laporan akhir penelitian tahun...

32
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Gedung BPPT II Lantai 19, Jl. MH. Thamrin No. 8 Jakarta Pusat http://simlitabmas.ristekdikti.go.id/ PROTEKSI ISI LAPORAN AKHIR PENELITIAN Dilarang menyalin, menyimpan, memperbanyak sebagian atau seluruh isi laporan ini dalam bentuk apapun kecuali oleh peneliti dan pengelola administrasi penelitian LAPORAN AKHIR PENELITIAN TAHUN TUNGGAL ID Proposal: cfbe8632-ca71-4ff8-a21c-e25c81efc606 Laporan Akhir Penelitian: tahun ke-1 dari 1 tahun 1. IDENTITAS PENELITIAN A. JUDUL PENELITIAN Pemanfaatan Sabut Kelapa Sawit dan Kulit Pisang Sebagai Komposit Ramah Lingkungan B. BIDANG, TEMA, TOPIK, DAN RUMPUN BIDANG ILMU Bidang Fokus RIRN / Bidang Unggulan Perguruan Tinggi Tema Topik (jika ada) Rumpun Bidang Ilmu Material Maju Teknologi karakterisasi material dan dukungan industri Pengembangan material paduan Teknik Kimia C. KATEGORI, SKEMA, SBK, TARGET TKT DAN LAMA PENELITIAN Kategori (Kompetitif Nasional/ Desentralisasi/ Penugasan) Skema Penelitian Strata (Dasar/ Terapan/ Pengembangan) SBK (Dasar, Terapan, Pengembangan) Target Akhir TKT Lama Penelitian (Tahun) Penelitian Kompetitif Nasional Penelitian Dosen Pemula SBK Riset Pembinaan/Kapasitas SBK Riset Pembinaan/Kapasitas 3 1 2. IDENTITAS PENGUSUL Nama, Peran Perguruan Tinggi/ Institusi Program Studi/ Bagian Bidang Tugas ID Sinta H-Index VIVIN SETIANI Ketua Pengusul Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Teknik Keselamatan Dan Kesehatan Kerja 6169115 0 FITRI HARDIYANTI M.T Anggota Pengusul 2 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Teknik Perancangan Dan Konstruksi Kapal pengujian dan analisis sifat mekanik komposit 6036939 0 DEVINA PUSPITA SARI M.T Anggota Pengusul 1 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Teknik Pengelasan Perancangan alat cetak komposit dan karakterisasi material 6103442 0

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Gedung BPPT II Lantai 19, Jl. MH. Thamrin No. 8 Jakarta Pusat http://simlitabmas.ristekdikti.go.id/

    PROTEKSI ISI LAPORAN AKHIR PENELITIAN Dilarang menyalin, menyimpan, memperbanyak sebagian atau seluruh isi laporan ini dalam bentuk apapun

    kecuali oleh peneliti dan pengelola administrasi penelitian

    LAPORAN AKHIR PENELITIAN TAHUN TUNGGAL

    ID Proposal: cfbe8632-ca71-4ff8-a21c-e25c81efc606Laporan Akhir Penelitian: tahun ke-1 dari 1 tahun

    1. IDENTITAS PENELITIAN

    A. JUDUL PENELITIAN

    Pemanfaatan Sabut Kelapa Sawit dan Kulit Pisang Sebagai Komposit Ramah Lingkungan

    B. BIDANG, TEMA, TOPIK, DAN RUMPUN BIDANG ILMU

    Bidang Fokus RIRN / Bidang Unggulan Perguruan Tinggi

    Tema Topik (jika ada) Rumpun Bidang Ilmu

    Material Maju

    Teknologi karakterisasi material dan dukungan industri

    Pengembangan material paduan

    Teknik Kimia

    C. KATEGORI, SKEMA, SBK, TARGET TKT DAN LAMA PENELITIAN

    Kategori (Kompetitif Nasional/

    Desentralisasi/ Penugasan)

    Skema Penelitian

    Strata (Dasar/ Terapan/

    Pengembangan)

    SBK (Dasar, Terapan,

    Pengembangan)

    Target Akhir TKT

    Lama Penelitian (Tahun)

    Penelitian Kompetitif Nasional

    Penelitian Dosen Pemula

    SBK Riset Pembinaan/Kapasitas

    SBK Riset Pembinaan/Kapasitas

    3 1

    2. IDENTITAS PENGUSUL

    Nama, PeranPerguruan

    Tinggi/ Institusi

    Program Studi/ Bagian

    Bidang Tugas ID Sinta H-Index

    VIVIN SETIANI

    Ketua Pengusul

    Politeknik Perkapalan

    Negeri Surabaya

    Teknik Keselamatan

    Dan Kesehatan Kerja

    6169115 0

    FITRI HARDIYANTI M.T

    Anggota Pengusul

    2

    Politeknik Perkapalan

    Negeri Surabaya

    Teknik Perancangan

    Dan Konstruksi Kapal

    pengujian dan analisis sifat mekanik komposit

    6036939 0

    DEVINA PUSPITA SARI

    M.T

    Anggota Pengusul 1

    Politeknik Perkapalan

    Negeri Surabaya

    Teknik Pengelasan

    Perancangan alat cetak komposit dan karakterisasi material

    6103442 0

  • 3. MITRA KERJASAMA PENELITIAN (JIKA ADA)

    Pelaksanaan penelitian dapat melibatkan mitra kerjasama, yaitu mitra kerjasama dalam melaksanakan penelitian, mitra sebagai calon pengguna hasil penelitian, atau mitra investor

    Mitra Nama Mitra

    4. LUARAN DAN TARGET CAPAIAN

    Luaran Wajib

    Tahun Luaran

    Jenis Luaran

    Status target capaian (accepted, published, terdaftar

    atau granted, atau status lainnya)

    Keterangan (url dan nama jurnal, penerbit, url paten,

    keterangan sejenis lainnya)

    1 Publikasi Ilmiah Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi

    accepted/published Jurnal Research and Technology

    Luaran Tambahan

    Tahun Luaran

    Jenis LuaranStatus target capaian (accepted, published, terdaftar atau granted,

    atau status lainnya)

    Keterangan (url dan nama jurnal, penerbit, url paten, keterangan

    sejenis lainnya)

    1 Prosiding dalam pertemuan ilmiah Nasional

    sudah terbit/sudah dilaksanakan Seminar MASTER 2019

    5. ANGGARAN

    Rencana anggaran biaya penelitian mengacu pada PMK yang berlaku dengan besaran minimum dan maksimum sebagaimana diatur pada buku Panduan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Edisi 12.

    Total RAB 1 Tahun Rp. 19,000,000

    Tahun 1 Total Rp. 19,000,000

    Jenis Pembelanjaan Item Satuan Vol.Biaya

    SatuanTotal

    Analisis Data HR Pengolah DataP (penelitian)

    1 1,000,000 1,000,000

    Analisis Data Biaya analisis sampel Unit 4 2,000,000 8,000,000

    Bahan ATK Paket 2 250,000 500,000

    BahanBahan Penelitian (Habis Pakai)

    Unit 10 510,000 5,100,000

    Pelaporan, Luaran Wajib, dan Luaran Tambahan

    Biaya seminar nasional Paket 1 500,000 500,000

    Pelaporan, Luaran Wajib, dan Luaran Tambahan

    Biaya Publikasi artikel di Jurnal Nasional

    Paket 1 750,000 750,000

    Pengumpulan Data Transport OK (kali) 1 500,000 500,000

    Pengumpulan DataHR Pembantu Lapangan

    OH 20 25,000 500,000

    Pengumpulan Data Biaya konsumsi OH 25 20,000 500,000

    Sewa Peralatan Peralatan penelitian Unit 1 650,000 650,000

    Sewa Peralatan Transport penelitian OK (kali) 2 500,000 1,000,000

    6. HASIL PENELITIAN

  • A. RINGKASAN: Tuliskan secara ringkas latar belakang penelitian, tujuan dan tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian.

    Perkembangan komposit dengan matriks polimer (PMC) telah berkembang cukup pesat terutama dalam menggantikan penggunaan material logam dibidang industri. Penggunaan serat alam sebagai penguat dalam produk material komposit polimer telah meningkat dalam dua dekade terakhir. Penggunaan limbah serat kelapa sawit dan kulit pisang menjadi alternatif yang menarik dalam pembuatan material komposit karena jumlahnya yang cukup melimpah, murah, serta memiliki kandungan hemiselulosa yang tinggi sehingga dapat memperkuat struktur matriks dari polimer epoksi. Namun, penggunaan serat alam masih terbatas karena serat alam memiliki daya adhesi yang lemah terhadap matriks polimer sehingga menurunkan sifat mekanik komposit. Proses alkali treatment dilakukan dengan Proses alkali treatment dilakukan dengan perendaman fiber pada kondisi tanpa NaOH dan larutan NaOH 5% selama 24 jam. Fiber atau serat yang dihasilkan selanjutnya dicampur dengan resin epoksi di dalam cetakan dan menghasilkan 4 sampel (A, B, C, D) dengan variasi fiber kelapa sawit dan fiber pelepah pisang. Hasil pengujian SEM menunjukkan proses alkali treatment berpengaruh hilangnya komponen lignin dan hemiselulosa pada fiber sabut kelapa sawit dan pelepah pisang. Hasil dari pengujian FTIR menunjukkan proses treatment alkali menyebabkan lignin menjadi hilang sehingga peak pada area tersebut menjadi lebih rendah. Selanjutnya pada hasil uji tarik menunjukkan bahwa treatmen alkali menyebabkan adanya peningkatan nilai kekuatan tarik pada sampel dengan perbandingan massa resin: fiber kelapa sawit: fiber pisang sebesar 90: 2%: 8% (sampel A) dan 90: 4%: 6% (sampel B). Sedangkan Kekuatan maksimum dari komposit diperoleh pada komposit dengan kandungan fiber pisang yang tertinggi yaitu sebesar 8%.

    B. KATA KUNCI: Tuliskan maksimal 5 kata kunci.

    komposit fiber; Perlakuan Alkali; Serat Kelapa Sawit; fiber Pelepah Pisang

    Pengisian poin C sampai dengan poin H mengikuti template berikut dan tidak dibatasi jumlah kata atau halaman namun disarankan seringkas mungkin. Dilarang menghapus/memodifikasi template ataupun menghapus penjelasan di setiap poin.

    C. HASIL PELAKSANAAN PENELITIAN: Tuliskan secara ringkas hasil pelaksanaan penelitian yang telah dicapai sesuai tahun pelaksanaan penelitian. Penyajian dapat berupa data, hasil analisis, dan capaian luaran (wajib dan atau tambahan). Seluruh hasil atau capaian yang dilaporkan harus berkaitan dengan tahapan pelaksanaan penelitian sebagaimana direncanakan pada proposal. Penyajian data dapat berupa gambar, tabel, grafik, dan sejenisnya, serta analisis didukung dengan sumber pustaka primer yang relevan dan terkini.

  • Pengisian poin C sampai dengan poin H mengikuti template berikut dan tidak dibatasi jumlah kata atau halaman namun disarankan seringkas mungkin. Dilarang menghapus/memodifikasi template ataupun menghapus penjelasan di setiap poin.

