laporan acara iv

19
LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI ACARA IV PENGAMATAN KELEMBAPAN NISBI UDARA PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN KEBUN RUMPUT GAJAH Disusun oleh: Ina Setiowati A1L014169 KEMENTERIAN TEKNOLOGI, RISET, DAN PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN AGROTEKNOLOGI

Upload: robby-butarbutar

Post on 18-Dec-2015

229 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

gsfsf

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROKLIMATOLOGI

ACARA IVPENGAMATAN KELEMBAPAN NISBI UDARA PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN KEBUN RUMPUT GAJAH

Disusun oleh:

Ina SetiowatiA1L014169KEMENTERIAN TEKNOLOGI, RISET, DAN PERGURUAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

AGROTEKNOLOGI

PURWOKERTO

2015

A. TujuanTujuan praktikum pada acra IV adalah :

1. Mengetahui kelembaban nisbi udara di atas lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun rumput gajah setiap jam selam tiga hari.2. Mengetahui saat (waktu) kelembahan nisbi udara maksimum dan minimum di atas lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun rumput gajah.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah psychrometer yang terdiri atas termometer bola basah dan kering, tabel penetapan kelembaban nisbi, dan payung.bahan yang digunakan terdiriatas borang pengamatan kelembaban nisbi udara, alat pencatat, laha sawah, tegalan, dan kebun campur.C. Prosedur Kerja1. Disiapkan semacam sangkar cuaca pada masing-masing penggunaan lahan.

2. Disiapkan psikhrometer yang pada bagian tangki termometer bola basah sudah diberi air.

3. Diletakkan (digantungkan) psikhrometer tersebut pada semacam sangkar cuacapada masing-masing penggunaan lahan pada ketinggian 120 cm. Dihindarkan psikhrometer terkena radiasi atau sinar matahari langsung dengan cara dipayungi.

4. Dicatat suhu pada termometer bola basah dan bola kering udara setiap jam selama 3 hari.5. Dibaca kelembaban nisbi udara pada psikhrometer dengan cara membaca tabel penetapan kelembaban nisbi.

6. Dibuat grafik hubungan antara kelembaban nisbi udara (sumbu y) dan waktu (sumbu x). Kemudian ditentukan besarnya dan waktu kelembaban nisbi udara maksimum dan minimum.D. Hasil dan Pembahasan1. Hasil

Waktu (pukul)Tata guna lahan

SawahTegalanKebun CampurKebun Rumput Gajah

%

17.001001007291

18.009510010090

19.00959510090

20.0010010010095

21.009010010095

22.0095959590

23.00951009590

24.001001009090

01.0095959590

02.00959510090

03.001009510081

04.0010010010090

05.001009510090

06.009510010090

07.00901009090

08.0090909571

09.009195.59576

10.0091919173

11.0092918773

12.0092968777

13.00961009187,5

14.0088999162

15.0096999177

16.0010010095100

17.009510010090

18.009110010090

19.009110010090

20.0095,510010090

21.009510010090

22.00951009580

23.0090909590

24.00909010090

01.001009510090

02.00100909590

03.00901009090

04.00959510090

05.009510010090

06.009595100100

07.001001009091

08.00911009591

09.001001009583

10.0088969170

11.0092968784

12.00991008784

13.001009291100

14.0096998788

15.00100738780

16.0091889187

17.0095969591

LahanHariKelembapan Maksimum pada jamKelembapan

Minimum pada jam

Sawah2-0% pada 15.00

Rumput Gajah2100 % pada 13.00-

2. Pembahasan Kelembapan merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap aktifitas organisme di alam. Kelembaban merupakan jumlah uap air di udara, sedangkan kelembaban mutlak adalah sejumlah uap air dalam udara yang dinyatakan sebagai berat per satuan udara (misalnya gram per kilogram udara). Kelembaban merupakan salah satu faktor ekologis yang mempengaruhi aktifitas organisme seperti penyebaran, keragaman harian, keragaman vertical dan horizontal. (Umar,2010).Kelembapan nisbi atau kelembapan relatif (relative humidity, RH) adalah perbandingan antara jumlah uap air yag ada di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung udara pada suhu dan tekanan yang sama. Karena kondisinya relatif atau berubah-ubah sebagai akibat fluktuasi kondisi atmosfer karena kelembaban relatif merupakan kelembapan yang lazim digunakan dalam klimatologi (Sabaruddin, 2012).

