laporan
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangSalah satu sifat produk pertanian adalah mudah rusak. Buah-buahan
merupakan salah satu jenis komoditi pertanian yang mudah rusak tersebut. Mudah rusaknya buah-buahan disebabkan buah memiliki kandungan air yang cukup tinggi yang merupakan syarat untuk berbagai mikroorganisme untuk tumbuh. Tumbuhnya mikroorganisme ini dapat menyebabkan kerusakan enzimatis, yaitu kerusakan yang disebabkan mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim-enzim hasil metabolisme yang dapat merusak buah. Ciri-ciri terjadinya kerusakan enzimatis adalah rasa buah menjadi terlalu asam. Selain itu warna buah biasanya berubah.
Selain kadar air, suhu juga berperan dalam ketahanan umur simpan buah-buahan. Pada suhu ruangan, biasanya mikroorganisme akan lebih cepat berkembang sehingga buah-buahan menjadi cepat busuk. Sedangkan pada suhu yang lebih rendah, metabolisme mikroorganisme akan melemah sehingga buah pun menjadi lebih awet. Misalnya pada buah pisang, memiliki kulit buah yang cukup sensitif terhadap suhu dan kadar air, sehingga dengan dua perlakukan yang berbeda akan menghasilkan perubahan warna kulit. Karena itu mutlak diperlukan suatu metode penyimpanan dan pengemasan yang baik untuk memperpanjang rentang waktu proses kebusukan buah tersebut agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
1.2. Tujuan1.2.1. Mengamati perubahan kualitas buah meliputi warna, tekstur, dan
brix buah selama penyimpanan pada berbagai suhu.1.2.2. Melakukan analisis hubungan antara lama penyimpanan terhadap
kualitas buah.1.2.3. Melakukan analisis hubungan antara suhu terhadap kualitas buah.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Buah merupakan produk hortikultura. Produk ini memiliki sifat-sifat yang
khas yaitu mudah rusak. Sifat tersebut dipengaruhi oleh karakteristik kimianya
yaitu memiliki kandungan air yang tinggi, serta sifat fisik seperti laju respirasi dan
karakteristik biologinya yaitu bentuk sel penyusun (Syarief, 1988).
Perubahan pada buah pada saat pemasakan ditandai dengan lunaknya
bahan dan jaringan. Hal ini disebabkan oleh perubahan pada dinding sel dan
substansi pektin yang lain. Hal yang paling menonjol dan tampak pada pemasakan
adalah warna buah. Warna buah dipengaruhi oleh pigmen tertentu, misalnya
pigmen karotenoid dan flavonoid. Pigmen ini terjadi setelah adanya penambahan
atau degradasi dari klorofil, yang kemudian menyebabkan warna buah berubah
dari kehijauan menjadi kekuningan. Perubahan warna ini terjadi setelah mancapai
tahap klimakterik, yang diikuti dengan perubahan tekstur (Apandi, 1984).
Pada saat pertumbuhan, pematangan buah akan diikuti dengan
peningkatan kadar gula sederhana, sehingga buah akan terasa manis. Hal ini
disebabkan terjadinya penurunan kadar senyawa-senyawa fenolik yang
menyebabkan berkurangnya rasa sepat dan penurunan asam organik serta
kenaikan zat-zat yang memberi rasa dan aroma khas pada buah (Winarno, 1997).
Perubahan rasa dan aroma disebabkan oleh bertambahnya kandungan gula
sederhana dalam buah yang menambah rasa manis yang disebabkan oleh
perubahan zat pati dalam buah. Berkurangnya zat fenolik dan bertambahnya zat
volatif menyebabkan rasa dan bau yang harum pada buah (Apandi, 1984).
