laporan 2.3
DESCRIPTION
fgdfhsTRANSCRIPT
MODUL NYERI SENDI
Tutorial ke-2
Laporan Sub Modul 2
KELOMPOK 7
Syaeful Firdaus 2011730107
Ikrom Mullah 2011730041
Annisa Tri Handayani 2011730010
Nindhita Ayu Andhini 2011730075
Nabilla Syafrilia 2011730070
Dita Kunti Heru putri 2011730025
Risa Maulida 2011730094
Rani Anggraini 2011730085
Suci Sukmawati 2011730105
Tutor : dr.Syafredi
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya pada
kelompok VII sehingga dapat menyelesaikan laporan PBL (Program Based Learning) sistem
Muskuloskeletal ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Laporan ini penulis buat dengan tujuan memenuhi tugas dan untuk meningkatkan
pemahaman mahasiswa tentang nyeri sendi pada manusia yang akan dipelajari dalam sistem
Muskuloskeletal nantinya.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan laporan ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
saran dan kritikan yang destruktif untuk perbaikan laporan ini.
Terimakasih penulis ucapkan kepada tutor kelompok VII dr. Syafredi yang telah
membantu dalam kelancaran pembuatan laporan ini. Terimakasih juga pada semua pihak yang
telah membantu dalam tahap pengumpulan data, pengolahan data, analisis data hingga
mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat kepada kelompok VII pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Jakarta, Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR…...………………………………………………………………………..1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………….…………2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………..4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….……...…...4
1.2Tujuan Pembelajaran……...……………………………………………………………………….4
BAB II ANALISA MASALAH……………………………………………………………………………………….6
2.1 Skenario……………………………………………………………………………………….6
2.2 Klarifikasi Kata Sulit………………………………………………………………………….6
2.3 Klarifikasi Kata Kunci………………………………………………………………………...7
2.4 Identifikasi Masalah dengan Rumusan Pertanyaan…………………………………………...7
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………………………….9
3.1 penjelasan mekanisme nyeri sendi……………..…………….………………………………..9
3.2 sendi apa saja yang sering dijumpai pada nyeri sendi………………………...……………..11
3.3 Faktor umum dan factor lain apa saja pada nyeri sendi….………..………………………...13
3.4 Penanganan dan terapi bagi penderita nyeri sendi……………………………...……………14
3.5 Apa hubungan kencing manis dengan nyeri sendi……………..…………………………….21
3.6 Penjelasan komplikasi pada Osteoartritis………...………………………………...………..24
3.7 Jenis-jenis pemeriksaan pada nyeri sendi…………..……………………………………......29
3.8 menjelaskan diagnosis banding OA, AR dan Artritis gout…………..………...……………29
3.9 Menjelaskan prognosa pada nyeri sendi……………………………………………………..36
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………………..40
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………..40
4.2 Saran………………………………………………………………………………………....40
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………41
REFLEKSI………………………………………………………………...………………….….42
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada sub modul 1 kita sudah mempelajari apa itu sistem alat gerak tubuh, serta tulang sendi
dan otot apa saja yang dilakukan pada aktivitas tertentu. Tetapi pada sub modul 2 ini, kita
mempelajari tentang nyeri sendi, nyeri sendi bisa terjadi pada pada penyakit Osteoartritis,
artritis rheumatoid, dan artritis gout. Di antara setiap penyakit tersebut, nyeri sendi bisa
ditemukan dengan gejala dan tanda tanda yang berbeda. Ada yang berupa hambatan gerakan,
kaku pada pagi hari, serta adanya bengkak.
1.2 Tujuan Pembelajaran
1) Menjelaskan mekanisme nyeri akibat inflamasi(peradangan)
2) Menjelaskan mekanisme nyeri akibat gangguan mekanik
3) Mengetahui sendi-sendi yang sering mengenai artritis gout, osteoarthritis, dan
artritis rheumatoid.
4) Menggambarkan kelainan-kelainan sendi akibat karena inflamasi dan gangguan
mekanik
5) Menyebutkan jenis-jenis pemeriksaan yang diperlukan untuk mengarahkan
diagnosis penyakit ini
6) Memberikan terapi yang sesuai dengan penyakitnya
7) Menyebutkan komplikasi penyakit
8) Menyebutkan diagnosis banding dari artritis gout, osteoarthritis, dan artritis
rheumatoid.
9) Menyebutkan tindakan promotif, preventif, dan rehabilitative pada penyakit
dengan nyeri sendi
10) Menentukan prognosa pada penyakit nyeri sendi
BAB II
Analisa Masalah
2.1 Skenario
Seorang wanita umur 55 tahun, Ibu Rumah Tangga, mengeluh nyeri kedua lutut
dialami penderita sejak 4 bulan terakhir ini, terutama saat berjalan, mengaku
kesulitan bila naik turun tangga terutama bila ingin turun. Kaku pagi hari(+),
berlangsung sekitar 10-15 menit . Bengkak kedua lutut, namun tidak ada tanda-
tanda kemerahan. Nyeri pada jari-jari tangan(-), tidak bersifat simetris. Penderita
juga menderita kencing manis, berat badan 67 kg, dengan tinggi badan 155cm.
