laporan adiit

38
BAB I LAPORAN KASUS A. Identitas Pasien Nama : Ny. S Umur : 65 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Gumantar 2/3 tanjung, Juwirung Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam No. CM : 077285 Pendidikan Terakhir : SMA Pekerjaan : Buruh Masuk RS : 20 Desember 2015 Tanggal periksa : 24 Desember 2015 B. Anamnesis 1. Keluhan utama Sesak nafas 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien masuk ke RS dengan keluhan sesak napas yang dirasakan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien sebelumnya sudah sering mengalami sesak napas. Sesak napas ini muncul sewaktu-waktu dan hanya di pengaruhi oleh aktivitas ringan. Pasien mengaku selalu menggunakan bantal yang 1

Upload: billghoesto

Post on 27-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

klklpop

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Adiit

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Umur : 65 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Gumantar 2/3 tanjung, Juwirung

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

No. CM : 077285

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Buruh

Masuk RS : 20 Desember 2015

Tanggal periksa : 24 Desember 2015

B. Anamnesis

1. Keluhan utama

Sesak nafas

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien masuk ke RS dengan keluhan sesak napas yang dirasakan sejak 2

hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien sebelumnya sudah sering

mengalami sesak napas. Sesak napas ini muncul sewaktu-waktu dan hanya

di pengaruhi oleh aktivitas ringan. Pasien mengaku selalu menggunakan

bantal yang ditumpuk untuk mengatasi sesak yang dirasa sangat berat

dimalam hari.

Selain sesak, pasien juga merasakan nyeri pada sendi sejak 1 minggu

yang lalu, nyeri dirasakan terutama pada sendi-sendi gerak pasien. Nyeri

dirasakan kemeng-kemeng (pegal-pegal) dan menyebabkan pasien sulit

beraktifitas, Nyeri ini sebelumnya sudah pernah dialami oleh pasien,

biasanya akan hilang apabila pasien istirahat dan tiba tiba memberat tanpa

diketahui penyebabnya, namun dalam empat hari terakhir keluhannya

1

Page 2: Laporan Adiit

dirasakan bertambah berat dan tidak berkurang walaupun pasien

beristirahat. Terdapat bejolan-bejolan pada persendian pergelangan tangan

kanan dan lutut kaki kanan dan kiri. Serta jari jari kaki yang terasa panas

dan nyeri.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit nyeri sendi : Satu tahun lalu pernah mengalami hal

serupa, dan dilakukan penyedotan (aspirasi)

pada lokasi bengkak.

Riwayat alergi obat : Disangkal

Riwayat alergi makanan : Disangkal

Riwayat rawat inap : Disangkal

Riwayat darah tinggi : (+) pasien menderita darah tinggi, dan

mengaku dikontrol dengan minum obat

rutin.

Riwayat kencing manis : Disangkal

Riwayat penyakit jantung : Pasien didiagnosis gagal jantung (CHF)

saat

masuk rumah sakit PKU Muhammadiyah

Delanggu

Riwayat penyakit ginjal : Disangkal

Riwayat penyakit hati/liver : Disangkal

Riwayat asma : Disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat sakit sendi : (+) Ibu pasien

Riwayat darah tinggi : (+) Ibu pasien

Riwayat kencing manis : Disangkal

Riwayat alergi : Disangkal

Riwayat asma : Disangkal

Riwayat sakit jantung : Disangkal

5. Riwayat Pengobatan

2

Page 3: Laporan Adiit

± 1 tahun lalu pasien pernah memeriksakan bengkak pada pergelangan

tangan kanan pasien dan diambil sampel cairan di sendinya, yang dirasa

sudah membaik.

6. Riwayat Kebiasaan

Riwayat minum alkohol : Disangkal

Riwayat olah raga : Jarang berolahraga

Kebiasaan makan jeroan : Diakui

7. Riwayat Sosial Ekonomi

Pekerjaan pasien adalah buruh.