Hasil penelitian laboratorium secara umum menunjukkan bahwa
penyimpanan pada suhu rendah (dingin) yang dipertahankan konstan dapat
memperpanjang mutu fisik (warna dan penampilan atau kesegaran, tekstur dan
cita rasa) dan nilai gizi terutama kandungan Vitamin C buah impor. Sedangkan
penyimpanan pada suhu dingin, namun sesekali difluktuasikan atau diekspose
pada suhu ruang menyebabkan penurunan mutu fisik atau organoleptik dan nilai
gizi yang lebih cepat dibandingkan suhu stabil. Penyimpanan pada suhu ruang
(dibiarkan sesuai dengan suhu lingkungan) menyebabkan penurunan mutu fisik-
organoleptik dan mutu nilai gizi sangat cepat yang diikuti dengan proses
pembusukan. Sementara susut bobot lebih tinggi terjadi pada suhu ruang dan suhu
berfluktuasi, dibandingkan dengan suhu dingin yang dipertahankan stabil
(Anonim, 2011).
Beberapa jenis buah-buahan menghasilkan metabolit sekunder berupa gas
etilen. Gas etilen merupakan salah satu hormon pertumbuhan bagi buah-buahan.
Keberadaan gas etilen dapat mempercepat laju pernafasan dan sebagai akibatnya
akan mempercepat terjadinya pelayuan dan pembusukan buah dan sayur (Winarno
dan Aman, 1979).
Setelah pemetikan dari pohonnya, buah masih melangsungkan aktifitas
metabolisme, seperti respirasi dan transportasi. Pada proses respirasi, oksigen dari
udara diserap oleh buah dan digunakan untuk proses pembakaran yang
menghasilkan karbondioksida, air dan energi. Laju respirasi merupakan suatu
indikator kegiatan metabolisme dalam jaringan dan merupakan petunjuk yang
sangat berguna dalam memperkirakan daya simpan komoditi tersebut. Respirasi
yang tinggi biasanya disertai dengan ketahanan simpan yang pendek (Apandi,
1984).
Secara umum menunjukkan bahwa penyimpanan pada suhu rendah (dingin)
yang dipertahankan konstan dapat memperpanjang mutu fisik (warna dan
penampilan/kesegaran, tekstur dan cita rasa) dan nilai gizi terutama kandungan
Vitamin C buah impor.Sedangkan penyimpanan pada suhu dingin, namun sesekali
difluktuasikan atau diekspose pada suhu ruang menyebabkan penurunan mutu
fisik/organoleptik dan nilai gizi yang lebih cepat dibandingkan suhu stabil.
Penyimpanan pada suhu ruang (dibiarkan sesuai dengan suhu lingkungan)
menyebabkan penurunan mutu fisik-organoleptik dan mutu nilai gizi sangat cepat
yang diikuti dengan proses pembusukan. Sementara susut bobot lebih tinggi
terjadi pada suhu ruang dan suhu berfluktuasi, dibandingkan dengan suhu dingin
yang dipertahankan stabil stabil (Tawali, 2004).
Ada beberapa macam cara penyimpanan yang dilakukan untuk
mempertahankan kesegaran buah pisang, antara lain yaitu, antara lain udara
dingin biasanya digunakan pada rumah-rumah penyimpanan, atau di bawah tanah
atau di gudang penyimpanan menggunakan udara dingin alami; penyimpanan
menggunakan lemari pendingin (cold storage) mengontrol suhu dan kelembaban
udara; penyimpanan dengan controlled atmosphere (CA) mengendalikan
konsentrasi oksigen dan karbon dioksida, sebagai tambahan untuk suhu dan
kelembaban; dan penyimpanan dengan modified atmosphere (MA) juga
mengontrol konsentrasi oksigen dan karbondioksida, walau tidak sebaik CA,
dengan menggunakan lembar polimer semipermiabel (Liu, 1999).
BAB VIDAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Pengaruh Suhu Simpan dan Buah. Dalam : http://pengaruh_suhu_simpan_pada_buahan.pdf. Diakses pada Kamis, 1 November 2012 pukul 19.45
Apandi, M. 1984. Teknologi Buah dan Sayuran. Alumni.Bandung.