2.2 Klarifikasi Kata sulit
Tidak ada
2.3 Klarifikasi Kata kunci
1) Nyeri Kedua lutut 4 bulan
2) Wanita 55 tahun
3) Kaku pada pagi hari 10-15 menit
4) Bengkak kedua lutut
5) Tidak bersifat simetris
6) Kesulitan bila naik turun tangga
7) Penderita juga menderita kencing manis
8) BB=67 kg, TB=155 cm
9) Tanda kemerahan (-)
10) Nyeri pada jari-jari tangan (-)
2.4 Identifikasi masalah dengan rumusan pertanyaan
1. Bagaimana mekanisme nyeri sendi akibat inflamasi, serta jelaskan perbedaan
mekanisme nyeri sendi akibat inflamasi dengan gangguan mekanik?
2. Sendi apa saja yang sering dijumpai pada sakit nyeri sendi?
3. Sebutkan dan jelaskan factor umum yang berpengaruh pada nyeri sendi? Serta
factor apalagi yang menyebabkan nyeri sendi?
4. Penanganan apa saja dan terapi apa yang harus diberikan pada nyeri sendi?
5. Apakah ada hubungannya kencing manis dengan obesitas terhadap nyeri sendi?
Jelaskan !
6. Sebutkan dan jelaskan komplikasi dari Osteoartritis?
7. Sebutkan jenis-jenis pemeriksaan yang diperlukan untuk mendiagnosis penyakit
ini?
8. Sebutkan diagnosis banding dari Osteoartritis, Artritis rheumatoid, dan Artritis
gout?
9. Tentukan prognosa pada penyakit nyeri sendi?
BAB III
3.1 Pembahasan
1) Mekanisme nyeri sendi
Berdasarkan mekanismenya nyeri dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Nyeri fisiologis
2. Nyeri neuropatik
3. Nyeri inflamasi (nosiseptif )
Nyeri Inflamasi (nosisetif) adalah suatu nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan
jaringan atau proses inflamasi.
MEKANISME NYERI INFLAMASI.
Pada proses inflamasi, misalnya pada artritis, proses nyeri terjadi karena
stimulus nosiseptor akibat pembebasan semagai mediator biokimiawi selama proses
inflamasi terjadi. Inflamasi terjadi akibat rangkaian reaksi imunologik yang di mulai
adanya anti gen yang kemudian di proses oleh anti gen presting cells (APC) yang
kemudian akan di sekresikan ke permukaan sel determinan HLA yang di kuasai. Anti
gen yang di ekspresikan tersebut akan di ikat oleh sel T melalui reseptor sel T pads
permukaan sel T membentuk kompleks trimolekuler. Kompleks trimolekuler tersebut
akan mencetuskan rangkaian reaksi imunologik dengan melepaskan sitokin (IL-1, IL -2)
sehingga terjadi aktifasi, mitosis dan poliferasi sel T tersebut. Sel T yang teraktifasi juga
akan menghasilkan berbagai limfokin dan mediator inflamasi yang bekerja merangsang
makrofag untuk meningkatkan aktivitas fagositosisnya dan merangsang poliferasi dan
aktivasi sel B untuk membentuk anti bodi.
Setelah berkaitan dengan anti gen, antibody yang di hasilkan akan membentuk
kompleks imun yang akan menendap pada organ target dan mengaktifkan sel radang
untuk melakukan fagositosis yang di ikuti oleh pembebasan metabolit asam arakidonat,
radikal oksigen bebas, enzim protease yang pada akhirnya akan menyebabkan
kerusakan organ target tersebut.
Kompleks imun juga dapat mengaktivasi system komplemen dan membebaskan
komponen aktif seperti c3a dan c5a yang merangsang sel mast dan trombosit untuk
membebaskan amina vaasoaktif sehingga timbul vasodilatasi dan peningkatkan
permeabilitas vascular. Selain itu komponen-komponen C5a juga mempunyai efek
kemotaktik sehingga sel-sel polimorfonuklear dan mononuclear akan berdatangan ke
daerah inflamasi.
Sejak tahun 1971, telah di ketahui bahwa produk jalur sikloogenase (COX)
metabolisme asam arakidonat mempunyai peranan besar pada proses inflamasi.
Terdapat dua isoform jalur COX yang di sebut COX-1 dan COX-2. Jalur COX-1
mempunyai fungsi fsiologis yang aktifasinya akan membebaskan eikosanoid yang
terlibat dalam proses fisiologis seperti postaksiklin, tromboksan A2 dan prostaglandin-
E2 (PGE2) sebaliknya jalur COX-2 akan menghasilkan prostaglandin poinnflamatif yang
akan bekerjasama dengan berbagai enzim protease dan mediator inflamasi lainnya
dalam proses inflamasi.