Kelembapan nisbi pada suatu tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air yang aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air di tempat tersebut serta energi untuk menguapkannya. Jika daerah tersebut basah dan panas seperti daerah-daerah di Kalimantan, maka penguapan akan tinggi yang berakibat pada pmutlak serta kelembaban nisbi yang tinggi. Sedangkan daerah pegunungan di Indonesia umumnya mempunyai kelembapan nisbi yang tinggi karena suhunya rendah sehingga kapasitas udara untuk menampung uap air relatif kecil (Handoko, 1986).Kelembapan nisbi berhubungan erat dengan udara karena suhu menentukan kemampuan udara memegang uap air dan suhu udara sangat dipengaruhi oleh radiasi matahari. Dengan demikian kelembapan udara sangat dipengaruhi juga oleh kepadatan fluks radiasi matahari yang sampai permukaan bumi. Apabila fluks radiasi matahari yang sampai di permukaan bumi tinggi, maka suhu udara tinggi dan kelembapan udara cenderung rendah (udara kering). Sebaliknya apabila kerapatan fluks radiasi matahari rendah, maka suhu udara nisbi rendah dan kelembapan udara nisbi cenderung tinggi (udara lembab). Kelembapan nisbi biasanya diukur dengan menggunakan termometer basah dan kering, baik secara manual maupun dengan alat Sling Psychrometer dan Hygrograf. Apabila pembacaan pada kedua termometer basah dan kering sama, maka kelembaban nisbinya adalah 100%, tetapi apabila pembacaan termometer basah di bawah termometer kering, maka kelembaban nisbinya kurang dari 100%. Nilai sebenarnya dapat dilihat pada tabel, tetapi kalau menggunakan Sling Psychrometer dan hygrometer dapat langsung dibaca pada skala ukurannya (Umar, 2012).Pengamatan kelembapan nisbi kali ini menggunakan thermometer bola basah dan bola kering. Cara menentukan kelembaban nisbi pada pengamatan ini dengan cara mencari selisih suhu pada thermometer bola basah dan bola kering kemudian ditentukan dengan tabel. Selisih Pengamatan menggunakan peralatan yang manual seperti ini menghasilkan data yang lebih akurat namun membutuhkan ketelitian yang tinggi.

Menurut Umar (2012), tinggi-rendahnya kelembapan udara di suatu tempat sangat bergantung pada beberapa faktor yaitu:

a. Suhu

b. Tekanan udara

c. Pergerakan angin

d. Kuantitas dan kualitas penyinaran

e. Vegetasi

f. Ketersediaan air di suatu tempat (air, tanah, perairan). Faktor kuantitas dan kualitas penyinaran berhubungan erat dengan suhu. Apabila kuantitas dan kualitas penyinaran berada pada tahap maksimum, artinya panas yang diterima sangat tinggi sehingga kelembapan menjadi rendah (kering).sebaliknya, apabila penyinaran matahari kurang maksimum maka suhu pada tempat tersebut rendah sehingga kelembapan tinggi (lembap). Penyinaran dapat dipengaruhi oleh adanya vegetasi yang ada pada tempat tersebut dan juga waktu. Hasil pengamatan menunjukkan kelembapan pada kebun rumput gajah relatif lebih rendah dibandingkan dengan lahan sawah. Hal tersebut karena di lahan kebun rumput gajah memiliki tumbuhan dengan ukuran yang lebih tinggi dibandingkan dengan tumbuhan yang ada di lahan sawah, sehingga radiasi matahari pada lahan rumput gajah lebih sedikit dibandingkan dengan radiasi matahari pada lahan sawah. Berdasarkan pengamatan, pada malam hari diperoleh kelembapan nisbi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siang hari, hal tersebut karena pada siang hari radiasi matahari tinggi sehingga suhu menjadi tinggi yang menyebabkan kelembapan nisbi menjadi rendah. Menurut Wijayanto (2012), penerimaan radiasi surya dipermukaan bumi sangat bervariasi menurut tempat dan waktu. Menurut tempat khususnya disebabkan oleh perbedaan letak lintang serta keadaan atmosfer terutama awan. Pada skala mikro arah lereng sangat menentukan jumlah radiasi yang diterima. Menurut waktu, perbedaan radiasi terjadi dalam sehari (dari pagi sampai sore hari) maupun secara musiman (dari hari ke hari).

