laporan akhir identifikasi ikan hias di perairan …. lap. identifikasi ikan hias... · ada...
TRANSCRIPT
PEMERINTAH ACEHDINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
Jalan Tgk. Malem No. 7 Telp. (0651) 22951 – 22836 - 23181Fax. 22951 Kotak Pos. 124 Kode Pos, 23121
BANDA ACEH
LAPORAN AKHIR
IDENTIFIKASI IKAN HIAS DI PERAIRAN ACEH,DI SABANG
Nomor : 602/0767/VIII/2015Tanggal: 04 Agustus 2015Biaya : 49.775.000,-
PELAKSANA
CV. ZARINDO STRUCTUREJl. K. Usman No. 1A, Gp. Ilie – Banda Aceh
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ikan hias merupakan salah satu smberdaya ekosistem terumbu karang. Ikan hias
air laut adalah jenis ikan laut yang dimanfaatkan keindahan visualnya, biasanya
dipelihara dalam akuarium. Habitat ikan hias air laut adalah terumbu karang, dimana
terdapat terumbu karang yang sehat disanalah ikan hias berkumpul. Wilayah perairan
laut Indonesia memiliki terumbu karang yang terkenal indah dan luas. Dengan
sendirinya menjadikan Indonesia mempunyai keragaman ikan laut yang tinggi
dibanding negara lain. Sentra-sentra ikan hias Indonesia juga banyak berasal dari
wilayah timur yang termasuk dalam zona Coral Triangle.
Menurut Susanto, (1994) ikan hias air laut biasanya menetap di terumbu karang.
Ikan ini disebut juga sebagai ikan karang, karena habitatnya tidak bisa jauh dari
terumbu karang. Apabila terumbu karang rusak, maka ikan-ikan karang yang berada
didalamnya akan ikut musnah pula. Sebagian besar ikan-ikan karang bukan tipe ikan
penjelajah yang suka berenang kemana-mana sendiri. Mereka akan selalu berada di
sekitar kawanannya atau di sekitar terumbu karang. Tidak semua ikan karang dijadikan
ikan hias, biasanya hanya yang berukuran panjang dibawah 30 cm saja dan memiliki
warna yang atraktif. Terumbu karang Indonesia merupakan sumber dari lebih separuh
kekayaan ikan laut tropis yang beraneka warna di dunia. Bersama dengan Philipina,
Indonesia memasok sekitar 85% dari ikan hias akuarium laut dunia. Namun demikian,
ada beberapa jenis yang tidak terdapat di perairan Indonesia. Jenis-jenis ini menguasai
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 2
pasar tersendiri. Karang juga merupakan produk yang banyak diekspor dari Indonesia.
Namun dalam waktu dekat produk ini akan digantika
Perdagangan ikan hias laut dunia dimulai pada tahun 1930-an, dan meningkat
tajam sejak tahun 1950-an dengan penambahan lokasi penangkapan, seperti Hawai dan
Filipina (Wabnitz et.al., 2003). Sekitar 1.471 jenis ikan hias diperdagangkan di dunia,
dengan perkiraan jumlah sebanyak 20 hingga 24 juta ekor. Jenis ikan jae-jae
(Pomacentrus Viridis) dan ikan badut (Amphiprion ocellaris) merupakan ikan yang
terbanyak diperdagangkan (Wabnitz et.al., 2003). Ikan hias air laut masih
mengandalkan penangkapan alam, hanya kurang dari 1 % saja yang telah
dibudidayakan (Wood, 2001). Meski harga ikan hias Indonesia di tingkat nelayan
sangatlah rendah, namun harga akhir melambung tinggi sebagai akibat tingginya
tingkat kematian serta rendahnya kualitas produk. Ketika konsumen mulai frustrasi
membeli ikan-ikan berkualitas rendah dari Indonesia, merekapun mulai mencari
pasokan baru dengan pelayanan serta kualitas produk yang jauh lebih baik.
Ikan dari Negara-negara lain lebih mahal namun lebih diminati daripada ikan
Indonesia karena mereka memiliki kualitas yang lebih baik. Ikan-ikan mereka dikenal
memiliki kondisi yang lebih baik saat tiba di Negara pengimpor, lebih sehat,
memperoleh cukup pakan, serta memiliki umur lebih panjang di dalam akuarium. Ikan
Indonesia dikenal menderita Sindrom Kematian Tiba-tiba, dalam keadaan hidup
namun tiba-tiba satu waktu kejang-kejang tanpa terlihat tanda-tanda sakit sebelumnya,
lalu beberapa saat kemudian mati tanpa diketahui penyebabnya. Artinya adalah, meski
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 3
ikan dari Indonesia dapat dibeli dengan harga sangat murah, namun akhirnya biaya
yang ditanggung menjadi besar; biaya perawatan serta biaya kematian ikan pada
akhirnya menjadi cukup tinggi. Untuk alasan inilah pengeluaran tambahan untuk
membeli ikan yang harganya lebih mahal masih lebih baik.
Di Indonesia perdagangan ikan hias laut dimulai pada tahun 1960-an, dengan
lokasi penangkapan yang pertama adalah Kepulauan Seribu. Saat ini Indonesia
merupakan negara pengekspor ikan hias laut terbesar, bersama dengan Filipina. Nilai
ekonomi ikan hias karang yang tinggi memicu masyarakat untuk melakukan
penangkapan ikan tersebut dalam jumlah besar dengan menggunakan alat tangkap yang
merusak ekosistem karang seperti pengeboman dan penggunaan racun sianida.
Pengunaan sianida sebagai alat tangkap, baik ikan hias maupun ikan konsumsi, mulai
marak dan masif digunakan pada tahun 1980-an hingga 1990-an. Penggunaan sianida
sebagai alat tangkap ikan hias dianggap cukup efektif dan murah pada masanya.
Penangkapan ikan hias dengan sianida menimbulkan kerusakan terhadap ekosistem
terumbu karang. Aktivitas penangkapan ikan secara besar-besaran dapat meyebabkan
ketidakseimbangan jaring makanan pada ekosistem karang (Bryant et al., 2005).
Perdagangan ikan hias yang ramah lingkungan sangat ideal untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat, dan secara aktif mendukung, upaya konservasi
ikan, dan harus memberlakukan pembatasan perdagangan lebih lanjut (Andrews,
1990). Masyarakat tradisional Bali dan kesadaran nelayan memiliki peran besar untuk
mengontrol jalannya perlindungan terhadap perikanan berkelanjutan. Pada tahun 2006,
sertifikasi ekolabel diperkenalkan kepada nelayan Desa Les (Muswar, 2011). Upaya
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 4
penyadaran masyarakat nelayan ikan hias di pulau Weh, Sabang masih belum
disosialisasikan dengan baik, akibatnya nelayan memperdagangkan ikan hias laut
dengan cara illegal. Untuk itu diperlukan suatu identifikasi lkan hias laut sebagai data
awal dalam membangun perdagangan ikan hias berkelanjutan.
B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan keranga acuan ini adalah untuk mengidentifikasi
keanekaragaman ikan hias laut di perairan pulau Weh, Sabang.
C. Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah aparatur pemerintah, masyarakat
dan pelaku usaha pemanfaatan jenis ikan laut.
