laporan akhir program p2m penerapan...
TRANSCRIPT
1
PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK MENINGKATKAN
PROFESIONALISME GURU-GURU SD
DI KECAMATAN BULELENG
Tim Pelaksana:
Dra. Ni Ketut Rapi, M.Pd (Ketua) NIP. 196308301988032002
Dewi Oktofa Rachmawati, S.Si, M.Si (Anggota) NIP. 197012101995012001
I G. A. Nyoman Sri Wahyuni, S.Pd (Anggota) NIP. 197204131998022002
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK
Nomor:74/UN48.15/LPM/2014
Tanggal 13Februari 2014
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
TAHUN 2014
LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK
2
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
a. Judul : Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas untuk
Meningkatkan Profesionalisme Guru SD di Kecamatan
Buleleng
b. Jenis Program : Pelatihan
c. Bidang Kegiatan : Pendidikan
d. Identitas Pelaksana :
1. Ketua Pelaksana :
a) Nama : Dra. Ni Ketut Rapi, M.Pd
b) NIP : 19630830 198803 2002
c) NID : 0030086303
d) Pangkat/Gol : Pembina Tk.I /IVb
e) Alamat kantor : Kampus Tengah Undiksha Jl. Udayana Singaraja
f) Alamat rumah : Jl. Srirama No. 20 Singaraja
2. Anggota 1 :
a) Nama : Dewi Oktofa Rachmawati, S.Si, M.Si
b) NIP : 197012101995012001
c) Pangkat/Gol : Pembina/IVa
d) Alamat kantor : Kampus Tengah Undiksha Jl. Udayana Singaraja
e) Alamat rumah : Jl P. Menjangan BTN Banyuning Indah A. 15 Singaraja
3. Anggota 2 :
a) Nama : I G. A. Nyoman Sri Wahyuni, S.Pd
b) NIP : 19720413199802 2 002
c) Pangkat/Gol : Penata Muda/IIId
d) Alamat kantor : Kampus Tengah Undiksha Jl. Udayana Singaraja
e) Alamat rumah : Jl. Jendral Sudirman, Gg. V/2 Singaraja
e. Biaya yang diperlukan : Rp. 10.000.000,-
(Sepuluh Juta Rupiah)
f. Lama Kegiatan : 7 bulan (Maret – September 2014)
Mengetahui, Singaraja, 10 September 2014
Dekan FMIPA Ketua Pelaksana,
Universitas Pendidikan Ganesha
Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si Dr. Ni Ketut Rapi, M.Pd
NIP. 195812311986011005 NIP. 19630830 198803 2002
Mengetahui,
Ketua LPM Undiksha
Prof.Dr. Ketut Suma, M.S
NIP.19590101 198403 1003
3
TIM PELAKSANA
1 Ketua Pelaksana
a. Nama Lengkap : Dra. Ni Ketut Rapi, M.Pd
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP : 19630830 198803 2002
d. Disiplin Ilmu : Pendidikan Fisika
e. Pangkat/Golongan : Pembina Tk.I /IVb
f. Fakultas/Jurusan : FMIPA/Pendidikan Fisika
g. Waktu untuk Kegiatan ini : 12 jam/minggu
2 Anggota pelaksana 1
a. Nama Lengkap : Dewi Oktofa Rachmawati, S.Si, M.Si
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP : 197012101995012001
d. Disiplin Ilmu : Fisika
e. Pangkat/Golongan : Pembina/IVa
f. Fakultas/Jurusan : FMIPA/Pendidikan Fisika
g. Waktu untuk Kegiatan ini : 10 jam/minggu
3 Anggota pelaksana 2
a. Nama Lengkap : I G. A. Nyoman Sri Wahyuni, S.Pd
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP : 1197204131998022002
d. Disiplin Ilmu : Fisika
e. Pangkat/Golongan : Penata Muda/IIId
f. Fakultas/Jurusan : FMIPA/Pendidikan Fisika
g. Waktu untuk Kegiatan ini : 10 jam/minggu
4
PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK
MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SD
DI KECAMATAN BULELENG
Oleh
Ni Ketut Rapi, Dewi Oktofa Rachmawati, dan I G. A. Nyoman Sri Wahyuni
ABSTRAK
Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas (PTK) bagi guru-guru SD di Kecamatan
Buleleng. Sasaran kegiatan ini adalah guru-guru SD yang ada di Kecamatan Buleleng
sebanyak 16 orang. Metode kegiatan dilakukan dengan memberikan ceramah, tanya
jawab, dan pelatihan membuat proposal PTK. Kegiatan bertempat di Laboratorium
Fisika Lanjut Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha.
Hasil pelatihan menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan kegiatan berjalan
dengan baik. Kegiatan pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan para peserta tentang
PTK hal ini didasarkan pada draf proposal yang dihasilkan oleh peserta. Respon peserta
sangat positif, guru-guru sangat antusias mengikuti pelatihan. Para peserta sangat
mengharapkan kegiatan ini berkelanjutan.
Kata Kunci: pelatihan, Penelitian Tindakan Kelas
5
PRAKATA
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
laporan pengabdian pada masyarakat ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyelesaian laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, tim
pelaksana pada kesempatan ini mengucapan terima kasih kepada:
1. Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha, atas segala bantuan administrasi
dan bimbingan sehingga kegiatan ini dapat terlaksana.
2. Kepada Dekan FMIPA atas bantuan dana yang diberikan sehingga kegiatan ini
dapat di laksanakan.
3. Semua pihak yang telah membantu menyukseskan kegiatan P2M ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan
kualitas pendidikan melalui pelatihan bagi para guru.
