laporan akhir sentra komoditi
TRANSCRIPT
Laporan Akhir, Peta Sentra Komoditi Unggulan Daerah
Bab IPendahuluan
A. Latar BelakangKebijakan pangan pada pemerintahan tahun 80-an sangat terfokus pada ketersediaan beras sebagai komoditas pangan nasional sehingga terwujud swasembada beras pada tahun 1984-1985. Wujud intervensi pemerintah
terhadap komoditas ini juga masih dapat dilihat pada penetapan harga pembelian pemerintah, produksi dan ketersediaan cadangan beras nasional. Jika dilihat dari sudut pandang produsen (petani), telah muncul image
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 1 )
bahwa tanaman padi merupakan satu-satunya tanaman pangan yang menguntungkan dan prospektif. Dilihat dari sudut pandang konsumen, tercipta image superioritas beras sebagai satu-satunya komoditas yang mampu mencukupi kebutuhan masyarakat dalam aspek nutrisi. Tantangan yang dihadapi pemerintah ke depan sangat besar, mengingat bahwa jumlah penduduk terus mengalami peningkatan Belum lagi pemerintah juga dihadapkan pada pola konsumsi masyarakat Indonesia yang cenderung untuk mengkonsumsi beras sebagai menu pangan pokok utama. Berbagai kebijakan atau program pemerintah banyak digulirkan terkait dengan diversifikasi pangan. Pada era Orde Baru, kebijaksanaan diversifikasi pangan dicanangkan melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 14 tahun 1974 tentang Perbaikan Menu Makanan Rakyat (UPMMR), dengan menggalakkan produksi Telo
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 2 )
(Ubijalar), Kacang dan Jagung yang dikenal dengan Tekad. Pada tahun 1979, pemerintah mengeluarkan kebijakan diversifikasi pangan melalui Inpres No.20 dengan penekanan pada
pendayagunaan tanaman sagu dan pengembangan industri sagu khususnya di Kawasan Indonesia Timur (KTI). Karena
pengembangan diversifikasi pangan dengan bahan baku seperti sagu, jagung, garut dan lainnya terasa lamban, pemerintah menugaskan perusahaan swasta untuk mengembangkan industri mie instan. Gerakan Pangan dan Sadar Gizi
dilaksanakan oleh Departemen
Kesehatan, Program Diversifikasi Pangan dan Gizi yang dikenal dengan DPG diimplementasikan oleh Departemen Pertanian (1993-1998) dan lain-lain. Dari sisi kelembagaan, pada tahun 1989, di dalam Kabinet Pembangunan VI juga dibentuk Kantor Menteri Negara Urusan Pangan yang meluncurkan slogan Aku Cinta Makanan Indonesia (ACMI). Dan yang terakhir, lahirlah Undang-
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 3 )
undang No. 7 tentang Pangan pada tahun 1996. Pada era Kabinet Gotong Royong dibentuk Dewan Ketahanan Pangan yang dipimpin langsung oleh Presiden dan selanjutnya muncul Kepres No. 68 tentang Ketahanan Pangan. Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu tetap konsisten untuk mewujudkan diversifikasi pangan melalui kebijakan ketahanan pangan yang dituangkan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 20052009 dan pencanangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) tahun 2005. Perkembangan terakhir,
pemerintah akan mengeluarkan Perpres tentang percepatan diversifikasi pangan yang diharapkan mencapai hasil pada tahun 2015 dengan indikasi tercapainya skor Pola Pangan Harapan (PPH) mencapai 95. Oleh sebab itu untuk mewujudkan harapan tersebut diatas, diperlukan suatu langkah kebijakan untuk mengajak masyarakat agar mau dan mampu meyediakan dan
mengkonsumsi berbagai jenis makanan yang bermutu tinggi dengan memanfaatkan
sumberdaya lokal melalui pengembangan mutu konsumsi pangan melalui pola menu beragam, bergizi seimbang dan aman.