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 5
BAB II. GAMBARAN UMUM
Kota Sabang mempunyai luas wilayah sebesar 153 km2 dan meliputi lima
pulau, yaitu Pulau Weh, Pulau Klah, Pulau Seulako, Pulau Rondo dan Pulau Rubiah
dengan jumlah penduduk sebesar 24.698 jiwa yang secara geografis Sabang terletak
pada ujung paling Barat Indonesia, tepatnya pada posisi 05o46’28” – 05o54’58” LU
dan 95o13’02” – 95o22’36” BT. Karena letaknya yang sangat strategis dan sangat dekat
dengan Asia Selatan, Eropa dan Afrika. Maka Sabang merupakan pintu gerbang ekspor
barang-barang produk dari Indonesia bagian Barat.
Secara geologis Pulau Weh (Sabang) merupakan daerah yang berbukit-bukit
dan pantainya relatif curam dengan kedalaman laut yang cukup dalam (40 – 70 m),
sehingga dapat dilayari oleh kapal-kapal tanker yang memiliki ukuran besar (super
tanker). Luas perairan laut Sabang sepanjang 55.563 km dan tercatat 2.600 Ha
perairannya ditumbuhi oleh terumbu karang dan terdapat berbagai biota laut langka
lainnya.
Ikan hias merupakan salah satu sumberdaya ekosistem terumbu karang. Ikan
hias air laut adalah jenis ikan laut yang dimanfaatkan keindahan visualnya, biasanya
dipelihara dalam akuarium. Habitat ikan hias air laut adalah terumbu karang, dimana
terdapat terumbu karang yang sehat disanalah ikan hias berkumpul. Wilayah perairan
laut Pulau Weh memiliki terumbu karang yang terkenal indah dan luas. Dengan
sendirinya menjadikan Sabang mempunyai keragaman ikan laut yang tinggi. Beberapa
nelayan di Pulau Weh telah memanfaatkan ikan hias laut sebagai mata pencaharian.
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 6
Persepsi masyarakat yang belum mendapatkan pelatihan penangkapan ikan hias laut
ramah lingkungan membuat para nelayan menjual melalui pasar terselubung.
Gambar. 2.1. Karantina ikan hias P. Weh Gambar 2.2. Hasil Tangkapan Ikan hias P. Weh
Ikan hias laut umumnya hidup di ekosistem terumbu karang. Adapun ikan hias
laut juga dapat disebut juga ikan karang. Ikan karang merupakan hewan vertebrata yang
memiliki biodiversitas dan distribusi yang tersebar luas di dunia, tercatat 13.500
spesies ikan yang menghuni laut terdapat sekitar 4.000 jenis ikan yang menempati
perairan di sekitar terumbu karang (Bellwood, 2002). Distribusi biodiversitas ikan
karang di dunia tersebar di wilayah Indo-Pasifik yaitu 4.000 – 5.000 spesies.
Allen & Adrim, (2003) mengungkapkan sebagian besar sekitar 62% ikan
karang tersebar luas di seluruh Pasifik Barat hingga Pasifik tengah dan Samudera
Hindia Barat, sekitar 39% spesies tersebar luas baik di Indo - Pasifik Barat, Indo - Barat
dan Pasifik Tengah, 23% spesies terdistribusi di Pasifik barat dan tengah, 15 % (tidak
termasuk endemik) tersebar di seluruh Nusantara Indo-Australia, 5 % spesies tersebar
di Samudra Hindia, dan 4,7 % spesies endemik Indonesia. Indonesia memiliki
keanekaragaman ikan karang tertinggi di dunia yaitu 2057 spesies dalam 113 famili
dan 39% tersebar di Indonesia. Herdiana et al., (2010) menyatakan perairan Aceh
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 7
merupakan salah satu wilayah dengan potensi ikan tinggi karena terletak di ujung utara
pulau Sumatera dan meliputi tiga perairan, yaitu : Samudera Hindia, Laut Andaman
dan Selat Malaka. Keragaman ikan karang menurut Rudi, (2011) telah terdata 53 famili
dengan 571 spesies yang terdapat di perairan Aceh Besar bagian utara. Sementara itu,
Allen & Adrim, (2003) menduga di perairan Aceh bagian utara dan barat memiliki
kekayaan spesies ikan karang yang cukup tinggi dengan beberapa diantaranya adalah
spesies endemik.
Ikan hias laut sebagian besar memanfaatkan terumbu karang secara langsung
maupun tidak langsung untuk kepentingan hidupnya. Adapun hubungan interaksi
langsung, sebagai tempat berlindung dari predator atau pemangsa terutama bagi ikan -
ikan muda, interaksi dalam mencari makanan, meliputi hubungan antara ikan karang
dan biota yang hidup pada karang terutama alga dan interaksi tak langsung akibat
struktur karang, kondisi hidrologi dan sedimen (Webster et al., 2004).
Beberapa deskripsi famili ikan karang menurut Randall et al. (1990), yaitu:
a. Acanthuridae: dikenal sebagai surgeonfish, memakan alga dasar dan memiliki
saluran pencernaan yang panjang; makanan utamanya adalah zooplankton atau
detritus. Surgeonfish mampu memotong ikan-ikan lain dengan duri tajam yang
berada pada sirip ekornya.
b. Balistidae: golongan triggerfish, karnivora yang hidup soliter pada siang hari,
memakan berbagai jenis invertebrata termasuk moluska yang bercangkang keras
dan echinodermata; beberapa jenis juga memakan alga atau zooplankton.
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 8
c. Blennidae: biasanya hidup pada lubang-lubang kecil di terumbu, sebagian besar
spesies penggali dasar yang memakan campuran alga dan invertebrata; sebagian
pemakan plankton, dan sebagian spesialis makan pada kulit atau sirip dari ikan-
ikan besar, dengan meniru sebagai pembersih.
d. Caesonidae: dikenal sebagai ekor kuning, pada siang hari sering ditemukan pada
gerombolan yang sedang makan zooplankton pada pertengahan perairan diatas
terumbu, sepanjang hamparan tubir dan puncak dalam gobah. Meskipun
merupakan perenang aktif, mereka sering diam untuk menangkap zooplankton dan
biasanya berlindung di terumbu pada malam hari.
e. Centriscidae: berenang dalam posisi tegak lurus dengan moncong kebawah;
memakan zooplankton yang kecil.
f. Chaetodontidae: disebut juga ikan butterfly, umumnya memiliki warna yang
cemerlang, memakan tentakel atau polip karang, invertebrata kecil, telur-telur ikan
lainnya, dan alga berfilamen, beberapa spesies juga pemakan plankton.
g. Ephippidae: bentuk tubuh yang pipih, gepeng, mulutnya kecil, umumnya
omnivora, memakan alga dan invertebrata kecil.
h. Gobiidae: umumnya terdapat di perairan dangkal dan disekitar terumbu karang.
Kebanyakan karnivora penggali dasar yang memakan invertebrate dasar yang
kecil, sebagian juga merupakan pemakan plankton. Beberapa spesies memiliki
hubungan simbiosis dengan invertebrata lain (misalnya: udang) dan sebagian
dikenal memindahkan ectoparasit dari ikan-ikan lain.
