laporan citra2docx.doc

40
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri ikan merupakan usaha yang didirikan dalam rangka pengembangan kegiatan di bidang pangan yang mempunyai dampak positif dan negatif bagi lingkungan. Dampak positif berupa pemenuhan kebutuhan masyarakat akan sumber pangan sedangkan dampak negatif dari industri ikan berupa limbah buangan yang menimbulkan masalah pencemaran sehingga merusak lingkungan. Pencemaran lingkungan tersebut berupa hasil pembuangan limbah cair. Limbah cair yang mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, mengalami perubahan fisik, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman. Limbah akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini akan mengakibatkan gangguan pernafasan. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan mual. Salah satu cara untuk mengetahui seberapa jauh beban pencemaran pada air limbah adalah dengan mengukur COD (Chemical Oxygen Demand) (Masturi, 1997). 1.2. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1

Upload: ani-fitriani

Post on 21-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN CITRA2docx.doc

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri ikan merupakan usaha yang didirikan dalam rangka

pengembangan kegiatan di bidang pangan yang mempunyai dampak

positif dan negatif bagi lingkungan. Dampak positif berupa pemenuhan

kebutuhan masyarakat akan sumber pangan sedangkan dampak negatif

dari industri ikan berupa limbah buangan yang menimbulkan masalah

pencemaran sehingga merusak lingkungan. Pencemaran lingkungan

tersebut berupa hasil pembuangan limbah cair.

Limbah cair yang mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut,

mengalami perubahan fisik, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat

beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman. Limbah akan

berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau

busuk ini akan mengakibatkan gangguan pernafasan. Apabila limbah ini

dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih

digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan mual.

Salah satu cara untuk mengetahui seberapa jauh beban pencemaran

pada air limbah adalah dengan mengukur COD (Chemical Oxygen

Demand) (Masturi, 1997).

1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui limbah cair COD pada industri limbah filet ikan serta

membandingkan dengan Baku Mutu Limbah Perikanan.

b. Mengetahui parameter pH pada industri limbah filet ikan serta

membandingkan dengan Baku Mutu Limbah Perikanan.

1.3. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemaparan

mengenai parameter yang dianalisa khususnya COD dan pH. Sehingga

dapat meningkatkan efisiensi pengolahan limbah cair dalam usaha

pengurangan pencemaran lingkungan akibat buangan limbah filet ikan.

1

Page 2: LAPORAN CITRA2docx.doc

BAB II PROFIL INSTANSI

2.1. Sejarah

Badan Lingkungan Hidupmerupakan Lembaga Teknis Daerah,

Lembaga Teknis Daerah adalah salah satu unsur pendukung tugas

Walikota yang bertugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan

kebijakan daerah yang bersifat spesifik, dalam hal ini kebijakan bidang

Lingkungan Hidup. Dasar Hukum keberadaan Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Tegal yang disingkat menjadi BLH Kabupaten Tegal Peraturan

Daerah  Kabupaten Tegal Nomor 9 Tahun 2008tentang Pembentukan

Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Pokok Lembaga Teknis

Daerah di Lingkungan Pemerintah kabupaten Tegal

Pada awalnya instansi yang bertugas menangani lingkungan hidup di

Kabupaten Tegal adalah Bagian Lingkungan Hidup Sekretariat Wilayah

kabupaten Daerah Tingkat II Tegal berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Tegal Nomor : 7 Tahun 1992tentang Pembentukan Susunan

Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Sekretariat Wilayah Kabupaten

Daerah Tingkat II Tegal dan Sekretariat DPRD Tingkat II Tegal.