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 4 )
Sejalan dengan adanya program pemerintah dalam rangka Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis sumberdaya lokal dimana pemerintah, pelaku usaha bersamasama masyarakat bertanggung jawab dalam
mengimplementasikan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan baik nasional dan wilayah, maka Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan akan melaksanakan kegiatan Inventarisasi Produk Pangan Lokal Unggulan yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan.
B. TujuanSecara umum tujuan kajian ini adalah jenis
menginventaris
produk dan makanan tradisional di tingkat
kabupaten/kota unggulan pangan lokal
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai adalah : 1. Menyusun Peta Sentra Pengembangan Pangan Lokal disetiap KabupatenBKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 5 )
2.
Menginventarisasi
jenis-jenis
pangan
lokal
yang
mempunyai prospek untuk dikembangkan dalam rangka medukung Ketahanan Pangan.
C. Hasil dan ManfaatHasil dan manfaat yang diharapkan dari pemetaan ini, adalah : 1. Tersusunnya Peta Sentra Pengembangan Pangan Unggulan terutama Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Sagu dan sukun pada setiap Kabupaten. 2. Tersedianya data potensi lahan pengembangan dan potensi produksi pangan lokal 3. Teridentifikasinya jenis-jenis pangan lokal pada setiap wilayah atau kabupaten yang mempunyai prospek untuk
dikembangkan.
D. SasaranLokasi potensi areal dan produksi pangan lokal pada 24 kabupaten/kota
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 6 )
Laporan Akhir, Peta Sentra Komoditi Unggulan Daerah
Bab IIMetodologiA. Lokasi Pelaksanaan penyusunan peta sentra-sentra pangan lokal di Sulawesi Selatan,
dilaksanakan pada sentra pangan lokal. Sedangkan lokasi mencakup wilayah
Kabupaten yang mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi.
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 7 )
B. Pengumpulan Data dan Analisa DataData yang dikumpulkan dalam pemetaan ini adalah data sekunder dari Dinas-dinas Lingkup Pertanian di Kabupaten/Kota seperti Jagung, Pisang, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kentang dan Sukun. Expert System : Pengirman Kuesioner/ Surat Menyurat (BKPD Sulsel) Metode analisa penyusunan peta pada sentrasentra pengembangan pangan lokal di Sulawesi Selatan ini menggunakan metode deskriptif dengan: Elaborasi, Sintesis Data dan Informasi secara Deskriptif Memformulasi Penyusunan Peta
Komoditi/produk Pangan Lokal dan melakukan Overlay Peta. Display Produk Pangan Lokal melalui Peta Tematik yang menampilkan
Informasi Produk Pangan Lokal pada 24 kabupaten/kota di Sulsel
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 8 )
Penentuan pusat pengembangan setiap komoditas disusun berdasarkan analisis double mass analysis (analisa massa berganda). Titik berat dari sentra-sentra produksi dari setiap kecamatan dihitung dengan menggunakan rumus :
dan
dimana: = = Pi = xi = yi = n =
posisi latitude (UTM) pusat pengembangan posisi longitude (UTM) pusat pengembangan nilai produksi atau luas daerah produksi setiap kecamatan posisi latitude (UTM) wilayah pengembangan kecamatan posisi longitude (UTM) wilayah pengembangan kecamatan jumlah kecamatan wilayah
Titik koordinat pusat pengembangan komoditas disesuaikan dengan kondisi wilayah dan prasarana jaringan transportasi. Koordinat lokasi ditransformasi ke dalam basis desa dan desa sekitar.
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 9 )
C. Waktu dan Tahapan KegiatanWaktu yang diperlukan dalam penyusunan peta sentra-sentra pengembangan pangan lokal ini selama 4 bulan yaitu mulai bula September sampai dengan Desember 2011. Bulan pertama dialokasikan untuk kegiatan persiapan seperti penyusunan instrumen dan persiapan kegiatan lainnya. Pelaksanaan survey dan pengumpulan data pada bulan oktober sampai
Desember 2011.
