laporan anor

19

Click here to load reader

Upload: syaeful-bahri

Post on 27-Sep-2015

307 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

Laporan Anor

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSuatu ion kompleks didefinisikan sebagai ion yang tersusun dari atom pusat yang mengikat secara koordinasi sejumlah ion atau molekul netral. Ion atau molekul netral sebagai spesies terikat pada atom pusat dalam suatu ion kompleks biasanya dinamakan ligan. Spesies ini memiliki satu pasang atau lebih elektron bebas dan berperan sebagai donor pasangan elektron pada pembentukan ikatan koordinasi (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2010 : 22).Dalam Pelaksanaan analisis anorganik kualitatif, banyak digunakan reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu, meskipun tidak dapat ditafsirkan dalam lingkup konsep valensi yang klasik. Atom pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi adalah 6 (Seperti dalam kasus Fe2+, Fe3+, Zn2+, Cr3+, Co3+, Cd3+), kadang-kadang 4 (Cu2+, Cu+, Pt2+), tetapi bilangan-bilangan 2(Ag+) dan 8 (beberapa ion dari golongan platinum) juga terdapat (Svehla, 1990 : 95).Senyawa yang tersusun atas satu atom pusat, biasanya logam atau kelompok atom seperti VO, VO2, dan TiO yang dikelilingi oleh sejumlah anion atau molekul disebut senyawa kompleks. Anion atau molekul netral yang mengelilingi atom pusat atau kelompok atom itu disebut ligan. Jika ditinjau dari sistem asam-basa lewis, atom pusat atau kelompok atom dalam senyawa kompleks tersebut bertindak sebagai asam Lewis, sedangkan linggannya bertindak sebagai basa Lewis. Ikatan yang terjadi antara ligan dan atom pusat merupakan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks disebut juga senyawa koordinasi. Jumlah ligan yang mengelilingi atom pusat menyatakan bilangan koordinasi. Jumlah muatan kompleks ditentukan dari penjumlahan muatan ion pusat dan jumlah muatan yang membentuk kompleks (Ramlawati, 2005 : 1).

