laporan alsin
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan
laporan lengkap mata kuliah Alat dan Mesin Pertanian dengan baik.
Laporan ini adalah laporan lengkap hasil praktikum dari yang telah saya
lakukan. Laporan ini menjelaskan tentang langkah pengolahan tanah, cara
menghitung kapasitas kerja alat, efisiensi lapang serta slip.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya
penyusunan laporan seperti ini, praktikum yang telah kita laksanakan dapat
tercatat dengan rapi dan dapat kita pelajari kembali pada kesempatan yang lain
untuk kepentingan proses belajar kita terutama dalam bidang Alat dan Mesin
Pertanian.
Saya juga mengucapkan terima kasih secara khusus kepada
asisten-asisten. Merekalah yang mengajarkan saya dan teman-teman
kelompok saya sehingga kami dapat membuat suatu laporan dengan baik.
Makassar, November 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan........................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Traktor.................................................................................................. 2
2.2 Pengolahan Tanah................................................................................. 2
2.3 Pola-Pola Pengolahan Tanah................................................................ 4
2.4 Alat-Alat Pengolahan Tanah................................................................. 6
2.5 Kapasitas Kerja Lapang....................................................................... 7
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat................................................................................ 10
3.2 Alat dan Bahan..................................................................................... 10
3.3 Prosedur Kerja...................................................................................... 10
3.4 Rumus yang Digunakan........................................................................ 11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ..................................................................................................... 12
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 12
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 14
5.2 Saran .................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15
LAMPIRAN..................................................................................................... 16
ii
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penggunaan traktor untuk pengolahn lahan semakin berkembang seiring
denga perkembangan waktu. Penggunaan traktor dapat mengurangi jumlah waktu
yang dibutuhkan dalam pengolahan lahan. Masyarakat sadar bahwa ternyata
melakukan pengolahan tanah dengan traktor akan meningkatkan kapasitas kerja
dan hasil yang didapatkan pada pengolahan akan lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan hewan ataupun tenaga manusia. Pada saat ini, traktor digunakan
untuk berbagai keperluan. Penggunaan yang paling banyak ialah untuk
pengolahan tanah, karena memang pekerjaan pengolahan tanah adalah pekerjaan
pertanian yang relative membutuhkan daya yang besar dibandingkn pekerjaan
lainnya.
Tujuan utama dari penggunan mesin-mesin di bidang pertanian adalah untuk
meningkatkan produktifitas kerja petani dan mengubah pekerjaan berat menjadi
lebih ringan. Kegiatan pengolahan tanah pada lahan kering merupakan kegitan
yang cukup berat, kegiatan ini memerlukan tenaga dan waktu serta biaya yang
cukup besar.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan praktikum uji kinerja traktor empat
roda untuk mengetahui kapasitas kerja dari traktor empat roda sehingga dapat
ditentukan tingkat efisiensi penggunaan traktor tersebut pada suatu lahan dan
dapat ditentukan layak atau tidaknya menggunakan traktor tersebut untuk
mengolah tanah di lahan tersebut.
I.2 Tujuan dan Kegunan
Tujuan dilaksanakannya praktikum uji kinerja traktor empat roda adalah
untuk mengetahui efisiensi traktor empat roda yang menarik implemen bajak
piring, mengetahui slip, serta lebar kerja dari traktor tersebut.
Kegunaan dari praktikum uji kinerja traktor empat roda adalah mahasiswa
diharapkan mampu menentukan efisiensi traktor dan menentukan kelayakan
penggunaan traktor tersebut pada suatu lahan.
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Traktor
Traktor pertanian didefinisikan sebagai suatu kendaraan yang mempunyai
daya penggerak sendiri, minimum mempunyai sebuah poros roda yang dirancang
untuk menarik serta menggerakan alat/mesin pertanian. Atas dasar bentuk dan
ukuran traktor, maka traktor pertanian dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
traktor tangan, traktor mini dan traktor besar (Anonim, 2015).
Menurut Ikbal (2015), bahan bakar yang digunaka, traktor terbagi atas dua
jenis yaitu bahan bakar kerosine dan diesel. Sedangkan menurut bentuk dan
jumlah roda dan sistem traksinya serta putaran roda traktor terbagi atas beberapa
jenis, diantaranya:
a. Traktor Roda Ban
- Traktor dengan roda satu
- Traktor dengan roda dua
- Traktor dengan roda tiga
- Traktor dengan roda empat
b. Traktor Roda Rantai
c. Traktor Beroda kombinasi roda ban dan rantai.