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 10 )
Laporan Akhir, Peta Sentra Komoditi Unggulan Daerah
Bab IIIHasil Dan Pembahasan A. Kabupaten BarruJarak tempuh dari Ibukota Propinsi ke Kabupaten Barru sejauh 102 km. Barru mempunyai 7 wilayah kecamatan dan 54
Desa/Kelurahan dengan potensi areal pengembangan pangan lokal seluas 9.384,50 ha. Di Kabupaten Barru terdapat 5 jenis komoditi pangan lokal yang mempunyai prospek pada masa akan datang untuk dikembangkan mendukung ketahanan pangan baik regional maupun Nasional.
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 11 )
Potensi untuk pengembangan Jagung 3.345 ha, Ubi Kayu 2.974 ha, Ubi Jalar 1.837 ha, Pisang 1.158 ha dan Sukun 70,50 ha. Peta sentra-sentra pengembangan pangan lokal di wilayah Kecamatan dapat dilihat pada Lampiran 1.
B. Kabupaten PinrangJarak tempuh dari Ibukota Propinsi ke Kabupaten Pinrang sejauh 182 km. Kabupaten
Pinrang terdiri dari 8 wilayah Kecamatan yang memiliki
potensi untuk pengembangan pangan lokal berdasarkan
agroekologi dan agroekosistem pada wilayah tersebut. Kabupaten Pinrang mempunyai 3 jenis pangan lokal yang memiliki prospek untuk dikembangkan yaitu Jagung mempunyai potensi seluas 825 ha yang tersebar pada 6 kecamatan, Ubi Kayu dengan potensi 423 ha tersebar pada 4 wilayah kecamatan, Ubi Jalar dengan potensi 68 ha terdapat pada 2 wilayah kecamatan dan Pisang dengan potensi 385,092 pohon yang menyebar pada 7 wilayah kecamatan.BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 12 )
Untuk lebih jelasnya peta sentra pengembangan pangan lokal di Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Lampiran 2.
C. Kabupaten Enrekang Jarak tempuh dari Ibukota Propinsi ke Kabupaten Enrekang sejauh 236 km. Kabupaten Enrekang terdiri dari 9 wilayah Kecamatan dan 108
Desa/Kelurahan dan berpotensi untuk pengembangan berdasarkan pangan agroekologi lokal dan
agroekosistem pada wilayah tersebut. Kabupaten Enrekang mempunyai 4 jenis pangan lokal yang prospek dan peluang untuk dikembangkan masyarakat dalam rangka mendukung ketahanan pangan pada skala rumah tangga. Komoditi tersebut yang tersebar pada wilayah kecamatan
enrekang dengan potensi jagung seluas 10.000 ha, Ubi Kayu di kecamatan Maiwa dengan potensi 750 ha, Ubi Jalar di Kecamatan Maiwa dengan luas 4.350 ha, dan Kentang di Kecamatan Alla dan Anggeraja dengan luas 2.700 ha. Peta sentra pengembangan pangan lokal pada setiap kecamatan dapat dilihat pada lampiran 3.
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 13 )
D. Kabupaten LuwuJarak dari Ibukota Luwu Propinsi 390 ke km. Kabupaten adalah
Kabupaten Luwu terdiri dari 16 wilayah kecamatan dan 216 Desa/Kelurahan dan berpotensi untuk pengembangan
pangan lokal sesuai Agroekologi dan Agroekosistem pada wilayah tersebut. Kabupaten Luwu mempunyai potensi pangan lokal seluas 43.024 ha yang meliputi komoditi Jagung seluas 2.643 ha, Pisang 29.324 ha dan Sagu 1.057 ha. Peta sentra pengembangan pangan lokal pada setiap kecamatan dapat dilihat pada lampiran 4.
E. Kabupaten Luwu UtaraJarak dari Ibukota Propinsi ke Kabupaten Luwu Utara adalah 480 km. Kabupaten Luwu terdiri dari 19 wilayah kecamatan dan 290 Desa/Kelurahan dan berpotensi untuk pengembangan pangan lokal sesuai Agroekologi dan Agroekosistem pada wilayah tersebut.