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 9
i. Labridae: dikenal dengan wrasses, merupakan ikan ekonomis penting, memiliki
bentuk, ukuran dan warna yang sangat berbeda. Kebanyakan spesies penggali
pasir, karnivora bagi invertebrata dasar; sebagian juga merupakan pemakan
plankton dan beberapa spesies kecil memindahkan ectoparasit dari ikan-ikan lain
yang lebih besar.
j. Mullidae: dikenal dengan goatfish, memiliki sepasang sungut di dagunya, yang
mengandung organ sensor kimia dan digunakan untuk memeriksa keberadaan
invertebrata dasar atau ikan-ikan kecil pada pasir atau lubang di terumbu, banyak
yang memiliki warna yang cemerlang.
k. Nemipteridae: dikenal sebagai threadfin breams atau whiptail breams, ikan
karnivora yang umumnya memakan ikan dasar kecil, sotong-sotongan,
udangudangan atau cacing; beberapa spesies adalah pemakan plankton
l. Pomacentridae: dikenal dengan damselfishes, memiliki bermacam warna yang
berbeda secara individu dan lokal bagi spesies yang sama. Beberapa spesies
merupakan ikan herbivora, omnivora atau pemakan plankton. Damselfish
meletakkan telur-telurnya di dasar yang dijaga oleh ikan jantan. Termasuk didalam
kelompok ini ikan-ikan anemon (Amphiprioninae) yang hidup berasosiasi dengan
anemon laut.
m. Scaridae: dikenal sebagai parrotfish, herbivora, biasanya mendapatkan alga dari
substrat karang yang mati. Mengkonsumsi karang beserta alga serta membentuk
pasir karang, hal ini membuat parrotfish menjadi salah satu produsen pasir penting
dalam ekosistem terumbu karang. Scaridae merupakan ikan ekonomis penting.
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 10
n. Serranidae: dikenal dengan sea bass, kerapu, predator penggali dasar, ikan
komersial, memakan udang-udangan dan ikan. Subfamilinya adalah Anthiinae,
Epinephelinae dan Serranidae.
o. Sygnathidae: dikenal sebagai kuda laut atau pipe fish. Beberapa memiliki warna
yang indah. Umumnya terbatas di perairan dangkal. Memakan invertebrata dengan
menghisap pada moncong pipanya. Jantannya memiliki kantong eram sebagai
tempat penyimpanan telur dan diinkubasikan.
p. Zanclidae: memiliki bentuk seperti Acanthuridae dengan mulut yang tabular tanpa
duri di bagian ekor. Memakan spons juga invertebrata dasar.
Indonesia memiliki potensi sumberdaya ikan hias laut yang sangat besar
jumlahnya serta memiliki nilai ekonomis tinggi. Beragam jenis ikan hias tersebut
tersebar di berbagai perairan terutama menghuni habitat sekitar terumbu karang.
Sebagian besar ikan hias hasil tangkapan dari perairan Indonesia itu, selain memenuhi
permintaan konsumen lokal juga diekspor ke luar negeri dan menjadi sumber devisa
negara yang potensial. Indonesia mulai melakukan ekspor ikan hias laut pada awal
tahun 1970. Perdagangan ikan hias laut dan karang untuk ornamental akuarium laut di
Indonesia tersebut di mulai di daerah Jawa dan Bali dan Sumatera. untuk saat ini
Indonesia merupakan salah satu dari negara terbesar pemasok ikan hias laut dengan
negara tujuan Amerika dan Eropa.
Kekayaan hayati Indonesia sudah banyak dikenal. Dalam bisnis ikan hias dunia,
produk Indonesia dikenal memiliki banyak spesies, baik ikan hias air tawar maupun
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 11
ikan hias air laut. Dari 1.100 spesies ikan hias air tawar yang ada di dunia, 400 spesies
di antaranya berasal dari Indonesia. Indonesia juga memiliki 650 spesies ikan air laut.
Dan kemungkinan masih banyak lagi spesies ikan hias air laut yang belum ditemukan.
Potensi ini membanggakan karena dengan begitu Indonesia dikenal sebagai Produksi
ikan hias terbesar di dunia. Sebagai bahan perbandingan potensi ikan hias di dunia,
Srilanka (165 species), Ethiopia (112 species), Philipina (109 species), Kenya (96
species), Hawaii (60 species), Puerto Rico (49 species), dan Singapore (32 species).
Dari data tersebut, jelas bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama di dunia dalam
produksi ikan hias tropis.
Ikan hias Indonesia memiliki prospek pasar yang berkembang pesat. Menurut
keterangan Kementerian Kelautan, pada tahun 2012 lalu nilai ekspornya mencapai 600
milyar rupiah. "Jadi, potensi ekspor ikan hias Indonesia diperkirakan sekitar US$60
juta - US$65 juta (sekitar Rp 600 miliar)," kata Dirjen Perikanan Budidaya
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto dalam siaran pers yang
diterima di Jakarta, Senin 23 April 2013 (Bisnis.Com). Angka ini menempatkan
Indonesia ke dalam lima besar negara-negara pengeskpor ikan hias, di bawah Ceko,
Thailand, Jepang, dan Singapura. Khusus untuk Singapura, sebagian besar ikan hias
asal negeri ini dipasok dari Indonesia. (Alamtani.com)
Sebagai negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia setelah Brasil,
Indonesia memiliki banyak jenis spesies ikan hias. Sumber ikan hias ini berasal dari
perairan laut dan perairan darat. Hingga saat ini di Indonesia terdapat 700 spesies ikan
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 12
hias air laut, hanya saja yang bisa diidentifikasi baru sekitar 480 spesies, dan 200
diantaranya sudah diperdagangkan. Pangsa pasarnya secara global mencapai 20 persen.
Dari jumlah itu, 95 persen masih ditangkap dari laut lepas dan hanya 5 persen yang
dibudidayakan. Beberapa yang terkenal diantaranya clown fish dan cardinal fish.
Ikan hias merupakan salah satu sumberdaya ekosistem terumbu karang yang
menghidupi sebagian besar masyarakat di beberapa daerah terutama masyarakat pulau
yang dekat dengan jalur pemasaran ikan hias. Dan penangkapan ikan hias ini juga
menimbulkan konflik di dalam masyarakat. Sebagian masyarakat yang tidak
melakukan penangkapan ikan hias menuduh penangkap ikan hias sebagai perusak
ekosistem terumbu karang. Dan hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena pada
kenyataannya memang sebagian nelayan untuk menangkap ikan-ikan hias tertentu
masih menggunakan potas atau racun sianida. Dengan kenyataan seperti yang tersebut
di atas, sudah sepatutnya masyarakat mulai peduli pada lingkungan sekitar mereka.
Hal tersebut dapat dimulai dengan melakukan tindakan-tindakan kecil yang langsung
berkaitan dengan mata pencaharian masing-masing, seperti merubah cara Tangkap
ikan hias menjadi menggunakan jaring.
Buruknya kualitas ikan dan invertebrata lainnya asal Indonesia disebabkan oleh
tidak tepatnya metoda penangkapan, penanganan, pengepakan, dan pengiriman. .
Negara-negara (seperti misalnya Singapura, AS, Australia) yang memiliki reputasi ikan
berkualitas, melakukan aktifitasnya dalam sistem menangkap sesuai pesanan. Dalam
sistem semacam ini nelayan biasanya juga merupakan karyawan eksportir dan mereka
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 13
hanya menangkap ikan sesuai permintaan. Dengan cara demikian mereka tidak akan
menangkap ikan yang tidak diinginkan. Tidak akan terjadi penangkapan berlebih.
Sebagai akibatnya, saat ini, ketertarikan pada ikan hias laut dari Indonesia mulai
berkurang. Harga ikan dari Indonesia hingga kini tidak kunjung meningkat, meski para
pencinta akuarium laut semakin meningkatkan hobby mereka dengan langkah mantap
meskipun harga barang-barang dan jasa meningkat hampir dua kali lipat. Banyak
eksportir tidak lagi memperoleh keuntungan yang signifikan serta nelayan seringkali
tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Pemasok ikan dengan kualitas baik tidak akan menggunakan sianida maupun
jenis racun lainnya untuk menangkap ikan melainkan hanya menggunakan jaring.