II.2 Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah adalah penyiapan tanah untuk penanaman dan proses
mempertahankannya dalam keadaan remah dan bebas dari gulma selama
pertumbuhan tanaman budidaya. Pengolahan tanah meliputi pekerjaan
penyiapan/pengolahan lahan sehingga siap ditanami. Pengolahan tanah secara
umum dapat dibedakan menjadi pengolahan tanah primer (pengolahan tanah
pertama) dan pengolahan tanah sekunder (pengolahan tanah kedua), meskipun
pada kenyataannya pembedaan tersebut kurang tegas (bisa saling tumpang
tindih) (Suastawa, 2002).
Perbedaan antara pengolahan tanah primer dan pengolahan tanah sekunder
biasanya didasarkan pada kedalaman pengolahan serta hasil olahannya.
Pengolahan tanah pertama biasanya mempunyai kedalaman olah yang lebih 2
dalam (>15 cm) dengan bongkah tanah hasil pengolahan lebih besar,
sedangkan pengolahan tanah kedua mengolah tanah lebih dangkal (< 15 cm) serta
hasil olahannya sudah halus dengan permukaan tanah yang relatif rata atau siap
untuk ditanami (Suastawa, 2000).
Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan
dilembekkan dengan menggunakan tangkai kemudi ataupun penggaru yang ditarik
oleh traktor maupun bajak yang ditarik oleh binatang maupun manusia. Melalui
proses ini, kerak tanah teraduk, sehingga udara dan cahaya matahari menembus
tanah dan meningkatkan kesuburannya. Sekalipun demikian, tanah yang sering
digarap sering menyebabkan kesuburannya berkurang (Anonim, 2015).
Menurut Anonim (2015), dalam mengolah tanah secara mekanis, lahan yang
akan diolah harus dikondisikan terlebih dahulu sehingga siap untuk diolah. Ada
beberapa hal yang perlu disiapkan agar lahan siap untuk diolah secara
mekanis, yaitu :
a. Topografi (kenampakan permukaan lahan)
Traktor dapat bekerja pada lahan dengan topografi yang terbatas. Untuk
traktor roda empat sebaiknya jangan melebihi 20°. Apabila lahan terlalu miring,
traktor bisa terguling. Lahan yang bergelombang juga akan berpengaruh terhadap
hasil pengolahan. Sebaiknya lahan yang demikian dibuat berteras sehingga lahan
bisa memenuhi syarat untuk diolah secara mekanis.
b. Vegetasi (tanaman yang tumbuh di lahan)
Batang tanaman dan sisa tanaman yang cukup besar akan menghambat
implemen masuk ke dalam tanah, sehingga hasil pengolahan tidak efektif. Batang
tanaman yang lentur tetapi kuat (liat) akan tergulung oleh putaran mesin rotari,
sehingga akan menambah beban dan dapat merusak mesin. Vegetasi yang
sekiranya mengganggu harus dipindakan dari lahan atau dihancurkan.
c. Bebatuan
Bebatuan yang besar dan keras, apabila tertabrak oleh implemen, dapat
merusak implemen. Mata bajak singkal atau piringan bisa pecah, sedangkan pisau
mesin rotari bisa patah. Batu-batu yang besar harus disingkirkan terlebih dahulu
dari lahan sebelum diolah.
d. Kadar air tanah
3
Kondisi kadar air tanah akan mempengaruhi sifat dari tanah itu sendiri. Pada
tanah yang terlalu kering, tanah akan sangat keras dan padat. Apabila diolah, akan
memerlukan implemen yang kuat dan daya tarik traktor yang sangat besar.
Sehingga pengolahan akan tidak efisien. Tanah hasil olahan berpariasi dari
bongkahan besar sampai tanah yang hancur. Selain itu juga menimbulkan debu
yang berterbangan.
