laporan atsiri isolasi minyak

20
Laporan Praktikum Hari / Tanggal : Senin / 08 Maret 2013 Teknologi Minyak Atsiri Gol/Kel : P1/5 Dosen : Dr. Ir.Dwi Setyaningsih,M.Si Asisten : 1. Athin Nuryanti F34090111 2. Imastia Rahma S. F34090120 TEKNOLOGI PRODUKSI MINYAK ATSIRI Oleh : Kelompok 5 Nadhif Nabhan Rabbani F34100004 Novi Kurniawan F34100006 Heldinnie Gusty A. F34100025 Dhita Anggraini Annisa F34100015 M. Zaky Hadi F34100032 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Upload: novi-kurniawan

Post on 14-Aug-2015

276 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan atsiri isolasi minyak

Laporan Praktikum Hari / Tanggal : Senin / 08 Maret 2013

Teknologi Minyak Atsiri Gol/Kel : P1/5

Dosen : Dr. Ir.Dwi Setyaningsih,M.Si

Asisten : 1. Athin Nuryanti

F34090111

2. Imastia Rahma S.

F34090120

TEKNOLOGI PRODUKSI MINYAK ATSIRI

Oleh :

Kelompok 5

Nadhif Nabhan Rabbani F34100004

Novi Kurniawan F34100006

Heldinnie Gusty A. F34100025

Dhita Anggraini Annisa F34100015

M. Zaky Hadi F34100032

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: laporan atsiri isolasi minyak

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produk daii komoditi pertanian yang terbilang mewah adalah minyak atsiri. Hal itu bukan

berlebihan mengingat cara pengambilan serta rendemen yang sangat sedikit dari minyak tersebut

membuat hargaanya melambung tinggi. Minyak atsiri banyak digunkan dalam industri

fitofarmaka, farfum, maupun bahan tambahan pangan. Minyak atsiri di Indonesia kebanyakan

masih menggunakan teknologi yang sederhana dalam mengisolasi minyak atsirinya. Minyak yang

sangat terkenal di Indonesia adalah minyak nilam yang berasal dari aceh.

Minyak atsiri banyak terkandung dalam berbagai komoditi pertanian. Masing-masing minyak

tersebut memiliki kandungan yang khas, sehingga mempunyai bau yang sangat berbeda masing-

masing komoditi. Minyak atsri yang sering diperjualbelikan diantaranya minyak nilam, minyak

cengkeh, minyak sereh wangi, minyak pala, minyak lemon, minyak jahe, dan minyak kayu putih.

Hal ini karena penggunaannya yang sudah sangat meluas dan digunakan dalam berbagai macam

produk farfum maupun obat-obatan.

Teknik mengisolasi minyak atsiri sudah ada sejak zaman dahaulu kala dan beberpa

metodenya masih dipakai sampai sekarang. Sejak dahulu orang sudah lama mengetahui akan

kandungan pada berbagai macam tanaman yang mengeluarkan wangi-wangian tersebut. Produk

tersebut lebih sering dugunakan pada upacara kerajaan. Teknik isolasi yang sering dugunakan

adalah teknik penyulingan karena kebanyakan bahan dari minyak atsiri msih banyak mengandung

serat dan bahan plomer lainnya yang mengikat kandungan atsirinya, sehingga teknik penyulingan

merupakan hal yang cocok untuk mengluarkan minyak dari bahan tersebut.

Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi isolasi minyak atsiri saat ini berkembang

pesat. Di Indonesai sendiri terdapat organisasi yang membawahi dibidang minyak atsiri dengan

selalu melakuakn pengembangan dibidang teknologinya mengingat begitu pentingnya minyak

atsiri untuk produk-produk komersial tertentu . Saat ini skala besar sedang dikembangkan untuk

menunjang kebutuhan industri tersebut. Berbagai cara isolasi selalu dikaji demi efisiensi hasil

produksi.

Untuk itu prisip dan dasar pengetahuan dari isolasi minyak atsiri ini perlu diketahui terlebih

dahulu untuk membuka pemahan selanjutnya mengenai pengembangan minyak atsiri. Dalam

pratikum ini hal itu menjadi titik penting, sehingga mahasiswa mempunyai pengetahuan dasar

dalam mengisolasi minyak atsiri. Pratikum ini juga membantu mahasiswa untuk memahami

formulasi dan kegunaan minyak atsiri secara luas sehingga dapat menimbulkan bibit-bibit

technopreneur di bidang minyak atsiri.

B. Tujuan

Tujuan pratikum ini adalah mengetahui prinsip dan metode dalam memproduksi minyak

atsiri yaitu cara penyulingan, ekstraksi pelarut, dan ekstraksi lemak padat dari berbagai komoditi

pertanian serta dapat membandingkan kualitas dan efisiensi produksi pada berbagai cara produksi

tersebut.

Page 3: laporan atsiri isolasi minyak

II. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam pratikum ini terdiri dari bahan yang mengandung minyak

atsiri yaitu jahe, bungan sedap malam dan bunga melati, serta bahan penunjang seperti air,

pelarut heksan, lemak padat dan etanol. Sedangkan alat-alat yang digunakan pada partikum

ini adalah ketel suling, labu Florentine, gelas ukur, timbangan, pisau, talenan, erlenmeyer,

pendingin balik, klafenger, aufhaser, neraca, ekstraktor, evaporator, gelas bekker, kaca

enfluransi, dan sudip.

B. Metode

1. Penyulingan

Air

Ketel suling diisi dengan air

secukupnya

Boiler dipanaskan Suhu maks 800 C

Lapu florentine dipasang dak dialirkan air melalui

kondensor

Jahe dimasukkan dalam dalam ketel suling

Suhu ketel uap dinaikkan dan diatur tekanannya

Distilat dipisahkan dan disimpan dalam

botol

Setelah tetesan pertama

penyulingan diamati

selama kurang lebih 2 jam

Minyak jahe

Jahe

(10 kg)

Volminyak (ml)

berat bahan (gram)𝑥100%

dihitung

Rendemen minyak

Page 4: laporan atsiri isolasi minyak

2. Enflourasi

Lemak Padat

Dioleskan pada alat enfleuransi 1-2 cm

Bunga ditaburkan pada sisi alat

Lemak diambil, bunga dikeluarkan dan

dikerok

Didiamkan selama 24 jam (suhu kamar

dan tertutup)

Larutkan lemak pada alkohol 90%

lemak dipisahkan dan disaring

Dinginkan (suhu -150)

sampai beku

Dipekatkan (Rotary

Evaporator)

