lapkas hipertiroid
DESCRIPTION
Lapkas hipertiroidTRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDHULUAN
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi
hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini
menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang,
yang disebut dengan thyrotoxicosis (Bararah, 2009).
Hipertiroid adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid
memproduksi hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-
kadang disebut tiroktosikosis, istilah untuk hormon tiroid terlalu banyak dalam
darah. Sekitar 1% dari penduduk Amerika Serikat memiliki hyperthyroidism.
Perempuan lebih mungkin mengembangkan hipertiroidisme daripada pria
(Anonim, 2012).
Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari
hipertiroid. Sekitar 60-80% kasus tiroktosikosis akibat penyakit Graves. Kejadian
tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi 0,5 kasus per 1000 orang selama
periode 20 tahun, dengan terjadinya puncak pada orang berusia 20-40 tahun.
Gondok multinodular (15-20% dari tiroktosikosis) lebih banyak terjadi di daerah
defisiensi yodium. Kebanyakan orang di Amerika Serikat menerima yodium
cukup, dan kejadian gondok multinodular kurang dari kejadian di wilayah dunia
dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik merupakan penyebab 3-5% kasus
tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011).
Prevalensi hipertiroid berdasarkan umur dengan angka kejadian lebih
kurang 10 per 100.000 wanita dibawah umur 40 tahun dan 19 per 100.000 wanita
2
yang berusia diatas 60 tahun. Prevalensi kasus hipertiroid di Amerika terdapat
pada wanita sebesar (1,9%) dan pria (0,9%). Di Eropa ditemukan bahwa
prevalensi hipertiroid adalah berkisar (1-2%). Di negara Inggris kasus hipertiroid
terdapat pada 0,8 per 1000 wanita pertahun (Guyton, 2009).
Hipertiroid di Indonesia masih banyak dijumpai, karena hipertiroid dapat
disebabkan beberapa penyebab antara lain : penyakit Graves (75%), struma toksik
multinodular, adenoma toksik, tiroiditis Hashimoto, tiroiditis pasca melahirkan,
virus, obat-obatan seperti amiodaron, hiperemis gravidarum, adenoma hipofisis,
dan lain-lain. Hipertiroid dapat terjadi di daerah endemik maupun cukup yodium,
sehingga masyarakat yang mengalami hipertiroid ini memerlukan perawatan dan
pengobatan yang baik.
Hipertiroid lebih banyak pada wanita dibandingkan pria dengan rasio 1:5,
dan banyak terjadi di usia pertengahan. Tetapi hipertiroid tidak hanya terjadi pada
usia pertengahan, namun di usia anak-anak dan remaja dapat terjadi walau
insidensi dan prevalensi di Indonesia belum pasti. Beberapa kepustakaan luar
negeri menyebutkan insidensinya masa anak diperkirakan 1/100.000 anak per
tahun. Mulai 0,1/100.000 anak per tahun untuk anak usia 0-4 tahun meningkat
sampai dengan 3/100.000 anak per tahun pada usia remaja.
Hipertiroid menyebabkan kelainan pada banyak organ salah satunya pada
sistem kardiovaskular. Beberapa studi dan penelitian mengemukakan bahwa
terjadi atrial fibrilasi 33 dari 47% pasien dengan umur lebih dari 60 tahun. Serta
kurang dari 1% kasus serangan baru atrial fibrilasi disebabkan hipertiroid. Dan
penelitian yang dilakukan oleh Nakazawa melaporkan 11.345 pasien dengan
3
hipertiroid 288 kasus disertai atrial fibrilasi, 6 kasus mengalami emboli sistemik,
4 diantaranya mengalami gagal jantung, 5 orang diantaranya berusia > 50 tahun 7.
Hipertiroid dapat menyebabkan gagal jantung, atrial fibrilasi, mitral regurgitasi,
trikuspid regurgitasi.
Dalam spektrum kegawat-daruratan endokrin, krisis tiroid menduduki
peringkat pertama sebagai penyakit yang penting. Kirisi tiroid (Thyroid storm)
merupakan suatu keadaan hipertiroid yang mengalami eksaserbasi sehingga
mengancam kehidupan yang ditandai dengan dekompensasi dari satu atau lebih
sistem organ, dengan keadaan status hipermetabolik.
Angka kejadian krisis tiroid jarang. Biasanya krisis tiroid merupakan
komplikasi penyakit Graves, namun terkadang dapat muncul pada keadaan toksik
multinoduler goiter. Keadaan krisis tiroid juga dapat dipresipitasi oleh keadaan
akut, seperti : trauma, infeksi, tindakan operatif, pemberian iodine berlebihan,
kehamilan.
Insidensi tiroid storm dikatakan tidak lebih dari 10% (1-2%) pasien yang
dirawat dengan tirotoksikosis. Namun, angka kematian oleh krisi tiroid masih
tinggi, dengan rentang (20-30%). Presentasi klinis termasuk demam, takikardia,
hipertensi, abnormalitas neurologi dan gastrointestinal. Burch dan Wartofsky
lebih spesifik, telah menggambarkan sistem poin untuk menilai derajat disfungsi
dari berbagai sistem organ (regulasi suhu tubuh, saraf pusat, pencernaan, dan
kardiovaskular). Gambaran klinis lebih memiliki arti penting dibandingkan
dengan kadar hormon tiroid untuk mengasumsikan bahwa seseorang dengan
tirotoksikosis akan jatuh ke keadaan krisi tiroid.
4
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Nama : Tn. D
Jenis Kelamin : laki-laki
Usia : 29 tahun
Alamat : Muara dua
Suku Bangsa : Aceh
Status perkawinan : kawin
Agama : Islam
No. MR : 35.23.47
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 17 April 2016
Tanggal Pemeriksaan : 19 April 2016
2.2 Anamnesis
1. Keluhan utama : Buang air besar cair (Mencret)
2. Keluhan tambahan : nyeri perut, mual, muntah, benjolan di leher,
jantung berdebar-debar
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan utama BAB cair, dengan frekuensi
sebanyak ≥10 kali dalam sehari. Keluhan dialami selama 2 hari sebelum masuk ke
rumah sakit. BAB cair dengan sedikit ampas, tidak berlendir maupun berdarah.
BAB cair berwarna kuning kecoklatan, warna seperti cucian beras disangkal.
Pasien juga mengeluh adanya demam 1 hari setelah mencret, sebelumnya tidak
5
ada demam. Demam hanya 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam tidak
disertai menggigil.
Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah sebanyak 4 kali saat di rumah.
Muntah berisi makanan kemudian cairan kekuningan, tidak ada darah. Muntah
terjadi beberapa jam setelah pasien makan. Perut tidak nyaman terutama di daerah
perut bagian bawah terasa seperti diputar.
Terdapat benjolan di leher pasien bagian depan merata dibagian kiri dan
kanan leher berukuran seperti telur ayam. Benjolan tidak merah, tidak nyeri, dan
teraba hangat. Benjolan sudah ada sejak tahun 2013. Dirasa semakin membesar,
awalnya benjolan kecil dan hanya dibagian leher depan kanan, namun setelah 1
tahun benjolan sebelah kiri juga muncul. Benjolan dileher juga disertai dada terasa
berdebar-debar, berkeringat tanpa sebab walau tidak melakukan aktivitas, pasien
juga mengeluhkan sering merasa lelah, sering buang air besar 4-5 kali sehari
namun tidak cair, konsistensi padat lunak berwarna kuning tidak ada keluhan saat
BAB, nafsu makan pasien meningkat dan pasien sering merasa lapar, pasien juga
sering merasa kehausan dan banyak minum. Tidak ada keluhan BAK. Selama 1
tahun terakhir, pasien merasa mata semakin menonjol keluar dan saat tidur mata
setengah terbuka, namun tidak ada tidak ada gangguan dalam penglihatan. Pasien
mengeluhkan penurunan berat badan sejak munculnya benjolan. Berta badan
sebelum sakit sekitar 84 kg menjadi 64 kg. Setelah menjalani pengobatan selama
1 bulan berat badan mulai naik, sekarang menjadi 70 kg.
6
4. Riwayat penyakit dahulu
Benjolan sudah ada sejak tahun 2013. Dirasa semakin membesar, awalnya
benjolan kecil dan hanya dibagian leher depan kanan, namun setelah 1 tahun
benjolan sebelah kiri juga muncul. Satu bulan yang lalu pasien kontrol ke poli
bedah RSU Cut Meutia dengan keluhan bejolan dileher, setelah dilakukan
pemeriksaan lengkap pasien di beritahu sakit hipertiroid dan dianjurkan untuk
kontrol ke poli penyakit dalam untuk pengobatan selamjutnya. Riwayat penyakit
hipertensi dan diabetes melitus disangkal. Menurut pasien ia tidak pernah
mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Adik pasien juga mengalami keluhan yang sama muncul sejak 1 tahun
6. Riwayat penggunaan obat
Pasien 1 bulan terakhir rutin mengkonsumsi obat dari poli bedah. Obat
yang dikonsumsi adalah PTU 2x1 dan Propanolol 1x1.
7. Riwayat kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak usia muda, sekitar lebih dari 5
tahun, dan masih tetap merokok. Pasien merupakan penikmat seafood dan ikan
asin.
8. Anamnesis umum
a. Keluhan keadaan umum
Panas badan : tidak ada
Kapan mulai timbul : tidak ada
Tipe : tidak ada
7
Nafsu makan : meningkat
Udem : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Haus : tidak ada
Berat badan : turun
b. Keluhan di organ kepala
Mata : tidak ada
Hidung : tidak ada
Lidah : tidak ada
Gangguan menelan : tidak ada
Sakit kepala : tidak ada
Telinga : tidak ada
Mulut : tidak ada
Gigi : tidak ada
Suara : tidak parau
c. Keluhan di leher
Kaku kuduk : tidak ada
Pembesaran kelenjar : ada
d. Keluhan di organ thorak
Sesak : tidak ada
Sakit dada : tidak ada
Batuk : tidak ada
Kapan : tidak ada
8
Dahak : tidak ada
Darah : tidak ada
Jantung berdebar : ada
Nafas berbunyi : tidak ada
e. keluhan di organ perut
Nyeri : ada
Lokalisasi : perut bagian bawah
Sifat nyeri : seperti diputar
Penjalaran : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Nyeri berhubungan dengan makanan : tidak ada
Nyeri berhubungan dengan BAB : ada
Nyeri berhubungan dengan miksi : tidak ada
Nyeri berhubungan dengan haid : tidak
Perasaan tumor di perut : tidak ada
Muntah-muntah : ada
Diare : ada (≥10 kali)
Perubahan bentuk tinja : ada (menjadi cair)
Obstipasi : tidak ada
Tenesmus ad anum : tidak ada
Perubahan air seni : tidak ada
f. Keluhan dari tangan ke kaki
Keluhan rasa kaku : tidak ada
9
Athrosis : tidak ada
Fraktur : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Luka/bekas luka : tidak ada
Edema pretibial : tidak ada
Rasa lemah : ada
Pasea/paraparese : tidak ada
Cara berjalan : normal
Perasaan kesemutan : tidak ada
Dorsum pedis : tidak ada
g. Keluhan lain
Keluhan alat motoris : tidak ada
Keluhan kelenjar endokrin : tidak ada
Diabetes melitus : tidak ada
Tiroid : ada (pembesaran kelenjar)
Haid : tidak ada
Keluhan kelenjar limfe : tidak ada
2.3 Status Present
1. Kesan Umum
a. Keadaan umum
Kesan sakit : sedang
Gizi : Baik (BB aktual = 99,7% BBI)
Kesadaran : compos mentis (E4 V5 M6)
10
Tinggi badan : 178 cm
Berat badan : 70 kg
b. Keadaan sirkulasi
Tekanan darah: 120/80 mmHg
nadi : 86 kali permenit
Tipe : kuat angkat
Isi : penuh
Irama : reguler
Suhu : 37,0 C
c. Keadaan pernafasan
frekuensi : 20 kali per menit
corak pernafasan : thorak abdomen
bau nafas : tidak ada
2. Pemeriksaan khusus
A. Kepala
a. Tengkorak : normocephali
b. Muka : normal
c. Mata
Letak : simetris kiri dan kanan, eksoftalmus ki/ka
Pergerakan : kiri normal /kanan normal
Palpebra : lid lag (+)
Reaksi cahaya : kiri normal /kanan normal
Kornea : normal
11
Refleks kornea: kiri normal /kanan normal
Pupil : isokor
Sklera : ikterik -/-
Konjungtiva : pucat +/+
reaksi konvergen: ada
d. Telinga: normal
e. Hidung
Pernapasan cuping hidung: tidak ada
Lain-lain : tidak ada
