laporan acara 5

16
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM MATA KULIAH AGROKLIMATOLOGI ACARA 5 PENGAMATAN PENGUAPAN AIR HARIAN PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN KEBUN RUMPUT GAJAH Disusun Oleh : KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN AGROTEKNOLOGI 2014 Kelompok 1 Rombongan D1 Kelas D Benyamin Y Manurung A1L013151 Anggreta Az Zahra A1L013152 Rima Dwi Indrianti A1L013154 Grady Grifandi Delevi A1L013155 Aldian Hidayanto A1L013156

Upload: robby-butarbutar

Post on 10-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

wsddg

TRANSCRIPT

  • LAPORAN HASIL PRAKTIKUM MATA KULIAH AGROKLIMATOLOGI

    ACARA 5 PENGAMATAN PENGUAPAN AIR HARIAN PADA LAHAN SAWAH,

    TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN KEBUN RUMPUT GAJAH

    Disusun Oleh :

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS PERTANIAN AGROTEKNOLOGI

    2014

    Kelompok 1 Rombongan D1 Kelas D Benyamin Y Manurung A1L013151 Anggreta Az Zahra A1L013152 Rima Dwi Indrianti A1L013154 Grady Grifandi Delevi A1L013155 Aldian Hidayanto A1L013156

  • TUJUAN

    1. Mengetahui penguapan harian pada lahan sawah, tegalan, kebun campur dan

    kebun rumput gajah selama 48 jam.

    2. Mengetahui penguapan harian yang paling besar dan keempat penggunaan lahan.

  • BAHAN DAN ALAT

    Bahan yang digunakan terdiri atas lahan sawah, tegalan, kebun campur, air

    ledeng (sumur), borang pengamatan, dan alat pencatat. Alat yang digunakan yaitu

    panci evaporasi yang terdiri atas tatakan kayu (palet) dan panci plastik diameter 60

    cm, dan mistar pengamatan, ember untuk mengisi air, dan gelas ukur.

  • PROSEDUR KERJA

    1. Disiapkan sebuah panci evaporasi.

    2. Panci evaporasi ditempatkan di atas palet pada lahan sawah , tegalan, kebun

    campur, dan kebun rumput. Kemudian panci diisi air lk 0,5-0,6 tebal panci,

    ditempatkan mistar pengamatan dan dibiarkan permukaan air tenang

    3. Kemudian pada waktu yang tercatat (misalnya pukul 17.00 WIB) diamati tinggi

    permukaan air pada mistar pembacaan dan dicatat tingginya (mm1). Biarkan air

    dalam panic menguap selama 24 jam. Hari berikutnya pada waktu yang sama

    dilakukan pembacaan permukaan air yang kedua dan dicatat tingginya (mm2).

    Pekerjaan seperti ini dilakukan selama 48 jam dengan cara dan waktu yang sama.

  • Hasil dan Pembahasan

    A.Hasil Pengamatan

    24.07

    26.57 26.57

    24.07

    22.5

    23

    23.5

    24

    24.5

    25

    25.5

    26

    26.5

    27

    Campuran Sawah Tegalan Rumput Gajah

    Lahan Mm1 (Mm)

    Mm2 (Mm)

    Mm3

    (Mm) VH1 (mL)

    VH2 (mL)

    Kebun Campur 200 240 240 50 50 Tegalan 200 240,1 240,5 50 50 Sawah 200 240 240,5 50 50 Rumput Gajah 200 240 240 50 50

  • A.1 Perhitungan

    LAHAN CAMPURAN

    T0 = curah hujan hari jumat sampai sabtu Luas alas

    = 50 ml 122,7 cm = 50 cm 122,7 cm = 0,407 cm =4,07 mm

    T1 = curah hujan hari minggu Luas alas = 50 ml 122,7 cm = 50 cm 122,7 cm = 0,407 cm = 4,07 mm

    EV =(mm2 mm1) + T0 = (240-200) mm + 0,407 cm

    = 4 cm + 0,407 cm = 4,407 cm = 44,07 mm

    EV = (mm3 mm2) + T1 = (24 24) cm + 0,407 = 0 cm + 0,407 cm = 0,407 cm = 4,07 mm

  • EVharian = EV + EV 2 = 44,07 + 4,07 2 = 24,07 mm

    LAHAN TEGALAN

    T0 = curah hujan hari jumat sampai sabtu Luas alas

    = 50 ml 122,7 cm = 50 cm 122,7 cm = 0,407 cm

    T1 = curah hujan hari minggu Luas alas = 50 ml 122,7 cm = 50 cm 122,7 cm = 0,407 cm