Bunga sedap

malam/melati

Filtrat

Cairan Absolute enflleuransi

Volminyak (ml)

berat bahan (gram)𝑥100%

dihitung

Rendemen Minyak

Page 5: laporan atsiri isolasi minyak

3. Solvent Extraction

4. Kadar Air Minyak Atsiri

Bunga sedap malam

/melati (100 g)

Dimasukkan dalam ekstraktor

Dicampur dengan pelarut

Concrete

Disuling pada suhu rendah dan tekanan

rendah

Concrete dimurnikan

Minyak bunga sedap

malam/melati

heksan

Jahe (20 g)

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Dihubungkan dengan alat destilasi, cap alat diisi 10

ml toluene

Labu dipanaskan (±1 jam)

Volume air dibaca

toluene

air (ml)

bahan (gram)𝑥100%

Dihitung kadar air

Kadar air

Page 6: laporan atsiri isolasi minyak

III. PEMBAHASAN

A. Hasil Pratikum

Terlampir

B. Pembahasan

Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang merupakan bahan

yang bersifat mudah menguap (volatile), mempunyai rasa getir, dan bau mirip tanaman asalnya

yang diambil dari bagian-bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit

kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor

agroindustri potensial yang dapat menjadi andalan Indonesia. Minyak atsiri dapat digunakan

sebagai bahan pewangi, penyedap (flavoring), antiseptic internal, bahan analgesic, sedative

serta stimulan. Terus berkembangnya penggunaan minyak atsiri di dunia maka minyak atsiri di

Indonesia merupakan penyumbang devisa negara yang cukup signifikan setelah Cina

(Sastrohamidjoyo 2004).

Dalam mengambil atau mendapatkan minyak atsiri dari berbagai komoditi pertanian terdapat

beberapa metode dalam mengisolasi minyak atsiri yang sering digunakan yaitu penyulingan,

ekstraksi dengan pelarut menguap, pengepresan, dan enfleurasi. Isolasi dengan penyulingan

merupakan proses pemisahan komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau

lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya, dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang

tidak larut dalam air (Guenter 1948). Penyulingan atau destilasi dimana proses ini merupakan

salah satu metode yang dilakukan untuk mendapatkan minyak atsiri dari tanaman penghasil

minyak atsiri. Campuran yang disuling terdiri dari larutan cair yang memiliki karakteristik mampu

saling bercampur dan mudah menguap. Selain itu, komponen-komponen didalam campuran

tersebut mempunyai perbedaan tekanan uap sehingga dapat dipisahkan.

Pada proses penyulingan (destilasi), pemisahan didasarkan pada kondisi dimana campuran

cair ada dalam keadaan setimbang dengan uapnya. Komposisi uap dan cairan tentunya akan

berbeda, uap akan mengandung lebih banyak komponen yang mudah menguap, sedangkan cairan

mengandung lebih sedikit komponen mudah menguap. Apabila uap dipisahkan dari cairan, maka

uap tersebut akan dikondensasikan dan selanjutnya akan didapatkan cairan yang berbeda dari

cairan awal dengan lebih banyak komponen mudah menguap (volatile) dibandingkan dengan

cairan tidak teruapkan. Komponen mudah menguap ini salah satunya adalah minyak atsiri,

sehingga melalui proses penyulingan tersebut bisa didapatkan komponen minyak atsiri yang

diinginkan dari tanaman. Dalam industri pengolahan minyak atsiri, dikenal tiga macam sistem

penyulingan yaitu penyulingan dengan air (water distillation), penyulingan dengan air dan uap

(water and steam distillation), serta penyulingan dengan uap langsung (direct steam distillation).

1. Penyulingan dengan air / sistem rebus (water distillation)

Prinsip dari penyulingan dengan air adalah bahan yang akan disuling kontak langsung dengan

air mendidih. Bahan tersebut akan mengapung diatas air atau terendam secara sempurna

tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang akan disuling. Penyulingan jenis ini dilakukan

dengan cara memasukkan bahan baku baik yang sudah dilayukan, bahan kering, maupun bahan

basah ke dalam ketel penyuling yang telah diisi air. Kemudian air beserta bahan baku didalamnya

dipanaskan. Uap yang keluar dari ketel dialirkan melalui pipa dan dihubungkan dengan kondensor.

Uap yang merupakan campuran uap air beserta minyak yang teruapkan akan terkondensasi

Page 7: laporan atsiri isolasi minyak

menjadi cair serta kemudian ditampung didalam wadah. Selanjutnya cairan minyak dan air

dipisahkan dengan separator pemisah minyak untuk diambil minyaknya saja. Hal penting yang

perlu diperhatikan adalah ketel penyuling harus terbuat dari bahan anti karat seperti stainless steel,

tembaga, atau besi berlapis aluminium.

Penyulingan dengan air ini merupakan metode penyulingan yang paling sederhana. Namun

terjadinya kontak langsung antara bahan dan air mendidih dapat menyebabkan terjadinya hidrolisis

pada komponen minyak karena suhu pemanasan tidak dapat dikontrol. Selain itu, dengan

pemanasan yang tidak merata dapat menyebabkan terjadinya penggosongan pada bahan. Metode

ini juga membutuhkan ketel penyulingan yang lebih besar serta jumlah bahan bakar yang lebih

banyak.

2. Penyulingan dengan air dan uap (water and steam distillation)

Pada penyulingan dengan uap dan air, prinsipnya adalah bahan diletakkan diatas piring yang

berupa ayakan dan terletak beberapa sentimeter di atas permukaan air di dalam ketel penyuling.

Pada metode ini uap akan selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan yang

disuling hanya akan berhubungan dengan uap. Metode penyulingan ini biasa dikenal dengan

sistem kukus. Cara penyulingan ini merupakan metode yang paling sering digunakan di dunia

industri. Hal ini disebabkan karena hanya membutuhkan sedikit air sehingga dapat menyingkat

waktu pelaksanaan proses produksi. Metode penyulingan air-uap ini dilengkapi dengan sistem

kohobasi yaitu air kondensor yang keluar dari separator akan masuk kembali secara otomatis ke

dalam ketel untuk meminimumkan kehilangan air. Hal ini tentunya salah satu langkah untuk dapat

menekan biaya produksi.

Selain itu, metode penyulingan kukus ini juga lebih menguntungkan karena tidak

menyebabkan proses hidrolisis terhadap komponen minyak atsiri serta proses difusi dengan air

panas. Dekomposisi minyak akibat panas juga akan lebih baik dibandingkan dengan metode uap

langsung (direct steam distillation). Metode ini dapat menghasilkan uap dan panas yang stabil

karena tekanan uap yang konstan. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau kelewat panas pada

tekanan lebih dari 1 atmosfer.