    Gambar 5.1 dan Gambar 5.2 menunjukkan morfologi dari permukaan fiber sebelum dan setelah

    proses treatment dengan larutan NaOH. Hasil SEM secara umum menunjukkan bahwa morfologi

    sabut kelapa sawit berbentuk silinder yang memiliki pori-pori pada bagian permukaannya. Fiber

    tanpa proses treatment dengan larutan NaOH memiliki permukaan yang lebih kasar dibandingkan

    dengan fiber yang ditreatment dengan larutan NaOH. Selain itu, sabut kelapa sawit tanpa treatment

    alkali memilki lapisan permukaan yang mengandung lignin serta pengotor lain seperti lilin dan

    minyak [12] (Oushabi dkk., 2015). Proses removal lapisan tersebut mengarah pada meningkatnnya

    kestabilan ikatan antara matriks polimer dengan fiber.

    Gambar 5.1. SEM sabut kelapa sawit (a) tanpa treatment (b) treatment NaOH 5% (c) treatment

    NaOH 10%

    Gambar 5.2. SEM fiber pelepah pisang (a) tanpa treatment (b) treatment NaOH 5% (c) treatment

    NaOH 10%

    Modifikasi permukaan secara kimia memiliki peranan yang penting dalam membersihkan

    permukaan dari kotoran dan serat yang tumbuh secara tidak sempurna. Beberapa penelitian

    C. HASIL PELAKSANAAN PENELITIAN: Tuliskan secara ringkas hasil pelaksanaan penelitian yang telah dicapai sesuai tahun pelaksanaan penelitian. Penyajian dapat berupa data, hasil analisis, dan capaian luaran (wajib dan atau tambahan). Seluruh hasil atau capaian yang dilaporkan harus berkaitan dengan tahapan pelaksanaan penelitian sebagaimana direncanakan pada proposal. Penyajian data dapat berupa gambar, tabel, grafik, dan sejenisnya, serta analisis didukung dengan sumber pustaka primer yang relevan dan terkini.

  • sebelumnya telah melaporkan bahwa treatment fiber secara kimia dapat memperbaiki tingkat

    kekasaran permukaan serta menurunkan polaritas permukaan [13] (Bassadok dkk., 2008) Bahkan,

    penghilangan sebagian lapisan lignin menyebabkan pemutusan ikatan pada fibril yang mengarah

    pada penonjolan atau pemaparan beberapa diantaranya. Penonjolan tersebut akan menghasilkan

    ikatan mekanis serat sehingga dapat meningkatkan interaksi serat dengan matriks [14] (Herrera-

    Estarada dkk., 2008).

    Proses treatment alkali menyebabkan hilangnya sebagian lapisan lignin, hemiselulosa, dan

    komponen lain yang larut di dalam alkali dari permukaan fiber meningkat. Hal tersebut

    menyebabkan peningkatan sejumlah gugus hidroksil pada permukaan fiber untuk pembentukan

    ikatan kimia yang selanjutnya dapat meningkatkan ikatan antarmuka dan adhesi. Hasil SEM

    menunjukkan bahwa konsentrasi NaOH berpengaruh terhadap tingkat kekasaran permukaan fiber

    kelapa sawit yang dihasilkan. Peningkatan konsentrasi NaOH menyebabkan tingkat kekasaran

    permukaan semakin rendah. Alawar dkk (2009) [15] melaporkan bahwa semakin tinggi konsentrasi

    NaOH yang digunakan pada proses treatment fiber maka jumlah lignin, hemisulosa, serta pengotor

    lainnya yang dilarutkan akan semakin tinggi. Wong dkk (2010) [16] melaporkan bahwa alkalisasi

    memodifikasi topografi permukaan dan membuat permukaan serat terlihat lebih halus daripada

    permukaan yang tanpa proses treatment NaOH. Bahkan, diameter serat yang ditreatment

    mengalami penurunan karena hilangnya komponen lignin pada permukaan fiber.

    Fiber kelapa sawit yang ditreatment menggunakan larutan NaOH 5% masih terlihat kasar sedangkan

    pada fiber yang ditreatment dengan larutan NaOH 10% memiliki permukaan yang bersih dan relatif

    halus. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada konsentrasi NaOH 10% sebagian besar komponen

    pengotor seperti lignin, hemiselulosa, dan lapisan lilin (wax) telah pada permukaan sabut kelapa

    sawit telah dihilangkan secara sempurna tanpa merusak permukaan fiber. Namun, pada fiber

    pelepah pisang peningkatan konsentrasi NaOH menyebabkan proses fibrilasi akibat hilangnya

    sebagian binder lignin dan hemiselulosa sehingga mengarah pembentukan permukaan yang lebih

    kasar [17] (Mittal dan Chaudhary, 2018).

    Gambar 5.3 dan 5.4 menunjukkan hasil FTIR dari sabut kelapa sawit dan pelepah pisang. Secara

    umum bentuk spektra dari kedua jenis fiber hamper mirip. Kedua jenis fiber tersebut terdeteksi peak

    pada area panjang gelombang ~3340 cm-1 yang diidentifikasi sebagai gugus O−H. Besarnya lebar dan

    intensitas pita serapan dari fiber sabut kelapa sawit dan pelepah pisang dipengaruhi oleh

    konsentrasi larutan NaOH yang digunakan pada proses modifikasi permukaan. Peningkatan

    konsentrasi NaOH cenderung menyebabkan lebar dan intensitas pita serapan O−H menjadi lebih

    sempit dan lebih tajam. Hal tersebut dapat disebabkan semakin tinggi konsentrasi NaOH maka

    jumlah komponen lignin dan wax yang dihilangkan pada permukaan fiber semakin besar.

    Gambar 5.3 dan 5.4 menunjukkan FTIR fiber tanpa proses treatment dengan NaOH terdeteksi peak

    pada area ~2911 cm-1 dan ~2894 cm-1. Kedua peak tersebut diidentifikasi sebagai pita serapan dari

    gugus C−H alifatik yang pada umumnya terdeteksi pada semua jenis serat alami. Besarnya peak

    tersebut semakin rendah akibat peningkatan konsentrasi NaOH yang mengindikasikan bahwa terjadi

    proses removal lapisan hemiselosa yang tinggi ketika konsentrasi NaOH pada proses treatment fiber

    ditingkatkan (Abdal-hay dkk., 2012) [18]. Peak yang terdeteksi pada area ~1750 cm-1 menunjukkan

    gugus karbonil C=O dari kedua jenis fiber tanpa proses treatment NaOH. Proses modifikasi

    permukaan fiber menggunakan larutan NaOH menyebabkan hilangnya sebagian besar gugus C=O

    pada komponen fiber. Hilangnya gugus tersebut disebabkan hidrolisis hemiselulosa di dalam media

  • alkali yang ditandai dengan pemutusan ikatan C−O−C diantara dua monomer. Hal tersebut

    mengindikasikan bahwa hemiselulosa mudah dihilangkan dengan alkali dibandingkan dengan lignin.

    Pada área 1250 cm-1 terdeteksi peak yang menunjukkan gugus −O−CH3 dari komponen lignin.

    Puncak tersebut terdeteksi cukup jelas pada fiber tanpa treatment. Proses treatment alkali

    menyebabkan lignin menjadi hilang sehingga peak pada area tersebut menjadi lebih rendah.

    4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500

    2911

    3350

    1250

    2911

    1745

    1250

    1250

    3350

    3350

    3350

    5% NaOH

    NonTreatment

    Tra

    nsm

    itta

    nce

    (%

    )

    Wave Number [cm-1

    ]

    10% NaOH

    Gambar 5.3. Spektra FTIR sabut kelapa sawit sebelum dan setelah alkalisasi

    4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500

    2894

    2894

    2894

    1250

    1250

    12501

    745

    3350

    3350

    3350

    NonTreatment

    5% NaOH

    10% NaOH

    Tra

    nsm

    itta

    nce

    (%

    )

    Wave Number [cm-1

    ]

    Gambar 5.4. Spektra FTIR sabut pelepah pisang sebelum dan setelah alkalisasi

    Gambar 5.5 dan 5.6 menunjukkan hasil XRD sabut kelapa sawit dan pelepah pisang sebelum

    dan setelah treatment menggunakan larutan NaOH. Hasil XRD dari kedua jenis fiber tersebut

    menunjukkan bahwa puncak difraksi yakni pada sudut 15,2o dan 22,5o. Persentase kristalinitas (CR)

    dan indeks kristalinitas (CI) hasil XRD kedua jenis fiber disajikan pada Tabel 1. Hasil SEM dan FTIR

    menunjukkan bahwa modifikasi permukaan fiber menyebabkan hilangnya komponen hemiselulosa

    yang bersifat amorf sehingga menyebabkan tingkat kristalinitas (CR) dan Cristalalinity index (CI) dari

    kedua jenis fiber yang ditreatment menggunakan NaOH lebih tinggi dibandingkan dengan

    kristalinitas fiber tanpa proses treatment.

  • Tabel 5.1: Persentase kristalinitas dan indeks kristalinitas Fiber sebelum dan Setelah Alkalisasi

    Jenis Fiber CR (%) CI

    kelapa sawit (KS) 55,28 0,19

    KS + NaOH 5% 58,97 0,30

    KS + NaOH 10% 56,54 0,23

    Pelepah pisang (PP) 58,08 0,28

    PP + NaOH 5% 61,75 0,38

    PP + NaOH 10% 59,35 0,32

    15 20 25 30 35 40 45 50

    2

    Inte

    nsi

    ty (

    a.u

    )

    Treatment NaOH 5%

    Treatment NaOH 10%

    Non-Treatment

    Gambar 5.5. XRD sabut kelapa sawit sebelum dan setelah alkalisasi

    10 15 20 25 30 35 40 45 50

    Non Treatment

    Inte

    nsi

    ty (

    a.u

    )

    2

    Treatment NaOH 10%

    Treatment NaOH 5%

    Gambar 5.6. XRD fiber pelepah pisang sebelum dan setelah alkalisasi

  • Persentase dan indeks kristalinitas kedua jenis fiber yang ditreatment mencapai maksimum pada

    konsentrasi NaOH 5%. Wang dkk. (2019 ) [19] dalam penelitiannya melaporkan bahwa hemiselulosa,

    lignin, selulosa tersusun secara acak di dalam daerah yang amorf serta lapisan lilin dan pengotor

    mudah dihilangkan pada konsentrasi alkali yang rendah. Pada konsentrasi konsentrasi alkali yang

    tinggi menyebabkan bagian lignin dan hemiselulosa di daerah kristal mulai terdegradasi, membentuk

    celah, dan kemudian menyebabkan bundel fïber tersebar sehingga mengarah pada penurunan

    kristalinitas fiber.

    Kekuatan maksimum dari komposit diperoleh pada komposit dengan kandungan fiber pisang yang tertinggi yaitu sebesar 8%. Proses perlakuan alkali secara langsung menyebabkan removal lapisan lignin dan hemiselulosa pada komposit sehingga menyebabkan interfacial bending dari polimer dan permukaan fiber meningkat. Hal tersebut menyebabkan peningkatan kekuatan tarik pada komposit.

