laporan akhir implementasi sistem pendistribusian tertutup lpg tertentu wilayah kabupaten malang

202
HESA LC for Exellent Services LAPORAN AKHIR IMPLEMENTASI SISTEM PENDISTRIBUSIAN TERTUTUP LPG TERTENTU WILAYAH KABUPATEN MALANG PT. HESA LARAS CEMERLANG

Upload: agung-wibowo

Post on 10-Aug-2015

1.531 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Sejak program konversi minyak tanah ke LPG diimplementasikan pada akhir tahun 2007 sampai tahun 2010, pemerintah telah mendistribusikan secara gratis sekitar ± 45 juta paket perdana LPG tabung 3 kg ke rumah tangga dan usaha mikro yang berhak. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pelaksanaan program konversi selama ini dinilai berhasil. Indikasinya adalah penggunaan LPG tabung 3 kg di masyarakat yang terus meningkat, di mana pada tahun 2010 penyaluran isi ulang LPG tabung 3 kg setidaknya telah mencapai sekitar 2,5 juta MT, atau naik sekitar 416% dari tahun 2008 yang sebesar 0,6 juta MT, serta minyak tanah bersubsidi yang ditarik sejak awal program konversi sebesar 8,42 juta kiloliter. Dari pelaksanaan konversi mitan ke LPG tersebut di atas diperkirakan telah dilakukan penghematan sebesar 26,4 trilyun rupiah selama 2007-2010. Penghematan diperkirakan akan naik dengan semakin meluasnya target konversi di 2011 yang ditargetkan sebesar 52 juta KK. Berdasarkan Permen No. 26 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas, sistem pendistribusian LPG Tertentu dilaksanakan secara tertutup yang dimaksud LPG Tertentu dalam Permen tersebut adalah LPG tabung 3 kg yang saat ini disubsidi oleh pemerintah yang digunakan oleh rumah tangga dan usaha mikro sesuai kriteria yang ditetapkan Pemerintah. dalam sistem tertutup ini pembelian isi ulang LPG tertentu oleh rumah tangga dan usaha mikro yang berhak dilakukan dengan menggunakan kartu kendali melalui Penyalur dan/atau Sub Penyalur yang ditunjuk. dengan demikian, transaksi pembelian isi ulang LPG tertentu oleh kelompok masyarakat yang tidak berhak dapat diminimalisir.Sebagai tindak lanjut dari ketentuan di atas pada tahun 2009 telah dilakukan pilot project implementasi di Kota Malang yang mencakup dua ratus ribu KK. pada tahun 2010 wilayah implementasi telah diperluas menjadi Wilayah Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu), Kota Surakarta, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Sumedang dan Kota Pekanbaru. pada tahun 2011 melakukan kegiatan lanjutan Implementasi dan Penerapan Sistem Pengawasan Pendistribusian Tertutup LPG Tertentu dari wilayah yang telah diimplementasi pada tahun 2010 dan juga mengembangkan Implementasi dan Penerapan Sistem Pengawasan Pendistribusian Tertutup LPG Tertentu di Kota Semarang. pada tahun 2012 pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral cq Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi melakukan kegiatan lanjutan Pengawasan implementasi sistem pendistribusian LPG tertentu secara tertutup di wilayah yang telah diimplementasi pada tahun 2011 yang meliputi 8 Kabupaten/Kota dan 3 wilayah baru.

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Laporan AKHIR

Page 2: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kegiatan

Sejak program konversi minyak tanah ke LPG diimplementasikan pada akhir tahun 2007 sampai tahun 2010,

pemerintah telah mendistribusikan secara gratis sekitar ± 45 juta paket perdana LPG tabung 3 kg ke rumah

tangga dan usaha mikro yang berhak. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pelaksanaan program konversi

selama ini dinilai berhasil. Indikasinya adalah penggunaan LPG tabung 3 kg di masyarakat yang terus

meningkat, di mana pada tahun 2010 penyaluran isi ulang LPG tabung 3 kg setidaknya telah mencapai sekitar

2,5 juta MT, atau naik sekitar 416% dari tahun 2008 yang sebesar 0,6 juta MT, serta minyak tanah bersubsidi

yang ditarik sejak awal program konversi sebesar 8,42 juta kiloliter. Dari pelaksanaan konversi mitan ke LPG

tersebut di atas diperkirakan telah dilakukan penghematan sebesar 26,4 trilyun rupiah selama 2007-2010.

Penghematan diperkirakan akan naik dengan semakin meluasnya target konversi di 2011 yang ditargetkan

sebesar 52 juta KK.

Berdasarkan Permen No. 26 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas,

sistem pendistribusian LPG Tertentu dilaksanakan secara tertutup yang dimaksud LPG Tertentu dalam Permen

tersebut adalah LPG tabung 3 kg yang saat ini disubsidi oleh pemerintah yang digunakan oleh rumah tangga

dan usaha mikro sesuai kriteria yang ditetapkan Pemerintah. dalam sistem tertutup ini pembelian isi ulang LPG

tertentu oleh rumah tangga dan usaha mikro yang berhak dilakukan dengan menggunakan kartu kendali

melalui Penyalur dan/atau Sub Penyalur yang ditunjuk. dengan demikian, transaksi pembelian isi ulang LPG

tertentu oleh kelompok masyarakat yang tidak berhak dapat diminimalisir.

Sebagai tindak lanjut dari ketentuan di atas pada tahun 2009 telah dilakukan pilot project implementasi di Kota

Malang yang mencakup dua ratus ribu KK. pada tahun 2010 wilayah implementasi telah diperluas menjadi

Wilayah Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu), Kota Surakarta, Kabupaten

Purbalingga, Kabupaten Sumedang dan Kota Pekanbaru. pada tahun 2011 melakukan kegiatan lanjutan

Implementasi dan Penerapan Sistem Pengawasan Pendistribusian Tertutup LPG Tertentu dari wilayah yang

telah diimplementasi pada tahun 2010 dan juga mengembangkan Implementasi dan Penerapan Sistem

Pengawasan Pendistribusian Tertutup LPG Tertentu di Kota Semarang. pada tahun 2012 pemerintah melalui

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral cq Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi melakukan

kegiatan lanjutan Pengawasan implementasi sistem pendistribusian LPG tertentu secara tertutup di wilayah

yang telah diimplementasi pada tahun 2011 yang meliputi 8 Kabupaten/Kota dan 3 wilayah baru.

Page 3: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

1.2 Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan

1.2.1 Maksud

Maksud kegiatan ini adalah melakukan implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu yang

menjamin pasokan dan pembayaran subsidi LPG tertentu sesuai peraturan yang berlaku.

1.2.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah:

1. Terlaksananya sistem pelayanan terpadu dari kegiatan implemetasi sistem pendistribusian tertutup LPG

tertentu;

2. Terlaksananya transaksi pembelian LPG tertentu oleh pengguna yang berhak menggunakan kartu kendali

di sub penyalur yang ditentukan sesuai HET (Harga Eceran Tertinggi);

3. Terlaksananya penyaluran LPG tertentu oleh lembaga penyalur ke konsumen sesuai dengan wilayah

penyaluran yang telah ditentukan;

4. Terwujudnya partisipasi aktif masyarakat pengguna LPG tertentu yang berhak dan stakeholder dalam

mendukung pelaksanaan implementasi sistem pendistribusian LPG tertentu;

Terlaksananya sistem pelaporan transaksi LPG Tertentu secara kontinyu, traceable, accountable, dan verified.

1.2.3 Sasaran Kegiatan

Sasaran dari kegiatan ini adalah terlaksananya sistem Pendistribusian LPGtertentu secara tertutup di

wilayah yang ditetapkan, meliputi:

5. Berfungsinya sistem layanan terpadu di wilayah kegiatan;

6. Berfungsinya sistem transaksi pembelian LPG tertentu melalui Electronic Data Capture (EDC) di sub

penyalur dan sistem aplikasi desktop di penyalur;

7. Berfungsi sistem kontrol wilayah penyaluran berdasarkan hasil transaksi dengan wilayah penyaluran yang

telah ditentukan;

8. Berjalannya pendampingan kepada pengguna LPG Tertentu yang berhak dan stakeholder melalui

kegiatan pembinaan dan pengawasan;

9. Berfungsinya sistem transaksi dan pelaporan LPG tertentu melalui penerapan teknologi informasi yang

terintegrasi dari SPPBE hingga konsumen.

Page 4: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

1.3 Manfaat Pekerjaan

Manfaat kegiatan ini adalah:

1. Pemerintah mendapatkan informasi kebutuhan pasokan LPG Tertentu di setiap Kota/Kabupaten;

2. Pemerintah mendapatkan laporan hasil monitoring transaksi isi ulang LPG Tertentusecara kontinyu,

traceable, dan auditablesehingga efisiensi dan efektifitas penyaluran subsidi kepada pengguna yang

berhak dapat terjamin;

3. Pemerintah mendapatkan data perhitungan transaksi isi ulang LPG Tertentu yang update dan valid

sebagai dasar pembayaran subsidi pemerintah kepada Badan Usaha Penyedia LPG Tertentu;

4. Masyarakat mendapatkan kemudahan dalam membeli isi ulang LPG Tertentu dengan harga dan pasokan

yang terjamin

1.4 Dasar Hukum Kegiatan

Dasar hukum kegiatan ini adalah:

1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4400);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4436);

5. Keputusan Presiden R.I Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan

Belanja Negara jo Keputusan Presiden R.I. Nomor 72 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Keputusan

Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara;

6. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tanggal 6 Agustus 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah;

7. Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2007 tanggal 28 Nopember 2007 tentang Penyediaan,

Pendistribusian dan Penetapan Harga Liquefied Petroleum Gas Tabung 3 Kilogram;

8. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0030 Tahun 2005 tanggal 20 Juli 2005 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;

9. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 056 Tahun 2006 Tanggal 28 Desember 2006

tenteng Organisasi dan Tata Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral;

Page 5: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

10. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 021 Tahun 2007 tanggal 19 Desember 2007

tentang Penyelenggaraan Penyediaan dan Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas Tabung 3 Kilogram;

11. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2009 tanggal 29 September 2009

tentang Penyediaan dan Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas;

12. Peraturan Bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 Tahun

2011 dan Nomor 05 Tahun 2011 tentang Pembinaan dan Pengawasan Pendistribusian Tertutup Liquefied

Petroleum Gas Tertentu di Daerah.

1.5 Ruang Lingkup dan Metodologi Kegiatan

1.5.1 Ruang Lingkup

Secara umum batasan dan ruang lingkup Implementasi Sistem Pendistribusian LPG tertentu secara tertutup

meliputi :

1. Inventarisasi dan analisa data sekunder;

2. Pengurusan perijinan dan koordinasi dengan pemerintah daerah Propinsi/Kab/Kota dan Stakeholder;

3. Implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu;

4. Mengoperasikan peralatan dan melakukan pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan sistem

pendistribusian tertutup LPG tertentu;

5. Verifikasi distribusi isi ulang LPG tertentu;

6. Pelaporan dan presentasi.

1.5.2 Metodologi

Pelaksanaan kegiatan Implementasi Sistem Pendistribusian LPG Tertentu Secara Tertutup berdasarkan pada

metodologi sebagai berikut :

1. Melakukan identifikasi dan inventarisasi data sekunder :

a. Melakukan inventarisasi data hasil pelaksanaan kegiatan 2011, meliputi:

i. Data hasil verifikasi penerima dan penerima kartu kendali tahun 2011;

ii. Data dan karakteristik lembaga penyalur dan jalur distribusi;

iii. Data transaksi penyalur dalam satuan waktu yang diperlukan untuk validasi penataan penyalur;

dan

iv. Volume realisasi penyaluran SP(P)BE dan penerimaan penyalur di wilayah terpilih tahun 2011.

b. Melakukan pengolahan dan filling data awal;

c. Melakukan analisa awal terhadap data hasil kegiatan 2011 dalam penentuan strategi dan

perencanaan lapangan.

2. Melakukan perijinan dan koordinasi dengan Stakeholder meliputi :

a. Mempersiapkan administrasi perijinan ke Stakeholder ;

b. Melakukan perijinan kepada Pemerintah Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota setempat;

Page 6: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

c. Melakukan koordinasi dan sosialisasi perencanaan kegiatan dengan stakeholder; dan

d. Melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah dalam hal penerapan regulasi daerah.

3. Melakukan persiapan dan pelatihan kepada pelaksana kegiatan di wilayah, meliputi :

a. Melakukan persiapan sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan di wilayah;

b. Melakukan pelatihan personil pelaksana; dan

c. Melakukan mobilisasi personil dan non personil.

4. Implementasi infrastruktur sistem pendistribusian tertutup LPG Tertentu, meliputi :

a. Melakukan pendistribusian dan instalasi infrastruktur sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu di

wilayah, meliputi :

i. Melakukan instalasi infrastruktur IT berupa EDC di subpenyalur; dan

ii. Melakukan instalasi perangkat komputer kepada seluruh penyalur;

b. Instalasi infrastruktur sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu di pusat.

5. Mengoperasikan peralatan serta melakukan pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan sistem

pendistribusian tertutup LPG tertentu, meliputi:

a. Operasi Wilayah

i. Melakukan pengecekan dan perawatan peralatan secara periodik; dan

ii. Memberikan pelaporan hasil pengecekan dan perawatan (updated).

b. Pelaksanaan pelayanan terpadu penanganan dan informasi pelanggan LPG tertentu dan lembaga

penyalur, meliputi:

i. Menerima pengaduan dari pengguna dan lembaga penyalur LPG tertentu terkait permasalahan

terhadap sistem dan penyaluran; dan

ii. Memberikan pelayanan ke pengguna LPG tertentu (penerima kardal), dan lembaga penyalur LPG

tertentu terkait pergantian kartu rusak/hilang, perbaikan kartu, perbaikan EDC, dan perbaikan

desktop.

c. Pembinaan dan Pengawasan terhadap pelaksanaan sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu

meliputi:

i. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyalur dalam melaksanakan penyaluran LPG

tertentu sesuai wilayah yang telah ditentukan;

ii. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap subpenyalur dalam pelaksanaan penyaluran

serta infrastruktur transaksi pembelian; dan

iii. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengguna dalam transaksi pembelian LPG

tertentu di subpenyalur yang telah ditunjuk.

6. Verifikasi Distribusi Isi Ulang LPG tertentu, meliputi :

a. Melakukan verifikasi on desk berdasarkan data realisasi penyaluran MySAP dengan SPBBE dan

lembaga penyalur;

b. Melakukan verifikasi penyaluran isi ulang LPG Tertentu di lapangan berdasarkan verifikasi on desk

(point a) MySAP dengan data di SPPBE dan lembaga penyalur di wilayah kegiatan meliputi:

Page 7: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

i. Melakukan pemeriksaan data penyaluran SPPBE dan lembaga penyalur;

ii. Melakukan pemeriksaan ketepatan isi tabung LPG tertentu.

7. Pelaporan dan presentasi

Laporan:

a. Laporan Pendahuluan;

b. Laporan Antara;

c. Laporan Akhir; dan

d. Ringkasan Eksekutif.

Presentasi:

a. Presentasi Laporan Pendahuluan;

b. Presentasi Laporan Antara; dan

c. Presentasi Laporan Akhir.

1.6 Hasil/Output

Hasil/output dari kegiatan ini adalah:

1. Tersedianya sistem pengawasan pendistribusian tertutup LPG tertentu yang sudah diimplementasikan,

dikembangkan serta dioperasikan pada di wilayah yang ditetapkan.

2. Termonitornya kegiatan pendistribusian LPG tertentu secara aktual dan efektif di wilayah yang

ditetapkan.

3. Tersedianya data volume penyaluran isi ulang yang verified, auditable, traceable, accountable dalam

penyaluran LPG Tertentu untuk rumah tangga dan usaha mikro di wilayah yang ditetapkan.

1.7 Objek Kegiatan

Objek pelaksanaan implementasi sistem pendistribusian LPG tertentu secara tertutup meliputi:

1. Rumah tangga dan usaha mikro penggunaLPG tertentu;

2. Penyalur dan sub penyalur LPG Tertentu;

3. SPPBE/SPBE;

4. Stakeholder terkait.

1.8 Wilayah Kegiatan

Wilayah kegiatan implementasi sistem pendistribusian LPG tertentu secara tertutup di Kota Malang-Kabupaten

Malang-Kota Batu di Propinsi Jawa timur.

Page 8: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

BAB 2LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Regulasi Terkait Pelaksanaan Program Sistem Distribusi Tertutup di Daerah

2.1.1 Regulasi Terkait Otonomi Daerah

Beberapa urusan yang menjadi kewenangan daerah pasca reformasi (otoda) dan UU Tentang Pemerintahan

Daerah Nomor 32 Tahun 2004, seperti urusan wajib dan urusan pilihan yang menjadi kewenangan daerah

diatur dalam ketentuan Pasal 13 dan Pasal 14 yang telah diatur lebih lanjut dengan PP No. 38/2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pemerintah juga telah menetapkan PP No.41/2007

tentang Organisasi Perangkat Daerah.Untuk menjalankan urusan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud

dalam Peraturan Pemerintah tersebut, Pemerintah Daerah memerlukan perangkat peraturan perundang‐

undangan.

Secara konseptual ‘’Perundang-undangan” (legislation, wetgeving, atau gesetzgebung) mempunyai dua

pengertian, yaitu; Perundang-undangan merupakan proses pembentukan/proses membentuk peraturan-

peraturan Negara, baik pemerintah di tingkat pusat, maupun tingkat daerah (formal). Perundang-undangan

adalah segala peraturan Negara, yang merupakan hasil pembentukan peraturan-peraturan baik di tingkat

pusat maupun di tingkat daerah (materiil).

Pengertian perundang-undangan tidak hanya tentang proses atau formalitas pembentukan/pembuatan

pembentuk peraturan-peraturan Negara atau aspek materiil, melainkan juga seluruh peraturan Negara yang di

hasilkan dari pembentukan peraturan-peraturan Negara itu, baik di tingkat pusat maupun daerah harus

memenuhi aspek produktifitas dan norma-norma. Aspek produktifitas produk perundang-undangan adalah

mengenai daya laku (validity) dan daya guna (efficacy). Suatu produk hukum berlaku jika mempunyai daya laku

atau mempunyai keabsahan (validity/geltung) yang diperoleh kalau dibentuk oleh lembaga yang berwewenang

dan sesuai dengan norma hukum yang berlaku serta secara sah dan memiliki daya guna (efficacy). Hal ini

antara lain disebabkan produk hukum yang berlaku sah belum tentu ditaati produk hukum materiil dikatakan

berdaya guna jika tidak hanya berlaku sah tetapi sekaligus ditaati dan memenuhi norma. Norma (produk

materiil hukum) adalah suatu ukuran yang harus di patuhi oleh seseorang dalam hubungannya dengan

sesamanya atau dengan lingkungannya. Dalam perkembangannya, norma diartikan sebagai suatu ukuran atau

pedoman bagi seseorang dalam bertindak atau bertingkah bertingkah laku dalam masyarakat. Jadi, inti suatu

norma adalah segala aturan yang harus di patuhi.

Page 9: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Produk hukum yang memiliki nilai norma hukum adalah yang di dasarkan kepada ukuran nilai-nilai baik atau

buruk yang berorientasi kepada asas keadilan dan bersifat; suruhan (impare), yaitu apa yang harus dilakukan

orang; larangan (prohibited), yaitu apa yang tidak boleh dilakukan orang. Sebaiknya produk hukum daerah (SK

Pembentukan Tim Monitoring dan Peraturan WaliKota/Bupati Tentang Penataan Distup) yang ditandatangani

oleh regulator daerah yaitu KDH sehingga berfungsi sebagai payung hukum, dapat memenuhi prasyarat seperti

tersebut diatas dan memenuhi amanat otonomi daerah.

2.1.2 Tinjauan Mekanisme Pengembangan Regulasi Daerah

Ke depan untuk lebih menjamin kepastian hukum program distup LPG tertentu diperlukan produk hukum

daerah seperti Surat Keputusan (SK), atau berupa peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah/Pemerintah

Kota. Pembentukan Tim Monitoring dan Peraturan WaliKota/Bupati. Peraturan Daerah (Perda) merupakan

produk hukum daerah yang dapat menjamin kepastian hukum dan penegakan hukum implementasi tentang

Pengawasan dan Penataan Distup di daerah, karena beberapa hal dan adanya sanksi yang lebih pasti.

Secara umum kinerja di bidang pembentukan peraturan perundang-undangan (PUU) di daerah dalam 10 tahun

terakhir ini telah memperlihatkan peningkatan baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal ini tidak terlepas

dari proses penyusunan PUU dengan mekanisme yang makin tertib, terarah, dan terukur, meskipun masih

tetap perlu diupayakan penyusunan PUU dengan proses yang lebih cepat dengan tidak mengurangi kualitas

PUU yang dihasilkan. Khususnya penyusunan PPU di daerah (Perda dll) sehingga tidak menghambat proses

pembangunan dan program pembangunan. Percepatan penyelesaian PUU utamanya perlu didorong terhadap

program pembentukan PUU yang penyelesaiannya ditentukan dalam waktu tertentu atau diperlukan segera

untuk merealisasikan program-program strategis pembangunan.

Penyerahan sebagian besar kewenangan pemerintahan kepada pemerintah daerah, telah menempatkan

pemerintah daerah sebagai ujung tombak pembangunan nasional, dalam rangka menciptakan kemakmuran

rakyat secara adil dan merata.Dalam kaitan ini peran dan dukungan daerah dalam rangka pelaksanaan PUU

sangat strategis, khususnya dalam membuat Peraturan Daerah (Perda) dan Peraturan Daerah lainnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perda sebagai jenis PUU nasional memiliki landasan

konstitusional dan landasan yuridis dengan diaturnya kedudukan Perda dalam UUD 1945 Pasal 18 ayat (6), UU

No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, UU No.32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah termasuk perundang-undangan tentang daerah otonomi khusus dan daerah istimewa

sebagai lex specialis dari UU No.32/20042. Selain itu terkait dengan pelaksanaan wewenang dan tugas DPRD

dalam membentuk Perda adalah UU No.27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD dan Peraturan

Pemerintah No.16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan DPRD tentang Tata Tertib DPRD. Pasal

18 ayat (6) UUD 1945 menyatakan bahwa pemerintah daerah berhak menetapkan Peraturan Daerah dan

peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan.Dalam kaitan ini maka

sistem hukum nasional memberikan kewenangan atributif kepada daerah untuk menetapkan Perda dan

Page 10: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Peraturan Daerah lainnya, dan Peraturan Daerah diharapkan dapat mendukung secara sinergis program-

program Pemerintah di daerah.

Perda sebagaimana PUU lainnya memiliki fungsi untuk mewujudkan kepastian hukum (rechtszekerheid, legal

certainty). Untuk berfungsinya kepastian hukum PUU harus memenuhi syarat-syarat tertentu antara lain

konsisten dalam perumusan dimana dalam PUU yang sama harus terpelihara hubungan sistematik antara

kaidah-kaidahnya, kebakuan susunan dan bahasa, dan adanya hubungan harmonisasi antara berbagai

peraturan perundang-undangan. Pengharmonisasian PUU memiliki urgensi dalam kaitan dengan asas

peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi, sehingga hal yang mendasar dalam penyusunan rancangan Peraturan Daerah

adalah kesesuaian dan kesinkronannya dengan PUU lainnya.

2.1.3 Tinjauan Law Enforcement

Law enforcement atau penegakan hukum menurut para pakar terkait hal-hal berikut:

a. Adanya paksaan dari luar yang berwujud ancaman hukum bagi pelanggarnya (biasanya berupa sanksi fisik

yang dapat di paksakan oleh alat Negara).

b. Bersifat umum yaitu berlaku bagi siapa saja dan mengandung nilai norma. Norma hukum bersifat

heteronom karena datang dari luar diri kita sendiri norma hukum dapat dilekati dengan sanksi pidana atau

sanksi secara fisik. Sanksi pidana atau sanksi pemaksa dalam norma hukum di laksanakan oleh aparat

Negara.

Perda terkait implementasi pendistribusian secara tertutup LPG tertentu memiliki sanksi pidana selain sanksi

lainnya sehingga lebih menjamin kepastian hukum.perda sebagaimana PUU lainnya memiliki fungsi untuk

mewujudkan kepastian hukum (rechtszekerheid, legal certainty). Perda adalah bagian dari peraturan

perundang-undangan umumnya yang berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki susunan.

Suatu Perda berlaku, bersumber, dan berdasar pada peraturan lain yang lebih tinggi peraturan tersebut

merupakan norma yang berlaku menurut yang lebih tinggi lagi. Demikian seterusnya Perda itu berlaku,

bersumber, dan berlaku pada norma perundangan lain yang lebih tinggi sampai pada suatu sumber yang tidak

dapat ditelusuri lagi karena bersifat hipotesis dan fiktif yang disebut Norma dasar (rundnorm) dan ditetapkan

lebih dulu oleh masyarakat.

Berdasarkan pendapat pakar hukum.

a. perundang-undangan yang lebih rendah derajatnya tidak dapat mengubah atau menyampingkan

kententuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih tinggi tetapi yang sebaliknya dapat.

b. perundang-undangan hanya dapat dicabut, diubah atau ditambah oleh atau dengan perundang-undangan

yang sederajat atau yang lebih tinggi tingkatannya, dst.

Page 11: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

2.2 Tinjauan Rantai Suplai LPG Tertentu

Pada sub bab ini membahas tentang tinjauan sistem implementasi sistem pendistribusian LPG tertentu dari

berbagai sudut pandang, baik dari rantai distribusinya, mekanisme rayonisasi distribusi, sistem distribusi

tertutup, profil lembaga penyalur, manajemen pelayanan, manajemen mutu pengelolaan, maupun

manajemen pengendalian pasokannya.

2.2.1 Tinjauan Rantai Distribusi LPG Tertentu

Perkembangan dunia industri, baik manufaktur maupun jasa sangat pesat.Fokus yang mengarah kepada

customization kepada konsumen menjadi tantangan berat bagi pelaku bisnis dalam era persaingan saat ini. Era

bisnis yang beralih dari kompetisi antar usaha kemudian menjadi Networking antar berbagai unit bisnis

membutuhkan berbagai strategi baru dalam mengelola usaha guna mengembangkan unit bisnisnya.

SCM (SupplyChainManagement) adalah konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total

perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi waktu, lokasi dan aliran kuantitas bahan. SCM adalah

modifikasi praktek tradisional dari manajemen logistik yang bersifat adversial ke arah koordinasi dan

kemitraan antar pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan aliran informasi dan produk tersebut.

Keunggulan kompetitif dari SCM adalah bagaimana kemampuan mengatur aliran barang atau produk dalam

suatu rantai supply. Dengan kata lain, model SCM mengaplikasikan bagaimana suatu jaringan kegiatan

produksi dan distribusi dari suatu perusahaan dapat bekerja bersama-sama untuk memenuhi tuntutan

konsumen. Tujuan utama dari SCM adalah: pernyerahan/pengiriman produk secara tepat waktu demi

memuaskan konsumen, mengurangi biaya, meningkatkan segala hasil dari seluruh supplychain (bukan hanya

satu perusahaan), mengurangi waktu, memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi.

SupplyChainManagement (SCM) dapat pula didefinisikan sebagai pengintegrasian bisnis secara efisien sejak

dari pemasok (suppliers), pembuat (manufacturers), gudang (warehouse), dan toko (stores) sampai ke

pelanggan akhir, sehingga barang-barang diproduksi dan didistribusikan tepat sesuai jumlah yang dibutuhkan,

menuju ke lokasi yang tepat, dan waktu yang tepat, guna meminimalisasi biaya dengan tetap

mempertahankan tingkat layanan yang dituntut oleh para pelanggan.

Rantai suplai merupakan jejaring yang terdiri dari banyak pemain, mulai dari pemasok bahan baku, fabrikan,

grosiran (wholesaler), distributor, peritel (retailer). Sebelum suatu produk berada di tangan konsumen akhir,

produk tersebut harus melewati sejumlah pemain dalam rantai suplai produk tersebut.Sesungguhnya,

kekuatan suatu rantai suplai terletak oleh pemain yang terlemah dalam rantai tersebut.Oleh karenanya,

menjadi tanggung jawab semua pemain dalam suatu rantai suplai untuk membangun rantai suplai yang

kokoh.Rantai suplai yang kokoh hanya bisa dibangun dari pemain-pemain yang memiliki kemampuan yang

tinggi dalam menekan biaya yang terjadi dalam keseluruhan rantai suplai dan menjaga ketersediaan.Dari rantai

Page 12: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

SPBE/SPPBE PENYALUR SUB PENYALUR PENGGUNA

SPBE/SPPBE

PENYALURSUB PENYALUR MOTORIS PENGGUNA

HESA LC for Exellent Services

suplai yang kokoh inilah, konsumen akhir dapat mendapatkan produk secara mudah, karena rantai suplai

menjaga ketersediaannya dengan harga yang terjangkau dan mampu menekan biaya-biaya yang tidak perlu.

Peran dan Hubungan Antar Entitas Rantai Distribusi LPG Tertentu

Melihat dari jumlah entitas yang ada maka mata rantai suplai LPG 3 Kg relatif pendek dan tidak banyak

melibatkan entitas distribusi.Dalam implementasinya bahkan titik awal pendistribusian beranjak dari entitas

SPPBE/SPBE, Penyalur/Agen, Sub Penyalur/Sub Agen/Pangkalan dan Pengguna.

Gambar 2-1 Rantai Pendek Pendistribusian LPG Tertentu

Artinya entitas mata rantai suplai yang ada tidak banyak. Dampak yang terjadi bilamana suatu mata rantai

suplai suatu barang semakin pendek maka konsekuensi yang ada adalah :

a. Biaya distribusi relatif rendah;

b. Perputaran barang relatif lebih cepat;

c. Pengadaan barang relatif lebih cepat;

d. Harga di tingkat pengguna relatif lebih proposional;

Situasi ini sangat menguntungkan pengguna.Selain mendapatkan harga barang yang relatif murah, keuntungan

lainnya adalah kemudahan mendapatkan barang tersebut di pasar. Kondisi sebaliknya bilamana mata rantai

yang terlibat disuatu rantai distribusi terlalu panjang dan banyak entitias distribusi yang terlibat maka harga

distribusi barang tersebut semakin mahal, kelangkaan barang akan lebih mudah terjadi serta dapat

menimbulkan peluang-peluang terbentuknya mata rantai baru seperti pengecer yang akan lebih membuat

harga semakin tinggi di tingkat pengguna seperti diilustrasikan pada gambar berikut.

Gambar 2-2 Rantai panjang pendistribusian LPG tertentu

Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM R.I Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Penyediaan dan Pendistribusian LPG

Tertentu tersirat rantai distribusi LPG tertentu seperti Gambar 2.2-3 di bawah ini :

Page 13: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

SPBE/SPPBE PENYALUR SUB PENYALUR PENGGUNA

HESA LC for Exellent Services

Gambar 2-3 Rantai Distribusi LPG Tertentu berdasarkan Peraturan Menteri ESDM R.I Nomor 26 tahun 2009

Pola distribusi tersebut diselenggarakan dengan tujuan agar pengguna mendapatkan manfaat :

a. Tepat salur, relatif cepat penyalurannya dan terdistribusi kepada pengguna yang tertentu;

b. Tepat harga, dengan rantai distribusi yang pendek maka tidak banyak entitas distribusi yang terlibat

menyebabkan biaya distribusi menjadi minimal sehingga pada akhirnya harga LPG 3 Kg yang harus ditebus

pengguna menjadi lebih reasonable;

c. Tepat waktu, relatif cepat penyalurannya karena jumlah entitas rantai distribusi tidak panjang sehingga

waktu pendistribusian relatif pendek.

Hubungan SPPBE/SPBE-Penyalur

Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk LPG (SPPBE) dan Statiun Pengisian Bulk LPG (SPBE) merupakan induk

pengisian dan pengangkutan LPG 3 Kg beberapa Penyalur/Agen di suatu wilayah. Setiap H-15 Pengambilan

Barang LPG 3 Kg, pihak Penyalur/Agen menyerahkan Realisasi Penyaluran Alokasi Harian (Kitir Harian) untuk

bulan berjalan kepada PERTAMINA untuk selanjutnya pihak PERTAMINA akan mengesahkan Alokasi

Penyaluran Harian tersebut untuk bulan berikut. Berdasarkan kuota yang telah diberikan PERTAMINA kepada

setiap Penyalur/Agen, pihak Penyalur/Agen pada hari H melakukan pengambilan barang di SPPBE/SPBE yang

ditunjuk.Beberapa Penyalur/Agen LPG 3 Kg di suatu wilayah dapat merujuk ke satu SPPBE/SPBE sebagai sentra

pengisian bulk LPG 3 Kg yang telah ditentukan.

Hubungan Penyalur-Sub Penyalur

Penyalur/Agen yang telah mengambil alokasi kuota LPG tertentu di SPPBE/SPBE yang telah ditunjuk kemudian

mendistribusikan alokasi harian tersebut ke sejumlah Sub Penyalur/Pangkalan yang berada dalam wilayah

salur penyalur yang bersangkutan. Pada H-1 setiap penyalur/agen melakukan kegiatan Rencana Tujuan Harian

(RTH) guna mengalokasikan berapa kebutuhan setiap sub penyalur/pangkalan yang berada dalam kewenangan

wilayah salurnya. Berdasarkan RTH ini, realisasi penyaluran kuota harian Penyalur didistribusikan kepada Sub

Penyalur/Pangkalan. Transaksi bersifat harian dan idealnya setiap transaksi pengiriman/pendistribusian LPG

tertentu dari penyalur ke sub penyalur tercatat dalam suatu media pencatatan transaksi.

Page 14: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Hubungan Sub Penyalur-Pengguna

Pada entitas ini terjadi transaksi pembelian refil LPG tertentu antara pengguna dan sub penyalur. Berdasarkan

stok yang tersedia, sub penyalur mendistribusikan LPG tertentu kepada pengguna yang

membutuhkan.Transaksi bersifat harian dan tercatat dalam suatu media pencatatan. Idealnya secara periodik

sub penyalur melaporkan seluruh transaksi pendistribusian (transaksi penjualan refill) LPG tertentu ke

penyalur/agen.

2.2.2 Tinjauan Sistem Distribusi Tertutup

2.2.2.1 Gambaran Umum SCM

LPG tertentu dalam kerangka supplychainmanagement merupakan produk yang diidamkan oleh setiap pemain

di dalam rantai pasokan, karena secara landscape ketidakpastian, LPG tertentu merupakan produk yang

memiliki ketidakpastian rendah pada sisi permintaan (permintaannya sangat tinggi) dan ketidakpastian rendah

pada sisi pasokan sebagai akibat dari komitmen pemerintah dan pertamina dalam menjamin pasokan LPG ke

masyarakat.

Gambar 2-4 Landscape ketidakpastian permintaan dan pasokan

Apabila berjalan dengan normal maka semestinya akan terjadi keseimbangan pasokan dan dinikmati dengan

mudah oleh konsumen, akan tetapi pada kenyataannya permasalahannya menjadi menarik. Meskipun

merupakan produk fungsional, yang semestinya dapat dinikmati oleh konsumen secara mudah, kenyataan di

lapangan tidak demikian. Kejadian seperti adanya kelangkaan akan produk fungsional tersebut di beberapa

daerah menunjukkan adanya gangguan dalam rantai suplai, terlebih yang datang dari sisi suplai. Untuk

mengatasi segala gangguan tersebut diperlukan suatu rantai suplai yang kokoh yang dapat mengefisiensikan

semua aliran yang terjadi dalam rantai suplai, yaitu aliran material, informasi dan transaksi.

Dengan mengefisienkan segala bentuk aliran di atas, tujuan utama dari sebuah rantai suplai berupa

maksimisasi keuntungan dari setiap lembaga penyalur dalam rantai suplai tanpa mengorbankan ketersediaan

dapat dipenuhi.Untuk mendesain jejaring rantai suplai yang kokoh, gambar berikut memperlihatkan kerangka

kerja yang digunakan.

Page 15: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Gambar 2-5 Kerangka pengambilan keputusan untuk desain jejeaaring rantai distribusi

Fase 1 : Penyusunan Strategi Rantai Suplai

Fase I menyiapkan strategi rantai suplai dengan memperhatikan landscape ketidakpastian di sisi suplai dan

permintaan dan tingkat kepentingan dari skala ekonomis dalam mendistribusikan produk.

Tujuan utama dari fase pertama dalam mendesain jejaring rantai suplai adalah mendefinisikan strategi yang

ingin dikejar oleh rantai suplai. Pemilihan strategi dilakukan dengan memperhatikan landscape ketidakpastian

suplai, permintaan dan tingkat skala ekonomis dalam pendistribusian.

Mengingat tingkat ketidakpastian yang relatif rendah dari sisi suplai maupun permintaan dan skala ekonomis

memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dalam pendistribusian, strategi rantai suplai yang tepat untuk kondisi

tersebut adalah strategi yang mengejar efisiensi (efficient supplychain). Gambar 2-6 memperlihatkan pemilihan

strategi rantai suplai yang tepat berdasarkan landscape ketidakpastian di sisi permintaan dan suplai dan juga

tingkat kepentingan dari skala ekonomis dalam pendistribusian (Lee, H.L., 2002).

Page 16: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Gambar 2-6 Pemilihan strategi rantai distribusi

Dalam kasus pendistribusian LPG, ketidakpastian permintaannya dapat dikatakan rendah karena variabilitas

permintaannya yang relatif kecil; ketidakpastian suplai juga dikatakan rendah karena komitmen yang tinggi

dari Pemerintah untuk menyalurkan minyak tanah bersubsidi; dan perlunya skala ekonomis yang tinggi untuk

mendistribusikan minyak tanah bersubisidi ini. Memperhatikan kenyataan tersebut, strategi rantai suplai yang

cocok untuk LPG adalah strategi rantai supply yang efisien (efficient supplychainstrategy). Strategi ini mampu

memenuhi tujuan badan usaha dan Pemerintah.Bagi konsumen, stabilnya harga LPG dan ketersediaan yang

tinggi merupakan sesuatu yang mereka inginkan.

Fase II : Konfigurasi Rantai Suplai

Fase II untuk menggambarkan konfigurasi rantai suplai yang berisikan pemain-pemain utama mulai dari agen

hingga pemain yang terdekat dengan konsumen.Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun konfigurasi

rantai suplai adalah tingkat produktifitas, tingkat persaingan wilayah, faktor biaya, intensif tarif dan pajak,

tingkat pola permintaan dan resiko politik.

Di Fase II akan dikembangkan berbagai konfigurasi fisik dan infrastruktur dari rantai suplai. Penentuan

konfigurasi rantai suplai in merupakan keputusan stratejik yang akan berdampak panjang bagi setiap pemain di

dalamnya. Desain rantai suplai pada prinsipnya mencoba menjawab pertanyaan seperti siapa melayani siapa

dan dalam jumlah berapa di dalam rantai suplai.

Page 17: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

SPPBE

AGEN SUB PENYALUR KONSUMEN

PERTAMINA ARUS MATERIAL

ARUS TRANSAKSI

ARUS INFORMASI

DODO

Kartu kendaliLogbookLogbook

HESA LC for Exellent Services

Gambar 2-7 Konfigurasi arus material, informasi dan transaksi pada pendistribusian tertutup LPG

Berdasarkan Permen ESDM No. 26 tahun 2009, ada 3 aliran utama yang perlu dijaga kelancarannya, yaitu:

Aliran Informasi yang bergerak dari pemain di sisi hilir ke pemain di sisi hulu. Contohnya: agen akan

mengorder LPG ke Pertamina, Pertamina memberikan informasi Delivery Order (DO) agen ke SPPBE ; sub

penyalur akan mengorder ke agen; dan konsumen membeli LPG dari sub penyalur ataupun agen. Supaya

tidak terjadi pemborosan (waste) dalam bentuk kelebihan pasokan dalam rantai distribusi, pengorderan

yang dilakukan oleh agen, sub penyalur adalah sesuai dengan permintaan dari konsumen akhir.

Aliran material/barang yang bergerak dari pemain di sisi hulu ke pemain di sisi hilir. Contohnya: SPPBE

akan menyalurkan LPG ke agen; agen memasok ke sub penyalur , sub penyalur menjual langsung ke

konsumen rumah tangga maupun usaha mikro. Jumlah yang disalurkan dari pemain yang lebih dulu harus

sesuai dengan tingkat konsumsi yang dihadapi pemain yang berada di sisi hilir.

Aliran transaksi yang bergerak dari pemain di sisi hilir ke pemain di sisi hulu. Contohnya: Konsumen

membayar ke sub penyalur; sub penyalur membayar ke agen, dan agen membayar ke Pertamina.

Keputusan-keputusan stratejik yang diambil dalam penentuan konfigurasi rantai suplai dalam pendistribusian

minyak tanah bersubsidi mencakup:

Penentuan jumlah fasilitas dalam rantai suplai. Untuk sistem distribusi minyak tanah bersubsidi misalnya,

fasilitas disini adalah jumlah agen yang dilayani SPPBE dalam satu wilayah distribusi; dan jumlah sub

penyalur yang dilayani satu agen.

Penentuan lokasi setiap fasilitas atau pemain dalam rantai suplai. Untuk satu wilayah distribusi LPG

misalnya, keberadaan agen, dan sub penyalur yang sekarang ini akan dievaluasi kembali.

Penentuan besar kapasitas setiap fasilitas atau pemain dalam rantai suplai. Dalam sistem LPG yang

terorkestrasi, kapasitas setiap pemain dibatasi untuk menghindari terjadinya pemborosan, seperti

penimbunan inventori.

Penentuan strategi distribusi untuk menjamin terciptanya kondisi optimal antara efisiensi dan

ketersediaan.

Page 18: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Tujuan dari penentuan konfigurasi rantai suplai ini tidak lain adalah untuk meminimalkan biaya total (tahunan)

rantai suplai, mencakup biaya-biaya pengadaan, penyimpanan, biaya-biaya fasilitas, biaya transportasi tanpa

mengorbankan persyaratan tingkat layanan (service level).

Fase III : Penetepatan Jumlah Pemain (lembaga penyalur) dan kapasitas (kuota)

Fase III dilakukan untuk menentukan jumlah pemain, siapa melayani siapa (membership) berikut kapasitas

(kuota) dari masing-masing pemain.Fase ini mempertimbangan kemampuan modal, operasional dan

infrastruktur dari lembaga penyalur.

