laporan besar maes bumi aji fix

18
Halaman Cover Daftar isi Daftar Tabel Daftar Gambar BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Manfaat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroekosistem Lahan Basah 2.2 Agroekosistem Lahan Kering 2.3 Kualitas Tanah dan Kesehatan Tanah 2.4 Hama dan Penyakit Penting Tanaman pada Agroekosistem 2.5 Pengaruh Populasi Musuh Alam 2.6 Dampak Manajemen Agroekosistem Terhadap Kualitas dan Kesehatan Tanah 2.7 Kriteria Indikator dalam Pengelolaan yang Sehat dan Berkelanjutan BAB 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Cara Kerja (Metode pelaksanaan aspek HPT, BP, Tanah) BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Lahan (Secara Fisiografis dan geografis) 4.2 Analisis Keadaan Agroekosistem lokasi fieldtrip (dibandingkan dengan jurnal/literatur) 4.2.1. BP : a. Sejarah lahan b. Produktivitas c. Stabilitas keberlanjutan d. Kemerataan dan perhitungan LER/NKL (jika ada) e. Kriteria lahan PHT dan NON PHT

Upload: aviandi-prasetya

Post on 15-Jan-2016

251 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MAES BUMI AJI

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN BESAR MAES BUMI AJI FIX

Halaman Cover

Daftar isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang1.2 Tujuan1.3 Manfaat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Agroekosistem Lahan Basah2.2 Agroekosistem Lahan Kering2.3 Kualitas Tanah dan Kesehatan Tanah2.4 Hama dan Penyakit Penting Tanaman pada Agroekosistem2.5 Pengaruh Populasi Musuh Alam 2.6 Dampak Manajemen Agroekosistem Terhadap Kualitas dan Kesehatan Tanah2.7 Kriteria Indikator dalam Pengelolaan yang Sehat dan BerkelanjutanBAB 3. METODOLOGI3.1 Waktu dan tempat3.2 Alat dan Bahan3.3 Cara Kerja (Metode pelaksanaan aspek HPT, BP, Tanah)BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Kondisi Umum Lahan (Secara Fisiografis dan geografis)4.2 Analisis Keadaan Agroekosistem lokasi fieldtrip (dibandingkan dengan jurnal/literatur)

4.2.1. BP :a. Sejarah lahanb. Produktivitasc. Stabilitas keberlanjutan d. Kemerataan dan perhitungan LER/NKL (jika ada)e. Kriteria lahan PHT dan NON PHT

4.2.2. HPT :Biodiversitas Hama, serangga lain dan musuh alami (segitiga fiktorial) serta intensitas penyakit.

4.2.3. TANAH4.2.3.1. Kriterian dan Indikator Pengukuran Biodiversitas Tanaman(Biologi)

Page 2: LAPORAN BESAR MAES BUMI AJI FIX

4.2.3.2. Kepadatan Tanah (Fisika)A. PHT

B. NON PHT

1.) Tabel Data Berat Isi

Perhitungan

BI=MpVt

Mp=MassaTotal1+KA

KA=(Tb+K )−(¿+K )

(¿+K )−K

Vt=14π d2 t

KA=( 45,16 )−(35,15)

(35,15 )−6,39

KA=10,0128,76

KA=0,348

Mp= 2301+0,348

Mp= 2301,348

Mp=170,62gr

Vt=14

3,14×25×5

Vt=98,125cm3

BI=MpVt

= 170 ,62 gr

98 ,125cm3=1 ,7

gr

cm3

2.) Tabel Data Berat Jenis

RingMassa

Total

Kotor

(Mt + Mr)

Massa

Ring

(Mr)

Massa

Total

(Mt)

Kadar Air Sub Sampel

(W)

Diameter

(d)

Tinggi

(p)

Tanah

Basah +

Kaleng

(Tb+K)

Tanah

oven +

Kaleng

(To+K)

Kaleng

(K)

cm cm G g g g g g

5 5 288 58 230 45,16 35,15 6,39

Page 3: LAPORAN BESAR MAES BUMI AJI FIX

Massa (g) Massa Padatan Volume Padatan BJ

L L + To L + To + A Mp Vp pρ

g g g g cm3 g/cm3

50,85 70,87 162,25 20,02 8,62 2,32

Perhitungan

BJ=MpVp

Mp=(¿+L )−LVp=100−( (L+¿+A )− (L+¿ ))

