laporan akhir kegiatan tahun 2020 · 2021. 5. 4. · ekoeduwisata bahari, seperti pembangunan...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR “KAJIAN POTENSI DAN PENGEMBANGAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NASIONAL (KKPN)
SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA BAHARI, STUDI KASUS KKPN GILI MATRA” TAHUN 2019 i
LAPORAN AKHIR
KEGIATAN TAHUN 2020 (Januari – November)
PUSAT RISET KELAUTAN
BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
“REKOMENDASI PENGEMBANGAN KAWASAN
EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA
BESAR, KARIMUNJAWA”
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 ii
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Mengetahui,
Dr. I Nyoman Radiarta, M.Sc.
Kepala Pusat Riset Kelautan
Erish Widjanarko, S.T.
Kepala Bidang/
Koordinator Riset
Sumber Daya Laut dan
Kewilayahan
Dr. Niken Financia G, M.Si.
Kepala Subbidang/
SubKoordinator Riset
Sumber Daya Laut
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, berkat
rahmat, hidayah, pertolongan, dan karunia-Nya kegiatan dan
laporan akhir penelitian “Rekomendasi Pengembangan
Ekoeduwisata Bahari di Pulau Cemara Besar, Karimunjawa” dapat
diselesaikan dengan baik dan dengan hasil yang cukup
memuaskan. Laporan akhir penelitian ini berisi tentang perubahan
garis pantai dan penambahan luas Pulau Cemara Besar, potensi
taman karang (coral garden) yang dapat dikembangkan untuk
pemanfaatan ekoeduwisata bahari, rekomendasi terkait strategi
pengembangan kawasan Ekoeduwisata Bahari dengan diketahuinya
kemampuan daya dukung kawasan dan perencanaan
ekoeduwisatanya, draf policy brief, dan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
ekoeduwisata bahari.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 iv
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Pusat Riset
Kelautan beserta seluruh jajarannya, kepada Balai Pelatihan dan
Penyuluhan Perikanan Tegal, Balai Taman Nasional Karimunjawa
Kota Semarang, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Diponegoro, dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya, stakeholder wisata bahari Kepulauan Karimunjawa, dan
juga kepada seluruh peneliti dan narasumber yang telah
berkontribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung pada
penelitian ini.
Laporan akhir penelitian ini merupakan progress dari
kegiatan sampai bulan November. Oleh karenanya saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan dan
tercapainya tujuan dari kegiatan ini.
Jakarta, November 2020
Tim Penyusun
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 v
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pada Jumat (16/8/2019), Presiden Joko Widodo
menyampaikan pidato kenegaraan terkait makro perekonomian
salah satunya sektor pariwisata, pemerintah memprioritaskan
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 vi
pembangunan empat destinasi wisata secara lintas sektor dan
terintegrasi pada 2020. Destinasi wisata Borobudur dan Karimun
Jawa termasuk dalam percepatan empat pariwisata nasional. Hal itu
tertuang dalam perpres 46 Tahun 2017 tentang Badan Otorita
Pengelola Kawasan Pariwisata Borobudur. Kemenparekraf juga telah
memasukkan Karimunjawa, bersama Borobudur, Dieng, dan
Sangiran sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
Pulau Cemara Besar sudah menjadi destinasi wisata namun belum
dikelola dengan baik.
Pulau Cemara Besar (Karimunjawa) adalah kawasan prioritas
pengembangan ekoeduwisata yang tetap mempertahankan karakter
alaminya. Hal ini tercantum dalam nota dinas No.
ND.14/DJPRL.5/I/2019 tanggal 15 Januari 2019 perihal dukungan
terhadap pengembangan kawasan ekowisata bahari dari Direktur
Jasa Kelautan kepada Kepala Pusat Riset Kelautan. Pulau cemara
besar memiliki daerah rataan pasir yang cukup luas (Hartati and
Ambariyanto, 2005) dengan luas pulau ± 3,5 Ha/35.000 m2.
Dataran pulau banyak ditumbuhi pohon cemara dengan sedikit
mangrove. Tutupan sedimen di pulau mayoritas lumpur kerikilan
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 vii
dengan distribusi hingga Pulau Karimun dan Pulau Menjangan.
Lebih lanjut secara spefisik sedimen berupa aluvium yang terdiri
dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, pecahan koral, dan batu apung
(Gustiantini and Ilahude, 2016). Pulau Cemara besar merupakan
pulau dibawah wewenang penggunaan dan pengelolaan
Kementerian Kelautan dan Perikanan c.q. Balai Pelatihan dan
Penyuluhan Perikanan (BPPP) Tegal. Sedangkan Perairan Pulau
Cemara Besar berdasarkan (Umardiono, 2011) termasuk dalam
wilayah pengelolaan Taman Nasional Karimun Jawa. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa salah satu komponen pengembangan wisata
adalah kondisi geografis meliputi geologis, topografis, dan musim.
Begitu pula dengan status pengelolaan dan rencana
pengembangan selanjutnya kondisi ini menjadi faktor dalam
evaluasi terhadap pengembangan Kawasan ekoeduwisata bahari
Pulau Cemara Besar. Dengan demikian, kajian ini perlu untuk
dilakukan. Pentingnya hal ini mengingat kawasan wisata
membutuhkan kebutuhan fisik seperti infrastuktur yang perlu
perencanaan tata ruang yang komprehensif maka perlu disusun
suatu rencana pengembangannya. Oleh karena itu diperlukan suatu
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 viii
Rekomendasi Pengembangan Ekoeduwisata Bahari di Pulau Cemara
Besar, Karimunjawa. Penelitian ini bertujuan untuk Menyusun peta
perubahan garis pantai di Pulau Cemara Besar dan Mengetahui
lokasi potensi ekoeduwisata bahari coral garden dan daya
dukungnya di lokasi penelitian.
Adapun Rekomendasi Pengembangan Ekoeduwisata Bahari
di Pulau Cemara Besar yang dapat diberikan adalah sebagai berikut;
(1) Dalam rangka pengembangan ekoeduwisata bahari di
Pulau Cemara Besar sebagai destinasi wisata super prioritas
disarankan agar KKP mengelola Kawasan Pulau Cemara Besar
secara swakelola agar dapat mengatur dengan baik dari sisi
manjemen pengunjung, maupun dari manajemen kawasan untuk
tetap terjaga kelestarian dengan pengelolaan yang berkelanjutan,
(2) Perlu mempertahankan kondisi alamiah pulau pada area
sempadan pantainya karena merupakan keunikan tersendiri dari
Pulau Cemara Besar. Peristiwa abrasi/erosi dan akresi dapat
dijadikan sebagai suatu objek pengamatan bagi mahasiswa, taruna
atau siswa yang berkunjung ke Pulau ini,
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 ix
(3) Pengembangan infrastruktur pendukung kegiatan
ekoeduwisata bahari, seperti pembangunan dermaga di sisi Timur
Pulau Cemara Besar, perlu memperhatikan hasil penelitian ini
berupa nilai abrasi/erosi dan akresi yang paling kecil di segmen 2
serta kondisi batimetri perairan. Pemenuhan Infrastruktur dasar
pulau dilakukan dengan memaksimalkan sarana dan prasarana yang
sudah ada,
(4) Mempertahankan kondisi vegetasi alami pulau berupa
tumbuhan pohon Cemara Laut karena merupakan ciri khas dan asal
nama dari Pulau Cemara Besar. Tetapi, perlu dilakukan penanaman
vegetasi pantai di sisi barat pulau (segmen 6, 7, dan 8) untuk
mengurangi tingkat abrasi/erosi yang ada,
(5) Potensi ekoeduwisata bahari dapat dikembangkan di
Pulau Cemara Besar karena lokasi ini memiliki tutupan karang hidup
dalam kondisi baik dan kelimpahan ikan yang tinggi. Keberadaan
lobster dapat dikembangkan sebagai objek wisata karena Pulau
Cemara Besar telah dijadikan lokasi pelepasan liar hasil tangkapan
perdagangan illegal,
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 x
(6) Berdasarkan observasi lapangan dengan mengamati
kondisi fisik ekosistem terumbu karang berupa substrat, kelerengan,
dan kondisi oseanografinya. Perlu memperhatikan luasan lokasi
Coral Garden yang dapat dikembangkan di perairan Pulau Cemara
Besar, lokasi tersebut yaitu : (i) lokasi titik WCS 1 dengan luasan
coral garden ± 10 m X 10 m atau 100 m2, (ii) lokasi titik KJ 12
dengan luasan coral garden ± 8 m X 8 m atau 64 m2 dan (iii) lokasi
titik KJ 11 dengan luasan coral garden ± 10 m X 10 m atau 100 m2.
Ide coral garden dapat dikembangkan juga untuk konservasi biota
lain yang sudah terancam atau eksploitasi berlebih seperti ikan
nemo, bambu laut (Isis sp.) dan jenis karang yang populasinya
sedikit di alam namun menjadi target dalam perdagangan,
(7) Berdasarkan analisis daya dukung yang dapat diterima
kawasan ekoeduwisata bahari pada kawasan zona pemanfaatan
bahari jumlah maksimum wisatawan 2.472 orang/hari, kemudian
dengan adanya faktor koreksi menjadi 97 orang/hari, dan dengan
adanya pertimbangan manajemen menjadi 42 orang/hari atau 4.032
orang/tahun dengan hanya memperhitungkan jumlah hari
kunjungan adalah sabtu dan minggu dalam setahun. Oleh karena
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 xi
itu, perlu pembatasan jumlah kunjungan wisatawan berdasarkan
daya dukung yang ada,
(8) Berdasarkan perhitungan valuasi sumberdaya, potensi
nilai ekonomi terumbu karang untuk ekoeduwisata bahari Pulau
Cemara Besar adalah sekitar Rp. 255.856.626.048,- per tahun,
(9) Berdasarkan strategi pengembangan ekoeduwisata bahari
di Pulau Cemara Besar dengan mempertimbangkan aspek terumbu
karang, dan sosial-ekonomi. Berdasarkan dua aspek tersebut
mampu memunculkan program wisata, yaitu: a) Program
pembersihan sampah pantai, b) Program stabilasasi rubble untuk
meningkatkan peluang menempelnya larva karang, c) Program
edukasi nelayan untuk konservasi dan ekoeduwisata, d) Program
cangkok karang dan sertifikatnya sebagai layanan wisata sekaligus
edukasi, dan e) Program sosialisasi dan pendampingan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat di pulau lain untuk membantu
bersama membangun wisata Pulau Cemara Besar sebagai upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kata Kunci : Ekoeduwisata Bahari, Coral Garden, Pulau Cemara
Besar, Karimunjawa
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... xviii
1.1. Gambaran Umum ................................................................... 19
1.2. Sumberdaya Manusia ............................................................. 22
1.3. Tugas Pokok dan Fungsi ........................................................ 23
1.4. Latar Belakang ........................................................................ 24
1.5. Rencana Kinerja Output Riset ................................................ 28
1.6. Maksud dan Tujuan Riset ....................................................... 29
1.7. Ruang Lingkup Kegiatan Riset ............................................... 30
1.8. Unit Pelaksana ........................................................................ 33
1.9. Personil Pelaksana ................................................................. 33
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN .................................................. 35
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 xiii
2.1 Realisasi Anggaran Kegiatan ................................................... 35
2.2 Pencapaian Kegiatan dan Dokumentasi ................................. 36
2.2.1 Hasil Survei Lapangan ................................................... 36
2.2.2 Hasil Rapat Teknis Offline dan Online ............................ 45
2.2.3 Focus Group Discussion (FGD) 2020 ............................ 52
2.2.4 Seminar Online atau Webinar 2020 ............................... 56
2.2.5 Hasil Analisis Perubahan Garis Pantai dan Luas ........... 61
2.2.6 Hasil Analisis Taman Karang/Coral Garden, Vegetasi
Pantai, dan Kualitas Perairan ....................................... 116
2.2.7 Hasil Analisis Daya Dukung, Valuasi Ekonomi dan
strategi pengembangan ekoeduwisata bahari di Pulau
Cemara Besar .............................................................. 138
BAB III PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI ........................... 162
3.1 Permasalahan ........................................................................ 162
3.2 Rekomendasi ......................................................................... 162
BAB IV KESIMPULAN DAN PENUTUP .......................................... 165
4.1 Kesimpulan ............................................................................ 166
4.2 Penutup ................................................................................. 170
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Realisasi Anggaran Kegiatan. .......................................... 35
Tabel 2.2. Alat yang digunakan dalam penelitian .............................. 63
Tabel 2.3. Bahan yang digunakan dalam penelitian ......................... 64
Tabel 2.4. Klasifikasi ukuran butir sedimen ....................................... 71
Tabel 2.5. Ukuran butir sedimen dan klasifikasi pantai ..................... 90
Tabel 2.6. Perhitungan Gelombang Pecah ....................................... 93
Tabel 2.7. Hasil LST dan Imbangan Sedimen dalam 103 m3/tahun . 95
Tabel 2.8. Lokasi Penyelaman ........................................................ 117
Tabel 2.9. Identifikasi Terumbu Karang .......................................... 119
Tabel 2.10. Identifikasi Biota Pelagis .............................................. 123
Tabel 2.11. Identifikasi Biota Demersal ........................................... 126
Tabel 2.12. Matriks Rekomendasi Coral Garden ............................ 127
Tabel 2.13. Transek I Vegetasi Pantai ............................................ 132
Tabel 2.14. Transek II Vegetasi Pantai ........................................... 134
Tabel 2.15. Data Kualitas Perairan Bulan Maret 2020 .................... 137
Tabel 2.16. Data Kualitas Perairan Bulan Oktober 2020 ................ 137
Tabel 2.17. Tabel Hasil Perhitungan PCC ...................................... 141
Tabel 2.18. Tabel Hasil Perhitungan RCC ...................................... 143
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 xv
Tabel 2.19. Tabel Hasil Perhitungan ECC ...................................... 147
Tabel 2.20. Tabel Hasil akhir perhitungan DDK .............................. 149
Tabel 2.21. Perhitungan Valuasi Ekonomi Sumber Daya Terumbu
Karang Pulau Cemara Besar Karimunjawa .................. 153
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Struktur Organisasi ...................................................... 23
Gambar 1.2. Lokasi Penelitian .......................................................... 28
Gambar 2.1. Penerimaan dokumen Simaksi dari Balai TNKJ .......... 37
Gambar 2.2. Diskusi dan pengarahan teknis survey ........................ 38
Gambar 2.3. Suasana dalam kapal speed Express Bahari .............. 39
Gambar 2. 4. Tim Vegetasi Pantai .................................................... 40
Gambar 2. 5. Pengukuran transek kerapatan vegetasi di Pulau
Cemara Besar ............................................................ 41
Gambar 2. 6. Tim Terumbu Karang .................................................. 42
Gambar 2. 7. Pengukuran kualitas perairan Pulau Cemara Besar ... 43
Gambar 2.8. Berdiskusi dengan rombongan kunjungan kerja
Kemenko Marves ....................................................... 44
Gambar 2. 9. Foto Bersama tim Survey Pulau Cemara Besar ......... 44
Gambar 2. 10. Metode rock file ......................................................... 48
Gambar 2. 11. Metode waring .......................................................... 49
Gambar 2. 12. Suasana Rapat Teknis Offline dan Online ................ 52
Gambar 2. 13. Pembukaan FGD Hasil Penelitian 2020 .................... 53
Gambar 2. 14. Suasana FGD Hasil Penelitian 2020 ......................... 54
Gambar 2. 15. Flyer Seminar Online atau Webinar 2020 ................. 60
Gambar 2. 16. Seminar Online atau Webinar 2020 .......................... 61
Gambar 2. 17. Skema perhitungan NSM, EPR, dan LRR pada
DSAS ....................................................................... 75
Gambar 2. 18. Konversi parameter gelombang representatif untuk
penentuan tinggi dan kedalaman gelombang pecah 77
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 xvii
Gambar 2. 19. Transek uji akurasi geometri ..................................... 80
Gambar 2. 20. Garis pantai Pulau Cemara Besar 2016 – 2020 ........ 83
Gambar 2. 21. Luasan Abrasi Akresi Cemara Besar ........................ 84
Gambar 2. 22. Hasil model DSAS, a) EPR dan LRR sepanjang
pantai; b) Distribusi NSM; c) Distribusi EPR; d)
Distribusi LRR .......................................................... 87
Gambar 2. 23. Windrose Perairan Karimun Jawa ............................. 91
Gambar 2. 24. Hasil Longshore Sediment Transport, a) arah LST; b)
laju LST (LSTR); c) Laju Imbangan Sedimen (Q) .... 97
Gambar 2. 25. Analisis Linier Regression Q imbangan sedimen (a)
Persamaan CERC; b) Persamaan Kampuis; c)
Persamaan Walton) vs Laju Perubahan Garis Pantai
(EPR) ....................................................................... 99
Gambar 2. 26. Tahun 1981 Luas Pulau Cemara 53.030 m2 ........... 113
Gambar 2. 27. Hasil Survey tahun 2020 Luas Pulau Cemara 57.460
m2 ........................................................................... 114
Gambar 2. 28. Perubahan Luas Pulau Cemara Besar 1981-2020 . 115
Gambar 2. 29. Lokasi Survey Coral Garden ................................... 117
Gambar 2. 30. Pohon Cemara Laut (Casuarina Sp.) ...................... 129
Gambar 2. 31. Lokasi Survey Vegetasi Pantai ............................... 130
Gambar 2. 32. pengolahan data citra Landsat-8 dan data
lapangan ................................................................ 136
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 xviii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 19
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum
Diawali Presiden Abdurahman Wahid dengan Keputusan
Presiden No 355/M Tahun 1999 tanggal 26 Oktober 1999 dalam
kabinet periode 1999-2004 mengangkat Menteri Eksplorasi Laut Ir.
Sarwono Kusumaatmaja. Pada masa ini mengeluarkan Keppres
Nomor 136 tahun 1999. Sebagai tindak lanjut atas Keputusan
Presiden Nomor 136 Tahun 1999 Tanggal 10 Nopember 1999,
Tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Eksplorasi Laut, Keputusan Presiden RI
Nomor 147 Tahun 1999 Tentang Perubahan atas keputusan
Presiden Nomor 136 Tahun 1999 Tentang Kedudukan, Tugas dan
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Eksplorasi
Laut dan Perikanan. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
: 177 Tahun 2000 Tanggal 15 Desember 2000 Tentang Susunan
Organisasi dan Tugas Departemen Kelautan dan Perikanan,
diterbitkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 01
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 20
Tahun 2001 serta perubahan Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.19/SJ-DKP/KP.430/2005
Tanggal 21 September 2005 tentang pembentukan Pusat Riset
Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati ( Pusriswilnon), sebagai
salah satu Unit kerja pada Badan Riset Kelautan dan Perikanan yang
merupakan penggabungan terhadap Direktorat Wilayah Laut dan
Direktorat Riset dan Eksplorasi Sumberdaya Nonhayati Laut-Ditjen
PREL. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 Tanggal 14 April
2010 Tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara. Diterbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER. 15 /MEN / 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan Tanggal 06 Agustus 2010.
Dibentuk Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut
dan Pesisir (P3SDLP) sebagai salah satu Unit kerja pada Badan
Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan yang
merupakan perubahan Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya
Non Hayati (Pusriswilnon), Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 6
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 21
Tahun 2017 mengenai penggabungan antara Badan Litbang KP
dengan Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia KP menjadi
Badan Riset dan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan,
perubahan tersebut diikuti perubahan nomenklatur unit eselon 2
dibawah BRSDMKP, salah satunya Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir menjadi Pusat Riset
Kelautan.
Pusat Riset Kelautan adalah salah satu unit kerja Eselon II yang
ada di lingkungan Badan Riset dan Sumberdaya Manusia Kelautan
dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang
ditetapkan perubahannya berdasarkan peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor 6 tahun 2017. Sebelumnya Pusat Riset
Kelautan bernama Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Laut dan Pesisir berdasarkan PER.15/MEN/2010 yang
semula bernama “Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non
Hayati—Badan Riset Kelautan dan Perikanan”. Hal ini dikarenakn
adanya beberapa perubahan arah kebijakan dan struktur organisasi
Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Unit Organisasi Eselon I
lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 22
Pusat Riset Kelautan, membawahi :
a. Bidang Riset Sumber Daya Laut dan Kewilayahan
b. Bidang Riset Mitigasi Adaptasi dan Konservasi
c. Bidang Riset Teknologi Kelautan
d. Tata Usaha
e. Kelompok Jabatan Fungsional
1.2. Sumberdaya Manusia
Gabungan dari berbagai ahli di bidang Geografi, Geologi,
Geofisika, Oseanografi, Biologi Laut, Teknik Sipil, Teknik Kelautan,
Perikanan Oseanografi, dan Arkeologi Kelautan.
