laporan akhir program p2m penerapan iptek pelatihan
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK
Pelatihan Permainan Pengajaran Bahasauntuk Guru-guru TK Wisata Kumara Desa Kalibukbuk
dan TK Kumara Kerti Desa Anturan.
I Made Suta Paramarta,S.Pd.,M.Hum/NIDN 0031127106 (Ketua)Ni Luh Putu Sri Adnyani, S.Pd.,M.Hum./NIDN 0011037802 (Anggota)A.A. Sri Barustyawati, S.Pd., M.Hum./NIDN 0008067803 (Anggota)
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)Universitas Pendidikan Ganesha
SPK Nomor 119/UN48.15/LPM/2014
JURUSAN DIPLOMA III BAHASA INGGRISFAKULTAS BAHASA DAN SENI
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATTAHUN 2014
PRAKATA
Pertama-tama, atas nama tim pelaksana, kami mengucapkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat Beliau, program PengabdianPada Masyarakat (P2M) yang bertemakan Pelatihan Permainan Pengajaran Bahasauntuk Guru-guru TK Wisata Kumara Desa Kalibukbuk dan TK Kumara Kerti DesaAnturan dapat dilaksanakan dengan baik. Program P2M merupakan salah satukomponen dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang pelaksanaannya berada di bawahnaungan Lembaga Pengabdian Masyarakat, Universitas Pendidikan Ganesha(Undiksha).
Kegiatan P2M diatas dilaksanakan dalam bentuk pelatihan yang berlangsungselama lima hari yakni dari hari Senin – Jumat, tanggal 11 – 15 Agustus 2014.Kegiatan pelatihan tersebut dilaksanakan di TK Wisata Kumara Desa Kalibukbuk danTK Kumara Kerti Desa Anturan, dengan 12 orang peserta yang terdiri dari kepalasekolah dan guru-guru TK dari kedua TK terkait.
Terlaksananya pelatihan ini tidak lepas dari kontribusi dan dukungan banyakpihak. Dalam kesempatan ini tim pelaksana ingin menyampaikan ucapan terima kasihkepada beberapa pihak terkait antara lain: Ketua Unit Pelaksana Pendidikan (UPP)Kecamatan Buleleng, Ketua LPM Undiksha, Dekan Fakultas FBS Undiksha, KepalaSekolah TK Wisata Kumara Desa Kalibukbuk dan TK Kumara Kerti Desa Anturan,seluruh peserta yang menjadikan terealisasinya program P2M tahun 2014 ini,mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris D3 yang membantu pelaksanaan pelatihan ini, danpihak lain yang tidak dapat disebut satu per satu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak hal yang perluditingkatkan dari kegiatan ini, baik selama kegiatan pelatihan maupun dalam laporanini. Karena itu kritik dan masukan yang membangun dari pembaca diharapkan dapatmeningkatkan pelaksanaan program P2M jurusan di masa yang akan datang. Padaakhirnya, penulis menyampaikan permintaan maaf jika ada kesalahan yang dilakukanselama pelaksanaan program pelatihan tersebut.
September 2014
Tim Pelaksana
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL …………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………… ii
PRAKATA ……………………………………………………………… iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
1.1 Pendahuluan ………………………………………………………. 11.2 Analisis Situasi …………………………………………………… 31.3 Identifikasi dan perumusan masalah ……………………………… 51.4 Tinjauan Pustaka ………………………………………………….. 61.5 Tujuan Kegiatan …………………………………………………… 91.6 Manfaat Kegiatan …………………………………………………. 9
BAB II METODE PELAKSANAAN …………………………………. 112.1 Khalayak Sasaran Strategis ………………………………………... 112.2 Kerangka Pemecahan Masalah ……………………………………. 122.3 Metode Pelaksanaan Kegiatan ……………………………………. 14
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………… 163.1 Pelaksanaan P2M di TK Kumara Kerti dan TK Wisata Kumara … 163.2 Pembahasan Kegiatan …………………………………………….. 17
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN …………………………………. 254.1 Simpulan ……………………………………………… …. 254.2 Saran ……………………………………………………… 25
REFERENSI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 01. Pengaturan Tempat Duduk Anak di TK Wisata Kumara 4
Gambar 3.1 Penjelasan tentang Permainan Pengajaran Bahasa oleh Tim PelaksanaP2M 18
Gambar 3.2 Peserta Pelatihan Memperhatikan Penjelasan dengan Antusias 19
Gambar 3.3 Tim Pelaksana Membantu Penerapan Permainan Angka 20
Gambar 3.4 Peserta Menikmati Makan Siang 22
Gambar 3.5 Peserta Memperhatikan dan Mengikuti Instruksi dengan Seksama dalamSesi Simulasi 23
Gambar 3.6 Mahasiswa Membantu Persiapan Simulasi 24
BAB I
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, Pendidikan Anak Usia Dini kini
dipandang sebagai salah satu pendidikan yang sangat penting di masyarakat. Terbukti
dengan semakin banyaknya penyelenggara PAUD seperti Tempat Penitipan Anak
(TPA), Play Group dan Taman Kanak Kanak (TK) didirikan baik di pusat-pusat kota,
kota kabupaten bahkan sampai ke pelosok-pelosok desa.