Singaraja, 10 September 2014
Tim Pelaksana,
6
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN i
TIM PELAKSANA ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 4
C. Tujuan Kegiatan 4
D. Manfaat Kegiatan 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Guru Sebagai Profesi 6
B. Sertifikasi Guru 6
C. Penelitian Tidakan Kelas (PTK) 7
BAB III METODE PELAKSANAAN
A. Kerangka Pemecahan Masalah 17
B. Realisasi Pemecahan Masalah 18
C. Khalayak Sasaran Strategis 18
D. Metode Kegiatan 18
E. Rancangan Evaluasi 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Kegiatan 20
B. Pembahasan 22
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 23
B. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN-LAMPIRAN 25
7
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
01 Daftar Hadir Peserta Pelatihan P2M ............................................
02 Materi Pelatihan ...........................................................................
03 Foto Kegiatan ...............................................................................
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Semenjak disahkannya UUGD (Undang-Undang Guru dan Dosen) pada bulan
Desember 2005, istilah sertifikasi khususnya sertifikasi guru menjadi sangat populer.
Hampir dalam setiap pertemuan/seminar/diskusi yang diikuti oleh guru, masalah
sertifikasi selalu menjadi topik yang hangat. Hal ini dapat dimengerti karena menurut
pasal 16 UUGD, dinyatakan bahwa guru yang memiliki sertifikat pendidik berhak
mendapatkan tunjangan profesi sebesar 1 x gaji. Apalagi, tunjangan profesi tersebut
diberikan kepada guru negeri maupun swasta, selama yang bersangkutan memiliki
sertifikat pendidik. Jadi sangat wajar jika ada orang yang mengatakan bahwa UUGD
seakan menjadi “angin sorga” bagi guru di Indonesia.
Jika selama ini “kesejahteraan” tenaga pendidik (guru dan dosen) dianggap
sangat kecil, maka dengan UUGD kesejahteraan tersebut dapat diperbaiki. Oleh karena
itu, pemberian tunjangan profesi merupakan pola yang ditempuh. Namun perlu dicatat
bahwa tujuan akhir UUGD tentunya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dengan
peningkatan kesejahteraan, diharapkan kinerja guru menjadi optimal dan pada
gilirannya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Ketika kesejahteraan dikaitkan dengan
tunjangan profesi, maka mau tidak mau, guru dianggap sebagai tenaga profesional.
Profesional dimaknai sebagai “well educated, highly performance and well paid”. Oleh
karena itu, wajarlah jika kemudian UUGD mensyaratkan tingkat pendidikan minimal
dan kompetensi yang harus dipenuhi untuk memperoleh sertifikat.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan, Undang-
Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, mulai tahun 2009 sertifikasi guru dalam jabatan
juga menyertakan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan.
Mulai tahun 2010 Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan melalui PLPG , dan
mulai tahun 2011 dilakukan melalui PLPG dan PPG. Peraturan Pemerintah tersebut
mengamanatkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
9
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Persyaratan kualifikasi akademik guru adalah
S1/D-IV yang dibuktikan dengan ijasah sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan
pendidikan formal di tempat penugasan. Persyaratan kompetensi guru mencakup
penguasaan kompotensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial yang dibuktikan
dengan sertifikat pendidik yang diperoleh melalui sertifikasi. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 18 Tahun 2007 menyatakan bahwa
sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk
memperoleh sertifikan pendidik (Depdiknas dan Ditjendikti: 2007). Uji kompetensi
tersebut dilakukan dalam bentuk PPG.
Berdasarkan data yang ada di Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, saat ini
Dinas Kabupaten Buleleng sudah merekrut guru SD sebanyak 931 orang dengan
kualifikasi akademik D2 PGSLP, D3 dan sebagian sudah sarjana. Untuk mencapai
kualifikasi yang diamanatkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 dan
meningkatkan profesionalisme guru, pemerintah Kabupaten Buleleng telah memberikan
kesempatan para guru untuk melanjutkan studi baik dengan sistem penyetaraan maupun
reguler. Sementara untuk menyongsong pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 18 Tahun 2007, pemerintah kabupaten Buleleng melalui Dinas
Pendidikan Kabupaten telah melakukan sosialisasi mekanisme dan prosedur sertifikasi
kepada guru.
Hasil pengamatan sepintas pada saat kegiatan PLPG menunjukkan masih banyak
para guru mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang kurang tentang model-model
pembelajaran inovatif dan Penelitian Tindakan Kelas. Selain itu berdasarkan hasil
wawancara dengan instruktur PTK dalam PLPG di Rayon 21 Universitas Pendidikan
Ganesha, diketahui bahwa pemahaman para guru terhadap PTK sangat kurang, bahkan
sebagian peserta masih sangat awam dalam melakukan PTK. Hasil wawancara dengan
beberapa guru SD di Kabupaten Buleleng, diperoleh informasi bahwa sebagian besar
dari mereka kepangkatannya mentok pada golongan IVa. Hal ini disebabkan, untuk
mengusulkan ke golongan IVb harus dilengkapi dengan bukti karya ilmiah, berupa
penelitian. Disatu sisi guru-guru mengalami kesulitan melakukan kegiatan penelitian
karena keterbatasan mereka dalam pengetahuan tentang PTK.
Meskipun beberapa usaha telah dilakukan oleh pemerintah kabupaten Buleleng
diantaranya pelatihan penelitian Tindakan kelas, namun hasil wawancara dengan
10
beberapa guru SD di kecamatan Buleleng menunjukkan masih banyak guru mempunyai
pengetahuan dan keterampilan yang kurang, tentang Penelitian Tindakan Kelas. Para
guru sangat membutuhkan pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas. Melihat
kenyataan yang diuraikan di atas, nampaknya perlu dilakukan suatu kegiatan yang
mampu meningkatkan pemahaman dan keterampilan para guru dalam bidang karya
pengembangan profesi, khususnya PTK. Hal ini akan dilakukan melalui kegiatan
pengabdian kepada masyarakat (P2M) sebagai salah satu kegiatan Tri Dharma
Perguruan Tinggi . Khalayak yang menjadi sasaran kegiatan ini adalah para guru SD di
Kecamatan Buleleng. Kegiatan ini berupa pelatihan PTK dengan menekankan pada
penguasaan terhadap teori dan Praktek PTK.