Dalam proses inflamasi, berbagai jenis prostaglandin PGE-1, PGE-2, PGI-1,
PGD-2 dan PGA-2, dapat menimbulkan vasodilatasi dan demam. Di antara berbagai
jenis prostaglandin tersebut, PGI-2 merupakan vasodilator terkuat.
Peranan prostaglandin dalam nyeri inflamasi ternyata lebih kompleks. Pemberian PGE
pada binatang percobaan tidak terbukti dapat memprovokasi nyeri secara langsung,
tetapi harus ada kerja sama sinergistik dengan mediator inflamasi yang lain seperti
histamine dan bradikinin.
Selain itu terdapat bukti yang kuat bahwa prostaglandin dapat menimbulkan
kerusakan jaringan secara langsung. Sebagian kerusakan jaringan pada proses
inflamasi di sebabkan oleh radikal hidroksil bebas yang terbentuk selama konversi
enzimatik dari PPG2 menjadi PGH2 atau pada proses fagositosis.
Pada proses inflamasi terjadi interaksi 4 sistem yaitu : system pembekuan darah,
system kinin, system fibrinolysis, dan system komplemen., yang membebaskan
berbagai protein inflamatif baik amin vasoaktif maupun zat kemotaktik yang menarik
lebih banyak sel radang ke daerah inflamasi.
Pada proses fagositosis oleh sel poliimorfonuklear, terjadi peningkatan
mengosumsi O2 dan produksi radikal oksigen bebas seperti anion superoksida(O2-)
dan hydrogen peroksida (H2O2). Kedua radikal bebas ini akan membentuk radikal
hidroksil reaktif yang dapat menyebabkan depolimerisasi hialuronat sehingga dapat
merusak rawan sendi dan menurunkan viskositas carian sendi.
Mekanisme mekanik
Proses nyeri dimulai saat stimulasi nosiseptor oleh stimulus noxious (nyeri), sampai
terjadinya pengalaman subyektif nyeri, adalah suatu seri kejadian elektrik dan kimia.
Selama proses tersebut terdapat 4 proses:
Transduksi : persepsi yang yang disebabkan oleh rangsangan
Transmisi : untuk menerima dan menyalurkan yang dapat membedakan antara rangsangan nyeri (noxius) dan rangsangan lain (non-noxius)
Modulasi :
Persepsi
2) Sendi apa saja yang sering dijumpai pada sakit nyeri sendi?
Sendi-sendi yang terlibat biasanya adalah sendi yang sering digunakan untuk beraktivitas atau menanggung beban yang berat.
Pada kasus ini yaitu osteoarthritis, sendi yang terlibat bisa simetris ataupun asimetris yaitu:
Vertebrae (tulang belakang)
Sendi interfalang distal
Carpometacarpal
Metatarsophalangeal I
Sendi apofiseal
Lutut (patella)
Paha/ pangkal paha
Gambaran osteoarthritis yang khas adalah lebih seringnya keterlibatan sendi falang distal dan proksimal,
sedangkan sendimetacarpophalangeal biasanya tidak terserang
3) Penyebab Nyeri Sendi
Bagi anda yang mau menghindari nyeri sendi, anda harus tahu penyebab nyeri sendi itu sendiri. Untuk mengetahui penyebab dan faktor seseorang menderita nyeri sendi silakan baca aretikel di bawah. Tapi bila anda ingin mengetahui Obat alternatif nyeri sendi silakan klik DISINI.
Faktor penyebab nyeri sendi diantaranya:
Wanita berusia lebih dari 45 tahun Kelebihan berat badan
Aktivitas fisik yang berlebihan, seperti para olahragawan dan pekerja kasar
Menderita kelemahan otot paha
Pernah mengalami patah tulang disekitar sendi yang tidak mendapatkan perawatan yang tepat
Selain dari faktor di atas ada juga penyebab lain yang bukan termasuk penyebab nyeri sendi karena aktivitas, diantaranya:
1. Penyakit rematik (rheumatoid arthritis)
Rematik adalah penyebab paling umum nyeri sendi kronis. Berlawanan dengan pendapat umum, rematik bukanlah penyakit khas usia tua. Orang muda juga dapat terkena rematik. Rheumatoid arthritis disebabkan oleh kerusakan sistem autoimun sehingga tubuh menghasilkan zat yang menyebabkan peradangan, terutama pada sendi. Bagian tubuh favorit yang diserang adalah sendi jari tangan dan kaki dan tulang belakang. Serangan rematik membuat peradangan dan pembengkakan selaput sendi dan secara bertahap menghancurkan kapsul sendi, dan kemudian tendon. Konsekuensi pada akhirnya adalah deformasi tulang dan pembatasan gerakan.