Dapat dilihat, di pusat-pusat kota, misalnya, para penyelenggara PAUD berlomba
untuk menunjukkan kualitasnya. Salah satunya dengan memperkenalkan bahasa asing
yaitu Bahasa Inggris dengan metode pengajaran yang menarik. Dengan
diperkenalkannya Bahasa Inggris pada usia dini, para orang tua menjadi tertarik
untuk mendaftarkan anaknya di tempat mereka, walaupun penyelenggara PAUD
mematok harga SPP yang cukup tinggi.
Penomena sebaliknya terjadi pada Taman Kanak-Kanak yang terdapat di desa-
desa. Taman Kanak-Kanak diselenggarakan dalam bangunan-bangunan yang
sederhana. Biasanya terdiri dari satu atau dua ruang kelas. Bahkan sering terlihat
anak-anak TK belajar di Balai Desa atau Balai Banjar karena tidak memiliki
bangunan khusus.TK di desa-desa biasanya dikelola oleh ibu-ibu PKK desa setempat.
TK-TK tersebut biasanya masih sangat tradisional metode-metode pengajarannya;
pengaturan tempat duduk yang masih berjajar atau terpusat di tengah ruang kelas,
kegiatan belajar didominasi oleh kegiatan bernyanyi dan mewarnai, sehingga
kegiatan belajar mengajar terkesan monoton setiap harinya sehingga membosankan
bagi siswa. Dilain pihak, penyelenggara harus menerima seluruh anak yang
mendaftar yang berasal dari desa setempat dengan biaya SPP yang cukup murah
sehingga bisa terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat desa.
TK Kumara Kerti dan TK Wisata Kumara yang terdapat di desa Anturan dan desa
Kalibukbuk adalah contoh TK yang dikelola oleh ibu-ibu PKK desa setempat. Kedua
TK ini memiliki tenaga pengajar yang bukan tamatan pendidikan guru PAUD
sehingga dalam proses pembelajaran di kelas masih tradisional dengan berpatok pada
LKS Piko junior yang diberikan kepada para siswa. Kemampuan para guru untuk
mengimplementasikan metode permainan bahasa yang disukai anak-anak masih
terbatas.Pengabdian kepada masyarakat ini merupakan kelanjutan dari pengabdian
masyarakat yang dilakukan pada tahun 2013 tentang pembuatan alat peraga
khususnya alat peraga bahasa dengan memanfaatkan barang bekas layak pakai.Pada
kegiatan P2M 2013 tersebut, para guru dengan sangat antusias menyarankan
dilaksanakan pelatihan khusus tentang penerapan metode permainan dalam interaksi
kelas sambil menggunakan alat peraga pembelajaran bahasa yang sudah dimiliki
dalam pembelajaran di kelas, sehingga pengajaran semakin menarik bagi para siswa.
Secara yuridis, Perarturan Menteri Pandidikan Nasional RI Nomor 58 tahun 2009
mengatur bahwa salah satu standar tingkat pencapaian perkembangan kelompok
Taman Kanak Kanak adalah bahasa, yaitu mendengarkan bahasa, mengungkapkan
bahasa dan keaksaraan.Oleh karena itu, pengabdian pada masyarakat ini sangat
penting artinya bagi Tk Kumara Kerti dan TK Wisata Kumara untuk membantu anak
dalam mencapai standar perkembangan mereka. Dengan pelatihan ini kemampuan
guru-guru kedua TK ini akan semakin meningkat dan mampu memberikan kualitas
pelayanan yang lebih baik dan menarik kepada para siswanya.
Pada saat ini kedua TK tersebut sudah memiliki alat peraga pembelajaran seperti
1 set kartu memori, 1 bendel gambar-gambar flora, fauna, manusia dan alam benda,
dan 1 keping VCD kompilasi lagu-lagu anak-anak berbahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris. Media tersebut akan kurang bermanfaat apabila para guru belum tahu
memperagakannya dalam pembelajaran di kelas secara menarik melalui penerapan
permainan (game) edukatif di dalam kelas sehingga interaksi kelas tidak monoton
diisi dengan kegiatan menyanyi dan mewarnai saja.
1.1 Analisis Situasi
Di Desa Kalibukbuk dan Desa Anturan yang secara geografis letaknya
bersebelahan.Di desa tersebut terdapat masing-masing satu buah Penyelenggara
PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak Kanak (TK) yang dikelola
oleh ibu –ibu PKK desa setempat.Kedua TK tersebut, yaitu TK Wisata Kumara dan
TK Kumara Kerti. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kepala sekolah kedua
TK tersebut, mereka mengalami kendala dengan penggunaan permainan (game)
edukatif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran mereka cenderung monoton bagi
anak-anak. Kalau mengirimkan guru-guru untuk magang atau training ke lembaga-
lembaga yang ahli dalam bidang tersebut, para kepala sekolah kuatir bahwa hal
tersebut memerlukan biaya yang relatif tinggi. Hal tersebut kurang sesuai dengan
keadaan keuangan mereka.Sebagai pemasukan, mereka mengandalkan sumbangan
yang dipungut dari orang tua siswa, yang rata-rata berjumlah Rp 120.000,- pertahun
peranak. Pada tahun ajaran 2013/2014, setiap TK memiliki rata-rata 70 orang anak
didik dengan sebaran 10% penitipan anak, 30% TK A dan 60% TK B. Dengan
jumlah anak yang cukup banyak, setiap TK hanya memiliki dana operasional
pertahun rata-rata sebesar Rp 8.400.000,- dari sumbangan orang tua anak. Jumlah
ini, sangat minim sehingga dana untuk peningkatan kualitas sumber daya kurang
menjadi prioritas.
