lapkas trauma tumpul edit fix kikiyunamanggala
DESCRIPTION
zTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
TRAUMA TUMPUL
Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam Menempuh Program
Pendidikan Profesi Dokter
Disusun Oleh :
Adhika Manggala 01.210.6064
Kiki Agustin Hidayati 01.211.6429
Yuna Rizki 01.210.6300
Pembimbing :
dr. Maryono, Sp.KF
KEPANITERAAN KLINIK RS BHAYANGKARA
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
HALAMAN PENGESAHAN
TRAUMA TUMPUL
Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam Menempuh Program
Pendidikan Profesi Dokter
Disusun Oleh :
Andhika Manggala 01.210.6064
Kiki Agustin Hidayati 01.211.6429
Yuna Rizki 01.210.6300
Semarang, 25 Februari 2016
Pembimbing,
dr. Maryono, Sp. KF
i
BAB I
PENDAHULUAN
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas
jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue) sedangkan logos berarti ilmu. Jadi,
pengertian yang sebenarnya dari traumatologi adalah ilmu yang mempelajari semua aspek
yang berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan tubuh manusia yang masih hidup, juga
mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan,
sedangkan yang dimaksud dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan
tubuh akibat kekerasan. Kegunaannya selain untuk kepentingan pengobatan juga dalam
kepentingan forensik sebab dapat diaplikasikan guna membantu penegak hukum dalam
rangka membuat terang tindak pidana kekerasan yang menimpa tubuh seseorang.1
Trauma merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Trauma dalam
bidang forensik sudah dikenal sejak lama. Pada masa Persia kuno telah dikenal tingkat atau
kualifikasi luka dan pemeriksaan yang dilakukan pada orang-orang yang mengalami
perlukaan. Aquillia (572 SM) menulis tentang perlukaan yang dapat mematikan dan pendapat
medis dalam menaksir kegawatannya. Bohn (1970) adalah orang yang pertama kali
membedakan luka ante mortem dan post mortem.2
Trauma merupakan salah satu penyebab kematian, baik kematian yang mendadak atau
tidak. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang teliti apakah perlukaan pada seseorang dapat
berakibat fatal atau tidak, dan ini merupakan poin penting untuk membantu proses peradilan.
Trauma dikelompokkan berdasarkan sifatnya menjadi trauma mekanik, fisika dan kimia.1
Trauma mekanik atau luka mekanik disebabkan oleh kekerasan benda tajam, benda
tumpul dan senjata api. Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam
berbagai bentuk, alami atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat manusia seperti
kampak, pisau, panah,martil dan lain-lain. Bila ditelusuri, benda-benda ini telah ada sejak
zaman pra sejarahdalam usaha manusia mempertahankan hidup sampai dengan pembuatan
senjata-senjatamasa kini seperti senjata api, bom dan senjata penghancur lainnya. Akibat
pada tubuhdapat dibedakan dari penyebabnya.Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka
antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju,lantai, jalan dan lain-lain.
Adapun definisi dari benda tumpul itu sendiri adalah :
Tidak bermata tajam
1
Konsistensi keras / kenyal
Permukaan halus / kasar
Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab, yaitu alat atau senjata yang
mengenaiataumelukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain orang bergerak ke arah
objek ataualat yang tidak bergerak. Dalam bidang medikolegal kadang-kadang hal ini
perludijelaskan,walaupun terkadang sulit dipastikan.3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi Trauma
Trauma atau luka dari aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian
medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya
diskontinuitas dari jaringan. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah
pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan seseorang. Trauma mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam
berbagai bentuk, alami atau dibuat manusia, trauma tumpul sendiri diakibatkan
oleh benda yang memiliki permukaan tumpul.4
II. Luka Akibat Trauma Tumpul
Kekerasan oleh benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam
jenis luka, antara lain :
a. Memar (Kontusio)
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat
pecahnya kapiler dan vena. Merupakan salah satu bentuk luka yang
ditandai oleh kerusakan jaringan tanpa disertai discontinuitas permukaan
kulit.1
Pada saat timbul memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi
ungu atau hitam setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan
menjadi kuning dalam 7-10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14-15
hari. Perubahan warna tersebut berlangsung mulai dari tepi.5
Dilihat sepintas luka memar terlihat seperti lebam mayat, tetapi jika
diperiksa dengan seksama akan dapat dilihat perbedaannya5:
Memar Lebam Mayat
Lokasi Bisa dimana saja Pada bagian terendah
3
Pembengkakan Positif Negatif
Bila ditekan Warna tetap Memucat/hilang
Mikroskopik Reaksi jaringan (+) Reaksi jaringan (-)
b. Luka Lecet (Abrasi)
Luka lecet atau abrasi adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau
lepasnya lapisan luar dari kulit, yang ciri-cirinya adalah :
Bentuk luka tidak teratur
Batas luka tidak teratur
Tepi luka tidak rata
Kadang-kadang ditemukan sedikit perdarahan
Permukaan tertutup oleh krusta
Warna coklat kemerahan
Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya beberapa bagian yang
masih tertutup epitel dan reaksi jaringan.1
Luka lecet dapat terjadi superfisial jika hanya epidermis saja yang
terkena, lebih dalam ke lapisan bawah kulit (dermis)atau lebih dalam lagi
sampai ke jaringan lunak bawah kulit. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari
lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi
perdarahan.4
Perkiraan umur luka lecet:
Umur luka lecet secara makroskopis maupun mikroskopis dapat
diperkirakan sebagai berikut:
- Hari ke 1 – 3 berwarna coklat kemerahan karena eksudasi darah
dan cairan limfe.