Kemudian setelah ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor : 8 tahun

2001 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK)

Badan atau Kantor di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tegal tanggal

21 Mei 2001, maka Bagian Lingkungan Hidup berubah menjadi Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA), dengan

adanya perubahan perubahan peraturan baik ditingkat pusat maupun

daerah, maka sejak tanggal 31 Juli 2008 Bapedalda resmi berganti nama

menjadi Badan Lingkungan Hidup (BLH) hingga sekarang dan

beralamatkan di Jalan prof Moh Yamin telepon (0283) 491159 Faks

(0283) 491159+26

2

Page 3: LAPORAN CITRA2docx.doc

2.2. Visi dan Misi

2.2.1. Visi

Menjadi instansi yang Handal dalam Pengelolaan Lingkungan

Hidup Menuju Pembangunan yang Berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan

2.2.2. Misi

1. Mengembangkan sumber daya aparatur dan masyarakat di bidang

pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam;

2. Melaksanakan upaya pengendalian yang meliputi pencegahan,

penanggulangan dan pemulihan terhadap pencemaran dan

kerusakan lingkungan hidup;

3. Melaksanakan dan menilai pengkajian dampak lingkungan hidup;

4. Mengembangkan kapasitas, sarana dan teknologi lingkungan

untuk pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan

hidup;

5. Melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum lingkungan.

2.3. Lokasi

Jl. Prof. Moh Yamin, Slawi, telepon (0283) 491159 Faks (0283)

491159+26

3

Page 4: LAPORAN CITRA2docx.doc

2.4. Struktur Organisasi

2.5. Standar dan Prosedur Kerja

2.5.1. Jam Kerja

Pukul 07.15 sampai 16.15 WIB

2.5.2. Tempat

Badan Lingkungan Hidup Jalan Prof. Moh. Yamin, Slawi,

Tegal

2.5.3. Keselamatan Kerja

Askes

4

KEPALA BLHH

Drs.AGUS SUBAGYO,MMNIP. 19601229 198303 1 013

SEKRETARIS

EDI BUNTORO, S.H.,MM

NIP :195811101980031009

KEPALA SUB BAGIAN

PERENCANAANHSITI JUM AMIMAH, SE. M.M.

NIP :196910311989032002

VITA DJAJANTINIP :1962032219860720

01

Plt.KEPALA SUB BAGIAN

KEUANGANH

KEPALA SUB BAG. UMUM &

KEPEGAWAIANHVITA DJAJANTINIP :196203221986072001

KEPALA BIDANG PENGKAJIAN DAMPAK

LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN KAPASITAS

SARANA DAN TEKNOLOGI LINGKUNGANDra. SRI WAHYUNINGSIH,

M.M.NIP :196507241992032005

KEPALA SUB BIDANG PENGKAJIAN DAMPAK

LINGKUNGAN

KEPALA SUB BIDANG PENGEMBANGAN KAPASITAS

SARANA & TEKNOLOGI LINGKUNGAN

MOH.SAMSUN.S.IPNIP : 19650712 199309 1 001

KEPALA UPTD LABORATORIUN

LINGKUNGAN

KEPALA SUBBAGIAN TATA

USAHAUPTD

ANDRE RUBBYATNA, SE, MTNIP :19730219199301100

2

TARIFUDINNIP :196102221984031

005

KEPALA BIDANG PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGANDra. TATIK SULASTRI

NIP :19600414193032002

KEPALA BIDANG PENGENDALIAN

KERUSAKAN LINGKUNGAN

KEPALA SUB BIDANG PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN

KEPALA SUB BIDANG PENGENDALIAN DAN PENEGAKAN HUKUM

LINGKUNGAN

KEPALA SUB BIDANG PENGENDALIAN

KERUSAKAN SUMBER DAYA ALAM

KEPALA SUB BIDANG PENGENDALIAN

PENCEMARAN UDARA DAN BAHAN

BERBAHAYA DAN BERACUN

Dra. SUCIATINIP :196102231990032002

KHAERUDIN, S.H.MMNIP :196808041989033009

AMINUDIN, S.T.NIP :196512091998031004

EKO SUPRIYANTO, S.IP.MM

NIP :197033031992032003

IMAM SYAFRUDIN HB,S. Sos

NIP :196212291986072003

Page 5: LAPORAN CITRA2docx.doc

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1. LIMBAH

Limbah adalah buangan yang tidak dikehendaki lingkungan karena

tidak memiliki nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan

yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang

dinyatakan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi

untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya. Bila ditinjau secara

kimiawi, bahan – bahan ini terdiri dari bahan kimia organik dan

anorganik. Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan oleh limbah

tergantung pada jenis dan karakteristik limbah, baik dalam jangka pendek

maupun jangka panjang. Oleh karena itu air limbah industri harus

mengalami proses pengolahan sehingga ayak untuk dibuang ke

lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran pada lingkungan.