Observasi di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran anak-anak di kelas
didominasi oleh kegiatan menyanyi dan mewarnai. Kegiatan menyanyi yang mereka
lakukan masih didominasi oleh aktivitas verbal saja, dengan pelibatan aspek
psikomotorik yang terbatas. Mereka menyanyi sambil duduk, atau sekedar berdiri
tanpa melakukan gerak-gerak penguat memori yang cukup. Kegiatan menyanyi
tersebut hanya sebagai selingan yang kurang maksimal dalam menunjang
perkembangan kebahasaan anak. Cara guru mengelola kelas masih monoton dari satu
pertemuan ke pertemuan lain. Pengaturan kelas masih tradisional, dengan deretan
bangku yang ada di tengah-tengah kelas, sehingga menghalangi gerak siswa dan guru
dalam berinteraksi di dalam kelas. Dalam pembelajaran para siswa kebanyakan
duduk sehingga terkesan membosankan. Agar bisa setara dengan TK-TK yang sudah
maju, para guru memerlukan keterampilan menggunakan media pembelajaran secara
efektif dan memperbanyak kegiatan kelas yang berbasis permainan. Cuplikan
pengaturan kelas, yang kurang interaktif dapat dilihat pada gambar 01.
Gambar 01. Pengaturan Tempat Duduk Anak di TK Wisata Kumara
Dalam gambar 01 terlihat posisi tempat duduk para siswa berada di tengah-tengah
kelas dan cenderung memenuhi ruangan kelas. Dengan pengaturan tempat duduk
seperti itu, mencerminkan kegiatan pembelajaran yang didominasi oleh kegiatan
duduk, seperti menggambar atau mewarnai.Pada TK-TK modern, tempat duduk
diatur menempel ke tembok supaya di tengah ruangan bisa menjadi tempat lapang
untuk memaksimalkan kombinasi aspek kognitif, afektif dan psikomotor anak.Anak
bisa menari, menyanyi, melaksanakan permainan edukatif dengan lebih leluasa tanpa
diganggu oleh keberadaan bangku tersebut.
1010
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Setelah dilakukan pertemuan dan diskusi antara pihak TK Kumara Kerti dan TK
Wisata Kumara dengan tim dari Undiksha, maka diidentifikasi beberapa
permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru TK di desa Kalibukbuk dan Anturan,
yaitu:
1. Minimnya keterampilan menggunakan permainan-permainan pengajaran
bahasa dengan pemanfaatan peraga/media pembelajaran yang sudah
tersedia di sekolah dalam menunjang keterampilan berbahasa anak.
2. Media utama yang digunakan oleh guru untuk menunjang keterampilan
berbahasa anak adalah buku LKS PIKO Junior yang diterima anak setiap
bulan. Sebagai akibatnya pembelajaran menjadi LKS-based yang
membosankan anak-anak.
3. Kurangnya variasi cara penggunaan alat peraga bahasa yang dimiliki
karena terbatasnya keterampilan guru serta kurangnya pelatihan yang
mereka ikuti tentang penggunaan alat peraga dan permainan di dalam
kelas.
4. Biaya pengembangan kemampuan para guru tidak menjadi prioritas,
karena terbatasnya dana. Uang yang dipungut dari siswa digunakan untuk
gaji guru, dan biaya operasional lain seperti pemeliharaan alat, atau
pembelian alat baru.
5. Para guru bukan tamatan PGPAUD atau PGTK sehingga mereka kurang
memiliki pengetahuan tentang pengelolaan kelas usia dini, terutama
pembelajaran aspek-aspek kebahasaan dengan penggunaan media
pembelajaran yang efektif, dan penggunaan permainan dalam interaksi
kelas.
1111
Perumusan masalah dari Kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut:
Upaya apakah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan para
guru dalam menggunakan permainan pengajaran bahasa dalam interaksi kelas
diTK Kumara Kerti dan TK Wisata Kumara?
1.3 Tinjauan Pustaka
1.3.1 Pendidikan Anak Usia Dini
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 menyebutkan
bahwa penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman kanak
Kanak (TK/Raudhatul Atfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat, yang menggunakan
program untuk anak usia 4-≤6 tahun. Dalam peraturan Mendiknas tersebut juga
dicantumkan bahwa standar PAUD terdiri atas empat kelompok, yaitu: 1) standar
tingkat pencapaian perkembangan; 2) standar pendidik dan tenaga kependidikan; 3)
standar isi, proses, dan penilaian; dan 4) standar sarana dan prasarana, pengelolaan
dan pembiayaan.
Salah satu lingkup perkembangan yang perlu dicapai oleh anak adalah
perkembangan bahasa yang meliputi a) menerima bahasa; b) mengungkapkan bahasa;
dan c) keaksaraan. Fakta ini menyiratkan bahwa keterampilan berbahasa adalah salah
satu aspek yang perlu dikembangkan oleh anak.
Felicia (2011) dalam Kompas.com menulis bahwa Profesor Sandralyn Byrnes
mengungkapkan di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini, anak-anak sudah diajarkan
dasar-dasar cara belajar. Di usia dini, anak-anak akan belajar pondasi-pondasi belajar.
Mereka diajarkan dengan cara yang mereka ketahui, yakni lewat bermain. Tetapi
bukan sekedar bermain, tetapi bermain yang diarahkan. Melalui bermai yang
diarahkan, mereka bisa belajar banyak; cara bersosialisasi, problem solving,
1212
negosiasi, managemen waktu, resolusi konflik, berada dalam grup besar/ kecil,
kewajiban sosial serta 1-3 bahasa.