f. Bibir
Sianosis : tidak ada
Kering : tidak ada
g. Gigi dan gusi : dalam batas normal
h. Lidah
Pergerakan : tidak terbatas
Permukaan : licin
Tremor : tidak ada
i. Rongga mulut : normal, mukosa tidak hiperemis
j. Rongga leher:
Faring: normal, mukosa tidak hiperemis
Tonsil: normal, T1/T1
k. Kelenjar parotis: normal
12
B. Leher
- Inspeksi
Kelenjar tiroid : pembesaran simetris ki/ka
Pembesaran vena : tidak ada
Reflex hepatojugular : tidak ada
- Palpasi
Kaku kuduk : tidak ada
Kelenjar tiroid : konsistensi padat berbatas tegas, ikut bergerak saat
menelan ke arah cranial, permukaan diffus
Kelenjar getah bening: tidak ada
- Lain-lain : pada auskultasi kelenjar tiroid tedengar bruit (+)
C. Ketiak: tidak ada
D. Pemeriksaan thorax
1. Thoraks depan
Inspeksi
Bentuk umum : normal
Sudut epigastrium : normal
Sela iga : tidak melebar
Frontal dan sagital : normal
Pergerakan : normal
Skeletal : normal
Kulit : normal
Iktus kordis : tidak terlihat
13
Tumor : tidak ada
Pembesaran vena : tidak ada
Palpasi
Kulit : hangat
Vokal fremitus: simetris kiri dan kanan
Mammae : normal
Iktus kordis
Lokalisasi : ICS 5 LMC sinistra 2 cm ke medial
Intensitas : tidak kuat angkat
Pelebaran : tidak ada
Irama : reguler
Thrill : tidak ada
Perkusi
- Paru-paru
Kanan : sonor
Kiri : sonor
Batas paru hati: ICS 5 dextra
Peranjakan : ICS 6 dextra, 1 jari ke atas
- Cor
Batas atas : ICS 2 parasternal sinistra
Batas kiri : ICS 5 LMC sinistra 2 cm medial
Batas kanan : ICS 4 parasternal dextra
14
Auskultasi
- Paru-paru
Suara pernafasan : vesikuler kedua lapangan paru
Suara tambahan : negatif
- Cor
Bunyi jantung : M1>M2, A2>A1, P2>P1, T1>T2
Murmur : tidak ada
2. Thorax belakang
Inspeksi
Bentuk : normal
Pergerakan : simetris
Skeletal : normal, lordosis (-), kifosis (-), skoliosis (-)
Palpasi :Vokal fremitus: sama kiri dan kanan
Perkusi
Batas bawah paru kanan: torakal IX dextra, peranjakan: torakal X
dextra
Batas bawah paru kiri: torakal X sinistra, peranjakan: torakal XI sinistra
Auskultasi
Paru-paru
Suara pernafasan : vesikuler
Suara tambahan : negatif
15
E. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
Bentuk : normal
Kulit : normal
Pergerakan waktu nafas: simetris
Palpasi
Dinding perut : soepel
Nyeri tekan : tidak ada
Nyeri lokal : tidak ada
Hepar
Pembesaran : tidak ada
Lien
Pembesaran : tidak ada
Ginjal
Pembesaran : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Perkusi
Asites
Batas kiri : tidak ada
Batas kanan : tidak ada
Batas atas : tidak ada
Pekak pindah : tidak ada
16
Nyeri ketok CVA
Kiri : tidak ada
Kanan : tidak ada
Auskultasi
Bising usus : normal
F. Lipat paha:
Pembesaran kelanjar : tidak ada
Tumor : tidak ada
Pulsasi a. Femoralis : normal
G. Kaki dan tangan
Inspeksi
Bentuk : normal
Kulit : tidak pucat
Pergerakan : tremor
Palmar eritrema: tidak ada
Clubbing finger: tidak ada
Udema : tidak ada
Palpasi
Nyeri kulit : tidak ada
H. Sendi
Inspeksi
Kelainan bentuk : tidak ada
Tanda radang : tidak ada
17
Pergerakan : tidak ada
Palpasi: normal
I. Neurologis
Reflex fisiologi
ABR: kiri normal, kanan normal
KPR: kiri normal, kanan normal
Reflex patologis: tidak ada
Rangsang meningeal: tidak ada
3. Pemeriksaan Laboratorium
18 April 2016
Darah Rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 13,7 g % 13-18
LED - <15
Eritrosit 5,1 . 106/mm3 4,5-6,5
Leukosit 7,1 . 103/mm3 4-11
Hematokrit 41,2 % 37-47
MCV 81 fl 76-96
MCH 27 pg 27-32
MCHC 33,3 g % 30-35
RDW 16,3 % 11-15
Trombosit 253 . 103/mm3 150-450
23 Agustus 2015
Urin Rutin
18
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Makroskopis
Kekeruhan Jernih Jernih
Warna Kuning muda Kuning-muda
Berat jenis 1030 1010-1035
pH 6 4,6-8,0
Glukosa (reduksi) 75 mg/dl (+2) Negatif
Bilirubin - Negatif
Urobilinogen - Negatif s/d +1
Protein - Negatif
Keton - Negatif
Nitrit - Negatif
Blood and Hemoglobin - Negatif
Leukosit 25/ul Negatif
Mikroskopis
Eritrosit 2-5 0-3
Leukosit 5-10 0-5
Epitel 2-5 0-5
Bakteri -
Jamur/yeast -
Kristal -
Torak/cast
19 April 2016
19
Seroimmunologi
Parameter Normal limit Hasil
T3 0,92 – 2,33 ᶯmol/L -
T4 60-120 ᶯmol/L -
fT4 9-20 pmol/L 5,85
TSH 0,25-5 ulU/mL <0,05
Anjuran pemeriksaan: eksoftalmometer Herthl, Uji tangkap penyerapan I131
4. Pemeriksaan EKG
20
Interprestasi
Irama : sinus
Laju QRS : 79 x/ menit
Regularitas : reguler
Aksis : Normoaxis
Gelombang P : 0,08 s
Interval PR : 0,16 s
Kompleks QRS : 0,08 s
Segmen ST : sejajar garis isoelektrik
Gelombang T : ekstremitas 0,1 mm / prekordial 0,3 mm
5. Foto Thorak
6. USG Tiroid (16 Maret 2016 dari poli bedah)
21
Interpretasi:
Thyroid dextra:
Ukuran membesar, echostruktur meningkat difus, tampak nodul hyperechoic
batas tegas, multipel, ukuran salah satunya 9,46 mm, pada CFM tampak
hypervaskular
Thyroid sinistra:
Ukuran membesar, echostruktur meningkat difus, pada CFM tampak
hypervaskular
Kesan: Goiter dd/Adenoma
2.4 Diagnosis Banding:
Index wayne
No Gejala yang baru timbul dan atau bertambah berat
Nilai
1. Sesak saat kerja +12. Berdebar +23. Kelelahan +24. Suka udara panas -5
22
5. Suka udara dingin +56. Keringat berlebihan +37. Gugup +28. Nafsu makan naik +39. Nafsu makan turun -310. Berat badan naik -311. Berat badan turun +3
