuk Timer 0 Interrupt

IP2 atau PX1 untuk External Interrupt 1

IP3 atau PT1 untuk Timer 1 Interrupt

IP4 atau PS untuk Serial Interrupt

Bit-bit ini akan berkondisi set apabila interrupt yang diaturnya ditempatkan pada

prioritas yang tinggi. Interrupt dengan prioritas yang tinggi dapat meng-interrupt

interrupt lain yang mempunyai prioritas lebih rendah, sedangkan interrupt dengan

prioritas tinggi itu sendiri tidak dapat di interrupt oleh interrupt lain.

Apabila terjadi lebih dari satu interrupt yang mempunyai prioritas yang sama

secara bersamaan, maka prioritas akan diatur secara polling mulai dari:

- External Interrupt 0

- Timer 0 Interrupt

- External Interrupt 1

- Timer 1 Interrupt

- Serial Interrupt

Setiap sumber interupsi dapat di program secara inidividual menjadi satu atau dua

tingkat prioritas dengan mengatur bit pada Special Function Regiter (SFR) yang

bernama Interupt Priority (IP). Bit-bit pada IP adalah sebagai berikut ;

Page 7: Lapaw Mikro MD 5

Pemakaian prioritas interupsi diatas memiliki beberapa peraturan yang tercantum di

bawah ini :

1. Tidak ada interupsi yang menginterupsi interupsi prioritas tingkat tertinggi.

2. Interupsi prioritas tinggi boleh menginterupsi interupsi prioritas rendah.

3. Interupsi prioritas rendah boleh terjadi jika tidak ada interupsi lain yang sedang

di jalankan.

4. Jika dua interupsi terjadi secara bersamaan, interupsi yang memiliki prioritas

tinggi, akan dikerjakan lebih dahulu.Jika keduanya memiliki prioritas sama, maka

interupsi yang berada pada urutan polling akan dikerjakan terlebih dahulu.

Vektor-vektor Interupsi

Saat suatu interupsi diterima,nilai yang disimpan ke PC sebagai alamat RL1

selanjutnya disebut sebagai vektor interupsi, yang sekaligus merupakan awal alamat

RL1 yang bersangkutan. Pada tabel 2.4 diberikan daftar vektor interupsi pada

AT89C51.

Pada saat mengalami interupsi, tanda yang menghasilkan interupsi akan dinol-kan

secara otomatis melalui perangkat keras. Pada masing-masing interupsi tersebut ada

Page 8: Lapaw Mikro MD 5

dua sumber, sehingga tidak praktis jika CPU harus me-nol-kan tanda interupsi yang

bersangkutan. Bit-bit tersebut diperiksa dalam RL1 untuk menentukan sumber

interupsi yang sesungguhnya kemudian di-nol-kan melalui program.

Selanjutnya proses yang diminta interupsi dilaksanakan.

Operasi Timer/Counter

Pada dasarnya, Timer/Counter merupakan seperangkat pencacah (counter) biner yang

terhubung langsung ke saluran data mikrokontroler, sehingga mikrokontroler bisa

membaca kondisi pencacah dan bila diperlukan mikrokontroler dapat pula merubah

kondisi pencacah tersebut. Seperti layaknya pencacah biner, saat sinyal detak (clock)

yang diberikan sudah melebihi kapasitas pencacah, maka pencacah akan memberikan

sinyal overflow atau limpahan. Sinyal overflow ini merupakan suatu hal yang penting

dalam pemakaian Timer/Counter. Terjadinya overflow ini akan dicatat dalam suatu

register tertentu. Timer dan Counter sebenarnya identik, namun perbedaannya yaitu

timer mencacah pulsa dari osilator, sedangkan counter mencacah keadaan tertentu.