1.2 IdentifikasiDari uraian latar belakang di atas, maka timbullah berbagai masalah yang dapat di identifikasi, yaitu sebagai berikut:1. Apa yang dimaksud dengan Heksaaminnikel (II) Iodida?2. Bagaimana reaksi reaksi yang terjadi pada pembuatan Heksaaminnikel (II) Iodida?3. Apa saja sifat-sifat yang dimiliki oleh senyawa kompleks?4. Bagaimana pembuatan Heksaaminnikel (II) Iodida?5. Apa kegunaan Senyawa Kompleks?1.3 TujuanMakalah ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:1. Untuk mengetahui tentang Heksaaminnikel (II) Iodida.2. Untuk mengetahui bagaimana reaksi reaksi yang terjadi pada pembuatanHeksaaminnikel (II) Iodida.3. Untuk mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh Senyawa Kompleks.3. Untuk mengetahui cara pembuatan Heksaaminnikel (II) Iodida.4. Untuk mengetahui kegunaan Senyawa Kompleks1.4 Manfaat 1. Kita dapat mengetahui tentang Heksaaminnikel (II) Iodida.2. Kita dapat mengetahui bagaimana reaksi reaksi yang terjadi pada Heksaaminnikel (II) Iodida.3. Kita dapat mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh Senyawa Kompleks.4. Kita dapat mengetahui cara pembuatan Heksaaminnikel (II) Iodida.5. Kita dapat mengetahui kegunaan Senyawa Kompleks.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Dasar TeoriDitinjau dari system asam-basa Lewis, atompusat atau kelompok atom dalam senyawa kompleks tersebut bertindak sebagai asam Lewis. Ikatan yang terjadi antara ligan dan atom pusat merupakan ikatan kovalen koordinasi, sehingga senyawa kompleks tersebut disebut pula senyawa koordinasi. Jumlah ligan yang mengelilingi atom pusat menyatakan bilangan koordinasi. Cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang senyawa kordinasi disebut kimia koordinasi. Sifat-sifat senyawa koordinasi dapat diprediksi dari sifat ion pusatnya, Mn+dan ligan, L1, L2, . Dst. Ligan-ligan sederhana, seperti ion-ion halide atau molekul-molekul H2O atau NH3adalah monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan pasangan electron menyendiri kepada logam. Namun, bila molekul atau ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-masing mempunyai satu pasangan electron menyendiri, maka molekul itu mempunyai dua atom penyumbang, dan adalah mungkin untuk membentuk dua ikatan koordinasi dengan ion logam yang sama ligan seperti itu disebut bidentat (Anonim, 2010).2.2 Senyawa KompleksHal yang sangat spesifik dari senyawa kompleks adalah adanya spesies bagian dari senyawa itu yang tidak berubah baik dalam padatan maupun dalam larutan, walaupun sedikit ada disosiasi. Spesies tersebut dapat berupa nonionic, kation atau anion, bergantung pada muatan penyusun. Jika bermuatan maka sepsis itu disebut ion kompleks atau lebih sederhana disebut spesies kompleks (Ramlawati, 2005 : 1).Dalam artian luas senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana yang masing-masingnya dapat berdiri sendiri. Misalnya dalam penggabungan seperti berkut :A + B ABSenyawa AB dapat dianggap sebagai senyawa kompleks (Svehla, 1985 : 182).Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion pusat dan sejumlah ligan) yang terikat erat pada atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti stokiometri yang sangat tertentu meskipun ini tak dapat ditafsirkan dalam lingkup konsep valensi yang klasik. Atom pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi, satu angka bulat yang menunjukkan jumlat ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat. Pada kebanyakan kasus, bilangan koordinasi adalah 6 (seperti dalam kasus Fe2+, Fe3+, Zn2. Zat padat dapat dibedakan antara zat padat kristal dan amorf. Dalam kristal, ataom atau molekul penyusun memiliki struktur tetap (tetapi dalam amorf tidak) dan titik leburnya pasti. Zat padat memiliki volume dan bentuk tetap. Ini disebabkan karena molekul-molekul dalam zat padat menduduki tempat yang gelap dalam kristal. Molekul-molekul zat padat juga mengalami gerakan namun sangat terbatas (Anonim, 2010).Ion-ion dan molekul-molekul anorganik sederhana seperti NH3, CN-, Cl-, H2O membentuk ligan monodentat, yaitu satu ion atau molekul menempati salah satu ruang yang tersedia di sekitar ion pusat dalam bulatan koordinasi, tetapi ligan bidentat (seperti ion dipiridil). 2.3 Rumus dan beberapa Ion KompleksRumus dan nama beberapa ion kompleks adalah sebagai berikut: [Fe(CN)6]4+ heksasianoferrat (II) [Fe(CN)6]3- heksasianoferrat (III) [Cu(NH3)4]2+ tetraamintembaga (II) [Cu(NH3)4]3- tetraaminkuprat (III) [Co(CO)4]3- tetrakarbonilkobaltat (III) [Ag(CN)2]- disianoargentat (I) [Ag(S2O3)2]3- ditiosulfatoargentat (I)Dari contoh-contoh ini, kaidah tatanama nampak jelas (Oxtoby, 2007 ; 97).Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar atom atau ion pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi, yang masing-masing dapat dihuni satu ligan (monodentat). Susunan logam-logam sekitar ion pusat adalah simetris. Jadi, suatu kompleks dengan satu atom pusat dengan bilangan koordinasi 6, terdiri dari ion pusat, dipusat suatu oktahedron (Svehla, 1985 ; 56).Karena kebanyakan reaksi dimana kompleks terbentuk berlangsung larutan air, salah satu reaksi yang sangat mendasar untuk dipelajari dan dipahami adalah dimana molekul-molekul air disekeliling kation dalam larutan air dipindahkan dari kulit koordinasi dan diganti oleh ligan lain masuk disini adalah kasus dimana ligan yang baru semata-mata molekul lain, yakni reaksi pertukaran air. Dengan beberapa pengecualian misalnya [Cr(H2O)6]3+, [Rh(H2O)6]3+ reaksi tersebut sangat cepat dan harus dipelajari dengan metode relaksasi (Cotton, 1989 : 168).Molekul ataupun ion yang bertindak sebagai ligan umumnya mengandung suatu ligan atom elektronegatif, seperti nitrogen, oksigen, atau salah satu halogen. Ligan yang hanya memiliki satu pasang elektron menyendiri misalnya NH3 dikatakan unidentat. Ligan yang memiliki dua gugus yang mampu membentuk dua ikatan dengan atom sentral disebut bidentat. Salah satu contoh adalah etilendiamina, NH2CH2CH2NH2 dimana dua atom nitrogen ini memiliki pasangan elektron menyendiri. Ion tembaga (II) membentuk suatu kompleks dengan dua molekul etilendiamina cincin yang dibentuk oleh interaksi sebuah ion logam dengan dua gugus fungsional dalam ligan yang sama disebut cincin sepit, molekul organiknya adalah zat penyepit dan kompleks itu disebut senyawa sepit.2.4Pembuatan Heksaaminnikel (II) Iodida