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kecerdasan dan
keterampilan manusia, sehingga kualitas Sumber Daya Manusia sangat tergantung dari
kualitas pendidikan. Dengan demikian program pendidikan mempunyai andil besar
terhadap kemajuan Sosial Ekonomi suatu bangsa. Upaya memperluas pemerataan
pendidikan di tingkat sekolah dasar telah berhasil diwujudkan dengan dibangunnya
prasarana dan sarana belajar dalam jumlah memadai, dan penyebarannya sampai ke
desa,dusun, serta dekat dengan lokasi pemukiman penduduk. Ketersediaan fasilitas
pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat menunjang dalam meningkatkan
pendidikan. Jumlah SD/MI pada tahun 2009 tercatat 506 buah menyebar di 9 kecamatan
dengan jumlah murid yang ditampung sebanyak 75.803 siswa. Jumlah guru yang
membimbing sebanyak 4.553 orang. Untuk kecamatan Buleleng jumlah murid 15.141
orang, dengan jumlah guru yang membimbing sebanyak 1015 orang (Dinas Pendidikan
Kabupaten Buleleng, 2009).
Berdasarkan hasil survai oleh tim pelaksana, diperoleh gambaran bahwa salah
satu permasalahan yang saat ini dihadapi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Buleleng adalah terbatasnya dana untuk melaksanakan pelatihan bagi para
guru. Di sisi lain, kualifikasi dan profesionalitas guru-guru SD yang ada di Kabupaten
Buleleng khususnya dalam melakukan penelitian tindakan kelas masih kurang.
Disamping itu banyak guru yang masih kurang memahami tentang model-model
pembelajaran inovatif, sistem asesmen dan mengembangkan buku ajar. Hal ini juga
terjadi pada para guru yang bertugas di Kecamata Buleleng. Hal ini berdampak pada
usulan naik pangkat, karena salah satu komponen yang harus dimiliki oleh guru untuk
11
mengusulkan naik pangkat ke golongan IVb adalah karya ilmiah yan berupa laporan
hasil penelitian. Sebagian besar guru-guru mentok di golongan IVa karena tidak bisa
melakukan kegiatan ilmiah (penelitian).
Mencermati hal di atas perlu kiranya dilakukan pembekalan berupa kegiatan
pelatihan tentang pengatahuan dan keterampilan PTK bagi guru-guru SD di Kabupaten
Buleleng, khususnya guru-guru SD di Kecamatan Buleleng agar guru-guru memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan PTK. Lebih lanjut diharapkan dengan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki para guru mampu melakukan PTK, mampu
memperbaiki proses pembelajaran, dan bisa mengusulkan naik pangkat kejenjeng yang
lebih tinggi.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pendahuluan di atas, nampaknya para guru belum cukup
mempersiapkan diri dalam menyongsong pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) Nomor 18 Tahun 2007. Hal ini bisa dilihat dari: (1) para guru
kurang memahami tentang model-model pembelajaran inovatif, (2) para guru kurang
memahami tentang Penelitian Tindakan Kelas, (3) para guru kurang mampu
mengembangkan buku ajar, dan (4) para guru kurang paham tentang asesmen dalam
pendidikan.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah pokok yang akan
dipecahkan melalui kegiatan P2M ini adalah“ Bagaimana memberikan pengetahuan dan
keterampilan PTK, sehingga para guru mempunyai kompetensi untuk merancang dan
mengimplementasikan PTK.
C. Tujuan Kegiatan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan utama dari kegiatan ini
adalah: meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru tentang Penelitian Tindakan
Kelas.
D. Manfaat Kegiatan
Kegiatan pelatihan ini diharapkan bermanfaat:
12
1. Bagi Guru-guru SD di Kecamatan Buleleng, program ini sangat bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang PTK, dan mampu melakukan
Penelitian Tindakan Kelas.
2. Bagi UNDIKSHA, program ini sangat bermanfaat untuk menjalin kerja sama antara
LPTK dengan masyarakat, sehingga potensi yang dimiliki UNDIKSKA dapat
disumbangkan kepada masyarakat untuk meningkatkat SDM Indonesia khususnya
dalam sektor pendidikan.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Guru Sebagai Profesi
Menurut UUGD No 14 Tahun 2005 disebutkan pada pasal 1 ayat 1 bahwa yang
dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2)
memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan
akhlak mulia; (3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas; (4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas; memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (5)
memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (6) memiliki
kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat; (7) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (8) memiliki organisasi profesi yang
mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru (Usman:2001).
Dalam upaya pengembangan profesi guru, hendaknya diselenggarakan melalui
pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskrimatif,
dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.
B. Sertifikasi Guru
Guru dituntut profesional dengan memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional. Cara memperoleh guru seperti itu melalui peningkatan
kualifikasi, uji kompetensi dan sertifikasi. Dengan demikian, guru profesional harus
memiliki sertifikat profesi. Sertifikasi diberikan secara individual kepada pendidik
14
sebagai pengakuan atas kompetensinya dalam keahlian dan keterampilan kependidikan
juga sebagai lisensi untuk melakukan pekerjaan pendidik.
Sertifikasi bertujuan untuk:
1) Mencetak calon pendidik qualified dalam melaksanakan tugas pokok fungsi
pendidik untuk meningkatkan kualitas sekolah.
2) Menentukan tingkat kelayakan pendidik dalam menyelenggarakan layanan
pendidikan.
3) Memperoleh gambaran tentang kompetensi pendidik yang dapat digunakan
sebagai alat pembinaan, pengembangan, dan peningkatan kualifikasi pendidik.
Fungsi sertifikasi adalah untuk:
1) Pengetahuan, yakni dalam rangka mengetahui bagaimana kelayakan
kompetensi pendidik dilihat dari berbagai unsur yang terkait, mengacu kepada
baku kualitas yang dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah
ditentukan.