    D. STATUS LUARAN: Tuliskan jenis, identitas dan status ketercapaian setiap luaran wajib dan luaran tambahan (jika ada) yang dijanjikan pada tahun pelaksanaan penelitian. Jenis luaran dapat berupa publikasi, perolehan kekayaan intelektual, hasil pengujian atau luaran lainnya yang telah dijanjikan pada proposal. Uraian status luaran harus didukung dengan bukti kemajuan ketercapaian luaran sesuai dengan luaran yang dijanjikan. Lengkapi isian jenis luaran yang dijanjikan serta mengunggah bukti dokumen ketercapaian luaran wajib dan luaran tambahan melalui Simlitabmas mengikuti format sebagaimana terlihat pada bagian isian luaran

    1. Jenis : artikel ilmiah

    Nama Jurnal: Jurnal Research dan Technology (Terakreditasi Dikti Sinta 4)

    Status Submission : Accepted wiil publish in december 2019

  • 2. jenis : conference nasional

    Nama seminar prosiding : Seminar Nasional Maritim Sains dan Teknologi Terapan

    Status Submission : Accepted

  • E. PERAN MITRA: Tuliskan realisasi kerjasama dan kontribusi Mitra baik in-kind maupun in-cash (jika ada). Bukti pendukung realisasi kerjasama dan realisasi kontribusi mitra dilaporkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Bukti dokumen realisasi kerjasama dengan Mitra diunggah melalui Simlitabmas mengikuti format sebagaimana terlihat pada bagian isian mitra

    ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

  • ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

    F. KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN: Tuliskan kesulitan atau hambatan yang dihadapi selama melakukan penelitian dan mencapai luaran yang dijanjikan, termasuk penjelasan jika pelaksanaan penelitian dan luaran penelitian tidak sesuai dengan yang direncanakan atau dijanjikan.

    1. Ketersediaan bahan

    2. Pembuatan benda uji / spesimen

  • G. RENCANA TINDAK LANJUT PENELITIAN: Tuliskan dan uraikan rencana tindaklanjut penelitian selanjutnya dengan melihat hasil penelitian yang telah diperoleh. Jika ada target yang belum diselesaikan pada akhir tahun pelaksanaan penelitian, pada bagian ini dapat dituliskan rencana penyelesaian target yang belum tercapai tersebut.

    ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

    H. DAFTAR PUSTAKA: Penyusunan Daftar Pustaka berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan. Hanya pustaka yang disitasi pada laporan akhir yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

    Kumar, S., Deka, K., Suresh, P., 2016. Mechanical Properties of Coconut Fiber Reinforced Epoxy Polymer Composites, International Research Journal of Engineering and Technology, 3, pp. 1334-1336. Ramachandran, M., Bansal, S., Raichurkar, P. 2016. Experimental Study of Bamboo Using Banana and Linen Fibre Reinforced Polymeric Composites, Perspectives in Science, 8, 313-316. Ho., M., Wang, H., Lee., J.-H., Ho, C., Lau, K., Leng, J., Hui, D., 2012. Critical Factors on Manufacturing Processes of Natural Fibre Composites. Composite Part B Engineering, 43, pp. 3549–3562. Novianti, P., Setyowati, W.A.E., 2016. Pemanfaatan Lumbah Kulit Pisang Kulit Kepok Sebagai Bahan Baku Pembuatan Kertas Alami Dengan Metode Pemisahan Alkalisasi. Proseding Seminar Nasional Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret, Surakarta: 22 Oktober 2016, pp. 459-466 Khanam, P.N , Abdul Khalil, H.P.S., Reddy, G.R, Naidu, S.V., 2011, Tensile, Flexural and Chemical Resistance Properties of Sisal Fibre Reinforced Polymer Composites: Effect of Fibre Surface Treatment, J Poly. Environment, 19, pp. 115-119. Iovino, R., Zullo, R., Rao, M.A., Cassar, L., Gianfreda, L., 2008, Biodegradation of Poly(Lactic acid)/Starch/Coir Bio-Composites Under Controlled Composting Conditions, Polymer Degradation and Stability, 93, pp. 147-157. Harish, S., Michael, D.P., Bensely, A., Lal, D.M., Rajadurai, A. 2009, Mechanical property Evaluation of Natural Fiber Coir Composite, Materials Characterization, 60, pp. 44–49 Asfarizal, 2016, Karakteristik Komposit Berbasis Serat Kelapa dan Komposit Berbasis Serat Aren. Jurnal Teknik Mesin, Volume 6 Nomer 1. Institut Teknologi Padang, Padang. Astika, I.M., Lokantara I. P., dan Karohika I.M.G., 2013, Sifat Mekanis Komposit Polyester dengan Penguat Serat sabut Kelapa. Universitas Udayana,Badung Bali. Haryanti, A., 2014. Studi Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit. Jurnal Konversi, 3, 2, Universitas Mulawarman, Samarinda. Lokantara, P., 2012, Analisis Kekuatan Impact Komposit Polyester-Serat Tapis Kelapa Dengan Variasi Panjang Dan Fraksi Volume Serat Yang Diberi Perlakuan NaOH, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali, Indonesia. Oushabi, A., Sair, S., Hassani, F.O., Abboud, Y., Tanane, O., dan El Bouari, A. 2017, The effect of alkali treatment on mechanical, morphological and thermal properties of date palm fibers (DPFs): study of the interface of DPFpolyurethane composite. South African journal of chemical engineering, 23: 116–123. Bessadok, A., Marais, S., Roudesli, S., Lixon, C., dan Metayer, M. 2008, Influence of chemical modifications on water sorption and mechanical properties of agave fibers. Composites part A, 39: 29– 45 Herrera-Estrada, L., Pillay, S., dan Vaidya, U., 2008, Banana fibre composites for automotive and transportation applications. 8th Annual Automotive Composites Conference and Exhibition (ACCE), Michigan-USA.

  • Alawar, A., Hamed, A.M., dan Al-Kaabi, K., (2009). Characterization of treated date palm tree fiber as composite reinforcement. Composites part B: engineering, 40(7): 601–606. Wong, K.J., Yousif, B.F., dan Low, K.O. (2010). Effects of alkali treatment on the interfacial adhesion of bamboo fibres. Journal of materials: design and applications, 224(3): 139–148. Mittal, M., dan Chaudhary, R. (2018). Effect of alkali treatment on the water absorption of pineapple leaf fiber. International journal of technical innovation in modern engineering & science, 4(12): 300–305. Abdal-hay, A., Suardana, N.P.G., Jung, D.Y., Choi1, K.S., dan Lim, J.K. (2012). Effect of diameters and alkali treatment on the tensile properties of date palm fiber reinforced epoxy composites. International journal of precision engineering and manufacturing, 13(7): 1199–1206 Wang, X., Chang, L., Shi, X., dan Wang, L., 2019, Effect of hot-alkali treatment on the structure composition of jute fabrics and mechanical properties of laminated composites. Materials, 12(9): 1386–1398. Wong, K.J., Yousif, B.F., dan Low, K.O.

  • Dokumen pendukung luaran Wajib #1

    Luaran dijanjikan: Publikasi Ilmiah Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi

    Target: accepted/published

    Dicapai: Accepted

    Dokumen wajib diunggah:

    1. Naskah artikel

    2. Surat keterangan accepted dari editor

    Dokumen sudah diunggah:

    1. Naskah artikel

    2. Surat keterangan accepted dari editor

    Dokumen belum diunggah:

    -

    Nama jurnal: Journal of Research and Technology

    Peran penulis: co-author | EISSN: E-ISSN: 2477-6165

    Nama Lembaga Pengindek: Sinta atau DOAJ

    URL jurnal: http://journal.unusida.ac.id

    Judul artikel: PENGARUH TREATMENT ALKALI TERHADAP KARAKTERISTIK FIBER

    SABUT KELAPA SAWIT DAN PELEPAH PISANG SEBAGAI BAHAN KOMPOSIT

    POLIMER

  • Journal of Research and Technology, Vol. 5 No. 1 Juni 2019

    P-ISSN: 2460 – 5972

    E-ISSN: 2477 – 6165

    yy

    PENGARUH TREATMENT ALKALI TERHADAP KARAKTERISTIK

    FIBER SABUT KELAPA SAWIT DAN PELEPAH PISANG SEBAGAI

    BAHAN KOMPOSIT POLIMER

    Adhi Setiawan 1*, Vivin Setiani 1, Fitri Hardiyanti 2, Devina Puspitasari 3

    Program Studi Teknik Pengolahan Limbah, Jurusan Teknik Permesinan Kapal1*

    Program Studi Teknik Perancangan dan Konstruksi Kapal, Jurusan Teknik Bangunan Kapal 2

    Program Studi Teknik Pengelasan, Jurusan Teknik Bangunan Kapal 3

    Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS)

    Jl. Teknik Kimia Kampus ITS Sukolilo 60111-Indonesia

    Telp./Fax. (031) 5947186 / (031)5942887

    *E-mail: [email protected]

    Abstract

    The use of synthetic fibers in the fabrication of polymer composite materials has a negative

    impact on the environment. Natural fibers such as palm oil waste and banana pseudostem can be

    an alternative material for synthetic fibers because they are more economical, high specific

    strength, and environmentally friendly. The alkali treatment needs to be carried out on fibers for

    removal of lignin, hemicellulose, and impurity so that they can improve interfacial bonding

    between the fiber and the polymer matrix. The alkali treatment was carried out through fiber

    immersion in conditions without NaOH, 5% wt NaOH solution, and 10% wt for 24 hours. Fiber

    before and after alkalization were analyzed using Scanning Electron Microscope (SEM), X-Ray

    Difraction (XRD), Fourier Transform Infrared (FTIR), and Thermogravimetric Analysis (TGA)

    methods. The results showed that alkali treatment was effective in removing the components of

    lignin, hemicellulose, and impurities in fiber. The result of the SEM was showed that the

    treated fiber surface has a cleaner surface than treatment without fiber. The alkali treatment

    process can improve the crystallinity and crystallinity index of the fiber due to amorphous

    component removal of lignin and hemicellulose. The TGA showed that palm oil fiber with an

    alkali treatment process has better thermal resistance compared to fiber without treatment.

    .

    Keywords: Alkali Treatment, Palm Oil fiber, Banana Psedostem Fiber, Composites.