2. Osteoartritis
Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif (umumnya menyerang mereka yang berusia di atas 45 tahun). Pada osteoarthritis, sendi mengalami nyeri namun tidak diawali dengan peradangan. Rasa nyeri biasanya terasa bila mengangkat beban dan pada awal gerakan dari posisi istirahat. Penyebabnya karena penuaan dan penggunaan terus-menerus. Tulang rawan yang menutupi tulang artikular menjadi aus oleh gesekan secara bertahap. Risiko terutama pada pinggul, lutut, tangan, kaki, dan tulang belakang.
3. Ankylosing spondylitis
Ankylosing spondylitis adalah salah satu bentuk artritis lainnya. Kondisi ini terutama menyebabkan nyeri dan peradangan sendi tulang belakang dan panggul, walaupun sendi lainnya dapat terlibat juga. Gejala dirasakan selama waktu tidur, setelah bangun tidur atau setelah interval tidak aktif. Pada kasus yang parah, ankylosing spondylitis dapat menyebabkan fusi tulang belakang sehingga menyebabkan membungkuk, yang dikenal sebagai kyphosis.
Keparahan bervariasi dan tidak semua penderita mengalami fusi tulang belakang. Beberapa mungkin hanya mengalami sakit punggung atau pinggul secara sporadis. Seperti halnya rematik, ankylosing spondylitis adalah penyakit autoimun yang menurun.
4. Psoriatik Artritis
Arthritis ini adalah efek samping dari psoriasis. Pembengkakan menyakitkan dapat terjadi pada semua sendi, terutama ruas jari, pergelangan tangan, lutut, tulang selangka, pergelangan kaki dan punggung bawah. Gejala biasanya disertai masalah kulit. Sekitar 30-40% orang dengan gejala psoriasis mengembangkan psoriatik artritis, meskipun sering kali tidak terdiagnosis, terutama jika gejalanya ringan. Psoriatik artritis biasanya terjadi antara usia 30-50 tahun, namun bisa muncul pada usia berapa pun dan memengaruhi baik pria maupun wanita.
5. Gout (asam urat)
Jika rasa sakit tajam berada di sekitar ruas dan pergelangan kaki, penyebabnya mungkin adalah gout. Gout adalah hasil kadar asam urat yang tinggi dalam darah. Rasa sakit sendi disertai bengkak, kemerahan, dan hangat.
Selain kelima kondisi di atas, penyakit lupus dan penyakit infeksi seperti demam rematik, gondongan, cacar air, hepatitis, dan influenza juga dapat menyebabkan nyeri persendian.
Dengan bertambahnya usia, lapisan pelindung sendi akan semakin menipis dan minyak pelumas sendi akan semakin mengental. Akibatnya sendi pun menjadi kaku dan nyeri saat digerakkan. Selain itu, berat badan yang berlebih cenderung merubah metabolisme tubuh dan memberikan beban yang berlebih pada sendi yang dapat menyebabkan rematik. Tidak hanya itu, pola makan yang tidak sehat juga berhubungan dengan rematik. Makanan yang mengandung lemak hewani di dalam jumlah tinggi akan diubah tubuh menjadi zat ”eicosanoid”, suatu zat yang dapat menyebabkan radang pada persendian.
4) Penanganan yang dapat dilakukan pada nyeri sendi OA :
TERAPI NON – FARMAKOLOGIS
Penerangan
Maksud dari penerangan adalah agar pasien mengetahui sedikit seluk – beluk tentang
penyakitnya, bagaimana menjaga agar penyakitnya tidak bertambah parah serta
persendiannya tetap dapat dipakai.
Terapi Fisik dan Rehabilitas
Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dipakai dan melatih pasien untuk
melindungi sendi yang sakit.
Penurunan Berat Badan ( BB )
Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan faktor yang akan memperberat penyakit
OA, oleh karenanya berat badan harus selalu dijaga agar tidak berlebihan. Apabila berat
badan berlebihan, bila mungkin mendekati berat badan ideal.
TERAPI FARMAKOLOGIS
Analgesik Oral Non Opiat
Pada umumnya pasien telah mencoba untuk mengobati sendiri penyakitnya, terutama
dalam hal mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Banyak sekali obat- obatan yang
dijual bebas yang mampu mengurangi rasa sakit. Pada umumnya pasien mengetahui hal
ini dari iklan pada media massa, baik cetak ( koran ), radio maupun televisi.
Analgesik Topikal
Analgesik topikal dengan mudah dapat kita dapatkan dipasaran dan banyak sekali yang
dijual bebas. Pada umumnya pasien telah mencoba terapi dengan cara ini, sebelum
memakai obat – obatan lainnya.