2) Akuntabilitas, yakni agar pendidik dapat mempertanggungjawabkan apakah
layanan yang diberikan memenuhi harapan atau keinginan masyarakat.
3) Pengembangan, yakni agar pendidik dapat melakukan peningkatan kualitas atau
pengembangan berdasarkan masukan dari hasil sertifikasi.
C. Penelitian Tidakan Kelas (PTK)
1) Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas
Secara singkat PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan
rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melakukan tugas, memperdalam
pemahaman terhadap tidakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki
kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan
tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur yang terdiri
dari 4 tahap yakni: merencanakan, melakukan tindakan, mengamati , dan merefleksi.
Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencakup analisis, sintesis dan
penilaian terhadap hasil pengamatan terhadap proses serta hasil tindakan tadi, biasanya
muncul permasalahan atau pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian, sehingapada
gilirannya perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang,
15
serta diikuti pula dengan refleksi ulang. Tahapan-tahapan ini terus berulang, sampai
sesuatu permasalahan dianggap teratasi (Tim Pelatihan Proyek PGSM:1999).
2) Tujuan PTK
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi
di dalam kelas. PTK dilaksanakan demi perbaikan dan/atau peningkatan praktek
pembelajaran secara berkesinambungan yang pada dasarnya melekat pada penunaian
misi profesional kependidikan yang diemban oleh guru. PTK merupakan salah satu cara
yang strategis bagi guru untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan layanan
kependidikan yang harus diselenggarakannya dalam konteks pembelajaran di kelas.
MCNiff (1992) menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakan PTK adalah untuk
perbaikan proses pembelajaran khususnya, implementasi program sekolah umumnya.
Jika tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan
profesional guru dalam menangani pembelajaran, bagaimana tujuan itu dapat dicapai?
Tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis keadaan, lalu
kemudian mencobakan secara sistematis berbagai tindakan alternatif dalam
memecahkan permasahan pembelajaran di kelas dan/atau implementasi program
sekolah. Dengan kata lain, dilakukan perencanaan tindakan alternatif oleh guru,
kemudian dicobakan , dan dievaluasi efektivitasnya dalam memecahkan persolan
pembelajaran yang sedang dihadapi oleh guru. Borg (1986) menyebutkan secara
eksplisit bahwa tujuan utama dalam PTK adalah pengembangan keterampilan guru yang
bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran
aktual yang dihadapi di kelas. Pelaksanaan PTK mewujudkan proses latihan dalam
jabatan yang unik karena 3 alasan yaitu : (1) kebutuhan pelaksanaan tumbuh dari guru
sendiri selama proses PTK itu berlangsung, (2) proses pelatihan terjadi secara hands-on,
tidak dalam situasi artifisial, dan (3) apabila dilaksanakan secara benar, kegiatan
perbaikan ini didukung oleh lingkungan.
Jika perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam konteks
pembelajaran dapat terwujud berkat diadakannya PTK, ada tujuan penyerta yang juga
dapat dicapai sekaligus dalam penelitian itu, yakni tumbuhnya budaya meneliti di
kalangan guru.
16
3) Prinsip PTK
Agar PTK tidak lepas dari tujuannya, maka sebelum seorang guru mulai
merancang dan melaksanakan PTK, perlu memperhatikan prinsip-prinsip PTK. Hopkins
(1993) menyebutkan 6 prinsip penting yang mesti diperhatikan bila guru melaksanakan
penelitian tindakan kelas sebagai berikut.
(a) Pekerjaan utama guru adalah mengajar, maka pelaksanaan penelitian yang
dilakukan tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan pembelajaran.
(b) Teknik pengumpulan data jangan sampai banyak menyita waktu, sehingga tugas
utama guru tidak terbengkalai.
(c) Metodologi yang digunakan cukup reliabel, yang memungkinkan guru
merumuskan hipotesis dengan meyakinkan dan mengembangkan strategi yang
sesuai dengan masalah dan kondisi kelasnya.
(d) Masalah yang diangkat hendaknya merupakan masalah yang dihadapi guru
sendiri dan benar-benar merupakan masalah yang dapat dipecahkan melalui
PTK oleh guru itu sendiri.
(e) Harus memperhatikan etika penelitian dan rambu-rambu yang berlaku umum
seperti, yang diteliti harus dihormati kerahasiaannya,membuat laporan hasil dan
sebagainya.
(f) Kegiatan penelitian pada dasarnya harus merupakan gerakan yang berkelanjutan
karena cakupan peningkatan dan pengembangan sepanjang waktu menjadi
tantangan
4) Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Dengan bertumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak bawaan dari
pelaksanaan PTK secara berkesinanbungan, maka banyak kemanfaatan yang dapat
dipetik yang secara keseluruhan dapat diberi label inovasi pendidikan karena para guru
itu semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara
semakin mandiri. Dengan kata lain, prakarsa untuk melakukan inovasi hanya mungkin
secara spontan muncul karena sebagai ujung tombak pelaksana lapangan, para guru
semakin memiliki kemandirian yang ditopang oleh rasa percaya diri sehingga menjadi
cendrung lebih berani mengambil resiko dengan mencoba ha-hal yang baru yang patut
diduganya dapat membawa perbaikan. Pada gilirannya, rasa percaya diri tersebut
17
tumbuh apabila guru memiliki semakin banyak pengetahuan yang dibangunnya sendiri,
memiliki teori yang dikembangkannya berdasarkan pengalaman.
Di pihak lain, prakarsa untuk selalu mencoba hal-hal baru itu terjadi karena
sebagai pekerjaan profesional, guru tidak mudah berpuas diri dengan rutinitas,
melainkan selalu dipacu oleh dorongan untuk berbuat lebih baik. Dengan kata lain,
sebagai pekerja profesional guru selalu berusaha meraih lebih tinggi dari yang sekarang
telah diraihnya sehingga terbukalah peluang untuk tertampilnya kinerja yang meningkat
secara berkesinambungan. Sebagaimana dikemukakan oleh Rapoport (dalam Tim
pelatihan proyek PGSM, 1999), penelitian tindakan bertolak dari kepedulian terhadap
pemecahan persoalan-persoalan praktis yang dihadapi oleh manusia dalam pekerjaannya
sehari-hari. Dalam pada itu, hanya inovasi yang tumbuh dari bawah seperti inilah yang
benar-benar berangkat dari realitas permasalahan yang dihayati oleh guru di kelas
dan/atau di sekolah, bukan yang diinstruksikan dari atas.