    Abstrak

    Penggunaan serat sintetis pada fabrikasi material komposit polimer membawa dampak negatif

    bagi lingkungan. Serat alami seperti halnya limbah sabut kelapa sawit serta pelepah pisang

    dapat menjadi material alternative pengganti serat sintetis karena lebih ekonomis, kekuatan

    spesifik yang tinggi, dan serta ramah lingkungan. Proses alkali treatment perlu dilakukan pada

    fiber untuk menghilangkan kandungan lignin, hemiselulosa, dan pengotor sehingga dapat

    memperbaiki interfacial bonding antara fiber dengan matriks polimer. Proses alkali treatment

    dilakukan melalui perendaman fiber dilakukan pada kondisi tanpa NaOH, larutan NaOH 5%

    wt, dan 10% wt selama 24 jam. Fiber sebelum dan setelah alkalisasi dianalisis menggunakan

    metode Scanning Electron Microscope (SEM), X-Ray Difraction (XRD), Fourier Transform

    Infrared (FTIR), dan Thermogravimetric Analysis (TGA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    treatment alkali efektif dalam meremoval komponen lignin, hemiselulosa, serta pengotor di

    dalam fiber. Hasil SEM menunjukkan bahwa permukaan fiber yang ditreatment memiliki

    permukaan yang lebih bersih dibandingkan fiber tanpa treatment. Proses alkali treatment dapat

    meningkatkan kristalinitas dan indeks kristalinitas fiber karena dapat meremoval komponen

    amorf berupa lignin dan hemiselulosa. Hasil TGA menunjukkan bahwa sabut kelapa sawit yang

    mailto:[email protected]

  • Journal of Research and Technology, Vol. 5 No. 1 Juni 2019

    P-ISSN: 2460 – 5972

    E-ISSN: 2477 – 6165

    yy

    dengan proses alkali treatment memilki ketahanan termal yang lebih baik dibandingkan dengan

    fiber tanpa treatment.

    Kata Kunci: Treatment Alkali, Fiber Kelapa Sawit, Fiber Pelepah Pisang, Komposit.

    1. PENDAHULUAN

    Kombinasi serat alami di dalam matriks

    polimer telah menjadi topik penelitian yang

    menarik bagi peneliti selama beberapa dekade

    terakhir. Penggunaan serat selulosa dapat

    menjadi alternatif pengganti serat sintetis

    misalnya serat kaca sebagai penguat material

    komposit dengan matriks polimer (Sood dkk.,

    2018). Serat alami bersifat lebih ramah

    lingkungan serta bersifat spesifik sehingga

    menarik minat bagi peneliti terhadap

    penggunaan pengembagan komposit berbasis

    serat alami. Selain itu, beberapa alasan yang

    penggunaan serat alami sebagai bahan komposit

    antara lain biaya produksi dan konsumsi energi

    yang rendah, jumlah serat melimpah,

    biodegradable, kepadatan rendah, serta

    kekuatan spesifik yang tinggi (Suppakarn dan

    Jarukumjorn, 2009). Beberapa jenis serat alam

    antara lain serat bambu, kayu, sisal, rami, dan

    okra dapat digunakan sebagai penguat pada

    komposit dengan matriks polimer (Scalici dkk.,

    2016). Penggunaan serat alam seringkali

    digunakan di bidang industri otomotif sebagai

    bahan pengganti serat karbon dan gelas yang

    dapat memperkuat struktur komposit polimer

    (Yan dkk., 2014).

    Sifat fisik dan mekanik dari komposit

    polimer yang diperkuat serat alam tergantung

    dari jenis matriks polimer, kandungan, sifat

    filler, serta interaksi antara filler dengan

    matriks. Pada umumnya material serat alam

    bersifat hidrofilik sedangkan matriks bersifat

    hidrofobik sehingga menyebabkan

    incompability yang mengarah pada daya adhesi

    yang lemah antara filler dan matriks sehingga

    menyebabkan penurunan sifat mekanik

    komposit (Siddika dkk., 2014). Serat alam

    dalam penggunaannya sebagai komposit

    seringkali bersifat tidak stabil terhadap

    kenaikan suhu. Kemampuan serat alam dalam

    menyerap air menyebabkan keterbatasan

    penggunaan serat alam di dalam aplikasi

    lingkungan yang lembap. Hal tersebut

    menyebabkan munculnya ketidakstabilan pada

    dimensi komposit fiber. Kandungan gugus

    hidroksi yang relatif tinggi di dalam struktur

    molekul serat alam menyebabkan sifat afinitas

    yang tinggi terhadap kelembapan sehingga

    mengarah pada pembentukan sifat hidrofilik

    (Faruk dkk., 2012)

    Pada umumnya semua serat alam bersifat

    hidrofilik dengan kandungan air mencapai

    8−13% karena mengandung selulosa di dalam

    struktur selnya. Selain itu, serat alam memiliki

    kandungan zat alami lain yang dinamakan

    dengan lignin. Kandungan lignin di dalam serat

    tanaman dapat mempengaruhi struktur, sifat,

    dan morfologi. Karakteristik lain dari serat

    tumbuhan yaitu berupa derajat polimerisasi.

    Beberapa jenis serat kulit batang seperti rami

    dan kenaf memiliki derajat polimerisasi

    tertinggi yakni sebesar 1000 (Narayanan dan

    Elayaperumal, 2010).

    Beberapa metode modifikasi permukaan

    serat alam diantaranya metode fisika, kimia,

    dan biologi telah dilakukan dengan tujuan

    untuk mengurangi sifat penyerapan air serta

    meningkatkan adhesi serat terhadap matriks

    polimer (Cruz dan Fanguerio, 2016). Metode

    treatment secara fisika menggunakan plasma

    telah berhasil digunakan untuk memodifikasi

    permukaan berbagai serat alam. Bahkan hasil

    penelitian menunjukkan bahwa metode plasma

    dapat meningkatkan kekuatan mekanik serat

    alam secara signifikan (Oliveira dkk., 2012).

    Namun, penggunaan metode plasma memiliki

    kelemahan yaitu biaya proses yang mahal serta

    membutuhkan energi yang tinggi. Proses

    modifikasi permukaan fiber dapat dilakukan

    secara biologi menggunakan fermentasi bakteri

    selulosa untuk menguraikan deposit selulosa

    nanofibril pada permukaan serat alam. Deposisi

    5−6% bakteri selulosa pada permukaan fiber

    alam menghasilkan peningkatan ikatan

    antarmuka dengan matriks polimer. Namun,

    pada proses biologi memerlukan waktu yang

    relatif lama serta pertumbuhan mikroba

    dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (Pommet

    dkk., 2008).

    Penggunaan bahan kimia seperti alkali,

    peroxide, dan permanganat memiliki kelebihan

    yaitu harganya relatif murah, meningkatkan

    sifat mekanik serat alam secara signifikan

    dengan memodifikasi struktur kristal serat,

    meningkatkan kekasaran permukaan, serta

  • Journal of Research and Technology, Vol. 5 No. 1 Juni 2019

    P-ISSN: 2460 – 5972

    E-ISSN: 2477 – 6165

    yy

    dapat menghilangkan komponen lemah seperti

    hemiselulosa dan lignin di dalam serat. Hal

    memungkinkan terbentuknya ikatan yang lebih

    kuat antara komponen serat dengan matriks

    polimer (Sood dkk., 2018). Oleh karena itu,

    untuk memperoleh kekuatan fleksural yang

    tinggi diperlukan ikatan antarmuka antara

    bagian serat dengan bagian matriks. Berbagai

    perlakuan kimia yang telah digunakan beberapa

    dekade terakhir dan pengaruhnya terhadap sifat

    komposit telah dipelajari dapat meningkatkan

    komposit polimer yang diperkuat dengan

    matriks serat alam. Caldas dkk., (2016)

    mempelajari pengaruh perlakuan kimia

    menggunakan natrium karbonat 10% wt

    terhadap sifat mekanik dari serat batang semu

    pisang. Hasil penelitiannya menunjukkan

    bahwa penggunaan natrium karbonat dapat

    meremoval lapisan lignin, hemiselulosa, serta

    meningkatkan kekuatan tarik komposit. Wang

    dkk. (2019) mempelajari pengaruh perlakuan

    larutan NaOH panas terhadap struktur dan

    komposisi dari serat jute. Treatment alkali

    menyebabkan peningkatan indeks kristalinitas

    dan ukuran kristal dari serat jute. Bahkan,

    Perlakuan alkali menyebabkan peningkatan

    kekuatan tarik komposit. Jordan dan Chester

    (2017) pada penelitiannya menggunakan

    senyawa peroksida dan permanganat dalam

    treatment serat pisang sebagai bahan pengisi

    komposit LDPE. Penelitian ini mempelajari

    tentang pengaruh treatment larutan NaOH

    terhadap karakteristik fiber sabut kelapa sawit

    serta sabut pelepah pisang sebagai bahan baku

    penguat komposit polimer. Hasil fiber tanpa

    sebelum dan setelah treatment alkali

    selanjutnya dianalisis menggunakan Scanning

    Electron Microscope (SEM) untuk

    menganalisis morfologi permukaan sedangkan

    strukur kimia fiber dianalisis menggunakan

    Fourier Transform Infra Red (FTIR).

    2. METODE PENELITIAN

    2.1 Preparasi Fiber

    Fiber yang digunakan pada penelitian

    yakni sabut kelapa sawit yang dihasilkan dari

    limbah industri minyak goreng dan pelepah

    pisang batu (klutuk) sebagaimana ditunjukkan

    pada Gambar 1. Sabut buah kelapa sawit dan

    sabut pelepah pisang selanjutnya dicuci dan

    dibilas menggunakan aquades untuk

    menghilangkan kotoran yang menempel pada

    permukaan sabut. Sabut selanjutnya

    dikeringkan ke dalam oven dengan suhu 60 oC

    selama 24 jam.

    Gambar 1. Sabut kelapa sawit (A) dan pelepah

    pisang (B)

    Sabut kelapa sawit dan pisang yang telah

    kering masing-masing selanjutnya direndam di

    dalam larutan NaOH (Merck) pada konsentrasi

    variasi tanpa NaOH, larutan NaOH 5% wt, dan

    NaOH 10% wt. Proses perendaman dilakukan

    selama 24 jam dengan massa sabut 100 g/L

    larutan NaOH. Sabut selanjutnya dipisahkan

    dari larutan dan dibilas menggunakan aquadest

    untuk menghilangkan sisa basa. Sabut tersebut

    selanjutnya dikeringkan di dalam oven pada

    suhu 60oC selama 24 jam.

    2.2 Karakterisasi Fiber

    Morfologi permukaan sabut kelapa sawit

    dan sabut pelepah piasang selanjutnya sebelum

    dan setelah ditreatment menggunakan larutan

    NaOH selanjutnya dianalisis menggunakan

    Scanning Electron Microscope (SEM) Inspect

    S50 yang dioperasikan pada 20 KV. Analisis

    kristalinitas sabut kelapa sawit menggunakan

    X-Ray Diffraction (XRD) X’Pert RINT 2200

    V Philiph CuKα (λ=1,5418 Å). Analisis

    kristalinitas fiber menggunakan XRD yang

    dilakukan pada interval sudut 15o-50o. Indeks

    kristalinitas (IC) dan persentase kristalitas

    (%CR) dan dihitung berdasarkan persamaaan

    (1) dan persamaan (2) berikut:

    002

    am002

    I

    IIIC

    (1)

    (A)

    (B)

  • Journal of Research and Technology, Vol. 5 No. 1 Juni 2019

    P-ISSN: 2460 – 5972

    E-ISSN: 2477 – 6165

    yy

    100xII

    I(%)CR

    am002

    002

    (2)

    Dimana I002 merupakan intensitas maksimum

    pada refleksi kisi 002 dari kristalografi selulosa

    pada 2θ= 22,5o dan Iam merupakan intensitas

    pada bagian amorf pada 2θ= 15,2o.