No.Cara KerjaHasil Pengamatan

1.1 gr nikel klorida heksahidrat dalam beker gelas yang berisi 5 ml air.Larutan berwarna hijau

2.Gelas beker dimasukkan dalam lemari asam, ditambah 10 ml larutan NH3 pekat (15 M)Larutan berubah berwarna biru

3.Ditambah 2,6 gr kalium iodide. Biarkan beberapa menitLarutan terpisah menjadi dua bagian. Bagian atas berwarna biru dan bawah terdapat endapan ungu.

4.Larutan disaring menggunakan kertas saring. Dicuci dengan etanol 1:1 lalu ditambah 2 ml etanol.Filtrat berwarna biru terang, terdapat endapan ungu.

5.Keringkan Kristal di udara terbuka dengan diangin-anginkan selama beberapa menit.Kristal menjadi kering

6.Pindahkan Kristal yang telah kering kedalam kertas saringKristal kering

7.Pindahkan kelebihan pelarut dengan menekan Kristal diantara 2 lembar kertas saringKristal menjadi lebih kering

8.Pindah Kristal kedalam tabung yang telah ditimbang. Timbang tabung+ isinya. Hitung persentase berat yang dihasilkan.Berat bersih Kristal seluruhnya adalah 0,6 gr

9.Melakukan tes pengujian adanya ion nikel. 0,1 gr sampel dalam 0,5 ml air (larutkan). 1-2 tetes larutan NH3 (5 M) + 5 tetes dimetil glikosim (C4H8O2N2)Larutan berwarna merah strawberry yang menandakan adanya ion nikel dalam larutan tersebut.

10.Tes pengujian ion iodide: larutkan 0,1 gr sampel dalam 0,5 ml air. Ditambah 2 tetes H2SO4 5M + H2O2 3%. Uji dengan amilum.Larutan berwarna biru yang menandakan adanya ion iodide dalam larutan tersebut.

2.5Reaksi Yang terjadi saat Pembuatan Heksaaminnikel (II) IodidaPada pembuatan ion kompleks tersebut digunakan Ni(NO3)2.6H2O berfungsi sebagai penyedia atom pusat Ni. Kristal dilarutkan dengan aquadest. Setelah Kristal dilarutkan dengan air, warna larutan menjadi hijau yang menandakan bahwa Kristal Ni(NO3)2.6H2O ini telah terionisasi dalam aquadest tersebut. Kemudian diaduk sehingga mempercepat Kristal larut dalam aquadest (larutan homogen). Adapun reaksinya :Persamaan reaksi tes pengujian ion nikel :Ni (s) + 6H2O (l) [Ni (H2O)6]2+ (aq)Ni2+ (aq) + 2NH3 + 2H2O (aq) Ni(OH)2 (s) + 2NH4+Ni (OH)2 (s) + 6NH3 [Ni(NH3)6]2+ (aq) + 2OH- (aq)[Ni(NH3)6]2+ (aq) + 2OH- (aq) + KI (aq) [Ni(NH3)6]I2 (s) + 2KOH (aq)

b. Persamaan reaksi tes ion iodide :[Ni(NH3)6]I2 (s) + H2O (l) + H2SO4 (aq) [Ni(NH3)6]2+ (s) + I- (aq) + H2SO4 (aq) + H2O (aq)H2O2 (aq) + 2I- (aq) + 2H+ (aq) I2 (aq) + 2H2O (aq)

