lapkas psikiatri iii
DESCRIPTION
PsikiatriTRANSCRIPT
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima oleh Penguji Laporan Kasus dengan judul diagnosis :
F20.0 Skizofrenia Paranoid
Sebagai salah satu syarat ujian akhir Kepaniteraan Klinik Madya pada SMF
Psikiatri RSJD Abepura
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Jayapura
yang dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Selasa, 25 Februari 2014
Tempat : Ruang Pertemuan Rumah Sakit Jiwa Daerah
Abepura
Mengesahkan
Penguji Laporan Kasus Bagian Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih
Dr. Manoe Bernd Paul, Sp.KJ, M.Kes
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
DATA EPIDEMIOLOGI ...................................................................................1
LAPORAN PSIKIATRI.....................................................................................2
RIWAYAT PSIKIATRI…………………………………………... 2
Keluhan Utama..............................................................................2
Riwayat Gangguan Sekarang .......................................................2
Riwayat Gangguan Sebelumnya ...................................................2
Riwayat Kehidupan Pribadi ..........................................................3
Riwayat Keluarga .........................................................................4
Situasi Psikososial Sekarang ........................................................4
Persepsi/Tanggapan Pasien Tentang Dirinya ...............................4
STATUS PSIKIATRI .......................................................................4
Deskripsi Umum ...........................................................................5
Keadaan Afektif dan Mood ..........................................................6
Gangguan Persepsi .......................................................................6
Proses Berpikir..............................................................................6
Fungsi Intelektual .........................................................................6
Tilikan ...........................................................................................7
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT ....................7
Pemeriksaan Fisik .........................................................................7
Pemeriksaan Laboratorium ...........................................................8
Wawancara dengan Anggota Keluarga ........................................9
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA .......................................9
FORMULASI DIAGNOSTIK .........................................................10
EVALUASI MULTIAKSIAL ..........................................................11
RENCANA TERAPI ........................................................................11
DISKUSI/PEMBAHASAN ..............................................................12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….....
DATA EPIDEMIOLOGI
No. Catatan Medik : 10250
Nama : Tn. A.G
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir :
Umur : 41 tahun
Pendidikan : SD kelas 4 (tidak tamat)
Status Pernikahan : Belum menikah
Suku/Bangsa : Wamena / Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : -
Alamat : Belakang Hotel Tahara, Sentani
Ruang Perawatan : Pasien Rawat Inap RSJD Abepura
Tanggal MRSJ : 16 Februari 2014
Tanggal Pemeriksaan : 17 Februari 2014
Yang Mengantar : Kakak Pasien
Alamat : Belakang Hotel Tahara, Sentani
Pemberi Informasi : - Kakak kandung pasien
1
LAPORAN PSIKIATRIK
I. Riwayat Psikiatrik
A. Keluhan Utama
Alloanamnesa (kakak kandung pasien): Gelisah dan mengamuk di
sekolah.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Alloanamnesa (Kakak kandung pasien):
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Pasien pernah mengalami riwayat gangguan psikiatrik pada tahun 2012.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Masa prenatal, natal, dan perinatal (0-1 tahun).
2. Fase Anal (1-3 tahun).
Pasien diberi ASI sejak lahir hingga usia 2 tahun, dan mulai diberi
makanan padat berupa ubi yang ditumbuk dan dihaluskan karena
pasien sudah mulai mengalami pertumbuh gigi. Pasien bisa
berbicara pada usia 2 tahun dimana pasien mulai mengatakan
“Mama, Bapa”. Pasien mulai bisa berjalan pada usia 3 tahun. Pasien
tidak diajarkan toilet training.
3. Usia Anak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien jarang bermain dengan teman sebayanya dan lebih sering
menyendiri di dalam rumah, jika pasien berbuat salah ibu pasien
hanya memberikan teguran dengan memarahi pasien tetapi tidak
diperlakukan kekerasan. Pasien mulai bersekolah di sebuah SD
dikampungnya pada usia 10 tahun ini dikarenakan pasien tidak mau
bersekolah namun hanya sampai kelas 4 SD, di sekolah pasien lebih
2
sering menyendiri dan jarang bermain dengan teman-temannya.
Pasien lebih sering tidak masuk sekolah dan memilih tinggal di
rumah.
