laporan anah.docx
TRANSCRIPT
![Page 1: LAPORAN ANAH.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082818/55cf9d5c550346d033ad4e1b/html5/thumbnails/1.jpg)
PENENTUAN KUALITAS DAN KUANTITAS ASAM NUKLEATMENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
Oleh :
Nama : KhasanahNIM : B1J011101Kelompok : 4Rombongan : VAsisten : Yona Vebrila
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO
2013
![Page 2: LAPORAN ANAH.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082818/55cf9d5c550346d033ad4e1b/html5/thumbnails/2.jpg)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran tentang genetika molekuler memegang peranan dalam
mengidentifikasi faktor genetik yang mempengaruhi kerentanan penyakit manusia
dan hasilnya. Kemajuan teknik dalam genotip dan analisis sekuen, bersamaan dengan
ketersediaan sekuen dan informasi variasi sekuen yang terbatas telah meningkatkan
substansial lingkup manusia terhadap penelitian genetik. Salah satu pengembangan
teknologi yang penting untuk mendapatkan genotip dengan hasil yang baik adalah
kuantifikasi DNA. Keakuratan dan kuantifikasi DNA yang tepat sangat diperlukan
untuk mendapatkan hasil genotip yang efisien. Sampai saat ini, spektrofotometri
telah menjadi metode tradisional untuk kuantifikasi DNA dalam biologi molekuler
(Haque, 2003).
Seiring makin bertambahnya pengetahuan kita tentang biologi molekuler,
semakin menjadi jelas bahwa perkembangan dan pemanfaatan dalam bidang ini
menimbulkan revolusi yang besar dalam diagnosis, pencegahan dan pengobatan
penyakit. Pemeriksaan untuk variasi urutan DNA lebih sensitif dibandingkan dengan
banyak teknik lain (seperti pemeriksaan enzim) dan memungkinkan kita mengenal
penyakit lebih dini. Oleh karena itu, kemungkinan besar mengenal stadium yang
lebih dapat diterapi. Pemeriksaan DNA juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
pembawa penyakit yang diwariskan sehingga pembawa dapat menerima penyuluhan
yang sesuai. Karena variasi genetik sedemikian khusus, “sidik jari” DNA (analisis
perbedaan urutan DNA) dapat digunakan untuk menentukan hubungan keluarga atau
untuk membantu mengidentifikasi pelaku kejahatan (Dawn, 2000).
Perhitungan asam nukleat sangat penting sebagai prosedur dalam banyak
penelitian biologi molekuler. Namun, penentuan konsentrasi DNA atau RNA yang
akurat bisa menjadi sulit, terutama ketika kemurnian sampel tidak pasti. Di banyak
kasus, pendekatan yang paling cepat dan akurat untuk menentukan konsentrasi asam
nukleat yang relatif murni dan protein adalah dengan membaca absorbansi pada
spektrofotometri. Jumlah cahaya yang diserap oleh sampel berbanding lurus dengan
konsentrasi protein atau asam nukleat dalam sampel. Konversi absorbansi dalam
pembacaan konsentrasi didasarkan pada hukum Lambert-Beer (Teare, 1997).
![Page 3: LAPORAN ANAH.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082818/55cf9d5c550346d033ad4e1b/html5/thumbnails/3.jpg)
Menurut Day (2001), spektrofotometri adalah suatu metode analisis untuk
mengukur konsentrasi senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut
mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya. Alat ini terdiri dari spektrofotometer dan
fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu, sementara fotometer adalah pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Spektrofotometer dilengkapi sumber cahaya atau
gelombang elektromagnetik, baik cahaya UV (ultra violet) maupun cahaya nampak
(visible). Komponen utama dari alat ini adalah sumber cahaya, pengatur intensitas,
monokromator, kuvet, detektor, penguat arus dan indikator atau layar (Riyadi, 2009).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum penentuan kualitas dan kuantitas asam nukleat
menggunakan spektrofotometer kali ini adalah untuk melakukan pengukuran kualitas
dan kuantitas DNA hasil isolasi.