BAB IIIPEMBAHASAN3.1 DefinisiHeksaaminnikel (II) Iodida merupakan ion kompleks yangterbuat dari senyawa asal garam nikel Ni(NO3)2. 6H2O. Apabila dilarutkan dalam air, garam ini akan ada dalam bentuk ion kompleks Ni(H2O)6dan ion NO3-. Pada prinsipnya ion kompleks tersebut melibatkan proses penggantian ligan H2O dengan ligan NH3yang diikuti dengan oksidasi atom pusat Ni2+menjadi Ni3+.3.2 Proses dan reaksi yang terjadi dalam pembuatan Heksaaminnikel (II) IodidaPembentukan senyawa kompleks adalah salah satu karakteristik logam transisi. Logam transisi pada senyawa [Ni(NH3)6]I2 adalah logam Ni. Senyawa kompleks [Ni(NH3)6]I2 ini didapat dengan mereaksikan nikel sulfat heksahidrat dengan larutan ammonia pekat kemudian ditambah dengan larutan KI.Nikel sulfat heksahidrat merupakan zat padat berwarna hijau. Awalnya, padatan ini dilarutkan dahulu dalam air, yang menghasilkan larutan berwarna hijau. Ditambahkan ammonia maka larutan menjadi berwarna biru. Lalu ditambah KI maka larutan menjadi ungu dan terbentuk endapan. Endapan yang terbentuk berwarna ungu ini kemudian dibilas larutan etanol dan ditambahkan etanol.Penambahan etanol pada endapan ini bertujuan agar endapan yang didapat merupakan kristal murni. Etanol disini befungsi sebagai pelarut. Etanol memiliki titik didih rendah sehingga udah menguap dan mengakibatkan mudah tebentuknya kristal. Selain itu, etanol tidak bereaksi dengan endapan yang didapatkan.Pada uji nikel, ke dalam kristal [Ni(NH3)6]I2 yang terlebih dulu dilarutkan dalam air ditambahkan larutan ammonia dan dimetil glioksim. Endapan yang dihasilkan dari reaksi ini adalah endapan berwarna merah strawberry. Endapan merah strawberry ini menunjukkan adanya ion nikel dalam larutan itu. Endapan merah ini terbentuk dari larutan yang tepat basa dengan ammonia. Jadi, fungsi penambahan ammonia adalah agar larutan berada dalam suasana basa. Endapan ini adalah Ni(C4H7N2O2)3.Untuk uji iodide, dilakukan dengan penambahan larutan asam sulfat ke dalam endapan [Ni(NH3)6]I2 yang telah dilarutkan ke dalam air terlebih dahulu. Kemudian ditambahkan H2O2 dan larutan amilum. Fungsi penambahan asam sulfat adalah agar endapan berada dalam suasana asam, sehingga mudah dioksidasi menjadi iod bebas dengan sejumlah zat pengoksidasi. Larutan amilum berfungsi sebagai indicator. Setelah ditambahkan amilum, terjadi perubahan pada larutan, yaitu berubah warna menjadi biru kehitaman. Warna inilah yang menunjukkan adanya ion iodide pada larutan. 3.3 Kegunaan senyawa kompleks dalam kehidupan sehari-hariAplikasi senyawa kompleks sangat beragam dan banyak sekali karena penelitian tentang senyawa kompleks terus berkembang dan perkembangannya sangat pesat sejalan dengan perkembangan IPTEK. Dalam makalah ini diuraikan beberapa aplikasi senyawa kompleks tersebut.

