laporan akhir penelitian disertasi doktor filei laporan akhir penelitian disertasi doktor...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DISERTASI DOKTOR
KARAKTERISTIK KUALITAS AIR BERSIH YANG OPTIMUM PADA PROSES PENCAMPURAN POLY ALUMINIUM CLORIDE DAN AIR BAKU
PADA INSTALASI POMPA
Di biayai oleh : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun Anggaran 2016
No:244/UN8.2/PL/2016
PENELITI :
MASTIADI TAMJIDILLAH, S.T., M.T. NIDN : 0012037008
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
NOPEMBER 2016
ii
iii
RINGKASAN
Pemanfaatan air baku dalam pengelolaan sistem penyediaan air minum (SPAM) dan penyediaan air bersih (public water supply) pada dasarnya memerlukan air yang langsung dapat diminum (potable water). Namun demikian pengolahan air yang sesuai akan menghasilkan air bersih yang berkualitas sesuai standar yang merupakan tujuan jangka panjang. Proses pencampuran air baku dan poly aluminium cloride (PAC) untuk input bahan baku dari sungai/irigasi untuk mendapatkan komposisi yang sesuai dari campuran tawas (PAC), air baku dan stroke pompa untuk mendapatkan setting parameter yang optimum berdasarkan metode taguchi untuk air bersih. Setting parameter pada proses pencampuran air baku 5 lt/det, 10 lt/det, 15 lt/det, 20 lt/det, 30 lt/det dan 40 lt/det dan % air tawas 5 ppm, 10 ppm dan 15 ppm dan seterusnya dengan stroke pompa 15 %, 20 %, dan 25 % akan divariasikan selama proses tersebut. Komposisi proses pencampuran yang optimal dari ketiga parameter tersebut menghasilkan air bersih yang sesuai dengan standar Kemenkes yang layak untuk dipergunakan bagi konsumen.
Faktor dominan yang berpengaruh terhadap rata–rata respon bermanfaat untuk memilih level faktor yang dapat menghasilkan kualitas air bersih dan komposisi parameter yang dapat diterapkan dalam rangka perbaikan karakteristik kualitas air. Rata–rata respon yang optimal diperoleh dari prediksi masing-masing respon dengan melibatkan level faktor yang mempunyai pengaruh secara signifikan. Dari hasil analisis dan pengolahan level faktor untuk respon kualitas air bersih dan respon stroke pompa serta ppm tawas dapat diprediksikan rata–rata optimumnya, dari kedua prediksi optimum dipilih kombinasi level faktor berdasarkan rasio S/N.
Kata kunci : poly aluminium cloride, air baku, setting parameter, kualitas air
iv
PRAKATA
Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan ke khadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan HidayahNya, penelitian ini berjalan dengan baik. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dalam rangka penyediaan air bersih (SPAM) untuk mendapatkan setting parameter yang optimum antara air tawas, air baku dan stroke pompa berdasarkan metode taguchi untuk air bersih.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini khususnya kepada PDAM Intan Banjar karena dengan kerjasamanya kami dapat melakukan penelitian dan masukan dari ahli pengolahan air bersih. Kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan laporan ini. Terima kasih dan semoga bermanfaat.
Banjarmasin, Nopember 2016 Peneliti
v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
RINGKASAN …………………………………………………………………………… iii
PRAKATA ………………………………………………………………………………. iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….. . v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………….. …… vii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………….. viii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………. 3
2.1 Penelitian terdahulu ………………………………………………………… 3
2.2 Sumber daya air ………………………………………………… 4
2.3 Standar kualitas air bersih ………………………………………........ 7
2.4 Kerangka konsep penelitian ……………………………………………….. 12
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ………………………………….
3.1 Tujuan Penelitian ……………………………………………………….. 14
3.2 Manfaat Penelitian ……………………………………………………… 14
BAB IV METODE PENELITIAN ……………………………………………………… 16
4.1 Bahan dan peralatan………………………………………………………. 16
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………….. 17
4.3 Rancangan Penelitian……………………………………………………… 17
4.4 Pengujian kualitas air
bersih……………………………………………………………………….
18
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………................ 20
5.1 Pengumpulan Data…………………………………………………………. 20
5.2 Pengolahan Data……………………………………………………………. 20
5.3 Analisis Data dan Pembahasan……………………………………………... 23
vi
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………. 25
6.1 Kesimpulan…………………………………………………………… 25
6.2 Saran………………………………………………………………… 25
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………. 26
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL hal
Tabel 2.1 Parameter kualitas air bersih 9 Tabel 2.2 Parameter kualitas air bersih yang diteliti di PDAM Intan Banjar 10 Tabel 3.1 Variabel setting parameter 18 Tabel 5.1 Level faktor 21 Tabel 5.2 Ortogonal Array 21 Tabel 5.3 Proses pencampuran (mixing) dengan Taguchi L9 21
viii
DAFTAR GAMBAR hal
Gambar 2.1 Proses produksi air bersih PDAM Intan Banjar 5 Gambar 2.2 Kerangka konsep penelitian 13 Gambar 4.1 Diagram alir penelitian disertasi 19 Gambar 5.1 Parameter kekeruhan 20 Gambar 5.2 Efek plot untuk rata-rata setelah proses pencampuran 22 Gambar 5.3 SEM image sidementasi setelah pencampuran dengan tawas (PAC) 23
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran-lampiran Intrumen Penelitian
Lampiran 1 Instalasi pompa
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Air baku merupakan bagian dari sumberdaya alam sekaligus juga sebagai bagian dari
ekosistem. Kuantitas dan kualitasnya pada lokasi dan waktu tertentu tergantung dan dipengaruhi
oleh berbagai hal, berbagai kepentingan dan tujuan. Air baku untuk air bersih ketersediaannya
semakin menurun, sehingga air menjadi barang yang sangat diperlukan dan belum semua orang
yang ada peduli akan hal ini. Air merupakan salah satu sumber kehidupan atau sumber daya
alam yang amat penting bagi kehidupan, tanpa air makhluk hidup yang ada diatas muka bumi
akan mati.