Berbagai alternatif konfigurasi rantai suplai yang dihasilkan di fase kedua selanjutnya akan dianalisis untuk

kemudian dicari solusi yang paling baik. Di Fase III ini akan ditentukan siapa melayani siapa dan dalam jumlah

berapa. Untuk kasus pendistribusian LPG bersubsidi mulai dari SPPBE, agen dan sub penyalur, akan ditentukan

berapa banyak agen yang diperlukan dalam satu wilayah distribusinya berikut kapasitas atau kuota yang

diberikan per agen. juga akan ditentukan berapa pangkalan berikut kapasitasnya yang akan dilayani oleh setiap

agen dalam satu wilayah distribusi.

Model Optimasi SupplyChainManagement

Memperhatikan landscape ketidakpastian yang relatif rendah di sisi permintaan dan suplai dari minyak tanah

ini, maka desain jejaring dari rantai distribusi mulai dari Depot sampai Pangkalan dapat didekati dengan model

optimisasi. Model optimasi terdiri dari satu fungsi tujuan dan satu set fungsi kendala (constraints). Tujuan

optimasi adalah untuk meminimumkan biaya distribusi. Jika diketahui volume LPG yang akan didistribusikan,

wilayah pendistribusiannya dan konsumen yang dituju, maka pada prinsipnya biaya distribusi tergantung pada

beberapa faktor sebagai berikut:

Biaya transportasi

Biaya loading dan unloading

Jumlah pihak yang terlibat dalam distribusi (agen dan sub penyalur)

Jumlah armada distribusi

Hubungan antar pihak dalam jaringan distribusi (supplier-buyer relationship)

Jadi, di dalam model optimasi umum akan tercakup beberapa model optimasi yang lebih spesifik sebagai

berikut:

Penentuan jumlah penyalur optimal per wilayah distribusi

Penentuan jumlah sub penyalur optimal per wilayah distibusi

Penentuan jumlah armada optimal per wilayah distribusi

Dalam memecahkan masalah ini, maka terlebih dahulu perlu dibuat desain jaringan distribusi dan kemudian

menentukan jumlah agen dan sub penyalur yang optimum untuk jaringan tersebut.Setelah itu dibuat model

Page 19: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

MinimizingFungsi Obyektif = Total Biaya Penyediaan LPG yang terjadi mulaidari SPPBE – Sub Penyalur

Subject to Kendala-Kendala:

Kapasitas Suplai SPPBEKapasitas/Kuota Agen

Kapasitas/Kuota Sub Penyalur Permintaan di wilayah distribusi

HESA LC for Exellent Services

optimasi umum untuk meminimumkan biaya distribusi dan model optimasi yang lebih spesifik untuk

penentuan jumlah armada pada setiap wilayah distribusi.

Dengan asumsi deterministis, model optimisasi yang dipilih adalah model Linear Programming. Model

optimisasi menggunakan Linear Programming secara generik dapat dituliskan sebagai berikut:

Tujuan utama dari desain jejaring rantai distribusi LPG tertentu bersubsidi adalah untuk meminimunkan segala

biaya-biaya yang timbul dalam mengadakan LPG tertentu bagi konsumen akhir.Karena yang menjadi obyek

pengamatan adalah agen/penyalur sampai pangkalan/sub penyalur, maka biaya-biaya yang diminimumkan

adalah biaya-biaya yang terjadi mulai dari SPPBE-sub penyalur. Biaya pengadaan LPG tertentu (cost of

acquisition) dari agen/penyalur hingga pangkalan/sub penyalur meliputi:

Biaya pengiriman per unit LPG per KM jarak dengan moda transportasi darat;

Biaya pengiriman per unit LPG per KM jarak dengan moda transportasi sungai;

Biaya pengiriman per unit LPG per KM jarak dengan moda transportasi laut;

Biaya bongkar (unloading cost) di penyalur dan sub penyalur;

Biaya tetap per unit LPG di agen/penyalur;

Biaya tetap per unit LPG di pangkalan/sub penyalur.

Minimisasi total biaya penyediaan tidak bisa dilakukan tanpa batas karena adanya kendala-kendala atau

persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan-persyaratan tersebut meliputi:

Kapasitas suplai di setiap SPPBE. Kapasitas suplai disini akan menjadi kendala bagi pemenuhan

permintaan agregat dari konsumsi LPG bersubsidi di satu wilayah distribusi tertentu. Dalam kasus

pendistribusian LPG diasumsikan bahwa total kapasitas suplai semua SPPBE dalam satu wilayah distribusi

masih lebih besar dari permintaan agregat di wilayah distribusi tersebut;

Kapasitas/kuota agen penyalur LPG. Disini diasumsikan kapasitas/kuota untuk setiap agen sudah

ditetapkan, meskipun dari keluaran model nantinya akan diketahui berapa volume LPG yang disalurkan

ke setiap agen;

Page 20: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Kapasitas/kuota sub penyalur. Sama halnya dengan kapasitas/kuota di agen, kapasitas/kuota setiap sub

penyalur juga dibatasi;

Permintaan agregat per wilayah distribusi.

Keluaran dari model optimisasi ini adalah penetapan berapa banyak pemain, agen penyalur LPG dan sub

penyalur, yang seharusnya berada dalam satu wilayah distribusi sehingga total biaya yang terjadi dalam

penyaluran LPG di wilayah tersebut menjadi minimum. Dari keluaran model optimisasi ini, juga akan diketahui

siapa melayani siapa dan jumlah berapa besar, misalnya sub penyalur mana saja yang akan disuplai oleh satu

agen berikut besar volume penyaluran LPG.

Berdasarkan uraian di atas implementasi sistem distribusi tertutup LPG tertentu dilaksanakan guna

mengeliminasi beberapa kelemahan mekanisme rayonisasi pendistribusian LPG tertentu di suatu wilayah.

Filosofi sistem ini adalah restrukturisasi atau menata kembali mekanisme rayonisasi pendistribusian LPG

tertentu atau menata kembali mekanisme distribusi LPG tertentu existing di suatu wilayah berdasarkan

kebutuhan agar optimalisasi kestabilan supply dan demand LPG 3 Kg tercapai. Proses retrukturisasi meliputi

beberapa penataan:

a. Penataan yang kluster wilayah distribusi/penyaluran LPG tertentu;

b. Penataan lembaga penyalur sub penyalur;

c. Penataan kelompok pengguna.

Keluaran utama dari penataan ini, pendistribusian LPG tertentu setidaknya memiliki 3 (tiga) karakteristik :

a. Tepat waktu;

b. Tepat salur;

c. Tepat harga.

Tepat waktu mengandung pengertian LPG tertentu sebagai barang komoditi subsidi dapat disalurkan ke

masyarakat pengguna dengan waktu yang relatif cepat sehingga masyarakat pengguna tidak memerlukan

waktu lama untuk mendapatkan barang tersebut.

Tepat salur mengandung penegertian LPG 3 Kg sebagai barang komoditi subsidi dapat disalurkan kepada

masyarakat pengguna tertentu tidak melebar pendistribusian kepada masyarakat yang tidak berhak

menggunakan LPG 3 Kg. Pemerintah melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 26 Tahun 2009 telah

mengamanatkan bahwa pengguna LPG 3 Kg adalah masyarakat yang memiliki pengeluaran belanja rumah

tangga tidak lebih dari Rp. 1.500.000,- (Satu juta lima ratus ribu rupiah). Peraturan tersebut menyiratkan

bahwa pengguna LPG 3 Kg adalah bukan masyarakat umum tetapi masyarakat tertentu sehingga dalam

beberapa pembahasan istilah LPG 3 Kg kerap disebut juga LPG Tertentu.

Tepat harga mengandung pengertian LPG tertentu sebagai barang pokok strategis bersubsidi dapat dibeli oleh

masyarakat pada tingkat harga yang wajar.

Page 21: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

Depot LPG

Kilang Pertamina

Kilang Swasta

Import

SPPBE

1

Agen 1

3

2

Sub Penyalur Sub Penyalur

End User

4

Agen 2

55

KETERANGANDistribusi LPG curah dari kilang ataupun import ke depot LPG dan Depot LPG ke filling plan (SPPBE)

Proses pengisian di filling plan (SPPBE)Agen mengambil tabung 3 kg yang sudah terisi gas dengan alat transportasi milik agen untuk selanjutnya disimpan di inventory agen.

Agen menyalurkan LPG 3 kg ke sub penyalur, sub penyalur menyalurkan LPG 3 kg end user ( rumah tangga dan usaha mikro)Pada kondisi lapangan ditemukan bahwa Agen juga bisa menjual langsung ke end user

HESA LC for Exellent Services

2.2.2.2 Gambaran Umum SCM Terkait Sistem Distribusi Tertutup

Pola distribusi LPG tertentu secara umum hampir sama dengan pola distribusi minyak tanah bersubsidi.

Pertamina sebagai badan usaha pelaksana penugasan penyediaan dan pendistribusian LPG 3 Kg atau LPG

tertentu melaksanakan distribusi secara tidak langsung ke konsumen rumah tangga dan usaha mikro (melalui

lembaga penyalur yang ditunjuk pada wilayah distribusi tertentu).

Arus Material LPG 3 Tertentu

Gambar 2-8 Arus material LPG tertentu

Pada kondisi eksisting di lapangan, ditemukan bahwa agen penyalur LPG menyalurkan LPG tertentu ke

beberapa sub penyalur yang juga mendapatkan pasokan dari agen/penyalur lain, akibatnya terjadi persaingan

antar agen/penyalur. Persaingan tersebut memberikan dampak terhadap harga LPG tertentu, sehingga sub

penyalur hanya akan menerima LPG tertentu dari agen/penyalur yang berani menawarkan harga lebih rendah.

Kondisi demikian akan mengganggu keseimbangan pasokan di wilayah tersebut.

Page 22: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

SR GASDOM wilayah dstribusi

SPPBE

1

2

Sub Penyalur

End User

3

Agen 24

KETERANGANEnd User menyerahkan kartu kendali pada saat pembelian LPG di Pengecer

Sub Penyalur mengorder LPG ke Agen dengan bukti DO ( delevery Order) atas dasar permintaan end user.Agen mengoder LPG ke Pertamina dengan bukti DO ( Delevery Order) atas dasar kuota kontral dengan pihak Gasdom di wilayah oerasionalnya.

Selanutnya Agen akan mengambil sejumlah tabung LPG 3 kg sesuai DO yang diberikan oleh Pertamina ke SPPB.Pertamina akan memerintah SPPBE untuk menyalurkan tabung LPG 3kg ke Agen sesuai dengan DO Agen ke Pertamina.

5

HESA LC for Exellent Services

Arus Informasi LPG Tertentu

Gambar 2-9 Arus Informasi LPG pada distribusi eksisting

Pada diagram tersebut dapat dilihat bahwa arus informasi terkait pendistribusian LPG berjalan sesuai prosedur

yang telah ditentukan. Mulai masyarakat pengguna LPG melakukan transaksi pembelian menggunakan kartu

kendali kepada pengecer dalam hal ini kita sebut sebagai sub penyalur. Kemudian dari sub penyalur melakukan

order pemesanan kepada agen yang selanjutnya kita sebut sebagai penyalur, dengan bukti DO dari pembeli.

Kemudian dari DO penyalur menyerahkan kepada pihak pertamina, baru kemudian pihak pertamina akan

melakukan pendistribusian melalui SPPBE atas izin dari SR Gasdom wilayah yang bersangkutan. Dengan

demikian akan terjadi transaksi LPG dari pembeli hingga ke penyalur dan akhirnya sampai ke SR gasdom

wilayah.

Page 23: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

SR GASDOM wilayah dstribusi

SPPBE

1

2

Sub Penyalur

End User

3

Agen 2

KETERANGANSub penyalur menjual ke end user dengan harga sesuai patokan pemerintah setempat ditambah margin keuntungan sub penyalur. Dan end user membayar secara tunai.Agen menjual ke sub penyalur dengan harga HET dan membeli ke Pertamina dengan harga subsidi.Pertamina menjual LPG ke agen dengan harga subsidi dan agen membayar ke Pertamina secara tunai sesuai dengan kuota kontrak perjanjian.Pertamina memberikan fee kepada SPPBE untuk setiap pengisian tabung. Besaran fee ditentukan sesuai kontrak penugasan dengan Pertamina.

4

HESA LC for Exellent Services

Arus Transaksi LPG Tertentu

Gambar 2-10 Arus transaksi LPG Tertentu pada distribusi eksisting

2.2.3 Profil Lembaga Penyalur

Pemahaman umum suatu rantai distribusi barang adalah proses mendistribusikan barang dari suatu tempat ke

tempat lain. LPG tertentu pada hakekatnya adalah barang milik pemerintah yang harus didistribusikan kepada

masyarakat pengguna tertentu dengan kondisi dan persyaratan tertentu dalam proses pendistribusiannya.

Namun walau sebagai barang subsidi pemerintah, pendistribusian LPG tertentu dapat mengacu kepada kaidah

distribusi barang pada umumnya.Rantai distribusi LPG tertentu terdiri dari 3 (tiga) rantai besar meliputi

produsen, penyalur dan konsumen.Gambar 2.3-12 menggambarkan rantai distribusi LPG tertentu dari

produsen hingga pengguna akhir.

Page 24: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Gambar 2-11 Infrastruktur pendistribusian LPG PT Pertamina

Rantai pasokan LPG pada saat ini oleh PT Pertamina (Persero) melibatkan beberapa komponen distribusi.

Komponen distribusi tersebut meliputi: LPG FP/ Depot LPG, SPPBE/SPBE, SPPEK, Agen, Sub

Agen/Penyalur/Modern Outlet.

LPG FP/DEPOT LPG

Depot LPG adalah unit penampungan sementara dan penyaluran LPG yang berfungsi untuk menyuplai dan

mendistribusikan LPG. Saat ini pertamina memiliki 15 depot LPG yang tersebar di lima region pemasaran LPG.

Tabel 2-1 Daftar Depot LPG Pertamina

NAMA DEPOT REGION ALAMATDepot Tanjung Uban 1 BatamDepot Tandem 1 Jalan Medan Tanjung PuraDepot Pangkalan Susu 1 Sumatera UtaraDepot P. Layang 1 PalembangDepot Tj Priok 2 Jl Jampea JakartaDepot Balongan 2 IndramayuDepot Eretan 2 IndramayuDepot Cilacap 3 Jl MT Hariyono-CilacapDepot Semarang 3 Semarang- Jawa TengahDepot Tanjung Perak 4 Jl Niam Barat- SurabayaDepot TTM Manggis 4 Jl Karang asem Desa manggisDepot Gresik 4 Gresik- Jawa TimurDepot Tanjung Wangi 4 Banyuwangi-Jawa Timur

Page 25: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Depot Balikpapan 5 Jalan Minyak-Balik PapanDepot Makasar 5 Jalan Moch Hatta Makasar

Sumber : Ditjen Migas, 2009

SPPBE/SPBE

SPPBE merupakan fillingplant yang bertugas untuk mengangkut, mengisikan dan menyerahkan LPG baik dalam

bentuk tabung ataupun curah kepada Agen yang ditunjuk oleh PERTAMINA. Kelengkapan fasilitas standar

SPPBE yang telah ditetapkan oleh Pertamina sebagai syarat pendirian SPPBE meliputi :

Peralatan dan kelengkapan filling LPG sesuai dengan standar PT. Pertamina yang terdiri dari:

- StorageTank;

- LPG FillingMachines;

- Chain Conveyor;

- Pengosong Tangki.

Duiker, dibutuhkan untuk saluran air umum di depan bangunan SPPBE

Sensor api dan perangkat Pemadam kebakaran

Generator

Racun Api

Fasilitas umum:

- Toilet;

- Mushola;

- Lahan parkir.

Instalasi listrik dan air yang memadai

Rambu-rambu standar PT. Pertamina:

- Dilarang merokok; Jagalah kebersihan;

- Tata cara penggunaan alat pemadam kebakaran.

Pelaksanaan operasional SPPBE harus sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure) PT. Pertamina

Perekrutan dan pengadaan karyawan adalah tanggung jawab pemohon, dan para pekerja diwajibkan

bekerja sesuai dengan etika kerja standar PT. Pertamina.

LPG diambil dari LPG FP PERTAMINA, Kilang, dan Lapangan Gas.Stok LPG di SPPBE merupakan milik

PERTAMINA (sistem konsinyasi) dan setiap bulan di SPPBE dilakukan stok opname.Besar losses yang diizinkan

di setiap SPPBE adalah 0% dari truput bulanan (zero losses). SPPBE swasta yang telah Beroperasi sebelum

program konversi sebanyak 49 unit dan akan dibangun di tahun 2009-2012 sebanyak 163 unit (sudah ada ijin).

Tinjauan Masyarakat Pengguna LPG

2.2.4 Karakteristik Pengguna LPG Tertentu

Di Indonesia sendiri penggunaan bahan bakar LPG sudah dimasyarakatkan semenjak tahun 60 an, tanpa

subsidi serta peralatan yang relatif mahal, sehingga hanya dapat di jangkau oleh kalangan menengah

Page 26: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

keatas.Landasan utama dari pengguna LPG kala itu adalah kalangan yang menginginkan kepraktisan, tidak

berkotor-kotor, serta efisiensi waktu pembakaran. Sementara itu kebijakan konversi sendiri muncul melalui

Keppres 103 tahun 2007 yang menyatakan bahwa semua masyarakat yang masih menggunakan minyak tanah,

untuk dapat dialihkan kepada penggunaan LPG. Dengan demikian hasil dari kebijakan tersebut setelah

dilakukan pendataan adalah lebih dari 70% adalah kelas bawah, dan sisanya adalah adalah kelas menengah

yang belum mau pindah kepada energy LPG (Tempo Interaktif, 2010).

Secara umum dari tinjauan pada beberapa penelitian yang berhubungan dengan masalah konversi serta LPG 3

KG didapatkan hasil bahwa masyarakat merespon baik terhadap program ini.Salah satu indikator respon yang

baik adalah dengan semakin meningkatnya pengguna isi ulang minyak tanah yang beralih ke LPG.Penggunaan

LPG dirasakan lebih hemat daripada minyak tanah. Hal ini diperkuat juga dengan hasil uji coba pasar yang

dilakukan Pertamina di Kelurahan Cempaka Baru, Jakarta Pusat pada Agustus-November 2009. Survey yang

dilakukan terhadap 500 responden menghasilkan kesimpulan bahwa dalam satu minggu pengguna LPG dapat

menghemat Rp 2.000,00 s.d. Rp 3.000,00 dibandingkan ketika masih menggunakan minyak tanah. Hal ini

disebabkan oleh energi yang dihasilkan oleh LPG jauh lebih besar dibandingkan minyak tanah energi dari satu

kilogram LPG ekuivalen dengan yang dihasilkan oleh 1,7 liter minyak tanah. Dari uji coba tersebut, 99%

masyarakat menyatakan akan tetap menggunakan LPG 3 kg dan tidak akan kembali ke minyak tanah.

Melalui penelitian yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa dengan mengambil samplingdi Surakarta pada

tahun 2008 terhadap penggunaan LPG di masyarakat adalah sebagai berikut:

Jenis Gas Elpiji Yang Digunakan

3kg 12 kg 50 kg 3 kg dan 12 kg0

50

100

150

200

250

30053%

41%

0%

30%

Jenis LPG Yang Digunakan

Jenis Pemakaian LPG

Jum

lah

Resp

onde

n

Gambar 2-12 Diagram Batang Jenis Elpiji yang Digunakan Masyarakat

Page 27: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Jenis gas elpiji yang paling banyak digunakan adalah jenis tabung 3 kg dan diikuti tabung 12 kg. Hal ini dengan

alasan dikarenakan tabung 3 kg masih disubsidi oleh pemerintah sehingga harganya pun lebih murah dari

tabung 12 kg.Selain itu rata-rata mendapat tabung LPG3 kg dikarenakan pemberian dari program pemerintah.

Lama Penggunaan Gas Elpiji

1-3 bln 4-6 bln 6-1 thn > 1thn0

50

100

150

200

250

300

350

400

1% 4%

21%

75%

Lama Penggunaan Gas LPG

Jum

lah

Resp

onde

n

Gambar 2-13 Diagram Batang Lama Penggunaan Gas Elpiji yang Digunakan

Rata- rata hampir seluruh responden telah menggunakan gas elpiji lebih dari 6 bulan.Hal ini menunjukkan

keberhasilan program konversi gas elpiji yang baru disosialisasikan pada awal tahun 2007.

Tempat Pembelian Gas Elpiji

Agen LPG Swalayan Warung Lainnya 0

50

100

150

200

250

300

350

38%

Tempat lain

62%

Warung

Tempat Pembelian LPG

Jum

lah

Resp

onde

n

Gambar 2-14 Diagram batang tempat pembelian gas elpiji masyarakat

Page 28: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Warung merupakan tempat yang paling banyak dituju oleh responden dalam membeli gas

elpiji.berdasarkan pada data grafik tersebut sebanya 62% membeli di warung, sedangkan sebanyak 38%

membeli ketempat lain selain warung. Kebanyakan warung memiliki jarak yang dekat dengan rumah

sehingga mempermudah dalam pembelian, selain itu di warung responden dapat membeli dengan

bentuk satuan.

Frekuensi Pembelian Gas Elpiji

< 1 minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

25,9%30,8%

38,8%

3,1% 1,3%0% 1% 3,1%10,4%

85,4%Frekuensi Pembelian LPG

3 kg 12 kg

Jum

lah

Resp

onde

n

Gambar 2-15 Diagram Batang Frekuensi Pembelian Gas Elpiji Masyarakat

Untuk pemakaian tabung 3 kg frekuensi pembelian rata-rata dilakukan <1 minggu, 1 minggu dan 2 minggu

sekali, adanya perbedaan ini disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain perbedaan jumlah anggota

keluarga, frekuensi memasak/penggunaan gas elpiji dan faktor-faktor lainnya. Sedangkan untuk tabung 12 kg

rata-rata frekuensi pembelian dilakukan sebulan sekali.

Motivasi Dalam Menggunakan Gas Elpiji

Penggunaan LPG dalam suatu masayrakat cenderung jarang ada ketika awal-awal pertama kali program

konversi minyak tanah ke LPG digulirkan. Baru pada pertengahan tahun 2010, LPG mulai umum digunakan di

lingkungan masyarakat baik di perdesaan maupun di perkotaan. Ada beberapa motivasi yang mendorong

penggunaan LPG tersebut. Salah satu diantaranya dalah kepraktisan penggunaan LPG yang tidak terlalu rumit.

Kemudian harganya juga lebih murah bila dibanding dengan harga minyak tanah di pasaran. Selain itu juga

karena kemudahan yang didapat daripada menggunakan minyak tanah. Berikut ini disajikan gambar diagram

batang motivasi masyarakat dalam menggunakan LPG.

Page 29: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

0

50

100

150

200

250

23%

7%10%

18%

43%

Motivasi Penggunaan LPG

Jum

lah

Resp

onde

n

Gambar 2-16 Diagram Batang Motivasi Dalam Menggunakan Gas Elpiji

Motivasi masyarakat paling besar dalam menggunakan gas elpiji dikarenakan kepraktisan dalam

menggunakan.Selanjutnya harga elpiji dianggap lebih murah dan lebih mudah didapatkan dari pada minyak

tanah yang harus mengantri berjam-jam untuk memperolehnya.

Pengenalan Program Konversi Gas Elpiji

Iklan di TV/ Media Massa Penyuluhan RW/ Petugas LPG0

50

100

150

200

250

300

350

400

68%

32%

Pengenalan Program Konversi Gas Elpiji

Jum

lah

Resp

onde

n

Gambar 2-17 Diagram Batang Pengenalan Program Konversi Gas Elpiji

Ternyata cara responden mengenal gas elpiji paling banyak melalui iklan di TV/media massa. Pemerintah

banyak menayangkan iklan-iklan mengenai konversi gas elpiji di TV, radio bahkan koran. Namun hal ini tidak

lah cukup, pemerintah harus lebih meningkatkan sosialisasi penyuluhan secara langsung kepada masyarakat,

hal ini terkait rumor-rumor mengenai gas elpiji yang jika dibiarkan akna meresahkan masyarakat.

Page 30: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Kepercayaan Terhadap Program Konversi

Tidak Percaya Kurang Percaya

Cukup Percaya Percaya Sangat Percaya

020406080

100120140160180

1%

30,50% 30,5%33%

5%

Tingkat Kepercayaan Program KonversiJu

mla

h Re

spon

den

Gambar 2-18 Diagram Batang Kepercayaan Terhadap Program Konversi Gas Elpiji

Kepercayaan masyarakat terhadap konversi gas elpiji sangat beragam ada yang percaya, cukup percaya dan

kurang percaya.Kurang percayanya masyarakat terhadap program konversi elpiji dikarenakan masyarakat

masih kurang mengerti maksud dan tujuan pemerintah dalam melakukan program ini.Selain itu maraknya

kasus peledakan gas elpiji membuat masyarakat merasa tidak aman ketika menggunakan gas elpiji.Untuk itu

sosialisasi diikuti pembenahan dari material konversi perlu dilakukan agar mengembalikan kepercayaan

masyarakat.

Persepsi Terhadap Gas Elpiji

a. Sosialisasi

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju0

50

100

150

200

250

300

350

0%8%

16%

65%

12%

Penyuluhan Dapat Diterima Dengan Baik

Jum

lah

Resp

onde

n

Gambar 2-19 Diagram batang persepsi terhadap penyuluhan gas elpiji

Page 31: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Berdasarkan data grafik tersebut dapat diketahi bahwa materi iklan dan penyuluhan yang diberikan menurut

responden sudah dapat dimengerti, mudah diingat, informatif, mendidik dan dapat dipercaya. Halini tidak

terlepas dari usaha yang telah dilakukan untuk mensukseskan program distribusi tertutup.

b. Harga

0

50

100

150

200

250

300

350

400

1% 3% 6%

67%

23%

LPG Lebih Murah Dibanding Minyak Tanah

Jum

lah

Resp

onde

n

Gambar 2-20 Diagram Batang Persepsi Terhadap Harga Elpiji

Hampir seluruh responden setuju bahwa harga gas elpiji lebih murah dari minyak tanah.Hal ini dikarenakan gas

elpiji masih mendapatkan subsidi dari pemerintah sehingga harganya lebih terjangkau dari minyak tanah.

Selain itu didasarkan atas fakta bahwa pada penggunaan kompor gas selama seminggu secara umum, rumah

tangga akan mengunakan eliji dengan massa 3 kg (dari 3 kg massa elpiji tersebut sama dengan 5,22 liter

minyak tanah), sedangkan dari jumlah 5,22 liter tersebut, ternyata jumlah tersebut hanya dapat memenuhi

kebutuhan rumah tangga pada umumnya pula selama 5 hari. Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat kita

ketahui bahwa penggunaan gas elpiji lebih hemat dan irit dibandingkan penggunaan minyak tanah karena

memiliki selisih 2 hari penggunaan dengan konversi massa yang sama.

Page 32: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

c. Kemudahan dalam mendapatkan

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju0

50

100

150

200

250

300

350

400

0% 1%5%

69%

26%

LPG Lebih Mudah Didapat Dibanding Minyak Tanah

Jum

lah

Resp

onde

n

Gambar 2-21 Diagram batang persepsi terhadap kemudahan dalam mendapatkan elpiji

Hasil dari pelaksanaan survey yang dilakukan di lapangan dapat diketahui bahwa sebanyak 69% setuju dan 26

% sangat setuju bahwa gas elpiji lebih mudah didapatkan dari minyak tanah. Masyarakat harus mengantri

berjam-jam hanya untuk mendapatkan 1 L minyak tanah.Karena hal ini lah menjadi salah satu motivasi

masyarakat memutuskan untuk beralih menggunakan gas elpiji.

d. Ramah Lingkungan

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju0

50

100

150

200

250

300

350

0,30% 2,50%

16,80%

61%

20%

LPG Lebih Ramah Lingkungan Di Banding Minyak Tanah

Jum

lah

Resp

onde

n

Gambar 2-22 Diagram batang persepsi emisi gas elpiji

Page 33: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Lebih dari 80% responden setuju bahwa gas elpiji lebih ramah lingkungan dari minyak tanah. Dilihat dari segi

emisi (gas pembakaran) ternyata berdasarkan fakta yang ada menjelaskan bahwa gas pembakaran kompor

minyak tanah berupa asap kompor menyebabkan asap dengan tingkat polutan yang cukup tinggi dilihat dari

warna asap kompor tersebut yaitu hitam, sedangkan pada kompor yang menggunakan LPG terbukti lebih

ramah lingkungan dengan gas pembakaran yang lebih bersahabat.

e. Praktis

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju0

50100150200250300350400

1% 1%6%

68%

25%

LPG Lebih Praktis Dari LPG

Jum

lah

Resp

onde

n

Gambar 2-23 Diagram batang persepsi terhadap cara penggunaan elpiji

68% setuju dan 25% sangat setuju bila pemakaian gas elpiji lebih praktis dari minyak tanah. Di segi

penggunaan, LPG dinilai lebih mudah dalam penggunaan dibandingkan penggunaan kompor yang

menggunakan minyak tanah dengan bukti semisal pada saat menggunakan kompor minyak tanah, perlu

menggunakan sumbu yang kemudian dibasahi dengan minyak tanah dan disulut dengan api barulah sumbu

tersebut akan menghasilkan api yang digunakan untuk dimasukan ke sumbu kompor guna meratakan sumbu

(kapilaritas) pada kompor minyak tanah. Di sisi lain ketika menggunakan kompor gas yang menggunakan LPG,

maka tidak perlu repot-repot untuk melakukan prosedur selama prosedur kompor minyak tanah. Selain hal-hal

kemudahan yang telah dijabarkan diatas, kemudahan dan kepraktisan penggunaan kompor berbasis LPG

adalah kemudahan dalam perawatannya.

Page 34: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

f. Keamanan

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju0

50

100

150

200

250

0,30%

2,50%16,80%

61%

20%

Masih Merasa Takut Jika Menggunakan LPGJu

mla

h Re

spon

den

Gambar 2-24 Diagram batang persepsi terhadap keamanan elpiji

Hasilnya sebanyak 26% sangat setuju, 41% setuju, 13% ragu-ragu, 19% tidak setuju dan 1% sangat tidak setuju

bahwa mereka masih merasa takut menggunakan gas elpiji. Ketakutan masyarakat dalam menggunakan gas

elpiji terpaku pada isu bahwa elpiji atau kompor gas lebih rawan untuk meledak. Untuk masyarakat yang tidak

setuju menganggap bahwa dengan penggunaan yang benar ledakan pada gas elpiji dapat dihindari apalagi saat

ini pemerintah menetapkan bahwa tabung gas elpiji telah memenuhi standard Safety SNI 19-1452-2001

Dari kesimpulan diatas bahwa, adanya peningkatan yang signifikan terhadap penggunaan LPG, terutama LPG 3

kg. Grafik yang tinggi terhadap posisi jabatan tidak bekerja yang tinggi menunjukkan signifikansi hubungan

antara pembagian LPG 3 kg dengan masyarakat tidak mampu. Selanjutnya, walaupun dahulu masyarakat

banyak yang menolak konversi dengan berbagai alasannya, namun dengan berjalannya Waktu pada akhirnya

masyarakat dapat menerima konversi dengan baik, rasa ketakuatan menggunakan LPG masih ada, untuk itu

proses sosialisasi serta pengamanan penggunan masih harus terus dikuatkan. Kesimpulan selanjutnya adalah

adanya keterkaitan yang erat antara pola pembelian isi ulang LPG dengan tempat pembelian yaitu warung, hal

ini berhubungan dengan jarak kedekatan antara rumah serta tempat pembelian isi ulang, terdapat hubungan

yang signifikan antara jarak beli isi ulang dengan tingkat kerapatan konsumsi, dimana pengguna LPG 3 kg rata-

rata membeli isi ulang 1-2 minggu sekali.

Dampak lebih lanjut dari keputusan presiden diatas adalah tidak adanya pembatasan penggunaan LPG 3 kg

pada masyarakat.Tabung yang tadinya hanya diberikan oleh pemerintah, kini diperjual belikan dengan bebas,

akibatnya adalah biaya subsidi per tahun yang semakin meningkat.Selain itu selisih penagihan subsidi dari PT.

Pertamina kepada pemerintah juga selalu berubah dengan drastis tiap bulannya. Melihat pola pergerakan dan

perilaku pasar seperti ini, maka diprediksi pada 10 tahun mendatang, diperkirakan penghematan anggran akan

tidak tercapai sesuai landasan dasar dari adanya program konversi.

Selanjutnya melalui Peraturan Menteri ESDM nomon 26 tahun 2006, ditetapkan bahwa masyarakat yang

berhak mendapatkan dan menggunakan LPG 3 kg atau LPG yang bersubsidi adalah masyarakat yang

Page 35: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

berpenghasilan atau berpengeluaran tidak lebih dari 1,5 juta perbulan. Filterisasi pengguna LPG 3 kg

ditetapkan, sehingga masyarakat yang memang membutuhkan subsidilah yang berhak mendapatkan, apabila

diperhitungkan melalui standar perkapita pendapatan, maka katagori ini adalah golongan menengah kebawah.

Lebih lanjut karakteristik spesifik dari masyarakat pengguna LPG 3 Kg Jawa Tengah, akan dijelaskan pada sub

bab berikut.

2.2.5 Estimasi Demand LPG Tertentu

Melalui metode pencocokan data kitir tiap agen serta pertamina dikombinasikan dengan perhitungan

perkiraan konsumsi bulanan masyarakat terhadap LPG 3 kg yang tersurvei diatas sekaligus perhitungan

berdasarkan filterisasi Daftar Penerima Paket Perdana di 2 Kota di Jawa Tengah, maka didapatkan bahwa

perkiraan konsumsi untuk KK rata-rata perbulan adalah 3-4 tabung, sementara konsumsi Usaha Mikro 9-13

tabung perbulan diklaikan dengan DP3 terverifikasi maka didapatkan perkiraan kebutuhan konsumsi

masyarakat suatu Kota. Sekaligus melihat keseimbangan pasar, agar tidak merugikan penjual maka, data

tersebut disetarakan dengan data supply pedagang pada Kota tersebut.

Perkiraan ini dibutuhkan untuk mendapatkan nilai baku terhadap kebutuhan suatu Kota sekaligus diharapkan

dapat terhitung nilai baku subsidi suatu Kota dari pemerintah. Selain itu perkiraan ini dipelukan juga untuk

memastikan bahwa masyarakat terjamin mendapatkan isi ulang LPG, serta memastikan bahwa penjual juga

mendapat keuntungan yang baik terhadap penjualan LPG 3 kg.

Melalui mekanisme distribusi tertutup, dengan pemberlakuan penggunaan kartu serta pencatatan transaksi

baik secara elektronik maupun manual diharapkan perkiraan ini tidak melenceng jauh dari kenyataan lapangan

transaksi penjual dan pembeli.Sehingga diharapkan masing-masing pihak mendapatkan hak dan kewajiban

yang sama-sama menguntungkan.

2.2.6 Tinjauan Perilaku Masyarakat Terhadap Perkembangan Teknologi Informasi

Bila orang berbicara tentang science atau teknologi, pada umumnya tak terlalu jelas apa yang sedang

dibicarakannya, apakah:

- Kegiatannya,

- Hasil kegiatannya,

- Institusi yang menampilkan peran-peran yang menumbuhkembangkan dan memelihara science dan

teknologi, atau

- Perangkat-perangkat

Dari institusi tersebut dimana tertegakkan fungsi-fungsi yang memungkinkan tumbuh-kembangnya science dan

teknologi, dan sebagainya.Agar kekaburan (fuzziness) tersebut dapat dihindari, dalam merumuskan makna

istilah science dan teknologi, diambil titik tolak pandang bahwa baik science maupun teknologi, keduanya

Page 36: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

adalah pengetahuan ilmiah. Dengan titik tolak pandang tersebut, karena pengetahuan merupakan himpunan

informasi tentang hal-hal yang diketahui, maka science maupun teknologi masing-masing juga merupakan

himpunan informasi yang menjadi bagian atau sub-set dari pengetahuan ilmiah. ‘Science’ merupakan bagian

dari himpunan informasi yang termasuk dalam pengetahuan ilmiah, dan berisikan informasi yang memberikan

gambaran tentang struktur dari sistem-sistem serta penjelasan tentang pola-laku sistem-sistem

tersebut.Sistem yang dimaksud dapat berupa sistem alami, maupun sistem yang merupakan rekaan pemikiran

manusia mengenai pola laku hubungan dalam tatanan kehidupan masyarakat yang diinstitusionalisasikan. Bila

sistem yang menjadi perhatiannya merupakan sistem alami, maka disebut ilmu pengetahuan alam atau

‘natural sciences’, dan bila yang menjadi perhatian adalah sistem-sistem yang merupakan rekaan pemikiran

manusia mengenai pola laku hubungan dalam tatanan kehidupan masyarakat, maka disebut ilmu pengetahuan

sosial atau ‘social- sciences’.

Teknologi merupakan bagian dari himpunan informasi yang termasuk dalam pengetahuan ilmiah yang

berisikan informasi preskriptif mengenai penciptaan sistem-sistem dan pengoperasian sistem-sistem ciptaan

tersebut.Pengertian yang dirumuskan ini tidak membatasi bahwa sistem yang dimaksud hanyalah sistem fisik

(physical sistems). Bila dinyatakan dalam bahasa Inggris, maka rumusan tentang teknologi terdahulu dapat

dinyatakan sebagai berikut: Bila informasi yang bersifat teknologis dioperasionalisasikan (operationalized),

artinya petunjuk-petunjuk yang terkandung di dalam informasi tersebut diikuti dan dilaksanakan, terbentuklah

sistem-sistem baru hasil ciptaan orang atau masyarakat yang mengoperasikan teknologi tersebut. Orang sering

memandang sistem-sistem yang terciptakan tersebut sebagai teknologi juga, dan pandangan demikian

sebaiknya tak diikuti, karena menimbulkan kerancuan dalam pengembangan pemikiran selanjutnya.Lebih

tepat bila sistem yang tercipta itu dinyatakan sebagai fenomena teknolgis atau technological

phenomena.Teknologi yang berkorespondensi dengan suatu fenomena teknologis bukanlah yang tampak atau

dirasakan sebagai fenomena teknologis tersebut, melainkan informasi preskriptif yang memungkinkan

dilaksanakannya tindakan-tindakan hingga suatu sistem yang berupa fenomena teknologis tersebut terbentuk,

atau teroperasikan.Dari uraian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa teknologi merupakan bagian dari ilmu

pengetahuan yang terkait dengan penciptaan sistem-sistem, sedangkan ‘science’ merupakan bagian dari ilmu

pengetahuan yang terkait dengan penggambaran dan penjelasan mengenai sistem-sistem yang telah ada.

Informasi ilmiah, baik science maupun teknologi hanya dapat dikomunikasikan dan dijangkau bila diungkapkan

dalam berbagai bentuk objek. Selain itu, informasi yang bersifat preskriptif bila diikuti petunjuknya akan

menghasilkan suatu produk, baik benda yang mampu melaksanakan fungsi tertentu, atau pelayanan dan

organisasi yang melaksanakan fungsi-fungsi tertentu, menanggapi suatu kebutuhan. Proses penjelmaan

informasi, baik yang bersifat deskriptif maupun yang bersifat preskriptif, menjadi objek-objek, merupakan

proses objektifikasi informasi dan objek yang mengandung informasi merupakan medium pembawa

informasi.Hanya melalui objektifikasi informasi, dan medium pembawa informasi itulah science dan teknologi

dapat dikomunikasikan, dipelajari dan difungsikan, serta dimengerti. Dengan demikian proses objektifikasi ke

medium pembawa informasi merupakan aspek yang penting untuk difahami di dalam berteknologi. Salah satu

Page 37: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

hasil teknologi yang penting adalah terciptanya sistem-sistem yang memungkinkan dilakukannya proses-proses

objektifikasi informasi, baik informasi mengenai fenomena-fenomena yang ada di alam, maupun informasi

yang berupa hasil pemikiran manusia, baik scientific information maupun technological information.Hasil dari

objektifikasi informasi dapat berupa medium yang pasif, seperti uraian tertulis di buku atau video kaset.Media

semacam itu merupakan tempat dimana informasi yang terobjektifikasikan tersimpan dan dapat di-‘acces’,

serta melalui penyebaran media tersebut tersebar juga informasinya. Bentuk lain dari hasil objektifikasi

informasi adalah medium yang aktif, yaitu benda-benda atau struktur-struktur fisik lain, ataupun perangkat-

perangkat institusional, yang dibentuk dengan struktur dan pola laku yang merupakan penjelmaan dari

operasionalisasi informasi yang diobjektifikasikan. Informasi yang terobjektifikasikan di media yang aktif ini

adalah preskripsi teknologi, hasil dari kegiatan merancang dalam ilmu teknik.

Dikenal tiga kategori media aktif:

1. Yang pertama adalah media yang menghasilkan kerja mekanik, dan dapat dipandang sebagai sarana untuk

memperluas dan memperkuat kemampuan otot manusia. Sebagai contoh adalah mesin diesel, pompa,

turbin, bor, dsb.

2. Yang kedua adalah media yang dapat berfungsi sebagai pengindera (sensor) dan pentransmisi isyarat,

seperti berbagai jenis alat ukur (thermometer, manometer, voltmeter) dan berbagai jenis sarana transmisi

atau penerima isyarat, seperti kabel telpon, optical fiber, antena radar, dsb.

3. Yang ketiga adalah media yang mempunyai fungsi-fungsi yang dapat dipandang sebagai peniru fungsi otak

manusia, walaupun jauh lebih sederhana. Contoh yang kini sangat terkenal adalah komputer (digital

electronic computer), controller dalam sistem instrumentasi, hand calculator, dan sebagainya.