II.3 Pola Pengolahan Tanah
Untuk mendapatkan hasil pengolahan tanah pertama yang efektif dan
efisien, dalam mengolah tanah diperlukan pola pengolahan tertentu. Ada beberapa
macam pola pengolahan tanah pertama (pembajakan) yang disesuaikan dengan
bentuk lahan dan jenis alat yang digunakan. Beberapa pola pengolahan tanah
pertama (pembajakan), antara lain :
1. Pola Tengah
Pembajakan dilakukan dari tengah membujur lahan, kemudian pembajakan
kedua dilakukan pada sebalah hasil pembajakan pertama. Traktor diputar ke kanan
dan membajak rapat dengan hasil pembajakan pertama. Pembajakan berikutnya
dengan cara berputar ke kanan sampai ke tepi lahan.
Gambar 1. Pola tengah
2. Pola Tepi
Pembajakan dilakukan dari tepi membujur lahan, lemparan hasil pembajakan
ke arah luar lahan. Pembajakan kedua pada sisi seberang pembajakan pertama.
Traktor diputar ke kiri dan membajak dari tepi lahan dengan arah sebaliknya.
Pembajakan berikutnya dengan cara berputar ke kiri sampai ke tengah lahan.
4
Gambar 2. Pola tepi3. Pola Keliling Tengah
Pengolahan tanah dilakukan dari titik tengah lahan, berputar sejajar sisi lahan
sampai ke tepi lahan. Lemparan pembajakan ke arah dalam lahan. Pada awal
pengolahan operator akan mengalami kesulitan dalam membelokkan traktor. Pola
pengolahan ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur sangkar dan lahan tidak
terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada kedua diagonal lahan.lahan
yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 4 pembajakan terakhir. Sisa
lahan yang tidak terbajak, diolah dengan cara manual dengan cangkul.
Gambar 3. Pola keliling tengah4. Pola Keliling Tepi
Pengolahan tanah dilakukan dari salah satu titik sudut lahan, berputar ke kiri
sejajar sisi lahan sampai ke tepi lahan. Lemparan pembajakan ke arah luar lahan.
Pada akhir pengolahan, operator akan kesulitan dalam membelokkan traktor.
Gambar 4. Pola keliling tepi5. Pola Bolak Balik Rapat
Pengolahan dilakukan dari tepi salah satu sisi lahan dengan arah membujur.
Arah lemparan hasil pembajakan ke luar. Setelah sampai ujung lahan, pembajakan
kedua dilakukan berimpit dengan pembajakan pertama. Arah lemparan hasil
pembajakan kedua dibalik, sehingga akan mengisi alur hasil pembajakan pertama.
Pembajakan dilakukan secara bolak balik sampai sisi lahan.
5
Gambar 5. Pola bolak balik rapat
II.4 Alat-Alat Pengoahan Tanah
Berdasarkan Anonim (2015), terdapat berbgai macam alat dan mesin
pengolahan tanah yang sering digunakan. Alat dan mesin pengolahan yang
digunakan untuk melakukan kegiatan pengolahan tanah ini diantaranya adalah :
1. Bajak Singkal (Mold Board Plow)
Bajak Singkal dapat digunakan untuk bermacam-macam jenis tanah dan
sangat baik untuk membalik tanah. Bagian dari bajak singkal yang berfungsi
memotong dan membalik tanah disebut botton, yang dibangun dari bagian-bagian
utama, yaitu : singkal (molg board), pisau (share) dan penahan samping
(landside).
2. Bajak Piringan (Disk Plow)
Bajak piringan diciptakan untuk mengolah tanah dengan kondisi yang sulit
bagi bajak singkal misalnya saja pada tanah kering. Pada saat beroperasi piringan
dari bajak ini dapat menggelinding dan berputar, sehingga bukan telapak bajak
yang harus meluncur sehingga diharapkan dapat mengurangi gesekan dan tahanan
tanah (draff) yang terjadi dan juga dilengkapi dengan pengeruk (scraper) untuk
membersihkan tanah yang lengket pada piringan, juga membantu dalam
pembalikan potongan tanah.
3. Bajak rotari (bajak putar)
Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar.
Berbeda dengan bajak piringan yang berputar karena ditarik traktor, maka bajak
ini terdiri dari pisau-pisau yang dapat mencangkul yang dipasang pada suatu
poros yang berputar karena digerakan oleh suatu motor.