Pemanfaatan air baku dalam pengelolaan pengembangan sistem penyediaan air minum
(SPAM), pengelolaan dan penyediaan air bersih (public water supply) pada dasarnya
memerlukan air yang langsung dapat diminum (potable water). Air yang dimaksud harus aman
(sehat) dan bagus untuk diminum, tidak berwarna, tidak berbau, dengan rasa yang segar. Air
bersih harus mempunyai kualitas baik dengan kriteria secara fisik, kimiawi maupun biologi
untuk mencegah timbulnya penyakit. Secara umum persyaratan kualitas air bersih diatur dalam
Permenkes No. 82 tahun 2001. Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap
penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk
memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, irigasi pertanian, peternakan,
perikanan, rekreasi dan transportasi.
Saat ini PDAM Intan Banjar yang melayani kota Banjarbaru dan Kab. Banjar dengan
pelanggan hingga akhir tahun 2014 total pelanggan 62.205.000 orang dengan cakupan
pelayanan sekitar 52 % dibawah target nasional 68% dan target MDGs (Millennium
Development Goals) PBB 80% dengan rata-rata NRW (non revenue water) 29% dan hasil
sedimentasi berupa partikel kecil air bercampur lumpur yang setiap hari 15m3/hari yang
terbuang hasil dari proses produksi dari kapasitas 250 lt/detik. Dengan melihat kondisi di atas
maka diperlukan peningkatan produksi dan layanan kepada pelanggan dengan
memperbaiki/meminimasi pemborosan pada proses produksi.
2
Berbagai penelitian tentang penggunaan PAC sebagai bahan pencampur untuk
menjernihkan air mengalami perkembangan, PAC sering digunakan untuk air baku dari
pegunungan, namun demikian untuk air baku dari sungai perlu di pertimbangkan
kandungan/komposisi yang berpengaruh pada setting parameter proses pencampuran untuk
menghasilkan kualitas air bersih. Banyak upaya yang telah didesain dalam membuat produk
yang lebih ramah lingkungan dalam industri air bersih. Metode–metode yang dipakai dalam
mendesain produk tersebut antara lain; Green Quality Function Deployment (GQFD) (Zhang
dkk, 1999., Dong dkk, 2001), Green Concurrent Engineering (Karlsson, 2001), Life Cycle
Design (LCD)(Hunkeler, 2003), Life Cycle Assessment (LCA)(Curran, 1996), sustainable and
robust design (Mgana, 2003) dan topik–topik green product design lainnya.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu.
Md.Pauzi Abdullah, dkk (2009) melakukan penelitian tentang hubungan parameter
kualitas air baku, kebutuhan chlorine dan kandungan disinfektan dari air minum. Penggunaan
chlorine yang sesuai akan meminimasi disinfektan sehingga prooduksi air minum yang di suplai
ke pelanggan akan terjaga kualitasnya sesuai dengan standar. Model yang didapatkan untuk
kondisi pengolahan air bersih/minum di malaysia menunjukkan adanya hubungan kebutuhan
chlorine berpengaruh terhadap mengurangi disinfektan dan meningkatkan kualitas produknya,
parameter-parameter kandungan air baku turut berpengaruh terhadap produk akhirnya dan
memerlukan treatment dalam pengolahannya.
Chen, C.T. (2000), Cheng CT, dkk (2006), telah meneliti untuk menskenariokan kondisi
lingkungan yang ramah sebagai bentuk penggunaan yang berkelanjutan, sumber daya alam
yang dijaga kelestariannya tersebut dengan memperhatikan siklus hidrologi agar sumber daya
air tetap terjaga ketersediannya. Ada beberapa cara skenario agar air tersedia untuk input industri
di hilirnya seperti kebutuhan air bersih. Namun demikian kualitas air bersih yang dibutuhkan
haruslah layak untuk konsumen dengan mengurangi disenfektan yang merupakan limbah
(waste), ada beberapa kriteria pengambil keputusan untuk mengurangi waste tersebut antara lain
memperhatikan proses pengolahan/treatment (Gomez-Lopez, M. D., dll, 2009)
Karakteristik kualitas telah banyak diteliti, baik industri manufaktur, industri air dan
industri kimia, seperti Dai, J., dll. (2010) berpendapat sumber air dari hulu nya harus
diperhatikan agar ketersediaan dan kualitas air menjadi lebih baik. Namun demikian sumber
daya ini harus berkelanjutan dengan memperhatikan faktor lingkungan yang renewable yang
berguna untuk kegiatan lainnya seperti pemanfaatan sumber daya energi lainnya, faktor
kuantitas harus diperhatikan untuk menjamin ketersediaan air baku (Doukas, H., dll. 2010).
Penelitian tentang optimasi yang melibatkan beberapa parameter dan atribut yang
banyak yang mengakibatkan banyak respon di usulkan oleh Gauri, S. K., Chakravorty, R., &
Chakraborty, S. (2011). Selain setting parameter yang sesuai dan optimal untuk semua respon,
juga memperhatikan kondisi peralatan/instalasi, tentang faktor kegagalan (failure) peralatan dan
kehandalan peralatan yang akan berpengaruh pada proses produksi termasuk di dalamnya proses
4
pencampuran dengan meminimasi waste, telah di informasikan oleh (Braglia, M., Frosolini,
M., & Montanari, R. 2003). Semua proses produksi tersebut harus memperhatikan evaluasi di
setiap tahap rancangan awal (quality by design) untuk mendapatkan kualitas produk yang baik
dengan memperhatikan multi kriteria dari berbagai alternatif pilihan manajemen dalam
mengambil keputusan dalam produksi air bersih. Semua usaha di atas dilakukan untuk
mendapatkan produk yang berkualitas untuk kebutuhan konsumen dengan selalu melakukan
perbaikan terus menerus.
2.2 Sumber Daya Air
Menurut Undang-undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air didefinisikan
bahwa sumberdaya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung didalamnya.