Pusat Riset Kelautan mempunyai 4 (empat) Satuan Kerja Unit
Pelaksana Teknis (UPT) yaitu
a. Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) yang
berkedudukan di Jembrana, Bali.
b. Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir
(LPSDKP) yang berkedudukan di Bungus, Padang.
c. Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan (LPTK) ayng
berkedudukan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 23
d. Instalasi Penelitian dan Pengembangan Sumbrdaya Air
Laut yang berkedudukan di Pamekasan, Madura.
e. Instalasi Riset Geodinamika Kawasan Natuna dan Laut
Tiongkok Selatan (South China Sea) yang berkedudukan di
Natuna.
Struktur Organisasi
Gambar 1.1. Struktur Organisasi
1.3. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas Pokok
Pusat Riset Kelautan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
kebijakan teknis, rencana, program, pelaksanaan, sertapemantauan,
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 24
evaluasi, dan pelaporan riset dan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dibidangkelautan.
Fungsi
a. penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana, program
risetdan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologidi
bidang kewilayahan, mitigasi, adaptasi, dan konservasikelautan,
serta sumber daya laut ;
b. Penyiapan pelaksanaan riset dan pengembangan Ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kewilayahan, mitigasi,
adaptasi, dan konservasikelautan, serta Sumber daya laut ;
c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan risetkelautan;
dan
d. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaanpusat.
1.4. Latar Belakang
Sumber daya alam dan jasa lingkungan Indonesia sangat
potensial baik di darat maupun laut terutama untuk tujuan wisata.
Pengembangan kawasan pariwisata harus mengarah pada
pengembangan yang terencana secara menyeluruh sehingga dapat
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 25
diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat (Charlier et
al.1992).
Salah satu sektor pariwisata berasal dari ekoeduwisata bahari.
Pariwisata pendidikan yang berbasis ekologi ini sebagai kegiatan
rekreasi yang dilakukan sekitar pesisir seperti berenang, berselancar,
berjemur, menyelam, snorkeling, berjalan-jalan atau berlari-lari di
sepanjang pantai, menikmati keindahan suasana pesisir, dan
bersifat edukasi (Dahuri 2001). Pengembangan kegiatan
ekoeduwisata bahari tidak bersifat mass tourism, mudah rusak, dan
ruang untuk pengunjung sangat terbatas (Ketjulan 2010). Sama
halnya dengan wisata lainnya yang juga memiliki batasan
pengunjung. Sebagai negara kepulauan, ekoeduwisata bahari
berperan penting bagi perekonomian nasional, sepanjang
pengelolaannya baik untuk menjaga kualitas lingkungan dan
menarik wisatawan (Silva et al. 2007).
Pulau Cemara Besar (Karimunjawa) adalah kawasan prioritas
pengembangan ekoeduwisata yang tetap mempertahankan karakter
alaminya. Hal ini tercantum dalam nota dinas No.
ND.14/DJPRL.5/I/2019 tanggal 15 Januari 2019 perihal dukungan
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 26
terhadap pengembangan kawasan ekowisata bahari dari Direktur
Jasa Kelautan kepada Kepala Pusat Riset Kelautan.
Pulau cemara besar memiliki daerah rataan pasir yang cukup
luas (Hartati and Ambariyanto, 2005) dengan luas pulau ± 3,5
Ha/35.000 m2. Dataran pulau banyak ditumbuhi pohon cemara
dengan sedikit mangrove. Tutupan sedimen di pulau mayoritas
lumpur kerikilan dengan distribusi hingga Pulau Karimun dan Pulau
Menjangan. Lebih lanjut secara spefisik sedimen berupa aluvium
yang terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, pecahan koral, dan
batu apung (Gustiantini and Ilahude, 2016).
Pulau Cemara Besar merupakan salah satu pulau di
Karimunjawa yang memiliki kawasan terumbu karang yang
berpotensi menjadi daerah ekoeduwisata berbasis Coral Garden
dan memiliki peluang yang besar untuk berkembang. Pulau Cemara
Besar memiliki potensi wisata terbesar di karimunjawa dikarenakan
pasirnya yang bersih dan airnya yang jernih sehingga mampu
menjadi titik wisata selam di Karimunjawa. Pulau Cemara Besar
dikelilingi oleh berbagai jenis karang dan berbagai jenis biota laut.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 27
Pulau Cemara Besar merupakan salah satu pulau di kepulauan
Karimunjawa yang memiliki potensi perkembangan wisata yang
menguntungkan. Pulau Cemara besar dibagi menjadi 2 zona, yakni
zona perlindungan bahari dan zona pemanfaatan bahari. Zona
perlindungan bahari berada di bagian selatan pulau, sedangkan
zona pemanfaatan bahari berada di bagian utara pulau (Statistik
Balai Taman Nasional Karimunjawa, 2019).
Pulau Cemara besar merupakan pulau dibawah wewenang
penggunaan dan pengelolaan Kementerian Kelautan dan Perikanan
c.q. Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Tegal.
Sedangkan Perairan Pulau Cemara Besar berdasarkan (Umardiono,
2011) termasuk dalam wilayah pengelolaan Taman Nasional
Karimun Jawa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa salah satu komponen
pengembangan wisata adalah kondisi geografis meliputi geologis,
topografis, dan musim. Begitu pula dengan status pengelolaan dan
rencana pengembangan selanjutnya kondisi ini menjadi faktor
dalam evaluasi terhadap pengembangan Kawasan ekoeduwisata
bahari Pulau Cemara Besar. Dengan demikian, kajian ini perlu untuk
dilakukan. Pentingnya hal ini mengingat kawasan wisata
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 28
membutuhkan kebutuhan fisik seperti infrastuktur yang perlu
perencanaan tata ruang yang komprehensif. seperti terlihat pada
Gambar 1.2.
Gambar 1.2. Lokasi Penelitian
1.5. Rencana Kinerja Output Riset
Rencana Luaran (Output)
a. 1 (satu) Bahan kebijakan atau Policy Brief tentang strategi
pengembangan Pulau Cemara Besar sebagai kawasan
ekoeduwisata bahari.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 29
b. 2 (satu) draft/manuskrip Karya Tulis Ilmiah (KTI).
1.6. Maksud dan Tujuan Riset
Kegiatan penelitian mengenai “Rekomendasi Pengembangan
Kawasan Ekoeduwisata Bahari Di Pulau Cemara Besar, Karimunjawa”
merupakan respon dari Pusat Riset Kelautan, Badan Riset dan
Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan dalam mendukung
Direktorat Teknis (Direktorat Jasa Kelautan, Ditjen PRL, KKP), Surat
nota dinas Direktorat Jasa Kelautan, Ditjen PRL, KKP Nomor: ND.
14/PRL.3/I/2019 tanggal 15 Januari 2019 perihal dukungan riset
terhadap pengembangan kawasan ekoeduwisata bahari.
Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah
a. Menyusun peta perubahan garis pantai di Pulau Cemara Besar,
b. Mengetahui lokasi potensi ekoeduwisata bahari coral garden
dan daya dukungnya di Pulau Cemara Besar.
Sasaran dari kegiatan penelitian ini adalah tersusunnya bahan
rekomendasi terkait strategi pengembangan Pulau Cemara Besar
sebagai kawasan ekoeduwisata bahari.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 30
1.7. Ruang Lingkup Kegiatan Riset
Penelitian ini sebagian besar dilakukan dengan melakukan
studi literatur dari metode potensi dan pengembangan
ekoeduwisata bahari di kawasan Pulau Cemara Besar atau
Karimunjawa yang sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti yang telah
terbit dalam karya tulis ilmiah serta dengan mencari literatur di
internet, kajian-kajian yang pernah dilakukan oleh instansi atau
perguruan tinggi. Berdasarkan studi literatur tersebut dipilih
metode yang mana yang dapat digunakan untuk mengkaji
rekomendasi terkait strategi pengembangan Pulau Cemara Besar
sebagai kawasan ekoeduwisata bahari. Hasil dari studi literatur ini
disintesiskan sehingga diperoleh metode yang baku atau standart
dalam menetapkan rekomendasi pengembangan ekoeduwisata
bahari di Pulau Cemara Besar.
Selain studi literatur, hasil yang diperoleh tersebut diujikan di
lapangan dengan cara survey lapangan. Hasil dari survey lapang
maka dibuat bahan rekomendasi terkait strategi pengembangan
Pulau Cemara Besar sebagai kawasan ekoeduwisata bahari.
Kegiatan survey lapang dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 31
pengembangan ekoeduwisata bahari di Pulau Cemara Besar
dengan menggunakan pendekatan beberapa analisis sebagai
berikut:
Analisis data spasial dan citra satelit yaitu; data biologi,
geografi, kimia, dan fisik serta sosial ekonomi budaya untuk
dapat menggambarkan kondisi eksisting dan potensi
ekoeduwisata bahari di lokasi penelitian. Analisis data tersebut
berdasarkan titik wisata snorkeling dan selam, data biologi
berupa data vegetasi pulau, data kondisi dan keanekaragaman
terumbu karang serta biota baik pelagis maupun demersal, data
fisik berupa data kondisi ekosistem terumbu karang seperti
substrat, kelerengan, dan kondisi oseanografinya, data fisik dan
kimia kondisi perairan sekitar Pulau Cemara Besar, data geografi
berupa sertifikat kepemilikan pulau, zonasi kawasan konservasi,
data sosial ekonomi berupa valuasi ekonomi sumberdaya
terumbu karang untuk ekoeduwisata bahari di Pulau Cemara
Besar.
Analisis digital shoreline analysis system (DSAS) menggunakan
citra Sentinel 2A selama tahun 2016 – 2020 dan tracking garis
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 32
pantai menggunakan GPS geodetik pada Maret 2020.
Parameter inputan transport sedimen sejajar pantai diperoleh
dari data model reanalysis ERA-5 yang selanjutnya dilakukan
peramalan gelombang dengan metode SMB dan analisis
gelombang representatif. Ukuran butir sedimen diambil di
sepanjang pantai sebanyak 14 titik dan dilakukan analisis
granulometri untuk mengetahui besar d50 sedimen. Transport
sedimen sejajar pantai diprediksi menggunakan persamaan
empiris dari CERC, Walton Jr, dan Kamphuis.
Analisis daya dukung pengembangan ekoeduwisata bahari
adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan
(DDK). Daya Dukung Kawasan adalah jumlah maksimum
pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di Kawasan
yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan
gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan Daya Dukung
Kawasan didasarkan pada pertimbangan tiga tingkatan utama,
yakni daya-dukung fisik (Physical Carrying Capacity/PCC), daya-
dukung riil (Real Carrying Capacity/RCC) dan daya-dukung
efektif (Effevtive Carrying Capacity/ECC).
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 33
1.8. Unit Pelaksana
Kegiatan ini dilaksanakan oleh beberapa instansi. Instansi yang
utama menyelenggarakan penelitian ini adalah Pusat Riset Kelautan
(Pusriskel) dan dibantu oleh Balai Pelatihan dan Penyuluhan
Perikanan Tegal, Balai Taman Nasional Karimunjawa Kota Semarang,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, dan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.
1.9. Personil Pelaksana
Berdasarkan SK nomor 12/PPK/BRSDM.2/KU.240/I/2020
mengenai penunjukkan penanggung jawab pelaksana kegiatan,
koordinator dan anggota kegiatan pada Pusat Riset Kelautan tahun
anggaran 2020, maka pada kegiatan penelitian “rekomendasi terkait
strategi pengembangan Pulau Cemara Besar sebagai kawasan
ekoeduwisata bahari” di Pusat Riset Kelautan, sebagai
penanggungjawab kegiatan adalah Dr. Niken Financia Gusmawati,
M.Si. (Kepala Sub Bidang Sumberdaya Laut, Bidang Sumberdaya
Laut dan Kewilayahan), dimana Yulius, M.Si. yang bertindak
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 34
sebagai koordinator kegiatan. Adapun anggota tim dari kegiatan
penelitian ini mendapat dukungan dari beberapa personil ahli
dibidangnya adalah sebagai berikut:
1. Dr. Taslim Arifin, M.Si. S3/ Peneliti Madya (Ekologi)
2. Dr. Muhammad Ramdhan S2/ Peneliti Muda (GIS)
3. Dr. Rinny Rahmania S3/ Peneliti Muda (Remote Sensing)
4. Dr. Nur Azmi Setyawidati S3/ Peneliti Muda (Remote Sensing)
5. Dino Gunawan, ST., MT. S2/ Peneliti Muda (Geofisika)
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 35
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1 Realisasi Anggaran Kegiatan
Total Anggaran : Rp 145.800.000,-
Realisasi anggaran : Rp. 140.850.000,- (96,60 %)
Tabel 2.1. Realisasi Anggaran Kegiatan.
No.
KEGIATAN, OUTPUT,
KOMPONEN, SUB
KOMPONEN, AKUN
PAGU DIPA REALISASI SISA
DANA
%
SERAPAN
2428.001.001.051.A.
1 521211 4,296,000 4,296,000 - 100.00
2 521213 5,800,000 5,800,000 - 100.00
3 521241 2,400,000 1,400,000 1.000.000 58.33
4 521811 2,000,000 2,000,000 - 100.00
5 522141 5,000,000 5,000,000 - 100.00
7 522151 5,150,000 5,150,000 - 98.81
8 522192 10,750,000 2,000,000 8.750.000 18.60
9 524111 96,404,000 96,400,000 4.000 99.99
10 524113 4,500,000 4,500,000 - 100.00
145.800.000 140.850.000 9,754,000 96.60
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 36
2.2 Pencapaian Kegiatan dan Dokumentasi
2.2.1 Hasil Survei Lapangan
Survey dilakukan pada tanggal 15 Oktober – 19 Oktober
2020 di Pulau Cemara Besar, Karimunjawa. Pada tanggal 15
Oktober, tim berangkat dari kantor Litbang Pusriskel Jakarta
menggunakan mobil. Tim dibagi menjadi 2 kloter, 1 kloter
berangkat lebih pagi terlebih dahulu untuk menandatangani
SIMAKSI TNKJ di Semarang (Presentasi SIMAKSI telah lebih dahulu
dilakukan secara daring).
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 37
Gambar 2.1. Penerimaan dokumen Simaksi dari Balai TNKJ
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 38
Tanggal 15 Oktober malam, tim melakukan diskusi teknis
dalam pelaksaan survey dan tim dibagi menjadi 2 grup, grup
vegetasi dan grup karang.
Gambar 2.2. Diskusi dan pengarahan teknis survey
Tanggal 16 Oktober, tim berangkat ke pulau Karimunjawa
menggunakan menggunakan kapal speed Express bahari selama 3
jam.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 39
Gambar 2.3. Suasana dalam kapal speed Express Bahari
Tim menuju ke penginapan yang telah dipesan dan
melakukan pengarahan akhir sebelum dilakukan survey esok
harinya, persiapan juga dilakukan dengan memeriksa kembali dan
menyiapkan perlengkapan yang kurang. Tangal 17 Oktober
dilakukan survey di Pulau Cemara Besar menggunakan kapal kayu
bermesin, grup vegetasi diturunkan terlebih dahulu sekitar
100meter dari daratan utama pulau karena pantai pasir landai
pulau cemara besar yang sangat luas.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 40
Gambar 2. 4. Tim Vegetasi Pantai
Tim Pulau melakukan transek penghitungan kerapatan pohon
cemara di Pulau Cemara Besar.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 41
Gambar 2. 5. Pengukuran transek kerapatan vegetasi di Pulau Cemara Besar
Setelah itu dilanjutkan dengan survey terumbu karang di 5
titik berpotensi. Terdapat beberapa lokasi yang berpotensi menjadi
lokasi ekoeduwisata yang baik berdasarkan kondisi, dan ragam
karang serta biota biota lain di lokasi. Lima titik lokasi yang
berpotensi ini tim namakan dengan titik WCS-1, WCS-2, KJ11, KJ12,
dan KJ16.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 42
Gambar 2. 6. Tim Terumbu Karang
Survey yang dilakukan oleh tim terumbu karang dengan
menggunakan alat selam dasar terdiri dari dokumentasi, dan
analisis keseuaian lokasi dengan program ekoeduwisata. Pada
tanggal 18 Oktober, dilakukan penyelesaian laporan analisis
mengenai 5 titik lokasi terumbu karang yang berpotensi diterapkan
program ekoeduwisata.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 43
Tim Air melakukan pengukuran kualitas perairan dan
penyelaman untuk mengetahui kondisi terumbu karang di sekitar
perairan Pulau Cemara Besar.
Gambar 2. 7. Pengukuran kualitas perairan Pulau Cemara Besar
Tim pada saat survey bertemu rombongan kunjungan kerja
Kemenko Marves di Pulau Cemara Besar.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 44
Gambar 2.8. Berdiskusi dengan rombongan kunjungan kerja Kemenko Marves
Gambar 2. 9. Foto Bersama tim Survey Pulau Cemara Besar
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 45
2.2.2 Hasil Rapat Teknis Offline dan Online
Berdasarkan hasil laporan Rapat Teknis Pembahasan Kegiatan
“Rekomendasi Pengembangan Ekoeduwisata Bahari di Pulau
Cemara Besar, Karimunjawa”. Rapat dibuka oleh Kabid Riset SDLK
Erish Widjanarko, S.T yang menyampaikan bahwa kegiatan riset di
Pulau Cemara Besar ini merupakan permintaan Dirjen Teknis dari
Direktorat PRL terkait kajian ekoeduwsiata bahari. Penelitian ini
dapat menjadi bahan bagi rencana orasi profesor riset sdr. Dr.
Taslim Arfin. Hasil Riset ini penting untuk disampaikan kepada para
pemangku kepentingan, dalam rapat ini hadir perwakilan dari
Direktorat Jasa Kelautan Dirjen, PRL dan Asdep Bidang Infrastruktur,
Kemenkomarvest yang selanjutnya dapat menjadi bahan kebijakan
strategis.
Acara dilanjutkan dengan paparan oleh koordinator kegiatan
Yulius, M.Si., adapun beberapa poin yang dapat disampaikan adalah
sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 46
1. Kegaiatan ini berdasarkan Surat Nota Dinas Direktorat
Jenderal Jasa Kelautan, Ditjen PRL No ND: 14/PRL.3/I/2019
tanggal 15 Januari perihal dukungan riset terhadap
pengembangan kawasan ekoeduwisata bahari. Pulau Cemara
Besar Karimunjawa.
2. Adapun latar belakang kegiatan ini dikarenakan Pulau
Cemara Besar (Karimunjawa) adalah kawasan prioritas
pengembangan ekoeduwisata yang tetap mempertahankan
karakter alaminya, pulau ini berada dibawah wewenang
penggunaan dan pengelolaan Kementerian Kelautan dan
Perikanan c.q. Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan
(BPPP) Tegal.
3. Tujuan dari kegiatan ini diantaranya adalah menyusun peta
perubahan garis pantai dan mengetahui lokasi potensi
ekoeduwisata bahari coral garden dan daya dukungnya di
Pulau Cemara Besar.
4. Output dari pelaksanaan kegiatan ini adalah berupa bahan
kebijakan strategi pengembangan KKPN Gili Matra sebagai
ekowisata bahari.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 47
5. Target dari kegiatan ini adalah policy brief potensi dan
strategi pengembangan Pulau Cemara Besar sebagai
kawasan ekoeduwisata bahari dan pembuatan KTI.
6. Perubahan garis pantai dan luas Pulau Cemara Besar (tahun
1981 - 2020).
7. Terumbu karang potensi coral garden.
8. Daya dukung ekoeduwisata bahari di Pulau Cemara Besar.
9. Kesimpulan, Saran dan Rekomendasi.
Agenda selanjutnya adalah masukan yang disampaikan oleh
narasumber Dr. Ofri Johan, M.Si. dari Balai Riset Budidaya Ikan Hias
BRSDM KP terkait hasil sementara kegiatan ini, adapun beberapa
masukan yang diberikan diantaranya adalah:
1. Beberapa jenis karang kemungkinan salah identifikasi, karena
jenis yang diidentifikasi distribusinya tidak ada di Indonesia
menurut Veron (2000), jenis tersebut adalah: Siderastrea
sidereal, Diploria labyrinthiformis dan Acropora cervicornis.
2. Metode transplantasi bisa memanfaatan Teknik yang selama
ini sudah ada yaitu metode rock file dan substrat berupa
rubble dimasukkan karung terbuat dari waring.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 48
3. Metode rock file: Substrat terbuat dari semen atau
bongkahan karang mati dengan ukuran serupa dimana bisa
untuk 4-6 transplant karang. Pada substrat sudah dibuatkan
cekungan tempat menempel karang, model ini bisa
ditempatkan pada daerah karang mati yang banyak rubble
nya, atau pada sela-sela karang hidup jika ada ruang yang
cocok.
Gambar 2. 10. Metode rock file
4. Metode waring: Metode menggunakan waring cocok untuk
lokasi yang banyak patahan karang (rubble) dimana pada
kondisi ini substrat tidak pada posisi yang kokoh, rubble bisa
berpindah terdorong arus dan ombak, sehingga
membahayakan penempelan karang baru. Salah satu usaha
untuk menstabilkan substrat dengan memasukkan rubble
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 49
pada waring sehingga dapat menstabilkan substrat
disamping dimanfaatkan sebagai substrat transplantasi
karang. Ukuran dan Panjang waring yang diisi patahan
karang ini dapat ditempelkan karang dengan jumlah 4-8
koloni sesuai ukuran dan permukaan waring berisikan
patahan karang tersebut.