3. Penyulingan dengan uap langsung (direct steam distillation)

Penyulingan dengan menggunakan uap langsung ini sebenarnya memiliki prinsip yang

hampir sama dengan penyulingan air-uap. Namun pada penyulingan uap langsung ini, air yang

digunakan sebagai uap panas terdapat di dalam boiler yang letaknya terpisah dari ketel penyuling.

Uap yang dihasilkan mempunyai tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan udara

luar. Pada metode ini, bahan baku tidak mengalami kontak langsung dengan air ataupun api,

namun kontak dengan uap bertekanan tinggi yang berfungsi untuk menyuling komponen minyak

yang diinginkan. Prinsip kerja metode ini adalah membuat uap bertekanan tinggi di dalam boiler,

kemudian uap tersebut dialirkan melalui pipa dan masuk ke dalam ketel penyuling yang berisi

bahan baku. Uap yang keluar dari ketel dihubungkan dengan kondensor. Cairan kondensat yang

berisi campuran minyak dan air dipisahkan menggunakan separator sesuai dengan berat jenis

minyak. Penyulingan menggunakan metode ini umumnya digunakan untuk bahan baku yang

membutuhkan tekanan tinggi pada proses pengeluaran minyak dari sel tanaman atsiri, seperti

gaharu, cendana, dan lain-lain.

Kelebihan penggunaan metode ini adalah efisiensi penyulingan yang lebih tinggi

dibandingkan metode penyulingan lainnya karena waktu penyulingan relatif singkat dan

rendemen yang dihasilkan juga lebih tinggi. Namun penyulingan dengan uap langsung ini

membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan mahal.

Page 8: laporan atsiri isolasi minyak

Metode lain yang sering juga dilakukan pada industri minyak atsiri adalah metode ekstraksi.

Ekstraksi merupakan sistem pembuatan minyak atsiri yang bahan bakunya memiliki rendemen

kecil, rusak pada suhu tinggi, dan rata-rata larut dalam air. Cara ekstraksi biasanya digunakan

untuk bahan baku minyak atsiri berupa bunga. Beberapa komoditas minyak atsiri yang

menggunakan sistem ekstraksi di antaranya mawar, melati, dan sedap malam. Cara ekstraksi dapat

dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu ekstraksi dengan pelarut menguap, ekstraksi dengan lemak

dingin, dan ekstraksi dengan lemak panas. Ekstraksi minyak atsiri secara komersial umumnya

dilakukan dengan pelarut menguap (solvent extraction).

Prinsip metode ekstraksi dengan pelarut menguap adalah melarutkan minyak atsiri di dalam

bahan pelarut organik yang mudah menguap. Pelarut yang dapat digunakan di antaranya alkohol,

heksana, benzena, dan toulena. Selain itu, dapat juga menggunakan pelarut non-polar seperti

metanol, etanol, kloroform, aseton, petroleum eter, dan etila setat dengan kadar 96%.

Alat yang digunakan dalam metode ini adalah ekstraktor yang terdiri dari tabung ekstraktor

berputar dan tabung evaporator (penguap). Tabung ekstraktor dan evaporator ini dilengkapi

dengan penunjuk tekanan dan suhu. Di dalam ekstraktor berputar terdapat saluran masuk pelarut

organik dan pompanya. Sementara itu, saluran masuk evaporator dibuat tertutup agar pelarut tidak

mudah menguap (Rusli 2010). Menurut Guenther (1987), ekstraksi dengan pelarut menguap

dilakukan dengan merendam bunga di dalam pelarut dalam sebuah bejana dari plastik, kemudian

ekstraksi berjalan secara sistematis pada suhu kamar. Pelarut akan berpenetrasi kedalam bahan dan

melarutkan minyak bunga beserta beberapa jenis lilin dan albumin serta zat warna. Larutan

tersebut selanjutnya diuapkan ke dalam evaporator dan minyak dipekatkan pada suhu rendah.

Setelah semua pelarut diuapkan dalam keadaan vakum, maka diperoleh minyak bunga yang pekat.

Suhu harus dijaga tetap rendah selama proses ini berlangsung. Dengan demikian uap aktif yang

terbentuk tidak akan merusak persenyawan minyak bunga.

Kelemahan metode ekstraksi dengan pelarut menguap adalah harga pelarut yang cukup

mahal (Anonim 2009). Kemudian menurut Unadi (2010), recovery bahan pelarut tersebut rendah

karena menguap dan memiliki bahaya kebakaran karena bahan pelarut sangat mudah terbakar.

Disamping itu pada tekanan atmosfer suhu didih pelarut seperti heksan adalah 650 C. Dengan suhu

ini dapat merusak komponen minyak atsiri. Kelebihan dari metode ekstraksi dengan pelarut

menguap antara lain metode ini dapat digunakan untuk minyak bunga yang mudah rusak oleh

pemanasan, uap dan air. Produk yang dihasilkan beberapa concrete dan absolute yang bersifat

larut dalam etanol dan memiliki bau yang hampir menyamai bunga asli. Selain itu mutu minyak

yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan bunga hasil penyulingan (Anonim 2009).

Metode berikutnya yaitu enfleurasi atau ekstraksi lemak padat. Teknik enfleurasi merupakan

salah satu cara pengambilan minyak atsiri bunga dari lemak sebagai absorben yang telah jenuh

dengan aroma wangi bunga, dimana proses penyerapan aroma oleh lemak terjadi dalam keadaan

tanpa pemanasan. Metode enfleurasi digunakan dengan alasan bahwa metabolisme atau kegiatan

sintesis senyawa minyak dalam bunga masih terjadi bahkan ketika bunga tersebut telah dipetik.

Kegiatan tersebut akan berhenti ketika bunga tersebut diberi perlakuan panas dan terendam atau

kontak dengan pelarut organik.

Metode ini sudah sejak lama digunakan di wilayah Prancis Selatan, yang sangat terkenal

kualitas parfumnya. Penggunaan teknik enfleurasi pada pembuatan minyak atsiri bunga dilaporkan

dapat meningkatkan rendemen minyak hingga 4-5 kali lebih besar bila dibandingkan dengan cara

solvent extraction ataupun penyulingan (Moates dan Reynolds 1991). Begitu pula yang dikatakan

oleh Guenther (1987), bahwa proses enfleurasi menghasilkan minyak dengan rendemen lebih

banyak dan minyak yang dihasilkan lebih wangi dibandingkan dengan ekstraksi pelarut menguap.