4. Masa Kanak – Kanak Akhir (Remaja Awal – Akhir)
Pasien pada usia 13 tahun mulai melawan ibunya jika disuruh
mencari kayu bakar dan pekerjaan lainnya juga pasien berhenti
bersekolah ini disebabkan karena pasien diceritakan oleh Paman
pasien kalau pasien sempat ingin digugurkan ibu pasien saat di
dalam kandungan. Pasien rajin mengikuti ibadah dan kegiatan –
kegiatan di Gereja. Pada usia 18 tahun pasien mengikuti kakaknya
ke Jayapura untuk bekerja di perkebunan kelapa sawit pasien
termasuk pekerja yang rajin. Pada usia 20 tahun pasien mulai
merokok dan mengkonsumsi alkohol, pasien merokok sehari kurang
lebih dua bungkus dan mengkonsumsi alkohol kurang lebih
seminggu sekali.
5. Masa Dewasa
Pasien bekerja sebagai buruh kurang lebih 10 tahun di perkebunan
kelapa sawit di Lere, Jayapura, pasien merupakan pekerja yang rajin
bekerja, pasien juga menjadi bendahara di sebuah Gereja dekat
perkebunan tersebut. Pada usia 26 tahun pasien mulai berpacaran
dengan lawan jenis dan pasien berencana menikahi pacarnya namun
tidak jadi dikarenakan pasangannya berselingkuh dengan teman kerja
pasien. Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum.
6. Riwayat Keluarga
Pasien adalah keempat dari empat bersaudara, pasien memiliki 2
kakak laki-laki dan 1 kakak perempuan, kakak pertama pasien sudah
meninggal. Ayah pasien sudah meninggal dan ibu pasien masih
hidup. Dalam keluarga pasien, ada yang memiliki riwayat gangguan
yang serupa yaitu ayah pasien.
3
Pohon keluarga :
: Laki – laki
: Perempuan
: Ayah dan Kakak pasien (meninggal)
: Pasien
II. STATUS PSIKIATRI
A. Deskripsi Umum
Penampilan
Seorang pria dewasa berpenampilan sesuai usia, dengan postur tubuh
yang normal, pakaian lengkap namun sedikit kotor, kulit gelap,
rambut keriting dan kusut, dan wajah agak berewokan. Pasien
tampak tenang tidak tenang.
Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien terkesan hiperaktif, menunjukkan kegelisahan, dan pada saat
diperiksa pasien tidak tenang.
Sikap
Pasien non-kooperatif saat diperiksa dengan meludah-ludah ke arah
pemeriksa dan mengusir pemeriksa, dan rapport kurang.
4
B. Keadaan Afektif dan Mood
Afek
Afek labile (pada saat pertama wawancara pasien tampak tenang dan
seketika berubah menjadi marah-marah dan membentak)
Mood
Disforik (emosi pasien tidak menyenangkan ketika diwawancarai
dengan membentak dan memarah-marahi pemeriksa).
Kesesuaian
Terdapat ketidaksesuaian antara isi pembicaraan dengan respon
emosional pasien.
C. Karakteristik Bicara
Pasien bicara spontan dan terkesan berbicara banyak terhadap
pewawancara serta terkesan keras.
D. Gangguan Persepsi
Halusinasi
Terdapat halusianasi auditorik. Pasien mengaku kalau mendengarkan
bisikan dari banyak orang yang menyuruhnya untuk bersembunyi”.
Ilusi
Tidak terdapat ilusi.
E. Proses Berpikir
Bentuk Pikiran
Pasien terkesan autistik, karena pasien selalu menjelaskan tentang
keyakinannya bahwa ia adalah Presiden Soeharto dan pasien
menjelaskan kalau dia disiksa dan ditusuk-tusuk oleh orang
disekelilingnya.
Pasien terkesan Word Salad, karena pasien ketika menjelaskan sering
mencampurkan dengan bahasa yang sulit dimengerti dan tidak jelas,
5
ketika ditanyakan artinya pasien mengatakan pemeriksa mencari
sendiri.
Isi dan Arus Pikiran
Waham kebesaran dan presekutorik (+), arus pikiran inkoherensi.
F. Sensorium dan Kognisi
Kesadaran
Kesadaran pasien berubah tetapi tidak menurun secara kuantitas.
Orientasi dan Memori
Orientasi tempat, waktu dan orang cukup baik. Memori pasien juga
terkesan kurang baik yang dapat dinilai dari ketidak mampuan
pasien dalam mengingat serta kejadian-kejadian yang baru terjadi
sebelum pasien dibawa ke RSJ.
Konsentrasi dan Perhatian
Tidak dapat dievaluasi karena ketika diberikan pertanyaan pasien
sering menolak atau tidak mau menjawab pertanyaan dan marah –
marah.