- 2-3 hari kemudian pelan-pelan bertambah suram dan lebih gelap.
- Setelah 1-2minggu mulai terjadi pembentukan epidermis baru.
- Dalam beberapa minggu akan timbul penyembuhan lengkap.6
Sesuai dengan mekanisme terjadinya luka lecet dapat diklasifikasikan
sebagai:
1. Luka lecet gores
4
Diakibatkan oleh benda runcing, misal kuku jari, yang menggeser
lapisan permukaan kulit (epidermis) dan menyebabkan lapisan
tersebut terangkat sehingga dapat menunjukkan arah kekerasan
yang terjadi.
2. Luka lecet serut
Variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan
permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan
melihat letak tumpukan epitel.
3. Luka lecet tekan
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul terhadap kulit.
Gambaran yang ditemukan adalah daerah kulit yang kaku dengan
warna lebih gelap dari sekitarnya.
4. Luka lecet geser
Disebabkan oleh tekanan linier kulit disertai gerakan bergeser,
misalnya pada kasus gantung atau jerat.5
Perbedaan luka lecet ante motem dan post mortem3
ANTE MORTEM POST MORTEM
Coklat kemerahan Kekuningan
Terdapat sisa-sisa epitel Epidermis terpisah sempurna
Tanda intravital (+) Tanda intravital (-)
Sembarang tempat Pada daerah yang ada penonjolan
tulang
c. Luka Robek (Lacerasi)
Luka robek (vulnus laceratum) / luka terbuka adalah luka yang
disebabkan karena persentuhan dengan benda tumpul dengan kekuatan
yang mampu merobek seluruh lapisan kulit dan jaringan di bawahnya,
yang ciri – cirinya sebagai berikut :
Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata
Bila ditautkan tidak dapat rapat (karena sebagaian jaringan hancur)
Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan
Di sekitar garis batas luka di temukan memar
5
Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi
tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan
menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi
ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh
bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi.
Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari
suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa. Hal yang
harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang
dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat
menyebabkan perdarahan hebat.4
d. Fraktur
Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada bedah
hanya memiliki sedikit makna pada ilmu forensik.
Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga dipengaruhi
beberapa faktor seperti komposisi tulang tersebut. Anak-anak tulangnya masih
lunak, sehingga apabila terjadi trauma khususnya pada tulang tengkorak dapat
menyebabkan kerusakan otak yang hebat tanpa menyebabkan fraktur tulang
tengkorak. Wanita usia tua sering kali telah mengalami osteoporosis, dimana
dapat terjadi fraktur pada trauma yang ringan.
Fraktur mempunyai makna pada pemeriksaan forensik. Bentuk dari fraktur
dapat menggambarkan benda penyebabnya (khususnya fraktur tulang
tengkorak), arah kekerasan. Fraktur yang terjadi pada tulang yang sedang
mengalami penyembuhan berbeda dengan fraktur biasanya. Jangka waktu
penyembuhan tulang berbeda-beda setiap orang. Dari penampang makros
dapat dibedakan menjadi fraktur yang baru, sedang dalam penyembuhan,
sebagian telah sembuh, dan telah sembuh sempurna. Secara radiologis dapat
dibedakan berdasarkan akumulasi kalsium pada kalus. Mikroskopis dapat
dibedakan daerah yang fraktur dan daerah penyembuhan. Penggabungan dari
metode diatas menjadikan akurasi yang cukup tinggi. Daerah fraktur yang
sudah sembuh tidaklah dapat menjadi seperti tulang aslinya.
Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur
depresi tidaklah begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang
dapat membuat hematom ekstra dural, sehingga diperlukan depresi tulang
6
secepatnya. Apabila ujung tulang mengenai otak dapat merusak otak tersebut,
sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran, kejang, koma hingga kematian.4
e. Kompresi
Kompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan efek
lokal maupun sistemik yaitu asfiksia traumatik sehingga dapat terjadi
kematiaan akibat tidak terjadi pertukaran udara.4
f. Perdarahan
Perdarahan dapat muncul setelah terjadi kontusio, laserasi, fraktur, dan
kompresi. Kehilangan ¼ volume darah dapat menyebabkan pingsan
meskipun dalam kondisi berbaring. Kehilangan ½ volume darah dan
mendadak dapat menyebabkan syok yang berakhir pada kematian.
III. Klasifikasi Trauma Tumpul Berdasarkan Jaringan atau Organ yang
Terkena4
1. Kulit
Luka Lecet
Luka Memar
Luka Robek
2. Kepala
Tengkorak
Jaringan Otak
3. Leher dan Tulang Belakang
4. Dada
Tulang
Organ dalam dada
5. Perut
Organ Parenchym
Organ berongga
6. Anggota Gerak
IV. Akibat Kekerasan Benda Tumpul Pada Organ yang terkena
1. Kepala
Cedera Kepala pada Penutup Otak
7
Jaringan otak dilindungi oleh 3 lapisan jaringan. Lapisan paling luar
disebut duramater, atau sering dikenal sebagai dura. Lapisan ini tebal dan
lebih dekat berhubungan dengan tengkorak kepala dibandingakan otak. Antara
tengkorak dan dura terdapat ruang yang disebut ruang epidural atau
ekstradural. Ruang ini penting dalam bidang forensik.