Liu, F.W. 1999. Postharvest Handling in Asia 2 Horticultural Crops. Dalam : http://www.fftc.agnet.org/library/article/eb465b.html. Diakses pada Kamis, 1 November 2012 pukul 20.56
Syarief, R. 1988. Pengetahuan Bahan Industri Pertanian. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Tawali, Abu Bakar, dkk. 2004. Pengaruh Suhu Simpan Pada Buahan. Dalam :: http://pertanian.uns.ac.id . Diakses pada Kamis, 1 November 2012 pukul 20.49
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Winarno, F.G dan M. Aman. 1979. Fisiologi Lepas Panen. PT Sastra Hudaya. Jakarta.
BAB IIIMETODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Refrigerator yang diset pada suhu 15 C⁰
b. Thermometer
c. Colormeter
d. Blender
e. Kertas saring
f. Log Book (Pencatat data)
g. Refractrometer
h. Penetrometer
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah buah pisang sebanyak 13 buah untuk
2 perlakukan suhu lingkungan 28 C⁰ dan suhu refrigerator 15 C⁰ selama 7
hari.
3.2. Cara Kerja
1 Disiapkan 13 buah pisang yang telah dicuci bersih dan di keringkan.
2 Disiapkan refrigerator dan dibersihakan dari kotoran yang dapat
mengurangi kualitas pengamatan.
3 Suhu refrigerator diset atau diatur pada suhu 15 C dan ditunggu selama⁰
±15 menit untuk dicapai kestabilan suhu. Suhu dicek dengan termometer.
4 Buah pisang dibagi menjadi 2 bagian yaitu 6 buah di simpan pada suhu
ruang dan 6 buah di simpan pada suhu refrigerator. Dan 1 buah pisang
akan diukur sebagai kondisi awal.
5 Diukur semua warna pisang menggunakan colormeter (dalam format lab)
dan dicatat sebagai hari pertama. Dilakukan 3 kali ulangan pada tempat
yang berbeda dan diberi tanda pada permukaan kulit yang di ukur labnya.
6 Diletakkan masing-masing 6 buah tomat pada suhu lingkungan (28 C) dan⁰
refrigerator (15 C).⁰
7 Diambil 1 buah pisang yang telah di ukur lab-nya dan di tentukan nilai
teksturnya dan kadar brixnya.
a. Digunakan penetrometer untuk menentukan besar gaya tekan pada
permukaan kulit yang telah ditandai. Dicatat 3 data yang ada.
b. Ditentukan kadar brix dengan cara memblender X gram pisang
dicampur dengan Y ml air dengan perbandingan 2:1. Kemudian bubur
pisang disaring menggunakan kertas saring dan diteteskan ke
refractrometer.
Kadar Brix = nilai yang terbaca x factor pengenceran (FP)
FP=1+volume air(ml)berat buah(gr )
8 Setiap hari pada jam 15.00 – 16.00 WIB, dilakukan pengukuran warna,
tekstur, dan Brix sesuai dengan langkah sebelumnya.
9 Dilakukan pengamatan selama 7 hari.
3.3. Cara Analisa Data3.3.1 Tabel pengamatan
1. Tabel perubahan warna a. Suhu ruang (280C)
hari
ke-
tanggal
perubahankenampaka
n fisikL a b
1 2 3 rata-rata
1 2 3 rata-rata
1 2 3 rata-rata
1 15-10-2012
… …
7 21-10-2012
b. Suhu refrigerator (150C)
hari
ke-tanggal
perubahankenampakan
fisikL a b
1 2 3 rata-rata
1 2 3 rata-rata
1 2 3 rata-rata
1 15-10-2012
… …
7 21-10-2012
2. Tabel pengujian tekstur
hari ke- tanggal
angka tekstur
suhu ruang (280C) suhu refrigerator (150C)
1 2 3 rata-rata
1 2 3 rata-rata
1 15-10-2012
… …
7 21-10-2012
3. Tabel pengujian Kadar Brixa. Suhu ruang (280C)
hari ke- tanggalnilai terbaca
kadar Brix1 2 3 rata-
rata
1 15-10-2012
… …
7 21-10-2012
b. Suhu refrigerator (150C)
LSuhu ruang
hari
Suhu refrigerator
aSuhu ruang
hari
Suhu refrigerator
bSuhu ruang
hari
Suhu refrigerator
hari
Suhu refrigerator
Suhu ruang
hari