    Struktur kimia sabut sabut kelapa sawit

    dan sabut pelepah pisang menggunakan metode

    Fourier Transform Infrared (FTIR) Thermo

    Scientific Nicolet iS10 pada panjang

    gelombang 4000–400 cm-1.

    2.3 Pengujian Sifat Termal Fiber

    karakteristik termal dari fiber sebelum

    dan setelah mengalami proses alkalisasi dengan

    larutan NaOH dianalisis menggunakan metode

    TG-DTA (Linseis STA PT-1000). analisis TG-

    DTA (Thermogravimetry and Differential

    Thermal Analysis) dapat mencatat perubahan

    massa dan panas material secara simultan

    selama proses pemanasan sehingga dapat

    diketahui temperatur dekomposisi material

    tersebut. laju pemanasan pada analisis TG-

    DTA sebesar 10oC/menit dengan massa fiber

    sebanyak 9 mg. Analisis TG-DTA dilakukan

    pada interval temperatur 25-600oC dengan

    atmosfer udara pada laju alir 50 ml/min serta

    menggunakan pan platina sebagai tempat

    sampelnya.

    3. DISKUSI

    Gambar 2 dan Gambar 3 menunjukkan

    morfologi dari permukaan fiber sebelum dan

    setelah proses treatment dengan larutan NaOH.

    Hasil SEM secara umum menunjukkan bahwa

    morfologi sabut kelapa sawit berbentuk silinder

    yang memiliki pori-pori pada bagian

    permukaannya. Fiber tanpa proses treatment

    dengan larutan NaOH memiliki permukaan

    yang lebih kasar dibandingkan dengan fiber

    yang ditreatment dengan larutan NaOH. Selain

    itu, sabut kelapa sawit tanpa treatment alkali

    memilki lapisan permukaan yang mengandung

    lignin serta pengotor lain seperti lilin dan

    minyak (Oushabi dkk., 2015). Proses removal

    lapisan tersebut mengarah pada meningkatnnya

    kestabilan ikatan antara matriks polimer dengan

    fiber.

    Modifikasi permukaan secara kimia

    memiliki peranan yang penting dalam

    membersihkan permukaan dari kotoran dan

    serat yang tumbuh secara tidak sempurna.

    Beberapa penelitian sebelumnya telah

    melaporkan bahwa treatment fiber secara kimia

    dapat memperbaiki tingkat kekasaran

    permukaan serta menurunkan polaritas

    permukaan (Bassadok dkk., 2008; Singh dan

    Mohanty, 2007) Bahkan, penghilangan

    sebagian lapisan lignin menyebabkan

    pemutusan ikatan pada fibril yang mengarah

    pada penonjolan atau pemaparan beberapa

    diantaranya. Penonjolan tersebut akan

    menghasilkan ikatan mekanis serat sehingga

    dapat meningkatkan interaksi serat dengan

    matriks (Herrera-Estarada dkk., 2008).

    Proses treatment alkali menyebabkan

    hilangnya sebagian lapisan lignin,

    hemiselulosa, dan komponen lain yang larut di

    dalam alkali dari permukaan fiber meningkat.

    Hal tersebut menyebabkan peningkatan

    sejumlah gugus hidroksil pada permukaan fiber

    untuk pembentukan ikatan kimia yang

    selanjutnya dapat meningkatkan ikatan

    antarmuka dan adhesi (Siddika dkk., 2014).

    Hasil SEM menunjukkan bahwa

    konsentrasi NaOH berpengaruh terhadap

    tingkat kekasaran permukaan fiber kelapa sawit

    yang dihasilkan. Peningkatan konsentrasi

    NaOH menyebabkan tingkat kekasaran

    permukaan semakin rendah. Alawar dkk (2009)

    melaporkan bahwa semakin tinggi konsentrasi

    NaOH yang digunakan pada proses treatment

    fiber maka jumlah lignin, hemisulosa, serta

    pengotor lainnya yang dilarutkan akan semakin

    tinggi. Wong dkk (2010) melaporkan bahwa

    alkalisasi memodifikasi topografi permukaan

    dan membuat permukaan serat terlihat lebih

    halus daripada permukaan yang tanpa proses

    treatment NaOH. Bahkan, diameter serat yang

    ditreatment mengalami penurunan karena

    hilangnya komponen lignin pada permukaan

    fiber.

    Fiber kelapa sawit yang ditreatment

    menggunakan larutan NaOH 5% masih terlihat

    kasar sedangkan pada fiber yang ditreatment

    dengan larutan NaOH 10% memiliki

    permukaan yang bersih dan relatif halus. Hal

    tersebut menunjukkan bahwa pada konsentrasi

    NaOH 10% sebagian besar komponen pengotor

    seperti lignin, hemiselulosa, dan lapisan lilin

    (wax) telah pada permukaan sabut kelapa sawit

    telah dihilangkan secara sempurna tanpa

    merusak permukaan fiber. Namun, pada fiber

    pelepah pisang peningkatan konsentrasi NaOH

    menyebabkan proses fibrilasi akibat hilangnya

    sebagian binder lignin dan hemiselulosa

    sehingga mengarah pembentukan permukaan

    yang lebih kasar (Mittal dan Chaudhary, 2018).

  • Journal of Research and Technology, Vol. 5 No. 1 Juni 2019

    P-ISSN: 2460 – 5972

    E-ISSN: 2477 – 6165

    yy

    Pengaruh modifikasi permukaan pada fiber

    lignoselulosa menggunakan larutan NaOH

    dipelajari lebih lanjut dengan analisis FTIR.

    Gambar 4 dan 5 menunjukkan hasil FTIR dari

    sabut kelapa sawit dan pelepah pisang. Secara

    umum bentuk spektra dari kedua jenis fiber

    hamper mirip. Kedua jenis fiber tersebut

    terdeteksi peak pada area panjang gelombang

    ~3340 cm-1 yang diidentifikasi sebagai gugus

    O−H. Besarnya lebar dan intensitas pita serapan

    dari fiber sabut kelapa sawit dan pelepah pisang

    dipengaruhi oleh konsentrasi larutan NaOH

    yang digunakan pada proses modifikasi

    permukaan. Peningkatan konsentrasi NaOH

    cenderung menyebabkan lebar dan intensitas

    pita serapan O−H menjadi lebih sempit dan

    lebih tajam. Hal tersebut dapat disebabkan

    semakin tinggi konsentrasi NaOH maka jumlah

    komponen lignin dan wax yang dihilangkan

    pada permukaan fiber semakin besar (Oushabi

    dkk., 2015).

    Gambar 4 dan 5 menunjukkan FTIR

    fiber tanpa proses treatment dengan NaOH

    terdeteksi peak pada area ~2911 cm-1 dan

    ~2894 cm-1. Kedua peak tersebut diidentifikasi

    sebagai pita serapan dari gugus C−H alifatik

    yang pada umumnya terdeteksi pada semua

    jenis serat alami.

    Besarnya peak tersebut semakin rendah akibat

    peningkatan konsentrasi NaOH yang

    mengindikasikan bahwa terjadi proses removal

    lapisan hemiselosa yang tinggi ketika

    konsentrasi NaOH pada proses treatment fiber

    ditingkatkan (Abdal-hay dkk., 2012). Peak yang

    terdeteksi pada area ~1750 cm-1 menunjukkan

    gugus karbonil C=O dari kedua jenis fiber tanpa

    proses treatment NaOH. Proses modifikasi

    permukaan fiber menggunakan larutan NaOH

    menyebabkan hilangnya sebagian besar gugus

    C=O pada komponen fiber. Hilangnya gugus

    tersebut disebabkan hidrolisis hemiselulosa di

    dalam media alkali yang ditandai dengan

    pemutusan ikatan C−O−C diantara dua

    monomer (Alawar dkk., 2009). Hal tersebut

    mengindikasikan bahwa hemiselulosa mudah

    dihilangkan dengan alkali dibandingkan dengan

    lignin.

    Pada área 1250 cm-1 terdeteksi peak

    yang menunjukkan gugus −O−CH3 dari

    komponen lignin. Puncak tersebut terdeteksi

    cukup jelas pada fiber tanpa treatment. Proses

    treatment alkali menyebabkan lignin menjadi

    hilang sehingga peak pada area tersebut

    menjadi lebih rendah.

    Gambar 2. SEM sabut kelapa sawit (a) tanpa treatment (b) treatment NaOH 5% (c) treatment

    NaOH 10%

    Gambar 3. SEM fiber pelepah pisang (a) tanpa treatment (b) treatment NaOH 5% (c) treatment

    NaOH 10%

  • Journal of Research and Technology, Vol. 5 No. 1 Juni 2019

    P-ISSN: 2460 – 5972

    E-ISSN: 2477 – 6165

    yy

    4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500

    2911

    3350

    1250

    2911

    1745

    1250

    1250

    3350

    3350

    3350

    5% NaOH

    NonTreatment

    Tra

    nsm

    itta

    nce

    (%

    )

    Wave Number [cm-1

    ]

    10% NaOH

    Gambar 4. Spektra FTIR sabut kelapa sawit

    sebelum dan setelah alkalisasi

    4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500

    2894

    2894

    2894

    1250

    1250

    12501

    745

    3350

    3350

    3350

    NonTreatment

    5% NaOH

    10% NaOH

    Tra

    nsm

    itta

    nce

    (%

    )

    Wave Number [cm-1

    ] Gambar 5. Spektra FTIR sabut pelepah pisang

    sebelum dan setelah alkalisasi

    Gambar 6 dan 7 menunjukkan hasil

    XRD sabut kelapa sawit dan pelepah pisang

    sebelum dan setelah treatment menggunakan

    larutan NaOH. Hasil XRD dari kedua jenis

    fiber tersebut menunjukkan bahwa puncak

    difraksi yakni pada sudut 15,2o dan 22,5o.

    Persentase kristalinitas (CR) dan indeks

    kristalinitas (CI) hasil XRD kedua jenis fiber

    disajikan pada Tabel 1. Hasil SEM dan FTIR

    menunjukkan bahwa modifikasi permukaan

    fiber menyebabkan hilangnya komponen

    hemiselulosa yang bersifat amorf sehingga

    menyebabkan tingkat kristalinitas (CR) dan

    Cristalalinity index (CI) dari kedua jenis fiber

    yang ditreatment menggunakan NaOH lebih

    tinggi dibandingkan dengan kristalinitas fiber

    tanpa proses treatment.