Lapisan yang melekat langsung ke otak disebut piamater. Lapisan ini
sangat rapuh, melekat pada otak dan meluas masuk ke dalam sulkus-sulkus
otak.
Lapisan berikutnya yang terletak antara dura mater dan pia mater
disebut arakhnoid. Ruang yang dibentuk antara lapisan dura mater dan
arakhnoid ini disebut ruang subdural. Kedalaman ruang ini bervariasi di
beberapa tempat. Perlu diingat, cairan otak terdapat pada ruang subarakhnoid,
bukan di ruang subdural.
Perdarahan kepala dapat terjadi pada ketiga ruang yaitu ruang epidural,
subdural atau ruang subarakhnoid, atau pada otak itu sendiri.
Perdarahan Epidural (Hematoma)
Perdarahan jenis ini berhubungan erat dengan fraktur pada tulang
tengkorak. Apabila fraktur mengenai jalinan pembuluh darah kecil yang dekat
dengan bagian dalam tengkorak, umumnya arteri meningea media, dapat
menyebabkan arteri terkoyak dan terjadi perdarahan yang cepat. Kumpulan
darah akhirnya mendorong lapisan dura menjauh dari tengkorak dan ruang
epidural menjadi lebih luas. Akibat dari lapisan dura yang terdorong ke dalam,
otak mendapatkan kompresi atau tekanan yang akhirnya menimbulkan gejala-
gejala seperti nyeri kepala, penurunan kesadaran bertahap mulai dari letargi,
stupor dan akhirnya koma. Kematian akan terjadi bila tidak dilakukan terapi
dekompresi segera. Waktu antara timbulnya cedera kepala sampai munculnya
gejala-gejala yang diakibatkan perdarahan epidural disebut sebagai “lucid
interval”
Perdarahan Subdural (Hematoma)
Perdarahan ini timbul apabila terjadi “bridging vein” yang pecah dan
darah berkumpul di ruang subdural. Perdarahan ini juga dapat menyebabkan
kompresi pada otak yang terletak di bawahnya. Karena perdarahan yang
8
timbul berlangsung perlahan, maka “lucid interval” juga lebih lama
dibandingkan perdarahan epidural, berkisar dari beberapa jam sampai
beberapa hari. Jumlah perdarahan pada ruang ini berkisar dibawah 120 cc,
sehingga tidak menyebabkan perdarahan subdural yang fatal.
Hampir semua kasus perdarahan subdural berhubungan dengan trauma,
meskipun dapat tidak berhubungan dengan trauma. Perdarahan ini dapat
terjadi pada orang-orang dengan gangguan mekanisme pembekuan darah atau
pada pecandu alcohol kronik, meskipun tidak menyebabkan perdarahan yang
besar dan berbahaya. Pada kasus-kasus perdarahan subdural akibat trauma,
dapat timbul persarafan kecil yang tidak berisiko apabila terjadi pada orang
normal. Akan tetapi, pada orang-orang yang memiliki gangguan pada
mekanisme pembekuan darah, dapat bersifat fatal.
Perdarahan Subarakhnoid
Penyebab perdarahan subarakhnoid yang tersering ada 5, dan terbagi
menjadi 2 kelompok besar, yaitu yang disebabkan trauma dan yang tidak
berhubungan dengan trauma. Penyebabnya antara lain:
1. Nontraumatik:
a. Ruptur aneurisma pada arteri yang memperdarahi otak
b. Perdarahan intraserebral akibat stroke yang memasuki
subarakhnoid
2. Traumatik:
a. Trauma langsung pada daerah fokal otak yang akhirnya
menyebabkan perdarahan subarakhnoid
b. Trauma pada wajah atau leher dengan fraktur pada tulang
servikal yang menyebabkan robeknya arteri vertebralis
c. Robeknya salah satu arteri berdinding tipis pada dasar otak
yang diakibatkan gerakan hiperekstensi yang tiba-tiba dari
kepala..
Perdarahan subarakhnoid ringan yang terlokalisir dihasilkan dari
tekanan terhadap kepala yang disertai goncangan pada otak dan penutupnya
yang ada di dalam tengkorak. Tekanan dan goncangan ini menyebabkan
robeknya pembuluh-pembuluh darah kecil pada lapisan subarakhnoid, dan
umumnya bukan merupakan perdarahan yang berat. Apabila tidak ditemukan
faktor pemberat lain seperti kemampuan pembekuan darah yang buruk,
9
perdarahan ini dapat menceritakan atau mengungkapkan tekanan trauma yang
terjadi pada kepala.
Kontusio otak
Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-
abu. Beberapa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada
bagian superfisial atau daerah abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik.
Rupturnya pembuluh darah dengan terhambatnya aliran darah menuju otak
menyebabkan adanya pembengkakan dan seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, lingkaran kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang
terbentuk cukup besar, edema otak dapat menghambat sirkulasi darah yang
menyebabkan kematian otak, koma, dan kematian total. Poin kedua terpenting
dalam hal medikolegal adalah penyembuhan kontusio tersebut yang dapat
menyebabkan jaringan parut yang akan menyebabkan adanya fokus epilepsi.
Yang harus dipertimbangan adalah lokasi kontusio tipe superfisial yang
berhubungan dengan arah kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola
luka ditemukan dalam pemeriksaan kepala dan komponen yang terkena pada
trauma sepeti pada kulit kepala, kranium, dan otak.