Media yang mempunyai fungsi-fungsi yang dapat dipandang sebagai peniru fungsi otak manusia tersebut pada

dasarnya diperlengkapi dengan kemampuan yang dapat melaksanakan operasi-operasi: membandingkan,

menjumlahkan, atau mengurangkan, serta memutuskan (to decide) dengan pola yang sesuai dengan preskripsi

yang terobjektifikasikan ke media tersebut, mengikuti kriteria yang terprogram pada media yang

bersangkutan. Keunggulan sistem semacam ini, yang membuatnya seolah-olah mempunyai kemampuan

berpikir, adalah karena tersedianya sarana penyimpan informasi yang dapat dibaca setiap saat. Bila ke dalam

saran penyimpan informasi tersebut diisikan program yang berupa instruksiinstruksi logis (logical instructions),

maka pembacaan dan pengoperasian instruksi-instruksi tersebut akan menyebabkan terjadinya proses-proses

yang tampak sebagai proses-proses berpikir. Dalam kenyataan, sistem-sistem hasil rekaan dari aktifitas

teknologi dapat mengandung salah satu atau kombinasi dari ketiga jenis media tersebut. Cara lain dalam

mengkategorikan media pembawa teknologi, sebagaimana dikemukakan oleh Asia-Pacific Center for

Technology Transfer (APCTT), adalah atas dasar bentuk medianya:

1. Barang fungsional (bahan, mesin, dan peralatan);

2. Dokumen atau medium penyimpan lainnya (buku, disket, gambar teknik, CD room, dsb);

Page 38: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

3. Orang (yang ahli), atau

4. Organisasi.

Masing-masing secara berturutan disebut: technoware, infoware, humanware, dan orgaware. Pembahasan

tentang ‘science’dan teknologi juga sangat berhubungan dengan keterkaitannya dengan budaya atau

kemasyarakatan. Untuk tujuan tersebut terlebih dahulu akan dikemukakan suatu cara pandang tentang apa

yang dimaksud dengan budaya. Cara pandang yang digunakan dalam pembahasan ini adalah bahwa, budaya

suatu masyarakat merupakan himpunan informasi yang menjadi milik semua anggota masyarakat yang

menganut budaya tersebut, dan menjadi rujukan di dalam segala tindakan dan pola laku anggota

masyarakatnya, dan karenanya merupakan himpunan informasi yang keterjangkauannya merata bagi semua

anggota masyarakat tersebut. Ilmu atau pengetahuan merupakan himpunan informasi yang terbentuk dalam

upaya manusia untuk mengetahui alam lingkungan dan tatanan kehidupannya, maupun di dalam upaya untuk

menciptakan sistem-sistem yang dibutuhkannya.Bagian dari himpunan informasi tentang ilmu atau

pengetahuan yang bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran dan penjelasan tentang sistem-sistem yang

ada, baik sistem-sistem fisik alamiah maupun sistem-sistem sosial, dikategorikan sebagai ‘science’.Bila arah

perhatian tertuju kepada sistem fisik alamiah maka disebut natural sciences dan bila arah perhatian tertuju

kepada sistem sosial disebut social sciences. Bagian dari himpunan informasi tentang ilmu atau pengetahuan

yang bersifat preskriptif, yaitu memberikan petunjuk atau resep tentang bagaimana membentuk, atau

menciptakan, ataupun tentang bagaimana cara mengoperasikan suatu sistem, disebut teknologi.

Telah dikemukakan terdahulu bahwa ilmu atau pengetahuan yang tergolong sebagai science terkait erat

dengan upaya untuk memahami struktur fenomena yang dijumpai dalam kehidupan.Upaya semacam itu

tentunya dilakukan oleh sesuatu masyarakat bila di dalam tatanan nilai budayanya upaya untuk memahami

struktur fenomena yang dijumpai dalam kehidupan dipandang penting dan karenanya merupakan upaya yang

berharga ataupun dihargai. Di dalam proses untuk memahami sesuatu fenomena, serentetan pertanyaan

dimunculkan, dan jawaban-jawaban disusun. Setiap jawaban ditelaah, dan karenanya diuji kebenaran dan

keabsahannya; artinya dipertanyakan terlebih dahulu kebenaran dan keabsahannya sebelum diakui sebagai

jawaban yang tepat. Proses memahami yang digambarkan tersebut menuntut adanya tata-nilai yang

menghargai keterbukaan dalam merumuskan pendapat dan mempertanyakan atau menguji keabsahan suatu

pendapat. Suatu masyarakat yang menganut tata-nilai budaya semacam itu berpotensi untuk memperkaya

khazanah informasi budayanya dengan informasi yang mempertajam dan memperdalam tingkat pemahaman

masyarakatnya akan fenomena-fenomena yang dijumpai dalam kehidupannya. Dengan pernyataan lain,

masyarakat dengan tata-nilai budaya yang digambarkan tersebut mampu menyuburkan pertumbuhan

pengetahuan ilmiah. Uraian tersebut menunjukkan adanya kaitan yang kuat antara tata-nilai budaya suatu

masyarakat dengan kemampuannya di dalam mengembangkan pengetahuan ilmiah. Bila dalam budaya

masyarakat dijumpai informasi yang mengarahkan masyarakat tersebut untuk lebih intensif di dalam

mengupayakan kejelasan fenomena-fenomena yang dilihat atau dialami atau dirasakan, maka intensitas upaya

semacam itu di dalam kehidupan masyarakat tersebut akan tinggi, dan budayanya akan diperkaya dengan

Page 39: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

informasi ilmiah, dan hal ini akan terungkapkan pada pola laku masyarakatnya. Bila intensitas pengupayaan

untuk menghasilkan penjelasan dari fenomena-fenomena yang dijumpai makin tinggi, maka masyarakat

tersebut makin tinggi tingkat budaya ilmiahnya. Dengan perkataan lain, kadar informasi ilmiah di dalam

himpunan informasi yang menjadi budayanya makin tinggi. Makin kaya khazanah informasi ilmiah dalam suatu

masyarakat, makin banyak fenomena yang difahami dan makin mendalam pemahaman masyarakat tersebut

akan struktur dan kelakuan dari gejala-gejala yang dijumpainya dalam kehidupan, baik gejala alam maupun

gejala sosial.

Upaya-upaya teknologis, yaitu upaya-upaya untuk menciptakan sistem-sistem, memerlukan pemahaman akan

sistem-sistem yang telah ada, karena sistem ciptaan orang (anggota masyarakat) hanya dapat dibentuk dengan

mengubah atau mensintesa struktur sistem-sistem yang telah ada. Oleh karena itu, hasil dari upaya-upaya

ilmiah sangat penting di dalam menyediakan basis informasi bagi upaya-upaya teknologis.Uraian diatas

menunjukkan bahwa tingkat kemampuan teknologis suatu masyarakat sangat kuat dipengaruhi oleh intensitas

upaya ilmiah yang dilakukan oleh masyarakat tersebut, yang pada gilirannya kuat dipengaruhi oleh tata-nilai

budaya yang dianut.Akan tetapi perlu dicatat bahwa, suatu masyarakat dengan budaya ilmiah yang tinggi

belum tentu tinggi kemampuannya dalam berteknologi. Hanya bila di dalam budayanya terkandung juga

informasi yang mengarahkan masyarakatnya untuk lebih intensif di dalam mengupayakan kegunaan

pengetahuannya untuk menghasilkan informasi preskriptif guna penciptaan sistem-sistem, maka kadar budaya

teknologi masyarakat tersebut meningkat dan berkembang. Penciptaan sistem-sistem melalui upaya-upaya

teknologis dapat menghasilkan sistem-sistem yang memperbaiki tata kehidupan masyarakat, tetapi dapat pula

menciptakan sistem-sistem yang justru mengganggu, bahkan menghancurkan tatakehidupan.Gangguan yang

diakibatkan dari pemfungsian sistem-sistem ciptaan tersebut ada yang langsung teramati atau terasakan, dan

ada pula yang lambat teramati atau disadari. Dan pada dasarnya, setiap sistem yang tercipta sebagai hasil

upaya teknologis, selalu mengandung dua hal, yaitu disatu sisi menyelesaikan persoalan di dalam memenuhi

bekutuhan orang ataupun masyarakat, tetapi di sisi lain mengandung bibit-bibit persoalan baru.

Persoalan yang terkandung di tiap upaya penyelesaian persoalan tersebut dapat segera terasakan, atau

muncul dan teramati atau terasakan setelah suatu tenggang waktu tertenyu. Iskandar Alisjahbana(1)

menyatakan hal itu sebagai sifat dialektik dari teknologi. Sifat dialektik dari teknologi tersebut menuntut

adanya tata-nilai budaya masyarakat yang mampu mengelola pelaksanaan upaya-upaya teknologis masyarakat

tersebut, sehingga dapat mencegah kehancurannya sebagai akibat dari ciptaannya sendiri. Keberhasilan suatu

masyarakat di dalam berteknologi, karenanya, memerlukan adanya unsur kekuatan penyeimbang di dalam

budaya masyarakatnya yang oleh Hommes(2) diistilahkan sebagai countervailing power. Hal ini berarti bahwa

keterbukaan terhadap pengujian dan penilaian dari segenap anggota masyarakat merupakan unsur tata-nilai

yang penting bagi keberhasilan masyarakat tersebut di dalam berteknologi, karena dengan demikian akan

terlindung dari munculnya upaya-upaya teknologis ataupun dilaksanakannya aktivitas teknologis yang

memberikan akibat-akibat yang merugikan.

Page 40: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Masyarakat dengan tata-nilai budaya yang tak mampu mengendalikan tumbuhnya institusi-institusi yang

otoriter, yaitu institusi-institusi yang tidak tanggap kepada isyarat isyarat yang datang dari sekitarnya, tak akan

mampu mengelola upaya teknologis yang membawa kepada kesejahteraan. Uraian yang disampaikan diatas

kiranya telah memperjelas pola keterkaitan antara ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya.Untuk

mempermudah di dalam memperoleh gambaran yang menyeluruh dari uraian diatas, pada gambar dibawah

ini disajikan visualisasi dari pola keterkaitan khazanah informasi budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Gambar 2-25 Pola keterkaitan khazanah informasi budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sumber: The Social Construction of Technological Sistems

Pada gambar ditunjukkan juga unsur-unsur lain yang penting dalam kaitan dengan proses pembentukan,

perubahan dan pengkayaan informasi budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Unsur-unsur tersebut

mencakup aktivitas penelitian, pengembangan teknologi, dan pemfungsian informasi teknologi di

industri.sebagai hasil dari aktivitas yang disebutkan diatas, terjadi:

- Pengkayaan khazanah informasi budaya dan IPTEK masyarakat yang bersangkutan;

- Pertumbuhan industri, peningkatan pendapatan; serta

- Pembentukan sumberdaya pendukung terlaksananya aktivitas ‘science’ dan teknologi (S&T).

Apakah perubahan-perubahan tersebut membawa kepada perbaikan ataukah sebaliknya tergantung dari

pengelolaan dan pelaksanaan dari aktivitas-aktivitasnya.Yang terakhir ini ditentukan oleh pola keputusan di

dalam sistem sosial, politik dan ekonomi yang dibentuk dan dianut masyarakatnya. Teknologi baru ini memiliki

implikasi untuk segala aspek dari masyarakat dan ekonomi kita, teknologi mengubah cara kita melakukan

bisnis, bagaimana kita belajar, bagaimana kita menggunakan waktu luang kita. Ini juga berarti tantangan yang

penting bagi pemerintah:

Page 41: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

- Hukum perlu diperbaharui dalam hal untuk mendukung transaksi elektronik.

- Masyarakat kita perlu untuk dididik mengenai teknologi yang baru

- Pelayanan pemerintah harus tersedia secara elektronik.

Perkembangan peradaban manusia terasa begitu cepatnya, kita tentunya mengenal masyarakat primitif, pada

era itu seseorang untuk mendapatkan suatu barang harus ditukar dengan barang lagi (barter), kemudian

meningkat ke masyarakat agraris, kemudian masyarakat industri. Dari masyarakat indusri loncat ke masyarakat

informasi (era informasi). Mengapa dikatakan loncat ke masyarakat informasi karena kita baru memulai

melangkah ke masyarakat industri-modern, era informasi sudah datang. Dalam kaitan dengan yang terakhir ini,

Hommes(2) mengemukakan bahwa, informasi IPTEK yang bersumber dari sesuatu masyarakat lain tak dapat

lepas dari landasan budaya masyarakat yang membentuk informasi tersebut. Karenanya di tiap informasi IPTEK

selalu terkandung isyarat-isyarat budaya masyarakat asalnya. Selanjutnya dikemukakan juga bahwa, karena

perbedaan-perbedaan tata-nilai budaya dari masyarakat pengguna dan masyarakat asal teknologinya, isyarat

tersebut dapat diartikan lain oleh masyarakat penerimanya. Akibat dari itu, cara pengoperasian teknologi di

sesuatu masyarakat yang bukan merupakan masyarakat pencipta teknologinya, tidak sepenuhnya bersesuaian

dengan cara pengoperasiannya di lingkungan masyarakat asal teknologi tersebut. Fenomena yang belum

difahami laju aktivitas penelitian tingkat ketersediaan informasi IP laju aktivitas penelitian tingkat ketersediaan

Info-Tek sebelumnya tingkat ketersediaan informasi teknologi info IPTEK dari masyarakat lain ke tingkat

kemampuan sumberdaya IPTEK tingkat alokasi sumberdaya untuk IPTEK tingkat kecenderungan tentang

keinginan untuk memahami dan menciptakan sistem TATA NILAI BUDAYA laju pemfungsian Info-Tek di

industry tingkat produktivitas sebelumnya tingkat ketersediaan sumberdaya ekonomi di masyarakat tingkat

produktivitas industri, tingkat pendapatan pola keputusan politik dan ekonomi dalam pengalokasian

sumberdaya informasi budaya dari masyarakat lain.

Pada umumnya, penyerapan teknologi dari negara maju oleh negara berkembang yang berbeda tata-nilai

budayanya mengakibatkan terjadinya degradasi kinerja (performance) dari teknologinya, atau meningkatkan

risiko terjadinya gangguan-gangguan tata lingkungan dan tata-kehidupan akibat pengabaian cara-cara tertentu

yang menjadi syarat pengoperasian teknologi tersebut dengan benar.Selain daripada itu, bila dihadapi

persoalan di dalam pengoperasian teknologinya, dalam berbagai hal penyelesaiannya memerlukan dukungan

jasa teknis dengan kemampuan yang diluar jangkauan kemampuan masyarakat penerima/pengguna teknologi

tersebut.Keadaan semacam itu dapat menimbulkan ketergantungan yang terlalu tinggi kepada masyarakat asal

dikembangkannya teknologi yang bersangkutan. Hal-hal yang dikemukakan tersebut sering berdampak

merugikan bagi masyarakat penerima teknologi, antara lain timbulnya kelemahan daya saing dalam memasuki

pasaran internasional, berkaitan dengan biaya-biaya yang terkait dengan persoalanpersoalan yang

dikemukakan terdahulu. Berkaitan dengan yang dikemukakan diatas, bila kadar teknologi yang dihasilkan

sendiri oleh masyarakat penggunanya lebih tinggi, dalam banyak hal industri yang memfungsikan teknologinya

mempunyai kinerja yang lebih baik dan tingkat keandalannya lebih tinggi. Perlu dicatat bahwa hal ini benar

kalau proses pengembangan teknologinya tidak melanggar kaidah-kaidah berteknologi. Perlu dicatat bahwa

Page 42: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

hal ini tidak berarti bahwa suatu masyarakat perlu menutup diri dari masukan-masukan teknologi dri

masyarakat lain. Beberapa kesimpulan dapat ditarik dari uraian dan pembahasan yang telah diberikan diatas,

yang dapat dijadikan landasan di dalam menelaah masalah-masalah penting di dalam memfungsikan teknologi,

menggariskan upaya industrialisasi, dan di dalam upaya merumuskan pilihan alur pendekatan di dalam

melaksanakan industrialisasi:

1. Suatu masyarakat mampu melaksanakan industrialisasi hanya bila masyarakat tersebut mampu memilih

dan mengoperasikan teknologi secara tepat, di dalam sistem-sistem produksi yang dimiliki dan

dikembangkannya. Yang dimaksud dengan tepat adalah bahwa teknologinya bersesuaian dengan

kepentingannya dan kemampuan yang dimiliki masyarakatnya untuk menggunakan dan memelihara

teknologi tersebut.

2. Makin tinggi kadar teknologi yang dibentuk sendiri di dalam himpunan teknologi yang difungsikan di

sistem industrinya, makin baik kinerja pengoperasian sistem industrinya, dan makin leluasa masyarakat

tersebut di dalam mempolakan dan mengarahkan perkembangan sistem teknologi dan industrinya, yang

berarti makin memiliki kemerdekaan di dalam berteknologi dan berindustri, dan hal-hal lain yang terkait

dengan hal itu;

3. Pengalihan dan penggunaan teknologi yang berasal dari masyarakat lain harus dilakukan dengan

persiapan yang seksama, agar isyarat-isyarat yang terkandung di dalam teknologi yang dialihkan

sesempurna mungkin difahami, sehingga terhindar terjadinya degradasi kinerja dan risiko pengoperasian

yang besar, serta meminimumkan ketergantungan teknologis; kesemuanya dapat berakibat meningkatnya

biaya-biaya dalam pengoperasiannya dan menurunkan daya saing produk teknologis yang dihasilkan, serta

hal-hal lain yang merugikan;

4. Kemampuan suatu masyarakat di dalam membentuk teknologi berbanding langsung dengan kemampuan

masyarakat tersebut di dalam menghasilkan informasi ilmiah dan di dalam mengupayakan kegunaan

informasi ilmiah.

5. Tata-nilai budaya suatu masyarakat merupakan landasan penentu kemampuan masyarakat dalam berilmu

pengetahuan dan berteknologi; ciriciri penting tata nilai budaya masyarakat yang mendukung kesuburan

pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah:

a. Menyenangi dan menghargai upaya untuk memperoleh kejelasanakan fenomena-fenomena yang

dijumpai dalam kehidupannya;

b. Menyenangi dan menghargai upaya-upaya memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki untuk

membentuk sistem-sistem baru;

c. Memiliki patokan-patokan yang mampu membedakan dan memilih upaya-upaya ilmiah dan

teknologis yang membawa kepada terwujudnya tata kehidupan yang lebih baik;

d. Memiliki patokan-patokan yang memungkinkan terwujudnya hubungan sosial yang lebih terbuka,

serta mengendalikan pertumbuhan dari institusi-institusi yang tidak mempunyai daya tanggap

terhadap isyarat-isyarat lingkungannya.

Page 43: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Dalam hal ini, implemetasi distribusi tertutup, dimana masyarakat “tingkat menengah bawah” diberikan kartu

kendali serta harus mengesekkanya pada alat EDC ketika membeli LPG, masyarakat tidak saja dihadapkan

kepada pengadaptasian teknologi baru, namun diperlukan seperangakat kebijakan lain yang bukan berupa

perangkat nyata untuk “memaksa” teknologi tersebut benar-benar dapat digunakan dengan pola keberadaan

budaya setempat.

2.2.7 Tinjauan Perilaku Masyarakat Terhadap Peraturan Pemerintah

Munculnya konsep negara yang dilandaskan atas dasar azas demokrasi memunculkan landasan bahwa segala

peraturan merupakan aspirasi dari seluruh rakyat, dengan demikian parlemen adalah perwakilan masyarakat

sebagai penentu kebijakan yang berupa peraturan, undang-undang, dll.Peraturan sendiri merupakan bagian

aspirasi rakyat yang dinamakan kebijakan publik. Dalam memahami secara jelas apa yang dimaksud dengan

implementasi kebijakan publik, terlebih dahulu perlu mengetahui maksud yang terkandung didalamnya. Ada

dua konsep utama yang harus dimengerti secara benar.Pertama, adalah konsep tentang implementasi dan

kedua, adalah konsep tentang kebijakan publik. Namun, untuk memudahkan dalam memahami dua konsep

besar itu (implementasi dan kebijakan publik) maka pembahasan konseptual tersebut akan dimulaidengan

kebijakan publik, implementasi kebijakan dan kemudian baru kedua konsep itu dipahami secara utuh.

Beberapa pendapat seperti dikemukakan oleh Harol D. Hasswell dan Abraham Kaplan (2001: 15) memberikan

arti bahwa kebijakan sebagai ”suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai, dan praktek yang terarah”. Carl J.

Friedrick (2000: 20) mendefinisikan bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan yang di usulkan seseorang,

kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukan hambatan-hambatan dan

kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan

tertentu. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah sesuatu

yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mencapai tujuan tertentu dengan

mengetahui hambatan-hambatanya dan kebijakan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk program-

program, peraturan perundang-undangan, atau tindakan-tindakan pemerintah lainya.Kebijakan yang telah

ditetapkan oleh pemerintah adalah untuk dilaksanakan agar tujuan tersebut dapat dicapai. Implementasi

kebijakan menurut Kamus Webster berarti suatu proses melaksanakan kebijakan (biasanya dalam bentuk

undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, dan dekrit presiden). Implementasi kebijakan itu

sendiri harus menyediakan sarana untuk melaksanakanya sehingga dapat menimbulkan dampak atau akibat

terhadap sesuatu.

Menurut Lester James P. (1987:19) implementasi kebijakan publik dapat dikonseptualisasi sebagai suatu

proses suatu hasil (out put) dan sebagai suatu akibat (out comes) sebagai proses atau suatu rangkaian

keputusan atributif awal dari legislatif pusat kedalam suatu akibat. Dengan demikian, ciri esensial dari proses

implementasi adalah performance yang tepat waktu dan memuaskan. Sebagai hasil, implementasi menyangkut

tingkatan seberapa jauh tujuan yang telah diprogramkan itu benar-benar memuaskan dan sebagai akibat,

implementasi mengandung implikasi adanya beberapa perubahan yang dapat di ukur dalam masalah besar

yang menjadi sasaran program atau kebijakan. Lebih tegas dikatakan oleh A. Mazmanian dan Paula A. Sabatier

Page 44: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

(Wahab 1997: 21) implementasi kebijakan adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu

program dinyatakan berlaku atau dirumuskan. Fokus implementasi kebijakan adalah kejadian-kejadian atau

kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disyahkan pedoman-pedoman kebijaksanaan negara yang mencakup

baik usaha-usaha untuk mengadministrasikanya maupun untuk menimbulkan akibat atau dampak nyata pada

masyarakat. Dengan demikian, berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses

implementasi kebijakan sesungguhnya tidak hanya hanya menyangkut badan-badan administratif yang

bertanggung jawab untuk melaksanakan program, tapi juga menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik,

ekonomi, dan sosial yang langsung atau tidak langsung mempengaruhi prilaku dari semua pihak yang terlibat

dan pada akhirnya dapat berpengaruh pada dampak, baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.

Adapun teori implementasi menurut Van Meter dan Van Horn (1994) menyatakan bahwa perbedaan-

perbedaan dalam proses implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan dilaksanakan.

Selanjutnya teori ini juga menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untk menghubungkan antara isu

kebijakan dengan implementasi dan suatu model konseptual yang mempertalikan kebijaksanaan dengan

prestasi kerja (performance).Kedua ahli ini menegaskan pula pendirianya bahwa perubahan, kontrol, dan

kepatuhan bertindak merupakan konsep-konsep penting dalam prosedur-prosedur implementasi.Dengan

memanfaatkan konsep-konsep tersebut maka permasalahan yang perlu dikaji dalam hubungan ini ialah

hambatan-hambatan apakah yang terjadi dalam mengenalkan perubahan dalam organisasi.Seberapa

pentingkah rasa keterikatan masing-masing orang dalam organisasi. Oleh karena itu, kedua ahli ini membuat

tipologi kebijakan menurut jumlah masing-masing perubahan yang akan dihasilkan dalam jangkauan atau

lingkup kesepakatan terhadap tujuan diantara pihak-pihak yang terlibat dalam proses implementasi.

Selanjutnya hubungan antara kebijakan dan prestasi kerja dipisahkan oleh sejumlah variabel bebas yang saling

berkaitan, yaitu :

- standar dan sasaran kebijaksanaan ;

- sumber daya ;

- Karakteristik agen pelaksana;

- hubungan antar organisasi;

- kondisi sosial , politik dan ekonomi.

Berikut penjelasan dibawah ini:

1. Standar dan Sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat di

realisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah

menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.

2. Sumber daya. Implementasi kebijakan perlu didukung dengan sumber daya, baik sumber daya manusia

(human resources) maupun sumber daya non- manusia (non human resources) Dalam berbagai kasus

program pemerintah, seperti Jaring Pengaman Sosial (JPS) untuk kelompok miskin di pedesaan kurang

berhasil karena keterbatasan kualitas aparat pelaksana.

Page 45: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

3. Karakteristik agen pelaksana. Yang dimaksud dengan karakteristik agen pelaksana adalah mencakup

struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu

akan mempengaruhi implementasi suatu program.

4. Hubungan / komunikasi antar organisasi. Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu

dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar

instansi bagi keberhasilan suatu program.

5. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat

mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauhmana kelompok-kelompok kepentingan

memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau

menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite politik mendukung

implementasi kebijakan.

6. Disposisi implementor. Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni :

a. respon implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauanya untuk melaksanakan

kebijakan ;

b. kognisi, yakni pemahamanya terhadap kebijakan ; dan

2. intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

Gambar 2-26 Model implementasi kebijakan menurut Van Meter Van horn

Sumber : Van Meter dan Van Horn 1994

Menurut Grindle (dalam Wibawa, 1994:22) implementasi kebijakan pada dasarnya ditentukan oleh isi

kebijakan dan konteks kebijakan atau dalam studi implementasi akan melihat adanya dimensi atas suatu

organisasi, yaitu tujuan, pelaksanaan tugas dan kaitan organisasi tersebut dengan lingkungan. Adapun yang

menjadi ide dasar dari pemikiran tersebut adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan menjadi program

aksi maupun proyek individual dan biaya telah disediakan, maka implementasi kebijakan dilakukan.Akan

tetapi, hal ini tidak lah selalu berjalan mulus, tergantung implementability dari program itu yang dapat dilihat

pada isi dan konteks kebijakanya. Ukuran dan tujuan kebijakan sumberdaya komunikasi antar organisasi dan

kegiatan pelaksana Karakteristik badan pelaksana Disposisi pelaksana Kinerja Implementasi Lingkungan

Page 46: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

ekonomi, sosial, dan politik keberhasilan implementasi menurut Grindle di pengaruhi oleh dua variabel besar ,

yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation), lebih jauh

dijelaskan dalam dibawah ini:

Variabel isi kebijakan ini mencakup :

1. Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target grup termuat dalam isi kebijakan;

2. Jenis manfaat yang diterima oleh target grup ;

3. Sejauh mana perubahan yang di inginkan dari sebuah kebijakan. Suatu program yang bertujuan mengubah

sikap dan prilaku kelompok sasaran relatif lebih sulit dimplementasikan daripada sekedar program yang

memberikan bantuan kredit atau bantuan beras kepada kelompok masyarakat miskin

4. Apakah letak sebuah program sudah tepat;

5. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci ; dan

6. Apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai.

Sedangkan Variabel lingkungan kebijakan mencakup :

1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam

implementasi kebijakan;

2. Karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa;

3. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Lebih jauh dijelasan pada diagram berikut:

Gambar 2-27 Model implementasi kebijakan menurut Grindel

Sumber : Grindle, Merilles ( Wibawa 1994.)

Tujuan yang dicapai dari implementasi kebijakan adalah:

Page 47: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Isi Kebijakan

- Kepentingan kelompok sasaran

- Tipe manfaat.

- Derajat perubahan yang di inginkan.

- Letak pengembalian keputusan.

- Pelaksanaan program

- Sumberdaya

Hasil Kebijakan

- Dampak pada masyarakat, individu dan kelompok.

- Perubahan & Penyesuaian

Menurut Paula A. Sabatier dan Daniel Mazmanian (dalam Wahab, 1997:81) bahwa analisis implementasi

kebijakan negara adalah melakukan identifikasi variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan dari seluruh

proses implementasi. Variabel yang dimaksud telah dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :

1. Kemudahan implementasi akan ditentukan oleh mudah tidaknya masalah yang akan digarap dan

dikendalikan.

2. Kemampuan kebijaksanaan untuk menstrukturkan proses Implementasi.

3. Variabel di luar kebijaksanaan yang mempengaruhi proses Implementasi.

Program aksi dan proyek individu yg didesain Program yg dilaksanakan sesuai rencana Mengukur keberhasilan.

Gambar 2-28 Model implementasi kebijakan menurut Mazmania, Daniel A dan Sabatier, Paul A

Page 48: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Sumber : Mazmanian, Daniel A dan Sabatier ( Wahab, Solichin Abdul.1997 )

Mudah/Tidaknya masalah dikendalikan oleh

- Kualitas teknis

- Keragaman prilaku kelompok sasaran

- Prosentase kelompok sasaran disbanding jumlah populasi.

- Ruang lingkup perubahan perilaku yang di inginkan.

Kemampuan Kebijaksanaan untuk menstrukturkan proses Implementasi

- Kejelasan dan konsistensi tujuan.

- Digunakanya teori kausal yang memadai.

- Ketepatan alokasi sumber daya.

- Keterpaduan hierarki dalam dan di antara lembaga pelaksana.

- Aturan-aturan keputusan dari badan pelaksana.

- Rekruitmen pejabat pelaksana

- Akses formal pihak luar.

Variabel diluar Kebijaksanaan yg mempengaruhi proses Implementasi

- Kondisi sosial ekonomi & teknologi.

- Dukungan publik

- Sikap dan sumber-sumber yg dimiliki kelompok pemilih.

- Dukungan dari pejabat atasan.

- Komitmen dan keterampilan kepemimpinan pejabat-pejabat pelaksana.

Tahap-tahap dalam proses Implementasi (variabel tergantung) Output kebijakan Kepatuhan Dampak nyata

dampak output perbaikan dari badan-badan kelompok sasaran output kebijakan mendasar Pelaksana terhadap

output kebijakan sebagaimana dalam UU Kebijakan dipersepsi.

Kebijakan mengenai konversi serta rangkaian akhirnya yaitu distribusi tertutup ingin benar-benar

terimplementasi maka harus memperhatikan variabel-variabel diatas dengan baik.Agar implementasi ini dapat

berjalan dengan mulus tanpa hambatan.

2.2.8 Tinjauan Kepedulian Masyarakat Terhadap Energi yang Bersih (LPG Vs Minyak Tanah)

Elpiji merupakan energi yang bersih, ramah lingkungan dan dapat memicu peningkatan kesejahteraan rakyat.

Sebagaimana yang disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla bahwa program konversi minyak tanah ke elpiji

akan sangat menguntungkan semua pihak, baik pemerintah, masyarakat maupun pengusaha. Dengan konversi

ini akan ada penghematan senilai Rp. 20.000,00,- hingga Rp. 25.000.00,- per bulan per Kepala Keluarga (KK),

Page 49: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

yang didapatkan dari hitungan jika menggunakan minyak tanah satu liter setara dengan 0,4 kg LPG. Wapres

memperhitungkan, jika penggunaan minyak tanah sebanyak 20 liter per bulan per KK, maka akan setara

dengan 2,5 tabung. Selanjutnya Wakil Presiden mengatakan tidak ada lagi negara di dunia yang menggunakan

minyak tanah untuk keperluan rumah tangga (Antara, 13/8/07).Selain itu dengan adanya konversi melalui

energi bersih LPG ini mampu mengurangi penyalahgunaan minyak tanah bersubsidi karena LPG lebih aman

dari penyalahgunaan. Pengalihan ini akan memberikan manfaat kepada:

1. Masyarakat, karena masyarakat akan mendapat bahan bakar yang praktis, bersih dan efisien tanpa perlu

biaya investasi.

2. Pemerintah, karena beban subsidi secara relatif akan berkurang

Persepsi masyarakat tentang energi bersih yang mahal, merepotkan serta memerlukan ekstra kerja untuk

mendapatkannya. Untuk memahami bagaimana persepsi tersebut terbentuk maka akan dijelaskan lebih lanjut.

Persepsi pada hakekatnya merupakan proses kognifif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami

informasi tentang lingkunganya, baik lewat penglihatan, pendengaran, perasaan, dan penghayatan (Walgito,

1994:8). Tak jauh dari pengertian tersebut , Young (1995: 59) memberikan pengertian bahwa persepsi

berkenaan dengan aktifitas panca indera, penafsiran, dan pemahaman objek, baik fisik maupun sosial.

Demikian pula menurut Sudarmo dan Sudarto, (2001:16), bahwa persepsi merupakan suatu proses

memperhatikan dan menyeleksi, mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus. Berdasarkan pengertian diatas

persepsi adalah proses mengetahui dan memahami dengan alat indera. Dalam persepsi terdapat tiga

komponen utama, yaitu :

1. Seleksi terhadap stimulus yang datang dari luar;

2. Interpretasi, yaitu proses pengorganisasian informasi;

3. Reaksi, bentuk tingkah laku akibat interpretasi.

Persepsi dipengaruhi oleh kerja sama faktor luar (stimulus) dan faktor dalam (personal). Faktor luar meliputi

hal-hal yang berasal dari luar individu, seperti pendidikan, pengalaman, lingkungan sosial, dan lain-lain.Faktor

dalam adalah semua yang berasal dari dalam individu, seperti cipta, rasa, karsa, dan keyakinan.Oleh karena itu,

sesuai pendapat Soedarmo (1996:7) bahwa persepsi dapat berubah karena pengaruh pengalaman, teman,

lingkungan, dan sebagainya.Demikian pula menurut Tjiptono dan Anastasia (2000:16) bahwa persepsi

merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan yang memiliki harapan.

Dari beberapa pengertian mengenai persepsi tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam mempersepsi individu

mula-mula akan mengadakan pengamatan, kemudian mengadakan seleksi dari apa yang diamati. Setelah itu,

baru mengadakan penafsiran dan kemudian baru bereaksi dalam bentuk tingkah laku. Dalam menyadari reaksi

itu, seseorang akan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terdapat dalam dirinya dan juga yang ada di luar

dirinya. Faktor luar tersebut di antaranya lingkungan masyarakat di sekitarnya. Persepsi energi bersih tentu

akan mempengaruhi aspirasi. Artinya, kemampuan orang dalam melihat pentingnya energi yang bersih akan

Page 50: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

berpengaruh pada harapan dan tujuan untuk keberhasilan pada masa yang akan datang. Yang dimaksud

aspirasi disini adalah keinginan, harapan, dari masyarakat terhadap energi bersih.

Dalam mempersepsi sesuatu pada masyarakat, tidak lepas dari budaya masyarakat setempat. Energi bersih

yang telah di persepsikan diawal sebagai energi yang mahal dan sulit dijangkau, membangun persepsi

masyarakat tentang proses konversi LPG ini. Ketika kebijakan konversi ini diluncurkan, ketakutan dari

mayarakat tentang harga yang mahal, keribetan pemakaian peralatan serta ketakutan-ketakukan lain muncul

sebagai salah satu hamabatan dalam proses konversi. Tidak banyak masyarakat, pemimpin daerah serta

pemangku kepentingan lain yang menolak adanya konversi. Akibat persepsi tersebut. Demikian pula ketika

proses distribusi tertutup ini digulirkan, persepsi masyarakat tentang pembatasan pembelian, keruwetan cara

pembelian serta lokasi pembelian yang telah ditentukan membuat sedikit banyak proses impelemetasi ini

sedikit terhambat.

Salah satu akar budaya indonesia, yaitu budaya kerajaan serta keningratan, sebagai salah satu akar persepsi

yang cukup menyulitkan untuk mengajak masyarakat menengah bawah kepada energi bersih. Anggapan

bahwa masyarakat yang pantas menggunakan energi bersih adalah kalangan menegah atas serta kalangan

ningrat saja serta tidak pantas bagi kalangan menengah bawah, membuat proses pelaksanaan energi bersih ini

cukup mengalami kesulitan ketika ingin melaksanakan sosialisasi serta edukasi mengenai penggunaan energi

bersih.

Persepsi masyarakat melihat keberhasilan atau kegagalan yang dialami sebelumnya, baik yang dialami oleh

dirinya sendiri maupun dialami oleh orang lain akhirnya dijadikan cermin pengalaman bagi dirinya.

Pengalaman seseorang yang dirasakan sebagai kesuksesan akan meningkatkan aspirasinya dan disinilah

individu akan memiliki persepsi bahwa energi bersih memiliki manfaat yang penting. Namun, jika pengalaman

seseorang yang dirasa sebagai kegagalan aspirasinya akan turun drastis, bahkan individu akan memiliki

persepsi bahwa energi bersih tak begitu bermanfaat. Persepsi individu terhadap energi bersih dapat diamati

dari cara individu itu menilai arti penting energi bersih dan dapat pula dilihat dari cara memahami nilai

fungsional energi bersih bagi kehidupan. Persepsi individu terhadap fungsi energi bersih ialah anggapan atau

pendapat individu sebagai pengamatan sehari-hari tentang energi bersih. Persepsi individu terhadap energi

bersih anak merupakan suatu konsep pikir mengenai makna dan arti penting proses energi bersih; kaitannya

dengan relevansi energi bersih serta biaya yang harus dikeluarkan. Jika persepsi individu terhadap energi

bersih baik maka akan menopang munculnya aspirasi yang tinggi maka kesadaran untuk melanjutkan

penggunaan energi bersih.

Ketika kompor LPG banyak diberitakan meledak, banyak sekali membangun persepsi bahwa energi bersih LPG

membahayakan serta tidak layak digunakan.Hal ini berdampak pada banyaknya kasus peralatan LPG yang

dibagiakan tidak digunakan secara maksimal. Disisi lain masyarakat yang telah merasakan keuntungan dari

energi bersih ini adalah terlihat jelas pada masyarakat pedagang, seperti yang dikemukkan ketua Kowantara

(Koperasi Warteg Nusanatara), melalui energi bersih ini mampu meningkatakan omset penjualan hingga Rp.

Page 51: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

300.000/bulan serta menambah harmonisasi hubungan keluarga, akibat bau serta uap panas yang dikeluarkan

tidak mengganggu kebersihan rumah maupun kebersihan fisik pengguna.

Selanjutnya hal yang mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap energi bersih adalah kondisi lingkungan

yang meliputi kemampuan sosial ekonomi masyarakat dalam memahami energi bersih.Kemampuan ini

ditunjukan oleh latar belakang situasi sosial ekonomi individu.Status sosial ekonomi yaitu kedudukan tertentu

seseorang terhadap lainya dalam suatu kelompok atau kelas masyarakat.Syarat menjadi anggota kelas

masyarakat ialah menjalankan beberapa aktifitas ekonomi, bentuk dan jumlah pendidikan resmi, jumlah

penghasilan, bentuk perumahan, dan lain-lain.Permasalahan status sosial ekonomi yang dihadapi masyarakat

di daerah pedesaan tampaknya masih merupakan suatu permasalahan yang sangat kompleks yang

pemecahanya banyak bergantung pada tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah setempat.Dunia pedesaan

menurut Malassis (1981:105) masih ditandai dengan kemiskinan dalam bidang kebendaan, rendahnya

pendapatan keluarga, rendahnya tingkat penanaman modal umum (seperti air dan listrik), dan persediaan

keperluan hidup yang terbatas.Status sosial keluarga yang rendah menyebabkan ketidakmampuan dalam

memenuhi kebutuhan fasilitas energi bersih.Permasalahan keadaan sosial ekonomi ini tampaknya, di samping

permasalahan aspirasi dan persepsi tentang energi bersih ini juga sangat mempengaruhi kelanjutan

penggunaan energi bersih.Seperti dikatakan Laurie dan Reif, yang dikutip Sudarto (1989:15) kemiskinan, yaitu

taraf orang masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, merupakan kendala utama dalam

pelaksanaan pemenuhan kebutuhan lainnya. Dengan demikian, masalah kesulitan ekonomi keluarga

menyebabkan turunya kuantitas serta kualitas pemenuhan akan energi bersih. Menurut Ali Imron (1991:21)

masalah ekonomi sering kali menimbulkan masalah sosial, seperti ketidakstabilan keluarga.Masyarakat

berkembang dalam budaya kemiskinan dan bahkan banyak di antaranya yang hidup tanpa harapan serta

bersikap acuh tak acuh.Di daerah pedesaan selain sarana energi bersih masih kurang, keadaan ekonomi

masyarakat juga masih rendah.Hal ini dinyatakan oleh Gaffar (1990:19), bahwa penduduk pedesaan

kebanyakan hidup sebagai petani, nelayan, termasuk dalam katagori berpenghasilan rendah.Lebih lanjut

Mubyarto (1992:13) menyatakan bahwa karena berpenghasilan rendah.

2.2.9 Tinjauan Kepedulian Masyarakat Terhadap Mekanisme Subsidi Pemerintah

Konversi minyak tanah ke LPG sebenarnya berada di jalur yang tepat, mengingat cadangan gas Indonesia relatif

lebih besar ketimbang minyak bumi, meski sebagiannya juga sudah dikonsesikan kepada asing. Namun, yang

tidak tepat adalah menjadikan konversi bahan bakar dalam durasi amat pendek serta membiarkan masyarakat

miskin tanpa subsidi dimana kebijakan konversi tersebut terkesan sangat mendadak.Dimaksudkan bahwa

ketika infrasutruktur LPG serta pembagian LPG belum merata, bersamaan dengan itu subsidi terhadap minyak

tanah telah dicabut, sehingga terdapat fase dimana masyarakat tidak mendapatkan subsidi terhadap bahan

bakar, serta menanggung beban mahalnya harga minyak tanah.Tak mengherankan jika di berbagai tempat

masih timbul berbagai masalah. Terutama menyangkut budaya masyarakat Indonesia yang masih enggan dan

takut ketika kompor minyak yang mereka gunakan akan diganti dengan menggunakan kompor gas.

Page 52: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Pengalaman di banyak negara, transisi ke energi yang lebih modern sekurangnya memerlukan waktu hingga

puluhan tahun. Misalnya, di Amerika Serikat memerlukan hampir 70 tahun (1850-1920) dan di Korea waktu

yang dibutuhkan hanya 30 tahun (1950-80) akibat adanya kemajuan teknologi (Barnes, Flas, dan Floor, 1997).

Penduduk Brazil yang menggunakan elpiji sebanyak 16 persen pada 1960 menjadi 78 persen pada 1985, dan

hampir seluruhnya pada 2004 (UN Millenium Project, 2005).

Konversi pemakaian minyak tanah ke LPG bagi sebagian rakyat kecil dirasakan akan menimbulkan banyak

masalah. Hal ini terjadi karena beberapa alasan.Pertama, dari aspek fisik, minyak tanah bersifat cair sehingga

transportasi dan pengemasannya mudah, disamping penjualan dengan sistem eceran pun menjadi mudah.

Kondisi ini akan memudahkan rakyat kecil yang ingin membeli minyak tanah, contoh sederhana, masyarakat

kecil dapat membeli minyak tanah sebanyak 0,5 liter (katakanlah Rp 1.500 dengan harga subsidi) dan

membawanya sendiri dengan mudah. Minyak tanah 0,5 liter bisa dimasukkan ke plastik, kondisi ini tak

mungkin bisa dilakukan untuk pembelian LPG, karena LPG dijual per tabung, tabung paling kecil berisi 3 kg

dengan harga Rp 14.500-15.000. Masyarakat kecil jelas tidak mungkin bisa membeli LPG hanya 0,5 kg, lalu

membawanya dengan plastik atau kaleng susu bekas. Kedua, dari aspek kimiawi, LPG jauh lebih mudah

terbakar (inflammable) dibanding minyak tanah.Melihat perbedaan sifat fisika dan kimia (minyak tanah dan

LPG) tersebut, kita memang layak mempertanyakan sejauh mana efektifitas dan keamanan kebijakan konversi

tersebut.