Obat Anti Inflamasi Non Steroid ( OAINS)
Apabila dengan cara-cara tersebut diatas tidak berhasil, pada umumnya pasien mulai
datang ke dokter. Dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk pemberian OAINS, oleh
karena itu menggunakan cara ini, yaitu dengan menggunakan obat golongan ini disamping
mempunyai efek analgetik dan efek anti inflamasi. Oleh karena itu pasien OA kebanyakan
usia lanjut, maka pemberian obat- obatan jenis ini harus sangat berhati- hati. Jadi pilihlah
obat yang efek sampingnya minimal dan dengan cara pemakaian yang sederhana,
disamping itu pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya efek samping selalu harus
dilakukan.
Chondroproctective Agent
Yang dimaksud dengan chondroprotective agent adalah obat- obatan yang dapat menjaga
atau merangsang perbaikan (repair) tulang rawan sendi pada pasien OA.
Sebagian peneliti menggolongkan obat- obatan tersebut dalam Slow Acting Anti
Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs
(DMAODs). Sampai saat ini yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah :
tetrasiklin
asam hialuronat
kondroitin sulfat
glikosaminoglikan
vitsmin- C
superoxide desmutase, etc
Terapi Bedah
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa
sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang
mengganggu aktivitas sehari- hari.
5) Kebanyakan kasus-kasus dari osteoarthritis mempunyai penyebab yang tidak diketahui dan dirujuk sebagai osteoarthritis primer. Ketika penyebab dari osteoarthritis diketahui, kondisinya dirujuk sebagai osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis adakalanya disingkat sebagai OA.
Osteoarthitis Primer , terjadi pada golongan usia lanjut sebagai bagian dari proses penuaan, biasanya muncul diatas usia 50 tahun, dan akan semakin parah pada usia 60 tahun keatas. Kerusakan atau penipisan sendi tersebut diakibatkan terjadi penurunan kadar Glukosamin dan kondroitin pada bagian tulang rawan, sehingga tulang rawan sendi yang semula kenyal / elastis menjadi kaku dan keras.
Osteoarthritis Sekunder , terjadi pada kelompok usia muda disebabkan:
1. Cedera, kerusakan diakibatkan pembebanan yang berat pada bagian persendian, biasanya disebabkan olahraga atau kerja berlebih.
2. Faktor genetik, ada kelainan pada persendian bawaan sejak lahir.3. Asam urat , penyakit ini akan memicu terjadi nya osteoarthritis bila tidak disembuhkan
sampai tuntas atau tidak mendapatkan terapi dengan benar.4. trauma atau operasi yang berulangkali pada struktur-struktur sendi5. Obesitas (kegemukan)
Kegemukan menyebabkan osteoarthritis dengan meningkatkan tekanan mekanik pada cartilage. Nyatanya, setelah penuaan, kegemukan adalah faktor risiko yang paling kuat untuk osteoarthritis dari lutut-lutut. Gangguan-gangguan hormon, seperti diabetes dan penyakit-penyakit hormon pertumbuhan, juga berhubungan dengan pengikisan cartilage yang dini dan osteoarthritis sekunder.Telah diketahui bahwa diabetes memperburuk kondisi tersebut, kemungkinan besar sebagai akibat dari obesitas atau ditambahkan berat pada sendi tubuh. Tes berulang menunjukkan kaitan antara kelebihan berat badan dengan diabetes dan mengalami osteoarthritis.
6. Kelainan endokrin disebabkan adanya penyakit diabetes mellitus .Endokrin: Orang dengan diabetes mungkin cenderung osteoarthritis. Penyakit kencing manis pada umumnya diakibatkan oleh konsumsi makanan yang tidak terkontrol atau sebagai efek samping dari pemakaian obat-obat tertentu. Penyebab Diabetes Tipe 2Diabetes tipe 2 terjadi hanya pada orang dewasa, karena merekalah yang umumnya mengalami obesitas. Apa kaitan obesitas dan diabetes? Penderita diabetes tipe 2 mampu menghasilkan insulin, namun jumlah insulin ini tak mecukupi karena ada komplikasi-komplikasi yang disebabkan oleh obesitas, misalnya tingginya kadar lemak darah, baik kadar kolesterol maupun trigliserida. Kondisi inilah yang dinamakan resistensi insulin.Pankreas mampu memproduksi insulin, tapi sel tubuh tak bisa menyerap gula darah yang dibutuhkan. Oleh karena itu, terjadilah poliuri (sering buang air kecil dalam volume banyak), polidipsi (sering merasa haus), dan polifagi (sering merasa lemas).
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu merusak toleransi glukosa.Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak.Berikut ini faktor yang dapat menyebabkan seseorang beresiko terkena diabetes:a) Faktor keturunanb) Kegemikan / obesitas biasanya terjadi pada usia 40 tahunc) Tekanan darah tinggid) Angka triglyceride (salah satu jenis molekul lemak) yang tinggie) Level kolesterol yg tinggif) Gaya hidup modern yg cenderung mengkonsumsi makanan instang) Merokok dan stressh) Terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrati) Kerusakan pada sel pancreas.