Konsep dasar Timer/Counter ditampilkan dalam bentuk blok diagram di

bawah ini:

Page 9: Lapaw Mikro MD 5

Pencacah Biner

Merubah Kedudukan Pencacah

Membaca Kedudukan Pencacah

Sumber Detak yang Bisa Diatur Overflow

Pencacah

Gambar.Konsep Kerja Timer/Counter

Sinyal detak yang diberikan ke pencacah dibedakan menjadi dua macam,

yaitu sinyal detak dengan frekuensi tetap yang sudah diketahui besarnya dan sinyal

detak dengan frekuensi yang bisa bervariasi. Jika sebuah pencacah bekerja dengan

frekuensi tetap, maka dikatakan pencacah tersebut bekerja sebagai Timer atau

pewaktu, karena kondisi pencacah tersebut setara dengan waktu yang bisa ditentukan

secara pasti. Sedangkan jika sebuah pencacah bekerja dengan frekuensi yang

bervariasi, dikatakan pencacah tersebut bekerja sebagai Counter atau pencacah,

karena kondisi pencacah tersebut menyatakan banyaknya pulsa detak yang sudah

diterima. Untai kedua pencacah tersebut merupakan pencacah biner naik (count up

binary counter).

Mikrokontroler 8051 dilengkapi dengan dua perangkat Timer/Counter, yaitu Timer0

dan Timer1. Untuk dapat mengakses Timer/Counter digunakan register-register

khusus yang tersimpan dalam Special Function Register (SFR). Register-register

tersebut adalah TMOD, TCON, TH1, TL1, TH0 dan TL0.

Register TH1, TL1, TH0 dan TL0 merupakan SFR yang dipakai untuk

membentuk pencacah biner Timer1 dan Timer0. Kapasitas keempat register tersebut

masing-masing 8 bit dan bisa disusun menjadi 4 (empat) macam mode pencacah yang

akan dijelaskan kemudian.

Sedangkan TMOD adalah register untuk menentukan kerja dari Timer0 atau

Timer1. Susunan register TMOD adalah sebagai berikut:

Page 10: Lapaw Mikro MD 5

TMOD: TIMER/COUNTER MODE CONTROL REGISTER. NOT BIT

ADDRESSABLE.

Gambar Register TMOD

Nibble atau 4-bit kiri digunakan untuk setting Timer atau Counter 1 sedangkan

Nibble atau 4-bit kanan digunakan untuk Timer atau Counter 0. Keterangan masing-

masing bit adalah sebagai berikut,

GATE : Bit ini dipakai untuk menentukan kendali ON/OFF timer. Jika bit ini

LOW, maka kendali dilakukan secara software atau program, Timer1

akan ON selama bit TR1 pada Register TCON bernilai HIGH. Tetapi

jika bit ini HIGH, berarti ON/OFF Timer atau Counter bergantung

pada kondisi pin INT, Timer 1 akan ON selama pin INT1 bernilai

HIGH.

C/T : Bit ini dipakai untuk menentukan jenis operasi. Jika bit ini HIGH,

berarti alat ini digunakan sebagai Counter, tetapi jika bit ini LOW,

alat ini digunakan sebagai Timer.

M1 M0 : Adalah pasangan bit untuk menentukan 1 dari 4 mode operasi.

Kombinasi M1M0 akan menentukan mode operasi Timer/Counter.

Mode dan kombinasi M1M0J diperlihatkan pada Tabel 8.1 di bawah

ini.

Tabel Mode Timer/Counter

MODE M1 M0 NAMA MAKSIMUM

0 0 0 Timer 13 bit 8,192 pulsa

1 0 1 Timer 16 bit 65,536 pulsa

Page 11: Lapaw Mikro MD 5

2 1 0 Timer Isi Ulang 8 bit 256 pulsa

3 1 1 Timer Split -

Jika pasangan ini bernilai 00 berarti Timer/Counter bekerja pada mode 0 dengan

kapasitas maksimum 13-bit atau 8192 pulsa. Jika M1M0 = 01 atau mode 1, maka

kapasitas maksimumnya 16-bit atau 65536 pulsa. Sedangkan Mode 2 merupakan

mode auto reload atau isi ulang dengan kapasitas 8-bit atau 256 pulsa. Pada mode 2

ini, selama Timerx running, isi register TLx terus bertambah. Jika TLx overflow,

maka TFx aktif dan TLx diisi ulang dengan data yang berada pada THx.