    15 20 25 30 35 40 45 50

    2

    Inte

    nsi

    ty (

    a.u

    )

    Treatment NaOH 5%

    Treatment NaOH 10%

    Non-Treatment

    Gambar 6. XRD sabut kelapa sawit sebelum

    dan setelah alkalisasi

    10 15 20 25 30 35 40 45 50

    Non Treatment

    Inte

    nsi

    ty (

    a.u

    )

    2

    Treatment NaOH 10%

    Treatment NaOH 5%

    Gambar 7. XRD fiber pelepah pisang sebelum

    dan setelah alkalisasi

    Persentase dan indeks kristalinitas

    kedua jenis fiber yang ditreatment mencapai

    maksimum pada konsentrasi NaOH 5%. Wang

    dkk. (2019 ) dalam penelitiannya melaporkan

    bahwa hemiselulosa, lignin, selulosa tersusun

    secara acak di dalam daerah yang amorf serta

    lapisan lilin dan pengotor mudah dihilangkan

    pada konsentrasi alkali yang rendah. Pada

    konsentrasi konsentrasi alkali yang tinggi

    menyebabkan bagian lignin dan hemiselulosa di

    daerah kristal mulai terdegradasi, membentuk

    celah, dan kemudian menyebabkan bundel fïber

    tersebar sehingga mengarah pada penurunan

    kristalinitas fiber.

    Proses treatment dengan menggunakan

    larutan alkali tidak hanya mengubah komposisi

    kimia dari fiber namun juga menyebabkan

  • Journal of Research and Technology, Vol. 5 No. 1 Juni 2019

    P-ISSN: 2460 – 5972

    E-ISSN: 2477 – 6165

    yy

    perubahan struktur kristal selulosa I ke selulosa

    II (Zafeiropoulos dkk., 2003). Abdal-hay dkk.

    (2012) dalam penelitiannya melaporkan analisis

    XRD dari fiber pohon kurma yang telah

    ditreatment menggunakan larutan NaOH 6%

    menunjukkan terjadinya peningkatan

    kristalinitas fiber sebesar 18,6% dibandingkan

    sebelum proses treatment. Hasil penelitian

    tersebut melaporkan bahwa indeks kristalinitas

    yang tinggi cenderung menghasilkan sifat fiber

    yang kaku dan peningkatan kekuatan tarik fiber.

    Tabel 1: Persentase kristalinitas dan indeks

    kristalinitas Fiber sebelum dan Setelah

    Alkalisasi

    Jenis Fiber CR (%) CI

    kelapa sawit (KS) 55,28 0,19

    KS + NaOH 5% 58,97 0,30

    KS + NaOH 10% 56,54 0,23

    Pelepah pisang (PP) 58,08 0,28

    PP + NaOH 5% 61,75 0,38

    PP + NaOH 10% 59,35 0,32

    Gambar 8 menunjukkan hasil análisis

    Termogravimetri dari sabut kelapa sawit tanpa

    alkali treatment dan dengan alkalisasi treatment.

    Pada suhu 50oC-100oC menunjukkan penurunan

    massa sebesar 5,5% pada kedua kondisi fiber

    tersebut disebabkan oleh hilangnya kandungan

    air dan komponen yang bersifat volátil

    (Oushabi dkk., 2015).

    100 200 300 400 500 6000

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    % M

    ass

    a

    Temperatur (oC)

    Tanpa Treatment

    Treatment NaOH 10%

    100 200 300 400 500 600-10

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70 Tanpa Treatment

    Treatment NaOH 10%

    DT

    A (V

    )

    Temperatur (oC)

    Gambar 8. TG (a) dan DTA (b) Fiber kelapa

    sawit sebelum dan setelah alkalisasi.

    Hasil TG-DTA pada gambar 6

    menunjukkan bahwa pada temperatur 125oC-

    225oC terjadi penurunan massa sebesar 18,87%

    pada fiber tanpa proses alkalisasi dan sebesar

    17,44% pada fiber dengan s alkalisasi yang

    disebabkan dekomposisi hemiselulosa.

    Dekomposisi hemiselulosa tersebut dapat

    dideteksi dari DTA yang menunjukkan

    munculnya puncak yang rendah pada suhu

    sekitar 170 oC. Pada temperatur 250oC-350oC

    terjadi penurunan massa fiber kelapa sawit

    tanpa alkalisasi dan dengan alkalisasi NaOH

    10% masing-masing sebesar 47,81% dan

    44,87%. Hal tersebut disebabkan adanya proses

    dekomposisi selulosa yang terkandung di dalam

    sabut kelapa sawit. Puncak dekomposisi

    selulosa tersebut terdeteksi pada grafik DTA

    pada suhu sekitar 332oC (Monteiro dkk., 2012).

    Pada suhu 425oC-475oC menunjukkan

    karakteristik dari dekomposisi lignin. Pada fiber

    yang tanpa proses alkalisasi menunjukkan

    puncak dekomposisi memiliki intensitas yang

    tinggi pada suhu 450oC dibandingkan fiber

    dengan alkalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa

    proses alkalisasi dengan NaOH menyebabkan

    hilangnya komponen lignin dari fiber.

    Persentase massa akhir yang tersisa pada fiber

    setelah pemanasan sampai dengan suhu 600oC

    yakni sebesar 1,6% pada fiber tanpa treatment

    dan sebesar 11,80% untuk fiber dengan

    treatment. Hasil TG-DTA tersebut dapat

    menunjukkan bahwa fiber sabut kelapa sawit

    dengan proses alkalisasi NaOH menunjukkan

    ketahanan terhadap panas yang relatif tinggi

    dibandingkan fiber tanpa alkalisasi.

    (a)

    (b)

  • Journal of Research and Technology, Vol. 5 No. 1 Juni 2019

    P-ISSN: 2460 – 5972

    E-ISSN: 2477 – 6165

    yy

    `4. KESIMPULAN

    Proses alkali treatment menggunakan

    larutan NaOH terhadap fiber sabut kelapa sawit

    dan pelepah pisang menyebabkan hilangnya

    komponen lignin dan hemiselulosa. Treatment

    dengan larutan NaOH 10% menghasilkan

    morfologi permukaan fiber yang lebih halus

    dan lebih bersih dibandingkan dengan fiber

    tanpa treatment. Proses removal lignin dan

    hemiselulosa melalui proses alkalisasi kedua

    jenis fiber terdeteksi melalui pengujian FTIR

    dan menghasilkan peningkatan kristalinitas

    fiber yang telah terdeteksi melalui analisis

    XRD. Namun, pada konsentrasi alkalisasi

    NaOH 10% persentase dan indeks kristalinitas

    kedua jenis fiber tersebut mengalami sedikit

    penurunan. Hasil pengujian TG-DTA

    menunjukkan bahwa sabut kelapa sawit yang

    ditreatment dengan larutan NaOH memiliki

    ketahanan panas yang lebih baik dibandingkan

    dengan sabut kelapa sawit tanpa treatment. Hal

    tersebut disebabkan removal lapisan pengotor,

    hemiselulosa, dan komponen lignin setelah

    proses alkalisasi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdal-hay, A., Suardana, N.P.G., Jung, D.Y.,

    Choi1, K.S., dan Lim, J.K. (2012). Effect

    of diameters and alkali treatment on the

    tensile properties of date palm fiber

    reinforced epoxy composites.

    International journal of precision

    engineering and manufacturing, 13(7):

    1199–1206.

    Alawar, A., Hamed, A.M., dan Al-Kaabi, K.,

    (2009). Characterization of treated date

    palm tree fiber as composite

    reinforcement. Composites part B:

    engineering, 40(7): 601–606.

    Bessadok, A., Marais, S., Roudesli, S., Lixon,

    C., dan Metayer, M. (2008). Influence of

    chemical modifications on water

    sorption and mechanical properties of

    agave fibers. Composites part A, 39: 29–

    45.

    Caldas, A., dos Santos, J.C., Panzera, T. H., dan

    Strecker, K. (2016). Mechanical

    properties of epoxy banana fibre

    composite trated with sodium carbonate.

    Brazilian Conference on Composite

    Materials, Gramado-Brazil.

    Cruz, J., dan Fangueiro, R. (2016). Surface

    modification of natural fibers: a

    review.Procedia engineering, 155(2016):

    285–288.

    Faruk, O., Bledzki, A.K., Fink, H.P., dan Sain,

    M. (2012) Biocomposites reinforced with

    natural fibers: 2000-2010. Progress in

    polymer science, 37: 1552–1596.

    Herrera-Estrada, L., Pillay, S., dan Vaidya, U.,

    (2008). Banana fibre composites for

    automotive and transportation

    applications. 8th Annual Automotive

    Composites Conference and Exhibition

    (ACCE), Michigan-USA.

    Jordan, W., dan Chester, P. (2017). Improving

    the properties of banana fiber reinforced

    polymeric composites by treating the

    fibers. Procedia engineering, 200: 283–

    289.

    Mittal, M., dan Chaudhary, R. (2018). Effect of

    alkali treatment on the water absorption

    of pineapple leaf fiber. International

    journal of technical innovation in modern

    engineering & science, 4(12): 300–305.

    Monteiro, S., Calado, V., Rodriguez, R.J.S,

    Margem, F. M. (2012).

    Thermogravimetric behavior of natural

    fibers reinforced polymer composites-An

    overview. Materials science and

    engineering A, 557(2012): 17–28.

    Narayanan, V. dan Elayaperumal, A. (2010).

    Banana Fiber Reinforced Polymer

    Composites- A Review. Journal of

    reinforced plastics and composites, 29:

    2987–2396.

    Oliveira, F., Erkens, L., Fangueiro, R., dan

    Souto, A. (2012). Surface modification of

    banana fibers by DBD plasma treatment.

    Plasma chemistry and plasma

    processing, 32(2): 259–273.

    Oushabi, A., Sair, S., Hassani, F.O., Abboud,

    Y., Tanane, O., dan El Bouari, A. (2017).

    The effect of alkali treatment on

    mechanical, morphological and thermal

    properties of date palm fibers (DPFs):

    study of the interface of DPF-

    polyurethane composite. South African

    journal of chemical engineering, 23:

    116–123.

    Pommet, M., Juntaro, J., Heng, J.Y.,

    Mantalaris, A., Lee, A.F., Wilson, K.,

    Kalinka, G., dan Shaffer, M.S. (2008).

    Surface modification of natural fibers

    using bacteria: depositing bacterial

    cellulose onto natural fibers to create

  • Journal of Research and Technology, Vol. 5 No. 1 Juni 2019

    P-ISSN: 2460 – 5972

    E-ISSN: 2477 – 6165

    yy

    hierarchical fiber reinforced

    nanocomposites. Biomacromolecules,

    9(6): 1643–1651.

    Scalici, T., Fiore, V., dan Valenza, A. (2016).

    Effect of plasma treatment on the

    properties of Arundo Donax L. leaf fibres

    and its bio-based epoxy composites: A

    preliminary study. Composites part B:

    engineering, 94: 167–175.

    Siddika, S., Mansura, F., Hasan, M., dan

    Hassan, A. (2014). Effect of

    reinforcement and chemical treatment of

    fiber on the properties of jute-coir fiber

    reinforced hybrid polypropylene

    composites. Fibers and polymers, 15(5):

    1023–1028.

    Singh, S. dan Mohanty, A.K. (2007). Wood

    fiber reinforced bacterial bioplastic

    composites: fabrication and

    performance evaluation. Composites

    science and technology, 67: 1753–1763.

    Sood, M., Deepak, D., dan Gupta, V.K. (2018).