Tujuan pengolahan air buangan tersebut misalnya antara lain :

a. Ditinjau dari segi kesehatan untuk menghindari penyakit menular,

karena air merupakan media terbaik untuk kelangsungan hidup

mikroba penyebab penyakit menular.

b. Ditinjau dari segi estetika untuk melindungi air terhadap bau dan

warna yang tidak menyenangkan atau tidak diharapkan.

c. Ditinjau dari segi kelangsungan kehidupan di dalam air, misalnya

kelompok hewan dan tanaman air (Sugiarto,1993).

Air limbah yang telah tercemar mempunyai ciri yang dapat

diidentifikasi secara visual dari kekeruhan, warna, rasa, bau yang

ditimbulkan dan indikasi lainnya. Sedangkan identifikasi secara

laboratorium ditandai dengan perubahan sifat kimia air. Jenis industri

yang menghasilkan limbah cair di antaranya adalah industri pulp dan

rayon, pengolahan crumb rubber, besi dan baja, kertas, minyak goreng,

tekstil, electroplating, polywood dan lain – lain (Kristianto, 2004).

Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari

jumlah kandungan bahan pencemar didalam limbah. Kandungan

pencemar didalam limbah terdiri dari beberapa parameter. Semakin kecil

jumlah parameter dan semakin kecil konsentrasinya, hal itu menunjukkan

semakin kecilnya peluang untuk terjadinya pencemaran lingkungan.

5

Page 6: LAPORAN CITRA2docx.doc

Sedangkan faktor –faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah

Volume limbah, Kandungan bahan pencemar, Frekuensi pembuangan

limbah.

Dalam menentukan karakteristik limbah cair adalah sebagai berikut.

a. Padatan tersuspensi

Adanya padatan tersuspensi pada air limbah akan mempengaruhi

kekeruhan. Apabila terjadi pengendapan dan pembusukan padatan ini

disaluran umum, maka dapat mengubah peruntukan perairan tersebut.

b. Kekeruhan

Kekeruhan yang terjadi karena adanya bahan organik (seperti

karbohidrat dan protein) yang mengalami peruraian serta bahan koloid

yang sukar mengendap.

c. Bau

Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah berurai

dalam limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfida atau amoniak yang

menimbulkan penciuman tidak enak yang disebabkan adanya campuran

dari nitrogen, sulfur, dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein

yang dikandung limbah. Timbulnya bau yang diakibatkan limbah

merupakan suatu indikator bahwa terjadi proses alamiah.

d. Temperatur

limbah yang mempunyai temperatur panas akan mengganggu

pertumbuhan biorta tertentu. Temperatur yang akan dikeluarkan suatu

limbah cair harus merupakan temperatur alami. Suhu berfungsi

memperlihatkan aktivitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi

pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat

oksidasi lebih besar daripada suhu tinggi dan pembusukan jarang

terjadi pada suhu rendah.

e. Warna

Warna dalam airn disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan

(secara alami), humus, plankton, tanaman air, dan buangan. Warna

berkaitan dengan kekeruhan dan dengan menghilangkan kekeruhan

kelihatan warna nyata.

6

Page 7: LAPORAN CITRA2docx.doc

3.2. Sumber Limbah Cair

Air limbah merupakan kotoran dari rumah tangga, industri, air

permukaan serta air permukaan lainnya. Air buangan ini bersifat kotor

pada umumnya (Sugiarto, 1987 : 36). Sumber limbah cair terdiri dari dua

sumber yaitu sumber domestik (rumah tangga), meliputi permukiman,

kota, pasar, jalan, dan sumber non-domestik meliputi industri, pertanian,

peternakan, dan sumber-sumber lainnya (Unus Suriawirna, 1996 : 48).