Tekanan udara juga mempengaruhi kelembaban udara, apabila takanan udara pada suatu daerah tinggi maka kelembabanya juga tinggi,hal ini disebabkan oleh kapasitas lapang udaranya yang rendah.Pengaruh angin berhubungan dengan ketersediaan air. Adanya angin ini memudahkan proses penguapan yang terjadi pada air laut menguap ke udara. Lahan sawah memiliki kelembapan nisbi lebih tinggi dibandingkan dengan lahan kebun rumput gajah karena di sawah ketersediaan air lebih besar daripada ketersediaan air pada lahan kebun rumput gajah. Besarnya tingkat kelembaban ini dapat berubah menjadi air dan terjadi pembentukan awan.

Kerapatan vegetasi juga memepengaruhi kelembapan nisbi pada suatu tempat. Jika tumbuhan tersebut kerapatannya semakin rapat maka kelembabannya juga tinggi hal ini di sebabkan oleh adanya seresah yang menutupi pada permukaan tanah sangat besar sehingga berpengaruh pada kelembabannya. Bahkan sebaliknya apabila kerapatannya jarang maka tinggkat kelembabannya juga rendah karena adanya seresah yang menutupi permukaan tanah ini sedikit. Lahan bebun campur memiliki kerapatan vegetasi lebih tinggi jika dibandingkan dengan lahan kebun rumput gajah sehingga lahan kebun campur memiliki kalembapan lebih tinggi dibandingkan dengan lahan kebun rumput gajah. Hal tersebut karena banyaknya seresah pada lahan kebun campur sehingga radiasi matahari menjadi terhambat yang mengakibatkan kelembapan nisbi menjadi rendah.Kelembaban dan suhu udara merupakan komponen iklim mikro yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan masing-masing berkaitan mewujudkan keadaan lingkungan optimal bagi tanaman. Pertumbuhan suatu tanaman meningkat jika suhu meningkat dan kelembaban menurun, demikian pula sebaliknya (Noorhadi, 2003). Lahan kebun rumput gajah memiliki tumbuhan rumput yang dengan pertumbuhan lebih optimum jika dibandingkan dengan lahan tegalan karena lahan kebun rumput gajah memiliki kelembapan yang relatif rendah sementara suhunya tinggi karena radiasi matahari diterima secara optimum karena tidak ada penghalang datangnya radiasi matahari seperti pada lahan tegalan.E. Kesimpulan

1. Kelembapan nisbi udara pada lahan sawah, tegalan, dan kebun campur relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kelembapan nisbi udara pada lahan kebun rumput gajah.

2. Kelembapan nisbi udara maksimum terjadi di lahan rumput gajah pada pengamatan hari ke-2 pukul 13.00 WIB dan kelembapan nisbi udara minimum terjadi di lahan sawah pada pengamatan hari ke-2 pukul 15.00 WIB.DAFTAR PUSTAKA

Handoko. 1986. Pengamatan Unsur-unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian. Jurnal Meteorologi. Volume 5. Hlm : 9.Noorhadi, Sudadi. 2003. Kajian Pemberian Air dan Mulsa Terhadap Iklim Mikro pada Tanaman Cabai di Tanah Entisol. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Volume 4. Hlm :43.Sabaruddin, Laode. 2012. Agroklimatologi. Bandung: Alfabeta.Umar, M. Ruslan. 2010. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Makasar: Universitas Hasanudin. . 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Makasar: Universitas Hasanudin.

Wijayanto, Nurheni dan Nurunnajah. 2012. Intensitas Cahaya, Suhu, Kelembapan dan Perakaran Rateral Mahoni (Swietenia macrophylla King) di RPH Babakan Madang. Jurnal Silvikultur Tropika. Volume 3. Hlm : 9.