    Tensile properties of sisal fiber/recycled

    polyethylene (high density) composite:

    Effect of fiber chemical treatment.

    Materials today, 5(2): 5673–5678.

    Suppakarn, N., dan Jarukumjorn, K. (2009).

    Mechanical properties and flammability

    of sisal/PP composites: Effect of flame

    retardant type and content. Composites

    part B: engineering, 40(7): 613–618.

    Wang, X., Chang, L., Shi, X., dan Wang, L.

    (2019). Effect of hot-alkali treatment on

    the structure composition of jute fabrics

    and mechanical properties of laminated

    composites. Materials, 12(9): 1386–1398.

    Wong, K.J., Yousif, B.F., dan Low, K.O.

    (2010). Effects of alkali treatment on the

    interfacial adhesion of bamboo fibres.

    Journal of materials: design and

    applications, 224(3): 139–148.

    Yan, L., Chouw, N., dan Jayaraman, K. (2014).

    Flax fibre and its composites-A review.

    Composites part B: engineering, 56:

    296–317.

    Zafeiropoulos, N.E., Vickers, P.E., Baillie,

    C.A., dan Watts, J.F. (2003). An

    experimental investigation of modified

    and unmodified flax fibres with XPS,

    ToF-SIMS and ATR-FTIR. Journal of

    materials science, 38(19): 3903–3914.

    .

    https://www.researchgate.net/journal/1359-8368_Composites_Part_B_Engineeringhttps://www.researchgate.net/journal/1359-8368_Composites_Part_B_Engineeringhttps://www.researchgate.net/journal/1359-8368_Composites_Part_B_Engineeringhttps://www.researchgate.net/journal/1359-8368_Composites_Part_B_Engineering

  • Journal of Research and Technology, Vol. 5 No. 1 Juni 2019

    P-ISSN: 2460 – 5972

    E-ISSN: 2477 – 6165

    yy

    LOA JURNAL

  • Dokumen pendukung luaran Tambahan #1

    Luaran dijanjikan: Prosiding dalam pertemuan ilmiah Nasional

    Target: sudah terbit/sudah dilaksanakan

    Dicapai: Accepted

    Dokumen wajib diunggah:

    1. Naskah artikel

    2. Surat keterangan accepted dari editor

    Dokumen sudah diunggah:

    1. Naskah artikel

    2. Surat keterangan accepted dari editor

    Dokumen belum diunggah:

    -

    Peran penulis: co-author

    Nama Konferensi/Seminar: SEMINAR NASIONAL MARITIM, SAINS, DAN

    TEKNOLOGI TERAPAN

    Lembaga penyelenggara: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

    Tempat penyelenggara: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

    Tgl penyelenggaraan mulai: 21 November 2019 | Tgl selesai: 21 November 2019

    Lembaga pengindeks: Google scholar

    URL website: http://master.ppns.ac.id/

    Judul artikel: Pemanfaatan Fiber Kelapa Sawit dan Pelepah Pisang Sebagai Komposit

    Ramah Lingkungan

  • Pemanfaatan Fiber Kelapa Sawit dan Pelepah

    Pisang Sebagai Komposit Ramah Lingkungan

    Adhi Setiawan

    Prodi D4 Teknik Pengolahan Limbah

    Jurusan Teknik Permesinan Kapal

    Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

    Surabaya, Indonesia

    [email protected]

    Vivin Setiani Prodi D4 Teknik Pengolahan Limbah

    Jurusan Teknik Permesinan Kapal

    Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

    Surabaya, Indonesia

    [email protected]

    Fitri Hardiyanti Prodi D4 Manajemen Bisnis Maritim,

    Jurusan Teknik Bangunan Kapal

    Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

    Surabaya, Indonesia

    [email protected]

    Devina Puspitasari

    Prodi D4 Manajemen Bisnis Maritim,

    Jurusan Teknik Bangunan Kapal

    Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

    Surabaya, Indonesia

    [email protected]

    Perkembangan komposit dengan matriks polimer

    (PMC) telah berkembang cukup pesat terutama dalam

    menggantikan penggunaan material logam dibidang

    industri. Penggunaan serat alam sebagai penguat dalam

    produk material komposit polimer telah meningkat dalam

    dua dekade terakhir. Penggunaan limbah serat kelapa sawit

    dan kulit pisang menjadi alternatif yang menarik dalam

    pembuatan material komposit karena jumlahnya yang cukup

    melimpah, murah, serta memiliki kandungan hemiselulosa

    yang tinggi sehingga dapat memperkuat struktur matriks

    dari polimer epoksi. Namun, penggunaan serat alam masih

    terbatas karena serat alam memiliki daya adhesi yang lemah

    terhadap matriks polimer sehingga menurunkan sifat

    mekanik komposit. Proses alkali treatment dilakukan dengan

    Proses alkali treatment dilakukan dengan perendaman fiber

    pada kondisi tanpa NaOH dan larutan NaOH 5% selama 24

    jam. Fiber atau serat yang dihasilkan selanjutnya dicampur

    dengan resin epoksi di dalam cetakan dan menghasilkan 4

    sampel (A, B, C, D) dengan variasi fiber kelapa sawit dan

    fiber pelepah pisang. Hasil pengujian SEM menunjukkan

    proses alkali treatment berpengaruh hilangnya komponen

    lignin dan hemiselulosa pada fiber sabut kelapa sawit dan

    pelepah pisang. Hasil dari pengujian FTIR menunjukkan

    proses treatment alkali menyebabkan lignin menjadi hilang

    sehingga peak pada area tersebut menjadi lebih rendah.

    Selanjutnya pada hasil uji tarik menunjukkan bahwa

    treatmen alkali menyebabkan adanya peningkatan nilai

    kekuatan tarik pada sampel dengan perbandingan massa

    resin: fiber kelapa sawit: fiber pisang sebesar 90: 2%: 8%

    (sampel A) dan 90: 4%: 6% (sampel B). Sedangkan

    Kekuatan maksimum dari komposit diperoleh pada komposit

    dengan kandungan fiber pisang yang tertinggi yaitu sebesar

    8%.

    Keywords : komposit fiber; Perlakuan Alkali; Serat Kelapa

    Sawit; fiber Pelepah Pisang

    I. PENDAHULUAN

    Komposit merupakan perpaduan dari dua material

    atau lebih dengan perbedaan sifat fisika dan kimia tetapi

    masing-masing komponen pembentuknya masih dapat

    dibedakan secara jelas di dalam produk akhirnya.

    Penggunaan material komposit saat ini berkembang cukup pesat dalam menggantikan produk logam dan paduan

    dalam struktur maupun konstruksi karena sifatnya yang

    ringan, ketahanan kimia dan korosi yang baik, serta

    memiliki kekuatan dan kekakuan yang tinggi [1]. Fiber

    kelapa sawit dan kulit pisang merupakan limbah pertanian

    yang jumlahnya cukup melimpah mengingat produk kelapa

    sawit dan pisang merupakan komoditi andalan di Indonesia

    [2]. Namun, pemanfaatan limbah fiber kelapa sawit dan

    kulit pisang masih relatif masih minim. Bahkan, beberapa

    industri pengolahan kelapa sawit menggunakan metode

    pembakaran untuk mengurangi volume limbah fiber yang

    dihasilkan sehingga menimbulkan pencemaran udara.

    (A)

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • Gambar 1. Sabut Kelapa Sawit (A) dan Sabut Pelepah

    Pisang (B)

    Limbah kulit pisang memiliki kandungan selulosa

    yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kayu lunak

    yakni sekitar (60-65%) serta hemiselosa (6-8%) sehingga

    dapat memperbaiki kekuatan mekanik pada komposit

    polimer [3]. Oleh karena itu, fiber kelapa sawit dan kulit

    pisang dapat menjadi alternatif yang menarik sebagai

    material komposit hibrid di dalam matriks polimer epoksi.

    Fiber kelapa sawit memiliki sifat kekuatan spesifik yang

    tinggi, ketangguhan yang tinggi, tahan lama, murah, serta

    dapat di daur ulang [4]. Beberapa penelitian sebelumnya pada umumnya mempelajari penggunaan sabut kelapa

    maupun fiber glass sebagai material penguat dari komposit

    polimer. Padahal pada proses pembuatan serat komposit

    berbasis serat alam, tingkat adhesi antar muka matriks dan

    serat sangat menentukan sifat mekanik komposit. Tingkat

    adhesi permukaan fiber terhadap matriks polimer

    dipengaruhi oleh konsentrasi larutan basa yang digunakan

    pada saat proses perlakuan permukaan. Pada penelitian ini

    bertujuan untuk mensintesis dan mengkarakterisasi

    komposit hybrid fiber limbah sabut kelapa sawit dan serat

    pelepah pisang yang diperkuat dengan polimer epoksi,

    menganalisis pengaruh konsentrasi basa, serta komposisi

    fiber sifat mekanik komposit. Diharapkan dalam

    penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap

    perkembangan material komposit fiber yang ramah

    lingkungan dengan memanfaatkan limbah sabut kelapa

    sawit dan serat pelepah pisang yang selama ini belum

    dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat maupun

    industri menghasilkan inovasi produk yang dapat

    dimanfaatkan di bidang otomotif maupun transportasi.

    II. METODE PENELITIAN

    A. Perlakuan Permukaan Fiber (Fiber Surface Treatment)

    Serat sabut kelapa sawit sebelum mengalami perlakuan

    permukaan dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan

    aquadest untuk membersihkan kotoran yang menempel pada

    permukaan fiber serta dilanjutkan dengan tahap pengeringan

    pada oven pada suhu 60 oC selama 24 jam. Serat yang kering

    selanjutnya direndam di dalam larutan NaOH selama 24 jam

    untuk cleaning/bleaching permukaan fiber selulosa.

    Perendaman dilakukan pada variasi konsentrasi tanpa alkali

    treatment dan dengan alkali treatment pada larutan NaOH 5%.

    Fiber yang telah direndam selanjutnya dicuci dengan aquadest

    dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 60oC selama 24 jam.

    B. Pencampuran Material Komposit

    Fiber atau serat yang dihasilkan selanjutnya dicampur dengan

    resin epoksi di dalam cetakan yang telah disediakan berukuran

    50 cm x 50 cm. Perbandingan massa resin terhadap pengeras

    (hardener) sebesar 1:1. Campuran dari fiber dan matriks

    tersebut selanjutnya dikompresi untuk memadatkan campuran

    material. Perbandingan massa matriks: fiber kelapa sawit:

    fiber pelepah pisang yang digunakan dalam penelitian ini

    divariasi sebesar 90: 2%: 8% (sampel A); 90: 4%: 6% (sampel

    B); 90: 6%:4% (sampel C); 90: 8%: 2% (sampel D).