Kemudian air didefinisikan sebagai semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut
yang berada di darat. Sumber air didefinisikan sebagai tempat atau wadah air alami dan/atau
buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah. Sedangkan daya air
adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber air yang dapat memberikan
manfaat atau kerugian bagi kehidupan manusia dan lingkungannya. Air merupakan salah satu
senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah akan tetapi ketersediaan air yang
memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor
(Effendi, 2003). Dari sekitar 1.386 juta km3 air yang ada di bumi, sekitar 1.337 km3 (97,39%)
berada di samudera atau lautan dan hanya sekitar 35 juta km3 (25,53%) berupa air tawar di
daratan dan sisanya dalam bentuk gas/uap. Jumlah air tawar tersebut sebagian besar (69%)
berupa gumpalan es dan glasier yang terperangkap di daerah kutub, sekitar 30% berupa air tanah
dan hanya sekitar 1% terdapat dalam sungai, danau dan waduk (Suripin, 2002).
2.2.1 Daerah aliran sungai (DAS)
Sungai merupakan perairan mengalir yang dicirikan oleh arus yang searah dan relatif
kencang, dengan kecepatan berkisar 0,1 – 1,0 m/detik, serta sangat dipengaruhi oleh waktu,
iklim, bentang alam (topografi dan kemiringan), jenis batuan dasar dan curah hujan. Sungai
bagian hulu dicirikan dengan badan sungai yang dangkal dan sempit, tebing curam dan tinggi,
berair jernih dan mengalir cepat. Badan sungai bagian hilir umumnya lebih lebar, tebingnya
5
curam atau landai badan air dalam, keruh dan aliran air lambat (Mulyanto, 2007). Menurut
Newson (1997) sungai merupakan bagian lingkunganyang paling cepat mengalami perubahan
jika terdapat aktifitas manusia di sekitarnya. Sungai sebagai penampung dan penyalur air yang
datang dari daerah hulu atas, akan sangat terpengaruh oleh tata guna lahan dan luasnya daerah
aliran sungai, sehingga pengaruhnya akan terlihat pada kualitas air sungai (Odum, 1996). Dalam
proses produksi air bersih yang dimulai dari input bahan baku sampai distribusi air bersih dapat
dilihat pada gambar 1 di bawah ini.
Sumber: PDAM Intan Banjar
Gambar 2.1 Proses produksi air bersih PDAM Intan Banjar
Pengolahan air minum adalah usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat
suatu zat secara kimia, fisik dan bakteriologi, untuk air minum diperlukan agar
mendapatkan/memenuhi standar kualitas air minum yang telah ditentukan oleh Kemenkes.
Untuk mendapatkan air bersih dengan kualitas yang sesuai dengan standar kesehatan, maka
Intake (air baku masuk)
Storage (Penampung Air
bersih)
Pengendapan awal
Mixing (penambahan
tawas)
Pengendapan
Filtrasi (saringan)
Setting parameter Green Taguchi
Analisis model lean produksi - WRM - Analisis Faktor
6
perlu adanya pengolahan air minum yang sesuai sebelum air digunakan oleh konsumen untuk
dikonsumsi, adapun tahapan pengolahan air minum terdiri dari:
1. Air baku
Sumber air yang diperlukan dalam pengolahan air bersih adalah air permukaan dari
sungai. Sumber air baku sangat penting terjaga agar kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
Banyak hambatan yang terjadi terhadap penyediaan air baku baik volume ataupun
kualitasnya di beberapa PDAM di Indonesia termasuk PDAM Intan Banjar yang
disebabkan bertambahnya lahan kritis, iklim dan pengguna air semakin hari juga makin
banyak yang membutuhkan volume air dengan kualitas hidup pengguna semakin baik,
sehingga ketersediaan air baku yang memenuhi K3 (kualitas, kuantitas dan kontinuitas
berjalan dengan baik.
2. Bangunan pengendap pertama
Bangunan pengendap pertama berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel padat
dari air bahan baku dengan gaya gravitasi. Pada proses ini tidak ada pembubuhan zat
atau bahan kimia. Pada bagian ini air baku akan melewati saringan yang memisahkan
partikel atau sampah yang mengganggu akan tersaring untuk proses selanjutnya.
3. Pembubuhan koagulan
Koagulan adalah bahan kimia yang dibubuhkan pada air untuk membantu proses
pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya
(secara gravitasi). Unit ini berfungsi untuk membubuhkan koagulan secara teratur sesuai
kebutuhan (dengan dosis yang tepat). Adapun bahan kimia yang biasa digunakan sebagai
koagulan adalah poly aluminium cloride (tawas) atau sering disebut PAC. Bahan ini
banyak dipakai karena efektif untuk menurunkan kadar carbonate dan harganya yang
ekonomis, mudah didapat dan mudah disimpan.
4. Bangunan pengaduk cepat (mengaduk tawas + air)
Alat ini berfungsi untuk meratakan bahan kimia (koagulan) yang ditambahkan supaya
dapat bercampur dengan air secara baik, sempurna dan cepat. Yang perlu diperhatikan
dalam proses pengadukan cepat adalah alat atau cara pengadukannya, supaya mendapat
pengadukan yang sempurna dan sesuai yang kita inginkan
5. Bangunan/bagian unit pembentuk flok
7
Unit ini berfungsi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar supaya dapat
diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloidal) dengan zat atau bahan koagulan
yang dibubuhkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan flok (partikel yang
lebih besar dan bisa mengendap dengan gravitasi) adalah: kekeruhan pada air, pH dan
lama pengadukan.
6. Bangunan pengendap kedua
Unit ini berfungsi untuk mendapatkan flok yang terbentuk dari unit bangunan
pembentuk flok. Adapun proses pengendapan flok secara alami dipengaruhi oleh gaya
gravitasi dari flok itu sendiri.
7. Bangunan penyaring (filter)
Alat ini berfungsi untuk menjernihkan air dengan proses penyaringan dengan pasir cepat
atau lambat.