8. Riwayat gizi

Pasien mengaku makan 3 kali sehari dengan menu seadanya. Pola

makan sehari-hari kurang teratur, dan mengakui sering makan gorengan dan

jeroan

9. Anamnesis Sistemik

a. Sistem serebrospinal : tidak ada keluhan

b. Sistem kardiorespiratori : sesak nafas

c. Sistem gastrointestinal           :tidak ada keluhan

d. Sistem muskuloskeletal          : nyeri pada sendi

e. Sistem integumen : tidak ada keluhan

f. Sistem urogenital          : tidak ada keluhan

C. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak lemas, kesan gizi baik

Kesadaran : Compos mentis

1. Tanda vital :

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 105x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

Frekuensi napas : 22x/menit reguler

Suhu : 36,50 C (aksiler)

2. Status Gizi :

3

Page 4: Laporan Adiit

BB : 52 kg

TB : 165 cm

BMI : 27,22 (overweight)

3. Kulit : warna sawo matang, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-),

kering (-) teleangiektasis (-), petekie (-), ikterik (-)

4. Kepala : Mesosefal, rambut warna hitam, mudah rontok (-), luka (-)

5. Mata : Mata cekung (-/-), Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

reflek cahaya (+/+), pupil isokor 3mm/3mm, lensa (jernih/jernih), edema

palpebra (-/-), strabismus (-/-)

6. Hidung : Nafas cuping (-), discharge (-/-), deformitas (-)

7. Telinga : Discharge (-/-)

8. Mulut : Bibir Sianosis (-), lidah kotor (-), tonsil hiperemis (-) T1–T1,

Faring hiperemis (-)

9. Leher : Pembesaran KGB servikal (-), JVP R + 2 cm (tidak meningkat),

otot bantu pernapasan (-).

10. Toraks : bentuk normochest, simetris kanan dan kiri, warna kulit = kulit

sekitar, pola pernapasan torakoabdominal, retraksi intercostal (-), sela iga

melebar (-), pembesaran KGB axilla (-/-).

Cor :

a. Inspeksi : Ictus cordis tidak Nampak

b. Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V 2 cm medial linea mid

clavicula sinistra, thrill (-), pulsus epigastrium (-), pulsus parasternal (-),

kuat angkat (-)

c. Perkusi :

Batas atas jantung : ICS II linea parasternal sinistra

Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra

Batas kiri bawah jantung : ICS V 2 cm lateral linea mid

clavicula sinistra

Batas kanan bawah jantung : ICS IV linea parasternalis dextra

Konfigurasi jantung kesan kardiomegali

4

Page 5: Laporan Adiit

d. Auskultasi: Suara Jantung I –II normal murni, reguler, bising (-), gallop

(-)

Pulmo :

Sinistra Dextra

Depan

1. Inspeksi

Statis

Dinamis

2. Palpasi

Statis

Dinamis

3. Perkusi

Kulit seperti kulit

sekitar, datar, simetris,

ictus cordis tak terlihat,

ICS tak melebar

Pergerakan hemitoraks

sinistra = dextra, retraksi

intercostal (-), retraksi

epigastrium (-)

Nyeri tekan (-), simetris

Massa (-), krepitasi (-).

Stem fremitus sinistra =

dextra, pergerakan

hemitoraks sama

kuatnya

Sonor di seluruh lapang

paru, batas paru hati

pada ICS VI linea mid

Kulit seperti kulit

sekitar, datar, simetris,

ictus cordis tak terlihat,

ICS tak melebar

Pergerakan hemitoraks

sinistra = dextra, retraksi

intercostal (-), retraksi

epigastrium (-)

Nyeri tekan (-), simetris,

massa (-), krepitus (-)