Pasien juga terkesan sulit memusatkan perhatian yang dinilai dari
penolakan pasien saat diminta menghitung 100-7.
Kemampuan membaca dan menulis
Tidak dapat dievaluasi karena pasien menolak melakukan
pemeriksaan.
Kemampuan visuospasial
Tidak dapat dievaluasi karena pasien menolak melakukan
pemeriksaan.
Pikiran abstrak
Pikiran abstrak pasien kurang baik. Terbukti pasien tidak mampu
memberikan persamaan antara apel dan bola.
Kecerdasan dan Intelegensia
Tidak dapat dievaluasi.
6
G. Pengendalian Impuls
Pasien tidak mampu mengendalikan impuls yang dinilai dari adanya
perilaku agresif dengan meludah-ludah ke arah pemeriksa
H. Pertimbangan dan Tilikan
Pertimbangan terganggu, pasien tidak mampu memperkirakan apa yang
harus dilakukan pada saat terjadi kebakaran di ruangannya.
Tilikan I, pasien menyangkal dirinya sakit.
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Pemeriksaan Fisik
a. Antropometri :Tinggi badan ±160cm, berat badan± 56 kg.
b. Tanda Vital (29/10/2013)
TekananDarah : 110/70 mmHg.
Nadi : 85x / menit.
Respirasi : 20x / menit.
Suhu : 36,7ºC.
c. Status Interna
Keadaan umum : Tampak gelisah
Kesadaran : Compos mentis
Kepala : KonjungtivaAnemis (-/-),
SkleraIkterik (-/-), normocefali.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax
Inspeksi : Simetris. Ikut gerak napas
Palpasi : Vocal fremitus (D=S)
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Rhonki/Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis (-)
7
Palpasi : Thrill (-)
Perkusi : Pekak
Auskultasi : BunyiJantung I - II Reguler
Abdomen
Inspeksi : Supel, datar
Auskultasi : Timpani
Palpasi : NyeriTekan (-),
Hepar / lien tidak teraba
Perkusi : Bising Usus (+)
Ekstremitas : Akral teraba hangat. Edema (-) Sianosis (-)
Genitalia : Tidak ada kelainan.
d. Status Neurologis
Rangsang Meningeal : Kaku Kuduk (-) ; Laseque/Kernig (tidak
terbatas / tidak terbatas) ; Brudzinski I,II,III (-/-/tidak dilakukan).
Saraf Otak
Mata : Pupil bulat, isokor, ⱷ ODS± 4mm, RC (+/+)
GBM : Baikkesegalaarah
Wajah : Parese N. Fascialis (-).
Lidah : Letak sentral, Atrofi (-).
Motorik
Koordinasi : Tidakdilakukan.
Sensibilitas : Konsisten.
Vegetatif : BAB/BAK (+/+) Ma/Mi (+/+).
RF : Tidak dievaluasi
RP :Tidak dievaluasi
B. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan karena tidak ada indikasi.
8
5 5
5 5
C. Wawancara dan Anggota Keluarga
- Nama :Tn. A. G
- Umur :49 tahun
- Pekerjaan :Tidak bekerja
- Alamat :Belakang Hotel Tahara Sentani
- Hubungan : Kakak kandung pasien.
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang pria dewasa dengan penampilan sesuai usianya, perkiraan tinggi
badan ±160 cm dengan berat badan ± 56 kg, dengan postur normal, pakaian
lengkap namun kotor, kulit gelap, rambut keriting dan kusut, dan wajah agak
berewokan. Berdasarkan heteroanamnesa pasien sudah kesembilan kalinya
masuk RSJD Abepura dikarenakan perubahan tingkah laku, suka berbicara
sendiri, marah-marah tanpa alasan, sering jalan malam tanpa tujuan sambil
menggendong tas ransel yang berisi benda-benda tajam, menghadang mobil
sambil memegang kampak, menyerang tetangga di sekitar rumah.