No Tanda ada Tidak ada1. Tyroid teraba +3 -32. Bising tyroid +2 -23. Exoptalmus +2 -4. Kelopak mata tertinggal
gerak bola mata+1 -
5. Hiperkinetik +4 -26. Tremor jari +1 -7. Tangan panas +2 -28. Tangan basah +1 -19. Fibrilasi atrial +4 -10. Nadi teratur
< 80x/menit80-90 x/menit>90 x/menit
--+3
-3--
Skor Index wayne : 23 Hipertiroid
Index New Castle
No Tanda Ada Tidak ada1. Age of onset 15-24 : 0
25-34 : 435-44 : 845-54 : 12>55 : 16
2. Psicological Presipitation -5 03. Frequen Cheking -3 04. Severe anticipatory anxiety -3 05. Increased Appatie +5 06. Goiter +3 07. Tyroid bruit +18 08. Exoptalmus +9 09. Lid Retraction +2 010. Find fingger tremor +7 011. Pulse rate per minute >90
80-90+16+8
23
<80 0Skor Index new castle: 54 Hipertiroid
a. Tirotoksikosis ec Grave’s Disease + GEA
b. Tirotoksikosis ec Goiter multinoduler toksik + GEA
c. Tirotoksikosis ec Adenoma toksik + GEA
2.5 Diagnosis Kerja:
Tirotoksikosis ec Grave’s Disease + GEA
2.6 Terapi
Non farmakologi
a. Tirah baring
b. Diet MB
c. Berhenti merokok
Farmakologi
a. IVFD RL 20 gtt/i
b. Inj. Ranitidin 25 mg amp/12j
c. Inj. Ondancetron 4 mg amp/8 jam
d. PTU 3x100 mg
e. Propanolol 2x10 mg
f. Clobazam 1x10 mg
Tindakan invasif:
a. Tiroidektomi
b. Yodium radioaktif
24
2.7 Prognosis
Prinsip pengobatan tergantung dari etiologi tirotoksikosis, usia
pasien, riwayat alamiah penyakit, tersedianya modalitas pengobatan, dan
situasi pasien. Jika pengobatan menggunakan tirostatika kemungkinan
remisi jangka panjang tanpa hipotiroidisme namun angka residif cukup
tinggi dan memerlukan pengobatan jangka panjang dengan kontrol yang
sering. Pada tiroidektomi jika operasi tidak dipersiapkan dengan baik
membawa risiko terjadinya krisis tiroid, keuntungannya kemungkinan
remisi jangka panjang tanpa hipotiroidisme dan tetap memerlukan kontrol
yang sering. Pengobata dengan Yodium radioaktif relatif cepat dan jarang
residif, sederhana, namun 50% hipotiroid pasca radiasi.
2.8 Status follow up
Tanggal SOAP Terapi17/04/16
[H+1]S: - Mencret (+) 10x, mual (+), muntah(+) 4x- Nyeri perut (+), Demam (-)- Benjolan di leher (+), nyeri (-), suara parau (-)- Mata menonjol keluar (+), penglihatan (dbn)- Dada berdebar (-), cepat berkeringat (+)- Cepat lelah&merasa cemas(+), Cepat lapar(+)- BAK (dbn)
- IVFD RL 20gtt/i- Inj. Ranitidin 25 mg amp /12j
- Inj. Ondancetron 4 mg amp/12j
- PTU 2x100 mg- Propanolol 1x10 mg- Lacbon 2x1
O: KU: Baik, TD: 120/70 mmHg, RR: 18x/i, HR: 84x/i, Nadi: 84x/i, T: 37,10C - Eksoftalmus- Struma difus (+) bruit (+)- Tremor (+)
25
- Abd: Peristaltik meningkat (>30x/m)A: GEA + HipertiroidP:Urin dan Darah rutin
18/04/16[H+2]
S: - Mencret (+) 4x, mual (+), muntah(+) 2x- Nyeri perut (+), Demam (-)- Benjolan di leher (+), nyeri (-), suara parau (-)- Mata menonjol keluar (+), penglihatan (dbn)- Dada berdebar (-), cepat berkeringat (+)- Cepat lelah&merasa cemas(+), Cepat lapar(+)- BAK (dbn)
- IVFD RL 30gtt/i- Inj. Ranitidin 25 mg amp /12j
- Inj. Ondancetron 4 mg amp/8j
- PTU 3x100 mg- Propanolol 1x10 mg
O: KU: Baik, TD: 120/70 mmHg, RR: 20x/i, HR: 86x/i, Nadi: 86x/i, T: 37,00C - Eksoftalmus- Struma difus (+) bruit (+)- Tremor (+)- Abd: Peristaltik meningkat (>30x/m)A: Grave’s disease + GEAP:- D/U rutin (+), Pemeriksaan fT4 dan TSH, EKG, dan Foto thorax PA
19/04/16[H+3]
S: - Mencret (+) 2x, mual (-), muntah(-)- Nyeri perut (+), Demam (-)- Benjolan di leher (+), nyeri (-), suara parau (-)- Mata menonjol keluar (+), penglihatan (dbn)- Dada berdebar (-), cepat berkeringat (+)- Cepat lelah&merasa cemas(+), Cepat lapar(+)- BAK (dbn)
- IVFD RL 20gtt/i- Inj. Ranitidin 25 mg amp /12j
- Inj. Ondancetron 4 mg amp/8j
- PTU 3x100 mg- Propanolol 1x10 mg
O: KU: Baik, TD: 120/80 mmHg, RR: 20x/i, HR: 86x/i, Nadi: 86x/i, T: 37,00C - Eksoftalmus- Struma difus (+) bruit (+)- Tremor (+)- Abd: Peristaltik normalA: Grave’s disease + GEAP:
26
- Darah rutin dan urin rutin (+)- Pemeriksaan fT4 dan TSH, EKG, dan Foto thorax PA (+)
20/04/16[H+4]
S: - Mencret (-), mual (-), muntah(-)- Nyeri perut (-), Demam (-)- Benjolan di leher (+), nyeri (-), suara parau (-)- Mata menonjol keluar (+), penglihatan (dbn)- Dada berdebar (-), cepat berkeringat (+)- Cepat lelah&merasa cemas(+), Cepat lapar(+)- BAK (dbn)
- PTU 3x100 mg- Propanolol 1x10 mg- Clobazam 1x10 mg
O: KU: Baik, TD: 120/70 mmHg, RR: 18x/i, HR: 79x/i, Nadi: 79x/i, T: 36,80C - Eksoftalmus- Struma difus (+) bruit (+)- Tremor (+)- Abd: Peristaltik normalA: TirotoksikosisP:PBJ
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Kelenjar Tiroid
3.1.1 Anatomi kelenjar tiroid
Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid
merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher
bagian bawah di sebelah anterior trakea. Kelenjar ini merupakan kelenjar endokrin
yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh kapsula yang berasal dari
lamina pretracheal fascia profunda. Kapsula ini melekatkan tiroid ke laring dan
27
trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh
suatu jembatan jaringan ismus tiroid yang tipis dibawah kartilago krikoidea di
leher, dan kadang-kadang terdapat lobus piramidalis yang muncul dari ismus di
depan laring (Cady & Rossy, 1998).