Ketika bagian kepala terkena benda yang keras dan berat seperti palu atau
botol bir, hasilnya dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan
laserasi dari kulit kepala. Kranium dapat patah atau tidak. Jika jaringan
dibawahnya terkena, hal ini disebut coup. Hal ini terjadi saat kepala relatif
tidak bergerak.
Kita juga harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana kepala yang
bergerak mengenai benda yang padat dan diam. Pada keadaan ini kerusakan
pada kulit kepala dan pada kranium dapat serupa dengan apa yang ditemukan
pada benda yang bergerak-kepala yang diam. Namun, kontusio yang terjadi,
bukan pada tempat trauma melainkan pada sisi yang berlawanan. Hal ini
disebut kontusio contra-coup.
Pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma. Karena
foto dari semua komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat
sesuai dengan demontrasi yang ada., diagram dapat menjelaskan hubungan
trauma yang terjadi. Kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat
saja kepala yang diam dan terkena benda yang bergerak pada akhirnya akan
10
jatuh atau mengenai benda keras lainnya, sehingga gambaran yang ada akan
tercampur, membingungkan, yang tidak memerlukan penjelasan mendetail.
Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya
mengenai daerah putih atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan
perdarahan kecil atau besar. Perdarahan kecil dinamakan ‘ball hemorrhages’
sesuai dengan bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat serupa dengan
perdarahan fokal yang disebabkan hipertensi. Perdarahan yang lebih besar dan
dalam biasanya berbentuk ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan
apopletik atau stroke. Anamnesis yang cukup mengenai keadaan saat
kematian, ada atau tiadanya tanda trauma kepala, serta adanya penyakit
penyerta dapat membedakan trauma dengan kasus lain yang menyebabkan
perdarahan.
Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan dengan
trauma biasanya melibatkan daerah dengan perdarahan yang dalam. Tempat
predileksinya adalah ganglia basal, pons, dan serebelum. Perdahan tersebut
berhubungan dengan malformasi arteri vena. Biasanya mengenai orang yang
lebih muda dan tidak mempunyai riwayat hipertensi.
Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma kepala.
Manifestasi eksternal yang dapat ditemui adalah ‘foam cone’ busa berwarna
putih atau merah muda pada mulut dan hidung. Hal tersebut dapat ditemui
pada kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit jantung yang didahului
dekompensasio kordis. Keberadaan gelembung tidak membuktikan adanya
trauma kepala.4,8
2. Leher
Dapat berakibat :
Patah tulang leher
Robek pembuluh darah, otot, oesophagus, trachea/larynx
Kerusakan saraf
3. Dada
Dapat berakibat :
11
Patah os costae, os. sternum, os. scapula, os. clavicula
Robek organ jantung, paru, pericardium
4. Perut
Dapat berakibat :
Patah os pubis, os sacrum, symphysiolysis, Luxatio sendi sacro iliaca
Robek organ hepar, lien, ginjal. Pankreas, adrenal, lambung, usus, kandung
seni
5. Tulang Belakang (Vertebra)
Dapat berakibat :
Fraktura, dislokasi os vertebrae
Dapat karena :
1. Trauma langsung
2. Tidak langsung karena tarikan / tekukan
6. Anggota Gerak
Dapat berakibat :
Patah tulang, dislokasi sendi
Robek otot, pembuluh darah, kerusakan saraf4,8
V. Pola Trauma
Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat dikenali,
yang mengarah kepada kepentingan medikolegal. Contohnya :
1. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat
terjadi kecelakaan. Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan menjadi
fragmen-fagmen kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi, kontusio, dan
laserasi yang berbentuk segiempat atau sudut.
12
2. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan
fraktur tulang panjang kaki. Hal ini disebut ‘bumper fractures’. Adanya
fraktur tersebut yang disertai luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di
pinggir jalan, memperlihatkan bahwa korban adalah pejalan kaki yang
ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat diketahui tinggi bempernya.
Karena hampir seluruh kendaraan bermotor ‘nose dive’ ketika mengerem
mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak
kaki, dapat mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor untuk
mengerem pada saat kecelakaan terjadi.
3. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya pola
luka pada dan di bawah area ‘hat band’ dan biasanya terbatas pada satu sisi
wajah. Dengan adanya pola tersebut mengindikasikan jatuh sebagai
penyebab, bukan karena dipukul.
4. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang
kepalan tangan, luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari luar,
namun menimbulkan edem jaringan pada bagian dalam, tepat di depan gigi
geligi. Frenum pada bibir atas kadang rusak, terutama bila korban adalah
bayi yang sering mendapat pukulan pada kepala
Pola trauma banyak macamnya dan dapat bercerita pada pemeriksa
medikolegal. Kadangkala sukar dikenali, bukan karena korban tidak diperiksa,
namun karena pemeriksa cenderung memeriksa area per area, dan gagal
mengenali polanya. Foto korban dari depan maupun belakang cukup berguna
untuk menetukan pola trauma. Persiapan diagram tubuh yang memperlihatkan
grafik lokasi dan penyebab trauma adalah latihan yang yang baik untuk
mengungkapkan pola trauma.4
VI. Akibat Trauma
1. Aspek medik
Konsekuensi dari luka yang di timbulkan oleh trauma dapat berupa :
a. Kelainan fisik / organic
Bentuk dari kelainan fisik atau organic ini dapat berupa :
Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh
13
Hilangnya sebagaian atau seluruh organ tertentu.
b. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu.