Page 9: laporan atsiri isolasi minyak

Hal yang perlu diingat adalah pada saat memoleskan lemak dipermukaan bingkai kaca atau

chassis, lemak hendaknya digores dengan alat apapun yang bisa menciptakan pola garis-garis

dipermukaan lemak. Tujuannya adalah untuk memperluas permukaan penyerapan minyak bunga

oleh lemak, sehingga minyak bunga yang diserap akan lebih banyak (Guenther, 1987). Metode

enfleurasi dilakukan dengan menaburkan bunga diatas lapisan lemak. proses tersebut diulang

selama 3-30 kali, sampai aroma bunga terserap secara optimal dalam lemak.

Kelemahan dari metode antara lain kurang praktis karena memerlukan waktu yang panjang,

banyak tenaga kerja dan keterampilan khusus dalam memisahkan ampas bunga dari lemak agar

lemaknya tidak melekat (Unadi 2010). Sedangkan kelebihan dari metode enfleurasi yaitu pada

proses ini absorbsi minyak atsiri oleh lemak dilakukan pada suhu rendah, sehingga minyak

terhindar dari kerusakan yang disebabkan panas, biaya yang relatif lebih murah dan rendemen

minyak yang lebih tinggi (Anonim 2009).

Pada pratikum ini jenis isolasi penyulingan bahan yang dugunakan adalah jahe. Jahe

(Zingiber officinale Roscoe ) merupakan tanaman temu-temuan yang banyak digunakan sebagai

rempah-rempah dan bahan obat. Jahe tumbuh subur di daerah tropis. Berdasakan data statistik,

penghasil jahe terbesar di dunia masih dipegang Brazil juga Equador. Tanaman jahe berasal dari

Asia Pasifik dan tersebar dari India dan kemudian menyebar ke berbagai negara seperti Republik

Rakyat Cina, Jepang, negara-negara Eropa dan juga Asia Tenggara termasuk Indonesia. Sejak 250

tahun yang lalu, di Cina jahe sudah digunakan sebagai bumbu dapur dan obat. Di Malaysia,

Filipina, dan Indonesia jahe banyak digunakan sebagai obat tradisional. Sedangkan di Eropa pada

abad pertengahan, jahe digunakan sebagai aroma pada bir. Secara biologis tanaman dapat

diklasifikasikan sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Species : Zingiber officinale

Jahe merupakan satu dari tujuh tanaman obat paling mujarab di dunia, selain peterseli,

oregano, kayu manis, kunyit, sage, dan bubuk cabai merah. Jahe merupakan salah satu tanaman

yang banyak digunakan sebagai ramuan obat-obatan, bahan makanan dan minuman. Beberapa

propinsi penghasil jahe adalah Jawa Tengah, Jawa barat, Lampung dan Sumatera Barat. Indonesia

merupakan salah satu dari lima besar negara pengekspor jahe di dunia. Menurut Rukamana (2004),

jahe yang dikonsumsi masyarakat Indonesia dan dipercaya secara tradisional dapat menghilangkan

masuk angin, mengurangi atau mencegah influenza, rematik dan batuk serta mengurangi rasa sakit

(analgesik) dan bengkak (anti-inflamasi). Khasiat jahe tersebut dikarenakan kandungannya yang

kompleks. Berbagai senyawa aktif yang baik bagi tubuh ditemukan pada jahe, yaitu pada bagian

rimpangnya. Rimpang jahe mengandung senyawa bioaktif, seperti senyawa phenolic (shogaol dan

gingerol) dan minyak atsiri, seperti bisapolen, zingiberen, zingiberol, curcurmen, 6- dehydro-

gingerdion, galanolakton, asam gingesulfonat, zingeron, geraniol, neral, monoakyl-

digalaktosylglykerol, gingerglycolipid (Kemper 1999). Salah satu senyawa yang paling menojol

tersebut adalah minyak atsiri.

Minyak atsiri jahe merupakan cairan yang berwarna kuning coklat hingga kemerahan-

merahan , mudah menguap pada suhu kamar, berat jenis lebih kecil dari berat jenis air, mempunyai

rasa getir, berbau wangi khas tanaman jahe, larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.

Page 10: laporan atsiri isolasi minyak

Minyak jahe diketahui memiliki berbagai fungsi, diantaranya digunakan dalam industri kosmetik,

makanan, aroma terapi dan farmasi. Minyak atsiri tersebut digunakan sebagai bahan pengharum

atau pewangi pada makanan, sabun, pasta gigi, wangi-wangian dan obat-obatan. Minyak ini

biasanya digunakan sebagai aroma terapi karena ampuh untuk memberi efek relaksasi. Oleh

karena itu minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman jahe mempunyai nilai cukup tinggi di pasar

dunia. Dengan kemajuan teknologi di bidang minyak atsiri maka usaha penggalian sumber-

sumber minyak atsiri dan pendayagunaannya dalam kehidupan manusia semakin meningkat.

Sifat khas jahe disebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe

disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresin-nya menyebabkan rasa pedas. Minyak atsiri

dapat diperoleh atau diisolasi dengan destilasi uap dari rhizoma jahe kering. Ekstrak minyak jahe

berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai kuning, berbau harum tetapi tidak memiliki

komponen pembentuk rasa pedas.

Minyak jahe dapat diperoleh dengan ditilasi rimpang jahe ataupun ampas jahe. Proses

produksi minyak jahe dilakukan dengan penyulingan (melalui steam distillation atau water

distillation) atau ekstraksi rimpang jahe yang sebelumnya telah dikeringkan dalam bentuk serpihan

atau dibuat serbuk. Rendemen rata-rata minyak jahe adalah 1-3% (kering) tergantung jenis jahe

serta penanganan dan efektifitas proses penyulingan.

Pada isolasi penyulingan, total bahan jahe yang digunakan 10,8 kg. Dari hasil destilasi

pratikum ini, minyak jahe yang dihasilkan sebesar 2,05 g atau 0,3 ml/100 gram bahan (0,3%)

dengan kadar air basah sebesar 31 %. Menurut Hadi (2006), Kandungan minyak atsiri pada

tanaman jahe rata-rata yaitu 1-3%. Sedangkan menurut SNI (Standar Nasional Nasional) minyak

jahe, rendemen yang dihasilkan minimal 1,5 ml/100 g bahan dan kadar air maksimal 12 %.

Dengan perbandingan tersebut hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur, hal ini mungkin

dikarenakan oleh kualitas jahe yang digunakan. Bahan sebelum dilakukan penyulingan

memerlukan beberapa perlakuan yaitu pengecilan ukuran dengan kondisi semi kering sedangkan

kondisi jahe pada pratikum masih dalam keadaan basah. Waktu penyulingan juga berpengaruh

pada rendemen minyak, hal ini karena minyak jahe yang dihasilkan pada pratikum hanya dalam

kurun waktu 2 jam dan keadaan belum konstan, sehingga masih banyak kandungan atsiri yang

belum teruapakan dari bahan. berikut adalah Standar Nasional Indonesia untuk minyak jahe.