Stem fremitus sinistra =

dextra, pergerakan

hemitoraks sama

kuatnya

Sonor di seluruh lapang

paru

5

Page 6: Laporan Adiit

4. Auskultasi

Suara dasar

Suara

tambahan

Wheezing

RBH

RBK

RK

Stridor

clavicula sinistra

Vesikuler (+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

Vesikuler (+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

Belakang

1. Inspeksi

Statis

Dinamis

2. Palpasi

Statis

Dinamis

3. Perkusi

Kulit seperti kulit

sekitar, datar, simetris,

ictus cordis tak terlihat,

ICS tak melebar

Pergerakan hemitoraks

sinistra = dextra

Nyeri tekan (-), simetris

Stem fremitus sinistra =

dextra, pergerakan

hemitoraks sama

kuatnya

Sonor di seluruh lapang

Kulit seperti kulit

sekitar, datar, simetris,

ictus cordis tak terlihat,

ICS tak melebar

Pergerakan hemitoraks

sinistra = dextra

Nyeri tekan (-), simetris

Stem fremitus sinistra =

dextra, pergerakan

hemitoraks sama

kuatnya

Sonor di seluruh lapang

6

Page 7: Laporan Adiit

4. Auskultasi

Suara dasar

Suara

tambahan

Wheezing

RBH

RBK

RK

Stridor

paru, peranjakan paru ±

5cm

Vesikuler (+)

(-)

(+)

(+)

(-)

(-)

paru, peranjakan paru ±

5cm

Vesikuler (+)

(-)

(+)

(+)

(-)

(-)

Tampak anterior paru Tampak posterior paru

RBH RBH

X = Ronkhi Basah Kasar,

Abdomen :

Inspeksi : Permukaan datar, warna sama dengan kulit sekitar.

Auskultasi : Bising usus (+) normal (15x/menit), bising arteri renal (-)

Perkusi : Timpani di seluruh regio (+), pekak sisi (-), pekak alih (-),

liver span 10 cm.

Palpasi : Distended (-), Nyeri tekan (-), pekak sisi dan pekak alih

(-) , turgor <2 detik (normal), defans muskuler (-), hepar, ginjal, lien

tidak teraba.

11. Ekstremitas :

7

Page 8: Laporan Adiit

Ekstremitas Superior InferiorSianosis -/- -/-

Akral dingin -/- -/-Oedem -/- -/-

Capillary refill < 2 detik < 2 detikGerak Dalam batas normal Dalam batas normal

Kekuatan 5/5 5/5

pedis dexstra et sinistra Articulatio genue dextra et sinistra

wrist joint dextra lateral wrist joint dextra dorsal

Status lokalis:

a. Look/Inspeksi

Oedem pada dorsum pedis terutama, pada sendi metatarsophalangeal 1

dextra, articulation radio ulnaris dextra, dan kedua genue terutama pada

bagian dextra. Pada articulatio radiulnaris dextra diduga terdapat tofus

b. Feel/Palpasi

Nyeri tekan pada massa (konsistensi lunak dan mobile) di articulatio

radioulnaris dextra, teraba oedem di kedua articulatio genue dextra dan

sinistra.

8

Page 9: Laporan Adiit

c. Move/Gerak

Pasien hanya mampu melakukan sedikit gerakan aktif sendi MTP 1,

karena nyeri. Sedangkan gerakan flexi dan extensi articulatio radioulnaris

dextra dan articulatio genue dapat dilakukan maksimal tetapi terdapat nyeri

gerak.

D. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium ( tanggal 20/12/2015)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 8,0 ↓ 12.0-16.0

Leukosit 28,4↑ 4.0-12.0

Trombosit 603.0 ↑ 150.0-400.0

Eritrosit 4.13 4.00-5.00

Hematokrit 25.9 ↓ 37.0-43.0

Granulosit 90,3 ↑ 50.0-80.0

Limfosit 4.8 ↓ 20.5-51.1

Monosit 5 2-9

MCV 62,6 78,6-102,2

MCH 19,4 25,2 – 34,7

MCHC 30,9 31,3 – 35,4

Ureum 66 10-50

Creatinin 0,69 0,50 – 0,90

SGOT 9 0-50

SGPT 12 0- 50

GDS 90 < 180

HbsAG Negatif Non Reaktif

Pemeriksaan Kimia Klinik Asam Urat

Tanggal Hasil Nilai Rujukan

22/12/2015 12,1 2,4 – 5,7

9

Page 10: Laporan Adiit

26/12/2015 12,0 2,4 – 5,7

29/12/2015 11,1 2,4 – 5,7

Pemeriksaan Sedimen Urine

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Leukosit 15-20 4-5

Eritrosit 1-2 0-1

Silinder Negatif Negatif

Epitel 20-25 Negatif

Bakteri Negatif Negatif

Kristal Negatif Negatif

Rontgen (tanggal 27/12/2015)