Masalah endokrin lainnya juga dapat mengakibatkan hal itu, termasuk acromegaly, hipotiroidisme, hiperparatiroidisme, dan obesitas.
Perkembangan yang dini dari osteoarthritis dari lutut-lutut diantara atlet-atlet angkat besi dipercayai adalah sebagaian disebabkan oleh berat badan mereka yang tinggi. Tauma yang berulangkali pada jaringan-jaringan sendi (ligamen-ligamen, tulang-tulang, dan cartilage) dipercayai menjurus pada osteoarthritis dini dari lutut-lutut pada pemain-pemain bola. Dengan menarik, studi-studi baru-baru ini telah tidak menemukan risiko osteoarthritis yang meningkat pada pelari-pelari jarak jauh.
Endapan-endapan kristal pada cartilage dapat menyebabkan degenerasi cartilage dan osteoarthritis. Kristal-kristal asam urat menyebabkan arthritis pada gout, sementara kristal-kristal calcium pyrophosphate menyebabkan arthritis pada pseudogout.
Beberapa orang-orang dilahirkan dengan sendi-sendi yang terbentuk abnormal (kelainan-kelainan congenital) yang rentan terhadap pemakaian/pengikisan mekanik, menyebabkan degenerasi dan kehilangan cartilage (tulang rawan) sendi yang dini. Osteoarthritis dari sendi-sendi pinggul umumnya dihubungkan pada kelainan-kelainan struktural dari sendi-sendi ini yang telah hadir sejak lahir
6) KOMPLIKASI OSTEOARTRITIS.
Penurunan fungsi tulang akan terus berlangsung beberapa pemderita akan mengalami
penurunan secara terus menerus ( secara signifikan ). Beberapa penderita kan berujung kepada
kemampuan berdiri/berjalan.
Jika engsel suda parah, maka biasa nya dokter akan menyarankan pergantian dengan
pembedahan
7) Sebutkan jenis-jenis pemeriksaan yang diperlukan untuk mendiagnosis penyakit tersebut?
I. Pemeriksaan Fisis1. Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada osteoarthritis yang masih dini (secara radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai sendi hanya bias digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat konsentris ( seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan).
2. KrepitasiGejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis osteoarthritis. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai jarak tertentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau secara pasif di manipulasi.
3. Pembengkakan sendi yang seringkali asimetrisPembengkakan sendi pada osteoarthritis dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya tak banyak (<100cc). Sebab lain ialah karena adanya osteofit, yang dapat mengubah permukaan sendi.
4. Tanda-tanda peradanganTanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada osteoarthritis karena
adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tak menonjol dan timbul belakangan, seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki dan sendi-sendi keciltangan dan kaki.
5. Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang permanenPerubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi.
6. Perubahan gaya berjalanKeadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan. Terutama dijumpai pada osteoarthritis lutut, sendi paha dan osteoarthritis tulang belakang dengan stenosis spinal. Pada sendi-sendi lain, seperti tangan bahu, siku dan pergelangan tangan, osteoarthritis juga menimbulkan gangguan fungsi.
II. Pemeriksaan DiagnostikDiagnosis osteoarthritis biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografis.
1. Radiografis sendi yang terkenaPada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena osteoarthritis sudah cukup memberikan gambaran diagnostik yang lebih canggih.Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis osteoarthritis ialah:
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban).
Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral. Osteofit pada pinggir sendi. Perubahan struktur anatomi sendi.
III. Pemeriksaan LaboratoriumOsteoartritis adalah gangguan artritis local, sehingga tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk menegakkan diagnosis. Uji laboratorium adakalanya dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk artritis lainnya. Faktor rematoid bias ditemukan dalam serum, karena factor ini meningkat secara normal pada peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit mungkin akan sedikit meningkat apabila ada sinovitis yang luas.Hasil pemeriksaan laboratorium pada osteoarthritis biasanya tak banyak berguna. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal, kecuali osteoarthritis generalisata yang harus dibedakan dengan artritis peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA, factor rheumatoid dan komplemen) juga normal. Pada osteoartritis yang disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m) dan peningkatan protein.