Tabel 1. Syarat Mutu Jahe Kering Menurut SNI 01-3393-1994

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

1. Bau dan rasa - Khas

2. Kadar air, (b/b) % Maks. 12.0

3. Kadar minyak atsiri ml/ 100 g Min. 1.5

4. Kadar abu, (b/b) % Maks. 8.0

5. Berjamur dan berserangga - Tidak ada

6. Benda asing, (b/b) % Maks. 2.0

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (1994)

Inti dari proses penyulingan adalah jumlah minyak yang diuapkan bersama-sama dengan air

untuk diambil komponen minyaknya. Faktor yang mempengaruhi jumlah minyak yang diuapkan

ini antara lain besarnya tekanan uap yang digunakan, berat molekul dari masing-masing komponen

dalam minyak, serta kecepatan minyak yang keluar dari bahan (Satyadiwiria 1979). Semakin cepat

aliran uap air dalam ketel suling, maka jumlah minyak yang dihasilkan per kilogram kondensat

Page 11: laporan atsiri isolasi minyak

uap akan semakin tinggi, sebaliknya semakin lambat gerakan uap dalam ketel maka waktu

penyulingan lebih lama dan rendemen minyak per jam akan lebih rendah.

Salah satu permasalahan yang dihadapai oleh industri minyak atsiri adalah rendahnya

rendemen dan mutu minyak yang kurang baik. Menurut Guenter (1948), mutu minyak atsiri

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah mutu tanaman yang disuling, penyulingan, dan

penyimpanan minyak. Menurut Ketaren (1985), terdapat beberapa cara penanganan bahan yang

dapat dilakukan sebelum penyulingan, yaitu pengecilan ukuran bahan, pengeringan, pelayuan, dan

fermentasi oleh mikroorganisme. Pengecilan ukuran dilakukan untuk memperbesar luas

permukaan bahan sehingga komponen dalam bahan akan lebih mudah keluar melalui proses

penguapan pada penyulingan. Pengeringan bertujuan untuk memperbaiki kualitas bahan baku dan

kualitas minyak yang dihasilkan. Kandungan air yang banyak akan menghasilkan rendemen yang

rendah karena minyak yang berada di dalam sel tidak bisa keluar akibat terhalang oleh kandungan

air dalam sel tanaman. Proses isolasi yang disertai dengan pengeringan langsung belum sempurna

karena minyak masih terikat pada jaringan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode untuk

menghancurkan jaringan agar jumlah minyak yang didapat dari proses isolasi dapat semakin

optimal. Salah satu metode yang dapat dilakukan utnuk menghancurkan jaringan ini adalah

menggunakan proses fermentasi. Prinsip pada proses fermentasi disini adalah dengan cara

memecahkan dinding sel dengan menggunakan enzim yang terdapat dalam mikroorganisme.

Dinding sel yang telah hancur akan mengakibatkan minyak terpisah dari jaringan dan dapat

diisolasi dengan lebih mudah. Disamping itu semua, proses pengeringan tidak boleh dilakukan

terlalu lama. Semakin lama dilakukan penjemuran atau pengeringan, akan cenderung menurunkan

rendemen minyak. Namun sebaliknya, pelayuan yang semakin lama justru akan memperlihatkan

peningkatan rendemen minyak yang dihasilkan (Hernani dan Risfaheri 1989).

Kandungan minyak atsiri pada minyak jahe terdiri dari α-pinen, β-phellandren, borneol,

limonene, linalool, citral, nonylaldehyde, decylaldehyde, methyleptenon, 1,8 sineol, bisabilen, 1-α-

curcumin, farnese, humulen, 60% zingiberen dan zingiberole menguap, zat pedas gingerol.

Kandungan minyak tidak menguap disebut oleoresin, suatu komponen yang memberi rasa pahit.

Beberapa komponen kimia utama penyusun minyak atsiri jahe adalah zingiberene, zingiberol,

fenol, asetat, lanalool, sitral dan metil hetenon.

Komponen utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan

zingiberol. Zingiberin (C15H24) adalah senyawa paling utama dalam minyak jahe. Senyawa ini

memiliki titik didih 340 C pada tekanan 44 mmHg, dengan berat jenis pada 20

0C adalah 0,8684.

Indeks biasnya 1,4956 dan putaran optic 730 38’ pada suhu 20

0 C. Selama penyimpanan

zingiberence akan mengalami resinifikasi. Senyawa zingeberen merupakan senyawa yang sangat

penting mengingat akan memberikan aroma pedas pada jahe (Muhamed 2005). Sementara

zingiberol merupakan seskwiterpen alcohol (C15H26O) yang menyebabkan aroma khas, yaitu

aroma pedas pada minyak jahe. Minyak jahe berisi gingerol yang berbau harum khas jahe,

berkhasiat mencegah dan mengobati mual dan muntah. Rasanya yang tajam meningkatkan nafsu

makan, memperkuat otot usus, membantu mengeluarkan gas usus serta membantu fungsi jantung.

Tabel 2. Syarat Mutu Minyak Jahe Berdasarkan SNI 06-1312-1998

No. Jenis uji Satuan Persyaratan

1. Berat jenis, (25C) - 0.8720- 0.8890

2. Indeks bias, (25C) 1.4853- 1.4920

3. Putaran optik - (-32)-(-14)

4. Bilangan asam Mg KOH/ g Maks. 2

Page 12: laporan atsiri isolasi minyak

5. Bilangan ester Mg KOH/ g Maks. 15

6. Bilangan ester setelah asetilasi Mg KOH/ g Maks. 90

7. Minyak lemah - Negatif

8. Sidik jari (kromatografi gas) - Sesuai datar

Sumber : Badan Standarisai Nasional (1998)

Selanjutnya isolasi minyak atsiri dengan metode ekstraksi dengan pelarut menguap dan

enflourasi. Pengambilan minyak atsiri yang terkandung dalam bunga tidak bisa dilakukan dengan

cara penyulingan/destilasi seperti halnya pada bunga melati, sedap malam, violet, jonquil, dan

beberapa jenis bunga lainnya. Hal ini disebabkan oleh penyulingan dengan uap air atau air

mendidih yang relatif lama cenderung merusak komponen minyak karena proses hidrolisa,

polimerisasi dan resinifikasi, komponen yang bertitik didih tinggi khususnya yang larut dalam air

tidak dapat diangkut oleh uap air sehingga rendemen minyak dan mutu yang dihasilkan lebih

rendah (Guenther 1987). Oleh karena itu melati harus diproses dengan metode ekstraksi lain untuk

mengambil minyak atsirinya. Salah satu metode ekstraksi yang dapat dilakukan untuk bunga

melati dan sedap malam adalah metode enfleurasi (ekstraksi dengan lemak dingin) dan ekstraksi

pelarut menguap. Metode enfleurasi memanfaatkan lemak sebagai media untuk mengadsorpsi

aroma wangi yang dihasilkan oleh jenis bunga tertentu misalnya melati, sedap malam dan mawar.

