laporan adiit
DESCRIPTION
klklpopTRANSCRIPT
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Gumantar 2/3 tanjung, Juwirung
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
No. CM : 077285
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Buruh
Masuk RS : 20 Desember 2015
Tanggal periksa : 24 Desember 2015
B. Anamnesis
1. Keluhan utama
Sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk ke RS dengan keluhan sesak napas yang dirasakan sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien sebelumnya sudah sering
mengalami sesak napas. Sesak napas ini muncul sewaktu-waktu dan hanya
di pengaruhi oleh aktivitas ringan. Pasien mengaku selalu menggunakan
bantal yang ditumpuk untuk mengatasi sesak yang dirasa sangat berat
dimalam hari.
Selain sesak, pasien juga merasakan nyeri pada sendi sejak 1 minggu
yang lalu, nyeri dirasakan terutama pada sendi-sendi gerak pasien. Nyeri
dirasakan kemeng-kemeng (pegal-pegal) dan menyebabkan pasien sulit
beraktifitas, Nyeri ini sebelumnya sudah pernah dialami oleh pasien,
biasanya akan hilang apabila pasien istirahat dan tiba tiba memberat tanpa
diketahui penyebabnya, namun dalam empat hari terakhir keluhannya
1
dirasakan bertambah berat dan tidak berkurang walaupun pasien
beristirahat. Terdapat bejolan-bejolan pada persendian pergelangan tangan
kanan dan lutut kaki kanan dan kiri. Serta jari jari kaki yang terasa panas
dan nyeri.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit nyeri sendi : Satu tahun lalu pernah mengalami hal
serupa, dan dilakukan penyedotan (aspirasi)
pada lokasi bengkak.
Riwayat alergi obat : Disangkal
Riwayat alergi makanan : Disangkal
Riwayat rawat inap : Disangkal
Riwayat darah tinggi : (+) pasien menderita darah tinggi, dan
mengaku dikontrol dengan minum obat
rutin.
Riwayat kencing manis : Disangkal
Riwayat penyakit jantung : Pasien didiagnosis gagal jantung (CHF)
saat
masuk rumah sakit PKU Muhammadiyah
Delanggu
Riwayat penyakit ginjal : Disangkal
Riwayat penyakit hati/liver : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit sendi : (+) Ibu pasien
Riwayat darah tinggi : (+) Ibu pasien
Riwayat kencing manis : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal
Riwayat sakit jantung : Disangkal
5. Riwayat Pengobatan
2
± 1 tahun lalu pasien pernah memeriksakan bengkak pada pergelangan
tangan kanan pasien dan diambil sampel cairan di sendinya, yang dirasa
sudah membaik.
6. Riwayat Kebiasaan
Riwayat minum alkohol : Disangkal
Riwayat olah raga : Jarang berolahraga
Kebiasaan makan jeroan : Diakui
7. Riwayat Sosial Ekonomi
Pekerjaan pasien adalah buruh.
8. Riwayat gizi
Pasien mengaku makan 3 kali sehari dengan menu seadanya. Pola
makan sehari-hari kurang teratur, dan mengakui sering makan gorengan dan
jeroan
9. Anamnesis Sistemik
a. Sistem serebrospinal : tidak ada keluhan
b. Sistem kardiorespiratori : sesak nafas
c. Sistem gastrointestinal :tidak ada keluhan
d. Sistem muskuloskeletal : nyeri pada sendi
e. Sistem integumen : tidak ada keluhan
f. Sistem urogenital : tidak ada keluhan
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak lemas, kesan gizi baik
Kesadaran : Compos mentis
1. Tanda vital :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 105x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 22x/menit reguler
Suhu : 36,50 C (aksiler)
2. Status Gizi :
3
BB : 52 kg
TB : 165 cm
BMI : 27,22 (overweight)
3. Kulit : warna sawo matang, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-),
kering (-) teleangiektasis (-), petekie (-), ikterik (-)
4. Kepala : Mesosefal, rambut warna hitam, mudah rontok (-), luka (-)
5. Mata : Mata cekung (-/-), Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
reflek cahaya (+/+), pupil isokor 3mm/3mm, lensa (jernih/jernih), edema
palpebra (-/-), strabismus (-/-)
6. Hidung : Nafas cuping (-), discharge (-/-), deformitas (-)
7. Telinga : Discharge (-/-)
8. Mulut : Bibir Sianosis (-), lidah kotor (-), tonsil hiperemis (-) T1–T1,
Faring hiperemis (-)
9. Leher : Pembesaran KGB servikal (-), JVP R + 2 cm (tidak meningkat),
otot bantu pernapasan (-).