Berdasarkan heteroanamnesa tentang riwayat pribadinya, ibu pasien sempat
ingin menggugurkan kandungannya pada usia 4 bulan namun dilarang oleh
kakak kandung dari ibu pasien sehingga niat ibunya diurungkan, pasien
pada usia 13 tahun mulai melawan ibunya jika disuruh mencari kayu bakar
dan pekerjaan lainnya juga pasien berhenti bersekolah ini disebabkan
karena pasien diceritakan oleh Paman pasien kalau pasien sempat ingin
digugurkan ibu pasien saat di dalam kandungan. Menurut kakak pasien
kurang lebih satu tahun sebelumnya pasien berencana untuk menikah
dengan pacarnya yang sudah diperkenalkan ke keluarga di Wamena namun
calon istri pasien berselingkuh dengan teman kerja pasien dan calon istri
pasien menikah dengan teman kerja pasien tersebut. Sejak saat itu pasien
mulai sering menyendiri.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, satus interna, dan status neurologis
dalam batas normal. Dari status psikiatrik pasien, didapatkan psikomotor
yang cenderung memperlihatkan kecemasan saat hendak dilakukan
9
pemeriksaan fisik, afek labile, mood disforik, pikiran terkesan autistik dan
Word Salad dengan waham kebesaran dan presekutorik positif, terdapat
gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik. Tilikan I, pasien
menyangkal dirinya sakit.
V. MASALAH BIOPSIKOSOSIAL
- Biologis
Terdapat riwayat keluarga yaitu ayah dari pasien mengalami gejala
serupa.
- Psikologi
1. Waham Kebesaran dan Presekutorik
2. Halusinasi auditorik
3. Tilikan I (penyangkalan penyakit sama sekali).
4. Pasien mengalami ketidaksesuaian tugas perkembangan di mana
pasien masuk SD pada 10 tahun.
5. Pasien pada usia 14 tahun mengetahui dirinya hampir digugurkan
pada saat ibu pasien sedang mengandung pasien.
- Sosial
1. Pasien pada waktu SD cenderung menyendiri dan jarang bermain
dengan teman sebayanya dan juga sering tidak masuk sekolah.
2. Pasien mengalami ditinggalkan oleh calon istrinya yang
berselingkuh dengan teman kerjanya.
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan keluarga
pasien, status psikiatri, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan status neurologis
yang terangkum dalam ikhtisar penemuan bermakna diatas, pasien
menunjukkan masalah berupa adanya waham kebesaran dan presekutorik,
halusinasi auditorik. Gejala-gejala tersebut muncul dalam onset yang lama
SMRSJ serta adanya stresor yang berarti, sehingga diagnosis dapat
diarahkan pada F20.0 Skizofrenia Paranoid pada Aksis I. Sedangkan untuk
Aksis II dan III-nya tidak ada diagnosa yang dapat ditegakkan karena tidak
10
ada penemuan berarti. Aksis IV didiagnosa adanya masalah yang berkaitan
dengan lingkungan sosial, hal ini sesuai dengan alloanamnesa terkait riwayat
pribadi pasien dimana pasien ditinggalkan calon istrinya yang berselingkuh
dengan teman kerjanya.
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.0 Gangguan Skizofrenia Paranoid
DD F22.0 Gangguan Waham
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Aksis V : GAF 50 - 41
VIII.RENCANA TERAPI
1. Perawatan Rumah Sakit
Pada pasien ini dilakukan rawatan inap di Rumah Sakit Jiwa.
Farmakoterapi
Obat-obatan yang diberikan pada pasien ini adalah :
Farmakoterapi di IGD:
- Inj. Chlorpromazine 1 x100 mg (i.m)
- Haloperidol 5 mg tablet 3 x 1 mg
- Triheksilpenidil (THP) 2 mg tablet 3 x1 mg
- Chlorpromazine 100 mg tablet 2 x 1 mg
Farmakoterapi di ruang rawat inap:
- Haloperidol 5 mg tablet 3 x 1 mg
- Triheksilpenidil (THP) 2 mg tablet 3 x1 mg
- Chlorpromazine 100 mg tablet 2 x 1 mg
IX. PROGNOSIS
Prognosis kesembuhan pasien kurang baik.
11
X. DISKUSI/PEMBAHASAN
1. Diagnosis Multi Aksial
Aksis I :F.20.0 Skizofrenia Paranoid
Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan alloanamnesa yang diperoleh
yaitu adanya gejala yang menonjol berupa waham kebesaran dan
presekutorik, halusinasi auditorik yang berlangsung lama yaitu pada
tahun 2008. Gejala-gejala tersebut masuk dalam kriteria diagnostik
PPDGJ III untuk F.20.0. Adapun kriteria diagnostik tersebut adalah
sebagai berikut :
- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
- Sebagai tambahan :
Halusinasi dan/ atau waham harus menonjol :
a. Suara-suar halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi peluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi
tawa (laughing).
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual,
atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada
tetapi jarang menonjol.