Mp=(70,87 )−50,85Mp=20,02gr

Vp=100−(162,25−70,87)Vp=100−91,38Vp=8,62cm3

BJ=20,02gr

8,62cm3=2,32

gr

cm3

3.) Porositas

Porositas

¿1− 1,72,32

×100 %

¿0,27×100 %

¿27 %

4.) Tabel Penetrasi

Ulangan JarumPer yang

digunakanHasil Bacaan

Perhitungan

penetrasi=bacaanskala (cm )×kompresi peer ( N

cm)

Jarum

penetrasi=1,4cm×150

Ncm

0,25cm

Page 4: LAPORAN BESAR MAES BUMI AJI FIX

Berat isi merupakan perbandingan massa tanah dengan volume partikel

termasuk volume pori-pori tanah. Berdasarkan hasil pengamatan data diatas

diperoleh nilai BI (Berat Isi) tanah sebesar 1,7 g/cm3. Apabila nilai BI ini

diklasifikasikan pada klasifikasi Berat Isi Tanah hasil Laboratorium Fisika Tanah FP

UB (2006) dapat dikategorikan dalam kelas yang sangat tinggi / sangat berat/ sangat

mampat. Hal ini dikarenakan lahan tersebut dilakukan pengolahan lahan secara

intensif. Pengolahan lahan dapat membuka pori-pori tanah setelah pori terbuka maka

tanah sawah akan digenangi oleh air sehingga pori-pori dalam tanah jenuh air hingga

lama kelamaan tanah tersebut menjadi mampat/berat untuk diolah. Hardjowigeno

dan Rayes (2005) mengemukakan bahwa perubahan sifat fisik tanah yang mula-

mula terjadi pada tanah sawah merupakan akibat pelumpuran. Pelumpuran dilakukan

dengan pengolahan tanah dalam keadaan tergenang, ketika tanah dibajak kemudian

digaru sehingga agregat tanah hancur menjadi lumpur yang sangat lunak.

Selain itu dapat diketahui dari perhitungan porositas, didapatkan nilai 27 %

hal ini berarti kandungan udara dan air pada sampel tanah utuh sebesar 27%

sehingga persentase padatan tanah sebesar 73%. Hal ini sesuai Soepardi (1983)

Berat isi yang tinggi akan terjadi penurunan pori tanah. Nilai berat isi yang tinggi

tersebut mengakibatkan tanah akan lebih sulit meneruskan air lalu pergerakan air

menjadi terhambat. Sehingga genangan air di sawah cenderung lebih bertahan lama.

Soepardi (1983). Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hardjowigeno, S dan M. Luthfi Rayes. 2005. Tanah Sawah. Karakteristik,

Kondisi dan Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia. Bayumedia Publishing

Anggota IKAPI Jatim: Malang.

Page 5: LAPORAN BESAR MAES BUMI AJI FIX

Berat jenis tanah menunjukkan kerapatan dari partikel padat secara

keseluruhan tanpa ruang pori. Berdasarkan uji laboratorium diperoleh nilai berat jenis

tanah pada lahan sawah 2,32 gr/cm3. BJ pada tanah ini tergolong kecil sehingga

mempengaruhi Bahan Organik dalam tanah, dikarenakan BJ sebesar 2,32 gr/cm3

sehingga banyak mengandung Bahan Organik. Menurut (Hardjowigeno, 2007), pada

tanah secara umum nilainya berat jenis antara 2,6 – 2,7 g.cm-3, bila semakin banyak

kandungan bahan organik, nilai berat jenis tanah semakin kecil.

Berat jenis tanah dengan 2,32 gr/cm3 menunjukkan tanah ditempat

pengamatan masih kurang normal. Menurut Buck & Nyle (1982), bobot jenis

partikel untuk tanah mineral berkisar antara 2,6 – 2,75. Hal ini terjadi berdasarkan

berat jenisnya, mineral primer dapat dibedakan atas mineral berat dan mineral ringan.

Mineral berat adalah mineral primer yang mempunyai berat jenis >2,75, sedang yang

berat jenisnya <2,6 disebut mineral ringan. Yang tergolong mineral berat adalah

mineral-mineral grup olivin, piroksin, amphibol, mika, rutil, anatas, dan mineral opak.