Pemasok dengan reputasi yang baik akan menggunakan penyelam-penyelam yang
memperhatikan masalah kesehatan selam, seperti misalnya penggunaan alat selam
lengkap dibandingkan cara selam bebas (tanpa alat yang memadai). Pemasok ikan
berkualitas akan mengepak ikan mereka dengan air dan oksigen yang cukup serta
pemeliharaan kondisi ikan dengan baik, sehingga menurunkan tingkat kematian ikan
selama pengiriman. Di Negara-negara yang memiliki reputasi kualitas ikan yang baik,
nelayan membawa ikan hasil tangkapannya langsung ke eksportir, hal tersebut dapat
mengurangi waktu dan biaya penanganan serta memotong rantai perdagangan yang
cukup panjang selama ini.
Marine Aquarium Council (MAC) di Indonesia, menciptakan permintaan akan
ikan berkualitas dari Indonesia. Syarat dalam mendapatkan sertifikasi proses
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 14
inventarisasi diwajibkan memalui dengan menggunakan metode sensus visual. Metode
visual sensus dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi dari transek
menyinggung (Line intercept transect), dan transek quadrat (quadrat transect). Dengan
bentuk pengamatan yang sederhana, metode visual sensus dilakukan
oleh observer yang dilengkapi dengan alat SCUBA dan menaksir kelimpahan ikan di
area yang telah ditentukan (di dalam jangkauan transek). Namun, kelemahan dari
sensus visual adalah adanya kemungkinan perbedaan antara observer satu dengan yang
lain dalam perhitungan ikan, yang disebabkan oleh sifat ikan yang dinamis dan
kompleksnya habitat yang ditempati. Selain itu, bias dariobserver dalam menentukan
jenis ikan di dalam air. Oleh karena itu, dalam pengambilan data sebaiknya dilakukan
oleh dua orang yang dapat digunakan sebagai perbandingan, atau menggunakan satu
orang pendata dalam satu wilayah pengamatan secara konsisten (Purwanti, D.R. 2004).
Begitu ikan bersertifikat tersedia, lambat laun permintaan akan segera tumbuh
berkembang.Beberapa ikan hias air laut sudah bisa dibudidayakan, di antaranya adalah
ikan badut atau clown fish (Amphiprion ocellaris). Saat ini Balai Besar Pengembangan
Budidaya Laut (BBPBL) Lampung sedang giat mengembangkan teknik budidayanya.
Membudidayakan ikan clown fish jauh lebih menguntungkan secara ekonomi
dibanding menangkapnya di alam liar. (Alamtani.com).
Ekosistem terumbu karang dengan beragam ikan hias dan biota yang ada di
dalamnya, selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi baik langsung
dan tidak langsung, juga menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang dapat dimanfaatkan
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 15
antara lain sebagai ekowisata. Berhubung pentingnya fungsi ekologis dan ekonomi dari
sumberdaya terumbu akarang dan ikan hias, maka tantangan yang dihadapi oleh
penentu kebijakan adalah bagaimana memberikan nilai yang komprehensif terhadap
sumberdaya ikan hias terumbu karang, baik dalam hal nilai pasar (market value)
maupun nilai ekologis (ecollogical value).
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 16
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Pengumpulan data lapangan dilakukan pada kawasan perairan penyangga
(buffer) yaitu Limbo Gapang, Pulau Klah, Anoi Itam, Batee Meuduro dan Lhoong
Angen di pulau Weh, Sabang.
3.2 Metode yang digunakan
1. Penentuan Transek
Seluruh data Ikan Hias laut diambil dengan metode transek garis dengan teknik
pencatatan point transek. Transek dipasang pada lokasi yang telah dipilih dan
dipasang dua buah roll meter ukuran 100 m yang dibentangkan di dasar laut,
masing- masing pada kedalaman 3m dan 10m. Roll meter dibentangkan
mengikuti garis kontur kedalaman dasar laut 3m dan 10 m. Masing-masing
bentangan rol meter akan dibagi 4 buah transek yaitu transek A, Transek B,
Transek C dan transek D. Setiap transek dengan panjang 20 m. Jarak pada ujung
akhir dan ujung awal adalah 5 m. Dengan demikian maka keempat transek
tersebut panjangnya 95 m. Transek A dimulai pada 0 m berakhir pada 20 m,
transek B dimulai pada 25 m berakhir pada 45 m, transek C dimulai pada 50 m
berakhir pada 70 m dan transek D dimulai pada 75m berakhir pada 95 m. Titik
awal transek dan titik akhir transek dibearing dengan menggunakan kompas.
Akurasi koordinat diketahui dengan bantuan peta.
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 17
2. Pengambilan data ikan
Pengambilan data ikan hias dilakukan setelah transek terpasang dalam selang
waktu 15 menit agar ikan menjadi tenang kembali. Penyelam mengamati
keberadaan ikan dengan perlahan mengikuti rol meter dan berhenti di setiap 5
meter selama 3 menit untuk mencatat ikan yang diamati. Ikan yang dicatat
adalah ikan yang berada pada dimensi transek yaitu 2,5 meter, masing-masing
untuk bagian kiri dan kanan transek dan 5 m untuk bagian atas transek.
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Komposisi Taksonomi Ikan Hias Laut PulauWeh
Ikan hias di terumbu karang kebanyakan dalam kategori kelompok ikan
“major” yang berassosiasi secara kuat dengan karang, tetapi juga dipengaruhi oleh
kolom air. Dalam kondisi perairan yang kurang baik, terutama dengan kekeruhan
tinggi, tidak banyak jenis ikan hias yang nampak, sebaliknya pada perairan jernih
banyak jenis yang muncul. Substrat karang dan kolom air yang tidak sehat memberikan
pengaruh pada komunitas ikan dengan gradien yang berbeda dari tiap-tiap lokasi, di
mana akan menunjukkan komposisi ikan yang berbeda dari satu lokasi yang sehat
sampai lokasi yang rusak. Ikan Hias laut di stasiun pada wilayah buffer Pulau Weh
dijumpai dari 12 Family, 24 genus dan 53 spesies . Jumlah ikan hias laut dari terkecil
29 individu sampai terbesar 73 individu per 250 m2.
Hasil inventarisasi dan identifikasi Tutupan terumbu karang di pulau Klah
relatif lebih rendah sehingga mempengaruhi kehadiran ikan hias, Perairan Limbo
Gapang, Anoi Itam ,Lhoong Angen dan Batee Meuduro tutupan terumbu karang relatif
lebih baik dengan kehadiran ikan hias relative tinggi. Kelompok ikan hias ekonomis
tinggi di dominasi oleh family Chaetodontidae (kepe-kepe), Scorpaenidae (lepu ayam),
Pomacanthidae (injel), Pomacentridae (betok karang) dan Labridae (nuri), Balistidae
(mendut, Balistoides conspicillum), Zanclidae (ikan bendera), Secara rinci jenis-jenis
kelompok antaranya ikan hias diperlihatkan pada tabel 4.1 Variasi dari sifat tersebut
dapat membuat ikan hias memiliki harga yang tinggi.