6
4. Garu piringan (disk harrow)
Karena draft penggaruan lebih kecil dari draft pembajakan, maka dengan
besar daya penarikan yang sama, lebar kerja garu akan lebih besar dibandingkan
dengan lebar kerja bajak, dengan demikian jumlah piringan garu piringan dengan
sendirinya akan lebih banyak dibandingkan dengan bajak piringan.
5. Garu bergigi paku (spikes tooth harrow)
Garu bergigi paku atau biasa disebut sebagai garu sisir. Garu sisir yang
ditarik hewan, umumnya giginya terbuat dari kayu sedangkan dengan tenaga
traktor gigi-giginya terbuat dari bahan logam, dipasang pada batang penempatan
(tooth bar) dengan di klem atau di las. Konstruksi garu bergigi paku yang ditarik
dengan tenaga traktor biasanya terdiri dari satu batang penempatan. Pemasangan
gigi pada batang penempatan disusun berselang-seling antara batang penempatan
yang satu dengan lainnya. Bentuk gigi paku sangat bervariasi.
6. Garu bergigi per (spring tooth harrow)
Garu bergigi per ini secara keseluruhan konstruksinya hampir menyerupai
garu bergigi paku, hanya gigi-giginya terbuat dari per atau pegas. Juga digunakan
untuk meratakan dan menghaluskan tanah sesudah pembajakan. Alat ini juga lebih
sesuai digunakan untuk tanah yang mudah dihancurkan.
2.5 Kapasitas Kerja Lapang
Menurut Putra (2013), dalam pengolahan tanah, kecepatan penggarapan
suatu lapang dengan sebuah mesin merupakan salah satu dasar pertimbangan
menghitung biaya pengerjaan dan efisiensi dalam pengolahan lahan. Dalam hal ini
ada beberapa istilah yang digunakan yaitu :
a. Kapasitas lapang teoritis
Kapasitas lapang teoritis sebuah alat ialah kecepatan penggarapan lahan yang
akan diperoleh seandainya mesin tersebut melakukan kerjanya memanfaatkan 100
% waktunya, pada kecepatan maju teoritisnya dan selalu memenuhi 100 % lebar
kerja teoritisnya. Waktu per hektar teoritis ialah waktu yang dibutuhkan pada
kapasitas lapang teoritis tersebut. Waktu kerja efektif ialah waktu sepanjang mana
mesin secara aktual melakukan fungsi/kerjanya. Waktu kerja efektif per hektar
akan lebih besar dibanding waktu kerja teoritik per hektar jika lebar kerja terpakai
lebih kecil dari lebar kerja teoritisnya.
7
Persamaan yang digunakan untk menghitung kapasitas lapang teoritis (KLT)
adalah dengan rumus sebagai berikut (Suastawa dkk, 2000).
KLT = 0.36 (v x P)…………………………………………………………. (1)
Keterangan :
KLT = kapasitas lapang teoritis (ha/jam)
V = kecepatan rata-rata (m/s)
LP = lebar pembajakan rata-rata (m)
0.36 = factor konversi (1 m2/s = 0.36 ha/jam)
b. Kapasitas lapang efektif
Kapasitas lapang efektif ialah rerata kecepatan penggarapan yang aktual
menggunakan suatu mesin, didasarkan pada waktu lapang total sebagaimana
didefinisikan. Kapasitas lapang efektif biasanya dinyatakan dalam hektar per jam.
Kapasitas lapang efektif suatu alat merupakan fungsi dari lebar kerja teoritis
mesin, persentase lebar teoritis yang secara aktual terpakai, kecepatan jalan dan
besarnya kehilangan waktu lapang selama pengerjaan. Kecepatan maju terbesar
yang diijinkan berkaitan dengan faktor-faktor semacam sifat pengerjaan, kondisi
lapang, dan besarnya daya tersedia.
Persamaan yang digunakan untk menghitung kapasitas lapang efektif (KLE)
adalah dengan rumus sebagai berikut (Suastawa dkk, 2000).