Lemak yang sudah siap digunakan ditempatkan diatas bingkai kaca atau chasis, kemudian disusun

bertingkat dan diusahakan terbebas dari sinar matahari dan udara. Karena jika terganggu dua hal

tersebut dapat menyebabkan kerusakan lemak dan terganggunya proses yang pada akhirnya gagal

produksi. Metode ekstraksi pelarut menguap merupakan suatu metode ekstraksi yang

menggunakan pelarut menguap untuk memisahkan minyak dari jaringan tumbuhan. Pelarut yang

biasa digunakan dalam metode ini adalah etanol dan n-heksan.

Bahan yang digunakan adalah bunga melati dan bunga sedap malam dengan pelarutnya

heksan. Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang hidup

menahun. Melati (Jasminum sambac) merupakan tanaman perdu, berbatang tegak merayap, hidup

menahun. Melati tumbuh baik di iklim panas tropik, kondisi tanah ringan, porus, berpasir sampai

agak liat. Bunga melati berukuran kecil, umumnya berwarna putih, petala (mahkota bunga) selapis

atau bertumpuk, daun bentuk membulat. Melati mempunyai bentuk mahkota yang sederhana.

Melati memiliki bunga berwarna putih. Melati memiliki aroma yang lembut menenangkan. Bunga

melati selalu berwarna putih. Meskipun mempunyai ukuran yang biasa dikatakan kecil tapi

mengeluarkan aroma terapi yang dapat dimanfaatkan dalam kesehatan, terutama dalam refleksi

dan menghilangkan stress. Di tempat terbuka bunga melati akan cepat layu, sehingga untuk

mempertahankan atau memperpanjang kesegaran bunga tersebut dihamparkan dalam tampah

beralas lembar plastik kemudian disimpan di ruangan bersuhu udara dingin antara 0-50

C (Anonim

2011). Secara biologis bunga melati dapat diklasifikan sebagai berikut.

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Famili : Oleaceae

Genus : jasminum

Spesies : Jasminum sambac (Anonim 2013).

Bunga sedap malam biasa mekar di malam hari. Bunga ini mempuyai aroma yang kuat sekali

dan penampilan bunganya putih bersih dengan tangkai panjang dan kokoh. Mahkota Bunga kekar ,

Page 13: laporan atsiri isolasi minyak

lebar dan berlapis dua. Mekarnya bunga Sedap Malam (Polianthes tuberosa) tidak serempak

melainkan berurutan. Kuntum bunga bagian bawah akan mekar terlebih dahulu lalu menyusul

kuntum-kumtum bunga di atasnya secara berurutan (Anonim 2011). Klasifikasi ilmiah bunga

sedap malam adalah sebagai berikut.

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Asparagales

Famili : Agavaceae

Genus : Polianthes

Spesies : Polianthes tuberosa (Anonim 2013).

Pelarut heksana (hexane) adalah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14

(isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3). Awalan heks- merujuk pada enam

karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada

ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Seluruh isomer heksana amat

tidak reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang inert. Heksana juga umumnya

terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil. Dalam keadaan standar senyawa ini

merupakan cairan tidak berwarna yang tidak larut dalam air. Heksana diproduksi oleh kilang-

kilang minyak mentah. Komposisi dari fraksi yang mengandung heksana amat bergantung kepada

sumber minyak, maupun keadaan kilang. Produk industri biasanya memiliki 50% berat isomer

rantai lurus, dan merupakan fraksi yang mendidih pada 65-70 °C. N-heksana merupakan jenis

pelarut organik. Fungsi dari heksana adalah untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan

lemak jernih (Mahmudi 1997).

Penggunaan pelarut heksana memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu kekurangan dari

pelarut heksana yaitu menimbulkan efek negatif berupa penyakit dan pencemaran udara. Pelarut

heksana merupakan materi yang mudah terbakar dan memiliki biodegradabilitas yang rendah.

Oleh karena itu diperlukan alternatif yang lebih aman. Etanol dan isopropil alkohol dapat

digunakan sebagai alternatif heksana, mengingat heksana merupakan materi yang sangat mudah

terbakar dan biodegradabilitasnya rendah, beresiko menimbulkan penyakit dan menyebabkan

pencemaran udara.

Etanol atau etil alkohol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak

berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan

termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang paling tua. Etanol termasuk ke

dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia

merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan

"Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5). Etanol banyak digunakan sebagai pelarut

berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya

adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah

pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam

sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.

Untuk metode enflourasi menggunakan mentega sebagai lemak padat. Mentega merupakan

produk berbentuk padat lunak yang dibuat dari lemak atau krim susu atau campurannya, dengan

atau tanpa penambahan garam (NaCl) atau bahan makanan yang diizinkan SNI (1995). Mentega

mengandung lemak 81%, kadar air 18 % dan kadar protein maksimal 1 % (Wahyuni dan Made

Page 14: laporan atsiri isolasi minyak

1998). Lemak mentega berasal dari lemak susu hewan. Lemak mentega sebagian besar terdiri dari

asam palmitat, oleat dan stearat serta sejumlah kecil asam butirat dan asam lemak sejenis lainnya.

Jenis mentega yang sering digunakan adalah mentega putih. Mentega putih

(Shortening/Compound fat) adalah lemak padat yang mempunyai sifat plastis dan kestabilan

tertentu dan umumnya berwarna putih (Winarno 1991). Pada umumnya sebagian besar mentega

putih dibuat dari minyak nabati seperti minyak biji kapas, minyak kacang kedelai, minyak kacang

tanah dan lain-lain. Mentega putih mengandung 80% lemak dan 17% air (Wahyuni dan Made

1998).

Dari hasil pratikum, pada metode ekstraksi pelarut menguap didapatkan bahwa dari bunga

sedap malam dihasilkan warna minyak yang cokelat tua. Padahal seharusnya warna minyak bunga

sedap malam tersebut kuning cerah. Hal tersebut bisa saja terjadi karena kandungan dalam minyak

bunga sedap malam hasil evaporasi tersebut masih terdapat senyawa-senyawa pengotor.

sedangkan dari segi aroma, minyak bunga sedap malam tersebut memberikan aroma khas bunga

sedap malam. Selanjutnya pada bunga melati aroma minyak yang muncul adalah aroma khas

bunga melati sedangkan dari segi warna sudah mendekati warna sebenarnya yakni kuning bening,

tetapi pada bagian tengah sedikit keruh akibat adanya pengotor pada minyak tersebut. Menurut

Sani (2012), rendemen melati pada metode ekstraksi pelarut menguap, concrete yang dihasilkan

0,32% sedangkan menurut Suryanti (1999), bunga sedap malam memiliki rendemen sebesar 0,22-

0,31% .