Diawali pada kisaran Juni hingga Desember 2007, pemerintah untuk urusan sumber daya energi cukup

disibukkan dengan konversi Energi dari Minyak Tanah ke LPG (Liquefied Petroleum Gas).Hal ini menjadi penting

mengingat sumbangan subsidi pemerintah untuk pengadaan Minyak Tanah adalah mencapai 60% dari

keseluruhan anggaran Subsidi BBM (40% sisanya terbagi ke dalam subsidi Premium, Solar dan Minyak Bakar).

Bila dalam nilai rupiahnya adalah sebesar 54 Trilyun Rupiah telah di kucurkan setiap tahun untuk pengadaan

Minyak Tanah apabila di asumsikan sesuai dengan harga Crude Oil saat itu sebesar USD 60 / Barrel. Dapat

dibayangkan berapa banyak lagi Subsidi yang harus di gelontorkan apabila harga minyak bumi mentah di

periode akhir tahun 2007 menembus angka USD 98 / Barrel.

Minyak Tanah, dalam bahasa Inggris sering disebut dengan Kerosene, sejatinya adalah bahan bakar untuk

moda transportasi Pesawat Terbang. Jika untuk moda kendaraan darat dikenal Premium untuk jenis kendaraan

biasa/umum dan Pertamax /Pertamax Plus untuk jenis kendaraan kelas atas, maka di dalam dunia

Penerbangan-pun dikenal pembagian seperti di atas.Sehingga untuk Kerosene adalah diperuntukan bagi

Pesawat Terbang dengan mesin Baling-Baling / Propeller / Turboprop, maka Avtur sendiri dipergunakan bagi

Pesawat Terbang dengan mesin Jet / Turbojet / Turbofan.

Di dunia, penggunaan Minyak Tanah / Kerosene yang notabene adalah bahan bakar Pesawat Terbang, namun

dipergunakan sebagai sumber energi bagi masyarakat umum untuk memenuhi kebutuhan pangannya,

hanyalah ada di Indonesia dan India. Dengan semakin menipisnya sumber daya mineral, lebih baik di daya

Page 53: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

gunakan demi menambah devisa Negara karena intinya dari devisa Negara yang diperoleh nantinya juga akan

dipergunakan bagi kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

Berikut ini di tunjukkan tabel perbandingan jenis energi dengan nilai rupiah yang di keluarkan untuk kebutuhan

rumah tangga di masyarakat.

Tabel 2-2 Perbandingan Jenis Energi dengan Nilai Rupiah yang dikeluarkan dalam Konsumsi

Rumah Tangga Sehari-hari Masyarakat

No Uraian Jenis EnergiElpiji 3 Kg Elpiji 12 Kg MinyakTanah(liter) Briket Batubara

(Kg)1. Pemakaian :Kg atau

Liter/hari0,6 0,6 1,5 6

2. Harga (Rp) / Kg 2.800,- 2.500,- 4.000,- 900,-Rupiah / Hari 1.680,- 1.500,- 6.000,- 5.400,-

3. Perawatan Kompor / Tabung

mudah mudah Sulit mudah

4. Distribusi mudah mudah Langka langka(Sumber : wikimu, 2008)

Penjelasan:

1. Untuk tabung 3 Kg adalah dengan harga Rp.14.000,- / tabung. Asumsi pemakaian adalah untuk 5 hari

penggunaan.

2. Untuk tabung 12 Kg adalah dengan harga Rp. 52.250,- / tabung. Asumsi pemakaian adalah untuk 21 hari

penggunaan.

3. Eceran minyak tanah untuk warung / toko dengan harga Rp. 4.000,- / liter. Asumsi pemakaian untuk 1

hari adalah 1,5 liter

4. Eceran briket batubara dengan harga Rp. 900,- / Kg. Asumsi pemakaian untuk 1 hari adalah 6 Kg.

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa untuk program pemerintah dengan ukuran tabung 3 Kg, disesuaikan

dengan harga resmi yang juga telah diberikan subsidi adalah menjadi Rp. 4.250,- / Kg , sehingga harga jual

resmi sebenarnya adalah Rp. 12.750,- / tabung. Namun dalam prakteknya, harga jual di tingkat eceran menjadi

Rp. 14.000,- s/d Rp. 15.000,- / tabung.

Sedangkan untuk tabung ukuran 12 Kg, harga subsidi yang diberikan pemerintah adalah Rp. 4.350,- / Kg.

Alhasil untuk penjualan eceran adalah berkisar antara Rp. 52.250 s/d Rp. 55.000,- / tabung, walaupun dalam

prakteknya lebih banyak terjual dengan harga Rp. 55.000,- / tabung sedangkan sub penyalur tententu terjual

dengan harga Rp. 52.250,- / tabung.

Page 54: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Terlebih lagi, di awal tahun 2008 ini, untuk ukuran 12 Kg akan diterapkan harga baru dengan pemberian

subsidi lebih kecil lagi yaitu sebesar 15% menjadi Rp. 6.000,- / Kg , maka untuk ukuran tabung 12 Kg tak ayal

lagi akan mencapai Rp. 72.000,- / tabung. Walaupun nanti dalam prakteknya akan berkisar diharga Rp. 75.000,-

/ tabung.

Namun tak pelak lagi bahwa dari tabel diatas akan jelas terlihat bahwa penggunaan Gas LPG tetap lebih

ekonomis nilai rupiahnya di bandingkan dengan Minyak Tanah yang saat ini untuk harga pasar bebas /

Internasional dapat mencapai Rp. 6.500,- / liter, yang jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan harga

Pertamax / Pertamax Plus bersubsidi saat ini.

Pengurangan/penghentian suplai minyak tanah akan menimbulkan perubahan di masyarakat. Hal ini

disebabkan tingkat penerimaan dan kemampuan beradaptasi dari masyarakat yang berbeda-beda terhadap

perubahan dari minyak tanah ke LPG serta kemampuan yang berbeda-beda dari mitra distribusi minyak tanah

dan agen LPG yang ada dalam menyalurkan LPG ke masyarakat.Kondisi ini sering kali mengakibatkan pasokan

LPG menjadi kurang lancar dan menyebabkan banyak warga yang tidak bisa membeli LPG pada saat tabung

gasnya kosong/habis.Saat ini LPG masih sulit ditemukan di daerah - daerah dimana pemerintah telah

melakukan konversi bahan bakar dari minyak tanah ke LPG.

Persepsi serta sistem nilai budaya merupakan salah satu aspek penting dalam masyarakat memandang

program subsidi pemerintah ini.Kehidupan suatu masyarakat karena sistim nilai budaya banyak berpengaruh

terhadap sikap dan tingkah laku warga dalam rangka menanggapi situasi ini.Tentang sistem nilai budaya

Koentjaraningrat (1984) berpendapat bahwa sistem nilai budaya ialah konsepsi-konsepsi yang hidup di alam

pikiran sebagian warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup.

Berdasarkan pendapat tersebut, suatu sistem nilai budaya juga dapat dipandang sebagai suatu yang

memberikan patokan tentang hal-hal yang baik atau buruk, benar atau salah, dan mengenai apa yang di

anggap penting dan tidak berharga dalam hidup. Nilai budaya yang berlaku di masyarakat atau yang dianut

seorang anggota masyarakat akan berpengaruh terhadap subsidi, terutama dalam memandang nilai subsidi.

Nilai yang di maksud disini adalah hal-hal yang di anggap baik dan diyakininya. Nilai juga dipandang sebagai

kaidah hidup seseorang sehingga sesuatu yang di anggap baik akan selalu dihargai, dipelihara, dan di agungkan

dalam mengambil keputusan. Nilai yang merupakan kaidah hidup seseorang akan tercermin melalui pola pikir,

aspirasi, persepsi, dan bertindak (Kaswardi, 1998:7). Di dalam pembicaraan masalah nilai “subsidi” , kita akan

dihadapkan pada masalah yang sangat luas karena beragamnya argumentasi, generalisasi, perhitungan, dan

pengecualian yang dijumpai dalam persoalan makna subsidi. Nilai subsidi dapat didekati dengan berbagai

sudut pandang si pemakna, misalnya saja (Hull,1977:12) membedakan nilai subsidi menjadi empat konsep

dasar, yaitu :

- Harga subsidi yang banyak berhubungan dengan masalah kepuasan,

- Biaya tak bersubsidi yang harus dikeluarkan,

- Penghasilan yang berhubungan dengan sumber-sumber kesejahteraan,

Page 55: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

- Keuntungan dari subsidi yang berhubungan dengan hasil yang diperoleh.

Nilai yang berhubungan dengan biaya subsidi maksudnya adalah berapa besar biaya yang harus

ditanggung.Keuntungan dari subsidi yang berhubungan dengan hasil yang didapatkanya maksudnya aset untuk

menambah penghasilan.Konsep yang disampaikan Hull (1977:14) tersebut ditinjau dari sudut pandang

ekonomi sehingga nilai subsidi hanya dilihat dari sudut pandang ekonomi sehingga nilai subsidi dilihat dari

hasil, keuntungan bersih yang tersisa setelah dikurangi ongkos. Konsep lain berdasarkan pendekatan

psikososial dengan latar belakang pendekatan fungsional (functions and disfunction). Nilai subsidi dapat dibagi

menjadi (1) nilai positif, meliputi fungsi nilai kepuasan, kebaikan, dan keuntungan, (2) nilai negatif, yang

meliputi gangguan disvalues (ongkos), beban, kesulitan, dan kerugian ( Simon, 1977: 35), contoh nilai negatif

adalah pandangan atau pemikiran tentang bahwa barang bersubsidi adalah barang yang berkualitas tidak baik.

Hal ini didorong dengan berbagai kenyataan adanya ledakan-ledakan dari gas LPG 3 kg yang menguatkan nilai

negatif dari barang bersubsidi ini. Dalam kehidupan di pedesaan, sebagai nilai positif

- Nilai-nilai kenikmatan, artinya nilai yang berhubungan dengan hal hal yang mengenakan atau tidak

mengenakan atau yang menyebabkan orang senang atau menderita.

- Nilai-nilai kehidupan, nilai yang berhubungan dengan yang terpenting dalam kehidupan, termasuk nilai

kesejahteraan, pemenuhan kebutuhan pangan adalah yang utama, pembagian barang bersubsidi yang

menyulitkan pemenuhan kebutuhan menjadi tidak penting, penghargaan terhadap barang subsidi menjadi

kurang.

Seperti pada cara penggunaan, cara memperoleh LPG serta harga subsidi yang ditawarkan apakah benar-benar

mampu memberikan nilai lebih terhadap kedua komponen nilai tersebut didalam kehidupan sehari-hari.

Apabila salah satu komponen tersebut dirasa menyulitkan, tidak menutup kemungkinan masyarakat semakin

tidak menghargai barang subsidi, dengan memperlakukan tindakan-tindakan seperti menjual, mengoplos serta

merusak barang bersubsidi tersebut.

Hal ini dibuktikan diwilayah Surakarta serta Purbalingga, tercatat, sekitar 3 perusahaan agen berusaha

mengoplos gal LPG 3 Kg, serta tidak kurang dari 500 kejadian penjualan kompor serta tabung pembagian serta

2 kasus pengerusakan depot LPG dikedua tempat akibat LPG 3 kg dianggap tidak bermanfaat, merusak tatanan

kebiasaan pola masak yang sudah ada, serta pola pembelian eceran yan biasa digunakan pada minyak tanah.

2.3 Tinjauan Sistem Informasi Sebagai Sarana Pendukung Transaksi

2.3.1 Tinjauan Sistem Informasi yang Digunakan Secara Massal di Masyarakat

Sistem informasi pencatatan tansaksi pembelian LPG tertentu, dimana proses pengolahan data melibatkan

data komunitas masyarakat pengguna LPG Tertentu termasuk katagori Sistem Informasi yang dipergunakan

secara massal. Pencatatan manual dilakukan di site sub penyalur dengan mempergunakan Logbook.

Logbook merupakan buku cacatan transaksi yang merekam seluruh data transaksi pembelian LPG Tertentu

Page 56: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

pengguna dalam satu hari tertentu. Pada buku ini tercatat Nomor Kartu Pengguna, Nama Pengguna, Alamat

Pengguna, Nama Kelompok Pengguna, tanggal pembelian dan jumlah pembelian tabung LPG. Secara periodik

- akhir minggu semisal, data transaksi Log Book dilakukan proses jurnal dan rekapitulasi guna mengetahui

jumlah pendistribusian LPG Tertentu yang dilakukan sub penyalur/penyalur. Dengan metoda ini siklus

pendistribusian pengambilan Logbook ke/dari sub penyalur menjadi hal esensi. Keunggulan komparatif

penggunaan metoda ini meliputi :

• Pencatatan data transaksi sangat mudah dan sederhana;

• Tidak memerlukan sumberdaya manusia yang berskill tinggi;

Proses pencatatan transaksi secara otomatisasi memerlukan dukungan kartu chip magnetik pengguna dan

perangkat komputer baik di pusat maupun di wilayah. Di sisi lain perangkat komputer tersebut juga

memerlukan konfigurasi jaringan komunikasi memadai agar lalulintas pendistribusian data maupun informasi

berjalan sesuai seperti yang diinginkan. Di site Sub Penyalur perlu disediakan EDC (Electronic Data Capture)

yang terhubung on line / off line dengan Komputer Server Pusat. Proses pencatatan traksaksi dilakukan

dengan melakukan tapping Kartu Chip Magnetik dengan EDC. Kartu Chip Magnetik yang telah merekam data

personal pengguna akan mencocokan dengan data personal pengguna yang telah terekam dalam Database

Pengguna di Komputer Server Pusat. Bilamana data yang bersangkutan lolos verifikasi maka proses transaksi

dilanjutkan. Petugas Sub Penyalur melalui EDC melakukan entri berapa jumlah tabung yang dibeli oleh

Pengguna. Data traksaksi tersebut langsung diterima oleh Komputer Server Pusat secara otomatis.

Sedangkan jika proses verifikasi data personal yang bersangkutan tidak lolos maka proses pencatatan

transaksi dibatalkan. Mempergunakan metoda ini keunggulan komparatif dapat dicapai bilamana seluruh

aspek teknis dan manajemen diperhatikan dengan konsisten. Beberapa keunggulan komparatif yang dapat

diperoleh dari penggunaan metoda ini meliputi:

• Pencatatan transaksi dan penyajian informasi dapat real time ;

• Proses pencatatan transaksi dan rekapitulasi jurnal lebih cepat;

• Penyusunan Basis Data Pengguna menjadi lebih terstruktur;

• Memudahkan penelusuran kesalahan data transaksi;

• Menghemat penggunaan kertas / hard copy.

Penggunaan sistem informasi secara massal dalam operasionalnya setidaknya harus memiliki unsur

kemudahan akses (accessibility), fleksible (fexible), mudah perawatan (maintenable) dan informatif

(informatics). Kemudahan akses merupakan kemudahan pengguna dalam melakukan transaksi di setiap sub

penyalur yang memiliki EDC. Konsekuensinya penyebaran unit EDC di Sub Penyalur proposional dengan

jumlah pengguna yang tersebar di wilayah. Kemudahan ini mengakibatkan fungsi EDC sebagai alat pencatat

transaksi menjadi optimal. Pengguna merasa terbantu dan nyaman melakukan transaksi pembelian gas 3 Kg

pada setiap site Sub Penyalur yang telah ditunjuk. Fleksibel merupakan keleluasaan Sub Penyalur pada saat

Page 57: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

melakukan transaksi dengan memanfaatkan Kartu Chip Magnetik Pengguna dan EDC. Saat proses transaksi

berlangsung, Sub Penyalur tidak lagi dipusingkan bilamana listrik di site Sub Penyalur padam. Dengan kata lain

sistem secara otomatis mampu mencatat transaksi melalui EDC baik pada saat listrik on maupun off.

Demikian pula pilihan keputusan online ataupun offline pada saat mengoperasikan EDC dengan Komputer

Server Pusat dilakukan oleh Sub Penyalur sesuai dengan kebutuhannya.

Mudah perawatan merupakan tindakan merawat EDC dan perangkat komunikasi lain di site Sub Penyalur

untuk mendukung kelancaran sistem informasi. Guna memudahkan operasional perawatan EDC di site Sub

Penyalur sebaiknya Sub Penyalur dibekali dengan pemahaman dasar pemeliharaan alat-alat yang

dipergunakan dan terpasang dalam sistem informasi. Informatif merupakan semua hasil keluaran

pengolahan data bersifat sederhana dan mudah dipahami oleh pihak stakeholder manapun.

Kesederhanaan dan kemudahan penyajian informasi maupun proses pengolahan data menjadi faktor penentu

keberhasilan implementasi sistem informasi secara massal. Namun kesederhanaan dan kemudahan proses

pengolahan data maupun penyajian informasi yang dihasilkan suatu sistem informasi biasanya berbanding

terbalik dengan kerumitan dan kompleksitas pembuatan algoritma script maupun programming. Semakin

sederhana dan mudah suatu sistem informasi dioperasikan biasanya menuntut tingkat kerumitan dan

kompleksitas tinggi pembuatan script maupun pemrograman.

2.3.2 Tinjauan Kebutuhan Infrastruktur Pendukung Sistem Informasi

Layaknya suatu sistem, sistem informasi terintegrasi dalam suatu tatanan yang terdiri dari beberapa

komponen utama dan komponen pendukung sistem. Komponen utama suatu sistem informasi terdiri dari

Host Computer Server, Intelegent / Dump Terminal, media input/output devices, storage devices. Komponen

pendukung meliputi backbone network, jaringan komunikasi data, manajemen pengolahan data dan

perangkat lain yang mendukung pendistribusian data /informasi.

Konfigurasi Infrastruktur Sistem Informasi sangat tergantung dengan kebutuhan pengolahan data yang

diperlukan.Untuk pengolahan data lokal tidak terhubung dengan unit pengolahan data lainnya, konfigurasi

infrastruktur sistem informasi relatip sederhana. Terdiri dari Server, Terminal dan Backbone Network seperti

diilustrasikan pada gambar dibawah ini

Page 58: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

Leased Line

VPN

INTERNET

Instalasi Pengolahan Data Regional

Instalasi Pengolahan Data Pusat

Leased Line

VPN

INTERNET

Instalasi Pengolahan Data Regional

Instalasi Pengolahan Data Pusat

HESA LC for Exellent Services

Gambar 2-29 Komponen utama & pendukung sistem informasi

Namun bilamana pengolahan data melibatkan lintas pengolahan data pusat dan pengolahan data regional

maka kebutuhan infrastruktur pendukung sistem informasi perlu dilengkapi dengan komponen komunikasi

data. Komponen komunikasi data dalam wilayah lokal dapat dikembangkan komunikasi data berbasis Local

Area Network (LAN). Bila kebutuhan pengolahan data meliputi antar LAN dapat ditumbuhkembangkan dalam

suatu jaringan pengolahan data yang lebih besar menjadi Wide Area Network (WAN) sebagai protokol

komunikasi data dapat dipergunakan fasilitas Internet, Virtual Private Network (VPN) atau leased line yang

menghubungan Instalasi Pengolahan Data Pusat dan Pengolahan Data Regional. Gambar dibawah ini

mengilustrasikan Konfigurasi Sistem Informasi yang menghubungkan antar instalasi pengolahan data pusat

dengan instalasi pengolahan data regional berbasiskan protokol komunikasi data IP.

Gambar 2-30 Konfigurasi Infrastruktur Sistem Informasi berbasis komunikasi data

Dari segi biaya instalasi dan operasional penggunaan jaringan komunikasi data berbasis VPN maupun Leased

Line relatif lebih mahal dengan jaringan komunikasi data berbasis IP. Namun dari segi keamanan pengolahan

data dan kenyamanan berinteraksi VPN dan Leased Line lebih handal ketimbang menggunakan Internet

Protocol (IP). Memenuhi kebutuhan Sistem Informasi Pendistribusian LPG Tertentu Secara Tertutup,

Page 59: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

konfigurasi sistem melibatkan pengolahan data antar instalasi. Pusat dan Regional. Diperlukan suatu protokol

yang mampu mengkomunikasi data dengan opsi IP, VPN atau Leased Line.

2.3.3 Gambaran Penggunaan Kartu Magnetik di Masyarakat

Walau penggunaan kartu magnetik di Indonesia belum begitu populer bila dibandingkan dengan negara-

negara maju.Namun pada perkembangan dasawarsa terakhir ini peningkatan penggunaan kartu magnetik di

Indonesia cukup signifikan.Pada awalnya penggunaan kartu magnetik hanya sebatas nasabah perbankan.

Kartu Tabungan, Kartu Debit dan Kartu Kredit merupakan contoh populer. Pada perkembangan selanjutnya

pemakaian kartu magnetik di Indonesia merambah kepada Kartu Keanggotaan (Membership Card).Di

lingkungan masyarakat perKotaan penggunaan kartu jenis ini sudah cukup populer tetapi untuk masyarakat

pedesaan penggunaan kartu jenis ini masih memerlukan edukasi dan sosialisasi penggunaannya.Kegunaan dan

fungsi kartu ini selain sebagai bukti identitas dapat ditingkatkan menjadi alat pencatatan transaksi dan

pembayaran.Saat berbelanja dengan kartu debit misalnya, nasabah bank tertentu tidak harus mengeluarkan

uang tunai namun cukup melakukan tapping kartu debit yang besangkutan dengan unit EDC.Kepraktisan dan

kemudahan melakukan transaksi maupun pembayaran menjadi hal esensi dalam pemanfaatan kartu

magnetik.Selanjutnya manfaat penggunaan Kartu Magnetik dapat diarahkan sebagai sarana penerima layanan

khusus maupun subsidi langsung yang diberikan pemerintah kepada personal yang bersangkutan.Layanan

Jaminan Kesehatan Masyarakat dapat diberikan melalui pemanfaatan kartu ini.Apapun jenis layanan

masyarakat yang diberikan pemerintah kepada personal pemegang kartu dapat dikembangkan melalui

pemakaian kartu tersebut.

Dalam Implementasi Sistem Pendistribusian LPG Tertentu Secara Tertutup, pemerintah telah mendistribusikan

sejumlah Kartu Kendali Pengguna LPG Tertentu kepada masyarakat tertentu. Hal ini dimaksud selain sebagai

Kartu Identitas Pengguna LPG Tertentu, pemanfaatan kartu dipergunakan sebagai media pencatatan tranksaksi

pembelian LPG Tertentu (LPG 3 Kg) di sub penyalur Wilayah yang memiliki EDC maupun Non EDC. Diharapkan

bilamana masyarakat tertentu tersebut telah tertib menggunakan Kartu Kendali Pengguna LPG 3 Kg maka

kebutuhan penggunaan LPG 3 Kg di masyarakat menjadi lebih terkontrol dan jumlah kebutuhan LPG 3 Kg di

masyarakat menjadi lebih pasti. Selanjutnya memudahkan pemerintah untuk mengalokasikan dana subsidi

yang dilekatkan dalam pemanfaatan kartu kendali tersebut.

2.3.4 Gambaran Kebutuhan Jaringan Dalam Transaksi Online

Pengelolaan Kartu Magnetik

Agar efektif pemakaian kartu magnetik di masyarakat diperlukan suatu sistem pemeliharaan atas kartu yang

telah didistribusikan ke masyarakat. Pengelolaan kartu meliputi :

- Penerbitan Kartu Baru;

- Penggantian Kartu Rusak dan Kartu Hilang;

Page 60: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

Terminasi KartuKartu Hilang

Mutasi Kartu

Mutakhir Kartu

Kartu Rusak

Penerbitan Kartu

HESA LC for Exellent Services

- Mutasi dan Pemutakhiran Data Pengguna Kartu;

- Terminasi Penggunaan Kartu,

Sejumlah bank dan lembaga keuangan non bank telah mendirikan Pusat Layanan Kartu (Card Centre) guna

menjalankan fungsi pemeliharaan kartu magnetik para nasabahnya.Siklus pemeliharaan kartu sebagaimana

tercantum pada gambar di bawah.

Gambar 2-31 Siklus Pemeliharaan Kartu

Penerbitan Kartu Baru

Merupakan fungsi menerbitkan kartu baru untuk personal yang telah direkomendasikan serta memenuhi

semua persyaratan yang telah ditentukan.

Pemeliharaan – Penggantian Kartu Rusak

Merupakan fungsi penggantian kartu personal yang dinyatakan rusak atau malfungsi.Secara fisik kartu yang

rusak harus ditukar atau diganti dengan kartu baru di Customer Service.

Pemeliharaan – Penggantian Kartu Hilang

Merupakan fungsi penggantian kartu personal yang dinyatakan hilang berdasarkan surat keterangan hilang

dari kepolisian setempat. Untuk menghidari kerugian yang mungkin timbul dari kartu hilang maka Pusat

Layanan Pelanggan dapat melakukan blokir sementara atas nomor kartu yang dinyatakan hilang agar tidak

dipergunakan oleh pihak lain hingga yang bersangkutan mendapatkan kartu baru pengganti.

Pemeliharaan - Kartu Mutasi

Merupakan fungsi pemutakhiran data personal pemegang kartu bilamana terdapat mutasi atau perubahan

alamat maupun wilayah kelompok pengguna agar kartu tersebut dapat berfungsi pada wilayah baru.

Pemeliharaan - Kartu Mutakhiran

Page 61: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Merupakan fungsi pemutakhiran data personal pemegang kartu bilamana terjadi perubahan alamat,

penyesuaian nama wilayah namun tidak menyebabkan yang bersangkutan pindah/mutasi dari satu wilayah ke

lain wilayah.

Terminasi Kartu

Merupakan fungsi pengakhiran penggunaan kartu atas nama personal. Hal ini dilakukan bilamana yang

bersangkutan telah meninggal dunia, tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai pemegang kartu atau oleh

sebab lain yang menggugurkan penggunaan kartu berdasarkan ketentuan yang berlaku. Untuk kartu terminasi

– nomor kartu yang bersangkutan diblokir permanen sehingga tidak dapat dipergunakan.

2.3.5 Gambaran Sistem Keamanan Dalam Teknologi Informasi

Bilamana konfigurasi sistem informasi telah melibatkan akses pengolahan data lintas regional maka kebutuhan

Jaringan Komunikasi Data menjadi hal yang esensi. Tanpa jaringan ini maka Instalasi Pengolahan Data Pusat

tidak dapat mengambil maupun mengolah data yang telah di capture oleh Instalasi Pengolahan Data Regional.

Sebaliknya tanpa jaringan komunikasi data, pihak regional pun tidak dapat mengambil maupun mengakses

informasi yang dihasilkan oleh Instalasi Pengolahan Data Pusat.

Jaringan Komunikasi Data yang diperlukan dapat menggunakan beberapa opsi sebagai berikut :

VPN – Virtual Private Network merupakan layanan jaringan komunikasi data yang memungkinkan area

Instalasi Pengolahan Data Pusat dan Instalasi Pengolahan Data Regional secara virtual menjadi satu area.

Tidak ada dikotomi pengolahan data pusat dan regional. Dengan fasilitas VPN ini secara psikologis tidak

ada batasan antara pengolahan data pusat dan regional. Private menggambarkan tingkat keamanan

pengolahan data dan pengaksesan informasi hanya dapat dilakukan oleh entitas entitas yang terhubung

oleh Jaringan VPN tersebut. Media penghubung VPN dapat berupa coaxial cable, fiber optic cable,

wireless broadband access maupun satellite access.

LS – Leased Lines Network merupakan layanan jaringan komunikasi data yang menghubungkan antar

entitas dalam konfigurasi sistem informasi sehingga memungkinkan terjadinya pengolahan data secara on-

line. Pada situasi ini pihak Instalasi Pengolahan Data Pusat terintegrasi langsung dengan regional.

Sehingga memungkinkan regional mengakses data dan informasi dari Instalasi Pengolahan Data Pusat

maupun sebaliknya pihak Instalasi Pengolahan Data Pusat dapat langsung mengambil mengakses data

yang telah di capture regional.

IPN – Internet Protocol Network merupakan layanan jaringan komunikasi data yang memanfaatkan

jaringan protokol internet. Dari segi biaya operasional layanan komunikasi data ini relatif lebih murah

Page 62: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

dibandingkan dengan VPN dan LS. Namun karena layanan internet merupakan layanan publik terbuka

untuk umum maka tingkat keamanan pengolahan data maupun pendistribusian informasi memerlukan

perangkat tambahan agar faktor keamanan data lebih memadai.

GPRS – IP Network merupakan layanan jaringan komunikasi data yang mengkombinasikan manfaat

General Packet Radio Servicesdengan Internet Protocol. Penggunaan fasilitas GPRS memungkinkan EDC

melakukan transmit data ke host server komputer dengan cepat. Host sesegera mungkin mengolah data

dan mendistribusikan informasi hasil pengolahan data via Internet Protocol.

2.3.6 Tinjauan Standardisasi Kebutuhan Sistem Informasi Dalam Pelayanan Masyarakat

Selaras dengan meningkatnya kebutuhan, suatu sistem informasi berbasis web dituntut untuk lebih responsip

melayani setiap permintaan data transaksi. Sedangkan proses pengolahan data transaksi dapat saja

dilaksanakan di Instalasi Pengolahan Data Pusat maupun di Instalasi Pengolahan Data Regional. Guna

memenuhi permintaan pengguna, kecepatan dan ketepatan untuk segera beralih dari suatu server ke server

lain dalam pengolahan data on-line menjadi begitu esensi. Layanan perpindahan pengolahan data dari suatu

Intranet Regional ke pusat pusat pengolahan data online berbasis internet ditangani oleh Exchange Web

Service .

Penerapan Exchange Web Service secara sederhana dapat melalui manajemen pengolahan data seperti

diilustrasikan dalam Gambar berikut:

Gambar 2-32 KonfigurasiExchange Web Service dalam suatu Jaringan Lokal

2.4 Tinjauan Mekanisme Koordinasi Stakeholder/Instansi Antar Departemen

2.4.1 Pola Koordinasi Pemerintah Pusat dan Daerah

Sistem desentralisasi telah mengubah pola pembangunan yang sebelumnya lebih banyak ditentukan oleh

kebijakan pusat. Saat ini, pemerintah pusat hanya memiliki kontribusi sebesar 40% terhadap keberhasilan

Page 63: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

pembangunan, sementara sisanya dimiliki oleh pemerintah daerah. Kewenangan yang luas kepada daerah ini

memerlukan koordinasi dan pengaturan untuk lebih mengharmoniskan dan menyeleraskan pembangunan.

Tuntutan untuk diterapkannya demokratisasi menjadi sesuatu yang wajib dilaksanakan mulai dari pusat

kekuasaan sampai ke daerah. Tuntutan tersebut akhirnya sampai pada keinginan untuk mereformasi

kelembagaan negara mulai dari pusat sampai ke daerah agar menjadi lebih demokratis sebagaimana keinginan

dari paradigma baru dalam kehidupan bernegara.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diamandemen sebanyak empat kali telah terjadi berbagai

perubahan terhadap komposisi daripada lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara dimana keberadaan

Lembaga Tertinggi Negara ditiadakan sehingga yang ada hanyalah Lembaga-Lembaga Negara. Dalam Undang-

Undang Dasar 1945 hasil amandemen tersebut dikatakan bahwa susunan dan kedudukan dari lembaga-

lembaga tersebut akan ditetapkan dalam Undang-Undang tersendiri. Sebagai tindak lanjut daripada ketetapan

tersebut, maka dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan

Majelis Permusayawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Selain itu karena tuntutan reformasi pula sejak tahun 1999 pemerintah telah pula mengeluarkan kebijakan

otonomi daerah dengan dikeluarkannya UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Dearah yang kemudian

diganti dengan UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Keluarnya berbagai kebijakan ini tentunya akan menimbulkan berbagai implikasi. Salah satunya adalah

bagaimana koordinasi diantara lembaga-lembaga negara tersebut dan bagaimana koordinasi antara

pemerintah pusat dengan unit-unit pemerintahan lokal sebagai suatu organisasi negara.Koordinasi merupakan

suatu “usaha yang dilaksanakan untuk menyelaraskan aktifitas antara antar satuan organisasi dan tugas antar

pejabat dalam organisasi” (Kaho;1991;221)

Dalam organisasi pemerintahan negara, satuan organisasi tersebut adalah lembaga-lembaga yang berada

dalam struktur organisasi negara. Seiring dengan budaya manusia, fungsi dan peran yang dijalankan oleh

pemerintah makin lama makin banyak. Kelompok-kelompok kecil manusia berkembang menjadi kelompok

yang lebih besar dan tersebar dalam kawasan yang lebih luas.

Berdasarkan tataran ekademik dan empirik suatu negara dengan penduduk yang besar dan wilayah luas akan

selalu membentuk organisasi pemerintahan yang besar pula, baik secara horisontal dengan membentuk

lembaga-lembaga negara maupun secara vertikal dengan menbentuk unit-unit pemerintahan lokal.

2.4.2 Pola Koordinasi Antar Instansi/Departemen

Beberapa sisi koordinasi antar departemen yang harus ditingkatkan: (Bintoro Tjokroatmodjo):

Page 64: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Koordinasi antar Departemen mengenai substansi kegiatan usaha yang saling berkaitan.Kegiatan-kegiatan

substantif diperlu dilakukan dan oleh unit Departemen/Lembaga. Dalam hal tersebut diusahakan

Departemen/Lembaga yang dilihat dari sudut kewenangannya paling besar bertanggung jawab atas

penanganan program.

Tujuan usaha pembangunan tersebut menjadi koordinator. Disini masalah level- otoritas juga menjadi

penting, kecuali memperhatikan jadwal waktu penyelesaian kegiatan usaha dari masing-masing unit

Departemen/Lernbaga yang menangani agar terselenggara koordinasi dalam waktu singkat.

Segi koordinasi dalam tingkat pengambilan keputusan yaitu koordinasi pada tingkat pusat, tingkat

regional/daerah dan tingkat lokal (pada lokasinya). Keputusan-keputusan d.ari berbagai tingkat ini perlu

konsisten dan memberikan arah dan ped.oman yang jelas pada tingkat ya.ng lebih bawah. Tingkat yang

lebih atas bersifat kebijaksanaan-kebijaksanaan dari tingkat yang lebih bawah koordinasi lebih bersifat

operasional. Dalam hal ini termaksuk pula koordinasi yang bersifat bimbingan dan koordinasi yang bersifat

teknis operasional. Masalah tersebut juga berkaitan dengan masalah kewenangan-kewenangan tingkat

pemerintahan tertentu, misalnya hubungan antara pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Koordinasi

pada tingkat operasional yang lebih bawah refatif lebih menghadapi masalah, karena kepentingan-

kepentingan pada tingkat lokal lebih terasa. Kecuali itu mengalirnya arus secara terkoordinir ketingkat

bawahan sering mengalami distorsi. Hal ini memerlukan perhatian khusus untuk penanggul angannya.

Koordinasi antar Departemen adalah koordinasi dalam proses usaha, yaitu koordinasi pada tingkat

perencanaan programming, pelaksana pengendalian dan pengawasanya.Biarpun pada semua tingkatan

proses adalah penting, koordinasi pada tingkat perencanaan dan penganggaran seringkali bersifat

menentukan. Koordinasi- perencanaan yang baik pada tingkat itu fasilitatif terhadap terselenggaranya

koordinasi pada tingkat-tingkat selaniutnva. Koordinasi pada tingkat pelaksanaan operasional memerlukan

kejelasan mengenai batasan-batasan ruang lingkup kewenangan masing-masing. Namun demikian jangan

terlalu ketat, seharusnya terdapat ruang-ruang untuk penyesuaian-penyesuaian.Koordinasi pengendalian

dan pengawasan sering dipakai satu sistem pengendalian, pelaporan dan pengawasan yang dapat dipakai

oleh semua. Departemen yang terlibat. Disini diperlukan pengembangan pada semua tingkat proses

usaha, tolok ukur pelaksanaan kegiatan dan standar- standar pelaksanaan.

Koordinasi menghendaki suatu orientasi bahwa tujuan kegiatan usaha masing-masing bersama

pembangunan bidang tertentu. Dalam hal ini seringkali terlihat bahwa masalah muncul sehingga tindakan

penyelesaian masalah manajerial diperlukan, kecuali pembagian kewenangan atau sistem koordinasi yang

jelas. Memang koordinasi dalam arti penyerasian tidak hanya mengandung unsur struktur tetapi juga

aspek perilaku dan komunikasi. Mengenai hal-hal tertentu apabila masalah kesamaan tingkat atau

pangkat menjadi penghambat komunikasi koordinasi, kebijaksanaan pengarahannya dapat diusahakan

dari tingkat kewenangan

Namun demikian tetap suatu pengembangan mekanisme koordinasi adalah daya dongkrak (leverage) bagi

terselenggaranya koordinasi yang baik. Mengenai koordinasi antar d epartemen ini perlu terus dipikirkan

Page 65: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

berbagai variasi mekanisme koordinasi yang telah diusahakan di Indonesia.Selayaknya diperhatikan bahwa

pengembangan pola-pola tersebut hendaknya di maksimalkan.Kegiatan usaha pembangunan dalam pola-pola

yang terlalu terstruktur. Hal ini akan menghambat pelaksanaan kegiatan usaha-usaha.

2.5 Tinjauan Pendekatan Sosial Kemasyarakatan

2.5.1 Komunikasi Publik dan Social Marketing

Komunikasi publik dan social marketing dapat dipertemukan melalui dua jalur yaitu public communication of

public interest dan involving public (“Public Communication Campaigns, Ronald E. Rice and Charles K. Atkin,

2000).Jadi keduanya merupakan upaya komunikasi publik dalam menyuarakan kebutuhan masyarakat dan

sifatnya melibatkan masyarakat.Keduanya tidak terpisahkan dan saling mempengaruhi.

Mengapa upaya menyampaikan gagasan untuk mengubah perilaku masyarakat kerap kali kurang berhasil, atau

bahkan gagal?Salah satu penyebab, adalah gagalnya organisasi dalam melakukan komunikasi publik atau, bisa

jadi gagasan organisasi tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat. Menurut pakar komunikasi, Effendi

Ghazali, masalah komunikasi publik dan pemasaran sosial di Indonesia pada umumnya disebabkan karena:

a. Publik kurang dianggap penting di Indonesia, dan akhirnya komunikasi publik kurang berkembang. Publik

selama ini lebih diwakili oleh sekelompok orang dalam aksi demo

b. Media massa sedang ada di masa transisi dari sistem otoriter ke libertarian

c. Komunikasi publik sering tercampur dengan sosialisasi

d. Pemasaran sosial sering tercampur dengan kehumasan. Pada akhirnya, dibutuhkan sebuah proses yang

cukup panjang agar semua proses “belajar” masyarakat berjalan lancar

2.5.2 Manajemen Perubahan Dalam Kehidupan Kemasyarakatan

Adanya pengetahuan dan wawasan baru yang diperoleh melalui proses pemberian informasi yang

berhubungan dengan pelaksanaan sistem distupakan mendorong terjadinya perubahan-perubahan sosial.

Namun agar perubahan yang terjadi dalam masyarakat pedesaan dapat memberikan kontribusi yang positip

bagi pembangunan nasional, maka pemerintah perlu memikirkan sosok “Agent Of Social Change” yang mampu

mengarahkan perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat pedesaan ke arah patisipasi positip bagi

keberhasilan pembangunan daerah. Pentingnya agen perubahan sosial ini sesuai dengan kondisi masyarakat

pedesaan yang cenderung sulit menerima atau menerjemahkan informasi dari media massa secara langsung.

Masyarakat pedesaan akan lebih memahami isi pesan yang disamapaikan secara tatap muka oleh figur yang

berpengaruh di masyarakatnya.

2.5.2.1 Pengertian Agen Perubahan

Agen perubahan (change agents) adalah sejumlah orang-orang yang mempelopori, menggerakkan dan

menyebarluaskan proses perubahan dalam usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat. Rogers dan

Page 66: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Shoemakers mengartikan agen perubahan sebagai professional yang mempengaruhi putusan inovasi klien

menurut arah yang diinginkan oleh lembaga perubahan (Nasution, 1996:114). Sedangkan Havelock

berpendapat agen perubahan adalah seseorang yang membantu terlaksanya perubahan sosial atau suatu

difusi inovasi yang berencana. Dengan kata lain, agen perubahan adalah mereka yang sehari-hari bekerja

sebagai perencana pembangunan hingga para petugas lapangan pertanian, pamong, guru, dan penyuluhan

lainya.

2.5.2.2 Kualifikasi Agen Perubahan

Kualifikasi dasar agen perubahan menurut Duncan dan Zaltman merupakan tiga yang utama di antar banyak

kompetensi yang mereka miliki (Nasution, 1996: 114) yaitu:

1. Kualifikasi teknis, yakni kompetensi dalam tugas spesifik dan proyek perubahan itu.

2. Kemampuan administratif, yakni kemauan untuk mengalokasikan waktu untuk persoalan-persoalan yang

lebih rumit.

3. Hubungan antar pribadi. Suatu sifat yang paling penting adalah empati, yaitu kemampuan seseorang

untuk mengidentifikasikan diri dengan orang lain, berbagai akan perspektif dan perasaan mereka dengan

seakan-akan mengalaminya sendiri.

2.5.2.3 Peran Agen Perubahan

Peran agen perubahan dapat dikelompokkan sebagai berikut (Nasution,1992:70-73):

- Peran yang Manifes

Peranan yang manifest adalah peran yang kelihatan “di permukaan” dalam hubungan antara agen

perubahan dengan kliennya, dan merupakan peran yang dengan sadar dipersiakan sebelumnya.

Peranan yang manifest dari agen perubahan dapat dilihat dalam tiga perspektif, yaitu sebagai penggerak,

perantara, dan penyelesai (accomplisher).

- Peran yang Laten

Peran yang laten merupakan peran yang timbul dari “arus bawah” yang memberi petunjuk bagi si agen

dalam mengambil tindakan. Hampir semua peranan yang manifest dari agen perubahan yang disebutkan

mempunyai pasangan yang bersifat laten. Ini berarti selain fungsi-fungsi yang kelihatan secara nyata, agen

perubahan juga memilki fungsi-fungsi yang laten yaitu :

- Sebagai pengembang kepemimpinan

- Sebagai penganalisa

- Sebagai pemberi informasi

- Sebagai penghubung

- Selaku organizer

- Selaku reinforcer

Page 67: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

2.5.2.4 Tugas dari Agen Perubahan

Suatu usaha perubahan sosial yang berencana tentu ada yang memperkarsainya.Prakarsa itu dimulai sejak

menyusun rencana, hingga memepelopori pelaksanaanya.Bila kita lihat dalam suatu masyarakat yang

melaksanakan pembangunan sebagai suatu perubahan sosial yang berencana, maka lembaga-lembaga

perubahan (change agencies) tersebut adalah semua pihak yang melaksanakan pembangunan itu sendiri.