3.3. COD (Chemical Oxygen Demand)

COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen

yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam satu

liter sampel air, dimana pengoksidanya adalah K2Cr2O7 atau KMnO4.

Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik

yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan

mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Sebagian besar

zat organik melalui tes COD ini dioksidasi oleh K2Cr2O7 dalam keadaan

asam yang mendidih optimum.

E

CaHbOc + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + 2Cr3+

Ag2SO4

Kuning Katalisator Hijau

(Alaerts dan Santika, 1984).

Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung didalam

air dan diukur dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini dipergunakan

sebagai tanda derajat pengotor air baku. Semakin besar oksigen yang

terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran yang relatif kecil. 

Rendahnya nilai oksigen terlarut berarti beban pencemaran meningkat

sehingga koagulan yang bekerja untuk mengendapkan koloida harus

bereaksi dahulu dengan polutan – polutan dalam air menyebabkan

konsusmsi bertambah. Tolok ukur COD dapat digunakan untuk

mengetahui banyaknya oksigen yang diperlukan untuk menguraikan

bahan organik. Makin besar kadar oksigen yang dibutuhkan untuk

menguraikan bahan organik, maka kadar COD juga akan semakin tinggi.

7

Page 8: LAPORAN CITRA2docx.doc

3.4. Baku Mutu Industri Limbah Ikan

Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan oleh berbagai

aktivitas tersebut maka perlu dilakukan pengendalian terhadap

pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan,

termasuk baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah cair,baku

mutu udara ambient, baku mutu udara emisi, dan sebagainya.

Baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang diperkenankan

bagi zat atau bahan pencemar terdapat didalam air, tetapi air tersebut tetap

dapat digunakan sesuai dengan kriterianya.

Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan

a. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan

Hasil Perikanan yang Melakukan Satu Jenis Kegiatan Pengolahan

Tabel 1

NO PARAMETER

KEGIATAN

PEMBEKUAN

KADAR

MAKS. (mg/L)

BEBAN PENCEMARAN

MAKSIMUM

(kg/ton)

IKAN UDANGLAIN-

LAIN

1. TSS 100 1 3 1,5

2. Sulfida - - - -

3. Amonia 10 0,1 0,3 0,15

4. Klor Bebas 1 0,01 0,03 0,015

5. BOD5 100 1 3 1,5

6. COD 200 2 6 3

7.Minyak

Lemak15 0,15 0,45 0,225

8. pH 6,0-9,0

9.

Debit

maksimum

(m3/ton)

- 10 30 15

8

Page 9: LAPORAN CITRA2docx.doc

Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor : 10 tahun 2004

Catatan :

a. Satuan kuantitas air limbah bagi :

- usaha dan/atau kegiatan pembekuan dalam satuan m3 per ton bahan

b. Satuan beban pencemaran bagi :

- usaha dan/atau kegiatan pembekuan dalam satuan kg per ton bahan.

9

Page 10: LAPORAN CITRA2docx.doc

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Alat dan Bahan

4.1.1. Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah

spektrofotometer, tabung reaksi, ice box, botol sampel, pipet

volumetric, reactor COD, gayung,

4.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah sampel limbah

cair, bahan-bahan untuk analisis.

4.2. Prosedur Penelitian

4.2.1. Metode Digestion Reactor

Pertama-tama reactor COD dihidupkan dan dipanaskan sampai

150 0C. Selanjutnya kedua penutup pada COD Digestion Reagent

Vials dibuka. Salah satu tabung reaksi berisi reagent kit Low

Range (LR) atau bahan instant untuk analisis COD dipegang pada

sudut 450 kemudian ditambahkan sampel yang akan dianalisis

dalam percobaan ini yaitu inlet dan outlet dari industri limbah ikan

dengan menggunakan pipet volumetik sebanyak 2mL. Setelah

sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi selanjutnya ditutup

tabung reaksi tersebut dan dikocok. Tabung reaksi dimasukkan

kedalam reactor COD dan proses ditunggu selama 2 jam. Setelah

proses selesai tabung reaksi didinginkan selama kurang lebih 20

menit. Kemudian dilanjutkan analisis dengan menggunakan

spektrofotometer.