Ini menunjukkan bahwa untuk mendukung proses belajar dan bermain anak-
ank usia dini perlu difasilitasi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Dalam
belajar mereka perlu dibantu dengan alat-alat peraga, sehingga mereka dapat
memahami apa yang sedang mereka pelajari.
1.3.2 Perkembangan Bahasa Anak
Sejalan dengan perkembangan fisiknya, anak juga mengalami perkembangan
bahasa yang melalui tahapan-tahapan atau fase-fase tertentu. Anak tidak menguasai
bahasa secara tiba-tiba, namun melalui tahap perkembangan baik perkembangan
bunyi bahasa, kosakata, pembentukan kata, struktur bahasa maupun perkembangan
makna bahasa.
Desmita (2009) mengutip tahapan-tahapan perkembangan bahasa anak yang
bersumber dari Santrock (1995) dan Lerner & Hultsch (1983). Santrock dan Lerner &
Hultsch menguraikan bahwa ketika anak-anak sudah berumur dari 41 bulan sampai
46 bulan atau kurang lebih hampir 4 tahun, anak telah mampu mengucapkan kalimat
yang kompleks dengan menggabungkan 2 atau lebih kalimat, kalimat-kalimat
sederhana dan hubungan-hubungan proposisi terkoordinasi.
Seorang anak memperoleh bahasa dari lingkungannya yang kemudian digunakan
untuk berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Anak memeroleh bahasanya selama
beberapa tahun. Mereka mempelajari aspek-aspek bahasa yang berbeda sejalan
dengan pertumbuhan mereka (Taylor, 1990: 227). Selanjutnya, Taylor mengatakan
bahwa ketika seorang anak menjadi semakin besar, ada tiga hal yang berubah, yaitu
a. isi dan fungsi dari pesan yang disampaikan (the contents and functions of his
messages;
1313
b. lingkaran orang-orang disekitarnya yang diajak berkomunikasi (the circle of
people with whom he communicates);
c. piranti yang digunakan untuk berkomunikasi (the means by which he
communicates).
Perubahan tersebut di atas dapat dilihat dalam enam fase seperti di bawah ini.
1) Fase Neonate (neo = ‘new’= baru; nate=’born’ = lahir), yaitu fase saat bayi
baru dilahirkan. Fase neonate sering juga dikenal dengan istilah infant (in
=’without’= tanpa; fant = ‘speech’= perkataan; sampai pada umur 1 tahun).
Seorang infant menggunakan piranti pralinguistik, seperti tangisan, gerak
tubuh, tawa dan vokalisasi, untuk berkomunikasi dengan orang-orang dekat di
sekitarnya, terutama kepada ibunya.
2) Fase toddler (umur 1-2 tahun) adalah fase ketika anak mulai berjalan atau
belajar berjalan, begitu juga si anak mulai beranjak ke arah komunikasi verbal
dengan belajar mengucapkan bunyi-bunyian dan menggunakan kata-kata
secara individual. Dalam fase ini si Ibu masih merupakan pusat komunikasi si
anak.
3) Fase umur 2-3 tahun. Anak yang berumur 2-3 tahun sudah bisa
mengkomunikasikan keperluan fisik dan sosial mereka menggunakan bahasa
yang sudah terdiri atas morfem yang berstruktur dan kombinasi kata-kata.
Seiring berkembangnya si anak, lingkaran komunikasi anak menjadi semakin
luas, yaitu termasuk lingkungan komunikasi dengan teman sebaya.
4) Fase prasekolah (umur 3-5 tahun). Anak usia ini sudah menguasai
keterampilan dasar dalam berkomunikasi dan bahasa sudah diperoleh. Si anak
sudah bisa memproduksi berbagai ujaran untuk menyampaikan pesan.
5) Fase anak sekolah (umur 6-12 tahun). Anak pada umur ini sudah terampil
mengkomunikasikan ide mereka melalui kalimat-kalimat dan diskursus
dengan struktur bahasa yang bervariasi dan kompleks. Mereka juga
1414
mempelajari keterampilan berbahasa yang lain, seperti membaca dan menulis
yang selanjutnya memiliki peran yang penting terhadap perkembangan
intelektual mereka.
6) Fase anak sekolah lanjutan. Pada fase ini keterampilan berbahasa dan
berkomunikasi sudah semakin berkembang dan mereka bisa
mengembangkannya secara optimal jika mereka ingin menjadi bagian
masyarakat yang terpelajar.
1.4 Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan P2M ini adalah:
Untuk meningkatkan keterampilan para guru diTK Kumara Kerti dan TK
Wisata Kumaradalam menggunakan permainan – permainan pengajaran
bahasa dalam pembelajaran di kelas.
1.5 Manfaat Kegiatan
Kegiatatan pengabdian pada masyarakat ini sangat bermanfaat bagi anak, guru
maupun masyarakat sekitarnya.
a. Anak usia dini yang belajar dapat menggunakan berbagai alat peraga bahasa
yang dihasilkanuntuk mengatasi rasa kebosanan mereka baik dalam bermain,
berkreativitas maupun dalam mengasah keterampilan psikomotor, reseptif
serta keterampilan berbahasa mereka.
b. Para guru memiliki kemampuan untuk memvariasikan kegiatan pembelajaran
di kelas dengan permainan pengajaran bahasa sehingga siswa lebih tertarik
dengan kegiatan di kelas. Ketertarikan ini akan menunjang prestasi mereka
dalam belajar.