Rogers dan Shoemaker menggariskan bahwa setidaknya ada tujuan tugas utama agen perubahan dalam

melaksanakan difusi inovasi, yakni:

- Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan;

- Membina suatu hubungan dalam rangka perubahan (change relationship);

- Mendiagnosa permaslahan yang dihadapi oleh masyarakat;

- Menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien;

- Menerjemahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata;

- Menjaga kestabilan perubahan dan mencegah terjadinya drop-out;

- Mencapai suatu terminal hubungan.

Langkah-langkah pelaksanaan tugas tersebut dapat dilihat dalam diagram berikut:

Gambar 2-33 Pertahapan Langkah Agen Perubahan

Bagi seorang agen perubahan, dalam mendifusikan inovasi penting sekali menyelaraskan langkah-langkah

kegiatannya dengan tahap-tahap yang dilalui oleh klien dalam proses penerimaan suatu inovasi, yaitu sebagai

berikut:

Page 68: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Gambar 2-34 Proses penerimaan suatu inovasi

2.5.3 Teori Adopsi Difusi Inovasi

Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan

(dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem

sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an

innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social sistem.” Lebih

jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan

penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi menyangkut

“which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.”

2.5.3.1 Pengertian Adopsi Difusi Inovasi

Proses adopsi merupakan proses-proses yang terjadi sejak pertama kali seseorang mendengar hal yang baru

sampai orang tersebut mengadopsi (menerima, menerapkan, menggunakan) hal yang baru tersebut. Adopsi

adalah suatu keputusan untuk memamfaatkan sepenuhnya suatu ide baru (inovasi) dimana keputusan ini

merupakan jalan terbaik darin tindakan tindakannya.

Kategori adopters yang mengadopsi suatu inovasi adalah klasifikasi anggota sistem sosial berdasarkan

innovativeness yang didasari juga oleh waktu relatif yang dibutuhkan untuk mengadopsi suatu inovasi.

Page 69: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru

(Effendy: 2003:284).

Inovasi adalah suatu ide, karya, atau objek yang dianggap baru oleh seseorang. Ciri-ciri inovasi yang dirasakan

para anggota suatu sistem sosial menentukan tingkat adopsi (Ardianto, 2004:63) :

- Relative advantage (keuntungan relatif)

- Compatibility (kesesuaian)

- Complexity (kerumitan)

- Trialability (kemungkinan dicoba)

- Observability (kemungkinan diamati)

2.5.3.2 Unsur-unsur Difusi Inovasi

Unsur-unsur difusi ide (Effendy 2003:284) adalah:

- Inovasi

- Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu

- Dalam jangka waktu tertentu

- Di antara anggota suatu sistem sosial

2.5.3.3 Atribut Adopsi Difusi Inovasi

Dalam pandangan masyarakat yang menjadi klien dalam penyebarserapan inovasi, ada lima atribut yang

menandai setiap gagasan atau cara-cara baru yang dimaksud, yaitu (Nasution, 1996: 112):

1. Keuntungan-keuntungan relative (relative advantages); yaitu apakah cara-cara atau gagasan baru ini

memeberikan sesuatu keuntungan relative bagi mereka yang kelak menerimanya.

2. Keserasian (compatibility); yaitu apakah inovasi yang hendak didifusikan itu serasi dengan nilai-nilai,

sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan sebelumnya, kebutuhan selera, adat-

istiadat, dan sebagainya dari masyarakat yang bersangkutan.

3. Kerumitan (complexity); yakni apakah inovasi tersebut dirasakan rumit. Pada umumnya masyarakat tidak

atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit, sebab selain sukar untuk dipahami, juga cenderung

dirasakan merupakan tambahan beban yang baru.

4. Dapat dicobakan (trialability); yaitu bahwa suatu inovasi akan lebih cepat diterima, bila dapat dicobakan

dulu dalam ukuran sebelum orang terlanjur menerimanya secara menyeluruh. Ini adalah cerminan prinsip

manusia yang selalu ingin menghindari suatu resiko yang besar dari perbuatnnya sebelumnya “nasi

menjadi bubur”.

5. Dapat dilihat (observability); jika suatu inovasi dapat disaksikan dengan mata, dapat terlihat langsung

hasilnya, maka orang akan lebih mudah untuk memepertimbangkan untuk menerimanya, ketimbang bila

Page 70: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

inovasi itu berupa sesuatu yang abstrak, yang hanya dapat diwujudkan dalam fikiran, atau hanya dapat

dibayangkan.

2.5.3.4 Tahap-tahap Penerima Inovasi

Rogers dan Shoemaker (1971) mengelompokkan masyarakat penerima menjadi lima lapisan yaitu

(Severin,2005:250):

1. Innovator, yakni berani mengambil risiko, bersemangat untuk mencoba ide-ide baru, mempunyai

hubungan yang lebih cosmopolitan atau mendunia daripada rekan-rekan sesamanya.

2. Pengadopsi Dini (early adopters), yaitu orang-orang yang berpengaruh, tempat teman-teman sekelilingnya

memeperoleh informasi, dan merupakan orang-orang yang lebih maju dibanding orang sekitarnya.

Memiliki ciri-ciri: tempat yang terhormat, biasanya tingkat pimpinan opini yang tertinggi dalam sistem

sosial.

3. Mayoritas dini (early majority), yaitu orang-orang yang tenag dan berhati-hati, sering berinteraksi dengan

sesamanya namun jarang memegang posisi kepemimpinan utama.

4. Mayoritas belakangan (late majority), yakni orang-otang yang baru bersedia menerima suatu inovasi

apabila menurut penilaiannya semua orang sekelilingnya sudah menerima atau orang-orang skeptis,

sering mengadopsi inovasi karena kebutuhan ekonomi atau tekana jaringan kerja yang meningkat.

5. Laggards, yaitu lapisan yang paling akhir dalam menerima suatu inovasi memiliki ciri-ciri yaitu tradisional,

paling lokalit (localite), banyak yang hampir terpencil titik acuannya adalah masa lalu.

Dalam penerimaan suatu inovasi, biasanya seseorang memalui sejumlah tahapan yang disebut tahap putusan

inovasi (Nasution, 1996:113), yaitu:

• Tahap Pengetahuan. Tahap dimana seseorang sadar, tahu, bahwa ada suatu inovasi

• Tahap Bujukan. Tahap ketika seseorang sedang mempertimbangkan, atau sedang membentuk sikap

terhadap inovasi yang telah diketahuinya tadi, apakah ia menyukainya atau tidak.

• Tahap Putusan. Tahap dimana seseorang membuat putusan apakah menerima atau menolak inovasi

yang dimaksud.

• Tahap Implementasi. Tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya mengenai

sesuatu inovasi.

• Tahap pemastian. Tahap seseorang memastikan atau mengkomunikasikan putusan yang telah

diambilnya tersebut.

2.5.4 Komunikasi Kelompok

Secara umum dapatdiketahui bersama bahwa kelompok tidak bisa dipisahkan dari komunikasi antar

anggotanya. Banyak manfaat positif jika individu bergabung dalam suatu kelompok, salah satunya saja adalah

sebagai media penyelesaian masalah, share ilmu pengetahuan, ataupun sebagai status sosial. Sebelum masuk

Page 71: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

lebih jauh tentang fungsi dari komunikasi kelompok ini, dalam sub bab berikutnya akan dibahas mengenai apa

itu komunikasi kelompok dan definisinya.

2.5.4.1 Pengertian Komunikasi Kelompok

Kelompok terdiri dari dua atau lebih individu yang saling bergantung dan berinteraksi antara satu dengan lain

dan dengan tujuan menjalankan sesuatu aktivitas untuk mencapai tujuan dari kesepakatan (Lubis, 2007: 112).

Menurut Carl E. Larson dan Calvin A. Golberg, komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan

terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah

laku individu dalam diskusi kelompom tatap muka yang kecil (Lubis, 2007: 118).

Menurut Elwood Murray, komunikasi kelompok dapat dikatakan sebagai suatu disiplin karena komunikasi

kelompok itu mempunyai ruang lingkup, menunjukkan kemajuan dalam pengembangan teori serta

mempunyai metodologi riset, kritik dan penerapan (Lubis, 2007: 119).

Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa sedikit (komunikasi kelompok kecil) dan bisa banyak

(komunikasi kelompok besar).Jadi, pengkategorian kelompok kecil dan besar tergantung dari jumlah kelompok

pesertanya.

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok

“kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon

(dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga

orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan

masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain

secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi

tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk

mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari

kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi,

kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu

keputusan.Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi.Karena itu kebanyakan teori

komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

2.5.4.2 Fungsi Komunikasi Kelompok

Harold D. Laswell merincikan fungsi komunikasi kelompok (Lubis, 2007:127) yaitu

1. Penjajakan lingkungan

2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpindah dari masyarakat untuk menanggapi lingkungan, dan

Page 72: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya

2.5.4.3 Karakteristik Proses Komunikasi Kelompok

Didalam komunikasi kelompok, terdapat karakteristik yaitu (Nasution, 1990:27):

- Komunikasi kelompok merupakan suatu proses sistematik

Proses itu terjadi dalam suatu sistem. Komponen-komponen dari sistem yang dimaksud adalah : konteks-

situsional, pesan, penerima, dan pola interaksi yang muncul ketika suatu kelompok berkomunikasi. Untuk

memahami pesan-pesan atau pola interaksi tersebut, haruslah dipahami sikap, nilai-nilai, dan keyakinan

komunikator, konteks di mana kelompok yang bersangkutan berkomunikasi, orientasi kultural dan

linguistik kelompok, dan serangkaian faktor psikologis.

- Komunikasi kelompok adalah bersifat kompleks. Kompleksitas itu disebabkan oleh:

• Dimensi sistematik yang memepengaruhi komunikasi kelompok berfungsi secara simultan. Jadi ketika

seseorang berkomunikasi dalam kelompok, maka kebudayaanya, situasi dan tatanan psikologis,

semuanya berinteraksi dan memberi saham diskusi yang berlangsung.

• Pengaruh dari faktor-faktor tersebut bila kita berinteraksi. Suatu saat mungkin sikap mental kita

paling berpengaruh dalam arus komunikasi, di saat selanjutnya mungkin konteks atau sejumlah tradisi

kultural atau ritual yang mendominasi interaksi yang berlangsung saat itu.

- Komunikasi kelompok adalah bersifat dinamik

Komunikasi kelompok dapat dirumuskan sebagai suatu persepsi bersama, motivasi, dan pencapaian

tujuan.Namun begitu, sifat esensial komunikasi kelompok adalah interdepedensi. Anggota kelompok

adalah saling memepengaruhi satu sama lain, dan juga sampai derajat tertentu saling mengontrol atau

menegendalikan.

2.5.4.4 Ruang Lingkup Komunikasi Kelompok dengan Komunikasi Antar Pribadi

Menurut sifatnya, komunikasi antar personal dibedakan menjadi dua yakni komunikasi diadik (dyadic

communication) dan komunikasi kelompok kecil (small group communication). Komunikasi diadik adalah suatu

proses komunikasi yang berlangsung anatar dua orang dalam situasi tatap muka yang dilakukan melalui tiga

bentuk percakapan, wawancara dan dialog. Adapun komunikasi kelompok kecil adalah proses komunikasi yang

berlangsung anatar tiga orang atau lebih secara tatap muka dengan anggota-anggotanya yang saling

berinteraksi satu sama lain.

Antara komunikasi kelompok dengan komunikasi antar pribadi sebenarnya tidak perlu ditarik garis pemisah.

Kedua bidang ini ternyata saling tumpang tindih dan banyak situasi tatap muka yang dapat diungkapkan dalam

berbagai cara sesuai dengan perhatian dan tujuan si pengamat.

Page 73: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Di dalam komunikasi kelompok, kerap juga terjadi komunikasi antar pribadi.Dimana di dlama situasi komuniasi

kelompok, kemungkinan terjadinya komunkasi antar pribadi sangat besar.Misalnya komunikasi antar pribadi

antara komunikator dengan salah satu khalayak dalam suatu kelompok ketika melakukan diskusi (Lubis,

2007:137-139).

2.5.5 Komunikasi Antar Pribadi

Setelah dijelaskan mengenai komunikasi kelompok (pengertian, tujuan, dan komponen) selanjutnya akan

membahas mengenai komunikasi antar pribadi. Komunikasi ini sangat penting dalam kegiatan implementasi

sistem pendistribusian secara tertutup LPG tertentu pada tahun 2012 terutama ketika menemui beberapa

stakeholder yang terkait baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah.

2.5.5.1 Pengertian dan Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi merupakan proses pengiriman pesan-pesan dua orang atau di anatar sekelompok

kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (Devito, 2001 : 4).

Berdasarkan defenisi diatas, komunkasi antarpribadi dapat beralngsung anatara dua orang yang memang

sedang berdua-duaan atau antara dua orang dalam suatu pertemuan, misalnya anatar penyaji makalah dengan

salah seorang peserta suatu seminar.

Ciri-ciri komunikasi antar pribadi dapat dirumuskan sebagai berikut (Liliweri, 1991:14-19):

- Komunikasi antar pribadi biasanya terjadi secara spontan dan sambil lalu;

- Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu;

- Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas

yang jelas;

- komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja;

- komunikasi antar pribadi seringkali berlangsung berbalas-balasan;

- komunikasi antar pribadi menghendaki paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan

suasana yang bebas, bervariasi, adanya pengaruh;

- komunikasi antar pribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil;

- komunikasi antar pribadi menggunakan lambang-lambang bermakna.

2.5.5.2 Sifat-sifat Komunikasi Antar Pribadi

Definisi komunikasi antar pribadi memberikan tekanan terhadap kebebasan dalam mengembangkan konsep

komunikasi antar pribadi berdasarkan situasi.

Di dalam komunikasi antar pribadi terdapat tujuh sifat (Liliweri, 1991:31) yaitu:

1. Melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan nonverbal

Page 74: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Jika diperhatikan dengan sunguh-sunguh maka setiap hati sebenarnya setiap orang dalam berkomunikasi

antar pribadi telah melaksanakan pengiriman pesan-pesan yang bersifat verbal maupun nonverbal.

Goffman (1971) dan de Lozier (1976) Little John (1978); merinci perilaku verbal tersebut atas:

- Bahasa jarak atau proksemik, yaitu studi yang memeplajari posisi tubuh dan jarak tubuh (ruang antar

tubuh) sewaktu orang berkomunikasi antar persona.

- Bahasa gerak anggota tubuh atau kinesik, yaitu studi yang memepelajari gerakan-gerakan anggota

tubuh. Contohnya penampilan fisik, sikap tubuh dan cara berjalan, ekspresi wajah, kontak mata dan

lain-lain.

2. Perilaku yang terletak antara verbal dan non verbal yang disebut paralinguistic, yaitu studi tentang

penggunaan suara dan vokalisasi (misalnya intonasi dan kecepatan berbicara, dan lain-lain).

Perilaku verbal dan nonverbal yamg memiliki/mendukung pesan dapat menghasilkan suatu suasana yang

menunjukkan erat tidaknya hubungan antara dua orang (dekat atau jauhnya jarak sosial).

3. Melibatkan pernyataan atau ungkapan yang spontan, scripted (tertulis), dan contrived (dipersiapkan)

Ketika berkomunikasi dengan sesamanya umumnya ia harus mempertimbangkan secara pasti setiap

perilakunya sendiri. Bentuk perilaku yang pertama adalah yang bersifat spontan.Perilaku seperti ini dalam

suatu komunikasi antar pribadi dilakukan secara tiba-tiba, serta merta untuk menjawab sesuatu

rangsangan dari luar tanpa terpikir telebih dahulu.

Bentuk perilaku yang kedua adalah yang bersifat scripted. Reaksi dari emosi terhadap pesan yang diterima

jika pada taraf yang terus menerus membangkitkan suatu kebiasaan anda untuk belajar, dan akhirnya

perilaku ini dilakukan karena dorongan faktor kebiasaan. Bentuk perilaku contrived merupakan perilaku

yang sebahagian besar didasarkan pertimbangan kognitif.

4. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang dinamis

Sifat yang ketiga dari komunikasi antar pribadi adalah sifat yang terlihat sebagai proses yang berkembang,

gambaran mana menunujukkan bahwa komunikasi antar pribadi sebenarnya tidaklah statis melinkan

dinamis.

Kejadian seperti ini menyakinkan bahwa suatu proses dalam komunikasi antar pribadi terus berkembang,

semakin hidup karena perkenalan telah memasuki pertambahan kognisi pihak lain; kemudian

perasaan/afektifnya dan pada gilirannya akan terlihat dalam perilaku verbal dan nonverbal.

5. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan

dengan yang lain sebelumnya)

Umpan balik dalam komunikasi antar pribadi dilihat dalama keberhasilan interaksi dalam komunikasi antar

pribadi mengandalkan suatu perubahan dalam sikap, pendapat, dan pikiran, perasaan dan minat maupun

Page 75: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

tindakan tertentu. Ada lima hal yang harus diketahui dalam interaksi terhadap sesama, yaitu: (1) dengan

siapa individu mengadakan hubungan; (2) seberapa sering, eratnya maupun renggangnya hubungan

tersebut; (3) bagaimana status dan peranan individu di dalam lingkungan kerja maupun lingkungan

pribadi; (4) bagaimana ikatan-ikatan dengan organisasi sosial maupun politik anggota kelompoknya; (5)

pertemuan-pertemuan apa yang dihadiri oleh individu-individu dalam kelompok yang diteliti.

Dipandu dengan tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik Dengan intrinsic dimaksudkan adalah

suatu standart dari perilaku yang dikembangkan oleh seorang sebagai pandu bagaimana mereka

melaksanakan komunikasi. Dengan ekstrinsik dimaksudkan dengan adanya standard atau tata aturan lain

yang ditimbulkan karena adanya pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi sehingga

komunikasi antar manusia harus diperbaiki atau malah dihentikan.

6. Menunjukkan adanya suatu tindakan

Sifat keenam dari komunikasi antar pribaadi adalah harus adnya sesuatu yang dibuat oleh mereka yang

terlibat dalam proses komunikasi itu. Jadi kedua pihak harus sama-sama mempunyai kegiatan, aksi

tertentu sehingga tanda bahwa mereka memang berkomunikasi.

7. Merupakan komunikasi yang persuasif

Sifat terakhir dari komunikasi antar pribadi yang penting adalah adanya; persuasi, Sunarjo (1983) dari

pelbagai sumber menyebutkan persuasi tidak lain merupakan teknik untuk memepengaruhi manusia

dengan memanfaatkan/menggunakan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikan yang

hendak dipengaruhi dengan demikian persuasi bukan merupakan pembujukan terhadap seseorang

ataupun suatu kelompok untuk menerima pendapat yang lain.

2.5.5.3 Proses Komunikasi Antar Pribadi

Di dalam proses komunikasi antar pribadi hal yang penting dalam tahapan-tahapan menyampaikan pesan yaitu

(Devito, 2001:232):

a. Opening, meliputi pada tahap awal di dalam suatu percakapan biasanya beberapa jenis dari

pembukaan suatu percakapan. Misalanya menyebutkan kata “Hi, Apa Kabar?”. Auatu pesan dianatara

koneksi dua orang dan suatu pesan dalam membuka saluran untuk memeperoleh suatu keuntungan

agar meningkatnya saling penegertian. Salam pembuka tidak hanya dalam bentuk verbak tetapi juga

dapat dalam bentuk nonverbal seperti senyuman, ciuman, atau bersalaman.

b. Feedforward meliputi pada tahap kedua dalam suatu percakapan, dimana seseorang akan

menyiapkan informasi sebelum pesan utama disampaikan. Biasanya dalam bentuk basa-basi. Selain

itu memperkenalkan diri merupakan pada tahap ini.

Page 76: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

c. Business, tahap ketiga dalam suatu percakapan, dimana yang dilakukan pada tahap ini biasanya

digunakan dalam memepertegas maksud dan tujuan dari pesan. Misalnya mengajari, meneceritakan,

mempengaruhi, mencoba.

d. Feedback, tahap keempat dalam suatu percakapan, kamu akan menerima signal atau umpan balik

akan percakapan yang telag kamu lakukan. Hal ini agar mengetahui pemahan akan pesan yang telah

diberikan.

e. Closing, tahap kelima dal suatu percakapan, tahap penutup, memeberikan ucapan seperti kesimpulan,

ucapan terima kasih dan lain-lain. Proses dalam menyebarkan inovasi baru agar tercapai

keefektifannya, sangat diperhatikan proses dalam komunikasi antar pribadi dengan warga masyarakat

seperti yang semestinya, seorang penyuluh dituntut untuk memperhatikan hal-hal yang sebagai

berikut (Nasution, 1990: 22):

f. Kemampuan empati, dimaksudkan sebagai kemampuan penyuluh untuk menempatkan dirinya pada

posisi warga masyarakat yang dibinanya. Dengan kemampuan itu, penyuluh harus mengusahakan

memandang persoalan dari kacamata warga masyarakat, dab bukan sekedar dari sudut tinjau seorang

petugas. Pada langkah pertama diharapkan sudah menghindari suatu hambatan yang paling umum

terjadi dalam berkomunikasi dengan masyarakat yang paling umum terjadi, yaitu; karena biasanya

seorang penyuluh berikut ide-idenya pertama-tama dirasakan sebagai sesuatu yang asing bagi

khalayak.

g. Menciptakan situasi homophily dengan khalayak

Menciptakan suasana yang homophily berarti membangun suatu suasana hubungan yang secara

komunikasi disebut akrab. Maksudnya dalam berkomuniksi dengan khalayak, si penyuluh dirasakan

sama atu setara dengan khalayak yang dihadapinya. Dengan kata lain, penyuluh tidak lagi dirasakan

sebagai seseoarnga yang berbeda dengan mereka. Menurut Rogers and Shoemaker (1971), homophily

merupakan tingkat dimana pasangan individu yang berinteraksi mempunyai kesamaan atribut

tertentu seperti keyakinan, nilai-nilai, pendidikan, status sosial, dan sebagainya.

h. Menegakkan keserasian (kompatibilitas) program yang dijalankan dengan kebudayaan masayarkat

setempat Agar suatu program dapat diterima di tengah masyarakat, maka harus pula diusahakan

terciptanya keserasian program dimaksud dengan kebudayaan masayaralat yang bersangkutan. Jika

masyarakat tidak merasakan keserasian antar budaya hidup mereka dengan apa yang ditawarkan oleh

penyuluh, maka sukar bagi masyarakat tersebut untuk dapat menerima program tersebut dengan

menjadikannya bagian kehidupan mereka sehari-hari.

Page 77: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

BAB 3GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN MALANG

Kabupaten Malang adalah sebuah kabupaten di PropinsiJawa Timur, Indonesia. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 18 Tahun 2008, Kota Kepanjen ditetapkan sebagai ibu Kota Kabupaten Malang yang baru.

Kota Kepanjen saat ini sedang berbenah diri agar nantinya layak sebagai ibu Kota kabupaten. Kabupaten ini

berbatasan langsung dengan Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto, Kota Batu, dan Kabupaten Pasuruan

di utara, Kabupaten Lumajang di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Blitar dan Kabupaten

Kediri di barat. Sebagian besar wilayahnya merupakan pegunungan yang berhawa sejuk, Malang dikenal

sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama di Jawa Timur.

Kondisi Geografis

Kabupaten Malang terletak pada 112 035`10090`` sampai 112``57`00`` Bujur Timur 7044`55011`` sampai

8026`35045`` Lintang Selatan. Kabupaten di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan dan

Kabupaten Mojokerto, timur berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Lumajang, barat

berbatasan dengan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri dan selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia

Dengan kondisi diatas, maka Kabupaten Malang adalah kabupaten terluas kedua di Jawa Timur setelah

Kabupaten Banyuwangi. Sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan. Bagian barat dan barat laut berupa

pegunungan, dengan puncaknya Gunung Arjuno (3.339 m) dan Gunung Kawi (2.651 m). Di pegunungan ini

terdapat mata air Sungai Brantas, sungai terpanjang di Jawa Timur.

Bagian timur merupakan kompleks PegununganBromo-Tengger-Semeru, dengan puncaknya Gunung Bromo

(2.392 m) dan Gunung Semeru (3.676 m). Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa. Kota Malang

sendiri berada di cekungan antara kedua wilayah pegunungan tersebut. Bagian selatan berupa pegunungan

dan dataran bergelombang. Dataran rendah di pesisir selatan cukup sempit dan sebagian besar pantainya

berbukit.

Kabupaten Malang memiliki potensi pertanian dengan iklim sejuk. Daerah utara dan timur banyak digunakan

untuk perkebunan apel. Daerah pegunungan di barat banyak ditanami sayuran dan menjadi salah satu

penghasil sayuran utama di Jawa Timur. Daerah selatan banyak digunakan ditanami tebu dan hortikultura,

seperti salak dan semangka. Selain perkebunan teh, Kabupaten Malang juga berpotensi untuk perkebunanan

kopi,dan cokelat(daerah pegunungan Kecamatan Tirtoyudo). Hutan jati banyak terdapat di bagian selatan yang

merupakan daerah pegunungan kapur.

Page 78: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Kondisi Pemerintahan

Secara pemerintahan Kabupaten Malang terdiri atas 33 kecamatan, pada awalnya kabupaten Malang terdiri

pula atas kecamatan batu, tetapi pada tahun 2001 Kota Batu memisahkan diri dan meningkatkan statusnya

menjadi Kota. Hingga saat ini Kota Batu sudah bukan menjadi bagian dari wilayah kabupaten Malang. Pusat

pemerintahan di Kecamatan Kepanjen. Pusat pemerintahan sebelumnya berada di Kota Malang.

IbuKotakecamatan yang cukup besar di Kabupaten Malang antara lain Lawang, Singosari, Dampit, dan

Kepanjen.Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto, Kota Batu,

dan Kabupaten Pasuruan di utara, Kabupaten Lumajang di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten

Blitar dan Kabupaten Kediri di barat. Sebagian besar wilayahnya merupakan pegunungan yang berhawa sejuk,

Malang dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama di Jawa Timur.Berikut ini disajikan gambar peta

administrasi Kabupaten Malang.

Gambar 3-35 Peta Administrasi Kabupaten Malang

Kondisi Sosial Ekonomi

Sebagian besar industri yang menopang adalah industri perdagangan. Beberapa diantaraya adalah perdangang

agricultural. Sementara industri manufactur menjadi sektor nomor 2 di Kota malang. Kota Malang pada tahun

2010 mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 8,5% untuk industri non migas, sedangkan industri migas

hanya mencapai kontribusi sebesar 5,9 %.

Page 79: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Kondisi Masyarakat

Masyarakat Kabupaten Malang sebagian besar merupakan masyarakat pedesaan bergerak dibidang pertanian.

Terkait dengan penggunaan LPG 3 kg, kebutuhan masyarakat kabupaten Malang relatif sedang, dari kajian

terdahulu bahwa estimasi kebutuhan LPG yaitu sebanyak 4 tabung/ per bulan.

Kondisi Lembaga Penyalur

Hasil registrasi lembaga penyalur hasil kegiatan pemutakhiran lembaga penyalur dan proses pemufakatan sub

penyalur yang dilakukan di Kabupaten Malang.

Tabel 3-3 Rekapitulasi Registrasi Lembaga Penyalur di Kabupaten Malang

Kecamatan ∑ Penyalur ∑ Sub Penyalur ∑ Penyaluran (Tabung/Hari)Ampelgading 3 38 1.856Bantur 5 37 2.664Bululawang 7 39 2.309Dampit 6 29 3.652Dau 4 45 1.938Donomulyo 2 30 2.338Gedangan 2 22 1.786Gondanglegi 4 90 2.883Jabung 5 35 2.322Kalipare 3 19 2.541Karangploso 3 26 2.183Kasembon 2 21 1.121Kepanjen 4 87 3.589Kromengan 2 20 1.489Lawang 5 31 2.883Ngajum 3 24 1.814Ngantang 3 41 2.777Pagak 3 19 1.686Pagelaran 4 48 2.280Pakis 8 59 3.564Pakisaji 5 55 3.689Poncokusumo 7 62 3.480Pujon 3 35 2.669Singosari 6 53 4.471Sumber Pucung 2 46 2.039Sumbermanjing 3 70 2.959Tajinan 5 35 1.929Tirto Yudo 6 41 2.032Tumpang 6 59 2.568Turen 6 47 4.865Wagir 6 36 2.959Wajak 5 34 2.868Wonosari 2 51 1.726

Page 80: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Kecamatan ∑ Penyalur ∑ Sub Penyalur ∑ Penyaluran (Tabung/Hari)Grand Total 1.384 85.929

Hasil dari kegiatan registrasi terhadap penyalur LPG Tertentu di Kabupaten Malang berjumlah sebanyak 32

penyalur dengan kapasitas penyaluran distribusi LPG tertentu 85.929 tabung per hari. Sub penyalur yang

dilakukan registrasi di Kota Malang sejumlah 1.384 sub penyalur resmi dengan rata-rata penyaluran sebanyak

62 tabung perhari.

Kondisi Pengguna LPG Tertentu

Secara garis besar, keterkaitan kondisi masyarakat dengan pola konsumsi di Kabupaten Malang adalah sebagai

berikut:

1. Rata-rata pendapatan perkapita penduduk di Kabupaten Malang adalah Rp.8.997.233,168 dengan

jumlah pendapatan yang relatif besar tersebut dapat diasumsikan pola konsumsi pengguna LPG

tertentu di Kabupaten Malang akan tinggi.

2. Rata-rata jumlah anggota keluarga di Kabupaten Malang adalah 3,71 orang per keluarga. Dengan rata-

rata jumlah anggota keluarga yang relatif tinggi dapat diasumsikan pola konsumsi pengguna LPG

tertentu di Kabupaten Malang akan relatif tinggi.

3. Keluarga yang termasuk dalam keluarga miskin di Kabupaten Malang adalah sebesar 23.73% dari total

jumlah keluarga di Kabupaten Malang. Dengan jumlah yang relatif besar tersebut, dapat diasumsikan

pola konsumsi pengguna LPG tertentu di Kabupaten Malang akan relatif rendah.

Miskin24%

Tidak Miskin76%

Kategori Rumah Tangga

Miskin Tidak Miskin

Gambar 3-36 Grafik Kategori Rumah Tangga di Kabupaten Malang

Page 81: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4. Rata-rata pengeluaran dalam sebuah keluarga per bulan di Kabupaten Malang adalah sebesar

Rp.556.878,- Dengan jumlah pengeluaran yang relatif rendah, maka dapat diasumsikan pola konsumsi

pengguna LPG tertentu di Kabupaten Malang akan relatif rendah pula.

5. Status wilayah di bawah kecamatan di Kabupaten Malang 96.92% adalah daerah pedesaan, dengan

kondisi demikian dapat diasumsikan pola konsumsi pengguna LPG tertentu di Kabupaten Malang akan

relatif rendah.

6. Jumlah industri makanan/minuman di Kabupaten Malang berjumlah 3.126 unit. Dengan jumlah yang

relatif besar, dapat diasumsikan pola konsumsi pengguna LPG tertentu di Kabupaten Malang akan

tinggi.

7. Di Kabupaten Malang 100% wilayahnya terhubung oleh sarana dan prasarana transportasi, tetapi hanya

84.87% saja yang dapat dilalui oleh kendaraan beroda empat atau lebih. Dengan kondisi yang

sedemikian rupa, dapat diasumsikan pola konsumsi pengguna LPG tertentu di Kabupaten Malang relatif

tinggi, namun disebagian wilayah yang sarana dan prasarana transportasinya tidak menunjang, pola

konsumsi masyarakatnya akan relatif lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain.

Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas, dapat disimpulkan pola konsumsi pengguna LPG tertentu di

Kabupaten Malang termasuk relatif rendah.

Page 82: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

BAB 4METODOLOGI KEGIATAN

4.1 Kerangka Pemikiran

Sistem pendistribusian LPG tertentu secara tertutup telah dimulai sejak tahun 2009 di Kota Malang sebagai

pilot project. pada tahun 2010 wilayah sistem pendistribusian LPG tertentu secara tertutup telah diperluas

menjadi Wilayah Malang raya yang meliputi: Kota Malang, Kabupatan Malang, dan Kota Batu; Kota Surakarta,

Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Sumedang, dan Kota Pekanbaru. Kemudian pada tahun 2011, dilakukan

kegiatan lanjutan implementasi dan penerapan sistem pengawasan pendistribusian tertutup LPG tertentu di

wilayah-wilayah yang telah diimplementasi pada tahun 2010. Pada tahun 2011 juga telah dikembangkan

implementasi dan penerapan sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu di Kota Semarang. pada tahun

2012 pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral cq Direktorat Jenderal Minyak dan

Gas Bumi melakukan kegiatan lanjutan Pengawasan implementasi sistem pendistribusian LPG Tertentu secara

tertutup di wilayah yang telah diimplementasi pada tahun 2011.

Sistem pendistribusian tertutup LPG Tertentu, sebagaimana dijelaskan dalam Permen ESDM No. 26 Tahun

2009 adalah sistem pendistribusian LPG Tertentu untuk rumah tangga dan usaha mikro yang mengggunakan

LPG Tertentu yang terdaftar dengan menggunakan Kartu Kendali. dalam penerapan kartu kendali berupa kartu

pintar (smart card), pengguna akan melakukan transaksi isi ulang pada Sub Penyalur yang telah ditunjuk yang

sudah diinstal EDC.

Dengan penggunaan teknologi pada sistem pendistribusian LPG tertentu secara tertutup ini, maka terdapat

dua hal yang harus diperhatikan dalam hal perawatan sistem pendistribusian LPG tertentu secara tertutup.

1. Pertama adalah kondisi infrastruktur IT yang ada mulai dari Penyalur sampai dengan Pengguna yang

berhak. Seperti yang telah diketahui bahwa elemen teknologi yang digunakan dalam sistem

pendistribusian tertutup LPG tertentu adalah berupa Kartu Kendali, EDC, perangkat komputer, Aplikasi

Desktop, internet, server, dan infrastruktur IT lainnya. Perangkat/elemen IT tersebut harus senantiasa

diawasi keadaan dan fungsinya, apakah dapat berfungsi secara normal atau tidak.

2. Kedua yang harus diperhatikan adalah keadaan dari rantai pasokan mulai dari Lembaga Penyalur sampai

ke Pengguna yang berhak. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam rantai pasokan diantaranya adalah

bagaimana penyaluran LPG tertentu dari Lembaga Penyalur sampai ke tangan Pengguna akhir, apakah

terjadi kecurangan dalam pendistribusian LPG tertentu, bagaimana perubahan data Pengguna yang

berhak, evaluasi terhadap mekanisme pengawasan yang telah berjalan, dan kondisi rantai pasok lainnya.

Berikut ini adalah gambaran kerangka pikir yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam perawatan sistem

pendistribusian LPG tertentu yang ada di 8 Kota/Kabupaten.

Page 83: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

Kondisi Sistem Pendistribusian LPG tertentu berdasarkan data-dat sekunder yang berhubungan dengan sistem pendistribusian

Permasalahan dan kendala dalam sistem pembinaan dan pengawasan Sistem Pendistribusian LPG tertentu

Proses penerimaan dan adaptasi masayarakat terhadap Sistem Pendistribusian tertutup LPG tertentu di wilayahnya

Kondisi Infrastruktur IT dan Permaslahan yang berhubungan dengan IT (Penggunaan Customer Service)

Analisa Permasalahan Distup

Kesimpulan dan Rekomendasi perbaikan sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu serta mekanisme pembinaan dan pengawasannya

Proses Perawatan sistem pendistribusian Tertutup LPG tertentuIdentifikasi dan pencatatan masalah yang muncul selama sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu berjalan ( Sebagai Bahan Rujukan untuk sistem perawatan berikutnya )

HESA LC for Exellent Services

Gambar 4-37 Kerangka Alur Pemikiran

4.2 Alur Pelaksanaan Kegiatan

Sebagai tindak lanjut dari program kerja sebelumnya yaitu kegiatan implementasi sistem pendistribusian LPG

tertentu secara tertutup di Malang Raya, kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan sistem

pengawasan pada pendistribusian LPG tertentu secara tertutup yang telah diimplementasikan dengan sarana

dan prasarana sistem teknologi informasi dalam pencatatan transaksi penyaluran LPG tertentu. Dalam

kegiatan ini terdapat beberapa pokok pekerjaan utama yang didalamnya terdapat rincian pekerjaan yang

terintegrasi. Persiapan pelaksanaan kegiatan dimulai dengan penyiapan rancana proyek, SDM daerah dan

penyiapan infrastruktur penunjang pekerjaan yang didukung dengan paket kegiatan lainnya seperti identifikasi

dan inventarisasi data awal, penyusunan metode, desain dan instrumen pelaksanaan kegiatan. Setelah

persiapan dan perencanaan telah selesai, selanjutnya pekerjaan teknis dilapangan dilakukan yang dimulai

dengan perijinan dan koordinasi dengan stakeholder pusat dan daerah untuk memastikan dukungannya

terhadap program yang dilakukan.. Pembinaan dan pengawasan sistem rantai distribusi mutlak dilakukan

bersamaan dengan kegiatan pengembangan dan penegakan hukum terkait program distribusi LPG tertentu

secara tertutup. Sistem yang telah terintegrasi tersebut akan didukung oleh sarana dan prasarana teknologi

Page 84: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

sistem informasi untuk mendukung pencatatan transaksi sehingga distribusi LPG tertentu dapat dipantau dan

dapat dilacak.

4.3 Identifikasi dan Inventarisasi Data Sekunder

Dalam rangka menyusun project management plan, kegiatan pertama yang dilakukan adalah melakukan

inventarisasi dan analisis data sekunder yang relevan terkait kegiatan implementasi sistem pendistribusian LPG

Tertentu. Menurut KAK, terdapat tiga kelompok kegiatan yang berkaitan dengan inventarisasi dan analisis data

sekunder. Ketiga kelompok kegiatan tersebut dijelaskan sebagai berikut.

4.3.1 Inventarisasi Data Hasil Pelaksanaan Kegiatan 2011

Kegiatan implementasi distribusi tertutup LPG tertentu telah dimulai sejak dari tahun 2009 sampai 2011

meliputi Malang Raya(Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu). Untuk mengembangkan suatu sistem

monitoring distribusi LPG tertentu secara tertutup diperlukan data atau informasi yang memadai tentang

perkembangan pelaksanaan kegiantan implementasi sistem distribusi tertutup LPG tertentu. Beberapa data

atau informasi yang harus diinventarisasi diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Statistik penyaluran penyalur dan SPPBE di wilayah terpilih tahun 2011

2. Data penerima paket perdana LPG 3 kg (DP3)

3. Data hasil verifikasi penerima dan penerima kartu kendali tahun 2011;

4. Data dan karakteristik lembaga penyalur dan jalur distribusi;

5. Data transaksi penyalur dalam satuan waktu yang diperlukan untuk validasi penataan penyalur;

6. Volume realisasi penyaluran SP(P)BE dan penerimaan penyalur di wilayah terpilih tahun 2011.

Page 85: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4.3.2 Pengolahan dan Filling Data Awal

Setelah data diinventarisasi langkah selanjutnya adalah mengolah data sesuai dengan kebutuhan. dalam

rangka mengorganisir data diperlukan proses filing data untuk tujuan memudahkan pencarian dan untuk

menghindari kehilangan data. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:

Tabel 4-4 Skema Pengolahan dan Filing Data

Aktivitas Instrumen Kerja PIC- Data

- Alat pengolahan data

- Perangkat lunak pengolahan dan

penyajian data

- Validator

- Data Entri

4.3.3 Analisa Data Awal dan Perencanaan Lapangan

Analisi awal dilakukan terhadap kondisi objek dan Stakeholder , disain rantai pasokan yang telah berjalan, dan

kendala-kendala yang dihadapi dalam rantai pasokan dan infrastruktur IT. Hasil analisa awal ini kemudian akan

digunakan dalam penyusunan disain perencanaan (Project Management Plan) pelaksanaan sistem

pendistribusian LPG tertentu secara tertutup sesuai wilayah kegiatan yang mencakup disain perencanaan

waktu, SDM, manajemen resiko, Manajemen QA/QC dan rencana biaya. Tahapan analisa data awal

digambarkan dalam diagram berikut:

Page 86: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Tabel 4-5 Proses Analisis Data

Aktivitas Instrumen Kerja PIC

- Database - Back Office

4.4 Persiapan Kegiatan

Persiapan Kegiatan Implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu untuk 8 wilayah kab/kota

dilakukan secara matang dan melalui tahap-tahap pelaksanaan. Latar Belakang dalam rangka mempercepat

pelaksanaan kegiatan Implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu, sesuai dengan tahapan dan

prioritas kegiatan. Oleh karena itu diperlukan suatu rencana kerja, persiapan pelaksanaan, koordinasi

pelaksanaan kegiatan Implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG tertentupada tingkat pusat dan

daerah yang berada di Malang Raya. Oleh karena itu diperlukan suatu bentuk pemantauan dan evaluasi

terhadap capaian target kegiatan baik tingkat Propinsi maupun kabupaten/kota. Hal ini dapat dilakukan

melalui pemantauan dan evaluasi laporan pelaksanaan kegiatan dan perkembangannya baik secara keuangan

maupun fisik. Pada akhirnya dapat diketahui hal-hal yang menjadi kendala terkait teknis administrasi,

pendanaan dan kendala teknis dilapangan.

4.4.1 Penyiapan Infrastruktur Operasi Wilayah

Sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan di wilayah yang harus disiapkan di antaranya adalah:

1. Kantor perwakilan di Kota/Kabupaten, di mana lokasi kantor berada di jantung Kota/Kabupaten, atau

di sekitar kantor Bupati/WaliKota,

2. Kantor perwakilan di tingkat kecamatan, di mana lokasi kantor berada di jantung Kota kecamatan,

atau di sekitar kantor Camat,

Page 87: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

3. Infrastruktur sistem IT, meliputi: kartu kendali, EDC, aplikasi, server, koneksi jaringan internet,

jaringan telphon khusus call centre, desktop untuk Penyalur, aplikasi desktop,

4. Sarana komunikasi dan publikasi dalam rangka call center

5. Identitas resmi pelaksana kerja, dll

4.4.2 Penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM)

Pelatihan menjadi bagian penting penyiapan personil pelaksana implementasi sistem pendistribusian LPG

Tertentu secara tertutup, meliputi pelatihan di level manajemen dan pelatihan di level pelaksana lapangan.