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 19
Tabel 4.1. Jenis-jenis Ikan Hias Laut di Pulau Weh, SabangFamily Genus Species
Acanthuridae
Acanthurus
Acanthurus leucosternon (Bennett 1832)Acanthurus lineatus (Linnaeus, 1758)Acanthurus maculiceps (Ahl ,1923)Acanthurus olivaceous (Bloch and Schneider,1801)
Ctenochaetus Ctenochaetus strigosus (Bennett ,1828)Naso Naso lituratus, (Bloch and Schneider, 1801)
Zebrasoma Zebrasoma scopas (Bloch, 1801)
Apogonidae ApogonApogon ventrifasciatus (Allen ,Randall, Kuiter1995)
Balistidae Balistapus Balistapus undulates (M.Park, 1797)
Chaetodontidae
Chaetodon
Chaetodon auriga (Forsskål, 1775)Chaetodon citrinellus (Cuvier, 1831)Chaetodon collare ( Bloch, 1787)Chaetodon decussatusChaetodon falkulaChaetodon kleinii (Bloch, 1790)Chaetodon lunula (Lacepede, 1803)Chaetodon mayeri (Bloch & Schneider, 1801)Chaetodon melannotus (Bloch & Schneider, 1801)Chaetodon punctatofasciatus (Cuvier, 1831)Chaetodon rafflesi (Bennett, 1830)Chaetodon triangulumChaetodon trifascialis (Quoy & Gaimard, 1824)Chaetodon trifasciatus (Park, 1797)Chaetodon unimaculatus (Bloch, 1787)Chaetodon vagabundus (Linnaeus, 1758)Chaetodon plebeius (Cuvier, 1831)
ForcipigerForcipiger flavissimus (Mc Gregor & Jordan1898)
HeniochusHeniochus monoceros (Cuvier, 1831)Heniochus varius (Cuvier, 1829)
Hemitaurichthys Hemitaurichthys zosterCirrhitidae Paracirrhites Paracirrhites fosteri Schneider
Labridae LabroidesLabroides dimidiatusLabroides bicolor (Fowler and Beam 1928)
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 20
Thalassoma Thalassoma lunare
PomacantidaePomacanthus Pomacanthus imperator (Bloch, 1787)Centropyge Centropyge eibli, (Klausevitz, 1963)
Pomacentridae
AmphiprionAmphiprion clarki (Bennet)Amphiprion ocellaris (Cuvier)Amphiprion sandaricinos (Allen)
Chromis Chromis actipectoralis
Dascyllus
Dascyllus melanurus (Bleeker, 1854)Dascyllus TrimaculatusDascyllus aruanus (Linneus, 1758)Dascyllus reticulatus (Richardson, 1846)
Neoglyphodon Neoglyphodon melas (Cuvier, 1830)Neopomacentrus Neopomacentrus azysron (Bleeker, 1977)
Scorpaenidae Dendrochirus Dendrochirus zebra (Cuvier, 1829)
Siganidae SiganusSiganus guttatus (Bloch)Siganus javus (Linnaeus, 1766)
Serranidae Sacura Sacura parva (Heemstra and randall 1979)Zanclidae Zanclus Zanclus cornutus (Linnaeus)
B. Indeks Biologi Ikan Hias Laut Pulau Weh
Indeks biologi ikan karang selama penelitian disajikan pada tabel. 4.2 . Dilihat
dari tabel tersebut nilai indeks keragaman (H) di kedalaman 3 meter berkisar antara
2,10-2,78 (2,53±0,23). Nilai indeks tertinggi berada di stasiun Anoi Itam 2,78 dan
terendah di stasiun Pulau Klah 2,10. Stasiun Limbo Gapang memiliki nilai indeks 2,63,
Stasiun Lhoong Angen 2,49 dan Stasiun Batee Meuduro 2,66. Nilai indeks keragaman
di kedalaman 6 meter berkisar antara 1,34-2,59 (2,14±0,44). Nilai indeks tertinggi
berada di stasiun Anoi Itam 2,59 dan terendah di stasiun Pulau Klah 1,34. Stasiun
Limbo Gapang memiliki nilai indeks 2,47, Stasiun Lhoong Angen 2,00 dan Stasiun
Batee Meuduro 2,33. Nilai indeks keragaman rata-rata berkisar antara 1-3, menurut
Stirn (1981) apabila nilai H’ berkisar antara 1-3 maka stabilitas komunitas biota
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 21
tersebut termasuk kategori sedang (moderat). Berdasarkan hasil penelitian indeks
keragaman ikan hias laut di lima stasiun pada dua kedalaman (3m dan 6m) di pulau
weh sabang adalah moderat (sedang).
Nilai indeks keseragaman (E) ikan karang selama penelitian pada kedalaman 3
meter berkisar antara 0,80-0,91 (0,86±0,038). Nilai indeks tertinggi berada di stasiun
Anoi Itam 0,91 dan terendah di stasiun Pulau Klah 0,80. Stasiun Limbo Gapang
memiliki nilai indeks 0,84, Stasiun Lhoong Angen 0,86 dan Stasiun Batee Meuduro
0,87. Pada kedalaman 6 meter berkisar antara 0,51-0,85 (0,72±0,11) dengan nilai
indeks tertinggi berada di stasiun Anoi Itam 0,85 dan terendah di stasiun Pulau Klah
0,51.
Stasiun Limbo Gapang memiliki nilai indeks 0,79, Stasiun Lhoong Angen
0,69 dan Stasiun Batee Meuduro 0,77. Nilai rata-rata indeks keseragaman yang tinggi
menunjukan bahwa spesies yang ditemukan di setiap stasiun pengamatan lebih merata.
Pirzan et. al. (2005) menyatakan bahwa apabila nilai keseragaman mendekati nol
berarti keseragaman antar spesies di dalam komunitas tergolong rendah dan sebaliknya
nilai keseragaman yang mendekati 1 menunjukan keseragaman antar spesies tergolong
merata atau sama. Berdasarkan hasil penelitian indeks keseragaman ikan hias laut di
lima stasiun pada dua kedalaman (3m dan 6m) di pulau weh sabang tergolong merata.
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 22
Gambar 4.1. Keseragaman Ikan hias Pulau Weh Gambar 4.2. Dominansi Ikan hias Pulau Weh
Indeks dominansi (D) ikan karang selama penelitian pada kedalaman 3 meter
berkisar antara 0,06 -0,17 (0,10±0,04). Nilai indeks tertinggi berada di stasiun Pulau
Klah 0,17 dan terendah di stasiun Anoi Itam 0,06. Stasiun Limbo Gapang memiliki
nilai indeks 0,08, Stasiun Lhoong Angen 0,09 dan Stasiun Batee Meuduro 0,07. Pada
kedalaman 6 meter berkisar antara 0,05-0,08 (0,07±0,001) dengan nilai indeks tertinggi
berada di stasiun Pulau Klah dan Stasiun Limbo Gapang 0,08 dan terendah di stasiun
Anoi Itam 0,05. Sedangkan Stasiun Lhoong Angen dan Stasiun Batee Meuduro 0,07.
Menurut Bakus (1990), nilai D berkisar antara 0-1 yang artinya akan terjadi
dominansi jika nilainya mendekati atau sama dengan 1 dan tidak terjadi dominansi
apabila nilainya mendekati 0. Kriteria tersebut diatas sesuai dengan yang dikemukakan
ODUM (1994) bahwa nilai D < 0,5 menunjukan dominansi yang rendah. Berdasarkan
hasil penelitian indeks keragaman ikan hias laut di lima stasiun pada dua kedalaman
(3m dan 6m) di pulau weh sabang menunjukkan dominansi yang rendah.