10. Toraks : bentuk normochest, simetris kanan dan kiri, warna kulit = kulit
sekitar, pola pernapasan torakoabdominal, retraksi intercostal (-), sela iga
melebar (-), pembesaran KGB axilla (-/-).
Cor :
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak Nampak
b. Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V 2 cm medial linea mid
clavicula sinistra, thrill (-), pulsus epigastrium (-), pulsus parasternal (-),
kuat angkat (-)
c. Perkusi :
Batas atas jantung : ICS II linea parasternal sinistra
Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra
Batas kiri bawah jantung : ICS V 2 cm lateral linea mid
clavicula sinistra
Batas kanan bawah jantung : ICS IV linea parasternalis dextra
Konfigurasi jantung kesan kardiomegali
4
d. Auskultasi: Suara Jantung I –II normal murni, reguler, bising (-), gallop
(-)
Pulmo :
Sinistra Dextra
Depan
1. Inspeksi
Statis
Dinamis
2. Palpasi
Statis
Dinamis
3. Perkusi
Kulit seperti kulit
sekitar, datar, simetris,
ictus cordis tak terlihat,
ICS tak melebar
Pergerakan hemitoraks
sinistra = dextra, retraksi
intercostal (-), retraksi
epigastrium (-)
Nyeri tekan (-), simetris
Massa (-), krepitasi (-).
Stem fremitus sinistra =
dextra, pergerakan
hemitoraks sama
kuatnya
Sonor di seluruh lapang
paru, batas paru hati
pada ICS VI linea mid
Kulit seperti kulit
sekitar, datar, simetris,
ictus cordis tak terlihat,
ICS tak melebar
Pergerakan hemitoraks
sinistra = dextra, retraksi
intercostal (-), retraksi
epigastrium (-)
Nyeri tekan (-), simetris,
massa (-), krepitus (-)
Stem fremitus sinistra =
dextra, pergerakan
hemitoraks sama
kuatnya
Sonor di seluruh lapang
paru
5
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara
tambahan
Wheezing
RBH
RBK
RK
Stridor
clavicula sinistra
Vesikuler (+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
Vesikuler (+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
Belakang
1. Inspeksi
Statis
Dinamis
2. Palpasi
Statis
Dinamis
3. Perkusi
Kulit seperti kulit
sekitar, datar, simetris,
ictus cordis tak terlihat,
ICS tak melebar
Pergerakan hemitoraks
sinistra = dextra
Nyeri tekan (-), simetris
Stem fremitus sinistra =
dextra, pergerakan
hemitoraks sama
kuatnya
Sonor di seluruh lapang
Kulit seperti kulit
sekitar, datar, simetris,
ictus cordis tak terlihat,
ICS tak melebar
Pergerakan hemitoraks
sinistra = dextra
Nyeri tekan (-), simetris
Stem fremitus sinistra =
dextra, pergerakan
hemitoraks sama
kuatnya
Sonor di seluruh lapang
6
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara
tambahan
Wheezing
RBH
RBK
RK
Stridor
paru, peranjakan paru ±
5cm
Vesikuler (+)
(-)
(+)
(+)
(-)
(-)
paru, peranjakan paru ±
5cm
Vesikuler (+)
(-)
(+)
(+)
(-)
(-)
Tampak anterior paru Tampak posterior paru
RBH RBH
X = Ronkhi Basah Kasar,
Abdomen :
Inspeksi : Permukaan datar, warna sama dengan kulit sekitar.
Auskultasi : Bising usus (+) normal (15x/menit), bising arteri renal (-)
Perkusi : Timpani di seluruh regio (+), pekak sisi (-), pekak alih (-),
liver span 10 cm.
Palpasi : Distended (-), Nyeri tekan (-), pekak sisi dan pekak alih
(-) , turgor <2 detik (normal), defans muskuler (-), hepar, ginjal, lien
tidak teraba.