Suhu refrigerator
hari ke- tanggalnilai terbaca kadar
Brix(%)1 2 3 rata-rata
1 15-10-2012
… …
7 21-10-2012
Kadar Brix (%) = nilai yang terbaca x factor pengenceran (FP)
FP=1+volume air(ml)berat buah(gr )
3.3.2. Grafik 1. Grafik hubungan LAB dengan Waktu (hari)
a. L vs hari
b. A vs hari
c. B vs hari
2. Grafik hubungan angka tekstur dengan waktu (hari)
3. Grafik hubungan Brix dengan waktu (hari)
Angka tekstur
Suhu ruang
Brix
4.1.2. Grafik data1. Perubahan warna
0 1 2 3 4 5 6 7 80.000
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000Grafik L VS Hari
L (suhu ruang)
L (suhu refrigerator)
Hari
L
0 1 2 3 4 5 6 7 8
-50.000-45.000-40.000-35.000-30.000-25.000-20.000-15.000-10.000
-5.0000.000
Grafik a VS Haria (suhu ruang)
a (suhu refrigerator)
Hari
a
0 1 2 3 4 5 6 7 80.0005.000
10.00015.00020.00025.00030.00035.00040.00045.00050.000 Grafik b VS Hari
b (suhu ruang)b (suhu refrigerator)
hari
b
2. Grafik perubahan tekstur
0 1 2 3 4 5 6 7 80.0000.2000.4000.6000.8001.0001.2001.4001.6001.800
Grafik Angka Tekstur VS Harisuhu ruangsuhu refrigrator
hari
Angk
a te
kstu
r
3. Grafik kadar Brix
0 1 2 3 4 5 6 7 80.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00Grafik Kadar Brix VS Hari
suhu ruangsuhu refrigerator
Hari
kada
r brix
(%)
4.2. PembahasanPada praktikum fisika hayati acara keempat yang berjudul perubahan
kualitas buah selama penyimpanan. Buah yang digunakan pada praktikum kali ini
adalah buah pisang. Tujuan adanya praktikum ini adalah mengamatiperubahan
kualitas buah yang meliputi warna, tekstur dan Brix buah selama penyimpanan
pada berbgai suhu, melakukan analisis hubungan antara lama penyimpanan
terhadap kualitas buah dan melakukan analisis hubungan atara suhu terhadap
kualitas.
Pada praktikum ini menggunakan buah pisang sebanyak 13 buah yang
akan di simpan dengan perbedaan suhu. Jumlah buah pisang tersebut di bagi 2
yaitu 6 buah pisang untuk disimpan pada suhu ruang 28oC dan 6 buah pisang di
simpan pada suhu refrigerator 15oC serta 1 buah pisang diamati kualitas buahnya
untuk dijadikan sebagai kondisi awal buah pisang sebelum di simpan. Buah
pisang tersebut disimpan selama 7 hari dan pada setiap harinya diamati dan diukur
kondisi buah pisang. Variabel-variable yang diambil dalam pengukuran antara
lain perubahan warna tomat selama penyimpan dengan Colormeter, tekstur buah
pisang dengan Penetrometer dan brix buah pisang dengan Refractrometer.
Data-data yang diperoleh dari pengukuran ini kemudian dianalisa dan
dibuat grafik. Analisa data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode
tabel yakni dengan membuat tabel pada setiap perubahan seperti tabel perubahan
warna, tekstur dan kadar Brix. Kemudian dari tabel-tabel tersebut dibuat grafik
dengan menghubugkannya antara perubahan kualitas buah terhadap waktu untuk
dua kondisi suhu penyimpanan yang berbeda.
Berdasarkan grafik hubungan antara luminasi (L) terhadap waktu
menunjukkan bahwa nilai luminasi pada penyimpanan suhu ruang 28oC memiliki
nilai yang cenderung lebih besar daripada nilai luminasi pada penyimpanan suhu
refrigerator 15oC. Hal ini menandakan bahwa tingkat kecerahan atau pencahayaan
buah pisang yang terdapat pada penyimpanan suhu ruang 28oC lebih baik daripada
buah pisang pada penyimpanan suhu refrigerator 15oC, karena pada buah pisang
yang terdapat pada suhu refrigerator terlihat pucat.