Register lain yang berhubungan dengan kerja Timer/Counter adalah register

TCON. Register ini berisi bit-bit kendali untuk mengatur kerja Timer/Counter.

Berikut ini susunan register TCON.

TCON: TIMER/COUNTER CONTROL REGISTER. BIT ADDRESSABLE.

MSB LSB

TF1 TR1 TF0 TR0 IE1 IT1 IE0 IT0

Gambar Register TCON

Bit TF1 dan TR1 untuk mengendalikan Timer/Counter1 sedangkan bit TF0

dan TR0 digunakan untuke mengatur Timer/Counter0. Bit TFx atau Timer Flag

overflow adalah bit indikator terjadinya overflow atau meluap pada Timer/Counter x.

Jika terjadi overflow bit ini menjadi HIGH. Bit ini dikembalikan ke kondisi LOW

dengan 2 cara, yaitu software atau hardware. Secara software bit ini dapat

dikembalikan ke LOW dengan instruksi CLR TFx, sedangkan secara hardware, bit

ini akan dikembalikan ke LOW setelah pengambilan alamat interupsi dari interrupt

vector, tentu saja cara hardware ini harus melibatkan operasi interupsi.

Page 12: Lapaw Mikro MD 5

Sedangkan bit TRx adalah pengendali gerbang masuk pulsa, jika TRx HIGH

maka pulsa diizinkan masuk pencacah. Sejak saat ini, pencacah akan mulai

menghitung cacahannya, baik sebagai Timer atau Counter.

Misalnya jika diinginkan untuk menggunakan Timer/Counter 0 sebagai Timer

16-bit. Maka bit-bit setting yang kita berikan untuk TMOD adalah data biner “xxxx

0001”. Tanda x atau don’t care berarti bahwa bit-bit tersebut tidak terkait dengan

Timer/Counter 0. Bit ke-3 berisi 0 yang berarti pencacah menggunakan detak awal

dari program, bukan dari eksternal input. Bit ke-2 diisi 0 yang maksudnya operasi

yang dilakukan adalah Timer. Sedangkan bit ke-1 dan ke-0 atau M1M0 berisi 01,

yang berarti pengaturan Timer menggunakan Mode 1 dengan pencacah 16 bit.

Mode 0

Pencacah biner dibentuk dengan TLx (TL0 atau TL1) sebagai pencacah biner 5 bit.

Limpahan dari pencacah biner 5 bit dihubungkan ke THx (TH0 atau TH1)

membentuk untaian pencacah biner 13 bit. Limpahan dari pencacah 13 bit ini

ditampung di flip-flop TFx (TF0 atau TF1) pada register TCON. Gambar 2.8

memperlihatkan Timer/Counter yang bekerja pada mode 0.  

Mode 1

Sama halnya dengan mode 0, hanya saja register TLx dipakai sepenuhnya sebagai

pencacah biner 8 bit sehingga kapasitas pencacah biner yang terbentuk adalah 16 bit.

Gambar 2.9 memperlihatkan Timer/Counter yang bekerja pada mode 1.

Page 13: Lapaw Mikro MD 5

 

Mode 2

TLx dipakai sebagai pencacah biner 8 bit dan THx dipakai untuk menyimpan nilai

yang diisikan ulang ke TLx setiap kali kedudukan TLx melimpah (berubah dari FFH

ke 00H). Gambar 2.10 memperlihatkan Timer/Counter yang bekerja pada mode 2.