11. Ekstremitas :
7
Ekstremitas Superior InferiorSianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-Oedem -/- -/-
Capillary refill < 2 detik < 2 detikGerak Dalam batas normal Dalam batas normal
Kekuatan 5/5 5/5
pedis dexstra et sinistra Articulatio genue dextra et sinistra
wrist joint dextra lateral wrist joint dextra dorsal
Status lokalis:
a. Look/Inspeksi
Oedem pada dorsum pedis terutama, pada sendi metatarsophalangeal 1
dextra, articulation radio ulnaris dextra, dan kedua genue terutama pada
bagian dextra. Pada articulatio radiulnaris dextra diduga terdapat tofus
b. Feel/Palpasi
Nyeri tekan pada massa (konsistensi lunak dan mobile) di articulatio
radioulnaris dextra, teraba oedem di kedua articulatio genue dextra dan
sinistra.
8
c. Move/Gerak
Pasien hanya mampu melakukan sedikit gerakan aktif sendi MTP 1,
karena nyeri. Sedangkan gerakan flexi dan extensi articulatio radioulnaris
dextra dan articulatio genue dapat dilakukan maksimal tetapi terdapat nyeri
gerak.
D. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium ( tanggal 20/12/2015)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 8,0 ↓ 12.0-16.0
Leukosit 28,4↑ 4.0-12.0
Trombosit 603.0 ↑ 150.0-400.0
Eritrosit 4.13 4.00-5.00
Hematokrit 25.9 ↓ 37.0-43.0
Granulosit 90,3 ↑ 50.0-80.0
Limfosit 4.8 ↓ 20.5-51.1
Monosit 5 2-9
MCV 62,6 78,6-102,2
MCH 19,4 25,2 – 34,7
MCHC 30,9 31,3 – 35,4
Ureum 66 10-50
Creatinin 0,69 0,50 – 0,90
SGOT 9 0-50
SGPT 12 0- 50
GDS 90 < 180
HbsAG Negatif Non Reaktif
Pemeriksaan Kimia Klinik Asam Urat
Tanggal Hasil Nilai Rujukan
22/12/2015 12,1 2,4 – 5,7
9
26/12/2015 12,0 2,4 – 5,7
29/12/2015 11,1 2,4 – 5,7
Pemeriksaan Sedimen Urine
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Leukosit 15-20 4-5
Eritrosit 1-2 0-1
Silinder Negatif Negatif
Epitel 20-25 Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Rontgen (tanggal 27/12/2015)
10
Postero Anterior Thorax Antero Posterior (AP) Pedis dextra et
sinistra
Rontgen lateral Genue joint AP genue joint dextra et sinistra
dextra et sinistra
Kesan :
1) Kardiomegali, pulmo normal.
2) Osteoarthritis genue bilateral dextra, dengan subtissue swelling minimal
11
3) Penyempitan pada Metatorso phalangeal digiti 1 dan metatorso phalangeal
digiti 2 pedis dextra, akibat adanya tumpukan kristal urat. Pedis sinistra
normal
Diagnosis : Arthritis Gout
E. Daftar Abnormalitas
Anamnesis
1. Sesak nafas
2. Sesak dipengaruhi aktifitas
ringan
3. Menggunakan bantal yang
ditumpuk untuk mengatasi
sesak di malam hari.
4. Nyeri sendi gerak
5. Nyeri sendi pernah dirasakan
pasien sebelumnya
6. Empat hari terakhir
keluhannya dirasakan
bertambah berat
7. bejolan-bejolan pada
persendian pergelangan
tangan kanan dan lutut kaki
kanan dan kiri. Serta jari jari
kaki yang terasa panas dan
nyeri.
8. Satu tahun lalu pernah
mengalami hal serupa, dan
dilakukan penyedotan
(aspirasi) pada lokasi
bengkak.
9. pasien menderita darah
tinggi, dan mengaku
dikontrol dengan minum obat
rutin.
10. Riwayat olah raga : jarang
Pemeriksaan Fisik
12. Konfigurasi jantung kesan
kardiomegali
13. RBK +/+ RBH +/+ pulmo
anterior dan posterior
14. Oedem pada meta
tarsophalangeal 1 dextra,
articulation radio ulnaris
dextra, dan genue bagian
dextra). articulatio radiulnaris
dextra diduga terdapat tofus
15. Nyeri tekan pada massa
(konsistensi lunak dan mobile)
di articulatio radioulnaris
dextra, teraba oedem di kedua
articulatio genue dextra dan
sinistra.