10

Page 11: Laporan Adiit

Postero Anterior Thorax Antero Posterior (AP) Pedis dextra et

sinistra

Rontgen lateral Genue joint AP genue joint dextra et sinistra

dextra et sinistra

Kesan :

1) Kardiomegali, pulmo normal.

2) Osteoarthritis genue bilateral dextra, dengan subtissue swelling minimal

11

Page 12: Laporan Adiit

3) Penyempitan pada Metatorso phalangeal digiti 1 dan metatorso phalangeal

digiti 2 pedis dextra, akibat adanya tumpukan kristal urat. Pedis sinistra

normal

Diagnosis : Arthritis Gout

E. Daftar Abnormalitas

Anamnesis

1. Sesak nafas

2. Sesak dipengaruhi aktifitas

ringan

3. Menggunakan bantal yang

ditumpuk untuk mengatasi

sesak di malam hari.

4. Nyeri sendi gerak

5. Nyeri sendi pernah dirasakan

pasien sebelumnya

6. Empat hari terakhir

keluhannya dirasakan

bertambah berat

7. bejolan-bejolan pada

persendian pergelangan

tangan kanan dan lutut kaki

kanan dan kiri. Serta jari jari

kaki yang terasa panas dan

nyeri.

8. Satu tahun lalu pernah

mengalami hal serupa, dan

dilakukan penyedotan

(aspirasi) pada lokasi

bengkak.

9. pasien menderita darah

tinggi, dan mengaku

dikontrol dengan minum obat

rutin.

10. Riwayat olah raga : jarang

Pemeriksaan Fisik

12. Konfigurasi jantung kesan

kardiomegali

13. RBK +/+ RBH +/+ pulmo

anterior dan posterior

14. Oedem pada meta

tarsophalangeal 1 dextra,

articulation radio ulnaris

dextra, dan genue bagian

dextra). articulatio radiulnaris

dextra diduga terdapat tofus

15. Nyeri tekan pada massa

(konsistensi lunak dan mobile)

di articulatio radioulnaris

dextra, teraba oedem di kedua

articulatio genue dextra dan

sinistra.

16. Sedikit gerakan aktif sendi

MTP 1, gerakan flexi dan

extensi articulatio radioulnaris

dextra dan articulatio genue

dapat dilakukan maksimal

terdapat nyeri gerak.

Pemeriksaan penunjang

17. Leukosit : 28,4 Laboratorium :

Ureum 66, kadar asam urat :

hari 1 (12,1) hari 2 (12,0), hari

3 (11,1)

12

Page 13: Laporan Adiit

berolahraga

11. Kebiasaan makan jeroan :

diakui

18. Radiologi : Kardiomegali,

subtissue swelling minimal,

Penyempitan pada MTP 1 dan

MTP 2 pedis dextra,

F. Problem

1. Gagal Jantung NYHA 3 :1,2,3,12,13,18

2. Arthritis Gout : 4,5,6,7,8,9,10,11,14,15,16,17,18

G. Rencana Pemecahan Masalah

1. Gagal jantung

Asessment gagal jantung NYHA 3

a. Problem

Subjektif : Sesak nafas, Sesak dipengaruhi aktifitas ringan,

Menggunakan bantal yang ditumpuk untuk mengatasi sesak di malam

hari, riwayat darah tinggi (+), riwayat sakit jantung (+)

Objektif : KU : lemas, TD : 140/100 , Nadi : 108 x/menit, RR :