1515
c. Masyarakat desa yang menitipkan anaknya di TK-TK tersebut juga mendapat
manfaat secara psikologi karena merasa nyaman dengan difasilitasinya
kegiatan belajar anak-anak mereka.
d. Pemerintah desa khususnya ibu-ibu PKK akan sangat terbantu dengan adanya
bantuan pelatihan ini.
1616
BAB II
METODE PELAKSANAAN
2.1 Khalayak Sasaran Strategis
Masyarakat sasaran dalam pengabdian pada masyarakat ini adalah guru-guru TK
Kumara Kerti di Desa Anturan dan guru-guru TK Wisata Kumara di Desa
Kalibukbuk. Jumlah semua guru yang akan terlibat adalah 12 orang termasuk dua
orang kepala sekolah. Daftar nama-nama guru yang akan terlibat dalam kegiatan
pelatihan ini tercantum dalam Tabel 01.
Tabel 01.Daftar Nama Peserta Pelatihan Permainan Pengajaran Bahasa
No Nama JenisKelamin
Tk/PAUD
1 Ni Nyoman Kametri Jnani,A.Ma. perempuan Tk/PAUD Wisata Kumara2 Luh Putu Meidha Pradini perempuan Tk/PAUD Wisata Kumara3 Ni Nyoman Sri Antari perempuan Tk/PAUD Wisata Kumara4 Ni Luh Lasning perempuan Tk/PAUDWisata Kumara5 Nengah Susanti perempuan Tk/PAUD Wisata Kumara6 Ni Wayan Satri perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti7 Ni Wayan Sarmin perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti8 Komang Erni Yastari perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti9 Ketut Yeni Indrawati perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti10 Ketut Hartini utami perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti11 Kadek dwi Jayantini perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti12 Luh Putu Heni Wijayanti perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti
1717
2.2 Kerangka Pemecahan Masalah
Dalam kegiatan pengabdian ini, masalah yang akan ditangani adalah kurang
maksimalnya penggunaan metode pengajaran dengan menggunakan permainan
bahasa dalam proses belajar mengajar di kelas. Masalah ini dapat diatasi dengan
memberikan pelatihan bagi guru-guru TK yang seluruhnya berjumlah 12 orang.Jenis-
jenis permainan yang akan diperkenalkan adalah: permainan pojokan angka,
permainan menghitung angka, permainan bang-bang, permainan uang dan kunci,
permainan bertepuk dengan angka, permainan orang hilang, permainan bisik-bisikan,
permainan aktor, permainan mencari pasangan benda, permainan suara binatang,
permainan tebak gambar, dan lain sebagainya. Permainan-permainan tersebut bisa
memanfaatkan ketersediaan media pembelajaran yang telah dibuat pada kegiatan
P2M tahun 2013 dan yang sudah dimiliki setiap TK sejak awal.
Pelatihan ini sangat mungkin untuk dilakukan karena: (1) Ketersediaan sumber
belajar yang berupa video-video permainan edukatif pada situs youtube yang akan
sangat membantu para guru untuk memahami permainan yang dipelajari (2)
pelatih/instruktur adalah dosen-dosen dari fakultas bahasa dan seni Universitas
pendidikan Ganesha yang sudah sering menerapkan permainan bahasa tersebut dalam
pembelajaran, (3) pelatihan penerapan permainan dalam pembelajaran ini tidak
memerlukan biaya yang tinggi karena tidak memerlukan pembelian alat dan bahan,
(4) Penerapan permainan edikatif dalam pembelajaran sangatlah tepat untuk
pembelajaran bahasa untuk anak-anak mengingat masa TK adalah masa bermain.
Para siswa akan belajar dengan sangat menyenangkan dan tanpa beban.
Kerangka rancangan pemecahan masalah dapar terlihat dalam Gambar 03.
Kepala sekolah TK WisataKumara dan TK Kumara Kerti
mendukung pelatihanPenerapan metode permainan
dalam PBM
1818
Dukungan tersebut dilandasioleh kurangnya penerapanmetode yang menarik bagi
siswa dalam PBM
Tersedianya berbagai sumberpermainan bahasa di internetdan buku-buku pembelajaran
bahasa
P2M: Pelatihan penerapanmetode permainan dalam
pembelajaran
Meningkatnya kemampuanpara guru dalam penerapan
permainan pembelajaranbahasa di dalam kelas sehinggakualita PBM tidak kalah jauh
dari TK yang sudah maju
Gambar 03. Kerangka Pemecahan Masalah
Rencana pemecahan masalah yang dibuat dalam pelatihan ini secara rinci adalah:
a. Instruktur mengidentifikasi permainan-permainan pengajaran bahasa yang
bisa diterapkan dalam pembelajaran di kedua TK tersebut. Permainan-
permainan yang sesuai diunduh dari situs youtube dan situs yang tak berbayar
1919
lain, ditambah dengan permainan pengajaran bahasa yang tersedia dalam
buku-buku pengajaran bahasa.
b. Video permainan yang terkumpul diklasifikasikan berdasarkan topik dan
aspek kebahasaan yang difokuskan.
c. Pelatihan diurutkan sebagai berikut:
permainan pojokan angka, permainan menghitung angka, permainan bang-
bang, permainan uang dan kunci, permainan bertepuk dengan angka,
permainan orang hilang, permainan bisik-bisikan, permainan aktor, permainan
mencari pasangan benda, permainan suara binatang, permainan tebak gambar.