Gambar 2. 11. Metode waring
5. Transplantasi karang substrat baik rock file dan waring dapat
mengikatkan label nama pelaku transplan dan waktu
transplan sehingga dapat dijadikan dokumentasi dan
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 50
sekaligus penghargaan bagi setiap tamu wisata yang
berkunjung yang ikut melakukan transplan.
6. Selain coral garden berasal dari transplantasi karang, dapat
juga membuat anemone garden, dengan memindahkan dan
mengumpulkan semua jenis anemone dalam satu Kawasan
yang dipilih, kemudian ditebar ikan nemo. Anemone garden
akan menjadi icon baru dalam coral garden yang akan
menjadi objek wisata yang bisa dikenal baik local dan
international, tergantung promosi wisata nantinya.
Selanjutnnya beberapa poin yang dapat disampaikan dari sesi
diskusi, diantaranya adalah:
1. Kawasan Ekoeduwisata Bahari di Pulau Cemara Besar
dikembangkan dengan tetap mempertahanakan kondisi alam
aslinya dan kawasan secara alami
2. Konsep coral garden dapat diimplementasikan dalam di
beberapa titik yang jadi obyek dalam penelitian ini
3. Tujuan pertama dalam riset ini yaitu Menyusun peta status
kondisi terumbu karang di perairan Pulau Cemara Besar
perlu dipertimbangkan penggunaan kata "status" karena
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 51
banyak parameter dan data yang diperlukan untuk
menentukan status suatu kawasan terumbu karang
4. Dalam survey telah di tentukan 5 stasiun (KJ12, KJ16, KJ 11,
WCS 1 dan WCS2). Pada stasiun WCS 2 dan KJ16 tutupan
karang mengalami penurunan banyak rubble dan karang
yang mati. Stasiun ini cocok sebagai lokasi implementasi
coral garden dalam pengembangan ekowisata bahari di
kawasan Pulau Cemara Besar- Karimun Jawa.
5. Konsep coral garden dari Kemenkomarves yang akan di
terapkan di Nusa Dua Bali adalah untuk memperbaiki
tutupan terumbu karang yang sudah mulai menurun
6. Koral garden diarahkan untuk kegiatan konservasi untuk nilai
ekologi dan kegiatan ekoeduwisata untuk nilai ekonomi
masyarakat lokal
7. Dari beberapa metode yang dapat direkomendasikan di
kawasan ini adalah metode rockpile dan dengan bioreeftek
(pemanfaatan tempurung kelapa)
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 52
8. Dari hasil survey akan dievaluasi dan diverifikasi lagi
penamaan spesies dari karang dan biota asosiasinya dibantu
oleh narasumber dalam kegiatan ini
Gambar 2. 12. Suasana Rapat Teknis Offline dan Online
2.2.3 Focus Group Discussion (FGD) 2020
FGD hasil penelitian ini dilakukan di Kantor Balai Pelatihan
dan Penyuluhan Perikanan Tegal (BP3 Tegal). Acara dibuka oleh
Bapak Erish Widjanarko, ST. selaku Kepala Bidang Riset Sumberdaya
Laut dan Kewilayahan mewakili Bapak Dr. I Nyoman Radiarta, M.Sc.
selaku Kepala Pusat Riset Kelautan, BRSDM KP, KKP.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 53
Pak Kabid dalam pembukaannya menjelaskan kegiatan riset
yang telah dilaksanakan ini terkait dengan kepemilikan Pulau
Cemara Besar oleh BP3 Tegal. Hasil Riset ini penting untuk
disampaikan kepada para pemangku kepentingan, dalam rapat ini
hadir perwakilan dari BP3 Tegal dan Sekolah Usaha Perikanan
Menengah (SUPM) Tegal.
Gambar 2. 13. Pembukaan FGD Hasil Penelitian 2020
Pada sesie presentasi presenter oleh Yulius selaku koordinator
kegiatan. Presenter memaparkan materi yang berisi hasil dari
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 54
kegiatan yang telah dilaksanakan dengan 3 tema hasil riset; (1)
Perubahan garis pantai dan perubahan luas Pulau Cemara Besar, (2)
Hasil observasi terumbu karang dan potensi lokasi coral garden di
perairan Pulau Cemara Besar, dan (3)Daya Dukung Kawasan
Ekoeduwisata Berbasis Coral Garden Di Pulau Cemara Besar.
Gambar 2. 14. Suasana FGD Hasil Penelitian 2020
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 55
Sesi tanya jawab:
Pak Andy - SUPM (Guru); (1) Pendidikan butuh hasil kajian
dari peneliti (2) Tahun depan berdiri Politeknik dengan hibah
kawasan mangrove 10 hektar dan dalam proses pembangunan
meminta saran untuk sumber riset? (3) Sinergitas: bisa
memaksimalkan untuk potensi pengembangan dengan siswa.
Tanggapan presenter: (1) Banyak publikasi hasil riset kami yang
dapat di unduh secara gratis di http://pusriskel.litbang.kkp.go.id/ (2)
- Ada buku hasil riset dari tim blue carbon sebagai dasar
penelitian mangrove di SUPM.
Mas Denis (BP3 Tegal); (1) Pulau Cemara Besar sebagai aset
berharga, BP3 Tegal tahun depan akan jadi Badan Layanan Umum
(BLU) dan Renstra BP3 Tegal tahun 2022 akan ada rencana
menyewakan pulau Cemara Besar denga jangka waktu 20-25 tahun
(2) Seperti apa idealnya infrastruktur di Pulau Cemara Besar? (3)
Potensinya apakah hanya ekoeduwisata bahari? Tanggapan
presenter: (1) Di Pusat kami ada balai yaitu BROL jadi BLU, Pulau
Cemara Besar sangat berpotensi dan memiliki daya tarik yang
tinggi, bila pulau disewakan butuh riset lagi yang lebih mendalam
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 56
dan kunjungan wisatawan di Pulau Cemara Besar bersifat one day
visit (2) infrastruktur ideal seperti : infrastruktur sederhana dan
dasar (3) potensi selain wisata bahari seperti camp site, wisata alam.
Pak Andri (BP3 Tegal); (1) Dulu ada sumber air tawar di pulau
mohon informasi lokasi dimana? (2) Masalah kapal yang sandar
jangkar dapat merusak karang (3) Ada isu belum boleh bangun
dermaga oleh Taman Nasional Karimunjawa, mohon informasi lebih
lanjut? Dan (4) Lokasi sebelah timur rentan abrasi di lokasi.
Tanggapan presenter: (1) Sumber air tawar banyak tersedia pada
saat musim hujan, untuk mendapatkan lokasi sumber air tanah
dalam bisa dilakukan dengan riset geolistrik (2) Untuk Pelabuhan
dapat dibangun dengan system apung (3) Untuk lego jangkar juga
dengan sistem model apung dan (4) Untuk pembangunan
breakwater perlu dimodelkan terlebih dahulu.
2.2.4 Seminar Online atau Webinar 2020
Seminar Online atau Webinar dengan judul " Tuah Pulau-
Pulau Kecil dalam Transformasi Ekonomi Sektor Kelautan”
terselenggara melalui daring.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 57
Seminar Online atau Webinar bertujuan untuk memberikan
wawasan bagi kita mengenai inovasi pengelolaan pulau-pulau
kecil/terluar dalam mendukung transpormasi ekonomi sektor
kelautan, tentang bagaimana mekanisme penetapan batas
pengelolaan laut daerah dan konstribusi ekowisata bahari pada
pembangunan ekonomi di Indonesia, serta bagaimana
mengembalikan konsep "Nusantara"dalam pembangunn nasional.
Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian/Lembaga
Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah, Mahasiswa dan masyarakat
luas. Seminar Online atau Webinar di buka oleh Kepala Pusat
Kelautan Dr. I Nyoman Radiarta, M.Sc., dimoderatori oleh Kabid
Riset Sumber Daya Laut dan Kewilayahan, Pusriskel sdr. Erish
Widjanarko, ST dengan Paparan oleh narasumber Bapak
Muhammad Yusuf, S.Hut., M.Si. diwakili Dr. Ahmad Aris, M.Si. dari
Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil –
Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut – KKP, Bapak Sugiarto,
S.E., M.Si. Direktur dari Toponimi dan Batas Daerah - Direktorat
Jenderal Bina Administrasi Wilayah – Kemendagri, Bapak Dr. Ir.
Fredinan Yulianda, M.Sc. Dosen dari Departemen Manajemen
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 58
Sumberdaya Perairan – FPIK-IPB dan Bapak Ahmad Arif, ST., M.Si.
Jurnalis dari Kompas.
Beberapa poin penting dalam sambutan Kepala Pusat Riset
adalah jumlah pulau kecil di Indonesia yang resmi tercatat di data
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada tahun 2018 sebanyak
16.671 pulau. Jika dikurangi dengan pulau-pulau besar, seperti
Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan pulau lain seluas lebih dari 2 ribu
hektare (ha), ada sekitar 16.600 pulau kecil. Memiliki pulau kecil
berlimpah, tak membuat Indonesia otomatis bisa
memberdayakannya secara optimal.
Tuah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya
adalah berkat (pengaruh) yang mendatangkan keuntungan,
kebahagiaan, keselamatan, keistimewaan, keunggulan dan
sebagainya.
Keunggulan pulau-pulau kecil memiliki keanekaragaman
hayati dan daya saing yang tinggi. Keuntungan pulau-pulau kecil
secara ekologis, ekonomis dan pertahanan keamanan. Namun
umumnya belum dimanfaatkan secara optimal.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 59
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
pada masa kepemimpinan Bapak Menteri Kelautan dan Perikanan
Dr. Edhy Prabowo, KKP terus berkomitmen untuk berkontribusi
nyata dalam menjaga keberlanjutan laut dunia melalui transformasi
ekonomi kelautan.
Komitmen pengembangan ekonomi kelautan berkelanjutan
dunia tersebut disampaikan dalam Sherpa Meeting ke-8 High Level
Panel (HLP) on Sustainable Ocean Economy di New York, Amerika
Serikat pada tanggal 1 hingga 3 Februari 2020.
Indonesia pun telah berkomitmen untuk aktif pada 8 tema
HLP yaitu ocean renewable energy, shipping decarbonization,
nature based solution, ocean accounting, finance, marine spatial
planning, food from the sea dan tourism.
Pada hari ini para pembicara akan memberikan wawasan
bagi kita mengenai inovasi pengelolaan pulau-pulau kecil/terluar
dalam mendukung transpormasi ekonomi sektor kelautan, tentang
bagaimana mekanisme penetapan batas pengelolaan laut daerah
dan konstribusi ekowisata bahari pada pembangunan ekonomi di
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 60
Indonesia, serta bagaimana mengembalikan konsep
"Nusantara"dalam pembangunn nasional.
Gambar 2. 15. Flyer Seminar Online atau Webinar 2020
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 61
Gambar 2. 16. Seminar Online atau Webinar 2020
2.2.5 Hasil Analisis Perubahan Garis Pantai dan Luas
2.2.5.1. Hasil Analisis Perubahan Garis Pantai
Pulau Cemara Besar merupakan pulau berpasir putih yang
ditumbuhi oleh vegetasi khas berupa pohon cemara. Garis pantai
Pulau Cemara besar cenderung berubah seiring waktu akibat angin
dan gelombang. Pada bulan Maret, ujung timur laut pantai akan
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 62
berada pada posisi utara, namun setelah memasuki bulan
September akan berubah dan bergerak memanjang kearah timur.
Daya tarik dari pulau ini adalah wisatawan dapat bermain di pantai
pasir dangkal yang menjorok hingga beberapa puluh meter ke arah
laut, menikmati ikan bakar, dan bersantai di gazebo – gazebo yang
tersedia.
a) Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi
2 kelompok yakni data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan.
Adapun data primer yang akan digunakan antara lain: ukuran butir
sedimen (d50) yang berasal dari sampel sedimen dasar, kelerengan
pantai, garis pantai hasil survey, dan karakteristik gelombang (tinggi
dan periode gelombang). Sedangkan data sekunder merupakan
data pendukung dan data pelengkap penelitian yang berasal dari
pengukuran yang sudah dilakukan oleh pihak lain. Adapun data
sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini di antaranya: citra
satelit Sentinel 2A rentang tahun 2016 - 2020, data pasang surut
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 63
BIG, dan data angin dari hasil model reanalysis ERA-5 rentang
tahun 2015 – 2019.
b) Alat dan Bahan
Penelitian membutuhkan peralatan dan bahan yang akan
menunjang keberhasilan penelitian. Adapun peralatan yang
digunakan dalam penelitian ini tercantum pada Tabel 2.2
Sedangkan untuk bahan yang digunakan tercantum dalam Tabel
2.3.
Tabel 2.2. Alat yang digunakan dalam penelitian
No Nama Alat Kegunaan Keterangan
1. Sediment Grab Mengambil sampel sedimen dasar -
2. GPS Geodetik CHCNav
tipe i50
Mengetahui posisi garis pantai in situ
dan lokasi sampling.
Akurasi h 1.5
cm, v 2.3 cm
3. Sieve shaker Memisahkan ukuran butir sedimen
berdasarkan mesh tertentu
-
4. Botol sampel Wadah sampel -
5. Timbangan digital Untuk menimbang sampel Akurasi 0.01
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 64
gr
6. Corong Membantu mengalirkan air sampel -
7. Cawan Wadah sampel sedimen -
8. Beaker gelas Menampung sedimen yang disaring -
9. Kuas Membantu memisahkan sedimen saat
diayak
-
10. Plastic ziplock Wadah sedimen hasil ayakan -
11. Kertas label Penanda sampel -
12. Laptop spesifikasi Intel
Core i7, RAM 16 GB
Pengolahan data garis pantai dan
transport sedimen
-
13. Software ArcMap 10.3
dan DSAS Tools
Membuat peta dan menganalisis
perubahan garis pantai
-
14. Microsoft Office Excel Mengolah data -
15. Software bahasa
pemrograman
Filtering data, pengolahan data, dan
menampilkan grafik
-
15. SNAP Desktop Melakukan koreksi terhadap citra dan
filtering NDWI
-
16. Kamera Mendokumentasikan penelitian -
17. Sendok sampel Mengambil sampel -
Tabel 2.3. Bahan yang digunakan dalam penelitian
No Nama Bahan Kegunaan Keterangan
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 65
1. Sampel Sedimen Mendapatkan ukuran butir
sedimen d50 setiap segmen
-
2. Citra Sentinel 2A
Tahun 2016 - 2020
Mendapatkan garis pantai
tahun 2016 – 2020
Resolusi spasial 10 m
3. Data Pasang Surut
Stasiun BIG
Melakukan koreksi pasang
surut
Resolusi temporal 1
jam
4. Data Angin reanalysis
ERA-5 Tahun 2015 -
2019
Melakukan peramalan
gelombang
Resolusi spasial
0.250x0.250
Resolusi temporal 6
jam
c) Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode
kuantitatif merupakan metode yang memenuhi kaidah ilmiah
konkret, objektif, dan terukur. Metode kuantitatif menggunakan
analisis statistik dan model untuk memperoleh gambaran pada
daerah penelitian. Dalam rangka membangun statistik dan model,
diperlukan data-data hasil pengambilan data yang berupa angka-
angka.
d) Studi Literatur
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 66
Tahapan pertama yang dilakukan adalah mempelajari dan
memahami permasalahan yang akan dianalisis dan diselesaikan
dengan menentukan tujuan, ruang lingkup, dan manfaat penelitian.
Dalam proses memahami suatu permasalahan yang terjadi di
lapangan dan upaya mendapatkan gambaran secara umum
mengenai objek penelitian, maka diperlukan studi literatur. Dengan
demikian, referensi pengetahuan serta pemahaman mengenai
penelitian yang akan dilakukan menjadi semakin baik. Studi literatur
juga dimaksudkan untuk memahami berbagai penelitian yang
serupa baik secara objek penelitian, lokasi, maupun metode.
Sehingga dapat diambil kesimpulan berdasarkan hasil analisis
penelitian dan penelitian terdahulu.
e) Pengumpulan Data
Garis Pantai
Data garis pantai diperoleh dari deliniasi citra sentinel 2A
dan pengukuran langsung di lapangan. Penentuan tanggal
perekaman citra berdasarkan musim barat, serta
mempertimbangkan elevasi muka air berdasarkan pasang surut.
Citra yang digunakan berjumlah 5 citra yang terdiri dari citra tahun
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 67
2016 – 2020 pada perekaman musim barat. Citra tersebut
kemudian akan diproses untuk mendapatkan garis pantai. Citra
dikoreksi dengan koreksi radiometri dan geometri dengan bantuan
tools reyleigh correction pada aplikasi SNAP desktop serta
dilakukan koreksi terhadap TOA reflectance. Sehingga, citra hasil
koreksi akan mendekati kebenaran sesuai di lapangan. Citra hasil
koreksi dilakukan filtering dengan metode NDWI seperti pada
Persamaan 2 yang dikembangkan oleh McFeeters (1996) untuk
memperoleh perbedaan rona antara daratan dan perairan. Tahapan
berikutnya yakni deliniasi garis pantai menggunakan metode
digitasi on-screen (Chand, 2010). Metode tersebut digunakan
dengan mempertimbangkan lokasi penelitian yang memiliki
cakupan kecil.
Kedudukan garis pantai sangat dipengaruhi oleh pasang
surut. Pada penelitian ini garis pantai hasil deliniasi dikoreksi
menggunakan data pasang surut. Elevasi yang digunakan yakni
elevasi MSL bulan Maret 2020. Hal ini dimaksudkan untuk
memastikan bahwa perubahan garis pantai yang dihitung dalam
validasi data tidak disebabkan oleh variasi pasang surut. Koreksi
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 68
pasang surut dilakukan mengacu pada teori segitiga siku-siku
mengacu pada penelitian (Wicaksono et al., 2018)
Garis pantai hasil survey lapangan diperoleh dengan metode
tracking menggunakan GPS Geodetik CHCNav tipe i50. Menurut
(Guariglia et al., 2006) tujuan survey garis pantai menggunakan GPS
antara lain : memetakan garis pantai terbaru, memverifikasi
keakuratan citra, dan membuat jaringan referensi survey berikutnya.
Survey dilakukan dengan mempertimbangan pasang surut. Panjang
garis pantai yang akan di survey sepanjang 1528 meter. Dengan
demikian hasil survey akan digunakan sebagai acuan verifikasi
untuk citra tahun 2020.
Kelerengan Pantai
Kelerengan pantai diperlukan sebagai inputan menghitung
transport sedimen sejajar pantai. Pengambilan data kelerengan
pantai terdiri dari 14 stasiun. Dasar penentuan stasiun berdasarkan
purposive sampling dengan pertimbangan kesamaan lokasi yang
mengalami abrasi dan akresi.
Pengambilan data dilakukan dengan bantuan alat GPS
Geodetik CHCNav tipe i50 yang mampu merekam ketinggian
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 69
hingga ketelitian 0.023 m. Pada setiap stasiun, kelerengan diukur
setiap 3 ± 0.023meter x 2 transek. Sehingga diperoleh titik
perekaman dengan nilai ketinggian masing-masing. Dari data
tersebut diperoleh selisih tinggi setiap titik yang kemudian
digunakan untuk menghitung derajat kemiringan lereng. Setiap
stasiun diperoleh 2 segmen sepanjang 6 ± 0.023 meter. Data setiap
segmen dirata-rata, sehingga diperoleh kelerengan pantai pada
setiap stasiun.
Pasang Surut
Data pasang surut digunakan untuk melihat kesamaan
elevasi muka air laut saat perekaman citra Sentinel 2A dan
digunakan untuk melakukan koreksi garis pantai hasil deliniasi citra
dengan garis pantai hasil survey lapangan. Data pasang surut
diperoleh dari stasiun pengamatan pasang surut Karimun Jawa
dengan nomor StationID: 0137KRJW01 milik Badan Informasi
Geospasial pada tanggal dan waktu yang sama dengan perkaman
citra dan pengukuran garis pantai lapangan.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 70
Ukuran Butir Sedimen
Ukuran butir sedimen diperoleh dari hasil analisis
granulometri sampel sedimen dasar. Pengambilan sampel sedimen
dasar dilakukan di sepanjang pantai Pulau Cemara Besar
berdasarkan purposive sampling. Purposive sampling merupakan
teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan pada penentuan titik sampling ini berdasarkan
pertimbangan lokasi yang diduga mengalami abrasi dan akresi.
Jumlah stasiun berjumlah 14 stasiun yang diharapkan dapat
mewakili setiap segmen. Penentuan titik sampling didasarkan pada
pengamatan awal garis pantai melalui google earth pro.