Berdasarkan grafik hubungan antara kromatik A terhadap waktu
menunjukkan bahwa nilai kromatik A pada penyimpanan suhu ruang 28oC
memiliki nilai yang cenderung lebih besar daripada penyimpanan pada suhu
refrigerator 15oC. Pada nilai kromatik A memiliki skala antara -120 sampai 120
dengan indek warna dari hijau, sehingga dari hasil grafik tersebut menandakan
bahwa kondisi buah pisang pada penyimpanan di suhu refrigerator dapat
mempertahankan warna hijaunya walaupun cenderung memiliki warna hijau pucat
dan hal ini berbeda pada penyimpanan pada suhu ruang yang tidak dapat
mempertahankan warna hijaunya dan cenderung berubah warna menjadi
kekuningan.
Kemudian berdasarkan grafik hubungan antara kromatik B terhadap waktu
menunjukkan bahwa nilai kromatik B pada penyimpanan suhu refrigerator
memiliki nilai yang cenderung lebih kecil daripada peda penyimpanan suhu
ruang. Pada nilai kromatik B memiliki skala antara -120 sampai 120 dengan indek
warna dari biru sampai kuning. Dan dari grafik tersebut menandakan bahwa pada
penyimpanan suhu ruang cenderung mengalami perubahan warna menjadi
kekuningan dan pada penyimpanan pada suhu refrigerator cenderung dapat
mempertahankan warna hijau dari buang pisang tersebut.
Selanjutnya berdasarkan grafik hubungan antara tekstur terhadap waktu
menunjukkan bahwa nilai tekstur dari buah pisang yang di simpan pada suhu
ruang memiliki nilai yang cenderug lebih kecil daripada buah pisang yang
disimpan pada suhu refrigerator. Besar kecilnya nilai tekstur ini berdasarkan dari
keras lunaknya dari kulit buah pisang. Sehingga berdasarkan grafik tersebut nilai
kekerasan kulit pisang pada penyimpanan suhu ruang lebih kecil daripada pada
penyimpanan suhu refrigerator. Hal ini dapat terjadi karena pada penyimpanan
suhu refrigerator buah pisang mengalami penguapan sehingga hal ini
menyebabkan tesktur kulit pisang menjadi lebih keras daripada penyimpanan pada
suhu runag yang tidak mengalami hal tersebut.
Pada grafik hubungan antara kadar Brix terhadap waktu menunjukkan
bahwa nilai kadar Brix pada buah pisang yang disimpan pada suhu ruang
memiliki nilai cenderung lebih besar daripada buah pisang yang disimpan pada
suhu refrigerator. Kadar Brix merupakan salah satu indikator atau parameter dari
tingkat kemanisan pada buah-buahan. Sehingga dari grafik tersebut menandakan
bahwa buah pisang yang disimpan pada suhu refrigerator cenderung mengalami
penurunan tingkat kemanisan yang cukup drastis, sedangkan pada buah pisang
yang disimpan pada suhu ruang cenderung mengalami penurunan tingkat
kemanisan yang relative lambat.
Pada setiap penyimpanan bahan pangan salah satu indikasi perubahan
kualitas dari bahan pangan tersebut adalah perubahan fisiologis. Pada praktikum
ini dilakukan cara penyimpanan dengan perbedaan suhu penyimpanan yaitu
penyimpanan pada suhu ruang dan suhu refrigerator. Pada penyimpanan suhu
ruang memiliki perubahan fisiologis yang cenderung lebih cepat yaitu dari warna
awal hijau menjadi kekuningan dan terdapat noda-noda hitam pada kulitnya dan
kondisi buahnya menjadi lembek. Sedangkan pada penyimpanan suhu refrigerator
memiliki perubahan warna awal hijau yang relatif lambat karena perubahan
warna hijau yang terjadi pada buah pisang hanya mengalami perubahan yang
berubah menjadi lebih pucat. Dan pada kulitnya juga terdapat noda-noda hitam
walupun sedikit.