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 14 )
Kabupaten Luwu Utara mempunyai potensi pangan lokal seluas 93.872 ha yang meliputi komoditi Jagung seluas 41.975 ha, Pisang 59.640 ha dan Sukun 42.089 ha. Peta sentra pengembangan pangan lokal pada setiap kecamatan dapat dilihat pada lampiran 5.
F. Kabupaten BoneJarak dari Ibukota Propinsi ke Kabupaten Bone adalah 174 km. Kabupaten Bone wilayah terdiri dari 27 dan 372
kecamatan
Desa/Kelurahan dan mempunyai potensi pangan lokal seluas 74.889 ha yang meliputi komoditi Jagung seluas 73.883 ha, Ubi Kayu dengan potensi lahan seluas 1.006 ha, Pisang dengan potensi tanam
seluas 322.930 pohon dan Sukun 54.524 ha. Peta masing-masing sentra pengembangan pangan lokal pada setiap kecamatan dapat dilihat pada lampiran 6.
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 15 )
G. Kabupaten JenepontoJarak dari ibukota Propinsi Sulawesi Selatan ke Kabupaten Jeneponto
adalah 90 km yang terdiri dari 9 wilayah kecamatan dan 111
Desa/Kelurahan. Mempunyai potensi untuk pengembangan pangan lokal seluas 47.236 ha dengan rincian
masing-masing komoditas antara lain : Jagung dengan potensi 28.927 ha, Ubi Kayu 15.477 ha dan Ubi Jalar 2.832 ha yang menyebar pada 9 wilayah
kecamatan. Peta masing-masing sentra pengembangan pangan lokal pada setiap kecamatan dapat dilihat pada lampiran 7.
H. Kabupaten WajoJarak dari ibukota Propinsi Sulawesi Selatan ke Kabupaten Wajo adalah 242 km yang terdiri dari 14 wilayah kecamatan dan 176 Desa/Kelurahan. Mempunyai potensi untuk pengembangan pangan lokal seluas 3.764 ha dengan rincian masing-masing
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 16 )
komoditas antara lain : Jagung dengan potensi 3.183 ha, Ubi Kayu 446 ha dan Ubi Jalar 235 ha yang menyebar pada 12 wilayah kecamatan. Peta masing-masing sentra pengembangan pangan lokal pada setiap kecamatan dapat dilihat pada lampiran 8.
I. Kabupaten Takalar Jarak dari ibukota Propinsi Sulawesi Selatan ke Kabupaten Takalar adalah 45 km.
Mempunyai potensi untuk pengembangan pangan lokal seluas 8.445 ha yang tersebar pada 7 wilayah kecamatan dengan rincian masing-masing komoditas antara lain : Jagung terdapat pada 7 wilayah kecamatan dengan luas areal 6.000 ha, Ubi Kayu terdapa di 5 wilayah kecamatan dengan luas areal 2.100 ha dan Ubi Jalar dengan luas areal 345 ha yang menyebar pada 6 wilayah kecamatan. Peta masing-masing sentra pengembangan pangan lokal pada setiap kecamatan dapat dilihat pada lampiran 9.
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 17 )
J. Kabupaten GowaJarak dari ibukota Propinsi Sulawesi Selatan ke Kabupaten Gowa adalah 11 km yang terdiri dari 12 wilayah kecamatan dan 151 Desa/Kelurahan. Mempunyai potensi untuk pengembangan pangan lokal seluas 33.725 ha dengan rincian masing-masing komoditas antara lain : Jagung dengan potensi 22.900 ha, Ubi Kayu 10.200 ha dan Ubi Jalar 625 ha yang menyebar pada 8 wilayah kecamatan. Peta masing-masing sentra pengembangan pangan lokal pada setiap kecamatan dapat dilihat pada lampiran 10.