Sedangkan yang tergolong mineral ringan adalah mineral-mineral grup felspar dan

grup silika yang kerapatannya terdapat dalam kisaran ini, biasanya merupakan bagian

terbesar dari tanah mineral. Selain itu, karena berat bahan organik yang lebih kecil

dari berat bahan padat tanah mineral yang lain dalam volume yang sama, jumlah

bahan organik dalam suatu tanah jelas mempengaruhi bobot jenis partikel. Akibatnya

tanah permukaan biasanya memiliki bobot jenis partikel yang lebih kecil dari subsoil.

Dengan kata lain, semakin banyaknya bahan organik yang terkandung, maka

semakin kecil nilai berat jenis tanah. Sedangkan, semakin banyak mineral berat yang

terkandung di dalam tanah, maka akan semakin besar pula lah nilai berat jenis

partikel tanah tersebut.

Prasetyo,Bambang Hendro. et al., 2004. MINERALOGI, KIMIA, FISIKA,

DAN BIOLOGI TANAH SAWAH. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah Dan

Agroklimat. Departemen Pertanian

Arsyad (1989) bahwa kemantapan agregat sangat dipengaruhi oleh penggunaan lahannya.

Porositas

Porositas merupakan jumlah keberadaan pori-pori tanah, pori tanah mengandung air

dan udara. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan porositas pada tanah sawah

Page 6: LAPORAN BESAR MAES BUMI AJI FIX

sebesar 27%. Nilai ini dikategorikan masuk kedalam kelas rendah berdasarkan

Laboratorium Fisika Tanah FP UB (2007). Nilai porositas yang rendah dapat terjadi

ketika lahan tersebut dilakukan pengolahan secara intensif. Ketika terjadi

pengolahan lahan lapisan top soil akan tercuci (leaching) sehingga lapisan tersebut

berbalik posisi dan berada pada lapisan sub soil (20-30 cm). Menurut Islami dan

Utomo (1995) menyatakan bahwa pengelolaan tanah dapat bertujuan untuk

membentuk lapisan kedap air atau lapisan padat yaitu di bawah lapisan olah yang

mempunyai porositas yang rendah. Nilai porositas yang rendah berpengaruh juga

terhadap draenasi dan aerasi tanah, sehingga dapat dikatakan kondisi udara pada

tanah sawah tersebut sangat minim karena lebih lama tergenang oleh air. hal ini

berpengaruh pada respirasi akar tanaman budidaya.

Selain itu ada dugaan karena pemakaian pupuk anorganik yang terus menerus,

sehingga mengakibatkan tanah menjadi keras dan miskin unsur hara,namun hal ini

masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat menjadi kesimpulan.

Islami, T. dan Utomo,W.H. (1995). Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP Semarang

Press. Semarang.

Faktor yang Menyebabkan Pemadatan Tanah

Sesuai dengan pengamatan di lapang, pemadatan dipengaruhi oleh bahan organik tanah,

biota tanah, tekstur dan struktur. Widiarto (2008) menyatakan bahwa, “Bahan organik

dapat menurunkan BI dan tanah yang memiliki nilai BI kurang dari satu merupakan

tanah yang memiliki bahan organik tanah sedang sampai tinggi. Bobot isi tanah di lahan

dengan pengolahan intensif biasanya memiliki nilai BI tinggi karena tanah telah

mengalami pemadatan akibat penggunaan alat-alat berat untuk pengolahan tanahnya.

Sedangkan untuk nilai BJ tanah, menurut literature (Anonymous, 2010) menyatakan

bahwa, “Pada tanah secara umum nilainya BJ antara 2,6 – 2,7 g/cm3, bila semakin

banyak kandungan BO, nilai BJ semakin kecil”. Pada lahan dengan pengolahan intensif

memiliki BJ bisa lebih dari 2,6 apabila pemadatan tanah yang terjadi amat tinggi.

Apabila nilai BJ terlalu tinggi juga berpengaruh terhadap penentuan laju sedimentasi

serta pergerakan partikel oleh air dan angin.

Page 7: LAPORAN BESAR MAES BUMI AJI FIX

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi pemadatan tanah adalah:

a. Mengurangi penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.

b. Penggunaan pupuk organik karena dengan menggunakan pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik

maupun kimia tanahnya. Penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah sehingga

c. melakukan pengolahan tanah yang baik dan melakukan rotasi tanaman

d. melakukan pengapuran karena pH terlalu masam.

Menurut Durgunoglu dan Mitchell (1975), kegagalan terjadi pada mekanisme penetrasi statis. Pada

tanah yang relatif homogen, ketahanan penetrasi meningkat seiring dengan bertambah dalamnya

lapisan tanah dan kekerasan tanah, serta diameter ujung penetrometer.