![Page 4: LAPORAN ANAH.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082818/55cf9d5c550346d033ad4e1b/html5/thumbnails/4.jpg)
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah spektrofotometer UV-
VIS, kuvet, mikropipet beserta tip dan tabung reaksi.
Bahan-bahan yang digunakan adalah DNA bakteri E-coli dan DNA buah,
akuades steril, larutan blanko, dan tissue.
B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
1. Mesin spektrofotometer dinyalakan dan ditunggu 15 menit supaya stabil.
2. Akuades dimasukkan ke dalam kuvet, kemudian diukur absorbansinya sebagai
nilai absorbansi blanko. Pengukuran nilai absorbansi blanko ini dilakukan setiap
sebelum pengukuran nilai absorbansi sampel, kecuali pada panjang gelombang
230 nm.
3. Sebanyak 3 µL DNA hasil isolasi dilarutkan dalam akuades hingga 3000 µL,
kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 230 nm, 260 nm, 280 nm dan 320 nm.
4. Konsentrasi DNA dan kemurnian DNA dari protein atau RNA dan karbohidrat
atau kemikalia dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Konsentrasi DNA = λ 260 x 50 x faktor pengenceran
Kemurnian DNA : Protein atau RNA = λ 260λ 230
Karbohidrat atau kemikalia = λ 260 λ 230
5. Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam tabel.
![Page 5: LAPORAN ANAH.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082818/55cf9d5c550346d033ad4e1b/html5/thumbnails/5.jpg)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Perhitungan Konsentrasi DNA
No Sampelλ230
A[S]-A[B]
λ260
A[S]-A[B]
λ280
A[S]-A[B]
λ320
A[S]-A[B]
1 Mangga 0,009 0,009 0,015 0,009
2 Pepaya 0,031 -0,002 0,007 -0,004
3 Naga 0,020 0,001 0,016 0,002
4 Strawberry 0,339 0,008 -0,005 -0,008
5 Alpukat 0,147 0,112 -0,108 0,083
6. E.coli -0,046 -0,014 -0,006 -0,013
Keterangan: A[S] = Absorbansi sampel DNA
A[B] = Absorbansi blanko
Tabel 2. Perhitungan Konsentrasi DNA terhadap Konsentrasi Protein dan
Karbohidrat/Kemikalia
NoPanjang Gelombang (λ) (nm)
260 nm 260/280 nm 260/230 nm
1 450 0,6 1
2 1550 -0,285 -0,064
3 1000 0,0625 0,05
4 400 -1,6 0,023
5 7350 -1,037 0,761
6 -700 2,33 0,3
Interpretasi :
λ 230 = 2-2,2 : DNA murni
< 2 : kemikalia/karbohidrat
>2,2 : blanko tidak sesuai
λ 280 = 1,8 : DNA murni
< 1,8 : protein
![Page 6: LAPORAN ANAH.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082818/55cf9d5c550346d033ad4e1b/html5/thumbnails/6.jpg)
> 1,8 : RNA
Perhitungan :
1. DNA hasil isolasi dari buah strawberry
Konsentrasi DNA :
DNA ng/μL = A260 x 50 ng/μL x F (faktor pengenceran)
= 0,008 x 50 x 1.000
= 400 ng/μL
Konsentrasi DNA terhadap kontaminasi protein atau RNA:
260/280 nm = 0,008 = -1,6 ng/μL
-0,005
Konsentrasi DNA terhadap kontaminasi karbohidrat atau kemikalia :
260/230 nm = 0,008 = 0,023 ng/μL
0,339
2. DNA hasil isolasi dari bakteri E. coli
Konsentrasi DNA :
DNA ng/μL = A260 x 50 ng/μL x F (faktor pengenceran)
= -0,014 x 50 x 1.000
= -700 ng/μL
Konsentrasi DNA terhadap kontaminasi protein atau RNA:
260/280 nm = -0,014 = 2,33 ng/μL
-0,006
Konsentrasi DNA terhadap kontaminasi karbohidrat atau kemikalia :
260/230 nm = -0,014 = 0,3 ng/μL
-0,046
![Page 7: LAPORAN ANAH.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082818/55cf9d5c550346d033ad4e1b/html5/thumbnails/7.jpg)
Keberadaan DNA dalam suatu organisme dapat diketahui dengan 2 cara,
yaitu secara kualitatif dengan metode elektroforesis gel agarosa dan secara kuantitatif
dengan metode spektrofotometri. Uji kuantitatif DNA adalah analisis untuk
menentukan kandungan atau jumlah DNA yang terdapat dalam suatu zat atau
komponen zat yang sebelumnya telah diketahui keberadaan DNA plasmidnya dalam
larutan contoh dengan cara uji kualitatif (Larasati, 2011). Spektrofotometri
merupakan suatu metode analisis untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa
berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya.