30x/menit, konfigurasi jantung kesan kardiomegali, RBK +/+ RBH +/+,

hasil rontgen kardiomegali

b. Initial plan

1) IpDx

a) Pemeriksaan fisik : pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan JVP,

pemeriksaan jantung-paru, pemeriksaan ekstremitas

b) Pemeriksaan penunjang : EKG, laboratorium : ureum, creatinin,

elektrolit darah, urin tampung

2) IpTx

a) Oksigen nasal canul 3 liter per menit, posisi setengah duduk

b) Infus RL 16 tpm

c) Diit jantung 2

d) Inj IV Furosemide 1 amp / 8 jam

e) Aspar K tab 2 x 1

13

Page 14: Laporan Adiit

f) Inj IV Ranitidine 1 amp / 8 jam

g) Amlodipin 5mg tab 1-0-0

h) ISDN 1 mg tab 3 x 1

i) Aspilet tab 1 x 1

j) Cpg tab 1 x 1

3) IpMx

Monitoring keluhan, monitor keadaan umum, Tanda vital,

pemeriksaan fisik Jantung-Paru, monitor saturasi oksigen / 12 jam,

monitor urin.

4) IpEx

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang

penyakit yang diderita pasien, pemeriksaan lanjutan yang akan

dilakukan, terapi yang diberikan, menjelaskan kepada pasien agar

mengurangi kegiatan fisik yang berat.

2. Gout Arthritis

Asessment Gout Arthritis

c. Problem

Subjektif : Nyeri sendi gerak, Nyeri sendi pernah dirasakan pasien

sebelumnya, Empat hari terakhir keluhannya dirasakan bertambah

berat, bejolan-bejolan pada persendian pergelangan tangan kanan dan

lutut kaki kanan dan kiri. Serta jari jari kaki yang terasa panas dan

nyeri.

Objektif : KU : lemas, TD : 130/80 , Nadi : 80 x/menit, RR :

19x/menit,

Oedem pada meta tarsophalangeal 1 dextra, articulation radio

ulnaris dextra, dan genue bagian dextra). articulatio radiulnaris dextra

diduga terdapat tofus

14

Page 15: Laporan Adiit

Nyeri tekan pada massa (konsistensi lunak dan mobile) di

articulatio radioulnaris dextra, teraba oedem di kedua articulatio genue

dextra dan sinistra.

Sedikit gerakan aktif sendi MTP 1, gerakan flexi dan extensi

articulatio radioulnaris dextra dan articulatio genue dapat dilakukan

maksimal terdapat nyeri gerak.

Laboratorium : Ureum 66, kadar asam urat : hari 1 (12,1) hari 2

(12,0), hari 3 (11,1), Radiologi : Softissue swelling minimal,

Penyempitan pada MTP 1 dan MTP 2 pedis dextra,

d. Initial plan

1) IpDx

a) Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, move)

b) Pemeriksaan penunjang : kadar asam urat, radiologi, sedimen urin

2) IpTx

a) Allupurinol 100 mg tab 2 x 1

b) Colchicine 0,5 mg tab 1 x 1

c) Inj IV metilprednisolon 20 mg

3) IpMx

Monitoring keluhan, pemeriksaan fisik ekstremitas, dan kadar

asam urat dalam darah

4) IpEx

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang

penyakit yang diderita pasien, pemeriksaan lanjutan yang akan

dilakukan, terapi yang diberikan, menjelaskan kepada pasien

mengenai diet rendah purin

H.

15

Page 16: Laporan Adiit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Artritis gout adalah suatu proses inflamasi (pembengkakan) yang terjadi

karena deposisi, deposit atau timbunan kristal asam urat pada jaringan sekitar

sendi atau tofi.1-4

American College of Rheumatology (2002), gout adalah suatu penyakit

dan potensi keterbatasan pergerakan sendi akibat peradangan yang disebabkan

oleh deposisi kristal asam urat pada tofi. 1-4

Di Indonesia, sekitar 15% kasus yang menderita artritis gout berakhir

dengan kecacatan. 1-4

B. Etiologi

1. Pembentukan asam urat yang berlebihan/hiperurisemia : kadar asam urat

pada laki-laki sebesar > 7 mg% dan pada perempuan sebesar > 6 mg%.

a. Gout primer metabolik, peningkatan kecepatan sintesa asam urat.

b. Gout sekunder metabolik, disebabkan penyakit lain seperti

leukemia/mielofibrosis.