8. Reservoir
Berfungsi menampung air yang akan didistribusikan ke konsumen
9. Pemompaan
Proses pemompaan berfungsi untuk mengalirkan air dari intake sampai ke reservoir dan
diteruskan ke konsumen.
2.3 Standar Kualitas Air Bersih di PDAM Intan Banjar
Kualitas air baku yang ada pada air permukaan/sungai di PDAM Intan Banjar yang
spesifik adalah bervariasinya kadar sedimen dan kandungan organik yang akan mempengaruhi
kualitas air. Sedangkan kualitas air adalah karakteristik mutu yang dibutuhkan untuk
pemanfaatan tertentu dari sumber-sumber air. Baku mutu air adalah persyaratan mutu air yang
disiapkan oleh suatu negara atau daerah yang bersangkutan. Air minum yang ideal harus jernih,
tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau. Selain itu air minum seharusnya tidak mengandung
kuman pathogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan, tidak mengandung jat
kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, dapat diterima secara estetis, serta tidak dapat
merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada
seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya
penyakit bawaan air (water born desease)
8
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat
Dan Pengawasan Kualitas Air yang diperbaharui permenkes No.492/Menkes/PER/IV/2010, air
bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih
adalah:
Persyaratan Biologis
Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme yang nantinya
menjadi infiltran tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat dibagi dalam empat group, yakni
parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari keempat jenis mikroorganisme tersebut umumnya yang
menjadi parameter kualitas air adalah bakteri seperti Eschericia coli.
Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni derajat keasaman,
suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek fisik ini sesungguhnya selain penting untuk aspek
kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik seperti suhu dan keasaman tetapi juga
penting untuk menjadi indikator tidak langsung pada persyaratan biologis dan kimiawi, seperti
warna air dan bau.
Persyaratan Kimia
Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi air yang memberi
akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan proses
biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan berbagai macam logam berat
khususnya air raksa, timah hitam, dan cadmium dapat menjadi gangguan pada faal tubuh dan
berubah menjadi racun.
Persyaratan Radioaktif
Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan fisik, namun sering
dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda, dan pada wilayah tertentu menjadi
sangat serius seperti di sekitar reaktor nuklir.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang kualitas air bersih
No.492/Menkes/PER/IV/2010 seperti tabel dibawah ini.
9
Tabel 2.1 Parameter kualitas air bersih
No Jenis parameter satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan
1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
a. Parameter mikrobiologi
1) Escheria coli Jumlah per 100 ml sampel
0
2) Total bakteri koliform Jumlah per 100 ml sampel
0
b. Kimia an organic Skala NTU 5 1) Arsen
2) Flourida 3) Total kromium 4) Kadmium 5) Nitrit (sebagai NO2) 6) Nitrat (sebagai NO3) 7) Sianida 8) Selenium
Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l
0,01 1,5
0,05 0,003
3 50
0,07 0,01
2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan
a. Parameter fisik 1) Bau
2) Warna 3) Total zat padat terlarut
(TDS) 4) Kekeruhan 5) Rasa 6) Suhu
- TCU
Mg/l NTU
- 0C
Tidak berbau 15
500
5 Tidak berasa
Suhu udara ± 3 b. Parameter kimiawi 1) Aluminium
2) Besi 3) Kesadahan 4) Klorida 5) Mangan 6) pH 7) Seng 8) Sulfat 9) Tembaga 10) Amonia
Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l
0,2 0,3 500 250 0,4
6,5 - 8,5 3
250 2
1,5
10
Dari hasil penelitian pendahuluan tentang kualitas air baku dan air bersih yang telah
dilakukan peneliti, maka parameter yang di ukur sesuai dengan kondisi di PDAM Intan Banjar
adalah seperti tabel dibawah ini:
Tabel 2.2 Parameter kualitas air bersih yang diteliti di PDAM Intan Banjar
No Parameter/variabel Satuan Metode
Parameter Fisika
1 Warna mg/l pt.co IK.Lab-8(Spektrofotometri)
2 Kekeruhan (turbidity)* NTU IK.Lab-9 (Turbidimetri)
3 Zat padat terlarut total (TDS)* mg/l IK.Lab-29 (Konduktivitymetri)
Parameter Kimia
4 pH* - SNI 06.6989.11-2004
5 Daya hantar listrik* mhos/cm SNI 06. 6989.1-2004
6 Besi* (total) mg/l IK.lab-1 (Spektrofotometri)
7 Mangan mg/l IK.lab-2 (Spektrofotometri)
Keterangan:
1. * Parameter terakreditasi No. Akreditasi LP-749-IDN ISO/IEC 17025:2005 2. *) Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No.05 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Badan
Air
2.3.1 Jenis koagolan pada proses mixing
Koagulan akan menguntungkan proses koagulasi dengan mempersingkat waktu
pengendapan dan memperkeras flok yang terbentuk. Jadi difinisi koagulan adalah koagulan
sekunder yang ditambahkan setelah koagulan primer atau utama bertujuan untuk mempercepat
pengendapan, pembentukan dan pengerasan flok. Jenis koagulan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah PAC (Poly Aluminium Chloride) adalah senyawa Al yang lain yang
penting untuk koagulasi adalah Polyaluminium chloride (PAC), Aln(OH)mCl3n-m. Ada beberapa
cara yang sudah dipatenkan untuk membuat polyaluminium chloride yang dapat dihasilkan dari
hidrolisa parsial dari aluminium klorida, seperti ditunjukkan reaksi berikut :
n AlCl3 + m OH− . m Na+ → Al n (OH) m Cl 3n-m + m Na+ + m Cl−
11
Senyawa ini dibuat dengan berbagai cara menghasilkan larutan PAC yang agak stabil. PAC
adalah suatu persenyawaan anorganik komplek, ion hidroksil serta ion alumunium bertarap
klorinasi yang berlainan sebagai pembentuk polynuclear mempunyai rumus umum
Alm(OH)nCl(3m-n).