A. Aplikasi Dalam Bidang KesehatanSenyawa kompleks gadolinium-dietilentriaminpentaasetato (GdDTPA) secara in vivo telah digunakan dalam bidang kesehatan sebagai senyawa pengontras MRI untuk diagnose berbagai penyakit. Senyawa kompleks GdDTPA memiliki kestabilan termodinamika (log KML> 20) dan kestabilan kinetika yang cukup tinggi (log Ksel > 7). Pengkhelatan gadolinium dengan ligan asam dietilentriaminpentaasetat (DTPA) menghasilkan senyawa yang berguna dalam bidang kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mereaksikan gadolinium dengan ligan DTPA melalui metode refluks. Kemudian untuk proses kristalisasi ditambahkan etanol sampai tepat jenuh. Senyawa yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan spektrofotometer ultraviolet, spektrofotometer inframerah dan Magnetic Susceptibility Balance (MSB). Hasil analisis spektrofotometer ultraviolet menunjukkan bahwa ligan DTPA mempunyai serapan maksimum pada panjang gelombang 205,2 nm sedangkan pada senyawa GdDTPA mempunyai serapan maksimum pada panjang gelombang 214,7 nm.Kemudian dari hasil perbandingan antara spektrum inframerah ligan DTPA dengan spectrum inframerah senyawa kompleks GdDTPA terjadi perubahan gugus-gugus penting, yaitu pada senyawa kompleks GdDTPA yang terbentuk, puncak gugus OH karboksilat serta pita lebar pada sidik jari hilang dan tergantikan dengan munculnya puncak yang tajam dari gugus OH dan pada daerah sidik jari muncul pita-pita tajam. Terjadinya perubahan gugus-gugus penting ini dapat dijadikan petunjuk telah terjadi ikatan kovalen koordinasi antara logam dengan ligan. Dari hasil perhitungan dengan MSB, diperoleh harga momen magnet senyawa kompleks GdDTPA adalah 8,069 BM yang menunjukkan bahwa senyawa yang terbentuk bersifat paramagnetic.

B. Aplikasi Dalam Bidang FarmasiSintesis senyawa kompleks besi (II) dengan menggunakan ligan turunan 1,10-Phenantrolin (phen) seperti 4,7-dimetil-phen (DMP). 3,4,7,8-tetrametil-phen (TMP) dan 4,7-difenil-phen (DIP) menggunakan metode substitusi ligan yang digunakan sebagai kandidat senyawa obat pada terapi penyakit tumor/kanker. Kompleks mixed-ligand disintesis dengan reaksi substitusi ligan dari tris-phenantrolin, [M(phen)3]2- dengan memanfaatkan sifatnya yang labil terhadap proses rasemisasi. Senyawa kompleks besi (II) turunan fenantrolin dapat berinteraksi secara non-kovalen dengan DNA. Disamping senyawa-senyawa turunan fenantrolin, senyawa lain yang potensial sebagai photosensitizer dalam terapi PDT adalah senyawa-senyawa turunan klorofil yang dapat diekstrak dari tumbuhan yang kaya akan klorofil. Kelebihan photosensitizer senyawa kompleks logam yaitu mempunyai struktur dan bentuk geometri yang fixed, hal ini memberikan kemudahan dalam mendesain struktrur geometrinya dan atau menvariasi gugus-gugus fungsi sehingga diperoleh bentuk geometri yang tepat, dan dapat terinterkalasi secara spesifik kedalam pasangan basa DNA.

C. Aplikasi Dalam Bidang IndustriPenentuan kesadahan air untuk menganalisa pembentukan kerak yang terjadi pada dinding pipa yang disebabkan endapan CaCO3. Metode yang digunakan dalam analisis larutan Ethyldiamine tetra acetic acid sebagai larutan standarnya, untuk mengetahui titik akhir titrasi digunakan indikator logam. Diantara indikator yang digunakan adalah Eriochrome Black T. Eriochrome Black T sebagai indikator akan membentuk senyawa kompleks seluruhnya dengan EDTA yang ditambahkan, dengan kata lain kapan penambahan larutan EDTA mulai berlebih yang ditunjukkan oleh perubahan warna larutan merah menjadi biru. Reaksi ini berlangsung sempurna pada pH 8-10. Untuk mempertahankan larutan pH tersebut ditambahkan larutan buffer salmiak. Ca2+ dam Mg2+ akan membentuk senyawa kompleks warna merah anggur, dengan EBTM2+ + EBT (M EBT) kompleks merah anggur

Perubahan semakin jelas bila pH semakin tinggi, namun pH yang tinggi dapat menyebabkan ion-ion kesadahan hilang dari larutan, karena terjadi pengendapan Mg(OH)2 dan CaCO3- pada pH >9, CaCO3 sudah mulai terbentuk.