Kelenjar tiroid terletak di leher depan setentang vertebra servikalis 5
sampai trokalis 1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan ileh ismus.
Setiap lobus berbentuk seperti buah pear, dengan basis di bawah cincin trakea 5
atau 6. Kelenjar tiroid mempunyai panjang lebih kurang 5 cm, lebar 3 cm, dan
dalam keadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya antara 10
sampai 20 gram. Aliran darah kedalam tiroid per gram jaringan kelenjar sangat
tinggi (lebih kurang 5ml/menit/gram tiroid, kira-kira 50x lebih banyak dibanding
aliran darah dibagian tubuh lainnya) (Cady & Rossy, 1998).
Pada sebelah anterior kelenjar tiroid menempel otot pretrakealis (musculus
sternothyroideus dan musculus sternohyoideus) kanan dan kiri yang bertemu pada
midline.Otot-otot ini disarafi oleh cabang akhir nervus kranialis hipoglossus
desendens dan yang kaudal oleh ansa hipoglossus. Pada bagian superfisial dan
sedikit lateral ditutupi oleh fasia kolli profunda dan superfisial yang membungkus
musculus sternokleidomastoideus dan vena jugularis eksterna. Sisi lateral
berbatasan dengan arteri karotis komunis, vena jugularis interna, trunkus
simpatikus, dan arteri tiroidea inferior. Bagian posterior dari sisi medialnya
terdapat kelenjar paratiroid, nervus rekuren laringeus dan esofagus. Esofagus
terletak dibelakang trakea dan laring sedangkan nervus rekuren laringeus terletak
pada sulkus trakeoesofagikus (Cady & Rossy, 1998).
28
3.1.2 Histologi kelenjar tiroid
Unit struktural dari tiroid adalah folikel, yang tersusun rapat, berupa
ruangan bentuk bulat yang dilapisi oleh selapis sel epitel bentuk gepeng, kubus
sampai kolumnar.Konfigurasi dan besarnya sel-sel folikel tiroid ini dipengaruhi
oleh aktivitas fungsional kelenjar tiroid itu sendiri. Bila kelenjar dalam keadaan
inaktif, sel-sel folikel menjadi gepeng dan akan menjadi kubus atau kolumnar bila
kelenjar dalam keadaan aktif. Pada keadaan hipertiroidisme, sel-sel folikel
menjadi kolumnar dan sitoplasmanya terdiri dari vakuol-vakuol yang
mengandung koloid (Koss, 2006).
29
Folikel-folikel tersebut mengandung koloid, suatu bahan homogen
eosinofilik.Variasi kepadatan dan warna daripada koloid ini juga memberikan
gambaran fungsional yang signifikan; koloid eosinofilik yang tipis berhubungan
dengan aktivitas fungsional, sedangkan koloid eosinofilik yang tebal dan banyak
dijumpai folikel dalam keadaan inaktif berhubungan dengan beberapa kasus
keganasan. Pada keadaan yang belum jelas diketahui penyebabnya, sel-sel folikel
ini akan berubah menjadi sel-sel yang besar dengan sitoplasma banyak dan
eosinofilik, kadang-kadang dengan inti hiperkromatik, yang dikenal sebagai
oncocytes (bulky cells) atau Hürthle cells (Koss, 2006).
3.1.3 Fisiologi kelenjar tiroid
Hormon tiroid disintesis oleh glandula tiroidea. Sekresi hormon
dipengaruhi oleh TRH dan TSH dari hipotalamus dan hipofisis anterior. Hormon
stimulator tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH) memegang peranan
terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. Proses yang dikenal sebagai
negative feedback sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke
sirkulasi. Dengan demikian, sekresi tiroid dapat mengadakan penyesuaian
terhadap perubahan di dalam maupun di luar tubuh (Watson, 2002).
30
Mekanisme feedback terhadap hipotalamus dan hipofisis dilakukan oleh
T3 dan T4.Sel-sel follikular kelenjar tiroid mensintesis tiroksin dan tiroglobulin.
Tiroksin berikatan dengan tiroglobulin. Tiroksin yang terkandung dalam
tiroglobulin disekresikan ke dalam koloid secara eksositosis. Iodine dari darah
masuk ke dalam sel folikel dengan bantuan iodine pump. Iodine yang sudah
sampai ke koloid akan berikatan dengan tiroksin yang terkandung dalam globulin
(Agamemnon, 2001).