4.2.2. Colorimetric Determination

Spektrofotometer dinyalakan lalu sentuh menu Hach Program

kemudian pilih program 430 COD LR (Low Range) atau 435 COD

HR (High Range atau High Range Plus) selanjutnya pilih start.

Blanko terlebih dahulu dimasukkan dengan membersihkan bagian

luarnya dengan tissue kemudian sentuh “Zeroing” dilanjutkan

dengan dimasukkan masing-masing sampel tersebut lalu sentuh

tombol “Read” dan diketahui hasil dalam mg/L.

10

Page 11: LAPORAN CITRA2docx.doc

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Analisis COD pada Industri Filet Ikan Pari

Sampel Satuan Hasil Uji Baku Mutu

Air Limbah

pH

Inlet mg/L 1576 200 8,54

Outlet mg/L 21 200 7,75

Tabel 2

5.2. Pembahasan

Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian limbah cair dari Industri

Ikan Pari di Desa Pekauman Kulon, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten

Tegal. Penelitian dilakukan di Laboratorium Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Tegal. Kegiatan penelitian yang akan dilakukan adalah analisis

kadar COD. Sampel yang dianalisis berasal dari inlet dan outlet fillet ikan.

Suhu limbah saat pengambilan pada tanggal 22 Januari 2015 adalah 29,5

°C.

Limbah Industri Ikan Pari yang akan dianalisis ini terdapat proses

pengawetan ikan dengan menggunakan tawas karena dari pengolahan ikan

ini akan dilakukan ekspor ke berbagai daerah yaitu pada bagian tulang dan

kulit pari sedangkan pada dagingnya hanya dijual pada konsumen yang

membutuhkan. Pada limbah industri ini yang akan diuji kandungan COD

yaitu pada sistem inlet dan outlet.

Pengujian kali ini akan dibahas mengenai analisis parameter khususnya

COD dan pH.

Pada analisa COD sebagian besar zat organis melalui tes COD

dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih

dengan bantuan katalisator Ag2SO4 untuk mempercepat reaksi namun

dalam perlakuan kali ini berbeda karena menggunakan alat digital yaitu

spektrofotometer dan reactor COD.

11

Page 12: LAPORAN CITRA2docx.doc

Pertama-tama yang dilakukan adalah sampel limbah inlet dan outlet di

masukkan ke dalam botol sampel dimana botol sampel yang digunakan

harus gelap supaya tidak terkena sinar matahai secara langsung setelah itu

ditambahkan HCl yang berfungsi untuk mengawetkan sampel supaya hasil

yang diperoleh tetap akurat dan memasukkan botol tersebut kedalam ice

box yang gunanya juga serupa yaitu untuk mengawetkan sampel sampai

proses analisis berlangsung.

Sampel yang sudah diawetkan dianalisis dengan cara mengambil 0,2

ml sampel inlet maupun outlet dengan pipet volumetrik lalu dimasukkan

ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi bahan tertentu (instant). Bahan

instant tersebut ada dua macam yaitu LR (Low Range) dan HR (High

Range). Bahan tersebut digunakan dengan keadaan yang berbeda apabila

sampel yang digunakan adalah sampel dengan kepekatan tinggi atau

konsentrasi tinggi seperti limbah pabrik atau industri maka digunakan HR

(High Range) dengan volume kurang lebih 0,2 ml yang digunakan

sedangkan untuk sampel dengan kepekatan rendah atau konsentrasi

rendah misal air sungai maka digunakan LR (Low Range) dengan volume

yang digunakan adalah 2 ml. Adapun rentang konsentrasi antara LR (Low

Range) dan HR (High Range) adalah sebagai berikut :

-LR (Low Range) : 3-150 mg/L

-HR (High Range) : 20-1500 mg/L

Pada penelitian kali digunakan HR atau High Range karena sampel

yang digunakan adalah limbah yang konsentrasinya dapat diperkirakan

pekat. Masing-masing sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi yang

berisi reagent kit kemudian dikocok supaya menjadi homogen.