    EV =(mm2 mm1) + T0 = (24,1-20) cm + 0,407 cm

    = 4,1 cm + 0,407 cm = 4,507 cm = 45,07 mm

  • EV = (mm3 mm2) + T1 = (24,5 24,1) cm + 0,407 = 0,4 cm + 0,407 cm = 8,07 mm

    EVharian = EV + EV 2 = 45,07 + 8,07 2 = 26,57 mm

    LAHAN SAWAH

    T0 = curah hujan hari jumat sampai sabtu Luas alas

    = 50 ml 122,7 cm = 50 cm 122,7 cm = 0,407 cm

    T1 = curah hujan hari minggu Luas alas = 50 ml 122,7 cm = 50 cm 122,7 cm = 0,407 cm

  • EV =(mm2 mm1) + T0 = (24-20) cm + 0,407 cm

    = 4 cm + 0,407 cm = 4,407 cm = 44,07 mm

    EV = (mm3 mm2) + T1 = (24,5 24) cm + 0,407 = 0,5 cm + 0,407 cm = 0,907 cm = 9,07 mm

    EVharian = EV + EV 2 = 44,07 + 9,07 2 = 26,57 mm

    LAHAN GAJAH

    T0 = curah hujan hari jumat sampai sabtu Luas alas

    = 50 ml 122,7 cm = 50 cm 122,7 cm = 0,407 cm

  • T1 = curah hujan hari minggu Luas alas = 50 ml 122,7 cm = 50 cm 122,7 cm = 0,407 cm

    EV =(mm2 mm1) + T0 = (24-20) cm + 0,407 cm

    = 4 cm + 0,407 cm = 44,07 mm

    EV = (mm3 mm2) + T1 = (24 24) cm + 0,407 = 0 cm + 0,407 cm = 0,407 cm = 4,07 mm

    EVharian = EV + EV 2 = 44,07 + 4,07 2 = 24,07 mm

  • B. Pembahasan

    Evaporasi merupakan proses penguapan air yang berasal dari permukaan

    bentangan air atau bahan padat yang mengandung air. Laju evaporasi sangat

    tergantung pada masukan energi yang diterima. Semakin besar jumlah energi yang

    diterima, maka akan semakin banyak molekul air yang diluapkan . Sumber energi

    utama untuk evaporasi adalah radiasi matahari (Lakitan, 2002).

    Transpirasi merupakan penguapan air yang berasal dari jaringan tumbuhan

    melalui stomata. Dengan keterlibatan tumbuhan ini maka air pada lapisan tanah yang

    lebih dalam dapat diuapkan setelah terlebih dahulu diserap oleh sistem perakaran

    tumbuhan tersebut. Tanpa peranan tumbuhan, hanya air pada permukaan saja yang

    dapat diuapkan. Pada kondisi tanah yang berkecukupan air, sebagian besar air (dapat

    mencapai 95%) yang diserap akar akan diuapkan ke atmosfer melalui proses

    transirasi (Lakitan, 2002).

    Evapotranspirasi adalah penguapan total baik dari permukaan air, daratan,

    maupun dari tumbuh-tumbuhan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi

    evapotranspirasi ini antara lain: suhu udara, kembaban udara, kecepatan angin,

    tekanan udara, sinar matahari, ketinggian lokasi proyek, dan lain sebagainya. Di

    dalam perencanaan irigasi, penilaian jumlah air yang dibutuhkan untuk suatu areal

    tidak memisahkan antara evaporasi dan transpirasi. Istilah yang digunakan adalah ET,

    dan merupakan kombinasi antara evaporasi dan transpirasi. Oleh karena air yang

  • digunakan oleh tanaman untuk proses metabolisme hanya sedikit atau kurang dari

    1%, nilai tersebut diabaikan (Asnawi Marjuki, 1993).

    Selain masukan energi, laju evaporasi juga dipengaruhi oleh kelembaban udara

    diatasnya. Laju evaporasi akan semakin terpacu jika udara di atasnya kering

    (kelembabannya rendah); sebaliknya akan terhambat jika kelembaban udaranya

    tinggi. Jika udara diatasnya dalam kondisi jenuh uap air, maka evaporasi tidak dapat

    berlangsung, walaupun cukup besar masukan energi yang diterima (Lakitan, 2002).