Bila 1 iodine + 1 tyrosine = Monoiodotyrosine (MIT) Bila 2 iodine +
tyrosine = Diiodotyrosine (DIT) MIT + DIT = T3 DIT + DIT = T4 T3 dan T4
kemudian dilepaskan ke dalam darah sedangkan iodine yang terikat pada MIT dan
DIT dipergunakan kembali. TSH berperan untuk mempertahankan integritas
kelenjar tiroid dan meningkatkan sekresi hormon tiroid dari kelenjar tiroid. Dalam
keadaan fisiologis, faktor yang diketahui dapat meningkatkan sekresi TRH dan
TSH dalam darah adalah rasangan udara dingin pada bayi baru lahir untuk
meningkatkan produksi panas dan suhu tubuh (Agamemnon, 2001).
Sedangkan pada orang dewasa mekanisme meningkatkan suhu tubuh tidak
melalui TRH atau TSH melainkan melalui jalur simpatis. Respon terhadap
kenaikkan kadar hormon tiroid di dalam darah dapat dideteksi setelah beberapa
jam. Durasi kerjanya bisa sangat lama oleh karena responsnya akan tetap
berlangsung sampai konsentrasi hormon tiroid di dalam darah normal dan juga
karena hormon tiroid tidak didegradasi (Agamemnon, 2001).
31
32
3.2 Hipertiroid
3.2.1 Definisi
Menurut martin A. Walter, hipertiroid adalah kondisi umum yang
berkaitan dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas, khususnya yang
disebabkan oleh komplikasi kardiovaskuler. Sebagian besar disebabkan oleh
penyakit graves, dengan nodul toksik soliter dan goiter multinodular toksik
menjadi bagian pentingnya walaupun dengan frekuensi yang sedikit.
33
Hipertiroidisme adalah kondisi dimana kerja hormon tiroid mengakibatkan
respons yang lebih besar dari keadaan normal.
3.2.2 Etiologi
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves, suatu
penyakit tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk
menghasilkan hormon yang berlebihan.
Penyebab hipertiroid lainnya yang jarang selain penyakit graves adalah:
1. Toksisitas pada strauma multinodular
2. Adenoma folikular fungsional atau karsinoma (jarang)
3. Edema hipofisis penyekresi-torotropin (hipertiroid hipofisis)
4. Tumor sel benih, misal karsinoma (yang kadang dapat menghasilkan
bahan mirip- TSH) atau teratoma (yang mengandung jaringan tiroid
fungsional)
5. Tiroiditis (baik tipe subkutan maupun hashimato) yang keduanya dapat
berhubungan dengan hipertiroid sementara pada fase awal
3.2.3 Klasifikasi
a. Goiter Toksik Difusa (Graves Disease)
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan
tubuh dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi
kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid terus menerus. Graves disease
lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya dapat timbul pada
berbagai usia, terutama pada usia 20-40 tahun. Faktor keturunan juga dapat
34
mempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu dimana
zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu sendiri.
b. Nodular Thyroid Disease
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan
tidak disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi
umumnya timbul seiring dengan bertambahnya usia.
c. Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan
mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah.
Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada
beberapa orang.
d. Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5-10% wanita pada 3-6 bulan pertama setelah melahirkan dan
terjadi selama 1-2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara
perlahan-lahan.
3.2.4 Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika.
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai
tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-
lipatan sel-sel folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali
dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan
kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar
daripada normal.
35
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
yang menyerupai TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibodi
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang
berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat
TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil
akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi
TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda
dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon
tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH
oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan hormon
hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori
kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka
hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat
peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolismeyang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung
tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor
otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita
mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal
juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai
36
daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata
terdesak keluar.
3.2.5 Manifestasi Klinis
Pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian pula pada orang
usia lanjut, lebih dari 70 tahun, gejala yang khas juga sering tidak tampak.
Tergantung pada beratnya hipertiroid, maka keluhan bisa ringan sampai berat.
Keluhan yang sering timbul antara lain adalah :
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan
terhadap katekolamin
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas,
intoleran terhadap panas, keringat berlebihan
4. Penurunan berat badan (tampak kurus), peningkatan rasa lapar (nafsu
makan baik)
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. Peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak tahan panas
9. Cepat letih
10. Tanda bruit
11. Haid sedikit dan tidak tetap
12. Mata melotot (eksopthalmus)
37
3.2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa tergantung kepada beberapa hormon berikut in:
1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH
akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat
susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid
2. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
3. Bebas T4 (Tiroksin)
4. Bebas T3 (Triiodotironin)
5. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan
pembesaran kelenjar tiroid
6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan
hiperglikemia.
INDEX WAYNE
No Gejala yang baru timbul dan atau
bertambah berat
Nilai
1. Sesak saat kerja +1
2. Berdebar +2
3. Kelelahan +2
4. Suka udara panas -5
5. Suka udara dingin +5
6. Keringat berlebihan +3
38
7. Gugup +2
8. Nafsu makan naik +3
9. Nafsu makan turun -3
10. Berat badan naik -3
11. Berat badan turun +3
No Tanda ada Tidak ada
1. Tyroid teraba +3 -3
2. Bising tyroid +2 -2
3. Exoptalmus +2 -
4. Kelopak mata tertinggal
gerak bola mata
+1 -
5. Hiperkinetik +4 -2
6. Tremor jari +1 -
7. Tangan panas +2 -2
8. Tangan basah +1 -1
9. Fibrilasi atrial +4 -
10. Nadi teratur
< 80x/menit
80-90 x/menit
>90 x/menit
-
-
+3
-3
-
-
Hipertiroid jika indeks > atau sama dengan 20
INDEX NEW CASTLE
39
No Tanda Ada Tidak ada
1. Age of onset 15-24
25-34
35-44
45-54
>55
2. Psicological Presipitastion -5
0
3. Frequen Cheking -3
0
4. Severe anticipatory anxiety -3
0
5. Increased Appatie +5
0
6. Goiter +3
0
7. Tyroid bruit +18
0
8. Exoptalmus +9
0
9. Lid Retraction +2
0
10. Find fingger tremor +7
40
0
11. Pulse rate per minute >90
80-90
<80
+16
+8
0
Interpretasi Total score
Eutyroid (-11)-(+23)
Prob.Hipertiroid (+24)-(+39)
Def.Hipertiroid (+40)-(+80)
3.2.7 Penatalaksanaan
a. Konservatif
1. Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika
dosis berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme.
2. Pengobatan jangka panjang dengan obat-obat antitiroid seperti PTU
atau methimazol, yang diberikan paling sedikit selama 1 tahun. Obat-
obat ini menyekat sintesis dan pelepasan tiroksin.