2. Kurangnya eksresi asam urat melalui ginjal

a. Gout primer renal, ggx ekskresi asam urat di tubuli distal ginjal.

b. Gout sekunder renal, glomerulonefritis/GGK.

C. Faktor Risiko1-4

1. Prevalensi hiperurisemia kira-kira 2,6-4,72% yang bervariasi pada

berbagai populasi

2. Pada umur < 65 tahun prevalensi hiperusemia yang bermanifestasi sebagai

gout pada laki-laki 4 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan

3. Pada usia > 65 tahun rasio hipeurisemia 1 : 3 (wanita : pria)

4. Konsumsi makanan tinggi purin

16

Page 17: Laporan Adiit

hati, ginjal, otak, jantung, paru, jeroan, udang, remis, kerang,

sardin, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), serta makanan

dalam kaleng

5. Konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol

meningkatkan produksi asam urat. Asam laktat menghambat ekskresi

asam urat oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum

17

Page 18: Laporan Adiit

D. Patofisiologi1,4

18

Page 19: Laporan Adiit

Gambaran Klinis

Tahapan Artritis Gejala Gambaran Klinis

Tahap 1

Hiperurisemia

Asimptomatik

Tanpa gejala atau tanda klinis

Tahap 2

Artritis Gout Akut

• Pembengkakkan mendadak

• Nyeri sendi pagi hari

Tahap 3

Intercritical

• Secara klinis tidak

ditemukan tanda radang

akut

• Pada aspirasi sendi

ditemukan kristal urat

Tahap 4

Gout Kronis

Terbentuk tofi

Manifestasi hiperurisemia pada ginjal :

1. Terjadi pada sekitar 20-40% penderita gout

2. Terdapat tiga bentuk kelainan ginjal:

a. Nefropati urat, yaitu deposisi kristal urat di interstitial medulla dan

pyramid ginjal

b. Nefropati asam urat, yaitu presipitasi asam urat dalam jumlah yang

besar pada duktus kolektivus dan ureter, menimbulkan gagal ginjal

akut

19

Page 20: Laporan Adiit

c. Nefrolitiasis, yaitu batu ginjal yang didapatkan pada 10-25% dengan

gout primer

E. Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium

a. Peningkatan asam urat serum (>7,5 mg/dl)

b. Meningkatnya kadar alkalin fosfatase (50%) – menggambarkan proses

inflamasi, imobilisasi, dan resorbsi tulang.

c. Rheumatoid factor negatif.

d. Kristal asam urat pada sedimen urin.

e. Kelainan fungsi ginjal karena adanya nefropati urat.

2. Radiologis

a. Fase awal didapatkan soft tissue sweeling

b. Fase kronis didapatkan gambaran khas (erosi punched out)

F. Diagnosis

20

Page 21: Laporan Adiit

1.Ditemukannya kristal urat di cairan sendi, atau

2.Adanya tofus yang berisi Kristal urat, atau

3.Terdapat kriteria ACR (American College of Rheumatology ) 6 dari 12

kriteria klinis, laboratoris, dan radiologis sebagai berikut :

a. terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut

b. Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari

c. Arthritis monoartikuler

d. Kemerahan pada sendi

e. Bengkak dan nyeri pada MTP-1

f. Arthritis unilateral yang melibatkan MTP-1

g. Arthritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal

h. Kecurigaan terhadap adanya tofus

i. Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis)

j. Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis)