Bentuk lain dari inovasi pendidikan berkenaan dengan pengembangan
kurikulum, dalam hal ini, PTK juga dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru untuk
keperluan pengembangan kurikulum dalam arti luas. Dengan kata lain sebagai pengajar
guru juga harus bertanggung jawab terhadap pengembangan kurikulum pada tingkat
kelas, PTK akan sangat bermanfaat jika hasilnya digunakan sebagai salah satu sumber
masukan. Sebagaimana dikemukakan oleh Elliott (dalam Tim pelatihan proyek PGSM,
1999),proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak bersifat netral. Sebaliknya,
proses itu akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai
hakekat pendidikan, pengetahuan, dan pengajaran yang dihayati di lapangan. PTK dapat
membantu guru untuk lebih dapat memahami hakekat pendidikan tersebut secara
empirik, dan bukan hanya sekedar bersumber dari pemahaman yang bersifat teoretik.
Akhirnya, inovasi pembelajaran yang tumbuh dari bawah itu dengan sendirinya
akan jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan yang dilakukan melalui penataran-
penataran untuk tujuan serupa.
5) Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Dalam pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya
permasalahan yang dirasakan mengganggu, yang dianggap menghalangi pencapaian
tujuan pendidikan sehingga dianggap telah berdampak kurang baik terhadap proses
18
dan/atau hasil belajar siswa. Bertolak dari kesadaran mengenai adanya permasalah
tersebut, guru menetapkan fokus permasalah secara lebih tajam, kalau perlu dengan
mengumpulkan tambahan data lapangan secara lebih sistematis dan atau melakukan
kajian pustaka yang relevan.
Pada gilirannya, dengan perumusan permasalahan yang lebih tajam itu dapat
dilakukan diagnosis kemungkinan-kemungkinan penyebab permasalahan secara lebih
cermat,sehingga terbuka peluang untuk menjajagi alternatif-alternatif tindakan
perbaikan yang diperlukan. Alternatif pengatasan permasalahan yang dinilai terbaik
kemudian diterjemahkan menjadi program tindakan perbaikan itu yang akan dicobakan.
Hasil pencobaan tidakan perbaikan itu dinilai dan direfleksikan dengan mengacu kepada
kriteria-kriteria perbaikan yang dikehendaki, yang telah ditetapkan sebelumnya.
Untuk melakukan PTK, guru perlu melakukan langkah-langkah berikut ini:
(1) Identifikasi permasalahan PTK
(2) Menganalisis masalah dan merumuskan masalah untuk keperluan PTK
(3) Merencanakan tindakan perbaikan berdasarkan contoh rumusan masalah yang
diajukan
(4) Memahami tahap pelaksanaan tindakan dan cara observasi-interpretasi yang
dilakukan sementara PTK berlangsung
(5) Memahami cara menganalisis data hasil observasi serta melakukan refleksi
berkenaan dengan tindakan perbaikan yang dilaksanakan
(6) Memahami cara merencanakan tindak lanjut dalam siklus dalam PTK
Secara lebih rinci, prosedur berdaur pelaksanaan PTK itu dapat digambarkan
sebagai berikut.
19
Siklus I
Perencanaan
Tindakan
Observasi/evaluasi
Refleksi
Siklus II
Perencanaan
Tindakan
Observasi/evaluasi
Refleksi
Rekomendasi
Gambar 1 Desain Penelitian
Dalam Pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya
permasalahan yang dirasakan mengganggu, yang dianggap menghalangi pencapaian
tujuan pendidikan sehingga ditengarai telah berdampak kurang baik terhadap proses
dan/atau hasil belajar siswa. Bertolak dari kesadaran mengenai adanya permasalahan
tersebut, yang besar kemungkinan masih tergambar secara kabur maka guru
menetapkan fokus permasalahan secara lebih tajam, kalau perlu mengumpulkan
tambahan data lapangan secara lebih sistematis dan/atau melakukan kajian pustaka yang
relevan.
1) Penetapan Fokus Masalah Penelitian
a) Merasakan adanya masalah
Pertanyaan yang mungkin timbul bagi pemula PTK adalah bagaimana memulai
Penelitian Tindakan Kelas? Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, pertama-tama
yang harus dimiliki guru adalah perasaan ketidakpuasan terhadap praktik pembelajaran
yang selama ini dilakukannya. Oleh sebab itu agar guru dapat menetapkan PTK dalam
upaya untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih
profesional, guru dituntut keberaniannya untuk mengatakan secara jujur khususnya
kepada dirinya sendiri mengenai sisi-sisi lemah yang masih terdapat dalam
implementasi program pembelajarannya yang dikelolanya. Oleh karena itu, untuk
memanfaatkan secara maksimal potensi PTK bagi perbaikan proses pembelajaran, guru
20
perlu memulainya sedini mungkin begitu ia merasakan adanya persoalan-persoalan
dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, permasalahan yang diangkat dalam PTK
harus benar-benar merupakan masalah-masalah yang dihayati oleh guru dalam praktek
pembelajaran yang dikelolanya.
b) Identifikasi Masalah PTK
Guru juga bisa memicu proses penemuan permasalahan tersebut dengan bertolak
dari gagasan-gagasan yang masih bersifat umum mengenai keadaan yang perlu
diperbaiki. Pada tahap ini yang paling penting adalah menghasilkan gagasan-gagasan
awal mengenai permasalah aktual yang dialami guru di kelas. Dengan berangkat dari
gagasan-gagasan awal tersebut guru dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan
dengan menggunakan PTK
c) Analisis Masalah
Setelah memperoleh sederetan permasalahan melalui proses identifikasi
masalah, maka guru melakukan analisis terhadap masalah-masalah tersebut untuk
menentukan urgensi permasalahan tersebut. Dalam hubungan ini, akan ditemukan
permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi, seperti penguasaan konsep GLBB
sangat rendah. Menurut Abimanyu (1995) arahan yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan permasalahan PTK adalah sebagai berikut:
(1) Pilih permasalahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan muridnya.