2.3 Metode Pelaksanaan Kegiatan
Metode/pendekatan yang ditawarkan untuk membantu guru-guru TK dalam
meningkatkan keterampilan berbahasa anak adalah dengan memberikan pelatihan
penerapan permainan pengajaran bahasa dalam proses belajar mengajar di kelas.
Instruktur pelatihan adalah dosen-dosen dari fakultas bahasa dan seni. Proses
pelatihan penerapan permainan kebahasaan di dalam kelas ini diharapkan juga dapat
meningkatkan kreativitas guru dan wawasan bahwa alat permainan tidak selalu harus
dibuatkan atau mencontoh hasil kreativitas orang lain namun juga dapat dibuat
sendiri sesuai dengan karakteristik dan keperluan anak didik di TK Wisata Kumara
dan TK Kumara Kerti.
Adapun metode pelaksanaa kegiatan dirancang dengan sistematis melalui
beberapa tahapan berikut:
a. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan ini yang dilakukan adalah:
1) Persiapan administrasi
2) Koordinasi dengan mitra
3) Observasi terhadap kondisi fisik, sarana dan prasarana TK
4) Penyiapan materi pelatihan, alat dan bahan habis pakai
2020
5) Koleksi video dan permainan dari youtube dan sumber lain baik online
maupun tercetak yangsesuai dengan keperluan guru-guru di TK mitra
6) Penyusunan jadwal pelatihan
b. Tahap Implementasi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Sosialisasi penggunaan permainan dalam proses belajar mengajar di TK
Wisata Kumara dan TK Kumara Kerti.
2) Pelatihan penerapan permainan kebahasaan dalam pembelajaran kepada
guru-guru dan sosialisasi penggunaan permainan dalam proses belajar
mengajar di TK Wisata Kumara dan TK Kumara Kerti.
c. Tahap Monitoring
Pada Tahap monitoring kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan
pengawasan/peninjauan ke TK Kumara Kerti dan TK wisata Kumara di Desa
Anturan dan Desa Kalibukbuk. Menemui para guru apakah pelatihan penerapan
metode permainan pengajaran bahasa diimplementasikan membantu mereka dalam
peningkatan keterampilan mengajar dan mencari tahu kendala yang mungkin
dihadapi dalam pelatihan tersebut.
d. Tahap Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai kebermanfaatan keterampilan penerapan
metode permainan dalam pengajaran bagi guru-guru TK Kumara Kerti dan TK
Wisata Kumara.Evaluasi juga dilaksanakan untuk melihat apakah permainan yang
diajarkan mampu meningkatkan ketertarikansiswa dalam meningkatkan keterampilan
berbahasa mereka.Pada Tahap evaluasi juga akan dicari solusi atas kendala yang
mungkin dihadapi.
2121
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pelaksanaan P2M di TK Kumara Kerti dan TK Wisata Kumara
Kegiatan pelaksanaan program P2M ini dilaksanakan pada tanggal 11 sampai
dengan 15 Agustus 2014. Setiap harinya kegiatan dilaksanakan selama 90 menit. Tim
Pelaksana dari kegiatan ini berjumlah tiga orang yakni I Made Suta Paramarta,S.Pd.,
M.Hum. (Ketua), Ni Luh Putu Sri Adnyani, S.Pd., M.Hum. (Anggota), dan A.A. Sri
Barustyawati, S.Pd. , M.Hum. (Anggota). Sebagai pembicara atau instruktur adalah
Putu Ayu Prabawati Sudana, S.Pd., M.Hum., yang merupakan staf pengajar di
Jurusan DIII Bahasa Inggris Undiksha.
Peserta kegiatan P2M tahun 2014 ini adalah kepala sekolah dan guru-guru TK
Kumara Kerti dan TK Wisata Kumara sebanyak 12 orang. Adapun nama-nama para
peserta tersebut adalah:
Tabel 02. Daftar Nama Peserta Pelatihan
No Nama Jenis Tk/PAUDKelamin
1 Ni Nyoman Kametri Jnani,A.Ma. Perempuan Tk/PAUD Wisata Kumara2 Luh Putu Meidha Pradini Perempuan Tk/PAUD Wisata Kumara3 Ni Nyoman Sri Antari Perempuan Tk/PAUD Wisata Kumara4 Ni Luh Lasning Perempuan Tk/PAUDWisata Kumara5 Nengah Susanti Perempuan Tk/PAUD Wisata Kumara6 Ni Wayan Satri Perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti7 Ni Wayan Sarmin Perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti8 Komang Erni Yastari Perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti9 Ketut Yeni Indrawati Perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti10 Ketut Hartini utami Perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti11 Kadek dwi Jayantini Perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti12 Luh Putu Heni Wijayanti Perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti
2222
Selain 12 peserta tersebut, dilibatkan juga 3 orang mahasiswa untuk membantu
kelancaran pelaksanaan P2M.
3.2 Pembahasan Kegiatan
A. Pemaparan Materi
Untuk membuat pelaksanaan kegiatan P2M ini menjadi terorganisir dan
sistematis, tim pelaksana telah menyiapkan sebuah kit pelatihan. Dalam P2M kit
tersebut terdapat sebuah DVD yang memuat jenis-jenis permainan bahasa yang
dijelaskan beserta langkah-langkah pelaksanaannya di kelas. P2M kit tersebut juga
memuat video dari lagu-lagu yang dijadikan materi pelatihan yang dilengkapi dengan
lirik dan cara mengimplementasikannya di kelas.