KLE = …………………………………………………………........... (2)
Keterangan :
KLE = kapasitas lapangan efektif (ha/jam)
L = luas lahan hasil pengolahan (ha)
WK = waktu kerja (jam)
c. Waktu Hilang
Waktu hilang merupakan variabel yang paling sulit dinilai dalam
hubungannya dengan kapasitas lapang. Waktu lapang bisa hilang akibat
penyetelan/ pembetulan atau pelumasan alat, kerusakan, penggumpalan, belok di
ujung. Dalam kaitannya dengan kapasitas lapang efektif dan efisiensi lapang,
waktu hilang tidak mencakup waktu pemasangan atau perawatan harian alat,
ataupun waktu hilang akibat kerusakan yang berat. Waktu hilang hanya mencakup
8
waktu untuk perbaikan kecil di lapang dan waktu untuk pelumasan yang
dibutuhkan di luar perawatan harian, di samping hal-hal lain seperti diuraikan di
depan. Waktu lapang total dianggap sama dengan jumlah waktu kerja efektif
ditambah waktu hilang.
d. Efisiensi lapang
Efisiensi lapang ialah perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan
kapasitas lapang teoritis, dinyatakan dalam persen. Efisiensi lapang melibatkan
pengaruh waktu hilang di lapang dan ketidak mampuan untuk memanfaatkan
lebar teoritis mesin.
Persamaan yang digunakan untk menghitung efisiensi pengolahan tanah
adalah dengan rumus sebagai berikut (Yuswa, 2004).
Efisiensi = ................................................................................. (3)
Keterangan :
KLE = kapasitas lapang efektif
KLT = kapasitas lapang teoritis
e. Slip (Slippage)
Intensitas slip merupakan pengurangan kecepatan maju traktor karena beban
operasi pada kondisi lapang. Slip roda yang terjadi pada roda traksi traktor dapat
diketahui dari pengurangan kecepatan traktor pada saat operasi dengan beban
dibandingkan dengan kecepatan teoritis. Slip akan selalu terjadi pada traktor baik
pada saat menarik beban maupun saat tidak menarik beban (Liljedahl dkk dalam
Ariesman, 2012)
Persamaan yang digunakan untuk menghitung slip pada roda traksi adalah
berikut (Suastawa dkk, 2000).
St = .................................................................................(4)
Keterangan :
St = slip roda traksi (%)
Sb = jarak tempuh traktor saat diberi pembebanan dalam 5 putaran roda (m)
So = jarak tempuh traktor tanpa beban dalam 5 putaran roda (m)
9
III. METODE PRAKTIKUM
III.1 Waktu dan Tempat
Praktikum uji kinerja traktor empat roda dilaksanakan pada hari Sabtu, 24
Oktober 2015 pukul 09.00 sampai selesai bertempat di lahan Experimental
Farming Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.
III.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah traktor empat roda, bajak
piring, meteran, patok, stop watch, dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan
pada praktikum ini adalah solar.
III.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari praktikum ini adalah:
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Membuat plot dengan ukuran 10 meter x 10 meter
3. Melakukan pengolahan tanah dan mengambil data sebagai berikut:
a. Lebar kerja (cm)
Pengukuran lebar kerja dilakukan dengan mengukur lebar olahan
tanah setelah diolah dengan traktor tangan menggunakan bajak piring
sebagai implemen.
b. Kecepatan maju (km/jam)
Pengukuran kecepatan maju traktor dilakukan dengan mengukur
berapa waktu yang ditempuh oleh traktor dalam jarak 10 meter.
c. Kapasitas kerja (jam/ha)
Pengukuran kapasitas kerja lapang teoritis (KLT) dilakukan dengan
cara mengukur lebar kerja bajak piring kemudian mengukur kecepatan
maju traktor dan menghitungnya dengan persamaan (1).
Pengukuran kapasitas lapang efektif (KLE) dilakukan dengan
mengukur berapa luas lahan yang diolah dan berapa lama waktu yang
diperlukan untuk mengolah lahan dan menghitungnya dengan persamaan
(2). Untuk mengetahui efisiensi kerja pengolahan tanah dapat dihitung
dengan persamaan (3).
10
d. Slip roda traksi
Pengukuran slip roda traksi dilakukan dengan cara mengukur jarak
tempuh traktor sejauh 10 meter dengan beban dan tanpa beban kemudian
menghitungnya dengan persamaan (4).
e. Kedalaman kerja
Pengukuran kedalaman kerja dilakukan dengan cara mengukur jalur
lintas yang terolah dengan membenamkan penggaris lalu membaca
kedalaman yang diperoleh.