(2) Jangan memilih masalah yang berada di luar kemampuan dan/atau kekuasaan
guru untuk mengatasinya
(3) Pilih dan tetapkan permasalahan yang skalanya cukup kecil dan terbatas
(4) Kaitkan PTK yang akan dilakukan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan
dalam rencana pengembangan sekolah.
d) Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang jelas akan membuka peluang bagi guru untuk
menetapkan tindakan perbaikan yang perlu dilakukannya, jenis data yang perlu
dikumpulkan termasuk prosedur perekammannya serta cara menginterpretasikannya .
Di samping itu, penetapan tindakan perbaikan yang akan dicobakan itu juga
memberikan arahan kepada guru untuk melakukan berbagai persiapan termasuk yang
21
berbentuk latihan guna meningkatkan keterampilan untuk melakukan tindakan
perbaikan yang dimaksud. Dalam PTK guru merupakan aktor pelaksana tindakan
perbaikan di samping sebagai peneliti.
2) Perencanaan Tindakan
a) Formulasi Solusi dalam Bentuk Hipetesis Tindakan
Dilihat dari sudut lain, alternatif tindakan perbaikan juga dapat dilihat sebagai
hipotesis dalam arti mengindikasikan dugaan mengenai perubahan dalam arti perbaikan
yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Bentuk umum rumusan hipotesis
tindakan berbeda dengan hipotesis penelitian formal. Hipotesis tindakan menyatakan „
kita percaya tindakan kita akan merupakan suatu solusi yang dapat memecahkan
masalah yang diteliti. Contoh : Implementasi model pembelajaran inkuiri dapat
meningkatkan sikap ilmiah dan keterampilan proses IPA.
Agar dapat menyususn hipotesis tindakan dengan tepat, sebagai peneliti guru
dapat melakukan:
(1) Kajian teoritik di bidang pembelajaran pendidikan
(2) Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan
(3) Diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan sebagainya
(4) Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang dituangkan dalam
bentuk program
(5) Merefleksikan pengalamannya sendiri sebagai guru.
Dari hasil kajian tersebut dapat diperoleh landasan untuk membangun hipotesis
tindakan.
b) Persiapan Tindakan
Sebelum dilaksanakan, guru perlu melakukan berbagai persiapan sehingga
semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah
persiapan adalah:
(1) Berapa siklus yang akan direncanakan
(2) Kelas mana yang akan dijadikan tempat melakukan PTK
(3) Topik pembelajaran apa yang akan diteliti
(4) Bagaimana prosedur/skenario pembelajaran serta perangkat-perangkat
pembelajaran apa yang diperlukan untuk pelaksanaan tindakan
22
(5) Instrumen atau teknik apa yang diperlukan untuk pengumpul data
(6) Bagaimana teknik/prosedur untuk mengumpulkan data
(7) Bagaimana rencana analisis data dan refleksi
c) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-interpretasi
Setelah rencana telah siap, maka skenario tindakan perbaikan yang telah
direncanakan itu dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Kegiatan pelaksanaan tindakan
perbaikan ini merupakan tindakan pokok dalam siklus PTK, pada saat yang bersamaan
dibarengi dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan
refleksi. Guru dapat meminta bantuan teman sejawatnya untuk melakuakn pengamatan.
Hasil pengamatan hendaknya detail menyangkut aktivitas siswa dan guru selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Hal-hal dianggap penting dan menarik perlu
diberi perhatian untuk dilakukan diskusi/refleksi.
d) Analisis Data dan Refleksi
Analisis data dalam rangka refleksi setelah implementasi suatu paket tindakan
perbaikan mencakup proses dan dampak seperangkat tindakan perbaikan dalam sesuatu
siklus PTK sebagai keseluruhan. Dalama hubungan ini, analisis data adalah proses
menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan, mengabtraksikan, mengorganisasikan
data secara sistematis dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat
digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian.
Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, paparan data, dan
penyimpulan. Penjelasan masing-masing tahap seperti berikut ini:
(1) Reduksi data, berkaitan dengan proses seleksi, memfokuskan,
menyederhanakan, mengabstraksikan dan menstranformasikan data mentah.
(2) Paparan data, adalah memadukan informasi secara terorganisir yang
memungkinkan menarik kesimpulan dan tindakan.
(3) Kesimpulan, verifikasi, dan refleksi, alur pikir ketiga dari analisis data adalah
membangun kesimpulan dan verifikasi. Sejak awal pengumpulan data , guru
mulai memutuskan hal-hal apa yang penting/bermakna, berpola, memiliki
hubungan kausal, dsb.
23
Berdasarkan analisis data maka dirumuskan refleksi untuk memperbaiki
tindakan berikutnya.
e) Perencanaan Tindak Lanjut
Hasil analisis data dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang telah
dilaksanakan telah dapat mengatasi masalah atau belum. Jika hasilnya belum
memuaskan atau masalahnya belum terselesaikan, maka dilakukan tindakan perbaikan
lanjutan dengan memperbaiki tindakan sebelumnya, apa bila perlu dengan menyusun
tindakan perbaikan yang betul-betul baru untuk mengatasi masalah yang ada.
24
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Kerangka Pemecahan Masalah
Secara skematis kerangka pemecahan masalah yang dikembangkan disajukan
pada Gambar 1 berikut.