Spektrofotometri terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer yaitu
suatu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif
maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan
sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu. Suatu spektrofotometer terusun dari sumber
spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan
sampel atau blanko dan sutu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel
dan blanko ataupun pembanding. Fotometer yaitu alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau diabsorbsi (Khopkar, 2003).
Kekurangan dari spektrofotometri ini yaitu hanya terjadi bila terjadi
perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Perpindahan elektron ini tidak diikuti oleh perubahan arah spin, hal ini dikenal
dengan sebutan tereksitasi singlet. Jika tidak terjadi perpindahan elektron, maka alat
ini tidak akan berfungsi. Adakalanya beberapa zat harus diubah dulu menjadi
senyawa berwarna sebelum dianalisa, kurang teliti dalam analisis kualitatif. Hal
tersebut disebabkan karena pita-pita absorbsi yang diperoleh melebar, dengan
demikian kurang khusus atau terbatas pemakaiannya. Kelebihan dari
spektrofotometri ini yaitu dapat digunakan secara luas untuk banyak zat organik dan
anorganik, memiliki kepekaan yang tinggi, keselektifannya sangat baik pada
pemilihan kondisi yang tepat dapat dicari panjang gelombang untuk zat yang dicari,
memiliki tingkat ketelitian yang tinggi dengan kesalahan relatif sebesar 1 % - 3 %,
tetapi kesalahan ini dapat diperkecil lagi dan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat
(Triyati, 1985).
![Page 8: LAPORAN ANAH.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082818/55cf9d5c550346d033ad4e1b/html5/thumbnails/8.jpg)
Berdasarkan sumber cahaya dan panjang gelombangnya, spektrofotometri
dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
1. Spektrofotometri Vis (Visible)
Spektrofotometri visible menggunakan cahaya tampak (visible) sebagai
sumber sinar atau energi. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu tungsten
halogen. Lampu tersebut terbuat dari tabung kuarsa yang berisi filamen tungsten
dan sejumlah kecil iodin. Lampu ini mirip dengan lampu yang terdapat dalam
perumahan dan perkantoran. Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik
yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah
380 nm sampai 780 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh mata oleh
mata baik itu putih, merah, biru, hijau, ataupun lainnya maka sinar tersebut
termasuk ke dalam sinar tampak (visible). Syarat pengukuran dengan
spektrofotometri visible yaitu sampel dalam larutan menyerap sinar tampak (380-
780 nm), larutan sampel harus bening dan berwarna, pelarut tidak menyerap sinar
tampak (Riyadi dan Wahyu, 2009).
2. Spektrofotometri UV (Ultra Violet)
Spektrofotometri UV menggunakan cahaya UV sebagai sumber sinar atau
energi. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar
dapat digunakan lampu deuterium. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh
mata kita, maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan
senyawa yang tidak memiliki warna, bening dan transparan. Oleh karena itu,
sampel tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagen
tertentu. Bahkan sampel dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi.