Keunggulan Poly Aluminium Chloride antara lain:
1 PAC dapat bekerja di tingkat pH yang lebih luas, dengan demikian tidak diperlukan
pengoreksian terhadap pH, terkecuali bagi air tertentu.
2 Kandungan belerang dengan dosis cukup akan mengoksidasi senyawa karboksilat rantai
siklik membentuk alifatik dan gugusan rantai hidrokarbon yang lebih pendek dan sederhana
sehingga mudah untuk diikat membentuk flok.
3 Kadar khlorida yang optimal dalam fasa cair yang bermuatan negatif akan cepat bereaksi
dan merusak ikatan zat organik terutama ikatan karbon nitrogen yang umumnya dalam
struktur ekuatik membentuk suatau makromolekul terutama gugusan protein, amina, amida
dan penyusun minyak dan lipida.
4 PAC tidak menjadi keruh bila pemakaiannya berlebihan, sedangkan koagulan yang lain
(seperti alumunium sulfat, besi klorida dan fero sulfat) bila dosis berlebihan bagi air yang
mempunyai kekeruhan yang rendah akan bertambah keruh. Jika digambarkan dengan suatu
grafik untuk PAC adalah membentuk garis linier artinya jika dosis berlebih maka akan
didapatkan hasil kekeruhan yang relatif sama dengan dosis optimum sehingga penghematan
bahan kimia dapat dilakukan.
5 PAC lebih cepat membentuk flok daripada koagulan biasa ini diakibatkan dari gugus aktif
aluminat yang bekerja efektif dalam mengikat koloid yang ikatan ini diperkuat dengan rantai
polimer dari gugus polielektrolite sehingga gumpalan floknya menjadi lebih padat,
penambahan gugus hidroksil kedalam rantai koloid yang hidrofobik akan menambah berat
molekul, dengan demikian walaupun ukuran kolam pengendapan lebih kecil atau
terjadi over-load bagi instalasi yang ada, kapasitas produksi relatif tidak terpengaruh.
Tawas
Tawas adalah sejenis koagulan dengan rumus kimia Al2S04 11 H2O atau 14 H2O atau 18
H2O umumnya yang digunakan adalah 18 H2O. Semakin banyak ikatan molekul hidrat maka
semakin banyak ion lawan yang nantinya akan ditangkap akan tetapi umumnya tidak
12
stabil. Pada pH < 7 terbentuk Al ( OH )2+, Al ( OH )2 4+, Al2 ( OH )2 4+. Pada pH > 7 terbentuk
Al ( OH )-4.
Flok –flok Al ( OH )3 mengendap berwarna putih.
2.4. Kerangka Konsep Penelitian
Kualitas air bersih menjadi hal yang terpenting untuk di desain dari awal untuk
menghasilkan produk. Suatu produk dapat dikatakan berhasil menarik banyak konsumen jika
produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dengan harga tetap bersaing. Namun pada
kenyataaannya berdasarkan pengamatan dan wawancara terhadap karyawan, di perusahaan
banyak terjadi pemborosan (waste) yang terjadi pada produksi air bersih. Pada gambar dibawah
terlihat proses pengolahan air bersih dari air baku sampai storage (reservoir), dalam proses
tersebut pemborosan (waste) akan diminimasi agar proses produksi air bersih optimum.
Proses produksi air bersih pada PDAM intan banjar yang dimulai dari intake bahan baku
sampai reservoir penampungan air pada gambar 1 diatas akan dianalisis dengan metode green
Taguchi untuk setting parameter pada bagian mixing yang fungsinya untuk mencampur tawas
dengan air baku. Green Taguchi Method, di gunakan untuk setting parameter yang optimal yang
ramah lingkungan dengan meminimasi waste dalam proses pencampuran % air tawas, putaran
pompa pada instalasi pencampuran pompa dossing.
13
Gambar 2.2 Kerangka konsep penelitian
Research Question (kualitas air bersih)
Karakteristik campuran (koagolan)
Setting parameter yang optimum
Kualitas air yang sesuai standar
Air baku pencampur
% Stroke pompa % ppm PAC Air baku (lt/det)
Perancangan parameter
Rekomendasi iptek Setting parameter yang
optimum
14
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah menghasilkan model pencampuran yang
optimum dari PAC, air baku dan stroke pompa yang dapat digunakan suatu acuan untuk
Perusahaan Air Bersih yang sumber air bakunya dari sungai, proses pencampuran tersebut akan
meminimasi limbah/waste yang ramah lingkungan. Tujuan khusus penelitian adalah
mendapatkan setting parameter yang optimum pada proses pencampuran PAC (poly aluminium
chloride), air baku dan stroke pompa dossing yang menghasilkan kualitas air bersih yang sesuai
dengan standar Kemenkes.
Urgensi (keutamaan) Penelitian
a. Kualitas air bersih sangat diperlukan oleh konsumen, dengan menjaga kualitas air bersih
yang sesuai dengan standar Kemenkes, maka di perlukan setting parameter yang optimum
untuk proses pencampuran air baku yang spesifik tingkat kekeruhannya. Air baku yang
berasal dari sungai memerlukan parameter yang sesuai untuk mendapatkan campuran
optimum yang menjadi referensi untuk sumber air baku yang serupa.
b. Air baku dari sungai yang jumlahnya mencukupi, namun tingkat kekeruhannya masih tinggi
yang memerlukan proses pengolahan pada proses pencampuran. Dengan melihat setting
parameter yang tepat/optimum maka kualitas air bersih menjadi lebih baik dan mudah
dalam pemakaian dan penggunaan bagi konsumen.
3.2. Manfaat Penelitian
Bagi Masyarakat:
1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi hidup sehat, menjaga kelestarian dan
kondisi lingkungan.
2. Penelitian ini dapat membantu upaya mendapatkan sarana air bersih yang sehat,
terjangkau sesuai standar Kemenkes.
15
Bagi Industri Air Bersih:
1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam membuat setting parameter yang
sesuai dengan kondisi input bahan baku
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan model pencampuran antara air baku, %
ppm tawas dan stroke pompa.