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling
khas;
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol
Aksis II : Pasien tidak memiliki gejala gangguan kepribadian
maupun retardasi mental.
12
Aksis III :Berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
neurologis tidak ditemukan riwayat penyakit infeksi maupun kondisi
medis umum lainnya.
Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial.
Diagnosis ini didasarkan pada alloanamnesa dimana pada tahun 2008
pasien ditinggalkan oleh calon istrinya yang berselingkuh dengan teman
kerjanya.
Aksis V : GAF 50 – 41
Diagnosa didasarkan pada alloanamnesa, pemeriksaan psikiatrik, dan
pemeriksaan fisik dimana gejala-gejala psikotik bersifat menetap
namun berat, beberapa disabilitas berat yang membuat pasien terganggu
dalam fungsi interaksi hal ini juga berkaitan dengan prognosis
gangguan yang dialami oleh pasien kurang baik.
6. Terapi
- Rawat Inap
Pasien ini menunjukan gejala yang akut, sehingga perawatan singkat
di rumah sakit diperlukan untuk tujuan pemeriksaan lebih lanjut,
menstabilkan keadaan pasien dan perlindungan terhadap pasien.
Pemeriksaan pasien membutuhkan monitoring ketat terhadap gejala
dan pemeriksaan tingkat bahaya pasien terhadap dirinya sendiri dan
orang lain. Di samping itu, lingkungan rumah sakit yang nyaman,
tenang dan terstruktur dapat membantu pasien memperoleh kembali
rasa realitasnya sambil menunggu lingkungan dan obat menunjukkan
efeknya. Lamanya perawatan di rumah sakit tergantung pada tingkat
keparahan penyakit pasien.
- Psikofarmaka
Pasien baru pertama kali dibawa ke RSJ. Saat pertama kali masuk ke
IGD pasien diberikan terapi injeksi melainkan terapi oral karena
13
keadaan umum pasien yang gelisah. Terapi yang diberikan anti-
psikosis tipikal yaitu Haloperidol tablet 3 x 5 mg, Chlorpromazine
tablet 2 x 100 mg dan diberikan obat antikolinergik yaitu
Trihexyphenidyl tablet 3 x 2 mg sebagai profilaksis terhadap gejala
gangguan pergerakan akibat pemberian anti-psikosis.
1. Chlorpromazine
Indikasi : psikosis
Mekanisme Kerja : memblokade dopamin pada reseptor pasca
sinaptik neuron di otak khususnya di sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal (dopamin D2 reseptor antagonist), sehingga
efektif untuk gejala positif.
Dosis : Oral : 30 – 2000 mg/hari dibagi dalam 1-4 dosis, mulai
dengan dosis rendah, kemudian sesuaikan dengan kebutuhan.
Injeksi : 50 – 100 mg (i.m) setiap 4-6 jam.
Kontraindikasi : hipersensitifitas terhadap chlorpromazine atau
komponen lain formulasi, reaksi hipersensitif silang antar
fenotiazin mungkin terjadi, depresi SSP berat dan koma.
Efek Samping : reaksi ekstrapiramidal, hipotermia, mengantuk,
apatis, pucat, mimpi buruk, insomnia, depresi, agitasi.
Pembahasan:
Sebagai antipsikosis yang mempunyai efek sekunder yaitu sedatif
sehingga berguna untuk mengatasi gangguan tidurnya dan
keadaan gaduh gelisah
2. Haloperidol
Indikasi : psikosis
Mekanisme Kerja : memblokade dopamin pada reseptor pasca
sinaptik neuron di otak khususnya di sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal (dopamin D2 reseptor antagonist), sehingga
efektif untuk gejala positif.
14
Dosis : dosis awal: 1,5-3 mg 2-3 kali per hari atau 3-5 mg 2-3 kali
per hari untuk kasus berat atau resisten. Dosis pemeliharaan: 5-10
mg per hari.
Kontraindikasi : wanita hamil, depresi sumsum tulang, gangguan
hati dan ginjal.
Efek Samping : reaksi ekstrapiramidal, hipotermia, mengantuk,
apatis, pucat, mimpi buruk, insomnia, depresi, agitasi.
Pembahasan:
Dalam penggunaan obat anti-psikosis yang ingin dicapai adalah
“optimal response with minimal side effects”. Pemilihanjenis obat
anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan
dan efek samping obat. Karena gejala dominan yang ada pada
pasien ini adalah gejala positif terapi pilihan yang diberikan
berupa anti-psikosis tipikal potensi tinggi yaitu Haloperidol.