8) OA (osteoarthritis)1. Definisi : Penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerusakan
kartilago sendi Penyakit tulang degenerative yang di tandai oleh pengeroposan
kartilago articular (sendi)
2. Sendi yang terganggu : Vertebra Panggul Lutut Carpometacarpal I Metatarsophalangeal I Sendi apofiseal
3. Jenis Inflamasi :Inflamasi secara mekanik karena menyebabkan perubahan-perubahan biomekanik dan biokimia didalam sendi
4. Kronik/akut :Kronik
5. Penyebab :Berdasarkan penelitian
Reaksi allergen Infeksi Faktor keturunan (genetic)
Faktor penyebab lain Umur – factor ketuaan Jenis kelamin – wanita usia > 45 tahun Obesitas Penyakit metabolic Kelainan pertumbuhan
6. Gejala : Nyeri saat melakukan aktifitas Inflamasi Metabolic Pertumbuhan Imobilitas (tidak bisa di gerakkan)
A. AG (Artritis Gout)
1.Definisi : Gangguan metabolic ditandai meningkatnya asam urat Suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan
berulang dari atritis yang sangat nyeri karena adanya endapan Kristal monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat didalam darah
2. Sendi yang terganggu : Sendi metatarsophalangeal Sendi Lutut
3. Jenis Inflamasi : Inflamasi akibat deposisi Kristal monosodium urat pada jaringan
atau akibat supersturasi asam urat didalam cairan ekstraseluler
4. Kronik/akut : Akut
5. Penyebab Obesitas Hipertensi Hiperlipidemia Diabetes mellitus
6. Gejala
Sendi-sendi yang terserang berwarna lebih merah Bengkak/inflamasi Kulit bagian atas terasa panas Rasa nyeri yang hebat Persendia sulit digerakkan
B. AR (Artritis Reumatoid)
1. Definisi : Penyakit autoimmune (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh
system kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu yang lama pada sendi
2. Sendi yang terganggu : Metacarpophalangeal Proximal interphalangeal Metatarsophalangeal Pergelangan tangan Bahu Lutut Tarsus Siku Vertebra Servikal Panggul Acromioclavicular
3. Jenis inflamasi : Inflamasi sistemik kronik dan progresif
4. Kronik/akut : Kronik
5. Penyebab : Faktor genetic Faktor lingkungan Inflamasi membrane synovial yang membungkus sendi sinovitis Hormon Infeksi (virus dan bakteri )
Jenis kelamin – wanita Usia lanjut Merokok
6. Gejala Demam Nafsu makan menurun Lemah Berat badan menurun Kurang darah/anemia Perubahan kekakuan sendi pada dan sekitar sendi yang berlangsung 30-60
menit di pagi hari Inflamasi dan nyeri pada sendi-sendi
9) Prognosis osteoarthritisHampir semua orang pada usia yang mencapai usia tua atau lanjut memiliki derajat OA.Banyak gejala yang timbul hanya merupakan gejala yang ringan.rasa yang tibul merupkan gejala ketidak nyamanan ringan.
Penggunaan terus menerus persendian yang terkena parah dapat menyebabkan kerusakan progresif dengan nyeri meningkat dan kehilangan fungsi gerak
Tungkai bawah→melanjutkan tuntutan pada sendi yang terkena →prognosis relative buruk.
Osteoarthritis biasanya berjalan lambat .problem utama yang sering dijumpai adalah nyeri apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya ketidakstabilan bila harus menanggung beban terutama pada lutut.masalah ini berarti bahwa orang tersebut harus membiasakan diri dengan cara hidup meliputi perubahan pola makan yang sudah terbentuk seumur hidup dan olah raga,manipulasi obat yang diberikan dan bantuan alat-alat pembantu.
Prognosis atritis gout
Serangan akut gout biasanya akan berlangsung selama 3 sampai 10 hari ("Pertanyaan dan Jawaban Tentang Gout"). Pengobatan harus dimulai segera setelah gejala muncul. Serangan kedua terjadi pada 62% individu dalam waktu 1 tahun setelah serangan awal, pada 78% individu 2 tahun setelah serangan awal, dan pada 93% orang 10 tahun setelah serangan pertama (Miller); Setelah serangan kedua, seumur hidup penggunaan obat untuk meningkatkan ekskresi asam urat dan memblokir produksi asam urat biasanya efektif. Jika tidak diobati, asam urat dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan kerusakan sendi parah yang mungkin membutuhkan bedah rekonstruksi pada sendi yang terpengaruh (s).
Prognosis atritis rheumatoidPrognosisprediktor prognosis buruk Pada stadium dini AR antara lain skor fungsional yang rendah, status sosialekonomi rendah, tingkat endidikan rendah, ada riwayat keluarga menderita AR, melibatkan banyak sendi, nilai CRP(kadar creative protein) atau LED(nilai laju endap darah) tinggi saat permulaan penyakit, RF atau anti-CCP positif, ada perubahan radiologis pada awal penyakit, ada nodul rheumatoid/manifestasi penyakit berat tidak berhasil memnuhi kriteria ACR 20(American college of rheumatology ) walalupun sudah mendapat berbagai macam terapi. Sedangkan penderita dengan penyakit lebih ringan memberikan respon yang baik dengan terapi. Penelitian yang dilakukan oleh Lindqvist dkk pada ppenderita AR yang mulai tahun 1980-an, memperlihatkan tidak adanya peningkatan angka mortalitas pada 8 tahun pertama sampai 13 tahun setelah diagnosis. Rasio keseluruhan penyebab kematian pada penderita AR dibandingkan dengan populasi umum adalah 1,6. Tetapi hasil ini mungkin akan menurun setelah penggunaan jangka panjang DMARD(disease modifying antireumatic drugs) terbaru.