Materi pelatihan di level manajemen di antaranya adalah:

a. Supply chain management: prinsip-prinsip dasar, disain supply chain management LPG Tertentu dan

Sistem pendistribusian tertutup LPG Tertentu sebagaimana Permen ESDM No. 26 tahun 2009 dan permen

bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri ESDM No. 17 dan No. 5 Tahun 2011 tentang pembinaan dan

pengawasan pendistribusian tertutup LPG Tertentu di daerah.

b. Hubungan pemerintah pusat dan daerah di era otonomi daerah

c. Proses inovasi: inisiasi, adopsi dan difusi teknologi di masyarakat; studi kasus program bio energy dari

jarak pagar

d. Project management plan

e. Lobbying & Negotiation Skill for Decision Maker

f. Interpersonal Communication & Service Ecxelent

Sedangkan materi pelatihan di level pelaksana lapangan di antaranya adalah:

a. Rantai pasokan LPG Tertentu existing

b. Sistem pendistribusian tertutup LPG Tertentu sebagaimana Permen ESDM No. 26 tahun 2009 dan permen

bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri ESDM No. 17 dan No. 5 Tahun 2011 tentang pembinaan dan

pengawasan pendistribusian tertutup LPG Tertentu di daerah.

c. Communication skill

d. Call center

e. Pendampingan (penyuluhan),

f. Teknologi informasi: smart card, EDC, dan sistem informasi transaksi

g. Team Work Building

Page 88: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4.4.3 Mobilisasi Personil dan Non Personil

Personil yang ditugaskan dalam implementasi sistem pendistribusian Tertutup LPG Tertentu di wilayah

kegiatan di antaranya adalah:

4.4.3.1 Tenaga Ahli

Tenaga ahli sebagaimana disebutkan dalam KAK, yakni:

1. Ketua Tim (Ahli Kepala Management);

2. Ahli Muda Sosiologi;

3. Ahli Muda Supply Chain Management;

4. Ahli Muda Statistik;

5. Ahli Muda Sistem Informasi;

6. Ahli Muda Hukum; dan

7. Ahli Muda Manajemen.

4.4.3.2 Tenaga Pendukung

Tenaga pendukung sebagaimana disebutkan dalam KAK, yakni:

1. Koordinator Wilayah

2. Tenaga Teknisi Komputer

3. Tenaga Administrasi Proyek

4. Tenaga Pendukung

5. Tenaga Validator

6. Tenaga Entri Data

7. Tenaga Handling Dokumen

8. Tenaga Verifikator

9. Tenaga Lead Verifikator

10. Programmer

11. Petugas Customer Service

12. Tenaga Teknisi EDC

13. Tenaga Pembinaan dan Pengawasan

14. Tenaga Lead Pembinaan dan Pengawasan

Page 89: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4.4.4 Penyusunan SOP dan Instrumen Kerja

Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan lapangan, perlu disusun SOP atau suatu set intruksi yang memiliki

kekuatan sebagai petunjuk atau direktif. Dalam SOP yang disususun harus mencakup hal-hal dari operasi yang

memiliki suatu prosedur pasti atau standarisasi tanpa kehilangan keefektifannya. Untuk menjamin sistem

manajemen pelaksanaan yang berkualitas tersebut perlu disusun beberapa SOP sebagai berikut :

1. SOP Koordinasi

2. SOP Customer Service

3. SOP Verifikasi

4. SOP Pembinaan dan pengawasan membership

5. SOP Pembinaan dan pengawasan penyalur

6. SOP verifikasi isi ulang dan reporting

7. SOP Law Enforcement

8. SOP Pelaksanaan presentasi

9. SOP Support (Keuangan, SDM dsb)

10. SOP QA/QC Koordinasi

Page 90: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4.5 Evaluasi Metodologi Kegiatan Sebelumnya

Evaluasi metodologi dilakukan terhadap kegiatan sebelumnya (dengan data tahun 2011) yang kemudian

dilakukan analisa per bagian yang merupakan poin penting kegiatan sebelumnya, gambaran dari evaluasi

metodologi dapat dilihat pada Tabel 4-6 dibawah ini :

Tabel 4-6 Evaluasi Metodologi

SUBSTANSI HASIL EVALUASI TINDAK LANJUTPenataan Rantai Suplai • Belum optimalnya pola

pendistribusian sesuai hasil penataan (40 – 80%)

• Belum optimalnya penggunaan aplikasi dekstop (umumnya baru data transaksi in penyalur yg terinput)

• Revisi Surat Keterangan Penyalur Resmi LPG 3 kg sebagai dasar bagi penetapan wilayah penyaluran oleh Pemerintah Daerah

• Optimalisasi peran Pertamina dan Pemerintah Daerah sebagai stakeholder utama bagi Penyalur dalam hal pengawasan

Optimalisasi Peran Pengguna

• Belum optimalnya penggunaan kartu kendali

• Pelaksanaan binwas dengan melibatkan peran aktif pemerintah lokal dan tokoh masyarakat

Regulasi & Stakeholder • Beberapa regulasi terkait distup belum diterbitkan di daerah

• Belum optimalnya peran stakeholder dalam distup (monitoring dan law enforcement)

• Koordinasi intensif dengan Pemerintah Daerah dan monitoring pelaksanaan penerbitan regulasi, dgn melibatkan DJM dan PMD

• Koordinasi intensif dengan Pemerintah Daerah dan stakeholder lainnya dalam pelaksanaan regulasi dan penegakan hukum, dgn melibatkan DJM dan PMD

Sistem Teknologi Informasi

• Transaksi out penyalur belum tercatat secara otomatis

• Pengembangan aplikasi transaksi penyalur di sub penyalur pada EDC dan server

• Penyediaan dan penggunaan kartu penyalur sebagai instrumen transaksi out penyalur

4.6 Perijinan dan Koordinasi dengan Stakeholder

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa inisiator dari implementasi sistem pendistribusian LPG

Tertentu secara tertutup adalah pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Migas, Kementerian ESDM. pada posisi

demikian, maka pemerintah daerah menjadi pihak pengadopsi dan yang mengoperasikan. Oleh sebab itu,

tantangan pertama yang akan dihadapi pelaksana pekerjaan sebagai kepanjangan tangan Ditjen Migas adalah

meyakinkan pemerintah daerah untuk mengadopsi sistem pendistribusian LPG Tertentu secara tertutup. Tentu

untuk sampai pada situasi pemerintah daerah mengadopsi sistem, dibutuhkan proses inisiasi oleh inisiator

atau pelaksana kerja. Proses inisiasi ini diawali saat pelaksanaan perijinan dan koordinasi dengan pemerintah

daerah dan stakeholder. Pentahapan proses perijinan dan koordinasi dengan pemerintah daerah dijelaskan

sebagai berikut:

Page 91: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4.6.1 Persiapan Administrasi Perijinan ke Stakeholder

Tahap pertama yang harus dilakukan pelaksana kerja dalam kaitannya dengan proses perijinan adalah

persiapan dokumen administrasi dan instrumen kerja, di antaranya:

1. Surat Perintah Mulai Kerja;

2. Surat pengantar dari Ditjen Migas;

3. Surat pengantar dari Kemendagri (Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Desa);

4. Surat permohonan ijin dari perusahaan kepada pemerintah daerah; dan

5. Surat tugas dari perusahaan atas nama PIC yang mengurus perijinan.

Perizinan dilakukan dalam rangka memperlancar kegiatan implementasi Sistem pendistribusian LPG Tertentu.

Kegiatan perizinan ini dilakukan baik di tingkat pusat maupun di daerah. Permohonan Perizinan dan koordinasi

di tingkat pusat dilakukan kepada Ditjen Migas, ESDM Migas dan Depdagri untuk pelaksanaan pekerjaan dari

sejak persiapan hingga implementasi di wilayah sasaran. Hasil perijinan berupa dikeluarkannya surat

pengantar untuk melakukan survei dan kunjungan ke obyek-obyek terkait di wilayah sasaran.

Sedangkan di tingkat daerah, perijinan dan koordinasi dilakukan terhadap Pemerintah Propinsi,

Kabupaten/Kota Madya, Kecamatan dan Kelurahan. Koordinasi juga dilakukan dengan instansi-instansi terkait

seperti Kepolisian guna mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Selain itu, koordinasi juga

dilakukan dengan PT. Pertamina selaku lembaga yang ditunjuk sebagai penyalur/Distributor Utama LPG

tertentu yang diharapkan dapat mendukung penyediaan informasi yang dibutuhkan berupa dokumen-

dokumen dan data sekunder sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan ini. Koordinasi juga dilakukan dengan

Lembaga Penyalur di wilayah sasaran melalui HISWANA selaku organisasi penyalur LPG Tertentu.

Page 92: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4.6.2 Perijinan kepada Gubernur/Bupati/WaliKota pada SKPD Terkait

Proses perijinan kepada Gubernur digambarkan sebagai berikut.

Tabel 4-7 Proses Perijinan kepada Gubernur

Aktivitas Instrumen Kerja PIC- Surat Perintah Mulai

Kerja

- Surat pengantar dari

Dirjen Migas

- Surat pengantar dari

Kemendagri (Dirjen

Pemberdayaan

Masyarakat Desa)

- Surat permohonan

ijin dari perusahaan

kepada pemerintah

daerah

- Surat Tugas dari

perusahaan atas

nama PIC yang

mengurus perijinan

- Lead Fasilitator

- Fasilitator

Page 93: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Proses Perijinan kepada Bupati/WaliKota digambarkan sebagai berikut

Tabel 4-8 Proses Perijinan kepada Bupati/WaliKota

Aktivitas Instrumen Kerja PIC- Surat Perintah Mulai

Kerja

- Surat pengantar dari

Dirjen Migas

- Surat pengantar dari

Kemendagri (Dirjen

Pemberdayaan

Masyarakat Desa)

- Surat permohonan ijin

dari perusahaan kepada

pemerintah daerah

- Surat Tugas dari

perusahaan atas nama

PIC yang mengurus

perijinan

Lead

Fasilitator

Fasilitator

Page 94: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Proses perijinan kepada SKPD terkait digambarkan sebagai berikut:

Tabel 4-9 Proses Perijinan ke SKPD Terkait

Aktivitas Instrumen Kerja PIC

- Surat Perintah Mulai Kerja

- Surat pengantar dari Dirjen

Migas

- Surat pengantar dari

Kemendagri (Dirjen

Pemberdayaan Masyarakat

Desa)

- Surat permohonan ijin dari

perusahaan kepada

pemerintah daerah

- Surat Tugas dari

perusahaan atas nama PIC

yang mengurus perijinan

- Lead

Fasilitator

- Fasilitator

Page 95: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4.6.3 Koordinasi dan Sosialisasi Perencanaan Kegiatan dengan Stakeholder

Koordinasi dan sosialisasi perencanaan kegiatan(hasil kegiatan pada periode sebelumnya dan rencana tindak

lanjut pada tahun ini) dengan Stakeholder dimaksudkan sebagai langkah pelaporan pelaksana kerja kepada

Stakeholder terkait mengenai kegiatan distribusi tertutup pada tahun sebelumnya dan untuk mendiskusikan

rencana kegiatan pada tahun ini. Berikut ini adalah gambaran mengenai koordinasi dan sosialisasi

perencanaan kegiatan dengan Stakeholder :

Tabel 4-10 Koordinasi dan Sosialisasi Perencanaan Kegiatan dengan Stakeholder

Aktivitas Instrumen Kerja PIC

- Data hasil kegiatan pada periode

sebelumnya

- Draft rencana kegiatan tindak lanjut

- Data kendala yang muncul

- Tenaga ahli

- Lead verifikasor

- Verifikator

Page 96: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4.6.4 Koordinasi dengan Pemerintah Daerah dalam Hal Penerapan Regulasi Daerah

Proses koordinasi dengan pemerintah daerah dalam hal penerapan regulasi daerah adalah sebagai berikut:

Tabel 4-11 Koordinasi dengan Pemerintah Daerah

Aktivitas Instrumen Kerja PIC

- Perangkat regulasi

- Dokumen administrasi

- SOP

- Rencana sosialisasi

- Tenaga ahli

Page 97: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4.7 Implementasi Infrastruktur Sistem Pendistribusian LPG Tertentu

Implementasi infrastruktur sistem pendistribusian tertutup LPG Tertentu sebagaimana dituangkan dalam KAK

dilakukan melalui dua kegiatan yakni pendistribusian dan instalasi infrastruktur sistem pendistribusian tertutup

LPG Tertentu, secara umum kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.

4.7.1 Implementasi Sistem IT

Implementasi sistem infrastruktur IT dilakukan di wilayah yang telah ditentukan di 8 Kota/ Kabupaten.

Implementasi tersebut berlangsung melalui beberapa tahap, mulai dari tahap persiapan, tahap distribusi dan

tahap instalasi serta integrasi sistemnya.

4.7.1.1 Mempersiapkan Infrastruktur IT

Persiapan infrastruktur IT dilakukan melalui proses berikut:

Tabel 4-12 Proses Persiapan Infrastruktur IT

Aktivitas Instrumen Kerja PIC

- Form pengecekan dan kebutuhan

perangkat baru

- Teknisi komputer

- Programmer

Page 98: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4.7.1.2 Pendistribusian dan Instalasi Infrastruktur IT

Proses pendistribusian dan instalasi perangkat kepada Penyalur dan Sub Penyalur dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4-13 Proses Pendistribusian dan Instalasi Perangkat Infrastruktur IT

Aktivitas Instrumen Kerja PIC

- Form BA

- Tools yang dibutuhkan

dalam proses distribusi

dan instalasi

- Teknisi komputer

- Programmer

4.7.1.3 Integrasi Infrastruktur IT

Infrastruktur IT yang telah terinstal di lembaga penyalur akan diintegrasi menjadi satu sistem yang menyatu.

Sistem integrasi ini akan melibatkan sistem jaringan IT dan beberapa server yang menunjangnya. Hasil yang

didapat dari integrasi sistem ini adalah pemantauan secara real time transaksi yang telah dilakukan pada

periode tertentu oleh pengguna yang memiliki kartu kendali.

Page 99: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Dalam kegiatan ini sistem IT memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan mengintegrasikan data-

data yang terkumpul di lapangan. Karena pada dasarnya setiap transaksi penjualan dan pembeliandari LPG

tertentu akan tercatat dalam bentuk database yang selalu dapat dimonitoring melalui sistem IT. Oleh karena

itu sistem IT untuk monitoring transaksi penjualan dan pembelian LPG tertentu harus sudah terintegrasi

dengan baik mulai dari perencanaan dan pembuatan infrastruktur IT hingga sistem IT berjalan dengan baik

tanpa ada kendala-kendala teknis dan non teknis yang bisa mengganggu mekanisme pelaporan transaksi.

Infrastruktur IT yang dibutuhkan berupa Server, komputer, printer, modem, kabel LAN, dan aplikasi-aplikasi

software penunjang kegiatan implementasi sistem distribusi tertutup LPG tertentu. Dalam memonitoring

apabila adanya perubahan ataupun permasalahan yang mungkin terjadi pada sistem IT, maka dibutuhkan

tenaga ahli khusus yang lebih mengerti dalam hal hardware maupun software.

Sistem integrator ini berfungsi untuk menghubungkan server utama di kantor pusat dengan server di wilayah

kegiatan, dimana setiap data-data tentang transaksi LPG Tertentu dapat terhubung online sehingga database

dapat langsung diolah dan dianalis oleh tim di pusat maupun di lapangan. Pengguna yang transaksi

menggunakan kartu kendali akan tercatat mesin EDC di sub penyalur, ini langsung terkirim ke pusat melalui

web server, sedangkan data untuk penyalur yang bertransaksi menggunakan aplikasi desktop akan langsung

terkirim ke pusat melalui Switch Gateway. Data-data tersebut terintegrasi di pusat dan memiliki output berupa

Buseniss Intelegent yang bisa dilihat oleh para stakeholder terkait. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada

gambar berikut.

Gambar 4-38 Alur Integrasi Data Transaksi pada Sistem IT

Integrasi infrastruktur IT dikatakan berjalan bila transaksi yang dilakukan di tingkat sub penyalur maupun

penyalur sudah bisa tercacat pada sistem IT.

Page 100: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4.7.2 Implementasi Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Penanganan dan Informasi Pelanggan LPG

Tertentu dan Lembaga Penyalur

Pelaksanaan pelayanan terpadu dimasudkan untuk memberikan solusi dan informasi kepada Lembaga

Penyalur dan Kelompok Pengguna terkait dengan permasalahan teknis dan non-teknis. Proses pelayanan

terpadu ini meliputi dua hal yaitu:

1. Menerima pengaduan dari pengguna dan lembaga penyalur LPG tertentu terkait

permasalahan terhadap sistem dan pelayanan.

2. Memberikan pelayanan ke pengguna LPG tertentu (penerima kardal), dan lembaga penyalur

LPG tertentu terkait pergantian kartu rusak/hilang, perbaikan kartu, perbaikan EDC, dan

perbaikan desktop.

4.7.2.1 Menerima pengaduan dari pengguna dan lembaga penyalur LPG tertentu terkait

permasalahan terhadap sistem dan penyaluran;

Proses ini merupakan langkah teknis dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang ada si lapangan, baik

bagi Lembaga Penyalur maupun Kelompok Pengguna. Prosesnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4-14 Proses Penyelesaian Permasalahan di Tingkat Lembaga Penyalur ataupun

Kelompok Pengguna

Aktivitas Instrumen Kerja PIC

- Data lembaga penyalur dan

kelompok pengguna

- Data laporan pengaduan

- Data solusi permasalahan

- Penyuluh

- Pengawas

Page 101: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4.7.2.2 Memberikan pelayanan ke pengguna LPG tertentu (penerima kardal), dan lembaga

penyalur LPG tertentu terkait pergantian kartu rusak/hilang, perbaikan kartu, perbaikan

EDC, dan perbaikan desktop.

Pusat informasi dan data terkait dengan pelaksanaan sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu terdapat

pada satu database server. Database server ini akan ter-update jika terdapat perubahan informasi atas

pengguna dan lembaga penyalur terkait penggantian, kartu rusak/hilang, perbaikan kartu, perbaikan EDC, dan

perbaikan desktop.

4.8 Pembinaan dan Pengawasan terhadap pelaksanaan sistem pendistribusian tertutup

LPG tertentu

Pembinaan dan pengawasan sistem pendistribusiantertutup LPG tertentu, di bagi dalam 3 sasaran. Pembinaan

tersebut berfungsi untuk membina dan mensosialisasikan bagaimana proses pelaksanaan distup, serta

melakukan pengawasan dan monitoring serta evaluasi terhadap pelaksanaan distup. Sasaran pembinaan dan

pengawasan implementasi pendistribusian tertutup tersebut meliputi pembinaan dan pengawasan terhadap

penyalur, sub penyalur dan kelompok pengguna.

4.8.1 Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyalur dalam melaksanakan

penyaluran LPG tertentu sesuai wilayah yang telah ditentukan

Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pendistribusian tertutup di wilayah meliputi:

1. Penetapan dan pengawasan pelaksanaan HET,

2. Penetapan dan pengawasan pelaksanaan penataan atau pembagian wilayah distribusi,

3. Penetapan dan pengawasan pelaksanaan kartu kendali,

4. Pembinaan dan pengawasan implementasi sistem informasi transaksi berbasis teknologi informasi

dan bukti-bukti transaksi

5. Pembinaan dan pengawasan

Penetapan dan pengawasan terhadap pelaksanaan HET di masing-masing wilayah berbeda-beda perlakuan

dan penanganannya. HET LPG 3 Kg ditentukan dan ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat.

4.8.2 Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap subpenyalur dalam pelaksanaan

penyaluran serta infrastruktur transaksi pembelian

Pembinaan kepada penyalur, sub penyalur dan kelompok pengguna terkait penggunaan infrastruktur

pendistribusian tertutup dan mekanisme transaksi meliputi:

1. Penggunaan infrastruktur pendistribusian tertutup secara efektif dan efisien

Page 102: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

2. Prosedur perawatan perangkat infrastruktur pendistribusian LPG tertentu secara tertutup.

3. Prosedur jika terjadi kerusakan pada infrastrukutr IT, bagaimana proses penggantian atau servicenya.

4. Pembinaan dalam mekanisme berlangsungnya transaksi dari penyalur ke SPPBE

5. Pembinaan dalam mekanisme berlangsungnya transaksi dari sub penyalur ke penyalur

6. Pembinaan dalam mekanisme berlangsungnya transaksi dari kelompok pengguna ke penyalur

7. Pembinaan akan pencatatan transaksi sebagai bahan dari proses verifikasi

4.8.3 Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengguna dalam transaksi pembelian

LPG tertentu di subpenyalur yang telah ditunjuk

Pembinaan dan pengawasan ini dilakukan terhadap para pengguna dalam melakukan transaksi pembelian LPG

tertentu di sub penyalur yang telah ditunjuk sesuai dengan kuota yang telah ditetapkan.

4.9 Verifikasi Distribusi Isi Ulang LPG Tertentu

Verifikasi distribusi isi ulang LPG tertentu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar isi ulang yang telah

dilakukan dan tercatat. Verifikasi isi ulang tersebut dilakukan di masing-masing wilayah yang melakukan

program implementasi distribusi tertutup LPG tertentu.

4.9.1 Pengumpulan Data Transaksi di Penyalur dan Sub Penyalur Serta di SPBE

Melalui implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG Tertentu, sistem informasi transaksi di tingkat

Penyalur dan Sub Penyalur menjadi bagian utama yang dibangun. Data penting di penyalur terdiri atas:

1. Data penerimaan dari SPBE

2. Data realisasi penyaluran ke sub penyalur

3. Data stok tabung di gudang

Sedangkan data penting di sub penyalur terdiri atas:

1. Data penerimaan dari Penyalur

2. Data realisasi penyaluran ke pengguna yang berhak

3. Data stok tabung di sub penyalur

Perhitungan realisasi volume penyaluran LPG Tertentu tersebut dapat dilihat pada data centre. Hal ini

disebabkan semua data tersebut terecord melalui sistem IT yang dikembangkan, yakni dengan penggunaan

kartu kendali dan EDC. Bukti-bukti transaksi tersebut yang berupa struk transaksi yang dapat dicetak dari EDC.

Page 103: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4.9.2 Verifikasi Ketepatan Isi, Volume Penyaluran dan Tepat Sasaran Pendistribusian Isi Ulang

LPG Tertentu

Melalui implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG Tertentu, pelaksanaan verifikasi dapat dilakukan

secara sistematis menggunakan seperangkat teknologi kartu kendali, EDC dan fasilitas internet. dengan

penggunaan kartu kendali, maka dipastikan hanya pemilik kartu kendali yang sudah diverifikasi dan ditetapkan

sebagai pengguna yang berhak yang dapat bertransaksi. dengan demikian, penggunaan kartu kendali ini secara

sistematis dapat menghindari penggunaan LPG Tertentu oleh konsumen yang tidak berhak. Untuk

meminimalisasi penjualan LPG Tertentu oleh pengguna yang berhak, secara sistem dapat dikembangkan kuota

pengisian ulang selama satu bulan untuk setiap kriteria pengguna, rumah tangga dan usaha mikro.

Akan tetapi, pengembangan sistem informasi dalam sistem pendistribusian tertutup LPG Tertentu ini belum

dapat menjamin ketepatan isi tabung, baik karena factor teknis maupun tindakan illegal. dalam konteks

tersebut perlu dikembangkan verifikasi yang tidak hanya berbasis dokumen

4.9.3 Handling dan Pengolahan Data/Dokumen Serta Analisa Volume Pendistribusian LPG

Tertentu dalam Satuan Waktu

Proses ini merupakan suatu proses yang harus dilalui untuk mendapatkan data yang akan digunakan dalam

pengambilan keputusan. Proses ini berlangsung seperti dalam diagram berikut ini:

Tabel 4-15 Proses Handling Data

Aktivitas Instrumen Kerja PIC

- Data/Dokumen - Administrasi dokumen

- Validator

Page 104: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Tabel 4-16 Proses Inventarisasi Data Sampai Analisa Data

Aktivitas Instrumen Kerja PIC

- Data - Administrasi dokumen

- Validator

- Data Entri

4.10 Monitoring dan Pelaporan Hasil Transaksi LPG Tertentu

Agar sistem dapat berjalan sebagaimana mestinya maka perlu dilakukan sistem monitoring dan pelaporan ke

stakeholder terkait, agar tujuan dari perancangan distribusi tertutup dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Dalam pelaporan ini selain dipaparkan data hasil verifikasi juga dipaparkan kendala dan sebab-sebab terjadinya

ketidaksesuaian sehingga kebijakan selanjutnya tidak hanya berkutat pada penerapan sistem yang ideal,

namun harus mempertimbangkan aspek-aspek sosial dan budaya yang ada di masyarakat, karena merekalah

objek dari sistem pendistribusian LPG tertentu secara tertutup.

4.10.1 Melakukan Verifikasi On Desk

Proses verifikasi ini bertujuan untuk mendapatkan data realisasi penyaluran dari SPBE/SPPBE ke penyalur.

Proses verifikasi ini dilakukan dengan cara membandingkan data penyaluran versi Pertamina dengan data

penyaluran LPG tertentu oleh SPBE/SPPBE ke penyalur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

berikut:

Page 105: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Tabel 4-17 Proses Verifikasi On DeskData Realisasi versi Pertamina dan Versi SPBE/SPPBE

Aktivitas Instrumen Kerja PIC

- Form Survey

- Data dari Pertamina

- Data dari SPBE/SPPBE

- Lead Surveyor

- Surveyor

4.10.2 Melakukan Verifikasi On The Spot

Setelah didapatkan data realisasi berdasarkan verifikasi On Desk maka langkah selanjutnya adalah proses

verifikasi di lapangan/On the Spot untuk mengecek kebenaran data sehingga didapatkan data yang benar-

benar akurat. Untuk melakukan verifikasi on the spot ini tidak perlu dilakukan pada semua SPBE/SPPBE dan

Penyalur, cukup dilakukan sampling yang dapat mewakili data SPBE/SPPBE dan Penyalur sepenuhnya.

Verifikasi on the spot ini dibagi lagi menjadi verifikasi yang lebih kecil.

4.10.2.1 Melakukan pemeriksaan data sistem berbasis delivery order/DO yang dimiliki Badan

Usaha Pelaksana PSO (PT. Pertamina (Persero)) dengan bukti transaksi Surat Pengantar

Pengiriman/SPP di SPBE/SPPBE

Proses verifikasi di SPBE/SPPBE dilakukan dengan cara melakukan sampling berdasarkan data hasil verifikasi on

desk. Proses verifikasi ini dilakukan dengan cara membandingkan data nomor DO dari sistem pertamina

dengan bukti transaksi berupa Surat Pengantar Pengiriman yang ada di SPBE/SPPBE.

Proses ini bertujuan untuk mendapatkan bukti nyata penyaluran dari SPBE/SPPBE ke penyalur. Nomor-nomor

DO yang tidak sesuai berdasarkan verifikasi on desk kemudian diminta bukti fisiknya, jika bukti fisik ada maka

kemungkinan terjadi ketidaksesuaian tersebut karena memang ada faktor lain seperti menyusutnya volume

gas ketika pengiriman atau bisa juga karena faktor lainnya yang mungkin dapat diterima. Apabila SPBE/SPPBE

Page 106: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

tidak dapat menampilkan bukti fisik SPP maka kemungkinan ada indikasi terjadinya praktek “nakal” dari

SPBE/SPPBE. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram alir berikut:

Tabel 4-18 Proses Verifikasi On the Spot Berbasiskan Nomor DO di SPBE/SPPBE

Aktivitas Instrumen Kerja PIC

- Data dari verifikasi

on desk

- Data dari

Pertamina

- Data dari

SPBE/SPPBE

- Lead

Surveyor

- Surveyor

Page 107: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4.10.2.2 Melakukan pemeriksaan data sistem berbasis delivery order/DO yang dimiliki Badan

Usaha Pelaksana PSO (PT. Pertamina (Persero)) sebagaimana yang telah diperiksa di

SPBE/SPPBE dengan bukti transaksi Surat Pengantar Pengiriman/SPP di Penyalur

Proses verifikasi di Penyalur dilakukan dengan cara melakukan sampling berdasarkan data hasil verifikasi on

desk. Proses verifikasi ini dilakukan dengan cara membandingkan data nomor DO dari sistem pertamina

dengan bukti transaksi berupa Surat Pengantar Pengiriman yang ada di Penyalur.

Proses ini bertujuan untuk mendapatkan bukti nyata penyaluran dari Penyalur ke Sub Penyalur. Nomor-nomor

DO yang tidak sesuai berdasarkan verifikasi on desk kemudian diminta bukti fisiknya, jika bukti fisik ada maka

kemungkinan ketidaksesuaian mungkin karena memang ada faktor alam seperti menyusutnya volume gas

ketika pengiriman atau bisa juga karena faktor lainnya yang mungkin dapat diterima. Apabila Penyalur tidak

dapat menampilkan bukti fisik SPP maka mungkin terdapat praktek “nakal” dari Penyalur. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada diagram alir berikut:

Page 108: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Tabel 4-19 Proses Verifikasi On the Spot Berbasiskan Nomor DO di Penyalur

Aktivitas Instrumen Kerja PIC

- Data dari

verifikasi on desk

- Data dari

Pertamina

- Data dari

SPBE/SPPBE

- Lead Surveyor

- Surveyor

Page 109: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4.10.2.3 Melakukan pemeriksaan ketepatan isi tabung dengan melakukan analisa terhadap data

terkait dan/atau membandingkan hasil penimbangan berat tabung setelah diisi dengan

tabung kosong di SPBE/SPPBE atau Penyalur

Melalui implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG Tertentu, pelaksanaan verifikasi dapat dilakukan

secara sistematis menggunakan seperangkat teknologi kartu kendali, EDC dan fasilitas internet. dengan

penggunaan kartu kendali, maka dipastikan hanya pemilik kartu kendali yang sudah diverifikasi dan ditetapkan

sebagai pengguna yang berhak yang dapat bertransaksi. dengan demikian, penggunaan kartu kendali ini secara

sistematis dapat menghindari penggunaan LPG Tertentu oleh konsumen yang tidak berhak. Untuk

meminimalisasi penjualan LPG Tertentu oleh pengguna yang berhak, secara sistem dapat dikembangkan kuota

pengisian ulang selama satu bulan untuk setiap kriteria pengguna, rumah tangga dan usaha mikro.

Akan tetapi, pengembangan sistem informasi dalam sistem pendistribusian tertutup LPG Tertentu ini belum

dapat menjamin ketepatan isi tabung, baik karena factor teknis maupun tindakan illegal. dalam konteks

tersebut perlu dikembangkan verifikasi yang tidak hanya berbasis dokumen.

Kegiatan usaha perdagangan khusus Bahan Bakar Gas dan Jasa Pengisian/Pembotolan/Angkutan Gas serta

Kegiatan Pengecatan Tabung ELPIJI (LPG) mempunyai potensi menimbulkan dampak bagi lingkungan dan

sekitarnya, baik dampak negatif maupun dampak positif. Dalam proses pengerjaan kegiatan sampai

operasional produksi perlu dilakukan rencana langkah pengelolaan lingkungan secara tepat dan efisien dengan

tujuan agar potensi dampak negatif yang ada dapat dikelola dan dihilangkan. Sedang dampak positif yang ada

dapat dikelola untuk menjadi lebih optimal. Berikut ini ditunjukkan gambar alur verifikasi Ketepatan Isi Tabung

LPG Tertentu di SPBE/SPPBE atau di Penyalur.

Page 110: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Tabel 4-20 Verifikasi Ketepatan Isi Tabung LPG Tertentu di SPBE/SPPBE atau di Penyalur

Aktivitas Instrumen Kerja PIC

- Data dari verifikasi on

desk

- Alat tulis

- Form verifikasi

- Lead Surveyor

- Surveyor

Page 111: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4.11 Pelaporan dan Presentasi

Pelaporan dan presentasi kegiatan kepada pemilik kerja menjadi tahap akhir dari rangkaian pelaksanaan

kegiatan. Laporan dan presentasi yang disampaikan kepada pemilik kerja terdiri atas tiga tahap, yakni laporan

pendahuluan, laporan antara, dan laporan akhir.

4.11.1 Laporan

Penyampaian laporan biasanya dilakukan oleh seorang bawahan kepada atasan, dalam hal ini adalah atasan

yang memberikan tugas / perintah atau yang mempunyai fungsi kontrol dan pengawasan atas dirinya atau atas

kegiatan yang dilaporkan. Laporan juga bisa bersifat koordinatif (komunikasi horizontal) bila ditulis oleh

petugas dengan posisi sejajar dengan pembacanya. dalam laporan ini terbagi atas laporan pendahuluan,

laporan antara, dan laporan akhir serta ringkasan eksekutif.

4.11.1.1 Laporan Pendahuluan

Materi laporan pendahuluan diantaranya memuat:

a. Substansi KAK (latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, objek dan wilayah kegiatan, dll)

b. Perkembangan perijinan dan koordinasi dengan Stakeholder ,

c. Gambaran umum objek kegiatan, meliputi profil SPBE, Penyalur dan Sub Penyalur,

d. Gambaran umum rantai distribusi (SPBE-Penyalur-Sub Penyalur) dan realisasi volume penyaluran isi ulang

LPG Tertentu di masing-masing wilayah kegiatan,

e. Kendala-kendala yang dihadapi di lapangan,

f. Program solusi atas kendala-kendala yang dihadapi di lapangan.

4.11.1.2 Laporan Antara

Materi laporan antara merupakan materi hasil pencapaian kegiatan paruh waktu yang di antaranya memuat:

a. Perkembangan registrasi penyalur dan sub penyalur

b. Pelaksanaan updating data pengguna yang berhak menggunakan LPG 3 Kg

c. Pelaksanaan distribusi kartu kendali

d. Progress pelaksanaan koordinasi dengan Stakeholders

e. Pemeliharaan infrastruktur

4.11.1.3 Laporan Akhir

Laporan akhir merupakan revisi dari draft laporan akhir yang sudah disesuaikan dengan masukkan dari

counterparts, yang diantaranya memuat:

a. Hasil penataan lembaga penyalur

b. Hasil Penanganan dan Pemecahan Masalah

c. Hasil penghitungan volume distribusi LPG tertentu

Page 112: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

d. Hasil pengembangan infrastruktur dalam sistem pendistribusian tertutup

e. Pengawasan dan monitoring sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu

f. Kesimpulan dan rekomendasi

4.11.1.4 Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif merupakan ringkasan dari laporan akhir yang disajikan untuk keperluan konsumsi

pimpinan kerja. Ringkasan ini berfungsi untuk mempermudah dalam menelaah dan mengetahui isi dari laporan

akhir yang disajikan dalam bentuk tulisan laporan yang isinya merupakan resume atau ringkasan dari laporan

akhir. Dalam ringkasan eksekutif hanya berisi point-point penting dari laporan akhirnya.

4.11.2 Presentasi

Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin. Berbeda dengan pidato yang lebih

sering dibawakan dalam acara resmi dan acara politik, presentasi lebih sering dibawakan dalam acara bisnis.

Tujuan dari presentasi bermacam-macam, misalnya untuk membujuk dan untuk memberi informasi (biasanya

oleh seorang pakar), atau untuk meyakinkan. Fungsi dari presentasi adalah untuk memaparkan hasil

pelaksanaan suatu kegiatan yang telah dilakukan. Presentasi tersebut dipaparkan kepada pemberi tugas untuk

tujuan pelaporan secara lisan.

4.11.2.1 Presentasi Laporan Pendahuluan

Presentasi laporan pendahuluan dilaksanakan untuk memaparkan konsep-konsep yang telah disusun dalam

laporan pendahuluan. Presentasi ini berisi tentang substansi KAK, perkembangan perijinan dan koordinasi

dengan Stakeholder, gambaran umum objek kegiatan dan rantai distribusi, kendala dan solusi yang ada di

lapangan.

4.11.2.2 Presentasi Laporan Antara

Merupakan presentasi yang disampaikan ketika pekerjaan telah berjalan sampai paruh waktu. Materi pada

presentasi taersebut berisi revisi laporan pendahuluan dan progres hasil kegiatan. Pada materi revisi ini

terdapat materi mengenai perkembangan registrasi penyalur dan sub penyalur, perubahan data pengguna

yang berhak menerima subsidi LPG 3kg, perkembangan pendistribusian kartu kendali, perkembangan

koordinasi dengan para Stakeholder , dan proses pemeliharaan infrastruktur, serta hasil pelaksanaan kegiatan

pembinaan dan pengawasan lembaga penyalur.

4.11.2.3 Presentasi Laporan Akhir

Presentasi laporan akhir dilakukan untuk menyampaikan isi dari draft laporan akhir sebelum akhirnya dibuat

laporan akhir dari revisi yang diberikan oleh para counterparts. Materi yang ada dalam presentasi laporan

akhir ini meliputi: hasil penataan lembaga penyalur, hasil penanganan dan pemecahan masalah, hasil

perhitungan volume distribusi LPG tertentu, hasil pengembangan infrastruktur dalam sistem pendistribusian

tertutup, serta hasil pelaksanaan pembinaan dan pengawasan.

Page 113: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

BAB 5HASIL KEGIATAN

5.1 Identifikasi dan inventarisasi data sekunder

Dalam rangka menyusun project management plan, kegiatan pertama yang dilakukan adalah melakukan

inventarisasi dan analisis data sekunder yang relevan terkait kegiatan implementasi sistem pendistribusian LPG

Tertentu. Menurut KAK, terdapat tiga kelompok kegiatan yang berkaitan dengan inventarisasi dan analisis data

sekunder. Ketiga kelompok kegiatan tersebut dijelaskan sebagai berikut.

5.1.1 Inventarisasi data hasil pelaksanaan kegiatan 2011

Kegiatan implementasi distribusi tertutup LPG tertentu telah dimulai sejak dari tahun 2009 sampai 2011

meliputi Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu), Kota Surakarta, Kabupaten

Purbalingga, Kabupaten Sumedang, dan Kota Pekanbaru, dan Kota Semarang. Untuk mengembangkan suatu

sistem monitoring distribusi LPG tertentu secara tertutup diperlukan data atau informasi yang memadai

tentang perkembangan pelaksanaan kegiantan implementasi sistem distribusi tertutup LPG tertentu. Data

hasil verifikasi penerima dan penerima kartu kendali tahun 2011.

Kabupaten Malang

Kabupaten Malang juga merupakan salah satu wilayah di Malang Raya yang juga menerima kartu kendali.

Kartu kendali tersebut dibagikan kepada usaha mikro (UM) dan rumah tangga (RT) yang terdiri dari keapal

rumah tangga dan dan keluarga. Berikut ini adalah data hasil verifikasi penerima dan penerima kartu kendali

2011 di Kabupaten Malang

Tabel 5-21 Data hasil verifikasi penerima dan penerima kartu kendali Kabupaten Malang

Kecamatan Rumah Tangga (RT) Usaha Mikro (UM) TotalAmpelgading 13.864 273 14.137Bantur 20.019 335 20.354Bululawang 16.217 657 16.874Dampit 27.071 698 27.769Dau 13.819 864 14.683Donomulyo 18.211 95 18.306Gedangan 13.449 261 13.710Gondanglegi 20.210 903 21.113Jabung 17.794 47 17.841Kalipare 18.862 193 19.055Karangploso 16.817 237 17.054Kasembon 7.382 309 7.691Kepanjen 24.332 1.507 25.839Kromengan 10.513 423 10.936Lawang 21.862 73 21.935Ngajum 12.631 532 13.163Ngantang 16.726 562 17.288

Page 114: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Kecamatan Rumah Tangga (RT) Usaha Mikro (UM) TotalPagak 12.215 313 12.528Pagelaran 17.261 300 17.561Pakis 27.926 211 28.137Pakisaji 19.576 1.565 21.141Poncokusumo 23.553 610 24.163Pujon 17.203 913 18.116Singosari 33.665 540 34.205Sumber Pucung 14.448 364 14.812Sumbermanjing 22.863 209 23.072Tajinan 14.092 400 14.492Tirto Yudo 15.666 144 15.810Tumpang 18.270 775 19.045Turen 28.848 3.603 32.451Wagir 20.553 702 21.255Wajak 21.583 424 22.007Wonosari 12.292 324 12.616

Malang Total 609.793 19.366 629.159

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa total penerima dan penerima kartu kendali di Kab. Malang

sebanyak 629.159 KK. Dari jumlah tersebut yang paling banyak menerima kartu kendali adalah kecamatan

Singosari dengan jumlah penerimanya sebanyak 34.205 KK. Disusul kecamatan Turen dengan jumlah penerima

kartu kendalinya sebanyak 32.451 KK. Sedangkan kecamatan yang menerima kartu kendali paling kecil adalah

kecamatan Kasembon dengan jumlah penerima kartu kendalinya sebanyak 7.691 KK.

5.1.1.1 Data dan karakteristik lembaga penyalur dan jalur distribusi

5.1.1.1.1 Kabupaten Malang

Penyaluran penyalur di Kabupaten Malang setelah adanya penataan dapat dilihat dari tabel di bawah. Setiap

penyalur memiliki jumlah wilayah antara 1 hingga 34 Kelurahan per penyalur. Penyalur yang paling banyak

memiliki wilayah Kelurahan yaitu PT. Ilham Berkah Jaya yang meyalurkan ke 34 Desa/ Kelurahan.