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 23
Tabel. 4.2. Indeks Biologi Ikan Hias Laut di Pulau Weh, Sabang.
Stasiun Jumlah JenisIndeks Biologi
H E D3 m 6 m 3 m 6 m 3 m 6 m
Limbo Gapang 20 2.63 2.47 0.84 0.79 0.08 0.08Pulau Klah 14 2.10 1.34 0.80 0.51 0.17 0.08Anoi Itam 21 2.78 2.59 0.91 0.85 0.06 0.05Lhoong Angen 18 2.49 2.00 0.86 0.69 0.09 0.07Batee Meuduro 17 2.66 2.33 0.87 0.77 0.07 0.07
C. Kelimpahan Ikan Hias Laut Pulau Weh
1. Limbo Gapang
Kelimpahan ikan hias karang di stasiun Limbo Gapang berkisar antara 54 – 73
individu dan rata-rata 2,34 - 3,17 individu. Berdasarkan pengelompokan jenis ikan
karang menurut English et al. (1994), family Chaetodontidae termasuk dalam
kelompok ikan major. Dimana ikan major ini umumnya terdapat dalam jumlah yang
tinggi dan banyak dijadikan ikan hias air laut. Sementara kelimpahan jenis ikan yang
tertinggi adalah Chaetodon auriga dengan rata-rata 10 ± 2 ind/m. Adapun kelimpahan
dan jenis – jenis ikan hias yang terdata di stasiun Limbo Gapang Acanthurus
leucosternon dengan jumlah rata-rata 9 ± 1 ind/m, Acanthurus olivaceous 5 ± 3,5
ind/m, Amphiprion ocellaris 1 ind/m, Apogon ventrifasciatus 9 ± 3 ind/m, Balistapus
undulates 2 ± 0,5 ind/m, Chaetodon decussatus 1 ind/m, Chaetodon kleinii 1 ind/m,
Chaetodon melannotus 2 ± 0,5 ind/m, Chaetodon rafflesi 1 ind/m, Chaetodon
trifasciatus 1 ind/m, Chaetodon vagabundus 2 ind/m, Chromis actipectoralis 1 ind/m,
Dendrochirus zebra 1 ± 0,5 ind/m, Dascyllus Trimaculatus 3 ± 0,5 ind/m,
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 24
Hemitaurichthys zoster 2 ± 1 ind/m, Heniochus monoceros 2 ± 0,5 ind/m, Labroides
bicolor 3 ± 0,5 ind/m, Naso lituratus 3 ± 1,5 ind/m, Neopomacentrus azysron 2 ± 1
ind/m, Sacura parva 1 ind/m, Siganus javus 1 ind/m, Thalassoma lunare 5 ± 3,5 ind/m.
Gambar 4.3. Kelimpahan Ikan Hias Limbo Gapang, Pulau Weh, Sabang.
0 2 4 6 8 10 12
Acanthurus leucosternon
Amphiprion ocellaris
Balistapus undulates
Chaetodon decussatus
Chaetodon melannotus
Chaetodon trifasciatus
Chromis actipectoralis
Dendrochirus zebra,
Heniochus monoceros
Naso lituratus
Sacura parva
Thalassoma lunare
Kelimpahan Ikan Hias Limbo Gapang (ind/m)
6m 3m
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 25
2. Pulau Klah
Kelimpahan ikan hias karang di stasiun Pulau Klah berkisar antara 29 – 50
individu dan rata-rata 2,14 – 3,04 individu. Berdasarkan pengelompokan jenis ikan
karang menurut English et al. (1994), family Chaetodontidae termasuk dalam
kelompok ikan major. Dimana ikan major ini umumnya terdapat dalam jumlah yang
tinggi dan banyak dijadikan ikan hias air laut. Sementara kelimpahan jenis ikan yang
tertinggi adalah Chaetodon auriga dengan rata-rata 10 ± 2 ind/m. Adapun kelimpahan
dan jenis – jenis ikan hias yang terdata di stasiun Pulau Klah Acanthurus leucosternon
dengan jumlah rata-rata 9 ± 3 ind/m, Acanthurus lineatus 4 ± 2 ind/m, Amphiprion
sandaricinos 4 ± 2 ind/m, Chaetodon citrinellus 2 ± 1 ind/m, Chaetodon falkula 5 ± 3
ind/m, Chaetodon lunula 2 ± 1,5 ind/m, Chaetodon punctatofasciatus 2 ± 0,5 ind/m,
Chaetodon triangulum 2 ± 0,5 ind/m, Chaetodon unimaculatus 4 ± 1,5 ind/m,
Chaotodon plebeius 1 ind/m, Ctenochaetus strigosus 1 ind/m, Heniochus varius 2
ind/m, Labroides dimidiatus 2 ± 1 ind/m, Zebrasoma scopas 2 ± 0,5 ind/m.
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 26
Gambar 4.4. Kelimpahan Ikan Hias Pulau Klah, Pulau Weh, Sabang.
3. Anoi Itam
Kelimpahan ikan hias karang di stasiun Anoi Itam berkisar antara 46 – 52
individu dan rata-rata 2,19 – 2,47 individu. Berdasarkan pengelompokan jenis ikan
karang menurut English et al. (1994), family Chaetodontidae termasuk dalam
kelompok ikan major. Dimana ikan major ini umumnya terdapat dalam jumlah yang
tinggi dan banyak dijadikan ikan hias air laut. Sementara kelimpahan jenis ikan yang
tertinggi adalah Acanthurus maculiceps dengan rata-rata 7 ± 1 ind/m. Adapun
kelimpahan dan jenis – jenis ikan hias yang terdata di stasiun Anoi Itam Acanthurus
leucosternon dengan jumlah rata-rata 2 ± 1 ind/m, Amphiprion clarki 3 ± 0,5 ind/m,
0 2 4 6 8 10 12
Acanthurus leucosternonAcanthurus lineatus
Amphiprion sandaricinosChaetodon citrinellus
Chaetodon falkulaChaetodon lunula
Chaetodon punctatofasciatusChaetodon triangulum
Chaetodon unimaculatusChaotodon plebeius
Ctenochaetus strigosusHeniochus varius
Labroides dimidiatusZebrasoma scopas
Kelimpahan Ikan Hias Pulau Klah (ind/m)
6m 3m
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 27
Chaetodon auriga 7 ± 0,5 ind/m, Chaetodon collare 4 ± 1,5 ind/m, Chaetodon kleinii
1 ind/m, Chaetodon mayeri 2 ± 0,5 ind/m, Chaetodon rafflesi 2 ± 0,5 ind/m, Chaetodon
trifascialis 2 ± 1 ind/m, Chaetodon vagabundus 1 ind/m, Chromis actipectoralis 2
ind/m, Dendrochirus zebra 1 ind/m, Forcipiger flavissimus 2 ind/m, Hemitaurichthys
zoster 2 ± 1 ind/m, Naso lituratus 2 ± 0,5 ind/m, Neoglyphodon melas 2 ± 0,5 ind/m,
Paracirrhites fosteri 2 ± 1 ind/m, Sacura parva 2 ± 0,5 ind/m, Siganus guttatus 1 ind/m,
Thalassoma lunare 3 ± 1,5 ind/m, Zanclus cornutus 4 ± 1,5 ind/m.
Gambar 4.5. Kelimpahan Ikan Hias Anoi Itam, Pulau Weh, Sabang.