Dosis Haloperidol yang diberikan yakni 3 x 5 mg per hari.
Haloperidol memiliki efek sedatif yang lemah dan digunakan
pada sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik
diri, perasaan tumpul, kehilangan minat dan inisiatif, hipoaktif,
waham, dan halusinasi.Pada pasien ini tidak menunjukan gejala
apatis, menarik diri, kehilangan minat dan inisiatif, dan hipoaktif,
tetapi justru sebaliknya perasaan tumpul, kekacauan pikiran
(waham dan halusinasi)serta perilaku merupakan gejala yang
dominan maka pemberian haloperidol dirasa perlu pada pasien
ini.
3. Trihexyphenidyl3,4
Indikasi : Parkinson, gangguan ekstrapiramidal yang disebabkan
oleh SSP.
Mekanisme Kerja : menghambat re-uptake dopamin pada ujung
saraf pre simpatik di otak.
Dosis : 1 mg per hari, dinakkan bertahap. Dosis pemeliharaan 5-
15 mg per hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian.
Kontraindikasi : retensi urin, obstruksi saluran cerna, glaukoma.
15
Efek samping : mulut kering, gangguan saluran pencernaan,
pusing, penglihatan kabur, takikardia, hipersensitivitas, gugup.
Pada pemberian dosis tinggi: bingung, eksitasi.
Pembahasan:
Khususnya pada pasien yang berada dalam risiko tinggi untuk
mengalami efek samping ekstrapiramidal (sebagai contoh, orang
muda seperti pada pasien ini), suatu obat antikolinergik harus
diberikan bersama-sama dengan antipsikotik sebagai profilaksis
terhadap gejala gangguan pergerakan akibat medikasi anti-
psikosis. Obat pilihan yang digunakan adalah Trihexylphenidyl
(THP). Dosis Trihexylphenidyl (THP) yang digunakan yakni 1-3
x 2 mg/hari. Profilaksis dengan obat ini sebenarnya tidak
dianjurkan karena dapat mempengaruhi penyerapan/absorbsi obat
anti-psikosis sehingga kadarnya dalam plasma rendah dan dapat
menghalangi manifestasi gejala psikopatologis yang dibutuhkan
untuk penyesuaian dosis anti psikosis agar tercapai dosis efektif.
Namun pada kasus ini karena pasien memiliki faktor predisposisi
terjadinya efek ektrapirammidal (yaitu usia muda) obat
antikolinergik yang diberikan mengikuti algoritma
penatalaksanaan efek samping ekstrapiramidal di RSCM.
7. Prognosis
“Dubia at malam”
Jika tidak ditangani dengan baik, pasien tidak kooperatif dengan
pengobatan dan perawatan, kurangnya pengawasan minum obat
(putus obat), serta kurangnya partisipasi keluarga terkait interaksi
sosial pasien.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan – Sadock Sinopsis Psikiatri. Jilid 1.
Jakarta. Binarupa Aksara. 2010. Hal. 689 – 712 ; 728, 743.
2. Maslim R.. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ – III. Jakarta. PT. Nuh Jaya. 2003.
3. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropika. Edisi
ketiga. Jakarta: PT. Nuh Jaya. 2007.
4. Price S A, Wilson L M. Patofisiologi Konsep klinis Proses-prose penyakit Ed.6
Vol.2. Jakarta : EGC. 2006, Hal. 1032,1039.
5. Indriani, Reri, dkk. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta. CV.
Sagung Seto. 2008
6. Sulistia GG, Rianto S, dkk. Farmakologi dan Terapi. Ed 5. Cetak ulang dengan
tambahan, 2012. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2012.
7. Rudy W, Martina W N, Charles E D. Gambaran dan Karakteristik Penggunaan
Triheksifenidil pada Pasien yang Mendapat Terapi Antipsikotik. J Indon Med
Assoc, Volume: 63, Nomor: 1, Januari. 2013
17
LAPORAN KASUS III
F20.0 Gangguan Skizofrenia Paranoid
Disusun sebagai salah satu syarat memenuhi ujian akhir Kepaniteraan Klinik
Madya pada SMF Psikiatri RSJD Abepura
Disusun oleh :
HASRUL THAMRIN, S.Ked 200852033
ROSITA PAYOKWA, S.Ked 200852088
STIVENSON TIVEN, S.Ked 200852093
TEGUH T P. YUDHA, S.Ked 200852096
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA-PAPUA
2014