Tabel 5-22 Wilayah Penyaluran Penyalur di Kabupaten Malang

Penyalur Kecamatan Desa/ KelurahanPT. Abadi Putra Jaya Poncokusumo 2PT. Abadi Putra Jaya Singosari 4PT. Alim Raya Gondanglegi 9PT. Alim Raya Pagelaran 2PT. Aman Damai Sejahtera Bululawang 1PT. Aman Damai Sejahtera Dau 3PT. Aman Damai Sejahtera Ngantang 6PT. Aman Damai Sejahtera Pakisaji 3PT. Aman Damai Sejahtera Pujon 4PT. Aman Damai Sejahtera Wagir 4PT. Araya Jaya Karangploso 2PT. Bantar Jaya Wagir 1PT. Budikarsa Adi Wijaya Migas Pakis 3PT. Budikarsa Adi Wijaya Migas Turen 3PT. Cakra Niaga Abadi Jabung 2PT. Cakra Niaga Abadi Kasembon 1PT. Cakra Niaga Abadi Ngantang 4PT. Cakra Niaga Abadi Pujon 3PT. Catalog Indah Warna Bululawang 2

Page 115: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Penyalur Kecamatan Desa/ KelurahanPT. Catalog Indah Warna Sumbermanjing 4PT. Catalog Indah Warna Tirto Yudo 1PT. Catalog Indah Warna Turen 5PT. Dwi Tunggal Jaya Migas Ampelgading 2PT. Dwi Tunggal Jaya Migas Bululawang 1PT. Dwi Tunggal Jaya Migas Dampit 2PT. Dwi Tunggal Jaya Migas Pakisaji 1PT. Dwi Tunggal Jaya Migas Wagir 3PT. Galaxi Energi Pratama Poncokusumo 2PT. Galaxi Energi Pratama Singosari 4PT. Galaxi Energi Pratama Tumpang 1PT. Garuda Patra Anvika Jaya Kalipare 4PT. Garuda Patra Anvika Jaya Pagak 2PT. Gempar Nusantara Ampelgading 5PT. Gempar Nusantara Bantur 2PT. Gempar Nusantara Poncokusumo 1PT. Gempar Nusantara Tirto Yudo 1PT. Gunawan Migas Dampit 3PT. Gunawan Migas Jabung 1PT. Gunawan Migas Tumpang 5PT. Herdiyanto Soedirman Group Ampelgading 6PT. Herdiyanto Soedirman Group Tirto Yudo 4PT. Ilham Berkah Jaya Bantur 4PT. Ilham Berkah Jaya Bululawang 5PT. Ilham Berkah Jaya Gedangan 3PT. Ilham Berkah Jaya Kepanjen 2PT. Ilham Berkah Jaya Ngajum 2PT. Ilham Berkah Jaya Pagak 3PT. Ilham Berkah Jaya Pagelaran 5PT. Ilham Berkah Jaya Pakis 1PT. Ilham Berkah Jaya Pakisaji 2PT. Ilham Berkah Jaya Tajinan 5PT. Ilham Berkah Jaya Wagir 2PT. Marhamah Migas Utama Pakis 1PT. Marhamah Migas Utama Poncokusumo 3PT. Marhamah Migas Utama Tajinan 1PT. Marhamah Migas Utama Tumpang 1PT. Marhamah Migas Utama Wajak 2PT. Mulya Sri Rejeki Dampit 2PT. Mulya Sri Rejeki Dau 2PT. Mulya Sri Rejeki Poncokusumo 3PT. Mulya Sri Rejeki Sumbermanjing 7PT. Mulya Sri Rejeki Tirto Yudo 3PT. Permata Putra Bululawang 2PT. Permata Putra Kepanjen 2PT. Permata Putra Pakis 1PT. Permata Putra Singosari 1PT. Permata Putra Turen 2PT. Permata Putra Wagir 1PT. Sari Bumi Mulia Donomulyo 9PT. Sari Bumi Mulia Jabung 3PT. Sari Bumi Mulia Karangploso 1PT. Sari Bumi Mulia Poncokusumo 4PT. Sari Bumi Mulia Singosari 3PT. Sari Bumi Mulia Tumpang 4PT. Semangat Baru Jaya Bantur 2PT. Semangat Baru Jaya Donomulyo 1PT. Semangat Baru Jaya Gondanglegi 3PT. Semangat Baru Jaya Kalipare 2PT. Semangat Baru Jaya Kepanjen 5PT. Semangat Baru Jaya Kromengan 1PT. Semangat Baru Jaya Ngajum 3

Page 116: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Penyalur Kecamatan Desa/ KelurahanPT. Semangat Baru Jaya Pagak 3PT. Semangat Baru Jaya Wonosari 5PT. Setia Timoer Pakis 2PT. Setia Timoer Sumbermanjing 4PT. Setia Timoer Tumpang 2PT. Setia Timoer Turen 2PT. Seulawah Inong Bantur 1PT. Seulawah Inong Bululawang 1PT. Seulawah Inong Gondanglegi 1PT. Seulawah Inong Sumber Pucung 2PT. Seulawah Inong Tirto Yudo 2PT. Seulawah Inong Turen 2PT. Seulawah Inong Wajak 2PT. Sinar Wahana Surya Mandiri Kromengan 6PT. Sinar Wahana Surya Mandiri Ngajum 4PT. Sinar Wahana Surya Mandiri Pakisaji 1PT. Sumber Alam Rasyid Keluarga Dampit 1PT. Sumber Alam Rasyid Keluarga Pakis 2PT. Sumber Alam Rasyid Keluarga Wajak 4PT. Sumber Jaya Elpiji Jabung 3PT. Sumber Jaya Elpiji Kalipare 3PT. Sumber Jaya Elpiji Sumber Pucung 5PT. Sumber Makmur Jaya Lestari Bululawang 1PT. Sumber Makmur Jaya Lestari Dampit 2PT. Sumber Makmur Jaya Lestari Jabung 1PT. Sumber Makmur Jaya Lestari Pakis 2PT. Sumber Makmur Jaya Lestari Poncokusumo 2PT. Sumber Makmur Jaya Lestari Tumpang 2PT. Sumber Makmur Jaya Lestari Wajak 3PT. Sutopo Putra Lawang 1PT. Sutopo Putra Tajinan 2PT. Tirta Delima Abadi Dau 3PT. Tirta Delima Abadi Kasembon 3PT. Tirta Delima Abadi Ngantang 3PT. Trijaya Abadi Sentausa Bantur 1PT. Trijaya Abadi Sentausa Pagelaran 1PT. Trijaya Abadi Sentausa Tirto Yudo 2PT. Trijaya Abadi Sentausa Turen 2PT. Trijaya Abadi Sentausa Wagir 1PT. Wargo Warisono Waris Wargo Suko Dampit 2PT. Wargo Warisono Waris Wargo Suko Gondanglegi 1PT. Wargo Warisono Waris Wargo Suko Pagelaran 2PT. Wargo Warisono Waris Wargo Suko Tajinan 1PT. Wargo Warisono Waris Wargo Suko Wajak 2PT. Whisnu Karya Bakti Gedangan 5PT. Whisnu Karya Bakti Kepanjen 1PT. Whisnu Karya Bakti Wonosari 3Puskopad "A" Dam V Brawijaya Singosari 1

(Sumber : Ditjen Migas, 2011)

5.1.1.2 Volume realisasi penyaluran SP(P)BE dan penerimaan penyalur di wilayah terpilih tahun

2011

Pada laporan ini disajikan tentang realisasi volume penyaluran SP(P)BE dan penerimaan penyalur di 8 wilayah

kegiatan implementasi pendistribusian tertutup LPG tertentu. Masing-masing realisasinya akan dijelaskan pada

bagian ini.

Page 117: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

5.1.1.2.1 Malang Raya

Data hasil verifikasi volume penyaluran pada 33 penyalur di Malang Raya dari bulan januari sampai dengan

bulan desember 2011 dapat dilihat padatabel berikut:

Tabel 5-23 Perbandingan volume penyaluran LPG tertentudi SPBE dan 33 Penyalur Malang

Raya

BULAN MYSAP DO SELISIHJANUARI 2.083.882 2.083.882 -FEBRUARI 1.921.440 1.921.440 -MARET 2.247.360 2.247.360 -APRIL 2.155.880 2.155.880 -MEI 2.254.380 2.254.380 -JUNI 2.241.520 2.241.520 -JULI 2.295.680 2.295.680 -AGUSTUS 2.394.680 2.394.680 -SEPTEMBER 2.394.000 2.394.000 -OKTOBER 2.282.620 2.282.620 -NOVEMBER 2.278.590 2.278.590 -DESEMBER 1.181.680 1.181.680 -

TOTAL 25.731.712 25.731.712 -

5.1.2 Pengolahan dan filling data awal

Filling data adalah segala tindakan atau perbuatan atau kegiatan yang berhubungan dengan masalah

pengumpulan, klasifikasi, penyimpanan, penempatan, pemeliharaan dan distribusi atas surat – surat, catatan –

catatan, perhitungan – perhitungan, grafik – grafik, data ataupun informasi yang lain dan tindakan tersebut

dilakukan dengan setepat – tepatnya dalam rangka melakukan suatu proses manajemen sehingga ketika data

tersebut dicari lagi maka akan dapat dipanggil lagi dengan mudah untuk keperluan tertentu. Dengan adanya

pengolahan dan filling data maka secara tidak langsung akan mempermudah sistem pembuatan laporan.

5.1.3 Analisa awal terhadap data hasil kegiatan 2011

Setelah selesai dilakukan proses pengolahan data, maka selanjutnya dilakukan proses analisis awal terhadap

hasil kegiatan tahun 2011. Data yang akan dianalisis terbagi ke dalam beberapa jenis kelompok data yaitu,

Data Terkait Pengguna LPG Tertentu, Data Terkait Rantai Suply LPG Tertentu dan Data Transaksi Penyaluran

LPG Tertentu serta Data Regulasi. Output dari analisis data akan berupa strategi dan perencanaan lapangan.

Strategi dan perencanaan lapangan yang dihasilkan berupa koordinasi dengan stakeholders di setiap wilayah

kegiatan, perencanaan penyiapan infrastruktur dan SDM pelaksana kegiatan, pemilihan metode sosialisasi dan

komunikasi kegiatan serta analisis data yang terkait LPG tertentu. Dengan adanya metode sosialisasi maka

akan diharapkan terjadinya koordinasi yang aktif antar masing-masing stakeholder serta target pelaksanaan

implementasi distup. Peran aktif masyarakat dan stakeholder akan membantu terlaksananya program

implementasi pendistribusian tertutup LPG tertentu dapat berjalan lancar.

Page 118: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

5.2 Evaluasi metodologi pelaksanaan kegiatan dan mekanisme pembinaan dan

pengawasan pendistribusian LPG tertentu secara tertutup

5.2.1 Evaluasi terhadap hasil pelaksanaan kegiatan 2011

Pembinaan dan pengawasan yang diakukan pada tahun sebelumnya, secara umum masih belum optimal. Hal

ini dapat dilihat dari ketaatan pada level lembaga penyalur dan pengguna. Bila digambarkan dalam bentuk

tabel hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan 2011 dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 5-24 Evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan 2011

Substansi Hasil EvaluasiPenataan Rantai Suplai 1. Belum optimalnya pola pendistribusian sesuai hasil

penataan 2. Belum optimalnya penggunaan aplikasi desktop

(umumnya baru data transaksi in penyalur yg terinput)Optimalisasi Peran Pengguna 1. Belum optimalnya penggunaan kartu kendali

2. Pola transaksi distribusi LPG ke pengguna masih berubah-ubah

Regulasi & Stakeholder 1. Beberapa regulasi terkait distup belum diterbitkan di daerah

2. Belum optimalnya peran stakeholder dalam distup (monitoring dan law enforcement)

Sistem Teknologi Informasi 1. Transaksi out penyalur belum tercatat secara otomatis

Pada penataan rantai suplai (SCM) pada penyalur dan sub penyalur menunjukkan bahwa pendistribusian LPG

tertentu sesuai dengan hasil penataan 2011 belum optimal. Kemudian pada perangkat IT yang terdapat pada

penyalur (PC desktop) yang telah ditanamkan aplikasi sistem distribusi tertutup juga belum digunakan secara

optimal, secara umum data transaksi out (keluar) dari penyalur ke sub penyalur belum tercatat dengan baik.

5.2.2 Evaluasi terhadap permasalahan yang ada pada kegiatan sebelumnya

Permasalahan yang terjadi pada kegiatan implementasi sistem pendisribusian tertutup LPG tertentu tahun

2011 yang paling umum adalah rendahnya penggunaan kartu kendali sebagai sarana pembelian LPG 3 kg oleh

masyarakat di lembaga penyalur, hal ini dikarenakan pembinaan dan pengawasan terhadap sistem tidak

dilakukan secara berkala/kontinyu. Dengan adanya sistem pembinaan dan pengawasan yang tidak berkala

tersebut mengakibatkan kesadaran masyarakat yang menggunakan kartu kendali menjadi tidak stabil bahkan

mengalami penurunan.Secara tidak langsung hal ini, mengakibatkan sistem pendistribusian tertutup LPG

tertentu menjadi tidak optimal.Permasalahan selanjutnya adalah mengenai penataan wilayah salur, secara

umum penataan wilayah salur yang melibatkan lembaga penyalur tidak semudah ketika merancangnya diatas

kertas.Hal tersebut membutuhkan usaha yang maksimal dan dukungan dari berbagai pihak, tanpa dukungan

dan usaha yang maksimal menyebabkan penataan tidak berjalan sesuai dengan waktu yang diharapkan.Akibat

Page 119: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

dari penataan tersebut regulasi terkait dengan implementasi distribusi tertutup menjadi tertunda dan belum

bisa digunakan sebagai alat monitoring dari sistem distribusi tertutup.

Beberapa masalah tersebut memang berdampak secara langsung pada proses pelaksanaan implementasi

pendistribusian tertutup LPG tertentu. Salah satunya adalah kurang optimalnya proses penataan lembaga

penyalur. Oleh karena itu perlu metode dan mekanisme pembinaan dan pengawasan terhadap jalannya proses

implementasi distup. Fungsi dari pembinaan dan pengawasan tersebut adalah untuk melakukan monitoring

pelaksanaan distup agar pelanggaran dan dan penyelewengan program implementasi distup dapat

diminimalisir.

5.2.3 Evaluasi terhadap infrastruktur yang ter-install pada kegiatan sebelumnya

Beberapa infrastruktur yang terinstall sebelumnya masih belum optimal, hal ini diketahui dari beberapa

desktop dan EDC yang tidak bisa beroperasi dengan baik. Seperti kerusakan komponen EDC di tengah kegiatan

implementasi, padahal sebelum dilakukan instalasi sudah dicek dan hasilnya baik. Hal ini disebabkan oleh

kurangnya sumber daya manusia yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan secara berkala. Kemudian

untuk level penyalur, orang yang mampu mengoperasikan aplikasi desktop sistem distribusi tertutup sangat

terbatas. Sehingga ketika orang yang bersangkutan berhalangan pada hari tertentu, maka tidak ada gantinya.

Hal ini mengakibatkan pencatatan transaksi pada penyalur menjadi tidak kontinyu atau berlubang.

5.2.4 Disain mekanisme pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan Pendistribusian Tertutup LPG

Tertentu secaratertutup

Materi atau isi dari mekanisme pembinaan dan pengawasan pada kegiatan implementasi sistem

pendistribusian tertutup LPG tertentu tahun 2012 secara umum dilakukan bertahap yang dilakukan pada

penyalur, sub penyalur, dan kelompok pengguna. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terkait dengan

sistem distribusi tertutup pada tahun 2012, secara rinci akan direncanakan sebagai berikut :

5.2.4.1 Pembinaan di tingkat Penyalur

Pembinaan pada tingkat penyalur secara umum menekankan pentingnya distribusi tertutup terutama

mengenai sistem rantai distribusi penyaluran LPG tertentu pada tingkat penyalur, selain itu juga dilakukan

pembinaan mengenai hal-hal teknis seputar infrastruktur yang ada pada penyalur itu sendiri. Dengan

pembinaan ini diharapkan penyalur ikut mendukung sistem distribusi tertutup, selain itu juga penggunaan

aplikasi pada desktop yang telah dibagikan dapat dipergunakan secara optimal. Berikut ini tabel materi

pembinaan di tingkat penyalur.

Tabel 5-25 Pembinaan Penyalur

NO MATERI PEMBINAAN PELAKSANAAN HASIL YANG DIHARAPKAN

1.Pemahaman Pendalaman Sistem Distribusi Tertutup

Pemilik dan Pegawai Penyalur Resmi

Mendukung Sistem Distribusi tertutup

2. Trainning penggunaan Desktop dan Pegawai Administrasi Penyalur Paham menggunakan Aplikasi

Page 120: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Kartu Penyalur Resmi pada desktop

3.

Pembahasan Sub Penyalur ditetapkan dan Mekanisme Penyaluran ke Sub Penyalur pada Sistem Distribusi Tertutup

Pemilik dan Pegawai Penyalur Resmi

Paham pada sub bagian rantai distribusinya

5.2.4.2 Pengawasan di tingkat Penyalur

Pengawasan pada tingkat penyalur pada dasarnya menekankan pada rantai suplai penyaluran dari penyalur

(SCM) agar jumlah saluran LPG tertentu bisa tepat. Selain itu dalam pengawasan pada penyalur terdapat juga

pengawasan terhadap penggunaan infrastruktur yang ada pada penyalur (desktop), yang diharapkan

penggunaanya dapat maksimal. Pada kegiatan verifikasi isi ulang LPG tertentu (refill) dalam distribusi tertutup,

terdapat pengecekan kebenaran data antara penyaluran dari SPPBE hingga penyalur yang dilakukan secara

berkala. Dengan kegiatan ini diharapkan perbandingan data antara badan usaha niaga dan data penyalur tidak

memiliki perbedaan (sama) . Apabila disajikan dalam bentuk tabel, terlihat sebagai berikut :

Tabel 5-26 Pengawasan Penyalur

NO MATERI PENGAWASAN PELAKSANA HASIL YANG DIHARAPKAN

1.Pengawasan Terhadap Disiplin Penyaluran di Wilayah Distrubusi Tertutup

Tim Monitoring Daerah Kepada Penyalur Resmi

Pada penyalur resmi cukup disiplin melaksanakan penyaluran di area rayon

2.Pengawasan penggunaan Desktop dan Kartu Penyalur

Pegawai Administrasi Penyalur Resmi

Menggunakan aplikasi pada desktop di penyalur secara menyeluruh

3.Pengawasan terhadap ketepatan jumlah saluran LPG

Pemilik dan Pegawai Penyalur Resmi

Perbandingan data antara data badan usaha niaga dan data penyalur menunjukan cukup tepat.

5.2.4.3 Pembinaan di tingkat sub Penyalur

Pembinaan di tingkat sub penyalur pada kegiatan implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu

tahun 2012 mencakup tentang materi pemahaman distribusi tertutup secara umum, sehingga diharapkan sub

penyalur yang ada saat ini memahami dan mendukung program distribusi tertutup. Fungsi dari adanya

pembinaan tersebut adalah untuk memberi pemahaman terhadap sub penyalur terkait implementasi distribusi

tertutup. Materi dari pembinaan tehadap sub penyalur dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5-27 Pembinaan sub Penyalur

NO MATERI PEMBINAAN PELAKSANA HASIL YANG DIHARAPKAN

1.Pemahaman distribusi tertutup Pemilik Dan Pegawai Sub

PenyalurPaham dan Mendukung Distribusi tertutup

2.Pemahaman dan sosialisasi media-mekanisme transaksi kartu kendali-EDC/Logbook,

Pemilik & Pegawai Sub Penyalur Antusias dan partisipatif dalam menggunakan EDC

3.Pemahaman Tentang Kelompok Pengguna

Pemilik & Pegawai Sub Penyalur Paham terhadap kelompok pengguna yang ada dibawahnya

Page 121: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

5.2.4.4 Pengawasan di tingkat sub Penyalur

Pengawasan di tingkat sub penyalur terdiri dari pengawasan transaksi (pencatatan volume transaksi EDC dan

kartu kendali), diharapkan pengawasan ini dapat dilaksanakan oleh pemilik dan pegawai sub penyalur

kedepannya. Hal ini dikarenakan petugas pengawasan tidak dapat mengontrol/mengawasi sub penyalur

sepanjang waktu, sehingga sub penyalur itu sendiri yang mempunyai peran besar untuk ikut ambil bagian

dalam proses monitoring dan pengawasan untuk tanggung jawab terhadap rantai suplainya. Berikut ini adalah

materi pengawasan terhadap sub penyalur.

Tabel 5-28 Pengawasan sub Penyalur

NO MATERI PENGAWASAN PELAKSANA HASIL YANG DIHARAPKAN1. Pencatatan volume transaksi EDC

dan Kartu KendaliPemilik dan Pegawai Sub Penyalur

Memahami dan mendukung sistem distribusi tertutup yang berjalan

2. Pelaksanaan transaksi hanya pada kelompok pengguna

Pemilik dan Pegawai Sub Penyalur

Memahami dan mendukung kegiatan distup

5.2.4.5 Pembinaan di tingkat Pengguna

Pembinaan pada tingkat pengguna/ kelompok pengguna, akan ditekankan pada pemahaman tentang sistem

distribusi tertutup terutama manfaat dari sistem tersebut kepada pengguna LPG tertentu. Selain pemahaman

tentang sistem distribusi tertutup secara umum, pembinaan juga ditujukan untuk menambah pengetahuan

pengguna LPG tertentu terhadap mekanisme kartu kendali dan kelompok pengguna dan sub penyalur. Dengan

adanya pembinaan seperti ini diharapkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan kartu kendali

akan semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Tabel 5-29 Pembinaan Pengguna

NO MATERI PEMBINAAN HASIL YANG DIHARAPKAN

1. Pemahaman Tentang Sistem Distribusi TertutupPaham tentang distup dan mau menjalankan ketentuan dalam distup

2.Mekanisme Kartu Kendali dan Kelompok Pengguna dan Sub Penyalur ditetapkan

Paham tentang penggunaan kartu kendali sehingga mau melaksanakan ketentuan dan penggunaan kartu kendali untuk melakukan transaksi di sub penyalur hasil penetapan

Page 122: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

5.2.4.6 Pengawasan di tingkat Pengguna

Pengawasan di tingkat pengguna akan dititikberatkan pada pengawasan penggunaan kartu kendali dan disiplin

transaksi pada sub penyalur yang telah ditetapkan, hal ini sangat penting mengingat pada kegiatan

sebelumnya kedisiplinan dari pengguna masih belum optimal.

Tabel 5-30 Pengawasan Pengguna

NO MATERI PENGAWASAN HASIL YANG DIHARAPKAN1. Penggunaan Kartu Kendali Terlihat peningkatan penggunaan kartu kendali

2.Disiplin Transaksi Pada Sub Penyalur Ditetapkan

Sudah terlihat pemindahan pola pembelian kepada sub penyalur yang ditetapkan pada kelompok penggunanya.

3.Pengetahuan Pengguna tentang distup

Masyarakat sudah mulai paham arti pentingnya Distup di wilayahnya.

5.2.5 Perencanaan dan strategi pelaksanaan kegiatan lapangan, pelatihan dan mobilisasi

personil

Sub bab ini menjelaskan tentang proses perencanaan dan strategi di lapangan, terkait SDM, Manpower, dan

proses mobilisasi masing-masing personil. Untuk lebih jelasnya mengenai masing-masing sub bab ini dapat di

jelaskan pada sub bab berikut.

5.2.5.1 Perencanaan dan strategi pelaksanaan kegiatan lapangan

Perencanaan dan strategi pelaksana kegiatan lapangan pada kegiatan implementasi sistem pendistribusian

tertutup LPG tertentu pada tahun 2012 dibagi menjadi beberapa posisi yang mempunyai jobdesk khusus.

Diharapkan dengan adanya jobdesk ini perencanaan dan strategi yang akan diterapkan dilapangan dapat

berjalan dengan optimal, secara lengkap dijabarkan pada tabel dibawah ini :

Tabel 5-31 Jobdesk Pelaksana Lapangan

POSISI JOBDESK

AM

- Melakukan perencanaan terhadap kegiatan perizinan, pelatihan, implementasi infrastruktur, pembinaan dan pengawasan, dan verifikasi distribusi isi ulang untuk wilayah yang berkaitan. Perencanaan dibuat dalam bentuk rencana kerja, jangka waktu pelaksanaan, dan target waktu penyelesaian pekerjaan, yang terdapat di dalamnya 5 w + 1 h- Menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan- Melakukan perijinan kepada Gubernur/Bupati/WaliKota pada SKPD terkait- Melakukan koordinasi dan sosialisasi perencanaan kegiatan (hasil sebelumnya dan rencana tindak lanjut di tahun ini) dengan stakeholder- Melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah dalam hal penerapan regulasi daerah- Witness dan memberikan justifikasi atas hasil kerja AS dan FAO

AS - Membantu AM dan PMO wilayah dalam melakukan perencanaan dengan memberikan data dan informasi - Membantu AM dan PMO wilayah dalam kegiatan perizinan- Membantu AM dan PMO wilayah dalam menerapkan program kerja yang sudah dibuat- Melakukan mobilisasi personil dan non personil- Inventarisasi infrastruktur IT (EDC, PC, server dan perangkat IT lainnya) berdasarkan jumlah, sistem dan fungsi sesuai dengan perencanaan

Page 123: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

- Membantu dalam pengerjaan dan menyelesaikan semua pekerjaan kegiatan maintenance- Melakukan supervisi terhadap hasil kegiatan FAO yang dibuktikan dengan adanya form dan berita acara

AOC

- Membantu PMO wilayah dan AM untuk mempersiapkan administrasi perijinan ke stakeholder- Melakukan persiapan sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan di wilayah- Melakukan penyiapan perangkat kerja dan instrumen implementasi lapangan (EDC, PC, server dan perangkat IT lainnya dan form Berita Acara)- Melakukan pendistribusian dan instalasi perangkat kepada seluruh penyalur dan sub penyalur resmi yang ditunjuk- Melakukan maintenance terhadap infrastruktur yang dibuktikan dengan adanya form dan berita acara sebagai berikut :Berita Acara Maintenance DesktopBerita Acara Maintenance EDC- Melakukan pembinaan dan pengawasan yang dibuktikan dengan adanya form dan berita acara sebagai berikut :Berita Acara Binwas Penyalur Berita Acara Binwas SP Berita Acara Binwas KPForm Pengaduan dan Pengajuan customer service Rekap Penanganan Pengaduan dan Pengajuan - Monitoring dan pelaporan hasil transaksi LPG yang dibuktikan dengan adanya form dan berita acara sebagai berikut :Rekap dan Contoh SPPRekap dan Contoh Transport Fee Rekap dan Contoh Filling Fee Kertas Kerja Verifikasi

5.2.5.2 Pelatihan dan mobilisasi personil

Pelatihan dan mobilisasi personil pada kegiatan implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu

dilakukan dengan memberikan materi yang telah disesuaikan dengan kondisi masing-masing wilayah kegiatan.

Adapun tujuan umum diadakannya pelatihan yaitu :

1. Penyamaan visi dan misi dalam program kegiatan implemetasi sistem pendistribusian tertutup LPG

tertentu di Kota Pekanbaru;

2. Tersampaikannya pemahaman kepada pelaksana lapangan akan kegiatan implemetasi sistem

pendistribusian tertutup LPG tertentu;

3. Pembekalan dan transfer of knowledge kepada pelaksana lapangan akan kegiatan implemetasi sistem

pendistribusian tertutup LPG tertentu.

Kemudian untuk mobilisasi tenaga ahli, pertama kali diadakan pertemuan dengan membahas secara

mendalam mengenai distribusi tertutup di 8 wilayah kegiatan yang dilanjutkan dengan diskusi.

5.2.6 Disain pola dan pelaksanaan koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan Stakeholder

Pola koordinasi pada kegiatan implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu pada tahun 2012

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5-32 Disain Pola Koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan Stakeholder

Page 124: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

NOJENIS

KOORDINASIMETODE STAKEHOLDER TUJUAN

1Sosialisasi Propinsi

Paparan

Gubernur

Tersosialisasinya kegiatan distribusi tertutup di wilayah Kabupaten dan terjalinnya hubungan baik dengan Pemerintah Propinsi di wilayah kegiatan.

ESDM PropinisiDukungan dari stakeholder terkait

pekerjaan implementasi distribusi tertutup LPG tertentu

VP Pertamina GasdomDitjen MigasBupati/ WaliKota

2Sosialisasi

KabupatenPaparan

Bupati/ WaliKota

Tersosialisasinya kegiatan distribusi tertutup di wilayah Kabupaten dan terjalinnya hubungan baik dengan Pemerintah Daerah setempat.

SKPDDukungan dari stakeholder terkait

pekerjaan implementasi distribusi tertutup LPG 3 kg

PertaminaCamatHiswanaKepolisian

3Sosilisasi

KecamatanPaparan

Camat

Tersosialisasinya kegiatan distribusi tertutup di wilayah Kabupaten dan terjalinnya hubungan baik dengan pihak Kecamatan dan Kelurahan

Lurah/ Kepala DesaDukungan dari stakeholder terkait

pekerjaan implementasi distribusi tertutup LPG 3 kg

4Koordinasi

Internal dengan Gasdom

Pendekatan persuasif

Gasdom PertaminaDikeluarkannya Surat edaran gasdom

(pusat & daerah) terkait dukungan dan keputusan penataan penyalur

5Rapat

Koordinasi KecilDiskusi

Hiswana Kabupaten/ Kota Tercapainya kesepahaman dan kesanggupan, serta detail teknis dalam rangka implementasi distribusi tertutup dari hiswana dan penyalur

Penyalur LPG di wilayah Kab./ Kota

6 Rapat Koordinasi Kecil

Diskusi Tim MonitoringPenyusunan rencana kerja tim

monitoring, dan tupoksi

7 DiskusiKetua Tim Monitoring Revisi dan pembahasan draft

penetapan lembaga penyalur dan mekanisme penyaluran LPG 3 kg

Rapat Koordinasi Kecil

Staf Ahli bidang hukum dan ekonomi Kabupaten/Kota

8Koordinasi

internal dengan Tim Monitoring

Pendekatan persuasif

Ketua tim Monitoring

Dikeluarkannya surat edaran dari Pemerintah Daerah ke Kecamatan, Kelurahan, Pengguna dan pelaku bisnis LPG untuk mendukung kegiatan distub

Dikeluarkannya surat edaran untuk penyalur dan sub panyalur melakukan registrasi sebagai lembaga penyalur resmi

5.3 Perijinan dan koordinasi dengan Stakeholder

Agar pelaksanaan Implementasi dan Pengembangan Sistem Pengawasan Pendistribusian LPG tertentu berjalan

dengan lancar maka perlu adanya perizinan kegiatan. Proses perizinan merupakan kegiatan yang bersifat

birokratis yang dapat menghambat jalannya kegiatan jika tidak dijalankan dengan prosedur yang telah

ditetapkan. Perijinan pelaksanaan kegiatan ini melibatkan berbagai pihak terkait baik di tingkat pusat maupun

daerah. Jika proses perizinan telah didapat maka pelaksanaan selanjutnya berupa koordinasi dengan

stakeholders terkait dapat dilaksanakan.

Page 125: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Selain perijinan, sesuai dengan amanat yang tercantum dalam Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri

Nomor 17 Tahun 2011 dan Menteri ESDM No. 05 Tahun 2011 tentang pembinaan dan pengawasan

pendistribusian tertutup LPG tertentu di Daerah, bahwa dalam rangka pembinaan dan pengawasan

sebagaimana dimaksud perlu melibatkan peran serta pemerintah daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota.

Sebelum koordinasi dilakukan ditingkat Kabupaten, koordinasi di pemerintahan pusat perlu dilakukan.

Pemerintah pusat adalah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Kementerian Dalam Negeri

sedangkan Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/WaliKota dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintah Daerah. Mempersiapkan administrasi perijinan ke stakeholder.

Perizinan adalah penting adanya bagi pelaksanaan kegiatan, selain untuk melegalkan kegiatan implementasi

distribusi tertutup LPG 3 Kg tertentu, kegiatan perizinan juga bertujuan untuk mendapatkan dukungan dari

stakeholder dan menciptakan kesempatan bagi stakeholder, dalam hal ini adalah pemerintah daerah untuk

berperan aktif dalam mensuksekan kegiatan implementasi distribusi tertutup LPG 3 Kg tertentu di wilayah

yang dipilih. Tahapan dalam perizinan adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan administrasi perijinan ke stakeholder;

Stakeholder dalam hal ini adalah Kementerian ESDM melalui Dirjen Migas dan Kemendagri. Dirjen

Migas diharapkan dapat memberikan surat keterangan ataupun pengantar sehubungan dengan

kegiatan implementasi distribusi tertutup LPG 3 Kg tertentuserta Kemendagri diharapkan dapat

memberikan surat pengantar kepada pemerintah daerah setempat yang berisikan himbauan untuk

berperan aktif dalam mendukung kegiatan implementasi distribusi tertutup LPG 3 Kg tertentu.

Guna mendapatkan izin tersebut, konsultan juga mempersiapkan berbagai macam kelengkapan

administrasi yang dimungkinkan dan diperlukan guna pelaksanaan pengurusan izin pelaksanaan

kegiatan tersebut.

Beberapa administrasi perijinan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

a. Surat Permohonan Kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal

Migas perihal permohonan izin pelaksanaan kegiatan di wilayah terkait

b. Surat pengantar dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal Migas

perihal penugasan pelaksanaan kegiatan di wilayah terkait

c. Surat pengantar dari Kementerian Dalam Negeri perihal pelaksanaan kegiatan di wilayah

terkait dan permohonan keterlibatan pemerintah daerah serta instansi terkait

d. Company Profile

e. Selayang Pandang Kegiatan Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup

2. Melakukan perijinan kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Propinsi, dan Kabupaten/Kota

setempat

3. Melakukan koordinasi dan sosialisasi perencanaan kegiatan dengan stakeholder;

Pada tahap ini, dibahas bersama-sama mengenai hasil pekerjaan tahun sebelumnya,

mengidentifikasi key success dan kekurangan atau program yang belum berjalan dengan optimal.

Seperti telah dibahas di atas, bahwa untuk menentukan permasalahan yang masih ada dan

Page 126: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

tindakan perbaikan yang akan diambil, maka perlu dilakukan asistensi dengan pemerintah daerah

setempat.

4. Melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah dalam hal penerapan regulasi daerah.

Dalam rangka mewujudkan peran aktif pemerintah daerah untuk mendukung kegiatan implementasi distribusi

tertutup LPG 3 Kg tertentu di wilayah yang dipilih, maka diperlukan koordinas dengan pemerintah daerah

dalam melakukan tindakan perbaikan yang telah disepakati dalam poin sebelumnya. Regulasi pemerintah

daerah merupakan dasar hukum dari kegiatan pembinaan dan pengawasan (tindakan perbaikan) yang akan

dilakukan.

5.3.1 Perijinan kepada Pemerintah Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota setempat

Perijinan kepada Pemerintah Daerah (Pemerintah Daerah) Propinsi dan Kabupaten/Kota setempat merupakan

langkah awal dalam rangka melakukan kegiatan implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu

pada tahun 2012. Dibawah ini akan digambarkan kondisi status perijinan pada masing-masing wilayah

tersebut.

Tabel 5-33 Status Administrasi perijinan

No. Kabupaten/Kota 1 2 3 4 55 Kota Malang √ √ √ √ √6 Kabupaten Malang √ √ √ √ √7 Kota Batu √ √ √ √ √

Keterangan:

1 = SPMK, 2 = Surat Pengantar dari Migas, 2 = Surat pengantar dari Kemendagri, 4 = Surat Permohonan Izin

dari Perusahaan, 5 = Surat tugas dari Perusahaan

Surat pengantar dari Dirjen Migas dan Kemendagri akan menjadi dasar kegiatan perizinan untuk memperoleh

ijin dari Gubernur/Bupati/WaliKota. Perizinan ini dilakukan secara bertahap, artinya setelah mendapat izin dari

Gubernur kemudian melakukan perizinan ke WaliKota/ Bupati. Proses perizinan tersebut perlu waktu yang

cukup sekaligus untuk melakukan koordinasi dengan pihak stakeholder terkait. Hasil dari perizinan tersebut

berupa surat perizinan yang telah disetujui oleh pihak Pemerintah Daerah yng nantinya kan diteruskan ke

jajaran instansi terkait yang ada di bawahnya. Dari ke 3 wilayah Kab/Kota tersebut semua sudah mengeluarkan

surat perijinan untuk melakukan distribusi tertutup di wilayahnya. Dari hasil surat perijinan tersebut kemudian

di tindaklanjuti dengan melakukan inventarisasi data awal kemudian baru melakukan kegiatan lapangan

dengan melakukan pembinaan dan pengawasan terkait distup di masing-masing wilayah.

5.3.2 Koordinasi dan sosialisasi perencanaan kegiatan dengan stakeholder

Beberapa koordinasi dan sosialisasi dengan stakeholder yang telah dilakukan terkait perencanaan kegiatan dan

rencana tindak lanjut meliputi Koordinasi dan Sosialisasi sebagai berikut :

- Koordinasi dengan Gasdom pusat dan daerah

Page 127: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Koordinasi Kegiatan dengan Gasdom Pusat dan Daerah. Koodrinasi dengan pihak Gasdom dilakukan

dalam rangka meminta dukungan dan kerjasama terutama di wilayah kerja masing-masing Gasdom.

- Koordinasi dengan Hiswana Migas dan Penyalur

Koordinasi dengan Hiswana Migas dan Penyalur, melaksanakan koordinasi dengan pihak Hiswana

Migas dan penyalur agar tercapai kesepahaman dan kesanggupan serta detail teknis dalam rangka

Pengawasan Sistem Pendistribusian Tertutup LPG Tertentu.

- Koordinasi dengan pemerintahan propinsi dan kabupaten/Kota

Memperoleh dukungan dari pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota agar kegiatan ini

dapat dilaksanakan dengan baik dan terjalinnya hubungan yang baik antara pelaksana kegiatan dan

pemerintah daerah setempat.

- Sosialisasi pendistribusian LPG Tertentu secara tertutup

Koordinasi bertujuan untuk mendapatkan dukungan terhadap program distribusi tertutup LPG tertentu dan

tersampaikannya program distribusi tertutup pada level masyarakat pengguna dan pelaku bisnis penyaluran

LPG tertentu. Koordinasi tersebut dapat berupa kerjasama dalam hal melakukan kegiatan sosialisasi di

wilayahnya. Bentuk sosialisasi tersebut mulai dari sosialisasi tingkat pusat hingga ke tingkat desa.

1. Sosialisasi di Tingkat Pemerintah Propinsi dan Pemkab

Sosialisasi Kegiatan di pemerintah propinsi dan kabupaten/kota ini di lakukan di wilayah propinsi terkait distup.

Tujuan dari sosialisasi ini adalah:

a. Mensosialisasikan kegiatan implementasi Sistem pendistribusian LPG Tertentu di wilayah Kab. Malang.

b. Memperoleh dukungan dari pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota agar kegiatan ini dapat

dilaksanakan dengan baik dan terjalinnya hubungan yang baik antara pelaksana kegiatan dan pemerintah

daerah setempat.

2. Sosialisasi di Tingkat Kecamatan

Sosialisasi Pelaksanaan Kegiatan Tingkat Kecamatan. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini dalam rangka

mensosialisasikan kegiatan implementasi Sistem pendistribusian LPG Tertentu wilayah Kab. Malang dengan

demikan diharapkan selama kegiatan berlangsung mendapatkan dukungan penuh dari pihak kecamatan,

kelurahan dan masyarakat pengguna

3. Sosialisasi di Tingkat Desa

Sosialisasi di tingkat desa dilakukan melalui perangkat desa terkait dan melalui kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh desa. Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk mempermudah dan mendapat dukungan dalam

melakukan koordinasi dan sosialisasi di wilayah desa.

Berikut ini beberapa gambar foto dokumentasi kegiatan koordinasi di masing-masing wilayah.

Page 128: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Gambar 5-5 Foto Kegiatan Koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kab. Malang

5.4 Persiapan dan pelatihan kepada pelaksana kegiatan di wilayah

Persiapan dan pelatihan kepada pelaksana kegiatan di wilayah mencakup beberapa hal seperti persiapan

sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan, pelatihan personil pelaksana, mobilisasi personil dan non personil,

dan yang terakhir adalah penyiapan perangkat kerja dan instrumen kegiatan dalam rangka implementasi

sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu. Diharapkan dengan adanya persiapan yang matang, maka

permasalahan-permasalahan yang akan muncul nantinya dapat diminimalisir.

5.4.1 Persiapan sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan di wilayah

Persiapan sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan di wilayah dilakukan berdasarkan pada ketentuan yang

ada dalam perjanjian kontrak kerja.

5.4.2 Pelatihan personil pelaksana

Pelatihan personil pelaksana di lapangan pada kegiatan implementasi distup 2012 meliputi pemahaman awal

mengenai pentingnya maintenance sistem distribusi tertutup. Kemudian dijelaskan juga mengenai metodologi

yang digunakan di lapangan beserta instrumen yang dibutuhkan. Sistem pelatihan yang dilakukan dengan cara

mengumpulkan peserta pelatihan dalam satu tempat, berikut ini adalah dokumentasi kegiatan pelatihan

terkait dengan distup maintenance di Malang Raya. Berikut ini beberapa foto dan hasil dokumentasi kegiatan

pelatihan personil dilapangan yang ada di Malang Raya.

Page 129: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Gambar 5-6 Foto Kegiatan Pelatihan di Kabupaten Malang

5.4.3 Mobilisasi personil dan non personil

Mobilisasi personil dan non personil untuk kegiatan lapangan mencakup personil tenaga ahli dan tenaga

pendukung. Tenaga ahli terdiri dari 1 (satu) tenaga ahli yang berfungsi sebagai ketua tim dan didukung dengan

6 (enam) tenaga ahli muda yang terdiri dari berbagai bidang ilmu kajian. Berikut adalah uraian fungsi, tugas

dan tanggungjawab dari masing-masing tenaga ahli:

1. Ketua Tim (Ahli Kepala Management)

Ketua tim merupakan posisi tertinggi pada pelaksanaan pekerjaan Implementasi Distribusi tertutup

LPG 3 Kg. Tugas-tugas yang diemban seorang ketua tim, diantaranya adalah memimpin proyek,

mengontrol semua perubahan dalam proyek dan mereviewnya, bertanggung jawab secara teknis

terhadap semua kualitas dan hasil pekerjaan, serta mengkoordinasi seluruh perencanaan program

teknis serta pengaturan tugas dan kewajiban yang menyangkut pengumpulan, seleksi dan sortasi data

awal, identifikasi permasalahan, pembangunan, simulasi, implementasi, pengadaan instalasi

perangkat keras dan perangkat lunak, pemasukan data, pelatihan, pelaporan, dan dokumentasi

sistem.

2. Tenaga Ahli Muda Sosiologi

Tenaga ahli muda memiliki peranan dalam membantu ketua tim dalam menjalankan kegiatan

implementasi Sistem Distribusi Tertutup LPG 3 Kg. Adapun tugas dan tanggung jawab yang dimiliki

tenaga ahli muda sosiologi adalah membantu membuat bahan atau materi survei yang komunikatif

dan mudah diserap oleh tim survei lapangan, membantu memberikan arahan dan masukan kepada

Page 130: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

tim survei lapangan, serta membantu menganalisa perilaku masyarakat dengan adanya regulasi baru

sehingga masyarakat dapat menerima kebijakan yang baru.