Penyekat beta seperti propanolol diberikan bersamaan dengan obat-obat
antitiroid. Karena manifestasi klinis hipertiroidisme adalah akibat dari pengaktifan
simpatis yang dirangsang oleh hormon tiroid, maka manifestasi klinis tersebut
akan berkurang dengan pemberian penyekat beta, penyekat beta menurunkan
takikardia, kegelisahan dan berkeringat yang berlebihan. Propanolol juga
menghambat perubahan tiroksin perifer menjadi triiodotironin. Indikasi :
41
1). Mendapat remisi yang menetapatau memperpanjang remisi pada pasien
muda dengan struma ringan-sedang dan tiroktosikosis
2). Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau
sesudah pengobatan yodium radioaktif
3). Persiapan tiroidektomi
4). Pasien hamil, usia lanjut
5). Krisis tiroid
Penyekat adrenergik beta pada awal terapi diberikan, sementara menunggu
pasien menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid. Propranolol
dosis 40-200mg dalam 4 dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol stelah 4-8
minggu. Setelah eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan sekali : memantau gejala
dan tanda klinis, serta Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs. Setelah tercapai eutiroid, obat
anti tiroid dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis terkecil yang masih
memberikan keadaan eutiroid selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan
dihentikan, dan dinilai apakah terjadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1
tahun obat antitiroid dihentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun
kemudian hari dapat tetap eutiroid atau terjadi kolaps.
Lama terapi dengan obat-obat anti tiroid pada penyakit hipertiroid atau
graves diseases (tirotoksikosis) cukup bervariasi dan dapat berkisar dari 6 bulan
sampai 20 tahun. Remisi yang dipertahankan dapat diramalkan dengan
karakteristik sebagai berikut :
1) Kelenjar tiroid kembali normal ukurannya
2) Pasien dikontrol dengan obat anti tiroid dosis yang relative kecil
42
3) TSH R Ab [stim] tidak lagi dideteksi dalam serum
4) Jika kelenjar tiroid kembali secara normal bisa disupresi setelah
pemberian liotironin.
b. Surgical
1. Radiaktif iodine
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang
hiperaktif, kontraindikasi untuk anak-anak dan wanita hamil
2. Tiroidektomi
Tindakan pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang
membesar.
3.2.8 Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis
tiroktosis (thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien
hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi
pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT
dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor,
hipertermia (sampai 106 F), dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan
kematian.
Komplikasi lainnya adalah penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati
Graves, dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan
antitiroid. Hipertiroid yang terjadi pada anak-anak juga dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan.
c. Krisis Tiroid
43
Krisis tiroid adalah kondisi hipermetabolik yang mengancam nyawa dan
ditandai oleh demam tinggi dan disfungsi sistem kardiovaskular, sistem saraf, dan
sistem saluran cerna.
Sering terjadi pada pasien dengan hipertiroid yang tidak diberikan terapi
atau mendapat terapi yang tidak adekuat, dan dipicu oleh adanya infeksi, trauma,
pembedahan tiroid, atau diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Paling sering
terjadi pada pasien dengan penyakit Graves, tiroiditis, dan struma multinodosa
toksik.
Etiologi :
Graves Disease
Goiter multinodular toksik
Tiroiditis Hashimoto
Karsinoma tiroid folikular metastatik
Terjadi akibat komplikasi operasi tiroid
Gambaran Klinis Utama:
Demam
Sinus takikardi atau variasi aritmia supraventikular
Gejala susunan saraf pusat (gelisah, bingung, delirium, koma)
Gejala gastrointestinal, berupa muntah, diare
Gambaran Klinis lainnya :
44
Gejala konstitusional adalah kehilangan berat badan, ketidakseimbangan
antara produksi energi dan energi yang digunakan peningkatan produksi
panas, keringat berlebihan. Dapat disertai kelelahan dan kelemahan otot.
Neuropsikiatri adalah ketidakstabilan emosi, gelisah, bingung, psikosis,
koma
Gastrointestinal adalah peningkatan frekuensi pergerakan usus
pembuangan isi usus lebih cepat.
Reproduksi adalah perubahan siklus menstruasi (wanita) dan ginekomastia
(pria)
Respirasi dan kardiologi adalah palpitasi, sesak saat beraktivitas, nyeri
dada, takikardi.
Kelenjar tiroid adalah tergantung penyebab tirotoksikosis, pada Grave’s
ditandai dengan pembesaran kelenjar yang difus dan dapat dijumpai bruit,
pada toksik multinoduler goiter memberikan gambaran nodul yang
mungkin lebih dari satu pada kelenjar tiroid.
Krisis tiroid timbul saat terjadi dekompensasi sel-sel tubuh dalam
merespon hormon tiroid yang menyebabkan hipermetabolisme.
Gambaran klinis berkaitan dengan peningkatan pelepasan hormon tiroid.
Tabel 2.1 Point Scale for Diagnosis of Thyroid Storm
45
Kriteria Skor
Disfungsi pengaturan suhu
Suhu 37,2o-37,7oC 5
Suhu 37,80-38,2oC 10
Suhu 38,3o-38,8oC 15
Suhu 38,9o-39,3oC 20
Suhu 39,4o-39,9oC 25
Suhu 40oC atau lebih 30
Gangguan sistem saraf pusat
Tidak ada 0
Gelisah 10
Delirium 20
Kejang atau koma 30
Disfungsi Gastrointestinal
Tidak ada 0
Diare, mual, muntah, nyeri abdomen 10
Ikterik 20
Disfungsi Kardiovaskular (kali/menit)
90-109 5
110-119 10
120-129 15
130-139 20
≥ 140 25
Gagal Jantung Kongestif
Tidak ada 0
Ringan (udem) 5
Sedang (ronki basah basal) 10
Berat (edema paru) 15
46
Fibrilasi Atrium
Tidak ada 0
Ada 10
Riwayat adanya kondisi/penyakit pemicu
Tidak ada 0
Ada 10
Skor total : > 45 thyroid storm, 25-44 Impending storm, < 25 Storm unlikely
Diagnosis :
Penegakan diagnosis didasarkan pada gambaran klinis.
Jika gambaran klinis sama dengan krisis tiroid, terapi tidak boleh ditunda.
Laboratorium :
Peningkatan kadar T3, T4, dan bentuk bebasnya.
Penurunan kadar TSH.