Page 8: LAPORAN BESAR MAES BUMI AJI FIX

Keseimbangan Hara (Kimia)

1.) % C-Organik

Perhitungan

%C−organik=(mlblanko−ml sampel )×3

mlblanko×0,5×

100+%KA100

%C−organik=(7ml−5,7ml)×3

7ml×0,5×

100+34,8100

%C−organik=1,3×33,5

×134,8100

%C−organik=3,93,5×1,348

%C−organik=1,5 %

% Bahan Organik

%BO=10058×%C−organik

%BO=10058×1,5 %

%BO=2,58 %

2.) pH

pH = 4,47

3.) Eh

Eh = 128,7 mv

4.) Ec

Ec = 0,16 ms

Page 9: LAPORAN BESAR MAES BUMI AJI FIX

4.2.3.3. Apakah Lahan Tersebut Termasuk Sehat atau Tidak Sehat Berdasarkan Kriteria dan Indikator

4.3 Rekomendasi (aspek BP, HPT, TANAH)

Page 10: LAPORAN BESAR MAES BUMI AJI FIX

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan5.2 saran terhadap keberlanjutan Agroekosistem5.3 saran praktikumDAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

SEKERTARIS: PUTRI DAN ASTI

*dikerjakan saja dulu ya bagian LATAR BELAKANG, TINJAUAN PUSTAKA DAN METODOLOGI paling lambat selasa. Hari Rabu Insha Allah kita kerja klmpok bahas yang pembahasannya di GS jam 1.

Page 11: LAPORAN BESAR MAES BUMI AJI FIX

C. PHT

D. NON PHT

Aspek Fisika Tanah

5.) Tabel Data Berat Isi

Perhitungan

BI=MpVt

Mp=MassaTotal1+KA

KA=(Tb+K )−(¿+K )

(¿+K )−K

Vt=14π d2 t

KA=( 45,16 )−(35,15)

(35,15 )−6,39

KA=10,0128,76

KA=0,348

Mp= 2301+0,348

Mp= 2301,348

Mp=170,62gr

Vt=14

3,14×25×5

Vt=98,125cm3

BI=MpVt

= 170 ,62 gr

98 ,125cm3=1 ,7

gr

cm3

RingMassa

Total

Kotor

(Mt + Mr)

Massa

Ring

(Mr)

Massa

Total

(Mt)

Kadar Air Sub Sampel

(W)

Diameter

(d)

Tinggi

(p)

Tanah

Basah +

Kaleng

(Tb+K)

Tanah

oven +

Kaleng

(To+K)

Kaleng

(K)

cm cm g g g g g g

5 5 288 58 230 45,16 35,15 6,39

Page 12: LAPORAN BESAR MAES BUMI AJI FIX

6.) Tabel Data Berat Jenis

Massa (g) Massa Padatan Volume Padatan BJ

L L + To L + To + A Mp Vp pρ

g g g g cm3 g/cm3

50,85 70,87 162,25 20,02 8,62 2,32

Perhitungan

BJ=MpVp

Mp=(¿+L )−LVp=100−( (L+¿+A )− (L+¿ ))

Mp=(70,87 )−50,85Mp=20,02gr

Vp=100−(162,25−70,87)Vp=100−91,38Vp=8,62cm3

BJ=20,02gr

8,62cm3=2,32

gr

cm3

7.) Porositas

Porositas

¿1− 1,72,32

×100 %

¿0,27×100 %

¿27 %

8.) Tabel Penetrasi

Ulangan JarumPer yang

digunakanHasil Bacaan

Perhitungan

penetrasi=bacaanskala (cm )×kompresi per ( N

cm)

Jarum

Page 13: LAPORAN BESAR MAES BUMI AJI FIX

Aspek Kimia Tanah

a. % C-Organik

Perhitungan

%C−organik=(mlblanko−ml sampel )×3

mlblanko×0,5×

100+%KA100

%C−organik=(7ml−5,7ml)×3

7ml×0,5×

100+34,8100

%C−organik=1,3×33,5

×134,8100

%C−organik=3,93,5×1,348

%C−organik=1,5 %

b. % Bahan Organik

%BO=10058×%C−organik

%BO=10058×1,5 %

%BO=2,58 %

c. pH

pH = 4,47

d. Eh

Eh = 128,7 mv

e. Ec

Ec = 0,16 ms

Aspek Biologi Tanah