Pelatihan pada kegiatan P2M ini lebih difokuskan dalam pemaparan dan cara -
cara mengimplementasikan permainan-permainan bahasa yang bisa diterapkan untuk
anak-anak taman kanak-kanak. Lagu-lagu yang diberikan bersifat sebagai suplemen
dari teknik permainan bahasa yang diberikan, dengan tujuan untuk membuat suasana
yang ceria dan menyenangkan bagi anak-anak, sehingga mereka tidak sadar jika
mereka sedang belajar sesuatu dari permainan dan lagu tersebut. Pemaparan materi
diberikan sesuai dengan klasifikasi yang telah dibuat yakni permainan pojokan angka,
permainan menghitung angka, permainan bang-bang, permainan uang dan kunci,
permainan bertepuk dengan angka, permainan orang hilang, permainan bisik-bisikan,
permainan aktor, permainan mencari pasangan benda, permainan suara binatang,
permainan tebak gambar, dan lain sebagainya.
2323
Berikut adalah beberapa dokumentasi kegiatan P2M yang dilaksanakan pada
hari Senin – Jumat, 11 – 15 Agustus 2014:
Gambar 3.1 Penjelasan tentang Permainan Pengajaran Bahasa oleh Tim Pelaksana P2M
Pada gambar 3.1 diatas dapat dilihat tim pelaksana P2M membantu
memberikan penjelasan materi tentang permainan pengajaran bahasa kepada peserta
pelatihan. Penjelasan tentang permainan tersebut, diberikan secara bertahap, sesuai
dengan klasifikasi jenis-jenis permainan sebagaimana yang telah direncanakan.
2424
Gambar 3.2 Peserta Pelatihan Memperhatikan Penjelasan dengan Antusias
Walaupun kegiatan pelatihan yang dilaksanakan tahun ini bukan merupakan
pelatihan yang pertama kali dilakukan di TK Wisata Kumara Desa Kalibukbuk dan
TK Kumara Kerti Desa Anturan, motivasi dan minat para kepala sekolah dan guru-
guru TK peserta pelatihan masih tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan keseriusan para
peserta selama pelatihan khususnya dalam sesi pemaparan materi. Antusiasme para
peserta ditunjukkan dengan perhatian yang besar, keseriusan dalam mencatat, serta
antusias dalam bertanya seperti yang dapat dilihat dari gambar 3.2 diatas.
2525
Gambar 3.3 Tim Pelaksana Membantu Penerapan Permainan Angka
Dari beragam permainan bahasa dan lagu-lagu yang diberikan dalam
pelatihan ini, disini akan dipaparkan dua dari penerapan permainan dan lagu tersebut.
Pertama, dalam permainan menghitung angka, pelatihan ini menggunakan kartu remi
bekas dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Guru meminta anak-anak untuk duduk dalam lingkaran kecil.
2. Guru menanyakan jika anak-anak menyukai permainan kartu.
3. Guru menanyakan jika anak-anak pernah melihat kartu remi.
4. Guru menyampaikan akan mengajak anak-anak bermain menghitung angka
dalam kartu remi.
5. Guru memperlihatkan satu kartu kepada anak-anak dan menanyakan gambar
apa yang ada di kartu tersebut.
6. Guru mengajak anak-anak menghitung bersama jumlah gambar yang ada di
kartu (dilakukan secara berurutan dari angka 1 dan seterusnya).
2626
7. Guru kemudian menunjukkan angka dari jumlah benda/gambar yang dihitung
bersama-sama, yang ada di pojok atas dan bawah kartu.
8. Guru memperlihatkan kartu yang lain dan melakukan hal yang sama sampai
angka 10.
9. Kemudian guru mengambil satu kartu dan menanyakan kepada anak siapa
yang bisa menghitung dan menunjuk angkanya. Lakukan dari angka 1- 10.
Permainan kedua dari menghitung angka ini, kemudian dilanjutkan dengan
menghitung benda-benda yang ada di kelas, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Guru meminta anak-anak untuk mengumpulkan tas di meja dalam lingkaran
duduk masing-masing.
2. Guru meminta anak-anak untuk menghitung tas secara bersama-sama.
3. Guru meminta anak memcari kartu dengan angka sejumlah tas yang ada
(misal ada 4 tas)
4. Guru meminta anak-anak menempelkan kartu dengan angka tersebut di salah
satu tas anak.
5. Guru melakukan hal yang sama dengan meja, kursi, lemari/rak buku, sekat
dalam rak buku, jendela, dan sebagainya.
Ketika sudah selesai, guru mengajak anak-anak untuk bernyanyi dengan
angka tadi. Lagu tersebut diadaptasi dari lagu One Little Indian, disesuaikan dengan
benda yang dipakai sehingga menguatkan apa yang telah dipelajari oleh anak-anak
dari permainan sebelumnya:
One little, two little, three little school bags,
Four little, five little, six little school bags,
Seven little, eight little, nine little school bags,
Ten little school bags.
2727
B. Simulasi Permainan Bahasa dan Lagu oleh Peserta Pelatihan
Setelah pemaparan materi oleh instruktur yang dibantu oleh tim pelaksana,
kegiatan diselingi dengan acara makan siang. Dalam kesempatan ini, tim pelaksana,
instruktur dan mahasiswa, berbincang-bincang secara informal tentang kesulitan
dalam memahami penjelasan instruktur, apa pendapat peserta tentang kegiatan
tersebut, dan bagaimana perasaan mereka setelah mendengar dan melihat penjelasan
tentang permainan bahasa dan lagu untuk anak-anak TK.