Bagi peneliti:
1. Penelitian ini menjadi sarana untuk memberikan sumbangan manfaat ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam ikut memecahkan masalah yang terjadi di Industri Air Bersih.
2. Dapat menjadi acuan bagi masyarakat akademik dan industri air bersih lainnya dalam
referensi ilmiah terutama penyedian air bersih yang sehat, mudah didapat.
3. Mendapatkan referensi setting parameter proses pencampuran yang sesuai dengan
kondisi input bahan baku air.
16
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Bahan dan peralatan
a. Bahan :
Bahan penelitian yang digunakan adalah (1) Poly Aluminium Cloride (PAC) merk
PRIMAPAC diproduksi oleh PT Amaniaga Internusa sebagai pencampur/koagolan dengan
rumus kimia Al2S04 11 H2O atau 14 H2O atau 18 H2O, (2) air baku dari sungai yang masih
mengandung senyawa fisika dan kimia dengan tingkat kekeruhan tertentu yang digunakan
sebagai koagolan pembentuk flok yang mengikat butir-butir yang melayang dari kekeruhan air.
b. Peralatan :
1. Drum besar/reservoir, digunakan untuk menampung air baku.
2. Pompa mixer, digunakan untuk mengaduk air baku dengan poly aluminium chloride untuk
mendapatkan perbandingan yang sesuai untuk mendapatkan campuran yang homogen.
3. Pipa, fitting dalam instalasi untuk mengatur kecepatan dalam proses pencampuran.
4. Ember, digunakan untuk menakar berapa liter cairan PAC yang diperlukan.
5. Pompa dossing, digunakan untuk mengalirkan campuran yang homogen ke reservoir air
baku.
6. Instalasi pompa dossing, digunakan untuk melakukan mengalirkan campuran yang
homogeny ke beberapa reservoir, 10lt/det, 20lt/det, 30lt/det.
7. Turbidimetri, digunakan untuk mengukur kekeruhan air.
8. Konduktivitimetri, mengukur TDS dan daya hantar listrik.
9. Spectrofotometri, digunakan untuk melakukan pengujian warna, besi terlarut dan mangan.
17
4.2. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Martapura dan Banjarbaru meliputi saluran irigasi sumber
air baku dan instalasi pengolah air (IPA) pinus PDAM Intan Banjar yang direncanakan dalam 1
(satu) tahun sehingga harus dapat diselesaikan dalam tahun 2016 antara bulan Maret 2016 s/d
Nopember 2016.
4.3.Rancangan Penelitian
4.3.1 Tahap Desain Eksperimen Pencampuran PAC dan air
Tahap ini dilaksanakan untuk merancang suatu percobaan agar tiap percobaan yang akan
dilakukan benar-benar terdefinisikan sedemikian sehingga informasi yang berhubungan atau
yang diperlukan untuk persoalan yang diteliti dapat dikumpulkan. Dengan kata lain desain
eksperimen merupakan langkah-langkah yang diambil sebelum eksperimen dilakukan agar data
yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa pada analisa yang
obyektif.
4.3.2 Penentuan Faktor-faktor Dominan
Faktor dominan adalah variabel yang diduga mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen atau respon. Setelah dilakukan observasi, penelitian pendahuluan, maupun
brainstorming dengan para ahli bagian proses produksi air bersih, khususnya instalasi pompa
pencampuran/dossing, faktor-faktor yang diduga mempunyai pengaruh terhadap kedua respon
(air tawas dan lingkungan berupa parameter berbentuk (kekeruhan/sedimen) adalah :
a). Faktor terkontrol : merupakan faktor yang digunakan dalam meng kondisikan eksperimen.
1. Debit air bersih
2. % ppm air tawas
3. Stroke/langkah pompa dossing
Dari hasil pendalaman teoritis yang terjadi pada proses pencampuran air tawas dengan air
bersih, kualitas air baku, banyaknya ppm % air tawas diduga adanya interaksi antara air baku
dengan air tawas dan air baku dengan stroke/langkah/putaran terhadap kedua respon lihat tabel
1 dibawah tentang setting parameter.
18
Tabel 3.1 Variabel setting parameter
No Variabel Tipe data satuan 1 - Kapasitas air kuantitatif Lt/det
2 - Stroke
pompa dossing
kuantitatif %
3 - % ppm tawas kuantitatif Ppm
(b) Faktor tidak terkontrol : merupakan faktor-faktor yang menyebabkan tingkat variabilitas
produk. Faktor ini biasanya terjadi secara alami dan terjadinya sulit untuk diramalkan. Pada
eksperimen proses pencampuran ini faktor tersebut antara lain; perbedaan cuaca/temperatur,
pH, tekanan air.
4.4 Pengujian kualitas air bersih
a. Pengujian kekeruhan air, daya hantar listrik, warna, besi terlarut, Mn dan parameter
lain
Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan data kekeruhan air, warna, daya hantar
listrik, besi terlarut, TDS, Mn yang disesuaikan dengan perubahan parameter dari PAC, air baku
dan stroke pompa. Data-data selama pengujian berlangsung ditabulasikan untuk proses record.
Pengujian dilakukan sebelum dan sesudah proses pencampuran seperti (ppm PAC) mulai 5%,
10% 15% 21,9%, 37,7%, s/d 57,7% , air baku 10lt/det , 10lt/det, 20lt/det s/d 80lt/det dan stroke
pompa dossing 10, 20, 30 dst.
b. Karakteristik kualitas proses pencampuran
Karakteristik proses pencampuran yang berkaitan dengan setting parameter, senyawa
kimia dan struktur kristal dari air bersih. Karakteristik kualitas tersebut diketahui setelah proses
pencampuran selesai yang langsung diuji sesuai standar dan ramah lingkungan (green).
Sedangkan observasi perilaku mikrostruktur menggunakan microscope digital.