k. kultur mikroorganisme negative pada cairan sendi

4. Kriteria diagnosis untuk artritis gout kronik

a. Riwayat bengkak pada sendi MTP-1 diikuti oleh stadium interkritik di

mana bebas gejala

b. Resolusi sinuvitis dengan cepat dengan pengobatan kolkisin

c. Hiperurisemia

Menegakan diagnosis berdasarkan kriteria ini perlu pemeriksaan klinis

dan penunjang yang cermat

G. Tata laksana

1. Edukasi dan diet1,4

a. Pasien harus diedukasi untuk mengendalikan kadar asam urat jangka

panjang

b. Tujuannya untuk mencegah kembalinya gejala akut

c. Kontrol hiperurisemia dilakukan dengan diet rendah purin, serta

menghindari obat-obatan yang meningkatkan kadar asam urat

d. Selanjutnya diperlukan urate lowering agent, pada hiperurisemia

asimptomatik terapi farmakologik dimulai jika asam urat > 9 mg/dL

21

Page 22: Laporan Adiit

e. Pasien harus diedukasi untuk mengendalikan kadar asam urat jangka

panjang

f. Kontrol hiperurisemia dilakukan dengan diet rendah purin, serta

menghindari obat-obatan yang meningkatkan kadar asam urat

1) Tinggi purin : Kadar purin 150-1000mg/100gr (Gol A)

2) Sedang : Kadar purin 100-150mg/100gr (Gol B)

3) Rendah purin : Kadar purin 0-50 mg/100 gr (gol C)

Golongan A Golongan B Golongan C

hati, ginjal, otak, jantung,

paru, jeroan, udang, remis,

kerang, sardin, herring,

ekstrak daging (abon,

dendeng), ragi (tape),

alcohol serta makanan

dalam kaleng

ikan yang tidak termasuk

golongan A, daging sapi,

kerang-kerangan, kacang-

kacangan kering, kembang

kol, bayam, asparagus,

buncis, jamur, daun singkong,

daun pepaya, kangkung

keju, susu, telur,

sayuran lain,

buah-buahan

2. Medika Mentosa

22

Page 23: Laporan Adiit

3. Kontrol Hiperurisemia2

a. Menghindari obat diuretik/agen hiperurisemik

b. Urate lowering agent (XO inhibitor)

Allopurinol diberikan mulai 100 mg/hari dan dinaikkan per minggu

sampai tercapai target (rata-rata diperlukan minimal 300 mg/hari)

c. Uricosuric agent

1) Probenesid diberikan 0,5-3 gram dibagi 2-3 kali/hari

2) Sulfinpirazon 300-400 mg dibagi 3-4 kali/hari

H. Hubungan gagal jantung, Hipertensi, Gout ,dan Hiperurisemia

Hipertensi yang lama menyebabkan terjadinya pembesaran otot jantung

sehingga berdampak pada terjadinya gagal jantung. Peningkatan asam urat juga

menyebabkan disfungsi endotel akibat produksi reactive oxygen species (ROS)

yang berlebihan, penurunan jumlah nitric oxide(NO), produksi renin

meningkat, dan terjadinya reaksi inflamasi. Hal ini mempercepat perburukan

otot jantung sehingga terjadi fase akut gagal jantung.6

Hiperurisemia dan gout sering terjadi pada gagal jantung dan biasanya

disebabkan karena pemberian diuretik. Hiperurisemia berhubungan dengan

prognosis yang lebih buruk pada gagal jantung sistolik. Allupurinol dapat

digunakan untuk pencegahan gout walaupun dengan tingkat keamanan yang

belum jelas. Pada gout yang simtomatik, pemberian kolkisin lebih baik

daripada NSAID, tetapi pemberiannya pada pasien dengan gangguan ginjal

harus berhati-hati dan dapat menyebabkan diare.Dapat juga diberikan

kortikosteroid intra-artikular, tetapi pemberian kortikosteroid secara sistemik

tidak dianjurkan karena dapat menyebakan retensi garam dan cairan.5

23

Page 24: Laporan Adiit

BAB III

PEMBAHASAN

Teori KasusEtiologi / Faktor Resiko

• Usia > 65 tahun rasio hipeurisemia 1 : 3 (wanita : pria)

• Konsumsi Makanan tinggi purin : hati, ginjal, otak, jantung, paru, jeroan, udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), makanan dalam kaleng

• Konsumsi Alkohol

• Pasien usia 75 tahun seorang wanita.