Bentuk dari gangguan fungsi tergantung dari organ atau bagaian
tubuhyang terkena trauma. Contoh dari gangguan fungsi antara lain
lumpuh,buta, tuli atau terganggunya fungsi organ- organ dalam.
c. Infeksi
Kulit atau membran mukosa merupakan barier terhadap infeksi. Bila kulit
atau membrane tersebut rusak maka kuman akan masuk lewat pintu ini.
Bahkan kuman dapat masuk lewat daerah memar atau bahkan irritasi
akibat benda yang terkontaminasi oleh koman. Jenis kuman dapat berupa
streptococcus, staphylococcus, echeria coli, proteus vulgaris, clostridium
tetani serta kuman yang menyebabkan gas gangren.
d. Penyakit
Trauma sering dianggap sebagai faktor resiko terjadinya penyakit jantung
walaupun hubungan kausalnya sulit diterangkan danmasih dalam
kontroversi.
e. Kelainan psikis
Trauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak, kemungkinan
dapat menjadi faktor resiko bagi terjadinya kelainan mental yang
spketrumnnya amat luas; yaitu dapat berupa compensational
neurosis,anxiety neurosis, dementia praecox primer (schizophrenia),
manicdepressive atau psikosis. Kepribadian serta potensi individu
untuk terjadinya reaksi mental yang abnormal merupakan factor utama
timbulnya gangguan mental tersebut; meliputi jenis, derajat sertalamanya
gangguan. Oleh sebab itu pada setiap gangguan mental post-trauma perlu
dikaji elemen-elemen dasarnya yang terdiri atas latarbelakang mental dan
emosi serta nilai relative bagi yang bersangkutan atas jaringan atau organ
yang terkena trauma.Secara umum dapat diterima bahwa hubungan antara
kerusakan jaringan tubuh atau organ dengan psikosis post trauma
di dasarkan atas :
- Keadaan mental benar –benar sehat sebelum trauma
- Trauma telah merusak susunan syaraf pusat
- Trauma, tanpa mempersoalkan lokasinya, mengancam kehidupan
seseorang.
14
- Trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur
danfungsinya dapat mempengaruhi emosi organ genital, payudara,
mata,tangan atau wajah.
- Korban cemas akan lamanya waktu penderitaan
- Psikosis terjadi dalam tenggang waktu yang masuk akal
- Korban dihantui oleh kejadian (kejahatan atau kecelkaan) yang
menimpanya.9
2. Aspek yuridis
Jika dari sudut medik, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai atau
tidak disertai diskontuinitas permukaan kulit) akibat trauma makadari sudut
hukum, luka merupakan kelainan yang dapat disebabkan olehsuatu tindak
pidana, baik yang bersifat intensional (sengaja), reckless (ceroboh) atau
negligence (kurang hati–hati). Untuk menentukan berat-ringannya hukuman
perlu ditentukan lebih dahulu berat ringannya luka. Kebijakan hukum pidana
didalam penentuan berat ringannya luka tersebut didasarkan atas pengaruhnya
terhadap :
- Kesehatan jasmani
- Kesehatan rohani
- Kelangsungan hidup janin di dalam kandungan
- Estetika jasmani
- Pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencarian
- Fungsi alat indera.1,9
VII. Derajat Luka
1. Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata
pencahariannya.
2. Luka sedang adalah luka yang dapat menimbulkan penyakit
atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata
pencaharian untuk sementara waktu.
3. Luka berat adalah luka yang sebagaimana diuraikan didalam
pasal 90 KUHP, yang terdiri atas :
a. Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan sempurna
lebih ditujukan pada fungsinya. Contohnya trauma pada satu mata yang
15
menyebabkan kornea robek. Sesudahdi jahit sembuh, tetapi mata tersebut tidak
dapat melihat.
b. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut.
Dapat mendatangkan bahaya maut pengertiannya memiliki potensial
untuk menimbulkan kematian, tetapi sesudah diobati dapat sembuh.
c. Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan pekerjaan
jabatan atau mata pencariaanya. Luka yang dari sudutmedik tidak membahayakan
jiwa, dari sudut hukum dapat dikategorikan sebagai luka berat. Contonya
trauma pada tangan kiripemain biola atau pada wajah seorang peragawati
dapatdikatagorikan luka berat jika akibatnya mereka tidak dapat
lagimenjalankan pekerjaanya tersebut selamanya.
d. Kehilangan salah satu dari panca indera.
i. Jika trauma menimbulkan kebutaan satu mata atau kehilngan pendengran
satu telinga, tidak dapat digolongkan kehilangan indera. Meskipun
demikian tetap digolongkan sebagai luka berat berdasarkan butir (1) di
atas.
e. Cacat besar atau kudung.
f. Lumpuh.
g. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya pikir
tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat jugaberupa amnesia,
disorientasi, anxietas, depresi atau gangguan jiwa lainnya.
h. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Keguguran ialah
keluarnya janin sebelum masa waktunya yaitu, tidak didahului oleh proses yang
sebagaimana umumnya terjadi seorang wanita ketika melahirkan. Sedang
kematian janin mengandung pengertian bahwa janin tidak lagi
menunjukan tanda– tanda hidup. Tidak dipersoalkan bayi keluar atau
tidak dari perut ibunya.. 1
16
BAB III
LAPORAN KASUS
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH JAWA TENGAH
BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
NOMOR: R/82/IV/2016/Reskrim
Atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resor Kota Besar Semarang melalui suratnya
tanggal 16 Februari 2016 No: R/82/IV/2016 Reskrim yang di tandatangani oleh Ahmad, SH,
Pangkat Ajun Komisaris Polisi NRP 68100602 dan diterima tanggal 15 Februari 2016 , maka
dengan ini saya, dr. Istiqomah, Sp KF, sebagai dokter yang bekerja pada Rumah Sakit
Bhayangkara Semarang menerangkan bahwa pada tanggal 15 Februari 2016 pukul 19.00 wib,
di RSUD dr. Sutrasno Rembang telah memeriksa jenazah, yang berdasarkan surat permintaan
tersebut di atas bernama Patmi Rahayu, Umur enam puluh lima tahun, Jenis kelamin
perempuan, Pekerjaan sebelum meninggal dunia wiraswasta , Alamat Dukuh Palan, RT
3/RW 1, Desa/Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang. Korban tersebut ditemukan di
rumah korban Palan, RT 3/RW 1, Desa/Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang pada hari
senin tanggal 15 Februari 2016 sekitar pukul 11.00 WIB. Kematiannya diduga akibat
pembunuhan.
HASIL PEMERIKSAAN:-------------------------------------------------------------------------------
Dari pemeriksaan luar dan dalam atas tubuh jenazah tersebut diatas ditemukan fakta-fakta
sebagai berikut :---------------------------------------------------------------------------------------------
A. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN IDENTITAS JENAZAH :----------------------
1. Identitas Umum Jenazah :---------------------------------------------------------------------------
a) Jenis kelamin : perempuan-----------------------------------------------------------------------
b) Umur : tujuh puluh tahun-------------------------------------------------------------------------
c) Panjang badan : seratus lima puluh empat sentimeter----------------------------------------
17
d) Warna kulit : Sawo matang-----------------------------------------------------------------------
e) Ciri rambut : lurus, panjang empat puluh satu sentimeter, rambut berwarna hitam-----
f) Golongan darah : tidak dinilai -------------------------------------------------------------------
g) Keadaan gizi : kesan gizi baik-------------------------------------------------------------------
2. Identitas Khusus Jenazah :---------------------------------------------------------------------------
a) Tato : tidak ada-------------------------------------------------------------------------------------
b) Jaringan parut : tidak ada-------------------------------------------------------------------------
c) Cacat fisik : tidak ada-----------------------------------------------------------------------------
d) Pakaian : baju lengan pendek berwarna biru tidak bermerek, rok warna hitam
berbahan nilon tidak bermerek, BH warna krem tanpa merek, underrok warna krem,
celana dalam berwarna krem, memakai dekker berwarna krem, slayer motif bunga
motif bunga berwarna hijau---------------------------------------------------------------------
e) Perhiasan : memakai anting motif bunga pada sisi telinga kiri, memakai kalung emas-
f) Lain-lain : memakai bando rambut ------------------------------------------------------------
B. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU TERJADINYA KEMATIAN :---
a) Lebam mayat : Pada punggung, tidak hilang dengan penekanan , warna merah
kebiruan----------------------------------------------------------------------------------------
b) Kaku mayat : Seluruh tubuh, sulit dilawan----------------------------------------------------
c) Pembusukan : ada tanda-tanda
pembusukan---------------------------------------------------
d) Lain –lain : ada belatung berukuran panjang nol koma sembilan
sentimeter--------------
C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN
LUAR :--------------------------------
1. Permukaan Kulit Tubuh :----------------------------------------------------------------------------
a) Kepala :--------------------------------------------------------------------------------------------- Daerah berambut : terdapat empat buah luka terbuka. Luka pertama panjang
lima sentimeter, lebar nol koma dua sentimeter, dalam satu sentimeter, dasar
tulang tengkorak, letak dua sentimeter dari garis tengah tubuh, sepuluh
sentimeter diatas alis mata kanan. Luka kedua panjang empat sentimeter, lebar
nol koma dua sentimeter, dalam nol koma lima sentimeter, letak tiga
sentimeter sebelah kanan garis tengah tubuh, tujubelas sentimeter diatas
18
lubang telinga kanan. Luka ketiga panjang lima sentimeter, lebar nol koma
tiga sentimeter dengan dalam satu sentimeter, letak dua sentimeter dari
sebelah kiri garis tengah tubuh, enam belas sentimeter diatas lubang telinga
kiri. Luka keempat panjang tiga sentimeter, lebar satu sentimeter dengan
kedalama nol koma lima sentimeter, letak tepat diatas garis tengah tubuh, lima
sentimeter diatas lubang telingan kanan, lima sentimeter dari luka ketiga-------
b) Wajah : mata, hidung, mulut tertutup lakban berwarna hitam-------------------------------
c) Leher : tidak ada kelainan------------------------------------------------------------------------
d) Bahu : luka memar pada bahu kanan sampai dengan kiri bagian depan dengan panjang lima puluh enam sentimeter dengan lebar dua puluh dua sentimeter berwarna merah kecoklatan, dengan batas tidak tegas------------------------------------------------------------
e) Dada : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------------------
f) Punggung: tidak ada kelainan--------------------------------------------------------------------
g) Perut :tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------------------
h) Dubur : tidak ada kelainan ----------------------------------------------------------------------
i) Anggota gerak : -----------------------------------------------------------------------------------
Anggota gerak atas :----------------------------------------------------------------------
Kanan atas : Luka lecet pada siku lengan bagian dalam bentuk tidak teratur
panjang tujuh sentimeter, lebar lima sentimeter, berwarna merah kecoklatan---