Sampel sedimen hasil pengambilan di lapangan, selanjutnya
akan dilakukan analisis granulometri. Sieve shaker yang akan
digunakan memiliki 5 ayakan dengan ukuran 2 mm, 0.5 mm, 0.3
mm, 0.125 mm, dan 0.0625 mm. Bila terdapat sisa hasil ayakan
(ukuran < 0.0625 mm) maka dilakukan penentuan ukuran butir
menggunakan metode pipetting. Ukuran butir yang akan diperoleh
menggunakan metode pipetting yakni 0.0312 mm, 0.0156 mm,
0.0078 mm, dan 0.0039 mm. Hasil penentuan ukuran butir sedimen
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 71
selanjutnya di plot dalam sieve graph. Dengan grafik tersebut dapat
ditentukan besar ukuran d50 dari sampel sedimen. Selanjutnya
ukuran butir akan diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi skala
Wentworth berdasarkan Tabel 2.4 (CEM, 2002).
Tabel 2.4. Klasifikasi ukuran butir sedimen
Ukuran dalam mm Phi Size
Wentworth
Classification
256 – 4096 -8.0 - -12.0 Boulder
64 – 256 -6.0 - -8.0 Cobble
4.00 – 64.00 -2.0 - -6.0 Pebble
2.00 – 4.00 -1.0 - -2.0 Granule
1.00 – 2.00 0.0 - -1.0 Pasir Sangat Kasar
0.50 – 1.00 1.0 – 0.0 Pasir Kasar
0.250 – 0.50 2.0 – 1.0 Pasir Sedang
0.125 – 0.250 3.0 – 2.0 Pasir Halus
0.0625 – 0.125 4.0 – 3.0 Pasir Sangat Halus
0.0039 – 0.0625 8.0 – 4.0 Silt
0.00049 – 0.0039 11.0 – 8.0 Clay
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 72
<0.00049 >11.0 Colloids
Data Angin Harian
Data angin yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah
data reanalysis dari ERA-5. Data model angin ini telah tervalidasi
oleh data lapangan untuk mendapatkan data beresolusi 0.250 x
0.250. Lokasi yang diambil yakni pada koordinat 110.3750 BT; 5.8750
LS. Data dapat diunduh pada https://cds.climate.
copernicus.eu/cdsapp#!/dataset/reanalysis-era5-single-levels-
monthlymeans?tab= form berupa data selama 5 tahun (2015-2019).
Data Gelombang
Data gelombang berupa Hs (meter) dan Ts (detik)
didapatkan dengan peramalan gelombang menggunakan metode
SMB (Svedrup Munk Bretschneider). Tahapan peramalan gelombang
terdiri dari filterisasi data angin, penentuan panjang fetch efektif,
dan perhitungan periode dan tinggi gelombang laut (CERC, 1984).
Data angin diperoleh dari website penyedia data angin hasil model
reanalysis ERA-5 untuk tahun 2015 – 2019. Penentuan panjang
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 73
didasarkan pada arah dominan angin yang kemudian dihitung
menggunakan persamaan 11.
(11)
Dimana X: panjang fetch efektif (m) dan α: sudut antara garis fetch
sebesar 60.
Nilai tinggi gelombang (H) dan periode gelombang (T) dapat
ditentukan bila dalam kondisi fully developed sea dan fetch- limited
condition. Pada kondisi fully developed sea persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
(12)
(13)
Sedangkan kondisi fetch- limited condition terjadi bila duration
limited lebih besar dari tmin. Maka persamaan yang digunakan untuk
mendapatkan Hm ditulis dalam (CERC, 1984) :
(14)
(15)
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 74
Dimana Hm: tinggi gelombang model (m), Tm: periode gelombang
model (s), UA: kecepatan angin terkoreksi (m/s), F: panjang fetch
efektif (m), dan g: percepatan gravitasi (9.81 m/s2).
Hasil perolehan data Hm dan Tm digunakan untuk
menentukan tinggi gelombang signifikan (Hs) dan periode
gelombang signifikan (Ts). Metode yang digunakan dengan
statistik, yakni menghitung 33,3% data tertinggi dari seluruh data
untuk Hm dan Tm.
f) Metode Analisis Data
Analisis Perubahan Garis Pantai
Digital Shoreline Analysis System (DSAS) adalah suatu
perangkat lunak yang dalam penggunaannya dilakukan bersamaan
dengan perangkat lunak ArcGIS yang di kembangkan oleh ESRI.
DSAS menggunakan titik base sebagai acuan pengukuran, dimana
titik dihasilkan dari perpotongan antara garis transek dengan garis-
garis pantai berdasarkan waktu (Esmail, Mahmod and Fath, 2019;
Salmon, Duvat and Laurent, 2019).
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 75
Pada penelitian ini akan menggunakan perhitungan Linear
Regression Rate (LRR) menunjukan nilai koefisien regresi
berdasarkan jarak dan waktu garis pantai, End Point Rate (EPR)
menunjukan laju perubahan garis pantai dalam meter/tahun, dan
Gambar 2. 17. Skema perhitungan NSM, EPR, dan LRR pada DSAS
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 76
Net Shoreline Movement (NSM) menunjukan jarak perubahan garis
pantai dalam meter secara skema ditunjukan pada Gambar 2.17
(Himmelstoss et al., 2018). Penentuan daerah abrasi ditentukan jika
LRR dan NSM < 0 serta daerah akresi jika LRR, dan NSM > 0. Hasil
pengolahan DSAS ditampilkan dalam grafik berdasarkan nilai
maksimum – minimum dari transek setiap segmen. Selain itu hasil
analisis DSAS berupa abrasi dan akresi ditampilkan pada peta.
Analisis Transport Sedimen Sejajar Pantai
Sebelum menghitung nilai transport sedimen sejajar pantai
(LST) terlebih dahulu perlu memenuhi kebutuhan data yang perlu
diinputkan. Data tinggi gelombang pecah (Hb) diperoleh dengan
menghitung Hs sebagai Ho menjadi Hb berdasarkan perhitungan
gelombang representatif menggunakan Gambar 2.18 (Triatmodjo,
1999).
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 77
Gambar 2. 18. Konversi parameter gelombang representatif untuk
penentuan tinggi dan kedalaman gelombang pecah
Sedimen sejajar pantai diperoleh dari perhitungan
menggunakan persamaan dari CERC (persamaan 7), Walton Jr and
Bruno (persamaan 8), dan Kamphuis (persamaan 10). Hasil
perhitungan dari ketiga persamaan didapatkan besarnya angkutan
sedimen (m3/tahun) di setiap segmennya dan arah diperoleh dari
hasil hitungan Q pada musim barat dan timur. Besarnya transport
sedimen sejajar pantai dianalisis menggunakan bantuan grafik LSTR
(Longshore Sediment Transport Rate) dalam m3/tahun untuk semua
persamaan.
Analisis regresi linier digunakan untuk menunjukkan
pengaruh LST terhadap laju perubahan garis pantai dengan
menggunakan koefisien determinasi. Sedangkan arah dari transport
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 78
sedimen sejajar pantai di gambarkan pada peta dengan
menunjukan arah transport di setiap segmennya.
g) Metode Validasi Data
Validasi data diperlukan untuk memastikan keakuratan data
yang digunakan dalam analisis data. Metode yang digunakan yakni
dengan menghitung nilai root mean square error (RMSE)
menggunakan rumus sebagai berikut (Willmott and Matsuura,
2005) :
(16)
Dimana RSME: root mean square error, n : banyaknya data, e =
nilai error dua vector. Nilai error diperoleh dengan mencari selisih
antara 2 nilai yang memiliki kesamaan waktu, dalam hal ini adalah
data hasil model/analisis dengan data pengukuran lapangan.
Pengujian Akurasi Geometri Garis Pantai
Pengujian akurasi geometri garis pantai dilakukan dengan
menguji garis pantai hasil deliniasi citra dengan pengukuran
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 79
lapangan. Garis pantai hasil deliniasi citra pada tanggal 13 Maret
2020 divalidasi dengan hasil pengukuran lapangan tanggal 17
Maret 2020. Pengujian dilakukan dengan menghitung nilai RMSE.
Pada DSAS dengan statistik shoreline change envelope (SCE)
digunakan untuk menghitung besar perbedaan posisi garis pantai
hasil deliniasi dan garis pantai pengukuran lapangan. Perhitungan
SCE diperoleh dengan menggunakan rumus berikut (Wicaksono
and Wicaksono, 2019):
(17)
Dimana, SCE: shoreline change envelope, X,Ymap : koordinat x,y citra,
dan X,Ychek : koordinat x,y lapangan. Sehingga informasi yang
dihasilkan berupa jarak antara kedua garis pantai tersebut dalam
setiap transek seperti ditunjukan pada Gambar 2.19.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 80
Verifikasi Data Peramalan Gelombang
Data gelombang hasil peramalan diverifikasi dengan data
lapangan. Data lapangan diperoleh dari data Pusat Riset Kelautan,
Kementrian Kelautan dan Perikanan dimana pengambilan data
didapatkan dengan metode recording waverider menggunakan alat
ADCP Sontex Argonaut XR pada tanggal 13-28 Mei 2016. Hasil
perekaman di lapangan digunakan untuk verifikasi data peramalan
Gambar 2. 19. Transek uji akurasi geometri
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 81
gelombang menggunakan persamaan 16. Sehingga diperoleh nilai
RMSE yang menunjukan keakuratan hasil peramalan gelombang.
h) Hasil Perubahan Garis Pantai
Hasil uji akurasi geometri diperoleh nilai RMSE sebesar 0.04
dengan nilai kebenaran 96%. Sehingga garis pantai hasil intepretasi
dari indeks air NDWI dapat digunakan untuk analisis perubahan
garis pantai. Kondisi tersebut sesuai dengan syarat akurasi
geometri menurut (Wicaksono dan Wicaksono, 2019). Garis pantai
dari tahun 2016 – 2020 ditunjukan pada Gambar 2.20. Disepanjang
pantai Pulau Cemara Besar dibagi menjadi 14. Segmen 1 – 4
berada di sebelah timur pulau, segmen 5 – 7 berada di selatan
yang kemudian disebut pangkal pulau, 8 – 11 di sebelah barat
pulau dan segmen 12 – 14 di utara pulau yang kemudian disebut
ekor pulau.
Garis pantai pada rentang waktu tersebut terlihat dinamis
disepanjang pantai. Mengingat Cemara Besar merupakan pulau
hasil endapan sedimen maka dinamika garis pantai sangat
dipengaruhi proses litoral dan kegiatan wisatawan yang berkunjung
ke pulau. Dinamika sangat tinggi nampak pada ekor pulau. Secara
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 82
umum garis pantai pada ekor pulau sejak 2016 - 2020 bergerak ke
utara. Sehingga terdapat area abrasi dan akresi di lokasi tersebut.
Pada sisi timur secara umum terjadi pergerakan ke arah laut
dari 2016 hingga 2018 dan kembali menyusut hingga 2020.
Sedangkan pada sisi barat dinamika yang terjadi cenderung tetap,
dan tampak garis pantai menuju laut pada tahun 2019. Sedangkan
pada pangkal pulau tampak ada trend abrasi terutama di segmen 7
yang ditandai dengan pergerakan garis pantai menuju darat.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 83
Gambar 2. 20. Garis pantai Pulau Cemara Besar 2016 – 2020
Berdasarkan analisis perubahan garis pantai tahun 2016 –
2020 menggunakan DSAS, diperoleh segmen-segmen yang
mengalami abrasi dan akresi. Parameter yang menunjukan adanya
abrasi dan akresi yakni NSM, EPR, dan LRR. Seperti pada Gambar
2.21 bahwa abrasi dan akresi terjadi di sepanjang pantai. Luasan
abrasi sebesar 0.41 ha dan akresi sebesar 0.33 ha. Abrasi terjadi di
ekor pulau sebelah timur, sepanjang sisi timur, pangkal hingga
sebagian sisi barat, dan sebagian sisi barat pulau. Sedangkan akresi
terjadi di ekor pulau dengan bentuk yang memanjang ke utara,
pangkal pulau sisi timur, dan sebagian kecil di sisi barat dan timur
pulau.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 84
Gambar 2. 21. Luasan Abrasi Akresi Cemara Besar
Hasil model DSAS ditampilkan secara mendatar berdasarkan
segmen dan menggunakan metode EPR dan LRR, seperti pada
Gambar 2.22a Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil
antara metode EPR dan LRR. Metode EPR menghitung laju
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 85
perubahan garis pantai berdasarkan jarak antara garis pantai
terlama dan terbaru pada rentang waktu tersebut. Sedangkan
metode LRR menghitung nilai regresi linier antara posisi garis
pantai setiap tahun. Dengan demikian EPR menunjukan laju
perubahan garis pantai dan LRR menunjukkan kecenderungan garis
pantai bergerak. Pada Gambar 22b tampak di segmen-segmen
dengan abrasi dan akresi besar terdapat kemiripan hasil EPR dan
LRR.
a)
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 86
b)
c)
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 87
Laju perubahan garis pantai pada segmen 1 hingga 3
menunjukan abrasi dengan laju terbesar pada segmen 1
sebesar -8.45 m/tahun. Pada segmen tersebut nilai LRR
menunjukan abrasi dengan nilai terbesar di segmen 1 sebesar 8.31
m/tahun. Tiga segmen ini menurut Gambar 2.22c menunjukkan
kecenderungan abrasi, terkuat pada segmen 1 diikuti segmen 3 dan
2. Abrasi terbesarpun terjadi di segmen 1 (Gambar 2.22a) dengan
pergeseran garis pantai maksimum sejauh 32.39 meter.
Bergeser ke segmen 4 hingga 10, menunjukkan kecocokan
yang rendah antara EPR dan LRR. Seperti pada segmen 4 dan 5,
LRR menunjukkan abrasi, namun laju EPR menunjukan akresi. Pada
segmen 4-10 ini terjadi abrasi dan akresi yang cukup rendah
d)
Gambar 2. 22. Hasil model DSAS, a) EPR dan LRR sepanjang pantai; b)
Distribusi NSM; c) Distribusi EPR; d) Distribusi LRR
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 88
dibandingkan segmen lainnya. Hal ini pun ditandai dengan laju
abrasi dan akresi yang cenderung lebih rendah dibandingkan
segmen lain seperti pada Gambar 2.22c. Begitu juga untuk nilai
LRR seperti pada Gambar 2.22d cenderung lebih rendah.
Pada segmen 5 baik EPR dan LRR menunjukkan akresi diikuti
segmen selanjutnya 6 dan 7 menunjukkan abrasi. Keunikan pola ini
terjadi di pangkal pulau. Bergerak ke segmen 8-10 menunjukkan
abrasi dan akresi yang silih berganti hingga menjelang segmen 11.
Kesesuaian EPR dan LRR ditunjukan pada awal segmen 9 saat
terjadi akresi. Kemudian diikuti abrasi dan akresi yang lebih kecil
menuju segmen 10.
Akresi yang lebih kuat dan cepat terjadi di segmen 13 dan
14. Akresi pun terjadi di segmen 11 dan 12. Dengan demikian ekor
pulau cemara besar mengalami akresi. Hasil pada Gambar 2.22a-
2.22d, menunjukkan seluruh transek pada segmen 11-12
menunjukkan akresi. Ditandai dengan rentang nilai minimum dan
maksimum untuk ketiga metode bernilai lebih dari nol. Perubahan
garis pantai terjauh terjadi di segmen 14, mengalami akresi sejauh
68.74 meter. Namun demikian secara rata-rata antara 13 dan 14
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 89
bernilai sama sebesar 55.9 meter. Bila ditinjau berdasarkan LRR
seperti pada Gambar 2.22d menunjukkan segmen 14 memiliki nilai
rata-rata LRR lebih rendah dibanding 13. Hal ini menunjukkan
segmen 13 memiliki kecenderungan akresi lebih kuat dibanding 14
berdasarkan pola dan dinamika perubahan garis pantainya.
i) Hasil Karakteristik Sedimen dan Kelerengan Pantai
Hasil analisis granulometri dari sampel sedimen Cemara
Besar dan slope pantai disajikan pada Tabel 2.5. Ukuran butir di
sepanjang pantai Cemara Besar ditunjukan berdasarkan distribusi
percentile ke-50 dinyatakan dalam ukuran butir d50. Berdasarkan
ukuran tersebut sedimen dasar di pantai Pulau Cemara Besar
berjenis pasir dengan ukuran yang bervariasi dengan mayoritas
berukuran pasir kasar. Distribusi ukuran sedimen dasar di pantai
timur hingga pangkal pulau berukuran pasir kasar. Sedangkan di
pantai barat hingga ekor pulau berukuran pasir sedang.
Kelerengan pantai (slope) ditunjukkan berdasarkan klasifikasi
(Yulianda, 2007) yang menunjukkan tipe pantai berdasarkan
kesesuaian terhadap kegiatan wisata pantai. Hasil menunjukan
bahwa sepanjang pantai Cemara Besar cocok dijadikan wisata
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 90
pantai dikarenakan bertipe pantai datar. Serta hanya 3 lokasi yang
memiliki tipe landai yakni pada stasiun 5, 11, dan 13. Dengan
demikian, slope tertinggi terletak di stasiun 11 sebesar 14.52o dan
terendah pada stasiun 14 sebesar 1.07o.
Tabel 2.5. Ukuran butir sedimen dan klasifikasi pantai
St.
(mm)
Klasifikasi
(Skala
Wentworth)
Slope
(o) Tipe Pantai
1 0.56 Pasir Kasar 1.92 Datar
2 0.92 Pasir Kasar 2.05 Datar
3 0.86 Pasir Kasar 4.16 Datar
4 1.00 Pasir Kasar 6.47 Datar
5 0.54 Pasir Kasar 10.50 Landai
6
1.12
Pasir Sangat
Kasar
4.48
Datar
7 0.98 Pasir Kasar 4.21 Datar
8 0.90 Pasir Kasar 9.25 Datar
9 0.90 Pasir Kasar 2.55 Datar
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 91
10 0.50 Pasir Kasar 6.79 Datar
11 0.37 Pasir Sedang 14.52 Landai
12 0.38 Pasir Sedang 1.81 Datar
13 0.42 Pasir Sedang 10.86 Landai
14 0.48 Pasir Sedang 1.07 Datar
j) Hasil Peramalan Gelombang dan Gelombang Representatif
Hasil peramalan gelombang diperoleh tinggi gelombang
signifikan (Hs) dan periode gelombang signifikan (Ts) musim barat
sebesar 1.21 m dan 4.69 s, sedangkan Hs dan Ts musim timur
sebesar 0.77 m dan 4.33 s. Hasil peramalan dilakukan validasi
dengan data lapangan dengan metode RMSE diperoleh nilai nilai
error 0.19 untuk Hs dan 0.26 untuk Ts. Berdasarkan (Willmott dan
Matsuura, 2005) semakin rendah nilai bias/error maka semakin
tinggi keterkaitannya.
Analisis statistik frekuensi angin ditampilkan pada Gambar
2.23 menunjukkan arah angin dominan di Perairan Karimunjawa.
Arah angin dominan pada musim barat berhembus dari arah 247.50
dan pada musim timur berhembus dari arah 67.50. Sehingga
Gambar 2. 23. Windrose Perairan Karimun Jawa
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 92
diperoleh arah penjalaran gelombang pada musim barat ke arah
67.50 dan musim timur ke arah 247.50.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 93
Tabel 2.6. Perhitungan Gelombang Pecah
Berdasarkan perhitungan gelombang representatif, diperoleh
tinggi gelombang pecah (Hb), kedalaman gelombang pecah (db)
dan sudut datang gelombang pecah (αb ) seperti disajikan pada
Tabel 2.7. Pada musim barat sudut datang gelombang pecah
cenderung lebih besar di sisi timur pulau. Hal ini diakibatkan oleh
gelombang yang mencapai pantai merupakan gelombang hasil
St Musim Barat Musim Timur
Hb (m) db (m) αb (o) Hb (m) db (m) αb (o)
1 0.44 0.29 28.82 0.93 0.84 7.49
2 0.51 0.29 28.82 0.93 0.84 10.22
3 0.48 0.26 25.83 0.81 0.71 7.16
4 0.51 0.24 25.74 1.06 0.68 8.98
5 0.52 0.22 24.37 1.06 0.59 13.98
6 1.46 1.19 20.61 0.33 0.16 8.40
7 1.46 1.19 10.14 0.33 0.16 8.40
8 1.57 0.99 6.81 0.37 0.14 7.84
9 1.39 1.27 10.27 0.33 0.17 8.67
10 1.57 1.11 10.58 0.36 0.16 8.26
11 1.57 0.99 8.88 0.37 0.14 7.84
12 1.39 1.39 9.41 0.30 0.19 8.99
13 0.28 0.18 24.37 0.37 0.14 7.84
14 0.40 0.30 29.27 0.87 0.90 9.54
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 94
refraksi akibat posisi stasiun yang berada di balik pulau dari arah
penjalaran gelombang. Dengan demikian tinggi gelombang pecah
terbesar 0.52 m serta sudut datang gelombang pecah sebesar
24.37o hingga 29.27o. Sedangkan di sisi barat gelombang menjalar
ke arah pulau, kemudian pecah di kedalaman 0.99 hingga 1.39 m
dengan tinggi gelombang lebih dari 1.3 meter.