Pada proses penambahan tersebut terjadi proses pelepasan panas karena

adanya asam sulfat yang secara teori diperoleh karena adanya katalisator

Ag2SO4 yang akan membentuk H2SO4 yang menyebabkan tabung reaksi

terasa panas disebut proses eksotermis. Dengan reaksi :

E

CaHbOc + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + 2Cr3+ H2SO4

Ag2SO4

12

12

Page 13: LAPORAN CITRA2docx.doc

Pada saat penambahan sampel kedalam reagent kit atau bahan instant

warna larutan berubah dari kuning menjadi hijau hal ini menandakan

bahwa sesuai dengan reaksi secara manual dengan K2Cr2O7 sebagai

pengoksidasi yang akan menghasilkan Cr3+. Langkah berikutnya adalah

tabung reaksi tersebut dipanaskan dalam reactor COD untuk mempercepat

proses reaksi redoks (reduksi-oksidasi) proses ini berjalan selama 2 jam

dengan ditandai bunyi dari alat reactor COD saat suhu sudah sesuai pada

awal proses dan setelah proses selesai.

Setelah proses pemanasan berakhir tabung reaksi didinginkan kurang

lebih 20 menit sebelum proses selanjutnya. Tabung reaksi yang sudah

dingin dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer, sebagaimana

lazimnya alat digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya

hasil penentuan sehingga terlebih dahulu dimasukkan blanko untuk

kalibrasi tersebut. Setelah angka terbaca 0 mg/L baru dilanjutkan analisis

untuk sampel inlet dan outlet dari industri limbah ikan.

Hasil yang diperoleh untuk inlet adalah sebesar 1576 mg/L sedangkan

outlet sebesar 21 mg/L. Berdasarkan Baku Mutu Air Limbah Industri

Pengolahan Hasil Perikanan sampel inlet tersebut melebihi batas baku

mutu oleh karena itu pada industri tersebut harus diberi perlakuan sebelum

di buang ke perairan agar tidak mencemari lingkungan.

Sistem pengolah limbah yang dilakukan di Industri Limbah Ikan Pari

ini hanya menggunakan bak-bak (kolam) sederhana, sehingga tidak

membutuhkan biaya besar untuk membuat instalasi bangunannya.

Pengolahan limbah mengandalkan kinerja tanaman dan mikrobia yang

bekerja secara alamiah, sehingga tidak membutuhkan sistem

pengoperasian yang rumit dan dapat menekan biaya operasionalnya.

Keunggulan lain dari sistem ini adalah relatif tahan dengan debit

limbah yang bervariasi, sehingga cocok digunakan untuk pengolahan air

limbah home industri (Suriawiria, U. 1993).

13

13

Page 14: LAPORAN CITRA2docx.doc

Contoh lain adalah species yang mewakili lingkungan yang ada di

perairan tersebut. Species yang diuji harus dipilih atas dasar kesamaan

biokemis dan fisiologis dari species dimana hasil percobaan digunakan,

misalnya ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air

maupun terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas

konsentrasi tertentu.

Jika bahan organik yang belum diolah dibuang ke badan perairan, maka

bakteri akan menggunakan oksigen untuk proses pembusukannya. Nilai

COD biasanya lebih tinggi dari pada nilai BOD karena bahan buangan

yang dapat dioksidasi melalui proses kimia lebih banyak dari pada bahan

buangan yang dapat dioksidasi melalui proses biologi.

Adanya pengolahan limbah pada Industri Limbah Ikan Pari

menyebabbkan pada outlet nilai COD mengalami penurunan menjadi

sebesar 21 mg/L. Penurunan nilai COD tersebut disebabkan karena

sebagian bahan buangan telah teroksidasi dan sebagian lagi juga telah

terserap oleh tanaman serta dikarenakan suplai oksigen terlarut cukup

banyak terutama dari hasil fotosintesis tanaman sehingga menyebabkan

dekomposisi bahan organik menjadi lebih efektif. Sehingga air limbah

yang sudah diolah tersebut dapat langsung dialirkan ke sungai karena

masih berada pada Baku Mutu Limbah Cair sesuai Peraturan Daerah

Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 tahun 2004.