 

Mode 3

Pada mode 3 TL0, TH0, TL1, dan TH1 dipakai untuk membentuk tiga untaian

pencacah. Pertama, untaian pencacah biner 16 bit tanpa fasilitas pemantauan sinyal

limpahan yang dibentuk dengan TL1 dan TH1. Kedua, TL0 dipakai sebagai pencacah

biner 8 bit dengan TF0 sebagai sarana pemantau limpahan. Ketiga, TH0 yang dipakai

sebagai pencacah biner 8 bit dengan TF1 sebagai sarana pemantau limpahan. Gambar

2.11 memperlihatkan Timer/Counter yang bekerja pada mode 3.

 

Page 14: Lapaw Mikro MD 5

Mode 3 merupakan gabungan dari 2 pencacahan yaitu pencacahan 16 bit dan

pencacahan 8 bit. TL1 dan TH1 membentuk susunan pencacahan 16 bit, sedangkan

pencacah 8 bit disusun oleh TL0 dan TH0 Limpahan dari pencacahan 8 bit TL0

ditampung di TF0 yang terdapat pada alamat bit TCON.5 dan limpahan 8 bit TH0

ditampung di TF1 yang terdapat pada alamat bit TCON.7. 

III.Prosedur Percobaan

Praktikum dilakukan pada masukan push-button, tampilan LED dan motor stepper

dengan memanfaatkan fasilitas interupsi dan timer/counter AT89C51. Program yang

digunakan adalah PROGRAM1A.asm, PROGRAM1B.asm, PROGRAM2A.asm,

PROGRAM2B.asm, COUNTER1.ASM, TIMER1.ASM, TIMER2.ASM, dan

TIMER3.ASM.

A. Tahap Pertama – Editing dan Debugging

1. Membuat listing program asembli dengan cara :

Menggunakan text editor Notepad, buat program PROGRAM1A.asm,

dengan prosedur tahap editing pertama seperti diatas.

Setelah program selesai ditulis dan disimpan dengan ekstensi *.asm, lanjutkan

dengan tahap kedua-kompilasi.

B. Tahap Kedua-Kompilasi

1. Melakukan kompilasi-membuat file objek (*.obj) dari file *.asm

Buka windows MS-DOS Prompt. Masuk ke folder ATMEL

Dengan menggunakan compiler A51.exe, kompilasi file

PROGRAM1A.asm, dengan mengetikkan instruksi berikut dibaris perintah

DOS.

Page 15: Lapaw Mikro MD 5

C:\Atmel>a51 PROGRAM1A.asm

Tahap ini akan menghasilkan dua file yaitu :

Prog1a.obj

File ini untuk digunakan langkah kompilasi selanjutnya

Prog1a.lst

File ini isinya merupakan report hasil kompilasi

File ini diperlukan jika program mengandung kesalahan sintaks

Jika tahap ini ada kesalahan, maka ulangi langkah 1.

2. Melakukan kompilasi – membuat file hex (*.hex) dari file *.obj

Dengan menggunakan OHS51.exe, kompilasi file latih1.obj (catat: bukan

latih1.asm), dengan mengetikkan instruksi berikut di baris perintah DOS :

C:Atmel>ohs51 prog1a.obj

Tahap ini akan menghasilkan file latih1.hex

File ini digunakan langkah kompilasi selanjutnya

C. Tahap Ketiga – Perekaman

1. Matikan loader

2. Pasangkan chip mikrokontroler ke loader (pastikan tidak terbalik, pemasangan

IC yang terbalik akan merusak IC dan loader! Komfirmasikan dahulu kepada

assisten)

3. Nyalakan loader

4. Melakukan prosedur tahap kedua seperti diatas. Double klik gambar

PGM89v3

5. Mengikuti prosedur tahap ketiga seperti bahasan sebelumnya

6. Mematikan loader sebelum IC dicabut dari loader

7. Modul kit dalam keadaan padam, pasangkan AT89C51 ke modul kit (jangan

terbalik)