Orientasi Lapangan
Identifikasi Masalah
Studi Literatur Ceramah dan Pelatihan
Penyegaran PTK
Produk
Menambah pengetahuan PTK Mampu merancang PTK
Keterangan:
alur kegiatan, alur pengkajian
Gambar 1: Alur Kerja Pemecahan Masalah
Untuk lebih jelasnya kerangka pemecahan masalah yang dikembangkan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru-guru SD di Kecamatan Buleleng, dapat
dideskripsikan sebagai berikut. Kegiatan diawali dengan orientasi lapangan oleh tim
pelaksana. Masalah yang ada di lapangan kemudian diidentifikasi sehingga ditemukan
ada masalah yang perlu mendapatkan penanganan yaitu guru kurang memahami PTK,
yang merupakan salah satu faktor kegagalan dalam PLPG dan merupakan penghambat
untuk pengusulan naik pangkat. Setelah itu dilakukan pengkajian pustaka, ditemukan
25
alternatif untuk pemecahan masalah yaitu melalui pelatihan PTK untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan guru melakukan PTK.
B. Realisasi Pemecahan Masalah
Kerangka pemecahan masalah yang dikembangkan untuk mengatasi masalah
yang dihadapi oleh guru-guru SD di Kecamatan Buleleng, dapat dideskripsikan sebagai
berikut: Agar para peserta pelatihan memiliki pemahaman yang memadai tentang
Penelitian Tindakan Kelas, maka metode yang dipilih untuk mencapai tujuan ini adalah
presentasi dari Narasumber yang dilanjutkan dengan tanya jawab, diskusi dan latihan.
Selanjutnya, agar para peserta memiliki kemampuan dan keterampilan melakukan
Penelitian Tidakan Kelas, maka langkah selanjutnya adalah: (1) memberikan contoh
implementasi Penelitian Tindakan Kelas, (2) latihan merancang draf proposal Penelitian
Tindakan Kelas, dan (3) mempresentasikan hasil latihan.
C. Khalayak Sasaran Strategis
Khalayak sasaran antara yang dilibatkan untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan pengabdian ini adalah para guru SD sekecamatan Buleleng sebanyak 16
orang.
D. Metode Kegiatan
Agar para peserta pelatihan memiliki pemahaman yang memadai tentang
bagaimana melakukan Penelitian Tindakan Kelas, maka metode yang dipilih untuk
mencapai tujuan ini adalah presentasi dari fasilitator yang dilanjutkan dengan tanya
jawab, diskusi dan latihan. Selanjutnya, agar para peserta memiliki kemampuan dan
keterampilan melakukan Penelitian Tidakan Kelas, maka langkah selanjutnya adalah:
(1) memberikan contoh implementasi Penelitian Tindakan Kelas, (2) latihan merancang
Penelitian Tindakan Kelas, dan (3) mempresentasikan hasil latihan.
E. Rancangan Evaluasi
Untuk mengetahui tercapainya tujuan dari kegiatan ini, maka dilakukan evaluasi
pada akhir kegiatan. Indikator yang digunakan sebagai kriteria keberhasilan program ini
26
adalah kemampuan merancang proposal PTK, dinilai dari hasil rancangan Penelitian
Tindakan Kelas yang dihasilkan peserta.
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBEHASAN
Pada Bab ini akan dipaparkan tentang hasil dari pelatihan yang diberikan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru-guru SD di Kecamatan Buleleng.
A. Hasil Kegiatan P2M
Pelatihan penelitian tindakan kelas bagi guru-guru SD di kecamatan Buleleng
ini, dilaksanakan tanggal 6 dan 7 September 2014. Kegiatan dimulai pukul 08.30 dan
berakhir pukul 16.00 WITA. Panitia mengundang 20 orang guru dari 10 sekolah di
Kecamatan Buleleng melalui kepala sekolah masing-masing. Penunjukan peserta
diserahkan kepada kepala sekolah, disarankan guru yang ditunjuk adalah yang
mengalami masalah kenaikan pangkat pada komponen karya ilmiah. Dari 20 orang guru
yang diundang, ternyata jumlah guru yang hadir sebanyak 16 orang. Ketidak hadiran 4
orang guru disebabkan mereka dapat tugas yang lain pada waktu yang bersamaan, tetapi
dari 10 sekolah yang diundang sudah semua terwakili. Hal ini menunjukkan bahwa
respon guru-guru atau sekolah terhadap pelaksanaan kegiatan sangat positif.
Kemampuan peserta menyusunan proposal PTK, dinilai dari draf proposal yang
dihasilkan dalam pelatihan. Rubrik penilaian menggunakan format seperti Tabel 4.1
berikut ini.
Tabel 4.1: Formal Penilaian Proposal PTK
No Komponen Bobot Skor Nilai
1 PENDAHULUAN
a. Latar Belakang 5
b. Rumusan Masalah 5
c. Tujuan 5
2 TINJAUAN PUSTAKA
a. Relevansi konsep/teori yang
dikaji dengan permasalahan
5
b. Ketepatan pengacuan pustaka 5
3 METODE PENELITIAN
a. Kesesuaian dengan masalah 5
b. Ketepatan rancangan 5
c. Ketepatan instrumen 5
d.Ketepatan dan ketajaman
analisis
5
28
Berdasarkan Tabel 4.1 Hasil yang dicapai dalam kegiatan P2M ini adalah seperti
Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2: Capaian Nilai Kemampuan
Penyusunan Proposal PTK
Kode Guru Nilai
1 78
2 75
3 76
4 73
5 79
6 69
7 71
8 77
9 69
10 80
11 77
12 71
13 63
14 70
15 78
16 74
Berdasarkan Tabel 4.2 rata-rata kemampuan guru dalam menyusun proposal PTK 73,75
dengan kategori baik.