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Acanthurus leucosternon
Amphiprion clarki
Chaetodon collare
Chaetodon mayeri
Chaetodon trifascialis
Chromis actipectoralis
Forcipiger flavissimus
Naso lituratus
Paracirrhites fosteri
Siganus guttatus
Zanclus cornutus
Kelimpahan Ikan Hias Anoi Itam (ind/m)
6m 3m
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 28
4. Lhoong Angen
Kelimpahan ikan hias karang di stasiun Lhoong Angen berkisar antara 45 – 64
individu dan rata-rata 2,27 – 2,38 individu. Berdasarkan pengelompokan jenis ikan
karang menurut English et al. (1994), family Chaetodontidae termasuk dalam
kelompok ikan major. Dimana ikan major ini umumnya terdapat dalam jumlah yang
tinggi dan banyak dijadikan ikan hias air laut. Sementara kelimpahan jenis ikan yang
tertinggi adalah Amphiprion sandaricinos dengan rata-rata 5 ± 3,5 ind/m. Adapun
kelimpahan dan jenis – jenis ikan hias yang terdata di stasiun Lhoong Angen
Acanthurus maculiceps dengan jumlah rata-rata 4 ± 2 ind/m, Amphiprion clarki 5 ±
0,5 ind/m, Centropyge eibli 2 ind/m, Chaetodon punctatofasciatus 1 ind/m, Chaetodon
trifascialis 1 ind/m, Chaetodon unimaculatus 2 ± 0,5 ind/m, Ctenochaetus strigosus 1
ind/m, Dascyllus aruanus 4 ± 0,5 ind/m, Dascyllus reticulatus 2 ± 0,5 ind/m
Forcipiger flavissimus 1 ind/m, Heniochus varius 2 ind/m, Labroides dimidiatus 1
ind/m, Neoglyphodon melas 2 ± 0,5 ind/m, Paracirrhites fosteri 2 ± 1 ind/m,
Pomacanthus imperator 3 ± 1,5 ind/m , Siganus guttatus 2 ± 0,5 ind/m, Zanclus
cornutus 3 ± 1,5 ind/m.
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 29
Gambar 4.6. Kelimpahan Ikan Hias Lhoong Angen, Pulau Weh, Sabang.
5. Batee Meuduro
Kelimpahan ikan hias karang di stasiun Batee Meuduro berkisar antara 37 – 54
individu dan rata-rata 2,14 – 3,04 individu. Berdasarkan pengelompokan jenis ikan
karang menurut English et al. (1994), family Chaetodontidae termasuk dalam
kelompok ikan major. Dimana ikan major ini umumnya terdapat dalam jumlah yang
tinggi dan banyak dijadikan ikan hias air laut. Sementara kelimpahan jenis ikan yang
tertinggi adalah Chaetodon citrinellus dengan rata-rata 9 ± 3 ind/m. Adapun
kelimpahan dan jenis – jenis ikan hias yang terdata di stasiun Batee Meuduro
Acanthurus lineatus dengan jumlah rata-rata 5 ± 2,5 ind/m, Acanthurus olivaceous 4
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Acanthurus leucosternon
Amphiprion clarki
Chaetodon collare
Chaetodon mayeri
Chaetodon trifascialis
Ctenochaetus strigosus
Heniochus varius
Neoglyphodon melas
Siganus guttatus
Kelimpahan Ikan Hias Lhoong Angen (ind/m)
6m 3m
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 30
± 1 ind/m, Amphiprion ocellaris 5 ± 3,5 ind/m, Apogon ventrifasciatus 1 ind/m,
Chaetodon decussatus 8 ± 0,5 ind/m, Chaetodon lunula 1 ind/m, Chaetodon
melannotus 1 ind/m, Chaetodon triangulum 2 ± 0,5 ind/m, Chaetodon trifasciatus 1
ind/m, Chaetodon plebeius 1 ind/m, Dascyllus melanurus 2 ind/m, Heniochus
monoceros 1 ind/m, Neopomacentrus azysron 1 ± 0,5 ind/m, Siganus javus 2 ± 1
ind/m.
Gambar 4.7. Kelimpahan Ikan Hias Batee Meuduro, Pulau Weh, Sabang.
0 2 4 6 8 10 12
Acanthurus leucosternon
Acanthurus olivaceous
Apogon ventrifasciatus
Chaetodon decussatus
Chaetodon melannotus
Chaetodon trifasciatus
Dascyllus melanurus
Neopomacentrus azysron
Zebrasoma scopas
Dascyllus reticulatus
Centropyge eibli
Kelimpahan Ikan Hias Batee Meuduro (ind/m)
6m 3m
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 31
BAB V. KESIMPULAN
1. Ikan hias di terumbu karang kebanyakan dalam kategori kelompok ikan “major”
yang berassosiasi secara kuat dengan karang, tetapi juga dipengaruhi oleh kolom
air. Dalam kondisi perairan yang kurang baik, terutama dengan kekeruhan tinggi,
tidak banyak jenis ikan hias yang nampak, sebaliknya pada perairan jernih banyak
jenis yang muncul. Substrat karang dan kolom air yang tidak sehat memberikan
pengaruh pada komunitas ikan dengan gradien yang berbeda dari tiap-tiap lokasi,
di mana akan menunjukkan komposisi ikan yang berbeda dari satu lokasi yang
sehat sampai lokasi yang rusak. Ikan Hias laut di stasiun pada wilayah buffer Pulau
Weh dijumpai dari 12 Family, 24 genus dan 51 spesies. Jumlah ikan hias laut dari
terkecil 29 individu sampai terbesar 73 individu per 250 m2.
2. Berdasarkan hasil penelitian indeks keragaman ikan hias laut di lima stasiun pada
dua kedalaman (3m dan 6m) di pulau weh sabang adalah moderat (sedang).
Berdasarkan hasil penelitian indeks keseragaman ikan hias laut di lima stasiun
pada dua kedalaman (3m dan 6m) di pulau weh sabang tergolong merata. .
Berdasarkan hasil penelitian indeks keragaman ikan hias laut di lima stasiun pada
dua kedalaman (3m dan 6m) di pulau weh sabang menunjukkan dominansi yang
rendah.
3. Kelimpahan ikan hias karang di stasiun Limbo Gapang berkisar antara 54 – 73
individu dan rata-rata 2,34 - 3,17 individu. Kelimpahan ikan hias karang di stasiun
Pulau Klah berkisar antara 29 – 50 individu dan rata-rata 2,14 – 3,04 individu.
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 32
Kelimpahan ikan hias karang di stasiun Anoi Itam berkisar antara 46 – 52 individu
dan rata-rata 2,19 – 2,47 individu. Kelimpahan ikan hias karang di stasiun Lhoong
Angen berkisar antara 45 – 64 individu dan rata-rata 2,27 – 2,38 individu.
Kelimpahan ikan hias karang di stasiun Batee Meuduro berkisar antara 37 – 54
individu dan rata-rata 2,14 – 3,04 individu. Adapun jenis-jenis yang dominan
dengan kelimpahan tinggi yaitu: Acanthurus maculiceps, Amphiprion
sandaricinos, Chaetodon citrinellus, Chaetodon auriga.
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 33
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G. R., & Adrim, M. (2003). Coral Reef Fishes of Indonesia. ZoologicalStudies, 42(1), 1-72.
Allen, G. R., R. C. Steene, P. Humann & N. Deloach. 2003. Reef fish identificationtropical Pacific. New World Publication, Inc. Jacksonville, Frorida USA.
Andrews, C. (1990). The ornamental fish trade and fish conservation. Journal of fishBiology, 37(SA), 53-59.