Kanan bawah : tidak ada kelainan------------------------------------------------------
Kiri atas : terdapat luka memar pada siku lengan kiri bagian dalam berbentuk
tidak teratur, warna merah kemerahan, dengan panjang tiga belas sentimeter,
dengan lebar enam sentimeter, berbatas tidak tegas---------------------------------
kiri bawah : luka memar pada ujung kelingking kiri. Terdapat dua buah luka
terbuka pada jari manis tangan kiri. Luka pertama dengan panjang satu
sentimeter, lebar nol koma dua sentimeter. Luka kedua dengan panjang nol
koma lima snetimeter lebar nol koma dua sentimeter. Terdapat derik tulang
pada pergelangan tangan kiri------------------------------------------------------------
Anggota gerak bawah : terdapat luka memar pada tungkai atas kaki kanan
bagian luar, panjang sembilan sentimeter, lebar dua belas sentimeter, bentuk
tidak teratur--------------------------------------------------------------------------------
2. Bagian Tubuh tertentu :-------------------------------------------------------------------------------
19
a) Mata :-------------------------------------------------------------------------------------------------
Alis mata: hitam, tipis----------------------------------------------------------------------------
Bulu mata: hitam. lurus--------------------------------------------------------------------------
Kelopak mata: tidak dinilai ----------------------------------------------------------------------
Selaput kelopak mata: tidak dinilai -------------------------------------------------------------
Selaput biji mata: putih --------------------------------------------------------------------------
Selaput bening mata: keruh ----------------------------------------------------------------------
Pupil mata: tidak dinilai --------------------------------------------------------------------------
Pelangi mata : tidak dinilai--------------------------------------------------------------------
b) Hidung :---------------------------------------------------------------------------------------------
-
Bentuk hidung : tidak ada kelainan.------------------------------------------------------------
Permukaan kulit hidung : tidak ada kelainan.--------------------------------------------------
Lubang Hidung : tidak ada kelainan.------------------------------------------------------------
c) Telinga :---------------------------------------------------------------------------------------------
Bentuk telinga : tidak ada kelainan -------------------------------------------------------------
Permukaan daun telinga : tidak ada kelainan -------------------------------------------------
Lubang telinga : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------
d) Mulut :-----------------------------------------------------------------------------------------------
Bibir atas : tidak ada kelainan--------------------------------------------------------------------
Bibir bawah : tidak ada kelainan ----------------------------------------------------------------
Selaput lendir mulut : tidak ada kelainan ------------------------------------------------------
Lidah : tidak ada kelainan -----------------------------------------------------------------------
Gigi – geligi : tidak ada kelainan ---------------------------------------------------------------
Langit – langit mulut : tidak ada kelainan.-----------------------------------------------------
e) Alat kelamin :
perempuan--------------------------------------------------------------------------
Bibir kemaluan: tidak dinilai -------------------------------------------------------------------- Kelentit : tidak dinilai ---------------------------------------------------------------------------- Selaput dara: tidak dinilai ------------------------------------------------------------------------ Rambut kelamin : distribusi merata-------------------------------------------------------------
3. Tulang - Tulang :---------------------------------------------------------------------------------------
Tulang tengkorak : tidak ada kelainan---------------------------------------------------------
Tulang belakang : tidak ada kelainan ----------------------------------------------------------
20
Tulang-tulang dada : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------
Tulang-tulang punggung : tidak ada kelainan.-----------------------------------------------
Tulang-tulang panggul : tidak ada kelainan.-------------------------------------------------
Tulang anggota gerak : tidak ada kelainan.--------------------------------------------------
D. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN DALAM
1. Rongga kepala------------------------------------------------------------------------------------
o Kulit kepala : resapan darah hampir diseluruh permukaan dalam---------------------
o Otak : resapan darah pada selaput otak panjang sebelas sentimeter dengan lebar
empat sentimeter -----------------------------------------------------------------------------
2. Leher bagian dalam Kulit di bagian dalam: tidak ada kelainan------------------------------------------------
Otot leher: tidak ada
kelainan---------------------------------------------------------------
Lidah: tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------------
Kerongkongan: tidak ada kelainan---------------------------------------------------------
Tenggorok: tidak ada kelainan -------------------------------------------------------------
Tulang rawan
- Tulang rawan gondok: tidak ada kelainan--------------------------------------------
- Tulang rawan cincin: tidak ada kelainan---------------------------------------------
- Tulang rawan pangkal lidah : tidak ada kelainan ----------------------------------
3. Rongga Dada
Tulang tulang dada: tidak ada kelainan--------------------------------------------------
Otot-otot dada: tidak ada kelainan--------------------------------------------------------
Rongga:
- Kantung jantung : tidak ada
kelainan-------------------------------------------------
- Jantung : Jantung berwarna kecokelatan, panjang tiga belas sentimeter, lebar
enam belas sentimeter dengan tinggi tiga sentimeter. Lingkar katup bilik
serambi kanan sembilan sentimeter, lingkar katup serambi bilik kiri sembilan
sentimeter, lingkar pembuluh nadi yang menuju seluruh tubuh sembilan
sentimeter -------------------------------------------------------------------------------
- Paru :
21
Paru kiri terdapat perlengketan dengan rongga dada. Panjang dua puluh
sentimeter, lebar tiga belas sentimeter dengan tinggi tiga sentimeter.