III.4 Rumus yang Digunakan
Rumus yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menghitung kapasitas kerja lapang teoritis (KLT):
KLT = 0.36 (v x lP)…………………………..……………………….(1)
2. Menghitung kapasitas kerja lapang efektif (KLE):
…………………………………………………………….(2)
3. Menghitung efisiensi kerja:
.....................................................................(3)
4. Menghitung slip roda traksi:
..............................................................................(4)
11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Tabel 1. Hasil perhitungan
Kecepatan (m/s)
Lebar Bajak(m)
KLT (ha/jam)
Luas Lahan (Ha)
Total Waktu (jam)
KLE(ha/jam)
Efisiensi(%)
Sb (m)
So (m)
Slip (%)
0,304 1,1 0,1203 0,01 0,305 0,0327 27,18 3,502 10 64,98Sumber: data primer setelah diolah, 2015
IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Kapasitas lapang teoritis
Berdasarka praktikum yang telah dilakukan, diperoleh lebar kerja bajak
piring sebesar 1,1 meter. Waktu tempuh yang diperoleh yaitu 32.89 detik dengan
jarak tempuh traktor yaitu 10 meter, maka kecepatan rata-rata traktor yaitu 0.304
meter per detik.
Berdasarkan data tersebut didapatkan kapasitas lapang teoritis sebesar
0.1203 ha/jam. Artinya traktor dapat mengolah lahan selebar 0.1203 hektar per
jam. Nilai yang diperoleh untuk kapasitas lapang teoritis adalah kemampuan
traktor dalam bekerja secara optimal yaitu 100%. Hal ini sesuai dengan pendapat
Putra (2013), yang menyatakan bahwa kapasitas lapang teoritis sebuah alat ialah
kecepatan penggarapan lahan yang akan diperoleh seandainya mesin tersebut
melakukan kerjanya memanfaatkan 100 % waktunya, pada kecepatan maju
teoritisnya dan selalu memenuhi 100 % lebar kerja teoritisnya.
4.1.2 Kapasitas lapang efektif
Kapasitas lapang efektif yang diperoleh dari praktikum yaitu sebesar
0,0327ha/jam. Artinya traktor dapat melakukan pengolahan tanah sebesar
0,0327ha/jam. Kapasitas lapang efektif merupakan kemampuan alat bekerja
dikurangi dengan waktu belokan, waktu hiang, dan kemampuan operator dalam
melakukan pengolahan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Putra (2013), yang
menyatakan bahwa kapasitas lapang efektif suatu alat merupakan fungsi dari lebar
12
kerja teoritis mesin, persentase lebar teoritis yang secara aktual terpakai,
kecepatan jalan dan besarnya kehilangan waktu lapang selama pengerjaan.
IV.3 Efisiensi Kerja
Dengan mengetahui kapasitas lapang teoritis dan kapasitas lapang efektif,
maka dapat dihitung efisiensi kerja traktor. Efisiensi penglahan tanah tergantung
dari kapasitas lapang teoritis dan kapasitas lapang efektif. Dari hasil praktikum
yang telah dilakukn, diperoleh efisiensi kerja yaitu 27,18% dari kemampuan
optimalnya. Besarnya efisiensi kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kemampuan operator dalam melakukan pengolahan tanah, jenis tanah, pola
pengolahan tanah, waktu yang hilang pada proses pengoahan dan lain sebagainya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Putra (2013), yang menyatakan bahwa efisiensi
lapang melibatkan pengaruh waktu hilang di lapang dan ketidak mampuan untuk
memanfaatkan lebar teoritis mesin.
Pola pengolahan tanah yang digunakan yaitu pola pengolahan tepi. Pola
pengolahan berhubungan dengan waktu yang hilang karena belokan. Keadaan
tanah saat dibajak yaitu lahan yang kering, lahan yang kering sebaiknya
menggunakan bajak tipe piring. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2015),
yang menyatakan bahwa bajak piringan diciptakan untuk mengolah tanah dengan
kondisi yang sulit bagi bajak singkal misalnya saja pada tanah kering. Pada saat
beroperasi piringan dari bajak ini dapat menggelinding dan berputar, sehingga
bukan telapak bajak yang harus meluncur sehingga diharapkan dapat mengurangi
gesekan dan tahanan tanah (draff) yang terjadi.