4.5 Analisis Data
Data pengujian kualitas air ditabulasi untuk memperoleh data karakteristik kualitas air
bersih sebelum dan sesudah proses pencampuran. Selanjutnya, data diolah dan analisis terkait
dengan data hasil ekperimen dengan menggunakan alat bantu statistik SPSS 22, Minitab 17.
dengan melalui prosedur pengujian dan analisis data yang sesuai dengan topik penelitian.
19
Program ini digunakan untuk membantu pengolahan data yang banyak, sehingga hasil yang
diharapkan menjadi lebih teliti dan baik.
Gambar 4.1 Diagram alir penelitian disertasi
Penelitian pendahuluan (data-data)
Tinjauan pustaka, journal dan lapangan
Identifikasi masalah Produksi air bersih
Minimasi waste
Implementasi dan validasi
Pembahasan dan kesimpulan
Mulai
Minimasi waste
Seven waste Waste produksi
Selesai
Pencapuran (mixing)
- Debit air - Putaran/stroke
pompa dossing - % ppm tawas
Proses Produksi - Defect - Waiting - Motion - Transportation - Inventory - Inappropriate proces - Over production
PENELITIAN DISERTASI DOKTOR
20
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Pengumpulan data
Pada penelitian ini akan kumpulkan dan diolah datanya kemudian dijelaskan parameter
air baku dan setting parameter awal proses pencampuran antara air baku, ppm tawas dan %
stroke pompa.Tujuh parameter kualitas air bersih dan tiga variabel setting telah didapatkan.
Sehingga dilakukan analisis peta kendali variabel untuk mengetahui variabilitas data yang
dibatasi oleh batas atas dan batas bawah yang menggambarkan sebaran data. Selanjutnya
dilakukan klasterisasi atau pengurutan parameter mana yang mempengaruhi kualitas air bersih.
Dengan melihat hasil output peta kendali ini digunakan untuk mengetahui parameter dominan
pada air baku yang akan dijadikan referensi untuk setting parameter.
5.2 Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan, kemudian diolah menggunakan perangkat lunak SPSS 22
untuk pengolahan peta kendali variabel seperti gambar dibawah. Dapat dilihat variasi nilai
kekeruhan masih dalam batas penerimaan yang menandakan setiap waktu nilai kekeruhan
selalu berfluktuasi.
191715131197531Sampel
__X=5.2781
0
0
+3 StDev=5.38458
-3 StDev=5.17188
+2 StDev=5.34914
-2 StDev=5.20724
+1 StDev=5.31362
-1 StDev=5.24272
0
4
42
00
2
0
6
2
642
00
0
2
2
2
2
Peta kendali Zone kekeruhan air
191715131197531
__X=5.3129
0
0
+3 StDev=5.47818
-3 StDev=5.14778
+2 StDev=5.42304
-2 StDev=5.20284
+1 StDev=5.36802
-1 StDev=5.25782 2
0
0
2222
2
4
222
2
42
6
4
4
0
2 2
0
0
2222
2
4
222
2
42
6
4
4
0
2
(a) (b)
Gambar 5.1 Parameter kekeruhan harian air baku (a) dan (b)
kekeruhan
sampel
21
Setelah data kekeruhan diketahui maka dilakukan setting parameter proses pencampuran untuk mendapatkan karakteristik kualitas air dan optimasi campuran, untuk penentuan setting awal lihat tabel dibawah:
Tabel 5.1. Level faktor
Parameter Kode Level 1 Level 2 Level 3 Tawas (% ppm) Air baku (lt/det) Stroke pompa (%) pump dossing
A B C
5 5
15
10 10 20
15 15 25
Tabel 5.2 Orthogonal array L9
Tabel 5.3 Proces pencampuran (mixing) dengan Taguchi L9
Tawas (% ppm)
Air baku (lt/det)
Stroke pompa (%)
5 5 5 10 10 10 15 15 15
5 5 5 10 10 10 15 15 15
15 15 15 20 20 20 25 25 25
RUN Control faktor dan
levels A B C
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1 1 2 2 2 3 3 3
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 2 3 2 3 1 3 1 2
22
Dengan menggunakan Taguchi Method terlihat efek rata-rata seperti gambar di bawah,
(a) (b) Response Table for Means
Water Pump
Level Alum Supply stroke 1 5.147 5.250 5.370 2 5.330 5.510 5.177 3 5.437 5.153 5.367 Delta 0.290 0.357 0.193 Rank 2 1 3
(c)
Gambar 5.2 Efect plot untuk rata-rata (a) sebelum dan (b) setelah proses pencampuran dan (c) rata-rata respon untuk ranking yang level
Pada gambar 5.2 di atas terlihat efek sesudah pencampuran karena adanya penambahan
variasi koagolan yang mempengaruhi rerata dan karakteristik kualitas. Pada setting parameter
yang bervariasi akan menggambarkan perilaku flok yang mengambang untuk beberapa variasi
% ppm akan terlihat seperti gambar 5.3 dibawah, dengan menggunakan microscope dengan
pembesaran 1000 kali untuk melihat perilaku flok proses pencampuran didapatkan karakteristik
flok setiap setting campuran. Banyak upaya yang telah didesain dalam membuat kualitas air
bersih dengan proses pencampuran koagulan untuk setting parameter terlihat perilaku flok yang
mengambang tersebut. Model penambahan kuagolan (tawas) pencampuran untuk mendapatkan
kualitas air bersih dan perilaku flok menggunakan model campuran seperti di bawah.