Untuk metode enflourasi, didapatkan hasil bahwa pada bunga sedap malam memiliki warna

kuning bening dengan aroma khas bunga sedap mala, sedangkan pada bunga melati didapatkan

warna kuning keruh dengan bau melati yang tidak terlalu menyengat. Warnah keruh mreupakan

indikasi masih banyaknya pengotor pada minyak dan bau yang tidak menyengat kemungkinan

diakibatkan oleh masih banyaknya pelarut alkohol yang tedapat pada larutan tersebut. Rendemen

melati pada metode enfleurasi, concrete yang dihasilkan 0,416% (Sani, 2012) sedangkan bunga

sedap malam memiliki rendemen sebesar 0,52-0,72% (Sailah, 2000). Secara umum terlihat dari

volume yang dihasilkan bahwa metode ekstraksi pelarut menguap lebih banyak dibandingkan

dengan ekstraksi lemak padat, namun menurut Guanther (1987), seharusnya Proses enfleurasi

menghasilkan minyak dengan rendemen lebih banyak dan minyak yang dihasilkan lebih wangi

dibandingkan dengan ekstraksi pelarut menguap. Kesalahan ini kemungkinan diakibatkan oleh

kurangnya keterampilan dalam penyiapan lemak pada kaca flouren, mulai dari pengolesan dan

penempelan bunga diatas lemak tersebut, sehingga banyak permukaan bunga yang tidak terektaksi

dengan sempurna. Selain itu juga waktu yang singkat (24 jam) pada enflorasi sangat

mempengaruhi hasil yang didapatkan. Secara umum pengekstakan minyak melalui metode

enflourasi ini dapat dilakukan selama seminggu atau sampai bunga layu.

Bunga yang digunakan pada ekstraksi harus dalam kondisi kering karena bunga dengan

kondisi basah yang biasa disebabkan karena embun dapat menimbulkan ketengikan pada lemak

yang disebabkan oksidasi lemak karena adanya kandungan H2O. Kondisi bunga yang masih

kuncup serta mekar penuh juga tidak dapat digunakan untuk menghasilkan minyak atsiri selain

karena tidak dapat mekar dan tidak harum, bunga pada kondisi kuncup sangat sulit digunakan

untuk proses enfleurasi karena bunga harus diletakkan dengan posisi seluruh bagian menempel

pada lemak sehingga lemak dapat mengadsorbsi minyak di seluruh kelopak bunga. Bunga dengan

kondisi mekar penuh aroma harumnya telah banyak yang menguap sehingga tidak dapat

dimanfaatkan baik (Prabawati et al 2004).

Keberhasilan proses enfleurasi tergantung pada kualitas lemak yang digunakan dan

ketrampilan dalam mempersiapkan lemak. Penggunaan lemak dalam metode enfleurasi bisa

Page 15: laporan atsiri isolasi minyak

menggunakan lemak sapi, lemak babi, lemak kambing, lemak ayam, minyak kelapa, minyak sawit,

minyak jagung, minyak kedelai. Campuran antara 1 bagian lemak sapi dan 2 bagian lemak babi

menurut Guenther (1987), dapat menghasilkan mutu minyak paling baik. Penggunaan lemak babi

dalam proses enfleurasi harus dihindari karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim.

Sebagai alternatif dapat juga menggunakan adsorben mentega yang terbuat dari lemak hewan dan

mentega putih. Setyopratomo (2001), meneliti proses enfleurasi menggunakan adsorben lemak

sapi dengan campuran minyak jagung, minyak kelapa, minyak kedelai, minyak sawit. Rendemen

yang dihasilkan berkisar 0,005% - 0,07%, sedangkan Huda (2010), menggunakan adsorben lemak

sapi, lemak kambing, dan lemak ayam. Komponen minyak melati yang terbaca hanya indole

dengan kadar 0,6% dan yang lainnya adalah lemak.

Page 16: laporan atsiri isolasi minyak

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam mengisolasi minyak atsiri metode yang sering digunakan yaitu penyulingan, ekstraksi

dengan pelarut menguap, pengepresan, dan enfleurasi. Metode penyulingan menggunakan uap

untuk mengambil bagian atisri bahan dan kemudian dikondensasi. Metode perlarut menguap

menggunakan pelarut yang mudah menguap untuk mengambil bahan yang mengandung minyak

atsiri, sedangkan metode enflourasi menggunakan lemak padat yang juga melakukan penetrasi

pada bahan kemudian menangkap bahan-bahan yang mengandung minyak atsiri pada saat bahan

tersebut masih dalam keadaan bermetabolisme. Metode penyulingan cocok untuk bahan dengan

kadar serat tinggi, tekstur keras dan masih banyak terdapat bahan lain seperti pati, lemak dan

sebagainya, cocok untuk minyak atsiri yang berasal dari akar, batang , dan daun. Metode ekstraksi

cocok untuk bahan yang mudah rusak seperti bunga-bungaan karena dapat mencegah terjadinya

kerusakan bahan. Metode ekstraksi membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal dan juga harus

lebih terampil. Demikian halnya dengan enflourasi sangat cocok untuk jenis bunga-bungaan

karena metode ini memanfaatkan metabolisme bunga yang masih berlangsung setelah dipetik. Hal

ini karena metabolisme akan terhenti ketika kontak dengan panas atau dalam keadaan terendam

pelarut. Namun memerlukan waktu yang lebih lama dari metode lainnya bahkan bisa sampai

berminggu-minggu.

Dari hasil pratikum penyulingan menggunakan bahan baku jahe, didapatkan hasil rendemen

0,3 ml/100 g bahan, sehingga dapat dikatakan hasil penyulingan tidak efisien karena tidak sesuai

dengan syarat mutunya yaitu minimal 1,5 ml/100 g bahan. sebelum dilakukan penyulingan bahan

harus dilakuakn perlakuan diantaranya pengecilan ukuran, pengeringan basah, atau fermentasi

untuk memudahkan pengeluaran minyak dari bahan. Penyulingan juga harus mempertimbangkan

tekanan dan suhu uap. Lama penyulingan bervariasi tergantung dari bahannya. Pada saat

penghentian penyulingan keadaan aliran produk sudah konstan atau tidak ada lagi tambahan

minyak yang keluar.