    C. Analisis

    Analisa yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu

    1. SEM untuk untuk mengetahui morfologi serat fiber sebelum dan sesudah surface preparation

    2. Fourier Transform Infrared (FTIR) untuk mengetahui struktur fungsional dari serat fiber sebelum dan sesudah

    surface treatment

    3. Sifat mekanik yang diuji meliputi pengujian sifat tarik (tensile test)

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengembangan material komposit terutama dari serat

    kelapa sawit dan kulit pisang masih terkendala dengan

    rendahnya tingkat adhesi antara matriks dan fiber. Serat alam

    pada umumnya bersifat hidrofilik. Sifat tersebut menghasilkan

    ikatan antar muka yang relatif lemah antara matriks polimer

    yang bersifat hidrofobik dengan serat yang bersifat hidrofilik.

    Oleh karena itu, perlu dilakukan perlakuan permukaan

    terhadap material serat alam untuk meningkatkan adhesi

    antarmuka antara matrik dan fiber.

    Pada Gambar 2 dan Gambar 3 menunjukkan morfologi

    permukaan sabut kelapa sawit dan fiber pelepah pisang

    dengan dan tanpa proses perlakuan alkali. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa bentuk kedua jenis fiber cenderung

    berbentuk silinder memanjang dengan permukaan yang

    berpori. Proses perlakuan alkali menyebabkan permukaan

    fiber menjadi lebih halus dibandingkan dengan fiber tanpa

    perlakuan alkali. Proses tersebut disebabkan hilangnya

    sebagian komponen lignin serta hemiselulosa serta dapat

    menyebabkan peningkatan kestabilan ikatan antara matriks

    dengan fiber. Proses perlakuan alkali menyebabkan

    peningkatan gugus hidroksil pada permukaan serat untuk

    membentuk ikatan kimia yang dapat meningkatkan ikatan

    antarmuka antara polimer dengan fiber [5]. Hasil penelitian

    Wong dkk. [6] melaporkan bahwa perlakuan alkali dapat

    memodifikasi bentuk permukaan dan membuat serat menjadi

    lebih halus dan rata daripada permukaan yang tanpa proses

    perlakuan alkali. Selain itu, proses perlakuan alkali pada fiber

    menyebabkan penyusutan serat akibat hilangnya komponen

    lignin.

    (B)

  • Gambar 2. Morfologi sabut kelapa sawit (a) tanpa perlakuan alkali

    (b) dengan perlakuan alkali NaOH 5%

    Gambar 3. SEM fiber pelepah pisang (a) tanpa perlakuan alkali (b)

    dengan perlakuan alkali NaOH 5%

    Setelah melakukan uji SEM selanjutnya adalah melakukan analisis FTIR. Hasil FTIR Gambar 4 dan Gamba 5 didapatkan secara umum bentuk spektra dari sabut kelapa

    5% NaOH

    Tanpa perlakuan alkali

    4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500

    Wave Number [cm-1]

    Gambar 4. Spektra FTIR sabut kelapa sawit

    sawit dan pelepah pisang memiliki kesamaan. Larutan NaOH berpengaruh pada besarnya lebar dan intensitas dari pita serapan pelepah pisang dan sabut kelapa sawit. Didapatkan nilai peak pada panjang gelombang 3350 cm-1 sebagai gugus O-H. Menurut Oushabi (2015) peningkatan konsentrasi NaOH akan menyebabkan lebar dan intensitas serapan O-H menjadi lebih sempit karena semakin tinggi konsentrasi NaOH maka jumlah komponen lignin dan wax yang dihilangkan pada permukaan fiber semakin besar [7]. Pada gambar berikut dapat dilihat bahwa terdeteksi peak area 2911 cm-1 dan 2894 cm-1 tanpa proses treatment NaOH. Pada área 1250 cm-1

    terdeteksi peak yang menunjukkan gugus −O−CH3 dari komponen lignin. Puncak tersebut terdeteksi cukup jelas pada fiber tanpa treatment. Proses treatment alkali menyebabkan lignin menjadi hilang sehingga peak pada area tersebut menjadi lebih rendah.

    Gambar 5. Spektra FTIR sabut pisang

    Gambar 6 menunjukkan hasil pengujian nilai tensile pada

    komposit polimer epoksi menggunakan filler berupa fiber

    tanpa serta dengan perlakuan alkali. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa perlakuan alkali cukup efektif pada

    konsentrasi komposit dengan perbandingan massa resin: fiber

    kelapa sawit: fiber pisang sebesar 90: 2%: 8% (sampel A) dan

    90: 4%: 6% (sampel B). Perlakuan alkali tersebut

    menyebabkan peningkatan nilai kekuatan tarik pada sampel

    komposit. Pada komposisi yang lainnya terjadi penurunan

    kekuatan namun perbedaan signifikan antara kekuatan tarik

    antara komposit fiber tanpa dan dengan perlakuan alkali.

    Kekuatan maksimum dari komposit diperoleh pada komposit

    dengan kandungan fiber pisang yang tertinggi yaitu sebesar

    8%. Proses perlakuan alkali secara langsung menyebabkan

    removal lapisan lignin dan hemiselulosa pada komposit

    sehingga menyebabkan interfacial bending dari polimer dan

    permukaan fiber meningkat. Hal tersebut menyebabkan

    peningkatan kekuatan tarik pada komposit [8].

    Tra

    nsm

    itta

    nce

    (%

    )

    3350

    33

    50

    2911

    29

    11

    1745

    1250

    12

    50

    4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500

    2894

    2894

    1250

    12501

    745

    3350

    3350

    Tanpa perlakuan alkali

    5% NaOH

    Tra

    nsm

    itta

    nce

    (%

    )

    Wave Number [cm-1

    ]

  • 20,4 treatment fiber non-treatment fiber

    15,4

    10,1

    9,0 8,2

    7,2 7,1 6,1

    20

    15

    10

    5

    0 A B C D

    Komposisi Fiber(%)

    Gambar 6. Tensile Strenght komposit

    IV. KESIMPULAN

    Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh treatment

    alkali menggunakan larutan NaOH 5% dapat menyebabkan

    hilangnya komponen lignin dan hemiselulosa pada fiber sabut

    kelapa sawit dan pelepah pisang. Hasil uji SEM menunjukkan

    Perbedaan treatment tersebut menghasilkan morfologi

    permukaan fiber yang lebih halus dan lebih bersih

    dibandingkan dengan fiber tanpa treatment. Hasil dari

    pengujian FTIR menunjukkan proses treatment alkali

    menyebabkan lignin menjadi hilang sehingga peak pada area

    tersebut menjadi lebih rendah. Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa treatment alkali menyebabkan adanya peningkatan

    nilai kekuatan tarik pada sampel dengan perbandingan massa

    resin: fiber kelapa sawit: fiber pisang sebesar 90: 2%: 8%

    (sampel A) dan 90: 4%: 6% (sampel B). Kekuatan maksimum

    dari komposit diperoleh pada komposit dengan kandungan

    fiber pisang yang tertinggi yaitu sebesar 8%.

    V. DAFTAR PUSTAKA

    [1] Kumar, S., Deka, K., Suresh, P., 2016. Mechanical

    Properties of Coconut Fiber Reinforced Epoxy

    Polymer Composites, International Research Journal

    of Engineering and Technology, 3, pp. 1334−1336.

    [2] Alatas, A. , 2015. Trend Produksi dan Ekspor Minyak Sawit (CPO) Indonesia, Jurnal Agraris, 1(2), pp.

    114−124.

    [3] Novianti, P., Setyowati, W.A.E., 2016. Pemanfaatan Lumbah Kulit Pisang Kulit Kepok Sebagai Bahan

    Baku Pembuatan Kertas Alami Dengan Metode

    Pemisahan Alkalisasi. Proseding Seminar Nasional

    Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret,

    Surakarta: 22 Oktober 2016, pp. 459−466

    [4] Ramachandran, M., Bansal, S., Raichurkar, P. 2016. Experimental Study of Bamboo Using Banana and Linen Fibre Reinforced Polymeric Composites, Perspectives in Science, 8, pp. 313−316.

    [5] Siddika, S., Mansura, F., Hasan, M., dan Hassan, A. (2014). Effect of reinforcement and chemical

    treatment of fiber on the properties of jute-coir fiber

    reinforced hybrid polypropylene composites. Fibers

    and Polymers, 15(5): 1023–1028

    [6] Wong, K.J., Yousif, B.F., dan Low, K.O. (2010). Effects of alkali treatment on the interfacial adhesion

    of bamboo fibres. Journal of materials: design and

    applications, 224(3): 139–148.

    [7] Oushabi, A., Sair, S., Hassani, F.O., Abboud, Y., Tanane, O., dan El Bouari, A. 2017. The effect of

    alkali treatment on mechanical, morphological and thermal properties of date palm fibers (DPFs): study

    of the interface of DPFpolyurethane composite. South African Journal of Chemical Engineering, 23:

    116–123. [8] Setiawan, A., Santoso, E., dan Kusuma,G.E. 2018.

    Pemanfaatan Limbah Fiber Kelapa Sawit Sebagai

    Komposit Dengan Matriks Resin Epoksi. Prosiding

    Seminar Master 2018 PPNS, 95−97.

    Tensile

    Str

    enght (M

    pa)

  • LOA SEMINAR MASTER 2109

  • SEMINAR NASIONAL MARITIM, SAINS, DAN TEKNOLOGI TERAPAN

    Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Jl. Teknik Kimia - Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

    Telp. (031) 5947186 - 5942887 Fax. (031) 5942887 Laman : master.ppns.ac.id ; Email : [email protected]

    Surabaya, 1 Oktober 2019 

    Letter of Acceptance 

     

    Kepada Adhi Setiawan 

    Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya 

    Surabaya, Indonesia 

     

    Dengan Hormat, 

    Sebagai  penyelenggara  seminar  nasional,  kami mengundang Adhi  Setiawan,  untuk menghadiri 

    seminar nasional Maritime, Applied Science and Technology 2019  (MASTER 2019) di Politeknik 

    Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2019. Makalah anda dengan judul Pemanfaatan Fiber 

    Kelapa Sawit dan Pelepah Pisang Sebagai Komposit Ramah Lingkungan telah diterima dan mohon 

    untuk berpartisipasi dalam seminar nasional MASTER 2019. 

    Terkait dengan pendaftaran, pembayaran dilakukan melalui Bank Mandiri Cabang  ITS Surabaya 

    a.n. Novi Eka Mayangsari dengan no rekening 140‐0015859276 (jika anda telah membayar, harap 

    abaikan pernyataan  ini) untuk presentasi makalah  yang diterima. Harap memberikan  informasi 

    kepada  kami  jika  anda  telah membayar  biaya  pendaftaran  dengan mengirimkan  salinan  bukti 

    transfer yang telah dipindai ke narahubung pembayaran yaitu Novi Eka Mayangsari (+62857‐3040‐

    3974). 

    Kami  menyampaikan  terima  kasih  atas  partisipasi  anda.  Mohon  periksa  situs  web  kami 

    (http://master.ppns.ac.id/) untuk pembaruan. Jika anda memiliki pertanyaan,  jangan ragu untuk 

    menghubungi kami. Kami menantikan kehadiran anda di Surabaya, Indonesia. 

     

     

     

     

     

     

     

     

    Hormat Kami, 

    Ketua MASTER 2019 

     

     

     

    Dika Rahayu Widiana, S.ST., M.T., Ph.D