3. Tenaga Ahli Muda Supply Chain Management

Tenaga ahli muda memiliki peranan dalam membantu ketua tim dalam menjalankan kegiatan

implementasi Sistem Distribusi Tertutup LPG 3 Kg. Adapun tugas dan tanggung jawab yang dimiliki

tenaga ahli muda supply chain managementadalah membantu ketua tim untuk melakukan analisa

terhadap rantai distribusi lembaga penyalur LPG tertentu saat dipergunakan rantai distribusi yang

tertutup, membantu ketua tim untuk mengumpulkan data mengenai kondisi infrastruktur lembaga

penyalur LPG tertentu serta keberadaan, membantu ketua tim untuk menghitung kebutuhan jumlah

lembaga penyalur dan volume LPG tertentu yang disalurkan, membantu ketua tim untuk membantu

memberikan arahan terhadap tim teknis survey, membantu ketua tim untuk melakukan suvervisi dan

pengawasan kualitas survey, membantu ketua tim untuk membuat rancangan atau sistem rantai

distribusi (supply chain) yang ideal.

4. Tenaga Ahli Muda Statistik

Tenaga ahli muda memiliki peranan dalam membantu ketua tim dalam menjalankan kegiatan

implementasi Sistem Distribusi Tertutup LPG 3 Kg. Adapun tugas dan tanggung jawab yang dimiliki

tenaga ahli muda statistik adalah membantu ketua tim untuk memberikan arahan dalam pelaksanaan

pekerjaan pengumpulan data awal untuk semua kegiatan dalam proyek ini, membantu melakukan

koordinasi dan pengaturan dalam pelaksanaan pengumpulan data awal, membantu ketua tim

mengelompokkan dan menyusun data awal dalam format statistik untuk bahan perhitungan dan

pengolahan,membantu ketua tim melakukan konversi dan formating data hasil pengumpulan data

awal ke dalam format statistik yang telah ditentukan

5. Tenaga Ahli Muda Sistem Informasi

Tenaga ahli muda memiliki peranan dalam membantu ketua tim dalam menjalankan kegiatan

implementasi Sistem Distribusi Tertutup LPG 3 Kg. Adapun tugas dan tanggung jawab yang dimiliki

tenaga ahli muda sistem informasi adalah membantu ketua tim menyusun persiapan aplikasi database

untuk mempermudah input dan pengolahan data baik hardware maupun software, membantu ketua

tim melakukan koordinasi pihak terkait dalam pembuatan aplikasi database, membantu ketua tim

membuat konsep modul pelatihan sistem informasi manual untuk aplikasi database, membantu ketua

tim membuat semua laporan tentang kaidah-kaidah sistem informasi baik secara aplikasi maupun

teoritis.

6. Tenaga Ahli Muda Hukum

Tenaga ahli muda memiliki peranan dalam membantu ketua tim dalam menjalankan kegiatan

implementasi Sistem Distribusi Tertutup LPG 3 Kg. Adapun tugas dan tanggung jawab yang dimiliki

tenaga ahli muda hukum adalah membantu ketua tim membuat payung hukum dalam pelaksanaan

Page 131: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

pekerjaan, membantu ketua tim dalam melakukan koordinasi dengan pejabat terkait yang

berhubungan dengan hukum yang berlaku, membantu ketua tim melakukan koordinasi pekerjaan

dengan tenaga ahli lainnya, serta membantu ketua tim membuat semua laporan pelaksanaan serta

bahan presentasi mengenai pelaksanaan kegiatan sebagaimana yang ditentukan dalam kerangka

acuan kerja.

7. Tenaga Ahli Muda Manajemen

Tenaga ahli muda memiliki peranan dalam membantu ketua tim dalam menjalankan kegiatan

implementasi Sistem Distribusi Tertutup LPG 3 Kg. Adapun tugas dan tanggung jawab yang dimiliki

tenaga ahli muda manajemen adalah melakukan analisa manajemen untuk semua kegiatan dalam

proyek ini, melakukan koordinasi dengan ketua tim ahli dalam pengendalian proyek mulai dari

perencanaan sampai pelaksanaan, serta membuat semua laporan pelaksanaan serta bahan presentasi

mengenai manajemen.

5.4.4 Penyiapan perangkat kerja dan instrumen kegiatan lapangan

Dalam pelaksanaan kegiatan lapangan terkait dengan implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG

tertentu, diperlukan perangkat kerja dan instrumen kegiatan lapangan seperti form, BA, SOP, dan buku

panduan.Penyiapan perangkat kerja tersebut telah dilakukan beberapa bulan sebelumnya, sehingga

pelaksanaan kegiatan di lapangan dapat berjalan dengan optimal dan tidak menghabiskan banyak waktu.

Penyiapan perangkat kerja tersebut meliputi beberapa hal yang terkait dengan kegiatan di lapangan, mulai dari

penyusunan form survei, penyiapan Berita Acara, penyusunan SOP dan pembuatan buku panduan sebagai

modul acuan pelaksanaan pekerjaan.

5.5 Implementasi infrastruktur sistem pendistribusian tertutup LPG Tertentu

Implementasi infrastruktur sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu meliputi dua kegiatan utama.

Kegiatan yang pertama adalah pendistribusian dan instalasi sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu,

sistem tersebut meliputi pemasangan server di pusat, PC Desktop di penyalur dan Electronic Data Capture

(EDC) pada sub penyalur. Selain didistribusikan juga dilakukan instalasi aplikasi yang akan digunakan nantinya,

aplikasi tersebut mempunyai beberapa fungsi seperti memudahkan pencatatan transaksi dan pengawasan

(monitoring) data transaksi yang terjadi selama implementasi distribusi tertutup.

5.5.1 Pendistribusian dan instalasi infrastruktur sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu

Pendistribusian dan instalasi infrastruktur sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu dilakukan di 3 titik

lokasi atau wilayah kabupaten/ Kota. Wilayah tersebut adalah Kota Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang.

Instalasi infrastruktur tersebut berupa seperangkat PC Desktop dan instalasi Electronic Data Capture (EDC).

5.5.1.1 Persiapan infrastruktur IT

Persiapan infrastruktur yang dilakukan untuk mendukung kegiatan implementasi sistem pendistribusian

tertutup LPG tertentu tahun 2012 yang mencakup 3 Kabupaten/ Kota antara lain yaitu :

Page 132: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

1. Set Up kantor pusat dan kantor wilayah yang digunakan sebagai hotline centremengenai distribusi

tertutup pada tahun 2012;

2. Penyediaan server pusat, sebagai data center dari seluruh kegiatan transaksi di Malang Raya;

3. Penyediaan PC Desktop pada penyalur untuk Malang Raya, yang didalamnya diinstal aplikasi khusus

untuk distribusi tertutup;

4. Penyediaan Electronic Data Capture (EDC) untuk sub penyalur yang terpilih.

5.5.1.2 Pendistribusian dan instalasi perangkat kepada seluruh penyalur dan sub penyalur

Pendistribusian dan instalasi perangkat kepada seluruh penyalur dan sub penyalur pada kegiatan implementasi

sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu pada Malang Raya mempunyai target total instalasi desktop di

semua penyalur dan EDC di sub penyalur, serta server di pusat sebagai tempat untuk menyimpan data

transaksi dari daerah. Sampai saat ini kegiatan pendistribusian dan instalasi telah dilakukan ke 3 wilayah

tersebut, setelah dilakukan pendistribusian kegiatan selanjutnya adalah kegiatan pembinaan dan pengawasan

dalam rangka kegiatan distribusi tertutup. Fungsi dari kegiatan ini adalah sebagai sarana monitoring dan

kontrol terhadap pelaksanaan kegiatan implementasi pendistribusian tertutup LPG tertentu.

5.5.2 Integrasi perangkat/infrastruktur pada sistem IT integrasi

Integrasi sistem IT pada kegiatan distibusi tertutup mencakup server hingga EDC, serta pengaktifan sistem

online yang bisa dihandalkan untuk diakses oleh stakeholder yang berkepentingan. Berikut ini disajikan skema

gambar proses integrasi perangkat IT.

Gambar 5-39 Sistem Integrasi Infrastruktur IT

Page 133: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

5.6 Pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan sistem pendistribusian tertutup

LPG tertentu.

Maksud dan tujuan dari Bimbingan dan Pengawasan yaitu memberikan kesamaan pandangan dalam

menyelesaikan dan memecahkan permasalahan yang terkait dengan hasil-hasil pengawasan dan evaluasi

dalam mencapai tujuan program implementasi pendistribusian tertutup LPG tertentu. Tujuan pelaksanaan

bimbingan dan pegawasan tersebut, agar informasi mengenai arah dan kebijakan pengawasan terkait distup

dalam upaya meminimalisasi terjadinya temuan - temuan pemeriksaan yang berulang dapat tersampaikan

dengan baik serta terselesaikannya masalah hasil pengawasan dan evaluasi yang mempengaruhi tujuan

program.Pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu tahun

2012 meliputi kegiatan sebagai berikut :

1. Pengawasan terhadap pelaksanaan sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu

2. Pembinaan terhadap pelaksanaan sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu

3. Pelayanan terpadu penanganan dan informasi pelanggan LPG tertentu dan lembaga penyalur

4. Perhitungan volume transaksi LPG Tertentu

5.6.1 Pengawasan terhadap pelaksanaan sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu

5.6.1.1 Pengawasan terhadap kepatuhan lembaga penyalur dalam melaksanakan penyaluran

LPG tertentu sesuai wilayah yang telah ditentukan

Pengawasan terhadap kepatuhan lembaga penyalur dalam melaksanakan penyaluran LPG tertentu sesuai

wilayah yang ditentukan merupakan salah satu hal yang harus dilaksanakan oleh penyalur dari waktu ke

waktu. Secara umum penyaluran sesuai dengan hasil penataan belum sepenuhnya terlaksana, hal ini

memerlukan pembinaan secara terus menerus dan membutuhkan pendampingan bersamaan dengan

pengawasan terhadap pelaku kegiatan distribusi tertutup yang lain. Hasil dari pengawasan terhadap penyalur

dalam rangka penyaluran sesuai dengan penataan wilayah salur pada Malang Raya tahun 2012 dapat dilihat

sebagai berikut :

Tabel 5-34 Hasil Pengawasan terhadap Penyalur

KAB./ KOTA HASIL PELAKSANAAN

Kabupaten Malang

- Uji coba di 3 Penyalur untuk Penyalur Alim Raya, Seulawah , Cakra Niaga

Abadi (Singosari, Kepanjen, Gondang Legi dan Pakis Haji)

- Sedang dilakukan Penyalur yang masih melakukan rekonsiliasi sudah

menyetujui hasil penataan tetapi belum dapat mendistribusikan sesuai

dengan penataan sebelum rekonsiliasi selesai.

Page 134: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa di beberapa wilayah distribusi tertutup hasil penyaluran penyalur

dalam menyalurkan LPG tertentu sesuai dengan hasil penataan banyak dipengaruhi oleh kondisi geografis yang

sulit terjangkau, sehingga penyaluran belum bisa optimal. Berbeda dengan wilayah kegiatan yang mempunyai

kondisi geografis datar, penyaluran sudah cukup baik (walaupun masih ada kendala di perbatasan wilayah

administratif).

5.6.1.2 Pengawasan terhadap penggunaan infrastruktur transaksi pembelian yang ter-install

pada lembaga penyalur

Pengawasan terhadap infrastruktur disini meliputi beberapa alat yang dijadikan sebagai instrumen transaksi

seperti PC Desktop pada penyalur dan EDC pada sub penyalur. Beberapa permasalahan terkait dengan

infrastruktur transaksi yang paling umum menjadi sumber tidak efektifnya yaitu masalah sumber daya manusia

yang terbatas pada penyalur maupun sub penyalur. Sehingga ketika orang yang mampu mengoperasikan

Desktop maupun EDC berhalangan pada waktu tertentu, maka pencatatan transaksi ikut berhenti. Di beberapa

wilayah kegiatan, penggunaan infrastruktur transaksi sudah cukup baik, hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan

dan kesadaran dari lembaga penyalur itu sendiri dalam menggunakan infrastruktur tersebut.

Berikut ini gambaran secara umum mengenai hasil pengawasan terhadap penggunaan infrastruktur transaksi

pada Malang Raya 2012 :

Tabel 5-35 Hasil Pengawasan terhadap Penggunaan Infrastruktur Transaksi

Kabupaten/ Kota Desktop EDC

Kabupaten Malang

Penggunaan aplikasi desktop di penyalur masih belum cukup optimal, hal ini dikarenakan sumber daya manusia yang mengerti tentang tata cara penggunaan aplikasi desktop penyalur masih sangat terbatas. Perlu adanya transfer pengetahuan tentang cara penggunaan aplikasi desktop ke anggota di penyalur tersebut, sehingga penggunaannya dapat lebih meningkat dan konsisten

Penggunaan EDC di sub penyalur di Kabupaten Malang sudah cukup baik, walaupun ada beberapa sub penyalur yang belum konsisten dalam penggunaannya. Namun diharapkan penggunaannya akan semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu dan pembinaan yang dilakukan secara kontinyu di masing-masing sub penyalur

Dari tabel diatas dapat disimpulkan, bahwa penggunaan infrastruktur transaksi (PC Desktop penyalur dan EDC

sub penyalur) sudah cukup baik akan tetapi ada beberapa wilayah yang masih perlu pembinaan dan

pengawasan sehingga jumlah transaksi yang menggunakan mesin EDC juga semakin meningkat lagi.

5.6.1.3 Pengawasan terhadap penggunaan kartu kendali dalam transaksi pembelian LPG

tertentu di sub penyalur yang telah ditunjuk

Pengawasan terhadap penggunaan kartu kendali dalam transaksi pembelian LPG tertentu di sub penyalur yang

telah ditunjuk, hasilnya sangat beragam antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Kota Semarang

merupakan daerah yang mempunyai kesadaran yang paling rendah dibandingkan dengan daerah yang lainnya,

secara umum gambaran hasil pengawasan di Malang Raya dapat dilihat sebagai berikut :

Page 135: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Tabel 5-36 Hasil Pengawasan terhadap Kelompok Pengguna di Kab. Malang

KABUPATEN/ KOTA HASIL PENGAWASANKabupaten Malang • Terdapat warga yang masih enggan menggunakan kartu kendali saat

bertransaksi, alasanya karena tidak ada benefit yang dirasakan• Terdapat warga belum mengetahui anggota kelompok penggunanya• Perbedaan tingkat budaya dan pendidikan di wilayah pengguna LPG

mengakibatkan sulitnya melakukan pembinaan secara langsung• Terdapat warga masih membeli LPG di sub penyalur terdekat tanpa

memperhatikan wilayah penataan dan kelompok pengguna

5.6.2 Pembinaan terhadap pelaksanaan sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu

Pembinaan terhadap pelaksanaan sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu pada tahun 2012, meliputi

beberapa hal antara lain: pembinaan terhadap kelompok pengguna mengenai tata cara dan keharusan

transaksi menggunakan kartu kendali serta tata cara penggantian/ perubahan kartu kendali, pembinaan

kepada lembaga penyalur dan kelompok pengguna terkaitmekanisme penyaluran LPG tertentu dari penyalur –

sub penyalur – kelompok pengguna sesuai tata penyaluran yang telah ditentukan.Pembinaan kepada lembaga

penyalur terhadap penggunaan dan perawatan infrastruktur sistem transaksi, dan pembinaan kepada lembaga

penyalur dan kelompok pengguna terkait penanganan dan pelaporan permasalahan yang timbul selama

implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu dapat dilakukan secara berkala dan

berkesinambungan.

5.6.2.1 Pembinaan terhadap kelompok pengguna mengenai tata cara dan keharusan transaksi

menggunakan kartu kendali serta tata cara penggantian/perubahan kartu kendali

Pembinaan terhadap kelompok pengguna terkait dengan tata cara dan keharusan transaksi menggunakan

kartu kendali dilakukan melalui beberapa cara yang menyesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat.

Secara umum setelah dilakukan kegiatan pembinaan, maka akan diadakan semacam evaluasi untuk mengukur

tingkat pemahaman masyarakat pengguna LPG tertentu terhadap materi pembinaan. Evaluasi tersebut

berfungsi sebagai control terhadap kegiatan yang dilakukan selama pembinan dan pengawasan.

Tabel 5-37 Hasil Kegiatan Pembinaan terhadap Masyarakat Pengguna LPG

Kab./ Kota Hasil PembinaanKabupaten

Malang

- Keberadaan Customer Service sangat membantu warga pengguna kartu kendali

terkait pelayanan dan pengaduan yang dapat dijadikan sebagai pusat informasi

distup

- Masyarakat sudah mulai paham terhadap penggunaan kartu kendali dan tatacara

penggunaan serta pengajuan jika kartu kendali rusak atu hilang

Dari hasil pembinaan mengenai kartu kendali dan tata cara penggantian/ perubahannya, dapat disimpulkan

bahwa masyarakat sudah cukup paham bagaimana melakukan transaksi pembelian LPG dengan kartu

kendali.Pembinaan tentang hal tersebut secara terus menerusharus selalu dilakukan, agar kesadaran

Page 136: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

masyarakat dalam menggunakan kartu kendali ketika bertransaksi dapat terus ditingkatkan dari waktu ke

waktu. Berikut ini ditunjukkan beberapa gambar foto hasil pembinaan dan pengawasan kelompok pengguna di

beberapa wilayah implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu. Berikut ini disajikan gambar

foto-foto lapangan ketika melakukan pembinaan dan pengawasan di wilayah kab. Malang yang terkena

program implementasi distup.

Secara keseluruhan penyalurannya belum optimal (mengingat kondisi geografis yang berupa pegunungan dan

luas). Wilayah Kabupaten malang merupakan wiayah yang paling luas diantara 3 wilayah yang termasuk

Malang Raya. Kegiatan pembinaan di daerah ini dilakukan dengan menyusuri tiap desa yang terletak didaerah

yang cukup sulit dijangkau. Berikut ini ditunjukkan gambar foto kegiatan pembinaan dan pengawasan di

wilayah Kab. Malang.

Gambar 5-40 Pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan Kel. Pengguna Kab. Malang

5.6.2.2 Pembinaan kepada lembaga penyalur dan kelompok pengguna terkait mekanisme

penyaluran LPG tertentu dari penyalur – sub penyalur - pengguna sesuai tata penyaluran

yang telah ditentukan

Pembinaan kepada lembaga penyalur dan kelompok pengguna terkait penyaluran sesuai dengan hasil

penataan dilakukan pada lembaga penyalur itu sendiri dan kelompok pengguna secara terpisah, namun terkait

dengan pembinaan kelompok pengguna, lembaga penyalur juga ikut berpartisipasi. Diharapkan dengan adanya

partisipasi dari lembaga penyalur, hasil pembinaan akan lebih optimal. Hasil pembinaan mengenai hasil

penataan kepada lembaga penyalur dan kelompok pengguna tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 5-38 Hasil Pembinaan terhadap Lembaga Penyalur

Kabupaten/ Kota Hasil PembinaanKabupaten Malang - Secara keseluruhan penyalurannya belum optimal (mengingat kondisi

geografis yang berupa pegunungan), akan tetapi ada motivasi besar untuk

Page 137: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Kabupaten/ Kota Hasil Pembinaanmenyalurkan LPG sesuai hasil penataan

- Masih dapat melayani pembeli yang bertransaksi tanpa kartu kendali, selama peraturan terkait distup di wilayah tersebut belum ada dan diberlakukan.

- Beberapa penyalur ada yang tidak mengantar tabung LPG ke sub-sub penyalur yang ditentukan, sehingga sub penyalur harus mengambil sendiri tabung tersebut ke penyalur, oleh karena itu dilakukan pembinaan dan pengawasan secara berkala

- Ada beberapa EDC yang kadang eror dan hilang sinyal, sehingga transaksi kadang tidak tercatat dalam mesin EDC, sehingga perlu teknisi untuk meminimalisir kejadian tersebut

Berikut ini ditunjukkan foto hasil pembinaan dan pengawasan terhadap sub penyalur di wilayah implementasi

sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu.

Gambar 5-41 Kegiatan Pembinaan dan Pengawasan Sub penyalur di Kab. Malang

Gambar foto diatas adalah pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengawasan yang telah dilakukan di wilayah

Kab. Malang. Kegiatan tersebut dilakukan di tingkat sub penyalur. Kegiatan pembinaan da pengawasan

meliputi kegiatan pendampingan terhadap sub penyalur terkait penggunaan EDC dan mekanisme pelaksanaan

distribusi tertutup. Saat ini Kab. Malang memiliki 5 SPBE/SPPBE, 13 penyalur dan 1.301 sub penyalur yang

mendistribusikan LPG tertentu dari pertamina hingga kelompok pengguna.

Secara keseluruhan hasil kunjungan dari bimbingan dan pengawasan akan membuat lembaga penyalur

menjadi lebih aktif untuk saling berinteraksi dan berkoordinasi. Dengan adanya bimbingan dan pengawasan

juga akan berpengaruh pada program implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu. Lembaga

penyalur merupakan salah satu stakeholder yang berperan secara langsung terhadap program distup yang ada

di wilayah. Kunjungan-kunjungan yang dilakukan melalui bimbingan dan pengawasan mampu meningkatkan

kesadaran masyarakat akan arti pentingnya distup. Berikut ini contoh form hasil kunjungan pembinaan dan

pengawasan kelembaga penyalur.

Page 138: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Gambar 5-42 Form Kegiatan Pembinaan dan Pengawasan Lembaga Penyalur

Form diatas adalah salah satu contoh bentuk form hasil kunjungan terhadap sub peyalur terkait mekanisme

implementasi distribusi tertutup di salah satu wilayah. Form tersebut sebagai acuan kunjungan pelaksanaan

pembinaan dan pengawasan, yang berfungsi juga sebagai form chek list.

5.6.2.3 Pembinaan kepada lembaga penyalur terhadap penggunaan dan perawatan infrastruktur

sistem transaksi

Pembinaan kepada lembaga penyalur terhadap penggunaan dan perawatan infrastruktur sistem transaksi

dilakukan dalam sekali dalam tiap bulan (dalam bentuk kunjungan ke lembaga penyalur), walaupun untuk

kegiatannya di lapangan sendiri dapat dilakukan lebih dari sekali dalam tiap bulan ketika dirasakan perlu

(ketika ada beberapa permasalahan teknis dan non teknis) yang diluar kemampuan lembaga penyalur dalam

menyelesaikannya.

Tabel 5-39 Hasil Pembinaan kepada Lembaga Penyalur terhadap Penggunaan dan Perawatan

Infrstruktur Sistem Transaksi

Kabupaten/ Kota Pelaksana Hasil PembinaanKabupaten Malang Tim penyuluh lapangan lembaga penyalur cukup memahami tata cara

penggunaan dan perawatan infrastruktur sistem transaksi yang terpasang di masing-masing wilayah

Page 139: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

5.6.2.4 Pembinaan kepada lembaga penyalur dan kelompok pengguna terkait penanganan dan

pelaporan permasalahan yang timbul selama implementasi sistem pendistribusian

tertutup LPG tertentu

Pembinaan kepada lembaga penyalur dan kelompok pengguna terkait penanganan dan pelaporan

permasalahan yang timbul selama implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu. Pembinaan

tersebut dilakukan untuk membina dan memberikan pendampingan serta memberi pemahaman kepada

lembaga penyalur dan kelompok pengguna yang ada di masing-masing wilayah.

Berikut ini ditunjukkan data hasil pembinaan dari masing-masing wilayah implementasi pendistribusian

tertutup LPG tertentu.

Tabel 5-40 Hasil Pembinaan terkait penanganan dan pelaporan permasalahan yang timbul

selama implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu

Kabupaten/ Kota Pelaksana Hasil PembinaanKabupaten Malang Tim penyuluh lapangan Melalui Customer Service, lembaga penyalur dan

kelompok pengguna dapat melaporkan dan berbagai permasalahan yang timbul terkait pelporan dan transaksi. Dalam hal ini sebagian lembaga penyalur sudah sangat paham terhadap mekanismenya

5.6.3 Pelayanan terpadu penanganan dan informasi pelanggan LPG tertentu dan lembaga

penyalur

Pelayanan terpadu (customer service) adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan tingkat

kepuasan customer, sehingga memiliki perasaan bahwa suatu produk atau jasa telah memenuhi harapan

pelanggan. Pelayanan terpadu adalah sistem yang dibangun untuk menangani keluhan atau pengaduan

pelanggan terkait dengan diimplementasikannya sistem pendistribusian LPG tertentu di Kota Malang,

Kabupaten Malang, dan Kota Batu.

Proses pelayanan terpadu ini yaitu melalui layanan telepon dimana setiap masyarakat yang ingin melakukan

pengaduan atau keluhan terkait implementasi sistem pendistribusian LPG tertentu dapat menelepon pada line

telfon yang ada pada posko-posko yang disediakan ataupun dengan bertatap muka langsung dengan pegawai

front office. Customer Serviceakan merekap semua pengaduan kemudian melaporkannya kebagian back office

untuk kemudian ditindaklanjuti.Berikut ini skema tata cara pelayanan terpadu.

Page 140: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Gambar 5-43 Skema Tata Cara Pelayanan Terpadu

Pelaksanaan pelayanan terpadu tersebut dilakukan untuk memudahkan dalam pelaksanaan implementasi

disrtribusi tertutup LPG tertentu di masing-masing wilayah distup. Hal tersebut merupakan cara standar yang

digunakan ketika melakukan pelayanan terhadap anggota dan para pelaku distribusi tertutup.Masing-masing

wilayah sudah terdapat tempat pelayanan dan pengaduannya, pelayanan ini sering disebut dengan customer

service.Tugas dari pelayanan terpadu tersebut adalah untuk menampung dan melayani segala bentuk

pengaduan yang terkait dengan pelaksanaan distribusi tertutup. Pelaku distribusi tertutup tersebut yaitu

penyalur, sub penyalur dan kelompok pengguna. Pengaduan dan keluhan tersebut dapat berupa sistem nya

maupun hal-hal yang terkait dengan teknis pelaksanaannya.Berikut ini ditunjukkan beberapa gambar foto

customer servicesdi beberapa wilayah implementasi distup.

Page 141: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Gambar 5-44 Pelayanan Terpadu Customer Service Kabupaten Malang

Gambar foto diatas adalah foto customer service yang berada di wilayah perwakilan Malang Raya. Kantor ini

beralamat: lengkap di Jl. Basuki Rahmad 6A, Kota Malang.Wilayah Malang raya merupakan salah satu wilayah

bagian dari propinsi Jawa Timur yang melakukan program implementasi distribusi tertutup. Wilayah ini terdiri

dari tiga wilayah kab/kota, yaitu Kota Malang, Kab. Malang dan Kota Batu. Untuk perkantoran customer service

terdapat di satu wilayah saja, yaitu di kota Malang, mengingat wilayah tersebut sangat berdekatan. Akan

tetapi untuk pelayanan terpadu dapat dilakukan di masing-masing wilayah kantor perwakilannya yang

terdapat di kota malang, kab. Malang dan Kota Batu. Fungsi dari customer service ini adalah untuk

menampung segala keluhan berkaitan dengan implementasi distribusi tertutup dan melakukan pelayanan

serta penanganansecara terpadu terhadap keluhan dan pengaduan tersebut. Berikut ini disajikan grafik hasil

pelayanan terpadu di wilayah Malang raya.

Kartu Kendali

Penataan

Infrastruktur IT

Lainnya

60

47

80

46

Gambar 5-45 Grafik Hasil Pelayanan Terpadu di Malang Raya

Grafik tersebut adalah hasil pelayanan terpadu wilayah Malang Raya yang diambil pada bulan september 2012.

Pelaksanaan pelayanan terpadu di wilayah Malang raya dilakukan secara hotline maupun secara langsung.

Secara hotline artinya bahwa pelayanan dilakukan melalui hubungan telpon, sedangkan secara langsung

dilakukan dengan cara mendatangi secara langsung tempat pelayanan tersebut untuk kemudian diterima oleh

petugas pelayan terpadu. Rata-rata pelayanan ini menangani masalah yang berkaitan dengan hal-hal teknis

Page 142: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

penggunaan EDC di sub penyalur, PC Desktop di penyalur, masalah penggunaan kartu kendali serta hal-hal yag

berkaitan dengan proses penataan wilayah salur LPG. Berdasarkan data dari pelayanan terpadu, di wilayah ini

yang paling banyak jumlah pengaduannya adalah keluhan terkait infrastruktur IT sebanyak hampir 80

pengaduan. Sedangkan pengaduan berkaitan dengan kartu kendali sebanyak 60 pengaduan. Sedangkan

masalah penataan terdapat 47 pengaduan dan sisanya sebanyak46 aduan berkaitan dengan masalah-masalah

teknis.

5.6.3.1 Pengaduan dan pelayanan pengguna LPG tertentu (penerima kardal), kelompok

pengguna dan lembaga penyalur LPG tertentu terkait permasalahan terhadap sistem dan

penyaluran

Pengaduan dan pelayanan pengguna LPG tertentu (penerima kardal), kelompok pengguna dan lembaga

penyalur LPG tertentu terkait permasalahan terhadap sistem dan penyaluran pada kegiatan implementasi

sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu tahun 2012 dapat dilihat dibawah ini :

Tabel 5-41 Hasil Pembinaan terkait terkait permasalahan terhadap sistem dan penyaluran LPG

Kabupaten/ KotaJenis Permasalahan (jumlah pengaduan)

Kartu Kendali Penataan Infrastruktur IT LainnyaKabupaten Malang 32% 19% 27% 22%

Secara umum pelayanan terpadu banyak menampung keluhan terhadap infrastruktur sistem transaksi (PC

Desktop penyalur dan EDC sub penyalur) sebagai contoh seperti keluhan terhadap thermal paper (paling

banyak) dan penggunaan aplikasi desktop secara detail (pengambilan data pada waktu tertentu). Untuk kartu

kendali lebih banyak menampung masalah pengajuan kartu baru dan kartu yang hilang, penanganan masalah

kartu kendali dilakukan oleh back office, sedangkan masalah penataan terkait wilayah salur maupun kelompok

pengguna relatif rendah. Hal ini sebagian besar sudah terselesaikan ketika dilakukan pembinaan dan

pengawasan terkait penataan. Berikut ini ditunjukkan data tentang pelayanan terpadu di wilayah distup pada

bulan Desember 2012.Pusat informasi dan data terkait pelaksanaan sistem pendistribusian tertutup

Pusat informasi dan data terkait pelaksanaan sistem pendistribusian tertutup dalam pelayanan terpadu

menyediakan berbagai macam informasi yang diperuntukkan bagi mereka yang memerlukannya (stakeholder

terkait maupun perorangan yang digunakan sebagai bahan penelitian dengan surat keterangan yang resmi).

Data yang disediakan dalam pelayanan terpadu di wilayah secara umum merupakan hasil implementasi sistem

pendistribusian tertutup LPG tertentu di wilayah tersebut. Data yang ada dalam pelayanan terpadu (customer

service) tersebut berupa :

1. Statistik penyaluran penyalur dan SPPBE di wilayah;

2. Data penerima paket perdana LPG 3 kg (DP3);

3. Data hasil verifikasi penerima dan penerima kartu kendali terakhir;

Page 143: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4. Data dan karakteristik lembaga penyalur dan jalur distribusi;

5. Data transaksi penyalur dalam satuan waktu yang diperlukan untuk validasi penataan penyalur;

6. Volume realisasi penyaluran SP(P)BE dan penerimaan penyalur di wilayah.

5.7 Perhitungan volume transaksi LPG Tertentu

Perhitungan volume transaksi LPG tertentu dalam kegiatan implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG

tertentu dilakukan dalam bentuk verifikasi volume isi ulang (refill) pada SPBE/SPPBE dan penyalur. Dalam

kegiatan verifikasi ini akan didapatkan data volume transaksi yang nantinya akan dibandingkan dengan data

dari PT. Pertamina. Rentang waktu perhitungan volume transaksi yaitu dari bulan Januari 2012 hingga

Desember 2012 (selama setahun). Mekanisme verifikasi yang dilakukan telah dijelaskan dalam bab metodologi

laporan ini.

5.7.1 Pemeriksaan data sistem berbasis delivery order/DO yang dimiliki Badan Usaha Pelaksana PSO (PT. Pertamina (Persero)) dengan bukti transaksi Surat Pengantar Pengiriman/SPP di Penyalur

Pemeriksaan data sistem berbasis delivery order/DO yang dimiliki Badan Usaha Pelaksana PSO (PT. Pertamina

(Persero)) disertai dengan bukti transaksi Surat Pengantar Pengiriman/SPP di Malang Raya. Berikut ini adalah

verifikasi refill keseluruhan untuk tahun 2012 (periode 1 Januari – 15 Desember) :

Berikut ini adalah hasil verifikasi refill tahun 2012 wilayah kabupaten malang kegiatan:

Kabupaten Malang

Total verifikasi refill pada bulan Januari – 15 Desember 2012 di Kabupaten Malang sebanyak 16.643 DO atau

setara dengan 27.583.206 kg. Hasil verifikasi refill di Kabupaten Malang menunjukkan bahwa di wilayah

tersebut terdapat Penyalur dengan penyaluran LPG 3 kg terbesar yaitu PT. Sari Bumi Mulia dengan total

penyaluran sebanyak 2.476 DO atau setara dengan 4.159.518kg. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

verifikasi refill dibawah ini:

Tabel 5-42 Verifikasi Refill Kabupaten Malang

Penyalur∑ DO MySAP ∑ DO SPP ∑ DO TF ∑ DO SPP + TF

∆ DO

∑ Verifikasi Kg

CV. Putra Abadi 235 235 0 235 - 394,800Pers. UD. Aminudin 244 227 17 244 - 409,650PT. Abadi Putra Jaya 678 626 52 678 - 1,139,040PT. Cakra Niaga Abadi 2,386 2,236 150 2,386 - 4,005,108PT. Cataloq Indah Warna 944 918 26 944 - 1,585,920PT. Garuda Patra Anvika Jaya 265 264 1 265 - 445,200PT. Gempar Nusantara 873 843 30 873 - 1,466,640PT. Gunawan Migas 308 307 1 308 - 532,740PT. Mulya Sri Rejeki 1,152 1,071 81 1,152 - 1,851,360PT. Sari Bumi Mulia 2,476 2,374 102 2,476 - 4,159,518PT. Seulawah Inong (Mlg) 2,358 2,042 316 2,358 - 3,961,440PT. Sinar Wahana Surya Mandiri 790 767 23 790 - 1,312,200PT. Sumber Alam Rasyid Keluarga 348 340 8 348 - 584,640

Page 144: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

Penyalur∑ DO MySAP ∑ DO SPP ∑ DO TF ∑ DO SPP + TF

∆ DO

∑ Verifikasi Kg

PT. Sumber Makmur Jaya Lestari 1,440 1,377 63 1,440 - 2,400,000PT. Sutopo Putra 509 497 12 509 - 853,590PT. Wargo Warisonowaris W. 636 618 18 636 - 1,068,480Puskopad Dam V Brawijaya 841 819 22 841 - 1,412,880Grand Total 16,483 15,561 922 16,483 - 27,583,206

5.7.2 Data Transaksi LPG Tertentu

Hasil transaksi secara keseluruhan pada bulan juli-desember 2012 menunjukkan adanya variasi jumlah

transaksi. Berdasarkan pada hasil perhitungan jumlah transaksi pada bulan desember 2012 dapat diketahui

bahwa jumlah transaksi terbesar berada di Kota Malang, kemudian Kabupaten Malang, dan Kota Batu.

Kabupaten Malang

Total pencatatan transaksi dengan menggunakan Electronic Data Capture (EDC) dan Logbook pada bulan Juni –

Desember 2012 di Kabupaten Malang sebanyak 8.926 tabung. Untuk data transaksi per bulan secara detail

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5-43 Pencatatan Transaksi Kabupaten Malang

Bulan Tabung EDC Tabung Logbook Tabung TotalJuni 944 1,280 2,224Juli 27 674 701Agustus 739 673 1,412September 672 631 1,303Oktober 222 636 858November 115 642 757Desember 1,061 610 1,671Grand Total 3,780 5,146 8,926

Page 145: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

BAB 6KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berbagai pekerjaan yang dilakukan dilapangan, sedikit banyak seringkali mendapat hambatan dan kendala

yang secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil kerja dari pekerjaan tersebut. Kendala tersebut menjadi

permasalahan yang cukup menyita waktu. Dalam pelaksanaan di lapangan terdapat beberapa permasalahan

yang menyebabkan hasil pekerjaan implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu belum optimal.

Hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial kemasyarakatan dari pengguna LPG tertentu yang

berbeda-beda antara daerah yang satu dengan yang lainnya.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan yang ditemukan di lapangan terkait dengan implementasi sistem pendistribusian

tertutup LPG tertentu wilayah kabupaten malang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Identifikasi dan inventarisasi data sekunder

Data sekunder yang berasal dari kegiatan distribusi tertutup 2011 dijadikan sebagai data awal untuk

kegiatan implementasi distribusi tertutup tahun 2012.

2. Evaluasi metodologi pelaksanaan kegiatan dan mekanisme pembinaan dan pengawasan pendistribusian

LPG tertentu secara tertutup 2011.

Pembinaan dan pengawasan pada tahun 2011 bergantung pada sistem regulasi yang telah ada, masing-

masing wilayah kegiatan memiliki perkembangan regulasi yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan hasil

pembinaan dan pengawasan belum tercapai secara optimal (berdasarkan data transaksi LPG 3 kg yang

tercatat dalam sistem transaksi).

3. Perijinan dan koordinasi dengan stakeholder

Perijinan dan koordinasi dengan stakeholder membutuhkan waktu yang tidak singkat baik dari level pusat

maupun daerah, hal ini mengakibatkan pekerjaan distribusi tertutup mengalami sedikit masalah terkait

waktu karena perijinan merupakan bahan legalitas dari kegiatan 2012 ini.

Page 146: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

4. Persiapan dan pelatihan kepada pelaksana kegiatan di wilayah

Persiapan dan pelatihan kepada pelaksana kegiatan di wilayah ditujukan untuk memberi pengetahuan dan

bekal kepada pelaksana di lapangan. Persiapan meliputi penyediaan infrastruktur dan logistik yang

digunakan dalam rangka kegiatan distribusi tertutup.

5. Implementasi infrastruktur sistem pendistribusian LPG tertentu

Implementasi infrastruktur meliputi pendistribusian PC desktop di Penyalur, dan Electronic Data Capture

(EDC) di sub Penyalur yang ada diMalang Raya.

6. Pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu

Pembinaan dan pengawasan kegiatan implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu

dilakukan dengan berbagai pendekatan yaitu law enforcement model, relationship&persuation model, dan

gabungan keduanya. Pembinaan dan pengawasan pada Penyalur dan sub Penyalur dilakukan secara

menyeluruh, termasuk terhadap lembaga Penyalur yang baru.

7. Pelaksanaan pelayanan terpadu(customer service)

Hasil pelaksanaan pelayanan terpadu pada kegiatan implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG

tertentu tahun 2012 terbesar berasal dari keluhan seputar infrastruktur IT (kartu kendali, infrastruktur

lembaga penyalur, dan mekanisme terkait perangkat IT tersebut)

8. Perhitungan volume transaksi isi ulang LPG tertentu (verifikasi refill)

Verifikasi isi ulang LPG isi ulang LPG tertentu dilakukan pada periode 1 Januari – 15 Desember 2012, dari

hasil verifikasi tidak terdapat selisih antara DO MySAP Pertamina dengan SPP dari Penyalur.Secara singkat

hasil kegiatan wilayah Kabupaten Malang, total DO hasil verifikasi 16.483 DO atau setara dengan

27.583.206 kg

9. Monitoring transaksi LPG tertentu

Monitoring transaksi LPG tertentu di Malang Raya pada kegiatan implementasi pendistribusian tertutup

LPG tertentu 2012 menggunakan sistem yang berbasis IT, data yang masuk dalam sistem pencatatan IT

berasal dari EDC dan logbook. Secara singkat hasil wilayah Kabupaten Malang, total transaksi 8.926 tabung

Secara umum hasil kegiatan implementasi sistem pendistribusian tertutup LPG tertentu masih membutuhkan

perbaikan untuk masa yang akan datang. Implementasi distribusi tertutup sendiri melibatkan perubahan

masyarakat secara luas dan massal agar melaksanakan kegiatan yang diharapkan. Hal tersebut sangat

berkaitan erat dengan kesadaran masyarakat, dan kesadaran tersebut membutuhkan waktu yang tidak singkat

agar menjalankan suatu sistem yang baru (distribusi tertutup) bagi masyarakat tersebut .

6.2 Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang dapat dikembangkan untuk pekerjaan implementasi sistem pendistribusian

tertutup LPG tertentu kedepan antara lain :

1. Sistem distribusi tertutup perlu mendapatkan pembinaan dan pengawasan secara terus menerus,

karena jeda waktu pelaksanaan distribusi tertutup sangat mempengaruhi secara signifikan

keberhasilan sebelumnya baik dari lembaga penyalur maupun pengguna LPG 3 Kg;

Page 147: Laporan Akhir Implementasi Sistem Pendistribusian Tertutup LPG tertentu wilayah Kabupaten Malang

HESA LC for Exellent Services

2. Pembinaan dan pengawasan pada lembaga penyalur dan kelompok pengguna dengan menggunakan

sistem relationship model akan mempererat hubungan antar pelaku distribusi tertutup dan

mempermudah dalam melaksanakan program yang ada;

3. Perlu didorong sistem kemandirian para pelaku distribusi LPG 3 Kg melalui pendekatan terintegrasi;

4. Pengembangan sistem pelayanan terpadu (customer service) melalui internet dan layanan sms akan

memudahkan pelaku distribusi tertutup dalam menyelesaikan masalah ataupun mendapatkan

informasi penting terkait dengan distribusi tertutup yang ada;

5. Di masa yang akan datang nama Penyalur pada MySAP diharapkan konsisten dari waktu ke waktu, hal

tersebut mempengaruhi proses verifikasi (akurasi dan waktu);

6. Pemberian penghargaan (reward) bagi pelaku distribusi tertutup per wilayah akan memberikan

motivasi tersendiri dan mendorong perbaikan ke arah yang lebih positif dalam sistem distribusi

tertutup;

7. Peran dari stakeholder secara terus menerus akan meningkatkan kualitas distribusi tertutup yang ada

saat ini, mengingat kegiatan ini melibatkan secara massal pelaku distribusi tertutup (lembaga

penyalur dan pengguna LPG 3 Kg) dan tidak dapat dicapai dalam waktu yang singkat.