16. Sedikit gerakan aktif sendi
MTP 1, gerakan flexi dan
extensi articulatio radioulnaris
dextra dan articulatio genue
dapat dilakukan maksimal
terdapat nyeri gerak.
Pemeriksaan penunjang
17. Leukosit : 28,4 Laboratorium :
Ureum 66, kadar asam urat :
hari 1 (12,1) hari 2 (12,0), hari
3 (11,1)
12
berolahraga
11. Kebiasaan makan jeroan :
diakui
18. Radiologi : Kardiomegali,
subtissue swelling minimal,
Penyempitan pada MTP 1 dan
MTP 2 pedis dextra,
F. Problem
1. Gagal Jantung NYHA 3 :1,2,3,12,13,18
2. Arthritis Gout : 4,5,6,7,8,9,10,11,14,15,16,17,18
G. Rencana Pemecahan Masalah
1. Gagal jantung
Asessment gagal jantung NYHA 3
a. Problem
Subjektif : Sesak nafas, Sesak dipengaruhi aktifitas ringan,
Menggunakan bantal yang ditumpuk untuk mengatasi sesak di malam
hari, riwayat darah tinggi (+), riwayat sakit jantung (+)
Objektif : KU : lemas, TD : 140/100 , Nadi : 108 x/menit, RR :
30x/menit, konfigurasi jantung kesan kardiomegali, RBK +/+ RBH +/+,
hasil rontgen kardiomegali
b. Initial plan
1) IpDx
a) Pemeriksaan fisik : pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan JVP,
pemeriksaan jantung-paru, pemeriksaan ekstremitas
b) Pemeriksaan penunjang : EKG, laboratorium : ureum, creatinin,
elektrolit darah, urin tampung
2) IpTx
a) Oksigen nasal canul 3 liter per menit, posisi setengah duduk
b) Infus RL 16 tpm
c) Diit jantung 2
d) Inj IV Furosemide 1 amp / 8 jam
e) Aspar K tab 2 x 1
13
f) Inj IV Ranitidine 1 amp / 8 jam
g) Amlodipin 5mg tab 1-0-0
h) ISDN 1 mg tab 3 x 1
i) Aspilet tab 1 x 1
j) Cpg tab 1 x 1
3) IpMx
Monitoring keluhan, monitor keadaan umum, Tanda vital,
pemeriksaan fisik Jantung-Paru, monitor saturasi oksigen / 12 jam,
monitor urin.
4) IpEx
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang
penyakit yang diderita pasien, pemeriksaan lanjutan yang akan
dilakukan, terapi yang diberikan, menjelaskan kepada pasien agar
mengurangi kegiatan fisik yang berat.
2. Gout Arthritis
Asessment Gout Arthritis
c. Problem
Subjektif : Nyeri sendi gerak, Nyeri sendi pernah dirasakan pasien
sebelumnya, Empat hari terakhir keluhannya dirasakan bertambah
berat, bejolan-bejolan pada persendian pergelangan tangan kanan dan
lutut kaki kanan dan kiri. Serta jari jari kaki yang terasa panas dan
nyeri.
Objektif : KU : lemas, TD : 130/80 , Nadi : 80 x/menit, RR :
19x/menit,
Oedem pada meta tarsophalangeal 1 dextra, articulation radio
ulnaris dextra, dan genue bagian dextra). articulatio radiulnaris dextra
diduga terdapat tofus
14
Nyeri tekan pada massa (konsistensi lunak dan mobile) di
articulatio radioulnaris dextra, teraba oedem di kedua articulatio genue
dextra dan sinistra.
Sedikit gerakan aktif sendi MTP 1, gerakan flexi dan extensi
articulatio radioulnaris dextra dan articulatio genue dapat dilakukan
maksimal terdapat nyeri gerak.