Berdasarkan capaian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
pelatihan PTK berjalan dengan baik, memberikan manfaat bagi peserta, dan tepat
sasaran. Respon peserta positif, ini terlihat dari peserta sangat antusias mengikuti
pelatihan dan banyak muncul pertanyaan saat diskusi. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan peserta diantaranya: 1) apakah setiap melakukan PTK harus menggunakan
model pembelajaran inovatif?, 2) apa perbedaan antara PTK dengan penelitian
eksperimen?, dan (3) Bagaimana caranya agar termotivasi untuk melakukan PTK?.
Semua pertanyaan yang diajukan peserta dijawab tuntas oleh Dr. Ni Ketut Rapi, M.Pd
29
selaku pemakalah. Setelah ceramah dan diskusi dilanjutkan dengan kegiatan latihan
penyusunan proposal PTK. Pada awalnya peserta mengalami kesulitan untuk memulai
menyusun kalimat, tetapi dengan arahan tim pelaksana kesulitan dapat diatasi. Setelah
latihan penyusunan proposal, salah seorang peserta diberi kesempatan untuk
mempresentasikan draf proposal yang dihasilkan. Peserta yang lain diberi kesempatan
untuk memberi masukan.
B. Pembahasan
Yang menjadi sasaran dalam kegiatan P2M ini adalah Guru-guru SD Di
Kecamatan Buleleng sebanyak 16 orang. Empat orang yang menjadi sasaran tidak hadir
dalam kegiatan, ini memberikan indikasi bahwa kegiatan semacam ini sangat diperlukan
oleh para guru untuk meningkatkan Profesionalisme mereka. Selama mengikuti
pelatihan para peserta sangat antusias, ini tercermin dari banyaknya pertanyaan dan
permasalah yang diajukan para peserta dalam diskusi. Para peserta sangat serius di
dalam diskusi kelompok pada saat latihan membuat proposal PTK, ini terbukti dengan
waktu yang relatif singkat setiap kelompok sudah bisa menghasilkan drap proposal yang
berkategori baik.
Guru sangat menyadari betapa pentingnya mereka mempunyai pengetahuan dan
keterampilan tentang Penelitian Tindakan Kelas. Hasil penelitian PTK, baik yang belum
dipublikasikan (disimpan di perpustakaan) maupun yang telah dipublikasikan dalam
jurnal ilmiah dapat digunakan sebagai angka kredit dalam kenaikan pangkat. Hasil
penelitian PTK dapat juga dilombakan dalam lomba karya ilmiah. Oleh karena itu
instansi terkait perlu memberikan dana bantuan sesuai kemampuan kepada guru-guru
untuk memotivasi guru melakukan PTK.
Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta, beberapa harapan yang
disampaikan oleh peserta pelatihan: pertama, frekuensi kegiatan ditambah untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang PTK, serta dilaksanakan secara
berkesinambungan; kedua, Lembaga juga agar mengupayakan sumber pendanaan,
sehingga peserta bisa tetap tidak dipungut biaya; ketiga, kegiatan P2M ini juga perlu
diberikan kepada guru-guru di luar Kecamatan Buleleng; dan keempat, mohon
disediakan waktu pelatihan lebih lama agar dapat melakukan bimbingan penyusunan
proposal penelitian lebih intensif.
30
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari hasil kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut.
1. Para guru menyadari betapa pentingnya meningkatkan profesionalisme secara
berkelanjutan.
2. Pelatihan penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan para peserta tentang PTK.
3. Sebagian peserta sudah menghasilkan proposal PTK yang baik dan siap untuk
diimplementasikan
B. Saran
Berdasarkan hasil dari pelaksanaan kegiatan P2M ini ada beberapan saran yang
kami sampaikan sebagai berikut.
1. Kepada semua guru-guru yang terlibat dalam kegiatan ini yang telah memiliki
proposal PTK harap segera mengimplementasikan di kelas yang dilanjutkan dengan
menyusun laporan.
2. Kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng agar memberikan perhatian lebih
dalam meningkatkan profesionalisme guru-guru di Kabupaten Buleleng melalui
implementasi PTK di kelas.
3. Kepada semua Dosen Undiksha agar lebih banyak melakukan pengabdian pada
masyarakat, khususnya PTK.
31
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, S. Et al. (1995). Penelitian Praktis untuk Perbaikan Pengajaran. Jakarta:
Dikti Depdikbud
Departemen Pendidikan Nasioanal dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2007.
Panduan Penyusunan Fortofolio Sertifikasi Guru dalam Jabatan Guru
Tahun2007
Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guideto Classroom Research. 2th ed. Buckingham:
Open University Press.
Pendidikan Nasioanal dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2007. Pedoman
Sertifikasi Guru dalam Jabatan Guru
Suastra, I.W. 2006. Strategi Menyikapi Undang-Undang Guru dan Dosen. Makalah
disajikan pawa Workshop Pengawas se-Kabupaten Buleleng. Tanggal 24 s.d 26
Agustus 2006. Diselenggarakan Diknas Kabupaten Buleleng.
Tim Pelatihan Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
Usman,U.M. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya.
32
Lampiran foto-foto kegiatan
Gambar 1: Ketua Pelaksana Manyampaikan Laporan Kegiatan Pelatihan
Sekaligus Mewakili Ketua LPM Undiksha Membuka Kegiatan
Pelatihan Secara resmi
Gambar 2: Dr. Ni Ketut Rapi, M.Pd. Menyampaikan Materi
Pelatihan
33
Gambar 3: Para Peserta Pelatihan Menyimak Materi yang Disampaikan Oleh Pemakalah
Gambar 4: Para Peserta Pelatihan Menyimak Materi yang
Disampaikan Oleh Pemakalah
34
Gambar 5: Para Peserta Pelatihan Sedang Berlatih Membuat
Proposal PTK
Gambar 6: Para Peserta Pelatihan Sedang Berlatih Membuat
Proposal PTK
35
Gambar 7: Peserta Pelatihan Sedang Mempresentasikan Drap
Proposal PTK yang Dihasilkan
Gambar 8: Ketua Pelaksana Mewakili Ketua LPM Undiksha Menutup Kegiatan Pelatihan Secara Resmi
36