Gambar 3.4 Peserta Menikmati Makan Siang
Setelah acara makan siang, kegiatan dilanjutkan dengan simulasi oleh para
peserta. Peserta dibagi menjadi enam (6) kelompok, sehingga masing-masing
kelompok terdiri dari 2 orang. Dalam sesi ini, masing-masing kelompok diminta
untuk memperagakan permainan bahasa dan lagu sesuai dengan tema yang dipilih.
Awalnya peserta menemui kendala dalam memilih permainan bahasa yang kreatif
dan menyenangkan. Namun, setelah berkonsultasi dengan instruktur dan tim
2828
pelaksana, akhirnya masing-masing kelompok mendapatkan satu permainan kreatif
dengan menggunakan alat peraga yang sudah disediakan. Ketika satu kelompok
bertindak sebagai penyaji (guru), peserta yang lain bertindak sebagai muridnya. Dari
penampilan semua peserta, hampir semua pada awalnya terlihat canggung, namun
setelah beberapa menit berlalu, suasana pelatihan menjadi riuh oleh aktivitas dan
antuasiasme peserta.
Gambar 3.5 Peserta Memperhatikan dan Mengikuti Instruksi dengan Seksama dalam Sesi Simulasi
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, kegiatan ini
melibatkan mahasiswa untuk kelancaran acara, baik dari tahap persiapan sampai
akhir pelatihan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa
dalam berorganisasi, berinteraksi dengan orang lain khususnya masyarakat di luar
lembaga, dan memberi pengalaman dalam penerapan ilmu di masyarakat. Dalam
gambar 3.6 berikut dapat dilihat ketiga mahasiswa sedang membantu menyiapkan
alat peraga yang akan dipakai oleh peserta dalam sesi simulasi.
2929
Gambar 3.6 Mahasiswa Membantu Persiapan Simulasi
3030
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
Kegiatan P2M pada tahun 2014 ini mengambil tema Pelatihan Permainan
Pengajaran Bahasa untuk Guru-guru TK Wisata Kumara Desa Kalibukbuk dan TK
Kumara Kerti Desa Anturan. Kegiatan dilaksanakan selama lima hari yakni dari hari
Senin – Jumat, tanggal 11 – 15 Agustus 2014. Kegiatan dilaksanakan di TK Wisata
Kumara Desa Kalibukbuk dan TK Kumara Kerti Desa Anturan, dengan 12 orang
peserta yang terdiri dari kepala sekolah dan guru-guru TK dari TK Wisata Kumara
Desa Kalibukbuk dan TK Kumara Kerti sendiri. Kegiatan pelatihan tersebut dibagi
menjadi dua sesi setiap harinya yaitu sesi pemaparan materi oleh intruktur yang
dibantu oleh tim pelaksana dan sesi simulasi oleh peserta. Dari pelaksanaan pelatihan,
dapat dilihat keseriusan dan antusiasme peserta sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari kesungguhan peserta mendengar, mencatat, bertanya dan memperagakan
pengajaran permainan bahasa dan lagu dalam sesi simulasi selama pelatihan
berlangsung.
4.2. Saran
Berdasarkan perbincangan informal dengan peserta selama kegiatan pelatihan
dan evaluasi di akhir kegiatan, peserta mengakui kurangnya referensi tentang
permainan bahasa yang kreatif dan inovatif yang mereka miliki. Peserta juga
menyampaikan jika referensi lagu yang mereka miliki hampir tidak pernah bertambah
secara signifikan, walaupun telah bekerja sebagai guru selama bertahun-tahun. Hal ini
menyulitkan mereka untuk berkreasi di kelas, untuk membuat kelas menjadi lebih
menyenangkan, karena apa yang dilakukan selama ini berkesan monoton dan kurang
interaktif. Para peserta juga menyampaikan jika mereka sangat jarang mendapatkan
3131
pelatihan seperti pelatihan penggunaan permainan bahasa ini, sehingga mereka sangat
bersyukur dan berterima kasih kepada tim pelaksana yang telah mau berbagi materi,
memberi penjelasan tentang langkah-langkah penggunaan permainan bahasa untuk
anak-anak TK di kelas, dan melatih secara langsung pengimplementasiannya. Dari
apa yang telah disampaikan oleh para peserta tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kegiatan pelatihan sejenis atau dalam bidang lain sangat penting dilakukan ke
depannya. Hal ini seyogyanya menjadi perhatian dan tindak lanjut bagi pihak-pihak
terkait seperti Dinas Pendidikan, Unit Pelaksana Pendidikan, atau instansi terkait
lainnya seperti Universitas Pendidikan Ganesha, sehingga peningkatan sumber daya
di bidang pendidikan dapat terus ditingkatkan tidak hanya dari kuantitas namun juga
dari segi kualitas.
3232
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Felicia, Nadia. 2011. Mengapa Pendidikan Anak Usia Dini Penting?http://female.kompas.com. Diunduh (25 Agustus 2012)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009
Taylor, Insup. 1990. Psycholinguistiks:Learning and Using Language. EnglewoodCliffts: Prentice-Hall.Inc.
33
LAMPIRAN – LAMPIRAN
34
35