= (௧)ହଶହ ) ௧/୲ଷ ௗ௧/
(1)
1 51 05
0.0150
0.0125
0.0100
0.0075
0.0050
151 05 252015
A
Mea
n of
Mea
ns
B C
Main Effects Plot for MeansData Means
15105
5.5
5.4
5.3
5.2
5.115105 252015
Alum
Mea
n of
Mea
ns
Water Supply Pump stroke
Main Effects Plot for MeansData Means
23
Dengan melihat model formula untuk penambahan koagolan yang optimal dihasilkan pada
penambahan 20% ppm, dimana flok yang mengambang sangat sedikit. Untuk penambahan
koagolan di atas 20% ppm keatas harus memperhatikan kandungan dan warna air yang kelihatan
putih karena kelebihan % ppm koagoalan, posisi 27 % ppm menggambarkan karakteristik
kualitas yang sesuai dengan standar kesehatan air
Gambar 5.3 SEM image sidementasi setelah pencampuran dengan tawas (PAC) (a) 5% ppm, (b) 10%ppm, (c) 15%pp, (d) 20% ppm
5.3. Analisis Data dan pembahasan
Dalam beberapa pengambilan sampel selama setahun, bulanan dan harian bahkan setiap
jam, di tes di laboratorium air di dapatkan beberapa parameter yang berpengaruh pada kualitas
air, namun khusus untuk sumber air dari sungai yang spesifik ter intrusi air rawa, maka faktor
kekeruhan sangat berpengaruh untuk setting model yang optimum. Untuk proses pencampuran
parameter kualitas air bersih yang dipengaruhi kekeruhan (turbidity) pada saluran intake
dilakukan pengukuran terhadap angka kekeruhan, data kekeruhan yang bervariasi karena
dipengaruhi banyak faktor antara lain lingkungan daerah hulu dan curah hujan, variasi nilai
kekeruhan ini sangat penting dalam proses pencampuran yang berkaitan dengan setting
parameter, terutama menggunakan model (1) di atas. Untuk mendapatkan model tersebut
(a) (b)
(c) (d)
24
dilakukan beberapa kali setting penambahan koagolan tawas. Namun demikian proses setting
parameter pada proses pencampuran harus lebih teliti untuk mendapatkan kualitas air sesuai
standar.
25
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Karakteristik kualitas air bersih dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) dalam air
baku/water supply, jika kekeruhannnya kecil maka penambahan koagolan akan kecil
sebaliknya jika tingkat kekeruhan besar maka akan mempengaruhi proses penambahan
koagolan dalam proses pencampuran antara jumlah air baku, ppm tawas dan % stroke
pompa tersebut. Dari hasil proses pencampuran itu dapat digambarkan perilaku flok yang
melayang. Dengan menggunakan model penambahan koagolan seperti model (1) di atas
digunakan untuk rerata tingkat kekeruhan sepanjang hari, bulan dan tahun
6.2 Saran
Selalu memperhatikan kualitas sumber air baku baik sifat fisik dan kimia untuk mengetahui
karakteristik kualitas air bersih, khusus daerah penelitian yang tingkat kekeruhannya tinggi
diperlukan setting parameter yang sesuai. Untuk penelitian lanjutan perlu memperhatikan
tingkat kekeruhan masing-masing sumber air baku yang akan berpengaruh terhadap proses
pencampuran (mixing).
26
DAFTAR PUSTAKA
Braglia, M., Frosolini, M., & Montanari, R. (2003). Fuzzy TOPSIS approach for failure mode, effects and criticality analysis. Qualilty and Reliability Engineering International, 19, 425–443.
Chen, C. T. (2000). Extensions of the TOPSIS for group decision-making under fuzzy environment. Fuzzy Sets and Systems, 114, 1–9.
Cheng, C. T., Zhao, M. Y., Chau, K. W., & Wu, X. Y. (2006). Using genetic algorithmand TOPSIS for Xinanjiang model calibration with a single procedure. Journal of Hydrology, 316, 129–140.
Dai, J., Qi, J., Chi, J., Chen, S., Yang, J., Ju, L., et al. (2010). Integrated water resource security evaluation of Beijing based on GRA and TOPSIS. Frontiers of Earth Science in China, 4(3), 357–362.
Doukas, H., Karakosta, C., & Psarras, J. (2010). Computing with words to assess the sustainability of renewable energy options. Expert Systems with Applications, 37, 5491–5497
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Gauri, S. K., Chakravorty, R., & Chakraborty, S. (2011). Optimization of correlated multiple responses of ultrasonic machining (USM) process. International Journal of Advanced Manufacturing Technology, 53, 1115–1127.
Gomez-Lopez, M. D., Bayo, J., Garcia-Cascales, M. S., & Angosto, J. M. (2009). Decision support in disinfection technologies for treated wastewater reuse. Journal of Cleaner Production, 17, 1504–1511.
Karlsson, Mårten., 2001.Green Concurrent Engineering, A Model for DFE Management Programs. Doctoral Dissertation, The International for Industrial Environmental Economics Internationella Miljőinstitutet, LUND University, Swedia.
Md. Pauzi Abdullah, Lim Fang Yee, Sadia Ata,Abass Abdullah,Basar Ishak,Khairul Nidzam Zainal Abidin, 2009.The studi of interrelationship between raw water quality parameters, chlorine demand and the formation of disinfektan by products. Physics and Chemistry og the Earth, p 806-811
Montgomery, Douglas C., 1991, Design and Analysis of Experiments, John Wiley & Sons, Inc. Mulyanto, H.R. 2007. Sungai, Fungsi dan Sifat-Sifatnya. Graha Ilmu. Yogyakarta. Ketentuan Umum Permenkes Nomor 416/Menkes/PER/IX/1990 tentang Persyaratan Air
Bersih Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Nita Solehati, Joonsoo Bae, Agus P Sasmito 2011, “Optimization of operating parameters for liquid-cooled PEM fuel cell stacks using Taguchi method” Journal of Industry and Chemical Engineering” Odum, E. P. 1996. Dasar – Dasar Ekologi. Terjemahan Samingan T. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi. Yogyakarta. Srdjevic, B., Medeiros, Y. D. P., & Faria, A. S. (2004). An objective multi-criteria evaluation
of water management scenarios. Water Resources Management, 18, 35–54. Taguchi, Genichi., Chowdhury, Subir., Taguchi Shin., Robust Engineering, Mc.Graw-Hil
27
LAMPIRAN-LAMPIRAN
28
Lampiran 1. Instalasi pompa proses pencampuran
Gambar 1. (a). input bahan baku (kekeruhan), (b) pencampuran (add. coagulant) dan (c) peneliti dalam instalasi pompa pencampuran.