    Mulyono (1986) menyatakan bahwa besarnya evaporasi pada permukaan tanah

    ditentukan oleh suhu udara, kejenuhan tanah, suhu tanah, kelembaban nisbi udara,

    dan kecepatan angin.

    Secara umum, semakin tinggi radiasi matahari yang diterima akan semakin

    tinggi pula laju evaporasi yang berlangsung, dengan asumsi bahwa tersedia cukup air

    untuk diuapkan. Radiasi aktual yang diterima di permukaan bumi dipengaruhi oleh

    keadaan sebaran dan ketebalan awan. Di Indonesia, radiasi aktual yang diterima

    permukaan lebih kecil selama musim hujan dibandingkan dengan selama musim

    kemarau (Daldjoeni, 1983).

    Berdasarkan hasil pengamatan , didapati hasil evaporasi yang pertama adalah

    Lahan Campuran dengan hasil perhitungan evaporasi 24,07 mm (data tersebut

    diperoleh dari hasil evaporasi hari jumat 200 mL ; sabtu 240 mL ; minggu 240 mL) ,

    yang kedua adalah lahan Tegalan 26,57 mm (data tersebut diperoleh dari hasil

    evaporasi hari jumat 240 mL ; sabtu 240,1 mL ; minggu 240,5 mL), ketiga adalah

    Lahan sawah 26,57 mm (data tersebut diperoleh dari hasil evaporasi hari jumat 200

    mL ; sabtu 240 mL ; minggu 240,5 mL), dan yang paling rendah adalah pada Lahan

  • Rumput Gajah sebesar 26,57 mm (data tersebut diperoleh dari hasil evaporasi hari

    jumat 200 mL ; sabtu 240 mL ; minggu 240 mL).

    Berdasarkan literatur dijelaskan bahwa penguapan air harian tertinggi terdapat

    pada lahan sawah namun dari hasil praktikum kami diperoleh data, bahwa ada dua

    lahan yang memiliki penguapan air harian tertinggi yaitu sawah dan Tegalan. Hal ini

    dikarenakan suhu udara di lahan tegalan pada hari sabtu tanggal 12 April 2014

    mencapai 34,5 0C dan suhu pada lahan sawah mencapai 33,5 0C pada hari sabtu

    tanggal 12 April 2014. Menurut Wisnubroto (1986), ada beberapa faktor yang

    mempengaruhi besarnya evaporasi antara lain :

    1. Kecepatan angin, makin cepat anginnya makin besar penguapan.

    2. Temperatur, makin tinggi temperaturnya makin besar penguapannya.

    3. Kelembaban relatif, udara yang makin besar kelembaban relatifnya penguapan

    makin kecil.

    Sedangkan lahan campur dan lahan rumput gajah adalah lahan yang mengalami

    evaporasi paling sedikit di banding ke dua lahan lainnya. Dikarenakan di lahan

    Campur dan lahan rumput gajah suhu udara tertinggi pada ketinggian 200cm adalah

    29,5 0C dan 42 0C.

    Data pada hari ke 1, 2, dan 3 pada setiap ember terjadi pengurangan timbangan.

    Hal tersebut terjadi karena adanya penguapan atau evaporasi. Laju evaporasi sangat

    tergantung pada masukan energy yang diterima, maka akan semakin banyak molekul

    air yang diuapkan. Sumber energi utama untuk evaporasi adalah radiasi matahari.

    Oleh sebab itu, laju evaporasi yang tinggi tercapai pada waktu sekitar tengah hari .

    (Lakitan, 1997).

  • KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

    1. a. Evaporasi pada Lahan Campuran adalah 24,07 mm

    b. Evaporasi pada Lahan Tegalan adalah 26,57 mm.

    c. Evaporasi pada Lahan Sawah adalah 26,57 mm.

    d. Evaporasi pada Lahan Rumput Gajah adalah 24,07 mm.

    2. Penguapan (evaporasi) yang paling besar adalah pada Lahan Sawah dan lahan

    yaitu sebesar 26,57 mm.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Asnawi Marjuki,. (1993). Hidrologi Teknik. Jakarta: Erlangga.

    Daldjoeni, N. 1983. Pokok-Pokok Klimatologi. Penerbit Alumni: Bandung.

    Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta: PT Raja Grafindo

    Persada.

    Mitisapto, Mulyono, dkk. 1986. Asas-asas Meteorologi Pertanian. Yudistira: Jakarta

    Timur.