Kondisi yang berbeda pada musim timur yakni sisi timur
pulau menjadi pantai yang berhadapan langsung dengan
penjalaran gelombang musim timur. Sedangkan stasiun lainnya
gelombang yang mencapai pantai merupakan gelombang hasil
refraksi karena lokasi stasiun berada di balik pulau dari arah
penjalaran gelombang di musim timur. Akibatnya tinggi gelombang
stasiun 6-13 lebih kecil dibandingkan stasiun lainnya. Hasil
perhitungan gelombang representatif menghasilkan tinggi
gelombang pecah dan kedalaman gelombang pecah relatif lebih
rendah dibandingkan musim barat. Sudut datang gelombang pecah
tertinggi pada 13.98o pada stasiun 5 dan nilai terendah sebesar
7.16o pada stasiun 3.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 95
Tabel 2.7. Hasil LST dan Imbangan Sedimen dalam 103 m3/tahun
Keterangan:
* Qn LST bernilai (+) menunjukkan arah ke LST musim barat, Qn LST
bernilai (-) menunjukkan arah ke LST musim timur, lihat Gambar
14a
St
Qn (103 m3/tahun )
LST
Q (103 m3/tahun )
Imbangan Sedimen
CERC Wal Kamp CERC Wal Kamp
1 -34.63 -75.09 -0.49 -34.63 -75.09 -0.49
2 -46.07 -37.38 -0.56 -11.43 37.71 -0.07
3 -12.38 -10.78 2.28 33.69 26.59 -1.72
4 -53.96 -74.56 -5.03 -41.58 -63.77 -2.75
5 -89.94 -488.25 -25.34 403.22 -37.31 37.29
6 439.20 376.38 57.60 -349.26 111.87 -32.27
7 229.30 278.08 27.28 -229.30 -278.08 -27.28
8 162.42 326.72 47.70 66.88 -48.64 -20.42
9 216.45 252.06 17.42 -54.03 74.66 30.28
10 265.38 1291.14 56.22 -48.93 -1039.08 -38.80
11 211.63 1604.81 91.78 53.75 -313.67 -35.56
12 208.30 740.26 15.26 3.34 864.55 76.52
13 3.54 14.54 3.09 250.42 829.04 13.12
14 -45.67 -103.32 -0.95 -42.13 -88.78 2.14
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 96
**Q imbangan sedimen bernilai (+) menunjukkan segmen
mendapat sedimen, Q imbangan sedimen bernilai (-) menunjukkan
segmen kehilangan sedimen.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 97
b)
c)
Gambar 2. 24. Hasil Longshore Sediment Transport, a) arah LST; b) laju LST (LSTR); c)
Laju Imbangan Sedimen (Q)
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 98
b)
a)
c)
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 99
Gambar 2. 25. Analisis Linier Regression Q imbangan sedimen (a)
Persamaan CERC; b) Persamaan Kampuis; c) Persamaan Walton) vs
Laju Perubahan Garis Pantai (EPR)
k) Transport Sedimen Sejajar Pantai
Hasil perhitungan LST disetiap stasiun ditampilkan dalam
Tabel 2.7. Qn sebagai besaran LST per tahun diperoleh dari selisih
Q barat dan Q timur. Bila bernilai positif maka arah LST ke arah LST
musim barat, dan negatif ke arah timur. Arah LST ditampilkan pada
Gambar 2.24a sebagai analisis dari arah penjalaran gelombang
setiap musim dan perhitungan Qn LST. Nilai Qn terbesar
berdasarkan persamaan CERC (persamaan 7) yakni pada stasiun 6
sebesar 439.2 x 103 m/tahun ke arah musim barat dan -89.94 x 103
m/tahun ke arah musim timur. Pada persamaan Walton Jr and
Bruno (persamaan 8) nilai Qn terbesar ke arah musim barat dan
timur adalah 1604.81 x 103 m/tahun pada stasiun 11 dan -488.25 x
103 m/tahun pada stasiun 5. Sedangkan sesuai persamaan LST milik
Kamphuis (persamaan 10) nilai Qn LST terbesar yakni 91.78 x 103
m/tahun pada stasiun 11 ke arah musim barat dan -25.34 x 103
m/tahun pada stasiun 5 ke arah musim timur.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 100
Distribusi laju LST disepanjang stasiun dari ketiga persamaan
ditampilkan pada Gambar 2.24b. Sepanjang stasiun 1-5 dan 14 laju
LST mengarah ke musim timur (1-5 ke barat daya, dan 14 ke barat
laut), serta stasiun 6-13 mengarah ke musim barat (6 ke timur, 7-13
ke utara-timur laut). Pada gambar tersebut nampak bahwasannya
pada stasiun 6-12 memiliki laju LST yang cenderung lebih cepat
dibandingkan stasiun lainnya. Terlihat juga bila pada setiap
persamaan menghasilkan laju LST yang tidak identik dengan
persamaan lainnya.
Laju imbangan sedimen diperoleh dari selisih laju LST yang
menuju dan meninggalkan segmen. Hasil Q imbangan sedimen
ditunjukkan pada Gambar 2.24c. Hasil menunjukkan bahwa
imbangan sedimen di segmen 12 – 14 bernilai positif artinya
segmen tersebut mendapat pasokan sedimen. Sedangkan Q
bernilai negatif pada segmen 1,4,6,10, dan 11. Artinya pada
sedimen meninggalkan segmen tersebut dalam satuan m3 setiap
tahunnya. Laju Q terbesar terdapat pada segmen 12 dan 13 sebesar
800 x 103 m3/tahunnya yang menuju ke segmen tersebut.
Sedangkan banyaknya sedimen yang meninggalkan segmen,
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 101
terbesar pada segmen 10. Nilai tersebut berdasarkan persamaan
LST milik walton. Sedangkan untuk persamaan lainnya cenderung
lebih kecil.
l) Korelasi Imbangan Sedimen dengan Perubahan Garis Pantai
Laju LST menunjukan volume yang melewati suatu titik di
garis pantai dalam kurun waktu tertentu. Untuk dapat melihat
pengaruh yang ditimbulkan oleh laju LST terhadap abrasi dan akresi
di setiap segmen garis pantai, maka terlebih dahulu menghitung Q
imbangan sedimen berdasarkan laju dan arah LST. Q imbangan
sedimen diperoleh dari selisih antara sources dan sink sedimen.
Dalam hal ini komponen yang dihitung hanya laju LST dan
mengabaikan komponen lainnya seperti laju onshore-offshore
transport, erosi dari darat, beach nourishment, dan komponen
kegiatan manusia.
Korelasi diperoleh dengan menghitung koefisien determinasi
antara parameter perubahan garis pantai diwakili oleh nilai rata-rata
laju perubahan garis pantai (EPR) dan laju imbangan sedimen (Q
sediment budget). Analisis korelasi ditunjukan pada Gambar 2.25.
Nilai koefisien determinasi EPR dengan Q CERC sebesar 0.1178,
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 102
artinya variabel Q imbangan sedimen berdasarkan persamaan CERC
mempengaruhi 11.78%. Nilai koefisien determinasi EPR dengan Q
Kamphuis sebesar 0.0375 sehingga Q memiliki pengaruh sebesar
3.75% untuk variabel EPR. Sedangkan nilai koefisien determinasi
untuk Q Walton sebesar 0.1383, artinya variabel Q berdasarkan
persamaan LST Walton berpengaruh sebesar 13.83% terhadap laju
perubahan garis pantai. Dengan demikian terlihat bahwa
persamaan laju LST terhadap laju perubahan garis pantai terbaik
diantara ketiganya adalah persamaan Qn LST Walton.
m) Hasil Analisis Abrasi dan Akresi
Analisis perubahan garis pantai menggunakan DSAS
diperoleh daerah yang mengalami abrasi dan akresi. Fenomena
tersebut dapat ditelaah lebih jauh dengan melihat proses-proses
yang dapat mempengaruhi garis pantai. Sesuai dengan (Triatmodjo,
1999) bahwa proses pantai terdiri dari offshore-onshore dan
longshore sediment transport. Berdasarkan hasil pada Gambar 2.21
dan Gambar 2.22a-2.22c didapatkan bahwa daerah abrasi yang
terdapat pada segmen 1, 3, 6,7, dan 8. Sedangkan daerah yang
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 103
mengalami akresi yakni segmen 5, 11-14, dan sebagian kecil 9 dan
segmen 2.
Segmen 1 berada di ekor pulau, yang bila dilihat pada
Gambar 2.20 bahwa garis pantai yang nampak sangat bervariasi
dan berubah setiap waktunya. Imbangan sedimen berdasarkan laju
LST menunjukan nilai negatif, artinya berdasarkan transport
sedimen yang terjadi lebih banyak menghanyutkan sedimen dari
segmen 1 ke segmen lainnya. Arah transport sedimen menuju ke
segmen 2. Segmen 1 terjadi abrasi yang cenderung lebih jauh dan
meluas dikarenakan tidak mendapat pasokan sedimen berdasarkan
analisis LST. Kondisi oseanografi di segmen ini banyak dipengaruhi
oleh penjalaran gelombang pada musim timur, dengan tinggi
gelombang dibawah 1 meter dan mengarah ke barat daya.
Kemungkinan pasokan sedimennya hanya sedikit berasal dari
proses litoral lainnya dan kegiatan wisatawan yang yang naik turun
perahu menuju pulau.
Kegiatan di pulau Cemara Besar mayoritas merupakan
kegiatan wisata. Perahu-perahu pengantar wisatawan umumnya
menurunkan penumpang di sekitar segmen 1 agak menjorok ke
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 104
laut. Tentu aktivitas ini berpengaruh terhadap proses litoral dan
menyebabkan abrasi yang cukup kuat di segmen 1. Aktivitas wisata
pantai banyak dilakukan di sisi timur pulau, yakni sepanjang
segmen 2 dan 3.
Segmen 2 menunjukkan akresi sebagian kecil, dan abrasi
yang meluas hingga segmen 3. Ditandai dengan nilai laju
perubahan garis pantai yang negatif dengan rata-rata -1 m/tahun
membuat segmen ini mengalami abrasi. Laju LST yang melewati
segmen ini cenderung kecil dibanding segmen lainnya sehingga
imbangan sedimen di segmen ini fluktuatif untuk setiap persamaan
LST nya. Laju LST yang kecil didukung oleh pembangkitan transport
sedimen yang sebagian besar mengandalkan penjalaran gelombang
pada musim timur dengan tinggi gelombang yang rendah.
Tentunya gelombang ini membangkitkan longshore current sebesar
0.78 m/s sehingga laju LST di segmen ini mengarah ke segmen di
selatannya yakni segmen 4.
Pada segmen 4 ini secara rata-rata perubahan garis pantai
menunjukkan abrasi. Dengan laju perubahan 0.17 m/tahun.
Sehingga memang tampak tidak berubah signifikan, dan cenderung
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 105
steady. Analisis LST menunjukkan sedimen bergerak ke arah
segmen 5, akibat dari penjalaran gelombang dari arah timur laut.
Selain itu segmen ini mendapat pasokan sedimen dari segmen 3,
sehingga imbangan sedimen menunjukkan bahwa pada segmen ini
mengalami abrasi dengan laju yang lebih kecil dibanding lainnya.
Segmen 5 terjadi akresi di sepanjang transeknya. Ditunjukkan
pada Gambar 2.22a-2.22c bahwa segmen 5 mengalami akresi. Hal
ini dapat disebabkan akibat adanya pasokan sedimen dari segmen
4 dan 6 yang mengarah ke segmen 5. Hal ini dikarenakan pada
segmen 4 banyak dipengaruhi gelombang musim timur dan
membangkitkan longshore current sebesar 2.38 m/s, sedangkan
segmen 6 banyak dipengaruhi gelombang musim barat. Dengan
demikian, segmen 5 sebagai pertemuan kedua LST tersebut
menjadi deposit sedimen. Sedangkan untuk LST di segmen ini
mengarah ke barat daya akibat lebih banyak pengaruh dari
gelombang musim timur. Hal inipun ditunjukkan oleh imbangan
sedimen yang bernilai positif sebesar 400x103 m3/tahunnya. Dengan
demikian segmen 5 berpotensi memperluas daratan di pangkal
pulau akibat LST yang terjadi dan proses litoral lainnya.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 106
Di lain sisi pangkal pulau, segmen 6 hingga 8 berdasarkan
analisis DSAS menunjukan adanya abrasi dengan laju abrasinya
mencapai 2.87 m/tahun. Hal ini juga diperkuat dengan nilai
imbangan sedimen yang negatif untuk segmen 6 dan 7, sedangkan
segmen 8 berbeda dari setiap persamaannya. Hal ini diakibatkan
oleh penjalaran gelombang musim barat yang memiliki tinggi lebih
dari 1.3meter menghantam pantai dan menggerus sedimen di
segmen tersebut. Gelombang tersebut membangkitkan longshore
current sebesar 4.19 m/s yang membawa sedimen menuju ke
segmen 9. Pada segmen 6 sedimen bergerak ke segmen 5.
Sedangkan segmen 7 bergerak ke segmen 8. Dengan demikian di
ruang antara segmen 6 dan 7 tidak mendapat pasokan sedimen
dari segmen manapun. Selanjutnya sedimen dari segmen 7
bergerak ke segmen 8. Dikarenakan gelombang saat musim timur
sedikit pengaruhnya pada segmen 8 ini, maka banyak dipengaruhi
oleh energi gelombang saat musim barat yang cenderung
menggerus sedimen. Dengan demikian imbangan sedimen di
segmen 8 bernilai negatif.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 107
Segmen 9 hingga segmen 12 berdasarkan nilai LRR nya
menunjukkan adanya akresi. Namun tidak merata di seluruh
segmen. Gambar 2.22a menunjukkan bahwa di sebagian segmen 9
mengalami abrasi, dan hampir sepanjang segmen 10 mengalami
abrasi. Laju abrasi di segmen 10 memang bernilai kecil, sekitar 0.78
m/tahun. Sedangkan untuk segmen 11 dan 12 ketiga metode DSAS
seperti pada Gambar 2.22b-2.22d menunjukkan terjadi akresi.
Dengan nilai laju perubahan rata-rata sebesar 0.3 hingga 0.6
m/tahun. Sepanjang segmen 9-12 banyak dipengaruhi oleh
gelombang pada musim barat, dikarenakan berhadapan langsung
dengan penjalaran gelombang dengan tinggi lebih dari 1.3 meter.
Energi flux gelombang yang diterima oleh pantai menjadi besar
dan membangkitkan longshore current dan LST. Longshore current
musim barat pada segmen 11 menjadi yang tertinggi yakni sebesar
6.6 m/s. Sehingga pada Gambar 2.24b laju LST di sepanjang
segmen ini sangat besar terutama segmen 10 dan 11. Laju LST ini
berpengaruh terhadap imbangan sedimen yang terjadi. Disepanjang
segmen ini sedimen yang didapat adalah sedimen dari segmen di
sebelah barat dayanya. Dengan perhitungan sources-sink maka
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 108
imbangan sedimen segmen ini memiliki nilai yang bervariasi untuk
ketiga persamaan LST di sepanjang segmen. Hanya di segmen 10
yang ketiga persamaan menunjukkan abrasi.
Segmen yang mengalami akresi terbesar yakni segmen 13
dan 14. Seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.22a bahwa segmen ini
memiliki laju perubahan dan nilai regresi yang tinggi menunjukkan
akresi yang tinggi. Artinya, garis pantai sepanjang tahun 2016-2020
konsisten bergerak maju menjauhi garis pantai terlama. Seperti
ditunjukkan Gambar 2.22b segmen ini terjadi perubahan posisi
garis pantai sepanjang 55.9 meter dari garis pantai awal tahun
2016. Selain itu pada segmen ini menyumbang luasan akresi
terbesar disepanjang pantai. Akresi yang besar dan cepat ini
dipengaruhi oleh kondisi gelombang dan geomorfologi pantainya.
Pada segmen 13 terdapat longshore current sebesar 4.6 m/s yang
bergerak ke arah utara. Karena terletak di ekor pulau, maka ruas
pantai di segmen 13 dan 14 terekspos dengan gelombang dari
musim barat dan timur. Arah penjalaran gelombang menuju timur
laut pada musim barat dan menuju barat daya pada musim timur.
Segmen ini seperti menjadi titik temu LST dari segmen sekitarnya.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 109
Segmen 13 sangat dipengaruhi oleh LST dari segmen 12,
dengan laju LST yang cukup tinggi. sedangkan segmen 14
mendapat pasokan sedimen dari segmen 13 dan segmen 1. Laju
LST segmen 13 menjadi laju terkecil disepanjang cemara besar,
yang hanya berkisar 3.5 x 103 m3/tahun saja. Sehingga memang
banyaknya pasokan yang diterima dari 12 menetap di segmen 13.
Imbangan sedimen juga menunjukan nilai yang tinggi untuk
segmen 13. Sedangkan segmen 14 imbangan sedimen bernilai
kecil, berbanding terbalik dengan kondisi akresi yang kuat. Hal ini
dapat diakibatkan karena laju LST dan transek model DSAS tidak
berada di satu lokasi presisi yang sama. Sehingga imbangan
sediman di stasiun 14 kecil namun banyak mengarah ke sel
diantara 13 dan 14.
n) Analisis LST terhadap Garis Pantai
Abrasi dan akresi secara spasial dapat ditunjukkan melalui
analisis citra dan bantuan DSAS. Sedangkan abrasi dan akresi
berdasarkan volume sedimen dapat dilakukan dengan 3 cara
menurut (Triatmodjo, 1999) yang salah satunya menggunakan
persamaan empiris. Sehingga dengan asumsi transport sedimen di
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 110
zona litoral merupakan proses dan analisis spasial sebagai hasil
tentu dapat dikaji korelasi dan keterkaitan antara 2 variabel
tersebut.
Untuk menganalisis ini perlu mempertimbangkan proses-
proses yang bekerja di zona litoral. Besaran yang mampu mewakili
untuk analisis abrasi akresi adalah imbangan sedimen. Seperti
disebutkan CERC, 1984 dan Bird, 2011 bahwa imbangan sedimen
dipengaruhi oleh sources dan sink, maka sources terdiri dari LST in,
onsore-offshore in, erosi dari darat, debit sungai dan beach
nourishment. Sedangkan sink terdiri dari LST out, onshore-offhore
out, transport ke zona inlet dan pengambilan pasir.
Analisis regresi linier menunjukan nilai keterkaitan yang
rendah, ditunjukkan oleh koefisien determinasi sebesar 0.1178,
0.03375, dan 0.1383 untuk imbangan sedimen berdasarkan
persamaan LST CERC, Kamphuis, dan Walton terhadap nilai rata-
rata laju perubahan garis pantai berdasarkan metode EPR. Dengan
demikian laju LST yang berpengaruh terhadap laju perubahan garis
pantai terbaik yakni persamaan walton sebesar 13.83%.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 111
Koefisien determinasi tersebut menunjukan pengaruh
variabel imbangan sedimen yang hanya berdasarkan LST terhadap
laju perubahan garis pantai sebesar 13.83%. Sedangkan sisanya
sebesar 86.17% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
Berdasarkan komponen penyusun persamaannya, pada
persamaan LST Walton terdapat komponen longshore current,
koefisien friksi dan lebar surfzone yang tidak terdapat di persamaan
lainnya. Dikarenakan kondisi pulau yang berhadapan langsung
dengan gelombang sepanjang tahun, dengan kondisi tertentu
membangkitkan longshore current di sepanjang pantai. Longshore
current bernilai tinggi terutama di segmen 13 yang mencapai 4.6
m/s. Hal ini menjadi faktor utama sebagai pembawa sedimen pada
proses laju LST.
Melihat geomorfologi pantai Pulau Cemara Besar dan
pemanfaatannya sebagai lokasi wisata di Karimun Jawa maka
proses litoral yang bekerja di sepanjang pantai yakni berupa LST,
onshore-offshore sediment transport, transport sedimen oleh angin,
dan aktivitas wisatawan. Tentunya semua komponen tersebut
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 112
berpengaruh terhadap imbangan sedimen. Sehingga perubahan
garis pantai di Pulau Cemara Besar dipengaruhi oleh komponen-
komponen tersebut. Dalam hal ini variabel LST memiliki pengaruh
sebesar 13.83% terhadap perubahan garis pantai yang terjadi di
sepanjang pantai Pulau Cemara Besar.
2.2.5.2. Hasil Analisis Perubaha Luas Pulau Cemara Besar
Luas Pulau Cemara Besar mengalami perubahan dari Tahun
1981 - 2020, Perubahan luas terjadi karena adanya akresi, dengan
penambahan luas sebesar 4.430 M2 (Gambar 2.28).