Laboratorium : Ureum 66, kadar asam urat : hari 1 (12,1) hari 2
(12,0), hari 3 (11,1), Radiologi : Softissue swelling minimal,
Penyempitan pada MTP 1 dan MTP 2 pedis dextra,
d. Initial plan
1) IpDx
a) Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, move)
b) Pemeriksaan penunjang : kadar asam urat, radiologi, sedimen urin
2) IpTx
a) Allupurinol 100 mg tab 2 x 1
b) Colchicine 0,5 mg tab 1 x 1
c) Inj IV metilprednisolon 20 mg
3) IpMx
Monitoring keluhan, pemeriksaan fisik ekstremitas, dan kadar
asam urat dalam darah
4) IpEx
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang
penyakit yang diderita pasien, pemeriksaan lanjutan yang akan
dilakukan, terapi yang diberikan, menjelaskan kepada pasien
mengenai diet rendah purin
H.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Artritis gout adalah suatu proses inflamasi (pembengkakan) yang terjadi
karena deposisi, deposit atau timbunan kristal asam urat pada jaringan sekitar
sendi atau tofi.1-4
American College of Rheumatology (2002), gout adalah suatu penyakit
dan potensi keterbatasan pergerakan sendi akibat peradangan yang disebabkan
oleh deposisi kristal asam urat pada tofi. 1-4
Di Indonesia, sekitar 15% kasus yang menderita artritis gout berakhir
dengan kecacatan. 1-4
B. Etiologi
1. Pembentukan asam urat yang berlebihan/hiperurisemia : kadar asam urat
pada laki-laki sebesar > 7 mg% dan pada perempuan sebesar > 6 mg%.
a. Gout primer metabolik, peningkatan kecepatan sintesa asam urat.
b. Gout sekunder metabolik, disebabkan penyakit lain seperti
leukemia/mielofibrosis.
2. Kurangnya eksresi asam urat melalui ginjal
a. Gout primer renal, ggx ekskresi asam urat di tubuli distal ginjal.
b. Gout sekunder renal, glomerulonefritis/GGK.
C. Faktor Risiko1-4
1. Prevalensi hiperurisemia kira-kira 2,6-4,72% yang bervariasi pada
berbagai populasi
2. Pada umur < 65 tahun prevalensi hiperusemia yang bermanifestasi sebagai
gout pada laki-laki 4 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan
3. Pada usia > 65 tahun rasio hipeurisemia 1 : 3 (wanita : pria)
4. Konsumsi makanan tinggi purin
16
hati, ginjal, otak, jantung, paru, jeroan, udang, remis, kerang,
sardin, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), serta makanan
dalam kaleng
5. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol
meningkatkan produksi asam urat. Asam laktat menghambat ekskresi
asam urat oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum
17
D. Patofisiologi1,4
18
Gambaran Klinis
Tahapan Artritis Gejala Gambaran Klinis
Tahap 1
Hiperurisemia
Asimptomatik
Tanpa gejala atau tanda klinis
Tahap 2
Artritis Gout Akut
• Pembengkakkan mendadak
• Nyeri sendi pagi hari
Tahap 3
Intercritical
• Secara klinis tidak
ditemukan tanda radang
akut
• Pada aspirasi sendi
ditemukan kristal urat
Tahap 4
Gout Kronis
Terbentuk tofi
Manifestasi hiperurisemia pada ginjal :
1. Terjadi pada sekitar 20-40% penderita gout
2. Terdapat tiga bentuk kelainan ginjal:
a. Nefropati urat, yaitu deposisi kristal urat di interstitial medulla dan
pyramid ginjal
b. Nefropati asam urat, yaitu presipitasi asam urat dalam jumlah yang
besar pada duktus kolektivus dan ureter, menimbulkan gagal ginjal
akut
19
c. Nefrolitiasis, yaitu batu ginjal yang didapatkan pada 10-25% dengan
gout primer
E. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
a. Peningkatan asam urat serum (>7,5 mg/dl)
b. Meningkatnya kadar alkalin fosfatase (50%) – menggambarkan proses
inflamasi, imobilisasi, dan resorbsi tulang.
c. Rheumatoid factor negatif.
d. Kristal asam urat pada sedimen urin.
e. Kelainan fungsi ginjal karena adanya nefropati urat.