Namun perlu diingat, sampel keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau
sentrifugasi (Riyadi dan Wahyu, 2009).
3. Spektrofotometri UV-Vis (Ultra Violet-Visible)
Spektrofotometri UV-Vis menggunakan kombinasi antara cahaya UV dan
cahaya tampak sebagai sumber sinar atau energi. Untuk sistem spektrofotometri,
UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode
ini adalah dapat digunakan baik untuk sampel berwarna juga untuk sampel tak
berwarna (Riyadi dan Wahyu, 2009). DNA yang mengandung basa-basa purin dan
![Page 9: LAPORAN ANAH.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082818/55cf9d5c550346d033ad4e1b/html5/thumbnails/9.jpg)
pirimidin dapat menyerap cahaya UV. Pita ganda DNA dapat menyerap cahaya
UV pada 260 nm, sedang kontaminan protein atau phenol dapat menyerap cahaya
pada 280 nm. Dengan adanya perbedaan penyerapan cahaya UV ini, kemurnian
DNA dapat diukur dengan menghitung nilai absorbansi 260 nm dibagi dengan
nilai absorbansi 280 (A260/A280) (Fatchiyah, 2011).
Spektroskopi ultraviolet-tampak (UV-1601 pc shimadzu
spektrofotometer) atau spektrofotometri Ultraviolet-Visible (UV-Vis) mengacu
pada spektroskopi serapan di wilayah spektral UV-Visible. Spektrofotometri ini
menggunakan cahaya dalam yang terlihat dan dengan rentang yang berdekatan
(dekat-UV dan dekat inframerah atau NIR). Kisaran penyerapan dapat terlihat
secara langsung dari warna yang ditimbulkan bahan kimia yang terlibat. Di daerah
spektrum elektromagnetik ini molekul mengalami transisi elektronik (Saxena et
al., 2010).
4. Spektrofotometri Infra Red
Spektrofotometri Infra Red atau infra merah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada
daerah panjang gelombang 0,75-1.000 µm atau pada Bilangan Gelombang
13.000-10 cm-1. Radiasi infra merah dihasilkan dari pemanasan suatu sumber
radiasi dengan listrik sampai suhu antara 1500 dan 2000 k. Sumber radiasi yang
biasa digunakan berupa Nemst Glower, Globar, dan kawat nikhrom. Pengukuran
energi terserap direkam sebagai transmitan sebagai fungsi panjang gelombang.
Komponen spektrofotometer infra merah terdiri dari lima bagian pokok, yaitu
sumber radiasi, wadah sampel, monokromator, detektor dan rekoder
(Sastrohamidjojo, 1992).
Kualitas DNA hasil isolasi dapat dilihat dari tingkat kemurniannya. Jika
DNA hasil isolasi memilki tingkat kemurnian yang tinggi, bebas dari segala bentuk
kontaminan seperti protein, RNA, karbohidrat atau bahan kemikalia, menandakan
bahwa DNA hasil isolasi tersebut memiliki kuailtas yang baik. Kuantitas DNA hasil
isolasi dapat dilihat dari konsentrasinya. Jika DNA hasil isolasi memiliki konsentrasi
yang tinggi, maka DNA hasil isolasi tersebut memilki kuantitas yang tinggi pula.
Kualitas dan kuantitas DNA tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu
![Page 10: LAPORAN ANAH.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082818/55cf9d5c550346d033ad4e1b/html5/thumbnails/10.jpg)
kemurnian DNA, panjang DNA, kemampuan dipotong oleh sembarang enzim, tidak
mengalami modifikasi selama proses isolasi berlangsung. Oleh sebab itu, terdapat
sejumlah teknik isolasi DNA, yang disesuaikan untuk berbagai maksud penggunaan
dan kualitas serta kuantitas minimum yang ingin dicapai (Ardiansyah, 2012).