Peningkatan uptake iodium 24 jam.
Pengobatan :
Ditujukan untuk menghentikan sintesis hormon baru di kelenjar tiroid,
menghentikan pelepasan hormon tiroid yang tersimpan dari kelenjar tiroid,
mencegah konversi dari T4 menjadi T3, dan terapi pendukung pada pasien dengan
kegawatdaruratan.
Obat antitiroid (Tionamid) : Tiourasil dan imidazol
Menghambat sintesis hormon tiroid
Efek samping : abnormalitas pengecapan, pruritus, urtikaria, demam
Terapi Iodine untuk melengkapi efek terapi Tionamid (kombinasi)
47
Iodinemenghambat pelepasan hormon tiroid yang disimpan atau
menghambat sekresi hormon tiroid.
Penghambat beta (Propanolol), untuk mengontrol aksi perifer hormon tiroid.
Dikontaindikasikan pada pasien dengan riwayat gagal jantung dan
penyempitan jalan napas.
Glukokortikoid (deksamethasone, hidrokortison), memiliki efek menghambat
konversi T4 menjadi T3.
Terapi suportif
Antipiretik untuk meredakan demam, contoh : asetaminofen.
Cairan intravena dengan destrosa untuk mengatasi kehilangan cairan dan
dehidrasi.
Terapi jangka panjang
Diberikan jika gejala krisis tiroid sudah teratasi. Perbaikan gejala biasanya
muncul dalam waktu 24-72 jam setelah pengobatan.
Terapi Tionamid, harus diturunkan dosisnya secara bertahap.
Glukokortikoid dapat diturunkan dosisnya.
Prognosis :
Krisis tiroid dapat berakibat fatal jika tidak ditangani. Angka kematian
keseluruhan akibat krisis tiroid diperkirakan berkisar antara 10-20% tetapi
terdapat laporan penelitian yang menyebutkan hingga 75% tergantung faktor
pencetus atau penyakit yang mendasari terjadinya krisis tiroid. Dengan diagnosis
yang dini dan penanganan yang adekuat, prognosis biasanya akan baik.
48
BAB 4KESIMPULAN
1. Hipertiroid adalah kondisi umum yang berkaitan dengan meningkatnya
morbiditas dan mortalitas, khususnya yang disebabkan oleh komplikasi
kardiovaskuler.
2. Prinsip pengobatan tergantung dari etiologi tirotoksikosis, usia pasien,
riwayat alamiah penyakit, tersedianya modalitas pengobatan, dan situasi
pasien. Jika pengobatan menggunakan tirostatika kemungkinan remisi
jangka panjang tanpa hipotiroidisme namun angka residif cukup tinggi
dan memerlukan pengobatan jangka panjang dengan kontrol yang sering.
Pada tiroidektomi jika operasi tidak dipersiapkan dengan baik membawa
risiko terjadinya krisis tiroid, keuntungannya kemungkinan remisi jangka
panjang tanpa hipotiroidisme dan tetap memerlukan kontrol yang sering.
Pengobata dengan Yodium radioaktif relatif cepat dan jarang residif,
sederhana, namun 50% hipotiroid pasca radiasi.
49
DAFTAR PUSTAKA
Ghanie A. Pengantar Diagnosis Ekokardiografi. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi I, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. edisi 5. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI ; 2009
Makmun LH. Ekokardiografi Trans Esofageal (ETE). Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. edisi 5. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI ; 2009
Clemmons DR. Cardiovascular Manifestations of Endocrine Disease. Dalam :
Runge MS, Ohman EM, editor. Netter‟s Cardiology. Edisi 1. New Jersey :
Medi Media ; 2004
Cooper DS, Greenspan FS, Ladenson PW. The Thyroid Gland. Dalam : Gardner
DG, Shoback D, editor. Greenspan‟s Basic & Clinical Endocrinology.
Edisi 8. USA : The McGraw-Hill Companies, Inc ; 2007
Lal G, Clark OH. Endocrine Surgery. Dalam : Gardner DG, Shoback D, editor.
Greenspan‟s Basic & Clinical Endocrinology. Edisi 8. USA : The
McGraw-Hill Companies, Inc ; 2007
Faizi M, Netty EP. Penatalaksanaan Hipertiroid Pada Anak. Surabaya : Divisi
Endokrinologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR RSU Dr.
Soetomo Surabaya ; 2006
Antono D, Kisyanto Y. Penyakit Jantung Tiroid. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi I, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. edisi 5. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI ; 2009
50
Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. Profesional Guide of Pathophysiology. Dalam :
Hartono A, editor. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC ; 2011
Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. Dalam : Rachman LY,
editor. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta :EGC ; 2007
Panggabean MM. Gagal Jantung Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. edisi 5. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI ; 2009
Manurung D. Regurgitasi Mitral. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. edisi 5. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI ; 2009
Ghanie A. Penyakit Katup Trikuspid. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. edisi 5. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI ; 2009
Nasution SA. Kardiomiopati. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, editor.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. edisi 5. Jakarta : Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI ; 2009
Davies TF. Thyrotoxicosis. Dalam : Kronenberg HM, editor. William Textbook of
Endocrinology. Edisi 11. Philadelphia : Saunders Elsevier ;2008
Otto CM. Valvular Heart Disease. Dalam : Libby P, editor. Braunwald‟s Heart
Disease. Edisi 8. Philadelphia : Saunders Elsevier ; 2008
Gossage, A, Munro, D 1985, The pathogenesis of graves disease, Clinic in
endocrinology and metabolism.
51
Adimasta JH, Hassan A. Hyperthyroidi di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya.
Dalam : Saleh M dick. (eds) : Naskah lengkap kopapdi II Surabaya. Libra
Jaya pres. 1973;hal 450.
Khir ASM. Suspected Thyrotoxicosis. Br Med J. 1985;290:916.
Ross Douglas S. Thyroid Storm. Available from : Uptodate.
Schraga ED. Hyperthyroidism , thyroid storm , and Graves disease. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/324556-print.
Yeung SJ, Habra M, Chiu C. Graves disease. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/234233-print.
Greenspan SF, Gardner GD : Basic and Clinical Endocrinology. Lange Medical
book, 6th ed. 2001.
Pinchera, Bertagana, Fischer, Groop et al: Endocrinology and Metabolism.
McGraw-Hill Inc. 2001.
Thyroid crisis. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Mesh/database. php?
key=thyroid_crisis.