D. Aplikasi Dalam Bidang LingkunganProses biosintesis asam oksalat oleh jamur pembusuk coklat merupakan proses fisiologis yang sangat penting bagi jamur, dimana jamur memberoleh energi dengan mengoksidasi karbohidrat menjadi asam oksalat, seperti pada persamaan:C6H12O6 + 5O22(COOH)2 + 2CO2 + 4H2ODalam metabolisme biosintesis asam oksalat pada jamur basidiomisetes, asetil-KoA yang diperoleh dari oksidasi glukosa dikonversi menjadi asam oksalat selanjutnya di disekresikan ke lingkungann sintesis asam oksalat dengan mengunakan inhibitor spesifik menyebabkan terhambatnya pertumbuhan jamur untuk meminimalisir dalam degradasi polutan.

E. Aplikasi Dalam Bidang PertanianPemupukan memegang peranan yang penting dalam kegiatan budidaya tebu, selain dapat meningkatkan produksi biomassanya, pupuk juga dapat meningkatkan keragaman dan kualitas hasil yang diperoleh. Masalah utama penggunaan pupuk N pada lahan pertanian adalah efisiensinya yang rendah karena kelarutannya yang tinggi dan kemungkinan kehilangannya melalui penguapan, pelindian dan immobilisasi. Untuk itu telah dilakukan penelitian peningkatan efisiensi pemupukan N dengan rekayasa kelat urea-humat pada jenis tanah yang mempunyai tekstur kasar (Entisol) dengan menggunakan tanaman tebu varietas PS 851 sebagai tanaman indikator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelapisan urea dengan asam humat yang berasal dari Gambut Kalimantan sebesar 1% menghasilkan pupuk urea yang lebih tidak mudah larut daripada yang dilapisi asam humat dari Rawa Pening. Dengan pelepasan N yang lebih lambat diharapkan keberadaan N di dalam tanah lebih awet dan pemupukan menjadi lebih efisien. Pupuk urea-humat telah diaplikasikan ke tanah Psamment (Entisol) yang kandungan pasirnya tinggi (tekstur kasar) untuk mewakili jenis-jenis tanah yang biasa ditanami tebu dengan tekstur yang paling kasar. Respons tanaman tebu varietas PS 851 menunjukkan kinerja pertumbuhan yang lebih baik di tanah Vertisol.

Rekayasa kelat urea-humat secara fisik dan kimia terbukti meningkatkan efisiensi pemupukan N pada tanaman tebu. Penelitian ini memperlihatkan bahwa memang efisiensi pemupukan N pada tanah Entisol dan Vertisol rendah, bahkan di Entisol lebih rendah (hanya sekitar 25 %). Aplikasi pupuk urea-humat pada tanah Vertisol dan Entisol terbukti meningkatkan efisiensi pemupukan N hingga 50 %. Di tanah Entisol bahkan efisiensi pemupukan yang lebih tinggi dicapai pada dosis pupuk yang lebih rendah.

BAB IVPENUTUP 4.1 Kesimpulan Pada pembuatan ion kompleks tersebut digunakan Ni(NO3)2.6H2O berfungsi sebagai penyedia atom pusat Ni. Kristal dilarutkan dengan aquadest. Setelah Kristal dilarutkan dengan air, warna larutan menjadi hijau yang menandakan bahwa Kristal Ni(NO3)2.6H2O ini telah terionisasi dalam aquadest tersebut. Kemudian diaduk sehingga mempercepat Kristal larut dalam aquadest (larutan homogen).

4.2 Saran Dalam proses pembuatannya dibutuhkan ketelitian untuk menghasilkan kristal yang murni.

Daftar Pustaka Anonim. 2010. Ion Kompleks. (http : // www. Chem-is-try.org). Ramlawati. 2005. Kimia Anorganik Fisik. FMIPA. UNM. Makassar. Rivai, Harrizul. 1994. Asas Pemeriksaan Kimia. UI-Press. Jakarta. Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Kolgam Media Pustaka. Jakarta. Firdaus, Ikhsan. 2009. Pengertian Senyawa Kompleks, (Online), (http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kompleksometri/pengertian-senyawa-kompleks/, diakses tanggal 16 Oktober 2011). Gulo Fakhili. 2007. Panduan Praktikum Kimia Anorganik 2. Indralaya: FKIP MIPA Universitas Sriwijaya

1