1. Tender joint count (TJC) : penilaian adanya nyeri tekan pada 28 sendi2. Swollen joint count (TJC) : penilaian pembengkakan pada 28 sendi3. Penilaian derajat nyeri oleh pasien : diukur dengan Visual analogue scale (VAS, skala 0-10 cm)4. Patient global assessment of disease activity (PGA) : penilaian umum oleh pasien terhadap
aktivitas penyakit, diukur dengan Visual analogue scale (VAS, skala 0-10 cm)5. Physician global assessment of disease activity (MDGA) penilaian umum oleh dokter terhadap
aktifitas penyakit, diukur dengan Visuak analogue scale (VAS, skala 0-10 cm)6. Penilaian fungsi fisik oleh pasien instrument yang sering digunakan adalah HAQ (Health
assessment Questionnaire) atau M-HAQ (Modified Health assessment Questionnaire)
Nilai acute-phase reactants : yaitu kadar C-creative protein (CRP) atau nilai laju endap darah
BAB IV
4.1 Penutup
Kesimpulan
Dari scenario 1 pada modul nyeri sendi ini dapat kita simpulan kan bahwa penyakit
yang diderita adalah Osteoartritis. Karena pada penderita ditemukan tanda tanda
seperti kaku pada pagi hari, adanya hambatan gerak seperti susah naik turun tangga
an berjalan , serta bengkak pada kedua lutut.
4.2 Saran
Dari PBL yang telah kita lakukan pada hari ini, kami harapkan setiap anak bisa
memahami tentang nyeri sendi. Terutama dapat memahami nyeri sendi dengan
tanda tanda dan gejala pada Osteoartritis, Artritis rheumatoid, dan Artritis Gout.
Selain memahami apa itu nyeri sendi, kita juga harus bisa menegakkan prognosa
dari scenario 1 diatas.
Serta diharapkan dari nyeri sendi pada scenario1 ini, bisa menambahkan kita
pengetahuan yang lebih lagi dan bisa bermanfaat bagi kita.
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Adaptasi_sel
http://ikdu.fk.ui.ac.id
http://askaryunusumi.blogspot.com/2009/05/komunikasi-antar-sel.html
http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0114%20Bio%203-
1c.htm
www.nature.com/horizon/living/frontier/background/diseases.html
http://www.g-excess.com/9889/pengertian-dan-fungsi-sitoskeleton-serta-bagian-bagian-
sitoskeleton/
Stansfield, William D.; Colome, Jaime S; Cano, J Raul;. (1996). Mollecular and cell biology. US
America: McGraw-Hill Companies
Junqueira LC, Carneiro Jose. (2007). Histologi Dasar Teks dan Atlas Edisi 10. EGC;2007
Goodman Steven R. (2008). Medical Cell Biology Edisi ke Tiga: Academic Press
Biokimia kedokteran dasar, hal 136
Pengantar kimia buku panduan mahasiswa kedokteran, hal 12
Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Gross, Trevor dkk. 1995. Introoductory Microbiology. London: Chapmaan & hall University and
Proffesional Dinsion.
Volk, Swisley A & Margareth F Whceler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga. http://www.irwanashari.com/167/hubungan-antara-densitas-massa-tulang-dengan-kejadian-osteoartriitis-dan-pengaruhnya-pada-matriks-ekstraseluler-rawan-sendi.html
REFLEKSI
1. Apa yang telah dicapai oleh kelompok dalam pembahasan submodul tersebut?
Hasil yang kami dapatkan setelah diskusi kelompok yang dilakukan adalah mengetahui
dnyeri sendi pada osteoarthritis.
2. Apa yang belum tercapai oleh kelompok dalam pembahasan submodul tersebut?
Tidak ada. Sesuai koreksi dari tutor kami, Dr. Syafredi . Pembahasan dari sub modul 2
ini, pembahasan kami sudah mencakupi dari sasaran pembelajaran.
3. Sebutkan kekuatan kelompok dalam membahas submodul tersebut?
Semua anggota kelompok bertanggung jawab dengan masing-masing tugasnya dan mau
membantu satu sama lain apabila ada yang kesulitan dalam memecahkan satu jawaban.
4. Sebutkan kelemahan kelompok dalam membahas submodul tersebut?
Perbedaan pendapat antar anggota dan kadang keinginan mendominasi dalam kelompok
menyebabkan timbulnya masalah dalam membahas submodul
5. Bagaimana rencana kelompok bila menghadapi masalah yang sama dikemudian
hari?
Dibicarakan secara baik-baik dengan semua anggota permasalahan yang terjadi dan
mencoba merendahkan egois masing-masing dalam kelompok agar terjalin hubungan
baik dengan anggota dan mau mendengarkan pendapat satu sama lain.
.