Berisi buih darah--------------------------------------------------------------------
Paru kanan panjang dua puluh dua sentimeter, lebar enam belas
sentimeter dengan tinggi dua koma lima senti meter. Berisi buih darah-----
4. Rongga Perut Kulit bagian dalam : tidak ada kelainan---------------------------------------------------
Tirai usus : Menutup sebagian besar usus, tidak ada perlengketan -------------------
Rongga perut : tidak ada kelainan---------------------------------------------------------
Pembuluh nadi utama perut : tidak ada
kelainan-----------------------------------------
Hati berwarna merah kecoklatan, permukaan licin, perabaan kenyal. Ukuran
panjang dua puluh delapan sentimeter, lebar lima belas sentimeter, tinggi enam
sentimeter----------------------------------------------------------------------------------
Lambung : tidak ada kelainan--------------------------------------------------------------
Limpa : tampak mengisut, warna ungu kehitaman, perabaan kenyal, ukuran
panjang tiga belas sentimeter, lebar delapan sentimeter, tinggi satu sentimeter ----
Ginjal kanan : terdapat kerusakan pada kaliks ginjal, ukuran panjang dua belas
sentimeter, lebar enam sentimeter, tinggi tiga sentimeter------------------------------
Ginjal kiri : terdapat kerusakan pada kaliks ginjal, ukuran panjang tiga belas
sentimeter, lebar tujuh sentimeter, tinggi dua sentimeter------------------------------
5. Rongga Panggul
Kandung kemih : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------
Rahim : tidak ada kelainan------------------------------------------------------------------
KESIMPULAN :------------------------------------------------------------------------------------------Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dari pemeriksaan atas jenazah tersebut maka saya
simpulkan bahwa jenazah adalah seorang perempuan, umur antara enam puluh tahun sampai
tujuh puluh tahun, kesan gizi cukup, pada pemeriksaan luar didapatkan empat buah luka
tumpul di kepala, luka memar pada bahu kanan sampai dengan kiri, luka lecet pada anggota
gerak kanan atas, luka memar pada anggota gerak kiri atas, luka memar pada ujung
kelingking kiri, dua buah luka terbuka pada jari manis tangan kiri, dan terdapat derik tulang
pada pergelangan tangan kiri. Dari pemeriksaan dalam resapan darah hampir diseluruh
22
permukaan dalam oleh kekerasan benda tumpul. Sebab kematian adalah trauma tumpul
dibagian kepala yang mengakibatkan perdarahan luar dan dalam-----------------------------------
PENUTUP:-------------------------------------------------------------------------------------------------
Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat
sumpah sewaktu menerima jabatan sebagai dokter-------------------------------------------------
Semarang, 15 Februari 2016
Dokter yang memeriksa,
dr. Istiqomah, Sp. KF
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil anamnesis yang telah dilakuan identitas pasien seorang laki-laki S berumur
30 tahun, telah mengalami penganiayaan yang dilakukan oleh pelaku yang memiliki hutang
dengan pasien. Pelaku lebih dari 1 orang melakukan penganiayaan dengan menggunakan
tangan, balok kayu, dan bambu kepada pasien saat pasien hendak menagih hutang kepada
pelaku di rumah pelaku.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tingkat kesadaran penuh dan keadaan umum baik,
didapatkan tanda-tanda kekerasan berupa luka memar dan lecet. Luka memar ditemukan di
bagian wajah dan bahu dengan ciri-ciri bentuk tidak teratur, batas tidak tegas dan warna
kemerahan, sedangkan luka lecet ditemukan pada bahu dan punggung dengan ciri batas tidak
tegas, permukaan kulit ditutupi oleh darah yang mengering berwarna merah kecoklatan.
Kedua luka tersebut kemungkinan diakibatkan kekerasan benda tumpul, karena ciri-ciri
bentuk luka akibat benda tumpul secara umum sama dengan luka pada pasien yaitu bentuk
luka yang tidak teratur, batas luka yang tidak tegas dan tepi luka yang tidak rata. Pasien
masih bisa melaksanakan pekerjaaannya dan luka pada pasien dapat sembuh sempurna tanpa
meninggalkan cacat.
24
BAB V
KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa seorang laki-laki S, umur
tiga puluh tahun, sadar penuh, keadaan umum baik, ditemukan luka memar dan luka lecet di
wajah, bahu dan punggung akibat kekerasan benda tumpul yang tidak menimbulkan halangan
dalam pekerjaannya sebagai pegawai swasta dan luka dapat sembuh sempurna tanpa
meninggalkan bekas.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan Pertama semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2000.
2. Anonim; http//www.traumatologi.webs.com
3. Apuranto Hariadi. Luka Akibat Benda Tumpul. Diunduh
dari http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/…/LUKA%20TUMPUL.pdf
4. Traumatologi Forensik. Diunduh
dari http://www.freewebs.com/traumatologie2/index.htm
5. Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. FK-UI.
Jakarta. 1997.
6. Anonim;http://blogkputih.blogspot.com/2012/01/jenis-jenis-luka-luka-rusaknya-
jaringan.html
7. Anonim; http://karikaturijo.blogspot.com/2010/06/diskripsi-luka-forensik.htmlDikutip
dari: www.fk.uwks.ac.id
8. Mansjoer A, dkk. Traumatologi. Dalam Kapita Selekta Kedokteran , ed 3. Jilid kedua.
Media Aeskulapius. FK-UI.2000
9. Amir A. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik, ed 2. Bagian Ilmu kedokteran
Forensik dan Medikolegal FK-USU. Medan. 2007.
10. Dahlan, Sofwan. Pembuatan Visum et Repertum. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, 2008.
26