2. Radiologis
a. Fase awal didapatkan soft tissue sweeling
b. Fase kronis didapatkan gambaran khas (erosi punched out)
F. Diagnosis
20
1.Ditemukannya kristal urat di cairan sendi, atau
2.Adanya tofus yang berisi Kristal urat, atau
3.Terdapat kriteria ACR (American College of Rheumatology ) 6 dari 12
kriteria klinis, laboratoris, dan radiologis sebagai berikut :
a. terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut
b. Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari
c. Arthritis monoartikuler
d. Kemerahan pada sendi
e. Bengkak dan nyeri pada MTP-1
f. Arthritis unilateral yang melibatkan MTP-1
g. Arthritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal
h. Kecurigaan terhadap adanya tofus
i. Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis)
j. Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis)
k. kultur mikroorganisme negative pada cairan sendi
4. Kriteria diagnosis untuk artritis gout kronik
a. Riwayat bengkak pada sendi MTP-1 diikuti oleh stadium interkritik di
mana bebas gejala
b. Resolusi sinuvitis dengan cepat dengan pengobatan kolkisin
c. Hiperurisemia
Menegakan diagnosis berdasarkan kriteria ini perlu pemeriksaan klinis
dan penunjang yang cermat
G. Tata laksana
1. Edukasi dan diet1,4
a. Pasien harus diedukasi untuk mengendalikan kadar asam urat jangka
panjang
b. Tujuannya untuk mencegah kembalinya gejala akut
c. Kontrol hiperurisemia dilakukan dengan diet rendah purin, serta
menghindari obat-obatan yang meningkatkan kadar asam urat
d. Selanjutnya diperlukan urate lowering agent, pada hiperurisemia
asimptomatik terapi farmakologik dimulai jika asam urat > 9 mg/dL
21
e. Pasien harus diedukasi untuk mengendalikan kadar asam urat jangka
panjang
f. Kontrol hiperurisemia dilakukan dengan diet rendah purin, serta
menghindari obat-obatan yang meningkatkan kadar asam urat
1) Tinggi purin : Kadar purin 150-1000mg/100gr (Gol A)
2) Sedang : Kadar purin 100-150mg/100gr (Gol B)
3) Rendah purin : Kadar purin 0-50 mg/100 gr (gol C)
Golongan A Golongan B Golongan C
hati, ginjal, otak, jantung,
paru, jeroan, udang, remis,
kerang, sardin, herring,
ekstrak daging (abon,
dendeng), ragi (tape),
alcohol serta makanan
dalam kaleng
ikan yang tidak termasuk
golongan A, daging sapi,
kerang-kerangan, kacang-
kacangan kering, kembang
kol, bayam, asparagus,
buncis, jamur, daun singkong,
daun pepaya, kangkung
keju, susu, telur,
sayuran lain,
buah-buahan
2. Medika Mentosa
22
3. Kontrol Hiperurisemia2
a. Menghindari obat diuretik/agen hiperurisemik
b. Urate lowering agent (XO inhibitor)
Allopurinol diberikan mulai 100 mg/hari dan dinaikkan per minggu
sampai tercapai target (rata-rata diperlukan minimal 300 mg/hari)
c. Uricosuric agent
1) Probenesid diberikan 0,5-3 gram dibagi 2-3 kali/hari
2) Sulfinpirazon 300-400 mg dibagi 3-4 kali/hari
H. Hubungan gagal jantung, Hipertensi, Gout ,dan Hiperurisemia
Hipertensi yang lama menyebabkan terjadinya pembesaran otot jantung
sehingga berdampak pada terjadinya gagal jantung. Peningkatan asam urat juga
menyebabkan disfungsi endotel akibat produksi reactive oxygen species (ROS)
yang berlebihan, penurunan jumlah nitric oxide(NO), produksi renin
meningkat, dan terjadinya reaksi inflamasi. Hal ini mempercepat perburukan
otot jantung sehingga terjadi fase akut gagal jantung.6
Hiperurisemia dan gout sering terjadi pada gagal jantung dan biasanya
disebabkan karena pemberian diuretik. Hiperurisemia berhubungan dengan
prognosis yang lebih buruk pada gagal jantung sistolik. Allupurinol dapat
digunakan untuk pencegahan gout walaupun dengan tingkat keamanan yang
belum jelas. Pada gout yang simtomatik, pemberian kolkisin lebih baik
daripada NSAID, tetapi pemberiannya pada pasien dengan gangguan ginjal
harus berhati-hati dan dapat menyebabkan diare.Dapat juga diberikan
kortikosteroid intra-artikular, tetapi pemberian kortikosteroid secara sistemik
tidak dianjurkan karena dapat menyebakan retensi garam dan cairan.5
23
BAB III
PEMBAHASAN
Teori KasusEtiologi / Faktor Resiko
• Usia > 65 tahun rasio hipeurisemia 1 : 3 (wanita : pria)
• Konsumsi Makanan tinggi purin : hati, ginjal, otak, jantung, paru, jeroan, udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), makanan dalam kaleng
• Konsumsi Alkohol
• Pasien usia 75 tahun seorang wanita.