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 113
Gambar 2. 26. Tahun 1981 Luas Pulau Cemara 53.030 m2
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 114
Gambar 2. 27. Hasil Survey tahun 2020 Luas Pulau Cemara 57.460 m2
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 115
Gambar 2. 28. Perubahan Luas Pulau Cemara Besar 1981-2020
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 116
2.2.6 Hasil Analisis Taman Karang/Coral Garden, Vegetasi
Pantai, dan Kualitas Perairan
2.2.6.1 Hasil Analisis Taman Karang/Coral Garden
Coral Garden atau Taman Karang merupakan wilayah karang
buatan dengan cara Coral Gardening. Coral Gardening merupakan
teknik akuakultur yang melibatkan protokol 2 langkah. Langkah
yang pertama adalah pecahan karang (fragments), tumbuh di
daerah pembibitan hingga berukuran besar. Langkah yang kedua
adalah karang yang teah dibibit sebelumnya ditranplantasikan pada
wilayah karang yang buruk. Pada upaya pembuatan taman karang,
biasanya karang yang dibutuhkan tidak melebihi 10.000 karang
setiap projeknya (Torres, 2015).
Observasi lapangan dilaksanakan pada hari Sabtu, 17
Oktober 2020 di perairan di sekitar Pulau Cemara Besar. Lokasi
pengamatan berjumlah 5 ditunjukkan pada gambar 29. Pemilihan
lokasi berdasarkan titik wisata snorkeling dan pendugaan melalui
citra satelit.
Observasi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan
keanekaragaman terumbu karang dan biota baik pelagis maupun
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 117
demersal. Selain itu, observasi ini mengamati kondisi fisik ekosistem
terumbu karang berupa substrat, kelerengan, dan kondisi
oseanografinya. Sehingga laporan observasi ini menjadi laporan
hasil observasi tim terumbu karang sebagai dasar penentuan
rekomendasi lokasi coral garden.
Gambar 2. 29. Lokasi Survey Coral Garden
Tabel 2.8. Lokasi Penyelaman
Site Nama Titik Koordinat
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 118
1 WCS-1 S 05.80624 ; E 110.37830
2 WCS-2 S 05.80314 ; E 110.38081
3 KJ12 S 05.79874 ; E 110.37475
4 KJ16 S 05.80106 ; E 110.38201
5 KJ11 S 05.79527 ; E 110.38012
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 119
a) Hasil Observasi dan Identifikasi
i) Terumbu Karang
Tabel 2.9. Identifikasi Terumbu Karang
Site Species Keterangan Foto
1 Montipora
foliosa
Kawasan lokasi
pertama sudah cukup
baik dengan
kerapatan yang baik,
kondisi terumbu
karang juga tidak
begitu buruk, lokasi
cukup dangkal
sehingga cocok untuk
kegiatan snorkling /
diving
Jenis karang yang
banyak juga menjadi
daya Tarik lokasi
pertama
Diploria
labyrinthiformis
Acropora
hyacintus
Acropora palifera
Siderastrea
sidereal
Acropora
hyacintus
Montipora
foliosa
2 Fungi sp.
Montipora
foliosa
Acropora
hyacintus
Kerapatan terumbu
karang kurang dari
lokasi pertama,
namun hal ini
memberikan peluang
lokasi kedua untuk
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 120
Millepora
alcicornis
Acroporidae
Siderastrea
sidereal
wisata edukasi
penanaman karang
walaupun sedikit
curam.
Kondisi terumbu
karang di beberapa
tempat masih baik
dan belum mengalami
bleaching, namun di
beberapa tempat
sudah mengalami
bleaching dan
menjadi rubble
Acroporidae.
3 Acroporidae
Acropora
hyacintus
Kawasan terumbu
karang memiliki
potensi kegiatan
edukasi penanaman
karang karena pada
lokasi ketiga
termasuk cukup
dangkal dan cukup
memiliki luas lahan
untuk dilakukan
Diploastrea sp.
Montipora
foliosa
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 121
Acropora
cervicornis
Montipora
foliosa
kegiatan edukasi
penanaman karang.
Kondisi terumbu
karang di beberapa
tempat masih sangat
baik dengan warna
yang sehat namun di
beberapa tempat
sudah mengalami
belaching dan
menjadi rubble.
4 Acroporidae
(Dead Coral)
Kondisi terumbu
karang pada lokasi
keempat lebih
banyak rubble,
Sebagian terumbu
karang sudah
mengalami
bleaching dan
kerapatan terumbu
karang buruk
sehingga sangat
kurang tepat untuk
dilakukan kegiatan
wisata
Diharapkan adanya
restorasi karang
Pectinia sp.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 122
akibat kondisi
terumbu karang
yang cukup
mengkhawatirkan
5 Siderastrea
sidereal
Acropora
hyacintus
Acropora
cervicornis
Kawasan terumbu
karang cukup
dangkal dan jenis
yang lumayan
beragam, walau
kerapatan terumbu
karang cukup baik
namun beberapa
terumbu karang kecil
seperti acropora
sudah mengalami
bleaching.
Siderastrea
sidereal
Acropora
cervicornis
Acropora
cervicornis
millepora
alcicornis
Siderastrea
sidereal
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 123
ii) Biota Pelagis
Tabel 2.10. Identifikasi Biota Pelagis
Site Species Keterangan Foto
1 Zanclus cornutus
(white Moorish
idol)
Kumpulan
grup ikan
cukup sering
terlihat dan
mampu
menjadi daya
tarik visual
2 Chromis iomelas
(Black and White
Chromis)
Beberapa
grup ikan
penghuni
terumbu
karang
seringkali
terlihat
menandakan
habitat yang
masih cukup
baik
Chaetodontidae
(Butterflyfish)
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 124
3 Thalassoma
lunare (moon
wrasse)
Beberapa ikan
karang sering
terlihat keluar
dari karang
namun tidak
banyak ikan
yang terlihat
seperti pada
lokasi yang
lain.
Zanclus cornutus
(white Moorish
idol)
4 Chromis verater
(Threespot
Chromis)
Pada kawasan
lokasi 4 lebih
banyak dihuni
ikan-ikan kecil
yang
membentuk
grup
Engraulidae
5 Chromis verater
(Threespot
Chromis)
Chromis iomelas
(Black and White
Chromis)
Lokasi ke lima
lebih banyak
dihuni ikan -
ikan chromis
dan beberapa
ikan berwarna
gelap dan
bercorak
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 125
kontras
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 126
iii) Biota Demersal
Tabel 2.11. Identifikasi Biota Demersal
Site Species Keterangan Foto
1 - - -
2 - - -
3 Panulirus sp. Penampakan
lobster dalam
kawasan
terumbu karang
merupakan hal
yang sangat
baik dalam
ekosistem
terumbu karang
karena
menandakan
ekosistem yang
cukup stabil
dan masih
bersih
4 - - -
5 - - -
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 127
Tabel 2.12. Matriks Rekomendasi Coral Garden
No Parameter Site 1 Site 2 Site 3 Site 4 Site 5
1 Terumbu Karang √ - √ - √
2 Biota Pelagis √ √ - - √
3 Biota Demersal - - √ - -
4 Kecerahan √ √ √ - √
5 Kondisi Arus √ √ - √ √
6. Kelerengan √ - √ √ √
Kesimpulan
Rekomenda
si untuk
program
wisata
snorkling,
diving, dan
tanam
karang
Tidak
direkomendasikan
untuk program
wisata tanam
karang namun
bisa digunakan
program wisata
snorkling dan
diving
Rekomenda
si untuk
program
wisata
snorkling,
diving, dan
tanam
karang
Tidak
direkomendasikan
untuk program
wisata snorkling,
diving, dan tanam
karang, dan
disarankan untuk
dilakukan restorasi
karang
Rekomenda
si untuk
program
wisata
snorkling,
diving, dan
tanam
karang
Keterangan :
√ : Baik/Direkomendasikan
- : Tidak Direkomendasikan
NB : Kecerahan dan kondisi arus berdasarkan pengalaman
dan pengamatan penyelam selama observasi
2.2.6.2 Hasil Analisis Vegetasi Pantai
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 128
Pulau Cemara besar adalah suatu pulau kecil di sebelah Barat
Pulau Karimun Jawa. Pulau ini secara legal berada dibawah
wewenang penggunaan dan pengelolaan Kementerian Kelautan
dan Perikanan cq. Balai Pendidikan dan Penyuluhan Perikanan
(BPPP) - Tegal. Sedangkan Perairan Pulau Cemara Besar
berdasarkan (Umardiono, 2011) termasuk dalam wilayah
pengelolaan Taman Nasional Karimun Jawa. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa salah satu komponen pengembangan wisata adalah kondisi
geografis meliputi geologis, topografis, dan musim. Begitu pula
dengan kondisi geografis menjadi faktor dalam evaluasi terhadap
sumber daya wisata.
Berdasarkan toponimi, Pulau Cemara Besar berarti pulau
yang banyak ditumbuhi oleh pohon cemara. Sehingga diperlukan
suatu usaha penataan ruang pesisir, dan pulau-pulai kecil yang
berkelanjutan sesuai penamaan pulau tersebut. Sepagai salah satu
upaya dilakuan survey vegetasi untuk menghitung kerapatan dan
jumlah dari pohon cemara yang ada di Pulau Cemara Besar ini.
Tujuan dari survey ini adalah untuk menyediakan data indeks
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 129
kerapatan pohon cemara dan estimasi jumlah pohon cemara yang
ada di P. Cemara Besar.
Gambar 2. 30. Pohon Cemara Laut (Casuarina Sp.)
a) Metoda
Survey dilaksankan pada tanggal 17 Oktober 2020, dengan
lokasi Pulau Cemara Besar seperti terlihat pada gambar 2.31 Dipilih
2 segmen yang mewakili transek pohon cemara di P. Cemara Besar,
yaitu : Segmen A di Timur pulau dan Segmen B di Barat pulau
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 130
Gambar 2. 31. Lokasi Survey Vegetasi Pantai
Metode yang dilakukan adalah Systematic Plot Sampling
(Penarikan Contoh Plot Beraturan). Dalam metode sampling ini
suatu populasi terpilih, yaitu pohon cemara, diukur dalam sejumlah
plot contoh yang berjarak beraturan satu sama lainnya (Kusmana,
2017). Ukuran plot adalah 10 x 10 meter, dengan panjang garis
transek 100 meter. Selanjutnya dilakukan pengukuran diameter
pohon pada ketinggian 1.30 m dari permukaan tanah (diameter
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 131
setinggi dada atau diameter at breast height, DBH) pada plot
dengan interval 0-10 m, 20-30 m, 40-50 m, 60-70 m, 80 – 90 m
Untuk penghitungan jumlah pohon, digunakan citra Landsat-
8 yang beresolusi spasial 30 x 30 meter. Citra diperoleh dari
https://search.remotepixel.ca, dengan path/raw 120/064 untuk
wilayah karimunjawa (Laut Jawa). Adapun tanggal pengambilan citra
adalah 15 September 2020, citra ini dipilih berdasarkan persentase
tutupan awan diatas pulau cemara besar, pada citra ini pulau
cemara besar terlihat dengan jelas (tidak tertutupi awan).
Jumlah perkiraan pohon dihitung dengan menggunakan
rumus:
Dimana,
P adalah Jumlah pohon
N adalah jumlah piksel vegetasi cemara besar (dari nilai NDVI)
S2 adalah resolusi spasial citra Landsat-8 (30 x 30 m)
R adalah rata-rata jumlah pohon dalam 10 m2 di transek I dan II
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 132
b) Hasil Pengukuran
Tabel 2.13. Transek I Vegetasi Pantai
Plot Seksi
(m) Jenis
DBH
(cm)
Koordinat
LS BT
1 0-10 Cemara 32 5,80411 110,37601
19
20
13
20
14
15
17
45
29
2 20-30 Cemara 25 5,80428 110,37591
24
46
64
39
33
19
26
15
23
31
29
30
3 40-50 Cemara 43 5,80455 110,3759
34
23
27
28
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 133
14
23
50
27
46
4 60-70 Cemara 32 5,80457 110,37594
31
12
31
23
29
25
20
5 80-90 Cemara 24 5,80471 110,3758
29
25
28
43
19
41
25
31
27
25
26
19
19
29
29
25
Rata-rata = 11,6 pohon per 10 m2
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 134
Tabel 2.14. Transek II Vegetasi Pantai
Plot Seksi
(m) Jenis
DBH
(cm)
Koordinat
LS BT
1 0-10 Cemara 24 5,80683 110,3735
44
28
24
23
58
49
16
19
43
59
2 20-30 Cemara 53 5,80782 110,3736
16
12
46
40
16
23
34
20
11
22
47
22
25
34
35
39
43
3 40-50 Cemara 22 5,80777 110,3738
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 135
46
49
39
33
18
18
34
28
28
28
41
13
4 60-70 Cemara 27 5,80768 110,374
24
13
46
17
43
20
5 80-90 Cemara 18 5,8
35
25
25
33
14
21
16
25
34
Rata-rata = 11,8 pohon per 10 m2
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 136
Komposit Warna Natural Komposit Warna 543 Klasifikasi NDVI (68 pixel vegetasi)
Gambar 2. 32. pengolahan data citra Landsat-8 dan data lapangan
Dari hasil pengolahan data citra Landsat-8 dan data lapangan,
diperoleh hasil N= 68, R 12 sehingga didapatkan perkiraan
jumlah pohon cemara laut yang ada di P. Cemara Besar adalah:
(68 x 900 x 12):100 = 7344 batang pohon
Dengan diameter pohon di segmen A = 27.75 ± 10.02 cm dan di
segmen B = 29.78 ± 12.72 cm
2.2.6.3 Hasil Analisis Kualitas Perairan
Kualitas perairan di Pulau Cemara Besar dapat dilihat pada
tabel 2.15.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 137
Tabel 2.15. Data Kualitas Perairan Bulan Maret 2020
Stasiun Jam pH Turb Temperatur Salinitas
KJ04 8:55 8.19 0 29.9 30.6
KJ03 9:15 8.04 0 29.9 29.9
KJ02 9:22 8.16 0 29.8 30.8
KJ01 9:30 8.25 0 30 30.7
KJ05 9:37 8.24 0 30 30.7
KJ09 9:48 8.24 0 30 30.7
KJ13 9:57 8.31 0 30 30.7
KJ14 10:03 8.23 0 30 30.7
KJ10 10:12 8.3 0 30 30.7
KJ11 10:21 8.22 0 29.9 30.7
KJ15 10:27 8.28 0 30 30.7
KJ16 10:39 8.25 0 29.8 30.5
KJ12 10:48 8.14 0 29.5 30.2
KJ08 11:02 8.26 0 29.8 30.6
Tabel 2.16. Data Kualitas Perairan Bulan Oktober 2020
Stasiun Jam pH Turb Temperatur Salinitas
KJ04 11:20 7.89 0 29.9 31.4
KJ03 11:15 8.11 0 29.5 31.4
KJ02 11:10 8.11 0 29.4 31.4
KJ01 11:05 7.99 0 29.5 31.4
KJ05 11:00 8.05 0 29.5 31.4
KJ09 10:55 8 0 29.5 31.4
KJ13 10:51 8.01 0 29.5 31.4
KJ14 10:46 7.88 0 29.5 31.4
KJ10 10:41 7.73 0 29.5 31.4
KJ11 10:30 7.86 0 29.5 31.4
KJ15 10:21 7.8 0 29.5 31.4
KJ16 10:14 7.67 0 29.5 31.4
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 138
KJ12 09:54 7.82 0 29.5 31.4
WCS2 09:39 7.92 0 29.5 31.3
KJ08 09:34 7.75 0 29.5 31.3
Dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari (Kepmen LH
no.51/2004)
pH 7 - 8,5
Turb < 5
Temperatur 27 - 32 oC
Salinitas 29 - 33 o/oo
Perairan sekitar Pulau Cemara Besar dapat dikategorikan dalam
kondisi baik.
2.2.7 Hasil Analisis Daya Dukung, Valuasi Ekonomi dan
strategi pengembangan ekoeduwisata bahari di Pulau
Cemara Besar
2.2.7.1 Hasil Analisis Daya Dukung ekoeduwisata
bahari di Pulau Cemara Besar
Setiap kawasan wisata memiliki kemampuan tersendiri untuk
dapat menerima pengunjung. Daya dukung perlu diperhitungkan
untuk melihat kapasitas yang mampu ditampung oleh suatu
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 139
kawasan. Daya dukung juga digunakan untuk pengembangan
ekowisata agar sesuai dengan prinsip ekowisata.
Dalam Undang-undang no 23 tahun 1997, daya dukung
lingkungan didefinisikan sebagai kemampuan lingkungan untuk
menyerap bahan, energi, dan/atau komponen lainnya yang
memasuki atau dibuang ke dalamnya. Pelestarian daya dukung
lingkungan berguna sebagai upaya untuk melindungi kemampuan
lingkungan untuk menyerap bahan, energi, dan/atau komponen
lainnya yang memasuki atau dibuang ke dalamnya.
Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung
pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan
konsep Daya Dukung Kawasan (DDK).
Daya Dukung Kawasan adalah jumlah maksimum
pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di Kawasan yang
disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan
pada alam dan manusia. Perhitungan Daya Dukung Kawasan
didasarkan pada pertimbangan tiga tingkatan utama, yakni daya
dukung fisik (Physical Carrying Capacity/PCC), daya dukung riil (Real
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 140
Carrying Capacity/RCC) dan daya dukung efektif (Effevtive Carrying
Capacity/ECC).
Rumus perhitungan DDK menurut Yulianda (2019).
DDK = K
Keterangan:
DDK = Daya dukung kawasan wisata (orang/hari)
K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan
Lt = Unit area untuk kategori tertentu
Wt = Waktu yang disediakan oleh Kawasan untuk kegiatan
wisata dalam satu hari
Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap
kegiatan tertentu
a) PCC (Physical Carrying Capacity)
Daya dukung fisik (Physical Carrying Capacity/ PCC)
merupakan jumlah maksimum wisatawan yang secara fisik tercukupi
oleh ruang yang disediakan pada waktu tertentu. Secara umum
walaupun Physical Carrying Capacity merupakan bagian dari Daya
Dukung Kawasan, Physical Carrying Capacity biasa disamakan
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 141
dengan Daya Dukung Kawasan (Sayan dan Atik, 2011 dalam
Sasmita et al., 2014).
PCC dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
PCC = A x V/a x Rf
Keterangan:
A : Luas areal yang tersedia untuk pemenfaatan wisata
V/a : Areal yang dibutuhkan untuk aktivitas tertentu (m2) atau V
adalah seorang wisatawan dan a adalah area yang dibutuhkan oleh
wisatawan
Rf : Faktor Rotasi
Tabel 2.17. Tabel Hasil Perhitungan PCC
Uraian
Nilai Daya Dukung
Zona Pemanfaatan
Bahari
Zona perlindungan
Bahari
Aktivitas Wisata Selam Snorkeling Selam Snorkeling
A (m2) 247200 370800 67040 100560
Au (m2) 1000 500 1000 500
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 142
A/Au (m2) 247.2 741.6 67.04 201.12
Rf 4 2 4 2
PCC (orang/hari 989 1483 268 402
Pertimbangan dasar yang dipergunakan dalam melakukan
perhitungan PCC ini adalah:
I. Asumsi selam (2000m2) dapat diambil berdasarkan hukum
internasional dimana kegiatan hanya boleh dilakukan 2 orang
sebagai potensi ekologis dalam Daya Dukung Kawasan, lalu
adanya perkiraan tabung oksigen yang mampu dipakai hingga
200 m dan perkiraan penjelajahan kesamping sepanjang 10
meter (Yulianda, 2019).