Bakus, G. J. 1990. Quantitative ecology and marine biology. Department of BiologicalScience University of Southern California. Los Angeles. C. A. 90089-0371. A-A. Balkeman/Roterdam : 164 p.
Bennett, G. (1834). Wanderings in New South Wales, Batavia, Pedir coast, Singapore,and China: Being the journal of a naturalist in those countries, during 1832,1833, and 1834 (Vol. 1). Bentley.
Bleeker P. 1862-1878. Atlas Ichthyologique des Indes Orientales Neerlandaise. Vols.I-IX. Leiden: De Breuk and Smits.
Bouchon-Navaro Y, Bouchon C.Harmelin-Vivien ML. 1986. Impact of coraldegradation on a chaetodontid fish assemblage (Moorea. French Polynesia).Proc 5th Int Coral reef Symp 5: 427-433 pp.
Bryant, Raymond L dan Sinead Bailey. 2005. “Third World Political Ecology”. NewYork: Routledge.
English, S., C. Wilkinson & V. Baker. 1994. Survey manual for tropicalmarineresources. Australian Institute of Marine Science. Townsvile: 368 p.
Herdiana, Y., Yulianto, I., Campbell, S.J., Baird, A.H. (2010). Membangun PuingHarapan. Wildlife conservation Society – Indonesian Marine Programme.
Jones GP (1991). Post recruitment processes in the ecology of coral reef fishespopulations: a multifactorial perspective. In: P.F. Sale (ed.) the ecology of coralreef fishes. New York Academic Press, San Diego, pp. 294 – 328. Khalaf MA,Disi AM (1997). Fishes of the Gulf of Aqaba. Mar. Sci. Station, Aqaba, Jordan.252 pp.
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 34
Kuiter RH, T Tonozuka. 2001. Photo Guide to Indonesian Reef Fishes. Seaford,Australia: Zoonetics.
Muswar, H. S., & Satria, A. (2015). Dampak Pelabelan Ramah Lingkungan(Ecolabelling) Perikanan Bagi Nelayan Ikan Hias.Sodality:: Jurnal SosiologiPedesaan, 5(3).
Odum, E. P. 1994. Dasar-dasar ekologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta:697 p.
Pirzan, A. M., Utojo, M. Atmomarso, M. Tjaronge, A. M. Tangko & Hasnawi. 2005.Potensi lahan budidaya tambak dan laut di kabupaten Minahasa, SulawesiUtara. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 11 (5): 43-50.
Purwanti, D.R. 2004. Dinamika Struktur Komunitas Ikan Karang Pada Pagi, Siang danSore Hari di Perairan Pulau Payung Kepulauan Seribu. Institut Pertanian Bogor,Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan. Bogor.
Randall JE, A Kunzmann. 1998. Seven new records of fishes from Indonesia, withdiscussions of western Indian Ocean fishes in southwestern Indonesia. RafflesBull. Zool. 46: 477-485.
Randall, J. E., Allen, G. R., & Steene, R. C. (1997). Fishes of the Great Barrier Reefand Coral Sea. University of Hawaii Press.
Rudi, E. (2011). Ikan karang perairan Aceh dan sekitarnya. Lubuk Agung, Bandung.Hal 216.
Sadovy S (1992). A preliminary assessment of the marine aquarium export trade inPuerto Rico. Proc. 7th Int. Coral Reef Symp. Guam 2:1014 1022.
Stirn, J. 1981. Manual method in aquatic environtment research. Part 8 Rome:Ecological Assessment of Pollution Effect, FAO.
Susanto, H. 1994. Ikan Hias Air Laut. Serie Perikanan XX/305/89. Penebar Swadaya.Wabnitz C, Taylor M, Green E, Razak T (2003). From ocean to aquarium. UNEP-
WCMC, Cambribge, U.K. P. 64.
Waite, S. 2000. Statistical ecology in practice: a guide to analysing environmental andecological field data. Pearson Education Limited, Edinburgh Gate: 414 p.
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 35
Webster, M. S. (2004). Density dependence via intercohort competition in a coral-reeffish. Ecology, 85(4), 986-994.
Wood, E. M. (2001). Collection of coral reef fish for aquaria: global trade, conservationissues and management strategies. Marine Conservation Society, Ross-on-Wye,UK, 80.
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 36
Lampiran Foto-foto Lapangan (Identifikasi Jenis-Jenis Ikan Hias di PerairanPulau Weh, Sabang)
1. Chaetodon auriga (Forsskål, 1775)
2. Chaetodon citrinellus (Cuvier, 1831)
3. Chaetodon mayeri (Bloch & Schneider, 1801)
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 37
4. Chaetodon trifascialis (Quoy & Gaimard, 1824)
5. Chaetodon trifasciatus (Park, 1797)
6. Chaetodon rafflesi (Bennett, 1830)
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 38
7. Chaetodon melannotus (Bloch & Schneider, 1801)
8. Chaetodon vagabundus (Linnaeus, 1758)
9. Chaetodon collare ( Bloch, 1787)
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 39
10. Chaetodon triangulum
11. Chaetodon kleinii (Bloch, 1790)
12. Chaotodon plebeius (Cuvier, 1831)
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 40
13. Chaetodon falkula
14. Chaetodon punctatofasciatus (Cuvier, 1831)
15. Chaetodon unimaculatus (bloch, 1787)
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 41
16. Heniochus monoceros (Cuvier, 1831)
17. Hemitaurichthys zoster
18. Heniochus varius (Cuvier, 1829)
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 42
19. Forcipiger flavissimus (Mc Gregor & Jordan 1898).
20. Chaetodon lunula (lacepede, 1803)
21. Chaetodon decussatus
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 43
22. Acanthurus lineatus (Linnaeus 1758)
23. Acanthurus leucosternon, bennett 1832
24. Ctenochaetus strigosus (Bennett, 1828)
25. Siganus guttatus (Bloch)
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 44
26. Acanthurus maculiceps ( Ahl,1923)
27. Zanclus cornutus ( Linnaeus)
28. Siganus javus (linnaeus 1766)
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 45
29. Naso lituratus (Bloch and Schneider, 1801
30. Amphiprion ocellaris (Cuvier)
31. Apogon ventrifasciatus (Allen randall, kuiter, 1995)
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 46
32. Dascyllus melanurus (Bleeker, 1854)
33. Thalassoma lunare
34. Labroides dimidiatus
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 47
35. Neoglyphodon melas ( Cuvier, 1830)
37. Dendrochirus zebra (Cuvier, 1829)
38. Amphiprion clarki (Bennet)
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 48
39. Acanthurus olivaceous (Bloch and Schneider, 1801)
40. Zebrasoma scopas (Bloch)
41. Sacura parva (Heemstra and randall, 1979)
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 49
42. Amphiprion sandaricinos (Allen)
43. Paracirrhites fosteri (Schneider)
44. Chromis actipectoralis
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 50
45. Neopomacentrus azysron (Bleeker, 1977)
46. Pomacanthus imperator (Bloch, 1787)
47. Dascyllus reticulatus (Richardson, 1846)
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 51
48. Dascyllus aruanus (Linneus, 1758)
49. Centropyge eibli (Klausevitz, 1963)
50. Dascyllus Trimaculatus
Laporan Identifikasi Ikan Hias di Perairan Aceh, SabangDinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2015
Page | 52
51. Labroides bicolor (Fowler and Beam, 1928)
52. Balistapus undulates (M.Park, 1797)
53. Acanthurus triostegus (Linnaeus, 1758)