IV.4 Slip
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh nilai slip
sebesar . Artinya selama jarak 10 meter, terjadi slip pada roda sebesar 64,98%,
yang menandakan terjadinya pengurangan tenaga sebesar 64,98% dari tenaga
optimalnya. Slip roda yang terjadi pada roda traksi traktor dapat diketahui dari
pengurangan kecepatan traktor pada saat operasi dengan beban dibandingkan
dengan kecepatan teoritis. Slip dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
adalah keadaan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Ariesman (2012), yang 13
menyatakan bahwa intensitas slip merupakan pengurangan kecepatan maju traktor
karena beban operasi pada kondisi lapang.
14
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum uji kinerja traktor roda 4, maka dappat
disimpulkan bahwa:
1. Besarnya kapasitas lapang teoritis menggunakan traktor roda 4 dengan bajak piring dan pola tepi adalah sebesar 0,1203 ha/jam.
2. Besarnya kapasitas lapang efektif adalah sebesar 0,0327 ha/jam.
3. Efisiensi lapang dengan menggunakan bajak putar dan traktor roda 4 dengan pola tepi adalah 64,98 % dan nilai slip sebesar
4. Efisiensi dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk petakan, keadaan tanah, tingkat keterampilan traktor, pola pengolahan tanah, topografi, dan jenis vegetasi.
5.2 Saran
Sebaiknya operator yang menjalankan traktor memiliki tingkat keterampilan yang tinggi agar dapat meningkatkan efisiensi kerja dalam mengolah tanah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Alat dan Mesin Pertanian. http://www.unsu.co.id. Diakses pada tanggal 3 November 2015
Ikbal, Salim. 2015. Traktor. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Putra, Abdul Mufti. 2013. Mekanisasi Pertanian. Universitas Mercubuana Yogyakarta: Yogyakarta
Suastawa, I. N., W. Hermawan, dan E. N. Sembiring. 2000. Konstruksi dan Pengukuran Kinerja Traktor Pertanian. Teknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Yuswar. Yunus. 2004. Perubahan Sifat Fisik Tanah dan Kapasitas Kerja Traktor Akibat Lintasan Bajak Singkal pada Berbagai Kadar Air Tanah. Tesis. Program Pascasarjana USYIAH. Banda Aceh
16
LAMPIRAN
1. Tabel Data
No.
V Maju dalam 10 m (Detik) Waktu
Belokan (Detik)
Waktu Kerja
(Detik)
Lebar Kerja (cm) Luas
Lahan (m2)Tanpa
BebanDengan Beban
Aktual Teoritis
1 11,52 32,89 52,58 1098,48 110 110 1002 71,76 110 3 71,23 110 4 72,8 5 81,976 84,117 67,128 77,70
Sumber: data primer sebelum diolah, 2015
2. Perhitungan
A. Kapasitas Lapang
a. Kapasitas lapang teoritis
Diketahui :
Lebar Bajak = 110 cm = 1,1 m
Kecepatan Rata-Rata = Jarak : Waktu Tempuh = 10:32,89 = 0,304 m/s
Ditanyakan : KLT ..... ?
Peny.
KLT = 0,36 (V x LP)
KLT = 0,36 (0,304 * 1,1)
KLT = 0,1203 ha/jam ,
b. Kapasitas lapang efektif
Diketahui.
Luas Lahan = 10 m X 10 m = 100 m2 = 0,01 Ha
Total Waktu Tempuh = 1098,48 detik / 3600 = 0,305 jam
Ditanyakan KLE .....?
Peny.
KLE = L/T
KLE = 0,01 / 0,305 = 0,0327 ha/jam
B. Efisiensi Kerja17
Diketahui.
KLE = 0,0327 ha/jam
KLT = 0,1203 ha/jam
Ditanyakan efesiensi ... ?
Peny.
C. Slip
Diketahui:
tb = 32,89 detik
to = 11,52 detik
So = 10 meter
Sb = 10 meter
Dit. St .... ?
Peny.
vb = = = 0,304 m/s
Untuk tb = 11,52 detik
Sb = vb x tb = 0,304 m/s x 11,52 s = 3,502 m
St =
St = 64,98 %
18
3. Foto
19