• Riwayat konsumsi makanan : Jeroan,

• Konsumsi Alkohol disangkal

Diagnosis • Kriteria ACR 1977 (Minimal 6 kriteria)

• terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut

• Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari

• Arthritis monoartikuler • Nyeri pada MTP-1 • Arthritis unilateral

yang melibatkan MTP-1

• Arthritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal

• Kecurigaan terhadap adanya tofus

Gambaran klinis Tahap 1Hiperurisemia Asimptomatik :Tanpa gejala atau tanda klinisTahap 2Artritis Gout Akut :• Pembengkakkan

mendadak• Nyeri sendi pagi hari

Tahap 3Intercritical

Pada pasien ditemukan adanya tofi dan tanda radang akut.Gambaran Klinis :Gout Kronis serangan Akut

24

Page 25: Laporan Adiit

• Secara klinis tidak ditemukan tanda radang akut

• Pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat

Tahap 4Gout KronisTerbentuk tofi

Penunjang• Laboratorium

• Peningkatan asam urat serum (>7,5 mg/dl)

• Meningkatnya kadar alkalin fosfatase (50%) – menggambarkan proses inflamasi, imobilisasi, dan resorbsi tulang.

• Rheumatoid factor negatif• Kristal asam urat pada

sedimen urin• Kelainan fungsi ginjal

karena adanya nefropati urat.

• Asam urat serum 12,1 mg/dl

• Tidak dilakukan pemeriksaan alkalin fosfatase

• Tidak dilakukan pemeriksaan rheumatoid faktor

• Tidak dilakukan pemerksaan UL

• Ditemukaan adanya penungkatan Ureum 66 mg/dl

Radiologi • Fase awal didapatkan soft tissue sweeling

• Fase kronis didapatkan gambaran khas (erosi punched out)

• terjadi penyempitan celah sendi akibat adanya tumpukan kristal urat, pada genue dextra

• didapatkan soft tissue sweeling minimal

Penaatalaksanaan • Non Medikamentosa• Edukasi• Diet rendah purin

• Medikamentosa• NSAID• Streoid• Cholcicene• Urate lowering agent

Allopurinol

• Pada pasein, edukasi sudah diberikan.

• Diet rendah purin dengan menghindari makanan Golongan A dan B

• Medikamentosa diberikan Urate lowering agent Allopurinol, cholcicene, dan intravena steroid karena mengenai > 1 sendi, tidak disarankan menggunakan NSAID karena terdapat gagal jantung pada pasien

25

Page 26: Laporan Adiit

BAB IV

KESIMPULAN

Gout dengan latar belakang masalah gangguan metabolik yaitu

hiperurisemia, masih menjadi masalah yang serius. Hal ini karena

manifestasinya yang tidak hanya terbatas pada sendi, namun juga bisa

menimbulkan gangguan fungsi ginjal hingga kondisi gagal ginjal kronik, dan

jantung.

Penegakkan diagnosis dan penanganan yang tepat diperlukan untuk

meminimalisir berbagai komplikasi akibat keadaan ini. Edukasi yang baik dan

perubahan pola hidup termasuk diet harus dilakukan selanjutnya diperlukan

juga terapi farmakologis, namun harus dilakukan dengan berbagai

pertimbangan oleh karena efek samping dan kontra indikasinya.

26

Page 27: Laporan Adiit

Daftar Pustaka

1. Price,Sylvia.A dan Wilson,Lorraine.M. Gout. In: PATOFISIOLOGI. Edisi 6.

Jakarta : EGC:2005.p.1402-4

2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II. 5th ed. Jakarta : Interna Publishing; 2009.

3. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. 27 th ed. Jakarta:

EGC; p. 317.

4. Price,Sylvia.A dan Wilson,Lorraine.M. Gout. In: PATOFISIOLOGI.Edisi

6.Jakarta : EGC:2005.p.1402-4

5. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. Pedoman

Tatalaksana Gagal Jantung.2015

6. Rezuanto Pualillin,Starry H. Rampengan Frans Wantania. Hubungan kadar

asam urat dengan kejadian gagal jantung akut pada pasien hipertensi. Jurnal

e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015

27