Pada praktikum yang menggunakan perbedaan cara simpan dengan variasi
suhu yaitu cara penyimpanan pada suhu ruang dan penyimpanan pada suhu
refrigerator. Pada cara penyimpanan pada suhu ruang dilakukan pada suhu 28oC.
pada penyimpanan ini perubahan warna buah pisang terjadi relatif cepat yaitu dari
warna hijau menjadi kekuningan dan terdapat noda-noda hitam yang terjadi pada
kulit buah yang terjadi relatif cepat, pada tekstur buah pisang juga mengalami
perubahan yaitu menjadi lebih lembek dan nilai kadar Brixnya juga relatif stabil.
Hal ini sangat berbeda dengan cara penyimpanan pada suhu refrigerator yang
diset pada suhu 15oC. Pada penyimpanan ini perubahan warna hijau buah pisang
relatif terjadi dengan lambat bahkan hanya menjadi lebih pucat dan noda-noda
hitam pada kulit pisang terjadi relatif lambat, pada tekstur buah pisang juga
mengalami perubahan menjadi lebih keras dan kadar Brixnya mengalami
penurunan yang relatif cepat. Pada kedua cara penyimpanan dengan variasi suhu
yang berbeda ini cara penyimpanan pada suhu refrigerator merupakan cara
penyimpanan yang cukup baik karena pada cara penyimpanan ini dapat
menjaga buah pisang agar tahan lebih lama walaupun tingkat kemanisannya
berkurang dan juga teksturnya menjadi lebih keras.
Salah satu cara untuk mempertahankan kualitas dari suatu bahan pangan
agar menjadi lebih awet adalah dengan cara disimpan pada tempat yang tepat.
Tetapi walaupun begitu tetap tejadi perubahan warna pada permukaan bahan
pangan tersebut. Terjadinya perubahan warna pada permukaan bahan pangan
tersebut dapat diartikan bahwa umur dari bahan pangan tersebut telah berkurang.
Oleh karena itu untuk mengetahui besarnya perubahan warna yang terjadi pada
permukaan bahan pangan dapat menggunakan alat yaitu colormeter. Colormeter
merupakan alat untuk mengetahui indek warna dan kecerahan warna pada suatu
bahan pangan. Mekanisme kerja dari colormeter adalah dengan menekan tombol
orange pada bagian pegangannya untuk menyalakan alat colormeter, kemudian
alat diset ke mode Lab dengan menekan tombol yang terdapat pada bagian
samping layar digital. Dan mode Lab dapat dilihat pada layar digital. Setelah itu
meletakan alat colormeter pada sebuah objek kemudian tombol orange pada
pegangan di tekan sebentar. Dan di tunggu hasil dari pegukuran yang akan terlihat
pada layar digital.
BAB VKESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan, pegukuran dan analisa data praktikum tentang “Perubahan Kualitas Buah Selama Penyimpanan” dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada penyimpanan dengan suhu ruang 28oC buah pisang mengalami perubahan warna yang cukup cepat yaitu dari warna hijau menjadi kekuningan, tekstur buah pisang menjadi lembek dan tingkat kemanisan pada buah pisang relatif tidak berubah. Sedangkan dengan cara penyimpanan dengan suhu refrigerator 15oC buah pisang relatif tidak mengalami perubahan warna tetapi hanya sedikit lebih pucat, tesktur buah pisang menjadi lebih keras dan tingkat kemanisannya menjadi menurun.
2. Lamanya suatu penyimpanan bahan pangan akan sangat mempengaruhi dari kualitas dari bahan pangan tersebut. Dan dapat di artikan bahwa semakin lama bahan pangan disimpan maka kualitasnya akan menurun.
3. Dalam suatu penyimpanan salah satu unsur yang penting adalah suhu, oleh karena itu besar kecilnya suhu yang digunakan untuk penyimpanan bahan pangan akan sangat mempengaruhi kualitas dari bahan pangan tersebut.