Berikutnya adalah parameter pH yang dapat di uji menggunakan alat

digital yaitu DO meter dimana pada inlet pH yang dihasilkan adalah

sebesar 8,54 sedangkan pada outlet sebesar 7,75. Dilihat dari perolehan

masih berada pada Baku Mutu Limbah Cair yakni rentang 6,0-9,0.

Dimana kadar pH yang baik adalah kadar pHyang masih memungkinkan

kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan baik. pH yang baik untuk

limbah adalah pH netral.

14

14

Page 15: LAPORAN CITRA2docx.doc

Dalam praktiknya hanya dilakukan pengujian terhadap parameter COD

dan pH karena pada parameter yang lain seperti klor bebas, amonium,

serta sulfit menggunakan alat yang berbeda yaitu Nano Color.

Namun, pada Laboratorium Badan Lingkungan Hidup dalam kondisi

rusak. Begitupun dengan parameter seperti minyak lemak belum mampu

dilakukan dalam Laboratorium Badan Lingkungan Hidup karena

terkendala alat yang kurang memadai.

15

Page 16: LAPORAN CITRA2docx.doc

BAB VI KESIMPULAN

a. Inlet diperoleh konsentrasi sebesar 1576 mg/L dimana menurut

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor : 10 tahun 2004

menyatakan kapasitas maksimum COD dalam industri perikanan adalah

200 mg/L.

b. pH yang diperoleh dari inlet adalah 8,54 sedangkan outlet 7,75 masih

dalam rentang standar Baku Mutu Limbah Perikanan sesuai Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor : 10 tahun 2004 yakni sebesar

6,0-9,0

16

Page 17: LAPORAN CITRA2docx.doc

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts G., & S.S Santika, 1984, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional.

Surabaya. Indonesia. Effendi, H, 2003, Telah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya

dan Lingkungan Perairan, Cetakan kelima,Kanisius, Yogyakarta

Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta : Ando Offest

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004

Sugiharto, 1987, Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah, Universitas Indonesia Prees, Jakarta.

Sugiharto, 1993, Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah, Kanisius, Yogyakarta.

Unus Suriawiria, 1996, Mikrobiologi Air, Edisi 2, Karya Cipta, Bandung.

17

Page 18: LAPORAN CITRA2docx.doc

LAMPIRAN

Gambar 1 : Pengambilan Sampel

Gambar 2 : Pengawetan dengan HCl

Gambar 3 : Pengawetan Ikan

18

18

Page 19: LAPORAN CITRA2docx.doc

Gambar 4 : Botol Sampel Outlet dan Inlet

Gambar 5 : Pengambilan Sampel

Gambar 6 : Bahan Jadi (Instant) High Range (HR)

19

19

Page 20: LAPORAN CITRA2docx.doc

Gambar 7: Bahan Jadi (Instant) Low Range (LR)

Gambar 8 : Alat Pengambilan Sampel

Gambar 9 : Pipet Volumetric

20

20

Page 21: LAPORAN CITRA2docx.doc

Gambar 10 : Spektrofotometer

Gambar 11 : Ice Box Pengawetan sampel

Gambar 12 : Reactor COD

21

21

Page 22: LAPORAN CITRA2docx.doc

Gambar 13 : High Range Sebelum Penambahan Sampel

Gambar 14 : Hasil Outlet inlet Setelah Analisis

22

22

Page 23: LAPORAN CITRA2docx.doc

23

Page 24: LAPORAN CITRA2docx.doc

24

Page 25: LAPORAN CITRA2docx.doc

25

Page 26: LAPORAN CITRA2docx.doc

26

Page 27: LAPORAN CITRA2docx.doc

27

Page 28: LAPORAN CITRA2docx.doc

28

Page 29: LAPORAN CITRA2docx.doc

29

Page 30: LAPORAN CITRA2docx.doc

30