II. Faktor rotasi (Rf) dihitung berdasarkan rumus masa buka dibagi
waktu rata rata kunjungan. Asumsi kebutuhan waktu kegiatan
mengasumsikan Wp dengan waktu rata rata pengunjung
melakukan kegiatan wisata sebanyak 2 jam untuk selam dan 3
jam untuk snorkeling, sedangkan Wt dengan asumsi rata rata
waktu kerja 8 jam untuk selam dan 6 jam untuk snorkeling.
b) RCC (Real Carrying Capacity)
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 143
Menurut Herlambang et.,al (2016), Rumus yang digunakan
dalam melakukan perhitungan daya dukung riil berdasarkan
metode Cifuentes (1992) adalah sebagai berikut:
RCC = PCC x Cf1 x Cf2 x ... x Cfn
Keterangan:
RCC = daya dukung riil,
PCC = daya dukung fisik,
Cf = faktor koreksi (1- ( )
Lm = limiting magnitude (Batasan besaran) dari variabel
Tm =total magnitude (total besaran) dari variabel
Tabel 2.18. Tabel Hasil Perhitungan RCC
Uraian
Zona
Pemanfaatan
Bahari
Zona
perlindungan
Bahari
Cf
Tutupan Terumbu
Karang
0.35 0.35 0.39 0.39
Hujan 0.72 0.72 0.72 0.72
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 144
Keragaman
Terumbu Karang
0.52 0.52 0.52 0.52
Keragaman Ikan
Terumbu
0.30 0.30 0.30 0.30
RCC 39 58 12 18
Faktor koreksi yang digunakan dalam analisis ini adalah:
i) Tutupan Terumbu Karang (Cf1):
Kondisi terumbu karang di perairan Karimunjawa sebagian
besar telah rusak dengan kategori sedang karena nilai persentase
cover berada pada kisaran 25– 49,9 % (Men.LH No.4/2001), dan
hanya beberapa pulau yang kondisinya masih dikatakan baik
(persentase cover 50–74,9 %). Berdasarkan data Monitoring
Ekosistem Terumbu Karang Taman Nasional Karimunjawa terbaru
tahun 2019 menunjukkan tutupan karang keras yang stabil pada
Pulau Cemara Besar yakni sebesar 60.38% (zona perindungan) dan
65.38% (zona pemanfaatan) (Muhidin et al., 2019).
ii) Hari hujan (Cf2)
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 145
Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara (2020),
berdasarkan data tahun 2015 -2016, besar curah hujan yang terjadi
pada kawasan Jepara tiap tahun berturut adalah 2948 mm/tahun
2015 dan 2800mm/tahun 2016. Musim kering lebih mendominasi
kawasan Jepara dan Karimunjawa dibanding musim basah
sepanjang 3 bulan terhitung bulan Desember-Februari dimana
tepatnya ada 103 hari hujan/tahun 2015 dan 108 hari hujan/ tahun
2016 (Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara, 2020).
iii) Keragaman Terumbu Karang (Cf3)
Nilai indeks keanekaragaman (H’) karang di perairan
Karimunjawa berkisar dari rendah hingga sedang, antara 1,611 -
2,590. Indeks Keanekaragaman karang di Pulau Cemara Besar
termasuk rendah sebesar 1,657. Berdasarkan Shannon-Wienner,
makan Lmkarang = 1,657 dan Tm = 3,5 sebagai nilai maksimum
(Yusuf, 2013).
iv) Keragaman Ikan terumbu (Cf4)
Nilai indeks keanekaragaman (H’) ikan karang pada lokasi dangkal
berkisar antara 1,14-2,93. Berdasarkan kriteria indeks
keanekaragaman jenis semua lokasi pada perairan dangkal memiliki
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 146
keanekaragaman ikan karang melimpah sedang. Pada kawasan
pulau cemara besar diketahui kenakeragaman ikan karang sebesar
2,43. Berdasarkan Shannon-Wienner, makan Lmikan = 2,43 dan Tm =
3,5 sebagai nilai maksimum (Sulisyati et al., 2016).
c) ECC (Effective Carrying Capacity)
Daya dukung efektif (Effective Carrying Capacity/ECC) di
Kebun Raya Cibodas adalah jumlah maksimum wisatawan yang
dapat ditampung oleh Kebun Raya Cibodas pada waktu tertentu
dengan mempertimbangkan faktor koreksi dan juga
mempertimbangkan kapasitas manajemen (Management Capacity/
MC) yakni ketersediaan pegawainya (Sayan dan Atik, 2011 dalam
Sasmita et al., 2014).
Untuk mendapatkan nilai daya dukung efektif (ECC)
persamaan yang digunakan sebagai berikut:
ECC = RCC x MC
MC = × 100%
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 147
Tabel 2.19. Tabel Hasil Perhitungan ECC
Uraian
Zona Pemanfaatan
Bahari
Zona
perlindungan
Bahari
RCC 39 58 12 18
MC
E (Pegawai) 3 3 2 3
I (Pegawai yang
dibutuhkan)
6 8 7 7
ECC (RCC Efektif) 20 22 3 8
Asumsi jumlah pegawai sebagai management capacity dalam
wisata selam dan snorkeling beragam, pada kawasan zona
pemanfaatan bahari diasumsikan ada 3 pegawai untuk wisata selam
dan 3 pegawai untuk wisata snorkeling lalu pada kawasan zona
perlindungan bahari diasumsikan terdapat 2 pegawai untuk wisata
selam dan 3 pegawai untuk wisata snorkeling. Agar suatu kawasan
dapat dikelola dengan baik, maka kawasan tersebut harus memiliki
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 148
minimal 26 pegawai termasuk manajer, bagian administrasi,
keamanan, supir dan pegawai lainnya.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 149
Tabel 2.20. Tabel Hasil akhir perhitungan DDK
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 150
Berdasarkan hasil penghitungan nilai daya dukung fisik (PCC),
daya dukung riil (RCC) dan daya dukung efektif (ECC) maka
diperoleh persamaan PCC > RCC > ECC dengan nilai pada kawasan
zona pemanfaatan bahari wisata selam 989 > 39 > 19 dan wisata
snorkeling 1483 > 58 > 22. Selanjutnya pada kawasan zona
perlindungan bahari wisata selam dengan nilai 268 > 12 > 3 dan
wisata snorkeling 402> 18 > 8. Berdasarkan hasil ini pada kawasan
zona pemanfaatan bahari jumlah maksimum wisatawan 2472
orang/hari, kemudian dengan adanya faktor koreksi menjadi 97
orang/hari, dan dengan adanya pertimbangan manajemen menjadi
41 orang/hari. Pada kawasan zona perlindungan bahari jumlah
maksimum wisatawan 670 orang/hari, kemudian dengan adanya
faktor koreksi menjadi 29 orang/hari, dan dengan adanya
pertimbangan manajemen menjadi 11 orang/hari.
2.2.7.2 Hasil Analisis Valuasi Ekonomi Sumber Daya
Terumbu Karang Pulau Cemara Besar
Berdasarkan Hasil Perhitungan Valuasi Ekonomi Sumber Daya
Terumbu Karang Pulau Cemara Besar Karimunjawa. Nilai ekonomi
sumber daya terumbu karang yang dimanfaatkan sebagai kegiatan
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 151
wisata dapat diduga melalui perhitungan surplus konsumen.
Grigalunas & Congar (1995) menyebutkan bahwa surplus konsumen
adalah alat ukur yang baik untuk menghitung manfaat ekonomi
bagi konsumen, atau lebih sering diartikan perbedaan antara
keinginan masyarakat untuk membayar dan apa yang dibayarkan
(Amalia F.A. Mazaya, Yulianda, F., Taryono, 2020).
Kurva permintaan wisata snorkeling tidak elastis terhadap
perubahan harga. Kondisi ini menunjukkan bahwa perubahan harga
wisata snorkeling secara signifikan memengaruhi permintaan wisata
(jumlah kunjungan). Jumlah permintaan menurun secara signifikan
seiring dengan peningkatan harga (biaya perjalanan) (Supranto
1987). Sebaliknya, permintaan wisata diving cenderung elastis, hal
ini berarti bahwa permintaan wisata diving yang tidak dipengaruhi
oleh perubahan harga.
Secara teori, permintaan elastis merupakan permintaan yang
memiliki substitusi atau barang pengganti. Substitusi wisata diving
sendiri adalah wisata snorkeling yang memiliki harga yang relatif
lebih murah dibanding diving. Untuk wisata bahari snorkeling tidak
ada pengganti terkait dengan kepuasan wisata underwater yang
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 152
dalam hal ini adalah melibatkan sumber daya terumbu karang. Hal
ini menjadi penting diperhatikan terkait dengan biaya korbanan
wisatawan dalam melakukan wisata bahari di TNKJ. Selain sebagai
masukan ekonomi, biaya tolok juga dapat digunakan sebagai tolok
ukur pemberian perhatian dalam pembentukan kebijakan dan
keputusan penggunaan sumber daya. Hal ini ditunjukkan melalui
keuntungan ekonomi yang signifikan yang direalisasikan melalui
upaya peningkatan kualitas karang (konservasi) (Schuhmann et al.
2008).
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 153
Tabel 2.21. Perhitungan Valuasi Ekonomi Sumber Daya Terumbu
Karang Pulau Cemara Besar Karimunjawa
Wisata
Bahari
Potensi
Wisatawan
(Orang/tahun)*)
Surplus
Konsumen
(Orang/Rp/tahun)
Total (Rp/tahun) Luas Terumbu
Karang (Ha)
Selam/Diving 1.920 29.254.711 56,169,045,120 24,72
Ha
Snorkeling 2.112 94.549.044 199,687,580,928 37,08
Ha
Total 255,856,626,048 61,80
Ha
*) perhitungan jumlah hari sabtu dan minggu dalam setahun
Berdasarkan perhitungan, surplus konsumen wisata bahari
snorkeling dan diving TNKJ berbeda (Tabel 2.21). Nilai surplus
konsumen wisatawan snorkeling lebih besar dibandingkan
wisatawan diving. Hal ini berarti wisatawan snorkeling mendapatkan
manfaat yang lebih besar dibandingkan wisatawan diving.
Pendleton & Rooke (2006) mengatakan bahwa berdasarkan
penelitian mereka dikatakan bahwa nilai nonpasar kegiatan wisata
bahari snorkeling adalah antara $3-$199/hari (sekitar Rp40.000-
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 154
260.000) dan untuk diving adalah antara $31-$319/hari (sekitar
Rp400.000-4.150.000).
Nilai surplus konsumen tersebut dapat dijadikan acuan
sebagai penetapan tiket masuk (entrance fee) untuk masing-masing
kegiatan wisata bahari Pulau Cemara Besar. Berdasarkan hasil yang
didapatkan, nilai valuasi ekonomi sumberdaya terumbu karang
untuk ekoeduwisata Pulau Cemara Besar sebesar Rp.
255,856,626,048.
2.2.7.3 Hasil Analisis strategi pengembangan
ekoeduwisata bahari di Pulau Cemara Besar
Terdapat 2 Zonasi yang diterapkan pada pulau cemara besar,
yakni zona perlindungan bahari dan zona pemanfaatan bahari
sangat menguntungkan pulau dari segi ijin wisata dan
pengembangan sector wisata. Menurut PERMEN LHK No P.76
Tahun 2015, Zona Pemanfaatan adalah bagian dari Taman Nasional
yang ditetapkan karena letak, kondisi dan potensi alamnya yang
terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan
kondisi lingkungan lainnya, sedangkan Zona/Blok Perlindungan
bahari adalah bagian dari kawasan perairan laut yang ditetapkan
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 155
sebagai areal perlindungan jenis tumbuhan, satwa dan ekosistem
serta sistem penyangga kehidupan. Kegiatan yang dilakukan di
zona perlindungan bahari selain perlindungan dan penelitian adalah
wisata alam terbatas.
Balai Taman Nasional Karimunjawa bekerja sama dengan
mitra yakni WCS (Wildlife Coservation Society) setelah pengesahan
zonasi terakhir tahun 2012 melakukan sebuah program monitoring
terumbu karang selama 7 tahun terakhir. Dalam 7 tahun tersebut
telah dlakukan monitoring sebanyak 4 kali yakni tahun 2012, 2013,
2016, dan 2019. Dari hasil monitoring secara garis besar dapat
diketahui jika terjadi peningkatan tutupan karang pada monitoring
2019 dibandingkan tahun 2016 karena adanya pemutihan yang
terjadi akibat kenaikan suhu permukaan laut. Pada semua zona di
Taman Nasional Karimunjawa terdapat penurunan rekrutmen
karang akibat menurunnya kelimpahan ikan herbivora (Muhidin et
al., 2019).
Berdasarkan data monitoring, tahun 2015-2016 merupakan
tahun terburuk bagi kondisi ekosistem terumbu karang di kawasan
Taman Nasional Karimunjawa. Pada pulau cemara besar, diketahui
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 156
nilai tutupan karang keras tahun 2013 pada zona perlindungan
adalah 65.13% lalu mengalami penurunan sekitar 23.3% pada tahun
2016 menjadi 50%, namun pada zona wisata tahun 2013 yang
memiliki nilai tutupan 64% mengalami peningkatan sekitar 8.6%
menjadi 69.5%. Data monitoring terbaru tahun 2019 menunjukkan
tutupan karang keras yang stabil yakni sebesar 60.38% (zona
perlindungan) dan 65.38% (zona wisata) (Muhidin et al., 2019).
Berdasarkan data monitoring, nilai rata rata rekrutmen
karang keras tahun 2019 di Pulau Cemara Besar menunjukan
penurunan dibandingkan data tahun 2012, 2013, dan 2016. Data
nilai rata rata rekrutmen karang keras tahun 2019 menunjukan nilai
3,37 (no.m-2) ± 0,24 SE sebagai data terendah, dan data nilai rata
rata rekrutmen karang keras tahun 2013 menjadi data tertinggi
dengan nilai 5.67 (no.m-2) ± 0,30 SE. Data nilai rata rata rekrutmen
karang keras tahun 2019 pada zona perlindungan pulau cemara
besar adalah 1.75 (no.m-2) atau mengalami penurunan sebesar 54.3
% dari tahun 2016 (3.83 (no.m-2)), sedangkan pada zona wisata
memiliki nilai 2.58 (no.m-2) atau mengalami penurunan sebesar
22.53% dari data tahun 2016 (3.33 (no.m-2)) (Muhidin et al., 2019).
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 157
Taman Nasional Karimunjawa yang berada pada Kecamatan
Karimunjawa yang memiliki luas 111.625 Ha dan terdiri dari 22
gugus pulau, dihuni oleh 9.375 jiwa yang menempati 5 pulau
(Karimunjawa, Kemujan, Parang, Nyamuk, dan Genting). Kecamatan
Karimunjawa secara resmi memiliki 4 desa, yakni desa karimunjawa,
desa kemujan, desa parang, dan desa nyamuk (Lestari et al., 2020).
Bersama mitra Taman Nasional Karimunjawa, yakni Wildlife
Conservation Society dilakukan survei sosial ekonomi di Kecmatan
Karimunjawa selama 15 tahun dengan 3 kali survei pada tahun
2003-2005, 2009, dan 2018. Dari survei tersebut dapat disimpulkan
beberapa, yakni dalam 1 desa terdiri dari 500-5000 orang dengan
200-1600 KK dengan rata- rata 4-5 orang anggota keluarga per RT,
tingkat Pendidikan rendah dengan acuan tidak menyelesaikan
Pendidikan dasar 9 tahun, suku dominan ialah suku jawa dengan
agama dominan ialah agama islam, dan lebih dari separuh
responden memiliki lebih dari 1 pekerjaan (Lestari et al., 2020).
Dari hasil survei yang telah dilakukan WCS dan TNKJ,
infrastruktur desa dari keempat desa rata- rata sudah lenkap
dengan termasuk infrastruktur kesehatan, pendidikan, penerangan,
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 158
dan akses internet. Namun dalam segi pariwisata, masih terdapat
beberapa infrastruktur yang belum lengkap dan mengurangi
potensi pariwisata di beberapa pulau, beberapa infrastruktur
tersebut seperti, restoran, pasar, air bersih untuk minum, kantor
polisi, dan transportasi umum.
Statistik pengetahuan atau pemahaman masyarakat
mengenai SES (Social Ecological System) seperti pengetahuan
tentang faktor manusia sebagai agen yang menyebabkan
perubahan dalam sistem laut, persepsi tentang Jumlah Ikan dan
Kondisi Terumbu Karang, serta adaptasi dan tindakan yang dapat
dilakukan sudah cukup dominan dimana hampir dari separuh dari
responden dalam tiap kategori mampu memberikan jawaban yang
sama, hal ini sangat penting untuk diketahui agar terwujud
pengelolaan bersama.
Mengacu pada 2 aspek yang dibahas, yakni terumbu karang
dan sosial ekonomi, Pulau Cemara Besar memiliki potensi yang
besar dalam pengembangan wisata bahari. Program- program
wisata yang diterapkan jika tepat dan inovatif mampu menjadikan
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 159
Pulau Cemara Besar sebagai destinasi wisata yang dikenal di dalam
maupun manca negara.
Kondisi terumbu karang di Pulau Cemara Besar berdasarkan
laporan monitoring ekosistem terumbu karang Taman Nasional
Karimunjawa tahun 2019 sangatlah baik dan cocok sebagai daerah
wisata dengan kisaran tutupan karang keras 65-69%. Namun
kendala terjadi pada rekrutmen karang, dimana mengalami
penurunan. Penurunan ini mampu menjadi sebuah program wisata
dengan memanfaatkan wisatawan sebagai agen restorasi karang,
seperti program cangkok karang dan pembersihan/ alokasi rubble
yang berpotensi menggerus larva karang. Program edukasi nelayan
mengenai pentingnya ikan herbivora sebagai pembersih alga alami
juga diharapkan mampu menambah potensi terumbu karang
sebagai destinasi wisata. Sebagai destinasi wisata yang memiliki
rancangan berbasis Coral Garden, Pulau Cemara Besar sudah
memenuhi kriteria kondisi terumbu karang yang baik, dan hal ini
diperkuat dengan peningkatan data nilai rata rata benthos dari
tahun 2016 sehingga menambah nilai wisata bahari Pulau Cemara
Besar.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 160
Kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat kecamatan
Karimunjawa dapat terbilang sederhana, nelayan masih menjadi
mata pencaharian utama bagi laki laki di 4 desa yang ada.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Taman Nasional Karimunjawa
tahun 2018, perekonomian yang terjadi masih kurang baik, lebih
dari separuh responden memiliki pendapatan dan pengeluaran
dibawah rata-rata sehingga menurunkan kesejahteraan
masayarakat. Solusi peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat
dialokasikan pada peningkatan wisata Pulau Cemara Besar,
didukung dengan data perpindahan pekerjaan dimana menunjukan
angka 49%. Masyarakat yang kurang puas menjadi nelayan mampu
diberi solusi perpindahan pekerjaan menjadi tenaga kerja wisata di
pulau cemara besar. Pulau Cemara Besar memilik kekurangan yang
mungkin secara signifikan akan mempengaruhi nilai wisata, seperti
budaya, pemukiman dan organisasi. Dengan adanya keikutsertaan
masyarakat untuk bekerja sebagai tenaga kerja wisata mampu
memenuhi kekurangan- kekurangan tersebut sehingga dengan
dibentuknya komunitas akan terjadi sebuah budaya yang bisa dijual
sebagai antarmuka wisata. Dengan implementasi yang baik,
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 161
kesejahteraan masyarakat kecamatan karimunjawa secara tidak
langsung akan naik dan laju ekonomi akan meningkat.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 162
BAB III PERMASALAHAN DAN
REKOMENDASI
3.1 Permasalahan
Keterbatasan infrastruktur pendukung berupa dermaga untuk
kegiatan ekoeduwisata bahari di Pulau Cemara Besar.
Tidak adanya data kunjungan wisatawan setiap tahun yang
datang ke Pulau Cemara Besar.
Belum tersedianya informasi mengenai destinasi wisata bagi
wisatawan di Pulau Cemara Besar.
Penutupan Kawasan Taman Nasional Karimunjawa termasuk
Pulau Cemara Besar dikarenakan adanya pandemi Covid 19.
3.2 Rekomendasi
Dalam rangka pengembangan ekoeduwisata bahari di Pulau
Cemara Besar sebagai destinasi wisata super prioritas
disarankan agar KKP mengelola Kawasan Pulau Cemara Besar
secara swakelola agar dapat mengatur dengan baik dari sisi
manjemen pengunjung, maupun dari manajemen kawasan
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 163
untuk tetap terjaga kelestarian dengan pengelolaan yang
berkelanjutan.
Perlu mempertahankan kondisi alamiah pulau pada area
sempadan pantainya karena merupakan keunikan tersendiri
dari Pulau Cemara Besar. Peristiwa abrasi/erosi dan akresi
dapat dijadikan sebagai suatu objek pengamatan bagi
mahasiswa, taruna atau siswa yang berkunjung ke Pulau ini.
Perlu memperhatikan hasil penelitian ini berupa nilai
abrasi/erosi dan akresi yang paling kecil di segmen 2 serta
kondisi batimetri perairan dalam pengembangan infrastruktur
pendukung kegiatan ekoeduwisata bahari, seperti
pembangunan dermaga di sisi Timur Pulau ini.
Pemenuhan Infrastruktur dasar pulau dilakukan dengan
memaksimalkan sarana dan prasarana yang sudah ada.
Perlu mempertahankan kondisi vegetasi alami pulau berupa
tumbuhan pohon Cemara Laut karena merupakan ciri khas
dan asal nama dari Pulau Cemara Besar. Tetapi, perlu
dilakukan penanaman vegetasi pantai di sisi barat pulau
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 164
(segmen 6, 7, dan 8) untuk mengurangi tingkat abrasi/erosi
yang ada.
Potensi ekoeduwisata bahari dapat dikembangkan di Pulau
Cemara Besar karena lokasi ini memiliki tutupan karang
hidup dalam kondisi baik dan kelimpahan ikan yang tinggi.
Keberadaan lobster dapat dikembangkan sebagai objek
wisata karena Pulau Cemara Besar telah dijadikan lokasi
pelepasan liar hasil tangkapan perdagangan illegal.