Ekstraksi dengan pelarut menggunakan pelarut yang mudah menguap dilakukan dengan

mengunakan bahan baku bunga sedap malam dan bunga melati. Hasil ekstraksi didapatkan minyak

kasar beraroma khas bunga asal. Minyak yang dihasilkan sedikit hal ini karena karena waktu

perlakuan yang singkat. Demikian halnya dengan metode enflourasi dengan lemak padat,

didapatkan minyak kasar berbau khas namun dengan hasil yang sangat sedikit. Hal ini karena

waktu ekstraksi yang singkat. Hasil yang didapat dari pratikum, metode enflourasi lebih sedikit

dibandingkan dengan metode ekstraksi pelarut menguap. Hal ini betolak belakang dengan literatur

sehingga baik waktu maupun metode perlu diperbaiki.

B. Saran

Waktu pengekstrakan pada pratikum enflourasi perlu ditambah sehingga hasil yang didapat

lebih banyak dan efisien. Metode ekstraksi lain juga perlu dilakukan pada pratikum untuk

menambah keterampilan mahasiswa dalam mengisolasi minyak atsiri.

Page 17: laporan atsiri isolasi minyak

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Kosmetologi Parfum. [Terhubung Berkala]. http://ocw.usu.ac.id/. (15 Maret 2013).

______. 2011. Melatih Putih. . [Terhubung Berkala]. http://sayangilingkungan.wordpress.com/.

(17 Maret 2013).

______ . 2013. Melati. . [Terhubung Berkala].http://id.wikipedia.org/wiki/.(18 Maret 2013).

______. 2013. Sedap Malam. . [Terhubung Berkala]. http://id.wikipedia.org/wiki/Sedap_malam.

(17 Maret 2013).

______. 2011. Bunga Sedap Malam. [Terhubung Berkala]. http://www.pasuruankab.go.id/.

(17 Maret 2013).

Badan Standarisasi Nasional . 1994. SNI Jahe Kering 01-3393-1994. Jakarta : Badan Standarisasi

Nasional.

Badan Standarisasi Nasional . 1998. SNI Minyak Jahe 06-1312-1998. Jakarta : Badan Standarisasi

Nasional.

Guenter, E. 1948. The Essential Oil. New York: D. Van Nostrand Inc.

Guenther, Ernest.1987. Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Hadi, Sri Priyatmo Cipto. 2006. Kajian Proses Penyulingan Rimpang Jahe pada Sistem Distilasi Uap

Menggunakan Alat Penggetar Sarangan dengan Variabel Ketebalan Irisan Bahan.

[Terhubung Berkala]. http://etd.ugm.ac.id/. (15 Maret 2013).

Hermani dan Risfaheri. 1989. Pengaruh Perlakuan Bahan Sebelum Penyulingan Terhadap Rendemen

dan Karakteristik Minyak Nilam. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Industri.

Huda, Muhammad Nurul. 2010. Pengambilan minyak Bunga Melati Dengan Metode Enfleurasi

Menggunakan Lemak Sapi-Kambing-Ayam. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri

Semarang.

Kemper, K. J.1999. Ginger (Zingiber officinale ). Longwood Herbal Task Forceand The Center for

Holistic Pediatric Education and Research.

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka.

Mahmudi M. 1997. Penurunan Kadar Limbah Sintesis Asam Phospat Menggunakan Cara Ekstraksi

Cair-Cair dengan Solven Campuran Isopropanol dan n-Heksane. Semarang: Universitas

Diponegoro.

Moates and Reynolds. 1991. Comparison of Rose Extracts Produced by Different Extraction

Techniques. J. Ess. Oil Res. 3:289-294

Muhamed, N.A. 2005. Study On Important Parametrs Affecting The Hydro-Distillation For Ginger

Oil Production. Tesis. Malaysia : Faculty of Chemical and Natural Resources

Engineering,University Teknologi Malaysia.

Prabawati, Suyanti, et al. 2002. Perbaikan Cara Ekstraksi untuk Meningkatkan Rendemen Minyak

Bunga Melati Gambir Skala Pilot. Jakarta : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca

Panen Pertanian.

Rukamana, R.. 2004. Temu-Temuan (Apotik Hidup di Pekarangan). Kanisius : Yogyakarta.

Rusli, Meika Syahbana. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta : AgroMedia.

Sani, Nazma Sabrina. 2012. Pengambilan Minyak Atsiri dari Minyak Melati dengan Metode

Enfleurasi dan Ekstraksi Pelarut Menguap. Skripsi. Surabaya : ITS Press

Sailah, Ilah. 2000. Ekstraksi Minyak Atsiri dari Bunga Sedap Malam. Bogor : IPB Press

Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Satyadiwiria, Y. 1979. Pembuatan Minyak Atsiri. Medan: Dinas Pertanian.

Page 18: laporan atsiri isolasi minyak

Setyopratomo, Puguh. 2001. Kajian Awal Proses Ekstraksi Minyak Bunga Melati (Jasminum sambac)

dengan Metode Enfleurasi. Tesis. Bandung : Institut Teknologi Bandung

Suyanti. 1999. Teknik Produksi Minyak Bunga Sedap Malam Berbunga Tunggal. Jakarta : Balai

Penelitian Tanaman Hias.

Unadi, Astu. 2010. Rekayasa Mesin Ekstraksi Tekanan Vakum untuk Minyak Atsiri dengan Pelarut

Heksan. Jakarta : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Wahyuni dan Made. 1998. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat Guna. Jakarta : Cv

Akademika Pressindo.

Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Page 19: laporan atsiri isolasi minyak

LAMPIRAN

Hasil praktikum minggu I

Destilasi jahe

Berat jahe 10.8 kg

Berat minyak jahe 2.05 g = 0.00205 kg

Data praktikum Minggu II

Jenis bahan

Teknologi Isolasi

Bobot awal

Warna Aroma Gambar

Bunga Sedap Malam

Ekstraksi dengan Pelarut Heksan

100

gr

Coklat tua

aroma bunga sedap

malam

Enflurasi khas bunga sedap malam

Bunga Melati

Ekstraksi dengan Pelarut Heksan

100 gr

Kuning

berlapis.

Lapisan 1

bening

kuning,

lapisan 2

kuning

muda yang

keruh,

danlapisan

3 kuning.

Bunga melati ( 7 dari

10 skala )

Enflurasi kuning

keruh

Wangi bunga melati

(tidak terlalu

menyengat)

Page 20: laporan atsiri isolasi minyak

Bahan : Jahe

Jenis Uji Bobot Awal Volume Yg

dihasilkan

Kadar Minyak

Uji kadar Minyak 100 gr 0.3 ml 0.3 %

Uji kadar air 20 gr 6.2 ml 31 %