• Riwayat konsumsi makanan : Jeroan,
• Konsumsi Alkohol disangkal
Diagnosis • Kriteria ACR 1977 (Minimal 6 kriteria)
• terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut
• Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari
• Arthritis monoartikuler • Nyeri pada MTP-1 • Arthritis unilateral
yang melibatkan MTP-1
• Arthritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal
• Kecurigaan terhadap adanya tofus
Gambaran klinis Tahap 1Hiperurisemia Asimptomatik :Tanpa gejala atau tanda klinisTahap 2Artritis Gout Akut :• Pembengkakkan
mendadak• Nyeri sendi pagi hari
Tahap 3Intercritical
Pada pasien ditemukan adanya tofi dan tanda radang akut.Gambaran Klinis :Gout Kronis serangan Akut
24
• Secara klinis tidak ditemukan tanda radang akut
• Pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat
Tahap 4Gout KronisTerbentuk tofi
Penunjang• Laboratorium
• Peningkatan asam urat serum (>7,5 mg/dl)
• Meningkatnya kadar alkalin fosfatase (50%) – menggambarkan proses inflamasi, imobilisasi, dan resorbsi tulang.
• Rheumatoid factor negatif• Kristal asam urat pada
sedimen urin• Kelainan fungsi ginjal
karena adanya nefropati urat.
• Asam urat serum 12,1 mg/dl
• Tidak dilakukan pemeriksaan alkalin fosfatase
• Tidak dilakukan pemeriksaan rheumatoid faktor
• Tidak dilakukan pemerksaan UL
• Ditemukaan adanya penungkatan Ureum 66 mg/dl
Radiologi • Fase awal didapatkan soft tissue sweeling
• Fase kronis didapatkan gambaran khas (erosi punched out)
• terjadi penyempitan celah sendi akibat adanya tumpukan kristal urat, pada genue dextra
• didapatkan soft tissue sweeling minimal
Penaatalaksanaan • Non Medikamentosa• Edukasi• Diet rendah purin
• Medikamentosa• NSAID• Streoid• Cholcicene• Urate lowering agent
Allopurinol
• Pada pasein, edukasi sudah diberikan.
• Diet rendah purin dengan menghindari makanan Golongan A dan B
• Medikamentosa diberikan Urate lowering agent Allopurinol, cholcicene, dan intravena steroid karena mengenai > 1 sendi, tidak disarankan menggunakan NSAID karena terdapat gagal jantung pada pasien
25
BAB IV
KESIMPULAN
Gout dengan latar belakang masalah gangguan metabolik yaitu
hiperurisemia, masih menjadi masalah yang serius. Hal ini karena
manifestasinya yang tidak hanya terbatas pada sendi, namun juga bisa
menimbulkan gangguan fungsi ginjal hingga kondisi gagal ginjal kronik, dan
jantung.
Penegakkan diagnosis dan penanganan yang tepat diperlukan untuk
meminimalisir berbagai komplikasi akibat keadaan ini. Edukasi yang baik dan
perubahan pola hidup termasuk diet harus dilakukan selanjutnya diperlukan
juga terapi farmakologis, namun harus dilakukan dengan berbagai
pertimbangan oleh karena efek samping dan kontra indikasinya.
26
Daftar Pustaka
1. Price,Sylvia.A dan Wilson,Lorraine.M. Gout. In: PATOFISIOLOGI. Edisi 6.
Jakarta : EGC:2005.p.1402-4
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. 5th ed. Jakarta : Interna Publishing; 2009.
3. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. 27 th ed. Jakarta:
EGC; p. 317.
4. Price,Sylvia.A dan Wilson,Lorraine.M. Gout. In: PATOFISIOLOGI.Edisi
6.Jakarta : EGC:2005.p.1402-4
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. Pedoman
Tatalaksana Gagal Jantung.2015
6. Rezuanto Pualillin,Starry H. Rampengan Frans Wantania. Hubungan kadar
asam urat dengan kejadian gagal jantung akut pada pasien hipertensi. Jurnal
e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015
27