Perlu memperhatikan luasan lokasi Coral Garden yang dapat
dikembangkan di perairan Pulau Cemara Besar, yaitu:
- Lokasi titik WCS 1 (± (± 10 m X 10 m atau 100 m2)
- Lokasi titik KJ 12 (± 8 m X 8 m atau 64 m2)
- Lokasi titik KJ 11 (± 10 m X 10 m atau 100 m2)
Perlu pembatasan jumlah kunjungan wisatawan berdasarkan
daya dukung (carrying capacity) yang ada.
Perlu strategi pengembangan ekoeduwisata bahari dengan
mempertimbangkan aspek terumbu karang, dan sosial-
ekonomi. Berdasarkan dua aspek tersebut mampu
memunculkan program wisata, yaitu:
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 165
- Program pembersihan sampah pantai,
- Program stabilasasi rubble untuk meningkatkan peluang
menempelnya larva karang,
- Program edukasi nelayan untuk konservasi dan
ekoeduwisata,
- Program cangkok karang dan sertifikatnya sebagai
layanan wisata sekaligus edukasi,
- Program sosialisasi dan pendampingan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat di pulau lain untuk
membantu bersama membangun wisata Pulau Cemara
Besar sebagai upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
BAB IV KESIMPULAN DAN PENUTUP
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 166
4.1 Kesimpulan
Secara umum kegiatan penelitian Rekomendasi
Pengembangan Kawasan Ekoeduwisata Bahari Di Pulau
Cemara Besar, Karimunjawa berjalan dengan baik.
Garis pantai mengalami perubahan dari Tahun 2016 – 2020,
Perubahan garis pantai terjadi karena akresi dan abrasi/erosi,
dengan perubahan akresi seluas 0.33 ha, sedangkan
abrasi/erosi seluas 0.41 ha.
Tingkat akresi sangat tinggi (sekitar 15 m/tahun) terjadi di
segmen 12, 13, dan 14 sedangkan abrasi/erosi tertinggi
(sekitar -4 m/tahun) pada segmen 1.
Analisis Longshore Sediment Transport (LST) menunjukan
adanya abrasi/erosi dan akresi di daerah timur ekor pulau
dan sisi selatan dan barat pangkal pulau, serta akresi kuat di
utara ekor pulau dan sisi timur pangkal, dengan pengaruh
LST terhadap laju perubahan garis pantai sebesar 13.83%.
Penyebab adanya abrasi/erosi dan akresi di sepanjang pantai
Pulau Cemara besar dipengaruhi oleh gelombang laut
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 167
dengan karakteristik gelombang yang berbeda tiap musim
dan kesamaan sedimen dengan pulau-pulau terdekat.
Luas pulau mengalami perubahan dari Tahun 1981 – 2020,
Perubahan luas terjadi karena adanya akresi, dengan
penambahan luas sebesar 4.430 m2.
Tutupan karang hidup di lokasi WCS1 (60,38%) dan WCS2
(65,38%) dikelompokan pada kondisi terumbu karang baik
(50% - 75%). Kelimpahan ikan ditemukan 4.030 ekor per
hektar di WCS1 dan 4.786 ekor per hektar di WCS2.
Hasil survey menemukan beberapa jenis karang diantaranya
6 genera karang keras di perairan Pulau Cemara Besar yaitu;
Porites sp, Porites cylidrica, Symphyllia sp, Fungia sp,
Acropora sp, Acropora palifera, Platygyra sp, dan Favites sp.
Selain keanekaragaman jenis karang ditemukan juga biota
lain seperti kima, teripang, dan lobster (Panulirus sp.)
dikarenakan lokasi ini sudah dijadikan tempat pelepasan liar
dari hasil tangkapan perdagangan illegal.
Lokasi potensi ekoeduwisata bahari coral garden berjumlah 3
lokasi yaitu titik WCS1, KJ12 dan KJ11, pemilihan lokasi
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 168
berdasarkan hasil survey lapangan, kesesuaian perairan untuk
snorkeling, diving dan pendugaan melalui citra satelit.
Berdasarkan baku mutu air laut untuk wisata bahari (Kepmen
LH no.51/2004), perairan sekitar Pulau Cemara Besar dapat
dikategorikan dalam kondisi baik.
Dari hasil pengolahan data citra Landsat-8 dan data
lapangan, diperoleh hasil sejumlah 7.344 batang pohon
Cemara Laut tumbuh di Pulau Cemara Besar dengan rata-
rata diameter pohon di sebelah Timur Pulau 27.75 ± 10.02
cm dan di sebelah Barat Pulau 29.78 ± 12.72 cm.
Potensi area pengembangan Ekoeduwisata Bahari di Pulau
Cemara Besar seluas 24,72 Ha untuk wisata selam dan 37,08
Ha untuk wisata snorkeling.
Daya dukung yang dapat diterima kawasan ekoeduwisata
bahari pada kawasan zona pemanfaatan bahari jumlah
maksimum wisatawan 2.472 orang/hari, kemudian dengan
adanya faktor koreksi menjadi 97 orang/hari, dan dengan
adanya pertimbangan manajemen menjadi 42 orang/hari
atau 4.032 orang/tahun dengan hanya memperhitungkan
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 169
jumlah hari kunjungan adalah sabtu dan minggu dalam
setahun.
Berdasarkan perhitungan valuasi sumberdaya, potensi nilai
ekonomi terumbu karang untuk ekoeduwisata bahari Pulau
Cemara Besar adalah sekitar Rp. 255.856.626.048,- per tahun.
Seminar Online atau Webinar dengan judul " Tuah Pulau-
Pulau Kecil dalam Transformasi Ekonomi Sektor Kelautan”
telah sukses terselenggara melalui daring.
Focus Group Discussion (FGD) Hasil Penelitian telah sukses
terselenggara di Kantor Balai Pelatihan dan Penyuluhan
Perikanan Tegal (BP3 Tegal) Kota Tegal, Provinsi Jawa
Tengah.
KTI dengan judul "Shoreline Change Dynamics using Digital
Shoreline Analysis System in Cemara Besar Island" telah
berhasil terbit di Jurnal Segara Vol 16, No 2 Agustus tahun
2020. “Abrasi dan Akresi berdasarkan Longshore Sediment
Transport serta Perubahan Garis Pantai: Studi Kasus Pantai
Pulau Cemara Besar, Karimunjawa” telah berhasil disubmit ke
Jurnal Segara Vol 16, No 3 Desember tahun 2020.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 170
“Karakteristik Hidro-Oseanografi (Pasang Surut, Gelombang,
dan Arus) di Perairan Kepulauan Karimunjawa pada Musim
Peralihan 1” telah berhasil disubmit ke Seminar Nasional
Geomatika 2020.
4.2 Penutup
Ekoeduwisata bahari dapat menjadi salah satu faktor kunci
dalam memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan
secara berkelanjutan. Pendekatan ekoeduwisata bahari secara
berkelanjutan adalah yang paling sesuai dikembangkan di
Pulau Cemara Besar.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z., Kristiawan., Sobirin., Endang, A.R., Alowisius, B.,
Surahman, S.H., Arifin, Z. 2020. Laporan Pelaksanaan Kegiatan
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 171
Monitoring Habitat Penyu Seksi Pengelolaan Taman Nasional
Ii Karimunjawa 2020. Balai Taman Nasional Karimunjawa.
Semarang. Indonesia.
Adrianto L. 2005. Kebijakan Pengelolaan Perikanan dan Wilayah
Pesisir (Kumpulan Working Paper Tahun 2005). Bogor: PK-SPL
IPB.
Amalia Febryane Adhani Mazaya1, Fredinan Yulianda, Taryono.
2020. Permintaan Ekowisata Bahari (Snorkeling dan Diving)
dan Valuasi Sumber Daya Terumbu Karang di Taman Nasional
Karimunjawa. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). Volume 25
Nomor 1 Hal: 26-34, Bogor.
Antariksa, Basuki. 2011. Peluang dan Tantangan Pengembangan
Kepariwisataan di Indonesia. Makalah yang disampaikan pada
acara “Sosialisasi dan Gerakan Sadar Wisata”, yang
diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Sumatera Barat, di Solok, 12 Oktober 2011.Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata Jalan Medan Merdeka Barat No.
17 Jakarta 10110.
Buckley, R.C. 1994. A framework for ecotourism. Annals of Tourism
Research 21, 661–669.
Buckley, R.C. 2003a. Case Studies in Ecotourism. CAB International,
Wallingford, United Kingdom.
Buckley, R.C. 2003b. Environmental inputs and outputs in
ecotourism geotourism with a positive triple bottom line?
Journal of Ecotourism 2, 76–82.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 172
Buckley, R.C. 2009a. Evaluating the net effects of ecotourism on the
environment: a framework, first assessment and future
research. Journal of Sustainable Tourism 17, 643–672.
Buckley, R.C. 2010. Adventure Tourism Management. Elsevier,
Oxford, United Kingdom.
Butler, R. 1998 Sustainable tourism – looking backwards to
progress? In: Hall, C.M. and Lew, A.A. (eds) Sustainable
Tourism: a Geographical Perspective. Longman, Harlow, UK,
pp. 25–34.
Cater, C. & E. Cater. 2007. Marine Ecotourism: Between the Devil
and The Deep Blue Sea. Department of Geography, University
of Reading, UK.
Craig-Smith, S.J., Tapper, R. & Font, X. 2006. The coastal and marine
environment. In: Gössling, S. and Hall, C.M. (eds) Tourism and
Global Environmental Change. Routledge, Abingdon, UK and
New York, pp. 107–127.
Deng, Jinyang, Brian King, Thomas Bauer. 2002. Evaluating Natural
Attractions for tourism. Annals of Tourism Research, Vol. 29,
No.2, pp. 422 – 438. Elsevier Science LTd. Pergamon. PII:
S0160-7383(01)00068-8.
Direktorat Kebudayaan dan Pariwisata. 2009. Prinsip den Kriteria
Ekowisata Berbasis Masyarakat Kerjasama Direktorat Produk
Pariwisata Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi
Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-
Indonesia.
[Depbudpar] Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2004.
Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomer: Km.67 /
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 173
Um.001 /Mkp/ 2004 Tentang Pedoman Umum Pengembangan
Pariwisata Di Pulau-Pulau Kecil.
Donohoe, H.M. & Needham, R.D. 2006. Ecotourism: the evolving
contemporary definition. Journal of Ecotourism 5, 192–210.
Elly, Muhamad Jafar, 2006. Rencana Pengembangan Wisata Bahari
di Kawasan Pesisir Perairan Teluk Lada, Banten dengan
Pendekatan Sistem Informasi Geografi.Tesis. Departemen Ilmu
Komputer, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Fandeli, Chafid & Muhammad Nurdin. 2005. Pengembangan
Ekowisata Berbasis Konservasi di Taman Nasional. Fakultas
Kehutanan UGM, Pusat Studi Pariwisata UGM, dan Kantor
Kementerian Lingkungan Hidup. Yogyakarta.
Garrod, B., & Wilson, J.C. 2003. Marine Ecotourism: Issues and
Experiences: Frankfurt Lodge, Clevedon Hall, Victoria Road,
Clevedon BS21 7SJ.
Garrod, B., Wilson, J. & Bruce, D. 2001. Planning for Marine
Ecotourism in the EU Atlantic Area: Good Practice Guidance.
University of the West of England, Bristol, UK.
Gosling, S., Garrod, B., Barker, N., Cater, C., Coxon, C., Curtin, S.,
Dimmoc, K., Eisinger, M., Linden, O., Liljenberg, J., Helmersen,
J., Qwarm, S., Roberts C., Lindgren, A., Towsend, C., Treeck, P.,
Wilks, J. 2008. Advance in Tourism Research Series: New
Frontiers in Marine Tourism. Elsevier. The Boulevard, Langford
Lane, Kidlington, Oxford, UK
Gunn, Clare A. 1988. Tourism Planning, Second Edition. New York:
Taylor and Francis.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 174
Handayawati, H. 2010. Potensi Wisata Alam Pantai-Bahari. PM PSLP
PPSUB.
Herlambang. M. S. R., Wicaksono. A. D., Hidayat. AR. R. T. 2016.
Kemampuan Daya Dukung Lingkungan Wisata Tirta Nirwana
Songgoriti. Jurnal Tata Kota dan Daerah. Vol 8 (2).
Hirotsune, Kimura. 2011. Tourism, Sustainable Tourism and
Ecotourism in Developing Countries. Graduate School of
International Development, Nagoya University.Paper for ANDA
International Conference in Nagoya. March 5 – 7, 2011.
Hidayat, M. 2011. Strategi Perencanaan dan Pengembangan Objek
Wisata (Studi Kasus Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis
Jawa Barat). Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal
1(1): 33-43.
Kodhyat, H.1996. Sejarah Pariwisata Dan Perkembangannya Di
Indonesia. Grasindo, Jakarta.
Kusmana C., 2017, Metode Survey dan Interpretasi Data Vegetasi,
IPB Press, Bogor.
Lestari, W.P., Suciati L., Ripanto, & Jamaludin. (2020). Laporan Survei
Sosial Ekonomi Taman Nasional Karimunjawa 2018. Bogor:
Wildlife Conservation Society – Indonesia Program
Lintong. O., Oroh. D. R. S., Tulung. E. C. M. 2019. Studi Ekologi
Oseanografi Teluk Manado Untuk Penentuan Struktur Artificial
Coral Garden dan Area Mangrove Sebagai Destinasi Wisata
Baru. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. Vol VII (3).
Lucyanti. S., Hendrarto. B., Izzati. M. 2013. Penilaian Daya Dukung
Wisata di Obyek Wisata Bumi Perkemahan Palutungan Taman
Nasional Gunung Ciremai Propinsi Jawa Barat. Prosiding
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 175
Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. ISBN 978-602-17001-1-2.
Masita, H.K., Femy, M.S., Sri, N.H. 2013. Kesesuaian Wisata Pantai
Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Pondo kepulauan
Kabupaten Gorontalo Utara.
Muhidin, Pardede, S., Ichsan G., Varrenco, J.A., Prasari, H.R.,
Jamaludin. 2019. Laporan Teknis: Monitoring Ekosistem
Terumbu Karang Taman Nasional Karimunjawa 2019. Wildlife
Conservation Society. Bogor. Indonesia.
Nikijuluw, V. P. H., Papilaya, R. L., Boli, P., 2017. Daya Dukung
Pariwisata Berkelanjutan Raja Ampat. Penerbit: Conservation
International Indonesia. 160. P.
Noviasri, A.D. (2015). Analisis Stakeholder dalam Pengembangan
Wisata Bahari Berbasis Kesesuaian dan Daya Dukung (Studi
Kasus Pulau Sebesi Provinsi Lampung). UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
Nugraha, H.P., Indarjo, A., Helmi, M. 2013. Studi Kesesuaian dan
Daya Dukung Kawasan untuk Rekreasi Pantai di Pantai
Panjang Bengkulu.Jurnal of Marine Research. 2(2): 130-139
Paulus, C.A. 2009. Penentuan Kawasan Pariwisata Bahari Dan Pantai
Dengan Analisis Spasial Citra Satelit Di Kabupaten Waropen-
Papua. Tesis. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pooner, J. 2012. Economics of Ecotourism.
http://blogs.ubc.ca/jaynespooner/author/jaynes/
Purbani, D. 1997.Peran Aplikasi SIG/Inderaja untuk Pengembangan
Wisata Pesisir di Sekitar Teluk Banten; Prosiding Konperensi
ESDAL 1997. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT), Jakarta.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 176
Rahmawati, A. 2009. Studi Pengelolaan Kawasan Pesisir Untuk
Kegiatan Wisata Pantai (Kasus Pantai Teleng Ria Kabupaten
Pacitan, Jawa Timur). Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Rajab, M.A. 2014. Pengelolaan Pulau Kecil Untuk Pengembangan
Ekowisata Bahari (Studi Kasus Pulau Liukang Loe, kabupaten
Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan). Tesis. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Rahim, Firmansyah. 2014. Marine and Coastal Ecotourism
Destination Towards Sustainable Development in Tourism:
Practices and Challenges. Paper presented at 5thWorld
Ecotourism Conference. CEBU, 21-22 February 2014. (Director
General of Tourism Destination Development Ministry of
Tourism and Creative Economy Republic of Indonesia).
Ryan, C. 1991. Recreational Tourism: A Social Science Perspective.
London: Routledge: 65.
Sanam, S.R., Adikampana, I.M. 2014. Pengembangan Potensi Wisata
Pantai Lasiana sebagai Pariwisata Berkelanjutan di Kota
Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Destinasi
Pariwisata 2(1): 11-23.
Sasmita. E., Darsiharjo., Rahmafitria.F. 2014. Analisis Daya Dukung
Wisata Sebagai Upaya Mendukung Fungsi Konservasi Dan
Wisata Di Kebun Raya Cibodas Kabupaten Cianjur. Jurnal
Manajemen Resort & Leisure. Vol 11 (2).
Simanjuntak, B.A., Flores Tanjung, Rosramadhana Nasution. 2015.
Sejarah Pariwisata: Menuju Perkembangan Pariwisata
Indonesia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 177
Sulisyati. R., Poedjirahajoe. E., Faida. L. R. W., Fandeli. C. 2016.
Optimalisasi Zona Pemanfaatan Wisata Taman Nasional
Karimunjawa Melalui Komunitas Ikan Karang. Jurnal. Manusia
Dan Lingkungan. Vol 23 (2): 224-232.
Taman Nasional Karimunjawa. 2019. Laporan Teknis Monitoring
Ekosistem Terumbu Karang Taman Nasional Karimunjawa 2019
hasil kerjasama dengan WCS. Semarang.
Taman Nasional Karimunjawa. 2019. Buku Statistik Balai TN.
Karimunjawa 2019. Semarang.
Taman Nasional Karimunjawa. 2018. Laporan Survei Sosial Ekonomi
Taman Nasional Karimunjawa 2018. Semarang.
Taman Nasional Karimunjawa. 2020. Laporan Pelaksanaan Kegiatan
Monitoring Penyu SPTN II Karimunjawa Tahun 2020.
Semarang.
Torres. S. F. 2015. Large Scale Coral Gardening: A Sustainable
Production Method for Coral Reef Restoration. ASLO Aquatic
Sciences Meeting.
UI, ITB, UGM. 1997. Studi Penyusunan Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Nasional. Buku 1. Tim Konsorsium
UI, ITB, UGM.
Umardiono, A. (2011) ‘Pengembangan Obyek Wisata Taman
Nasional Laut Kepulauan Karimunjawa’, Surabaya: Universitas
Airlangga.
Wandansari, Dewi. 2013. Perlakuan Akuntansi Atas Pph Pasal 21
Pada Pt. Artha Prima Finance Kotamobagu. Jurnal Emba Vol I
(3): 558-566.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 178
Wearing, S. & Neil, J. 2009. Ecotourism: Impacts, Potentials and
Possibilities, 2nd edn. ButterworthHeinemann, Oxford, United
Kingdom.
Weaver, D.B. 2001. The Encyclopedia of Ecotourism. CAB
International, Wallingford, United Kingdom.
Weaver, D.B. & Lawton, L.J. 2007. Twenty years on: the state of
contemporary ecotourism research. Tourism Management 28,
1168–1179.
Widikurnia, P. 2016. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Untuk
Kegiatan Ekowisata Selam di Pulau Biawak, Indramayu, Jawa
Barat. Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Yudasmara, G.A. 2010. Model Pengelolaan Ekowisata Bahari Di
Kawasan Pulau Menjangan Bali Barat. Disertasi. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan
Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Seminar Sains pada
Departemen MSP, FPIK IPB. 21 Februari 2007; Bogor,
Indonesia. Bogor (ID): Departemen MSP IPB.
Yulianda. F. 2019. Ekowisata Perairan Suatu Konsep Kesesuaian dan
Daya Dukung Wisata Bahari dan Wisata Air Tawar. IPB Press.
Bogor. 89 hlm.
Yulisa, E.N., Yar, J., Dede, H. 2016. Analisis Kesesuaian Dan Daya
Dukung Ekowisata Pantai Kategori Rekreasi Pantai Laguna
Desa Merpas Kabupaten Kaur. Jurnal Enggano. 1(1): 97-111.
Yulius. 2009. Kajian Pendahuluan Pengembangan Wisata Pantai
Kategori Rekreasi di Teluk Bungus Kota Padang, Provinsi
Sumatera Barat. Jurnal Segara. 5(1):15-23.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 179
Yulius, H.L. Salim, Muhammad Ramdhan, Dini Purbani, dan Taslim
Arifin. 2014. Penentuan Kawasan Wisata Bahari Di P. Wangi-
wangi dengan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Segara.
Volume 10 Nomor 2, Jakarta.
Yulius, Aida Heriati, H.L. Salim, Dini Purbani, dan M. Ramdhan. 2015.
Policy Model on the Marine Tourism Development in
Wakatobi Regency, Southeast Sulawesi Province, Indonesia.
Jurnal Marine Research in Indonesia. Volume 40 Nomor 2,
Jakarta.
Yusuf.M. 2013. Kondisi Terumbu Karang Dan Potensi Ikan Di
Perairan Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara.
Buletin Oseanografi Marina. Vol 2: 54-60.
LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR,
KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 180