8. Memasangkan kabel-kabel penghubung ke port sesuai program

Page 16: Lapaw Mikro MD 5

9. Konfirmasikan ke asisten untuk menguji apakah rangkaian anda sudah benar

10. Nyalakan modul kit dan cek apakah modul kit anda berjalan sesuai

programMengulangi praktikum tahap pertama dan kedua untuk program

LATIH17.asm, LATIH18.asm, LATIH19.asm, LATIH20.asm

TUGAS PRALAB

A. PROGRAM

1. Tulislah sebuah program untuk gelombang persegi di p1.5 yang frekuensinya

100 Khz.

2. Apa efek interupsi berikut :

Setb 8EH

Jawab : Mengeset nilai satu (1) pada alamat 8 Eh

3. Apa efeknya instruksi berikut :

MOV TMOD,# 11010101b

Jawab : Efek pada perintah tersebut adalah memberikan nilai 11010101b pada

alamat 89h atau TMOD

4. Tulislah sebuah program untuk menghasilkan gelombang persegi 12 kHz di

P1.2 menggunakan timer 0

5. Rancanglah sebuah aplikasi pintu berputar menggunakan timer 1 untuk

menentukan orang ke sepuluh ribu yang memasuki area. Anggaplah sensor

pintu berputar dihubungkan ke T1 dan menghasilkan pulsa setiap kali pintu

berputar. Sebuah lamup dihubungkan ke P1.7 yang akan on jika P1.7 sama

dengan 1 dan sebaliknya. Penghitung kejadian ada di T1 dan menyalakan di

P1.7 jika orang ke 10000 memasuki ruangan

6. Tulis sebuah program 8051 untuk menghasilkan sinyal dengan frekuensi 500

Hz di P1.0 menggunakan timer 0. Bentuk sinyal mempunyai siklus kerja 30 %

B. HARDWARE

Page 17: Lapaw Mikro MD 5

1. Jelaskan dengan baik beberapa aplikasi yang lebih tepat menggunakan

interupsi pada poling.

Jawab : Aplikasi yang tepat dalam menggunakan interupsi daripada

polling yaitu pada motor stepper karena pada motor stepper dilakukan

pengulangan yang berulang-ulang dimana kita tidak pernah tahu berapa

kali putaran pada motor stepper itu sendiri berulang.

2. Jelaskan dengan baik beberapa aplikasi yang lebih tepat menggunakan

timer/counter.

Jawab : Aplikasi yang tepat menggunakan timer/counter yaitu pada jam

digital karena pada jam digital dapat dilakukan pencacahan berulang-

ulang dengan angka dari 0-9 tampilan pada jam digital tersebut adalah

tampilan 7 segment.

3. Hendak diukur kecepatan putar sebuah motor DC. Berikan rancangan

software dan hardware anda untuk pengukuran kecepatan motor DC

tersebut!

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: Lapaw Mikro MD 5

http://storage.jakstik.ac.id/students/paper/penulisan%20ilmiah/20402272/BAB

%20II.pdf

http://embeeminded.blogspot.com/2011/11/pengenalan-mikrokontroler-part-iii.html

http://harifzah.files.wordpress.com/2008/03/bab-2-teori-penunjang.pdf

http://mbahtiar.files.wordpress.com/2011/01/microkontroler.pdf

http://www.tutorial-mikrokontroler.com/2012/04/timer-dan-counter-

mikrokontroler.html

Page 19: Lapaw Mikro MD 5

LAPORAN AWAL

OPERASI INTERUPSI DAN TIMER/COUNTER

MODUL V

Nama : Kartika Wahyu Illahi

NPM : 140310090039

Hari/Tanggal : Selasa/ 19 November 2012

Waktu : 08.00 - 10.00

Asisten :

LABORATORIUM SISTEM MIKROPROSESOR DIGITAL

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012

Page 20: Lapaw Mikro MD 5

LEMBAR PENGESAHAN

OPERASI INTERUPSI DAN TIMER/COUNTER

MODUL V

Nama : Kartika Wahyu Illahi

NPM : 140310090039

Hari/Tanggal : Selasa/ 19 November 2012

Waktu : 08.00 - 10.00

Asisten :

Jatinangor, November 2012

Asisten

( )

L. Awal Speken

Page 21: Lapaw Mikro MD 5