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 18 )
Laporan Akhir, Peta Sentra Komoditi Unggulan Daerah
Bab IVKesimpulan Dan SaranA. Kesimpulan 1. Dari berbagai pangan lokal yang telah di invetarisasi dan ditetapkan pada setiap kabupaten/kota dapat dijadikan acuan dalam perencanaan pengembangan pangan lokal untuk mendukung ketahanan pangan pada skala ruma tangga diwilayah masing-masing
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 19 )
2.
Kebiasaan mengembangkan pangan lokal yang mempunyai nilai ekonomis tinggi tergolong jarang karena hanya dikonsumsi pada saat tertentu saja misalnya acara pesta.
3.
Faktor Penghambat dalam pengembangan pangan lokal terutama adalah penyediaan bibit, pengolahan serta masih bersifat spesifik lokasi terutama pangan lokal yang mempunyai nilai sosial dan budaya cukup tinggi.
B. Saran Sehubungan dengan masih banyaknya data potensi areal dan jenis panga lokal yang belum terinventarisasi dalam pemetaan ini, maka perlu adanya penyempurnaan lebih lanjut pada masa yang akan datang dan perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang keunggulan pangan lokal yang dimiliki daerah Sulawesi Selatan.
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 20 )
Laporan Akhir, Peta Sentra Komoditi Unggulan Daerah
Kata PengantarPuji Syukur Kehadirat Allah Swt, karena berkat Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya, sehingga Penyusunan Peta Komoditi Unggulan Daerah Tahun Anggaran 2011 ini dapat diselesaikan. Laporan ini merupakan Draft Laporan Akhir Penyusunan Peta Komoditi Unggulan Daerah kerjasama Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dengan Lembaga Penelitian Universitas Islam Makassar Tahun Anggaran 2011.
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 21 )
Dalam laporan ini disajian berbagai informasi berkaitan dengan penyusunan peta sentra pengembangan pangan lokal disetiap kabupaten/kota dan inventarisasi jenis-jenis pangan lokal yang mempunyai prospek untuk dikembangkan dalam rangka
mendukung Ketahanan Pangan. Disadari sepenuhnya, bahwa apa yang telah disajikan dalam laporan ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan, sehingga saran konstruktif senantiasa penulis harapkan dari berbagai pihak. Semoga informasi ini menjadi salah satu bahan acuan atau rekomendasi bagi pengambil kebijakan baik di Pusat, Provinsi maupun Daerah dalam rangka lebih mempertajam tujuan dan sasaran pencapaian pelaksanaan Program Ketahanan
di masa datang.
Wassalam Makassar, Desember 2011
Tim Peneliti
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 22 )
Daftar IsiKATA PENGANTAR ................................................................ DAFTAR ISI ............................................................................. DAFTAR GAMBAR .................................................................. DAFTAR GRAFIK .................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................
i iii v vivii
Bab I
Pendahuluan A. Latar Belakang .................................................. B. Tujuan ............................................................... C. Hasil dan Manfaat ............................................. 1 5 6
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 23 )
Bab II
Metodologi A. Lokasi ................................................................. B. Pengumpulan Data dan Analisis Data ............... C. Waktu dan Tahap Kegiatan ............................... 7 8 10
Bab III
Hasil dan Pembahasan A. Kabupaten Barru ............................................... B. Kabupaten Pinrang ............................................ C. Kabupaten Enrekang ......................................... D. Kabupaten Luwu ............................................... F. Kabupaten Bone ................................................ G. Kabupaten Jeneponto ........................................ H. Kabupaten Wajo ................................................ I. Kabupaten Takalar ............................................ J. Kabupaten Gowa ............................................... 11 12 13 14 15 16 16 17 18
Bab IV
Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan ....................................................... B. Saran .................................................................. 19 20
LAMPIRAN
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 24 )
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 25 )
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 26 )
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 27 )
BKPD Provinsi Sulawesi Selatan dan LP3M UIM ( 28 )