laporan citra2docx.doc
TRANSCRIPT
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri ikan merupakan usaha yang didirikan dalam rangka
pengembangan kegiatan di bidang pangan yang mempunyai dampak
positif dan negatif bagi lingkungan. Dampak positif berupa pemenuhan
kebutuhan masyarakat akan sumber pangan sedangkan dampak negatif
dari industri ikan berupa limbah buangan yang menimbulkan masalah
pencemaran sehingga merusak lingkungan. Pencemaran lingkungan
tersebut berupa hasil pembuangan limbah cair.
Limbah cair yang mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut,
mengalami perubahan fisik, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat
beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman. Limbah akan
berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau
busuk ini akan mengakibatkan gangguan pernafasan. Apabila limbah ini
dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih
digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan mual.
Salah satu cara untuk mengetahui seberapa jauh beban pencemaran
pada air limbah adalah dengan mengukur COD (Chemical Oxygen
Demand) (Masturi, 1997).
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui limbah cair COD pada industri limbah filet ikan serta
membandingkan dengan Baku Mutu Limbah Perikanan.
b. Mengetahui parameter pH pada industri limbah filet ikan serta
membandingkan dengan Baku Mutu Limbah Perikanan.
1.3. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemaparan
mengenai parameter yang dianalisa khususnya COD dan pH. Sehingga
dapat meningkatkan efisiensi pengolahan limbah cair dalam usaha
pengurangan pencemaran lingkungan akibat buangan limbah filet ikan.
1
BAB II PROFIL INSTANSI
2.1. Sejarah
Badan Lingkungan Hidupmerupakan Lembaga Teknis Daerah,
Lembaga Teknis Daerah adalah salah satu unsur pendukung tugas
Walikota yang bertugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik, dalam hal ini kebijakan bidang
Lingkungan Hidup. Dasar Hukum keberadaan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Tegal yang disingkat menjadi BLH Kabupaten Tegal Peraturan
Daerah Kabupaten Tegal Nomor 9 Tahun 2008tentang Pembentukan
Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Pokok Lembaga Teknis
Daerah di Lingkungan Pemerintah kabupaten Tegal
Pada awalnya instansi yang bertugas menangani lingkungan hidup di
Kabupaten Tegal adalah Bagian Lingkungan Hidup Sekretariat Wilayah
kabupaten Daerah Tingkat II Tegal berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Tegal Nomor : 7 Tahun 1992tentang Pembentukan Susunan
Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Sekretariat Wilayah Kabupaten
Daerah Tingkat II Tegal dan Sekretariat DPRD Tingkat II Tegal.
Kemudian setelah ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor : 8 tahun
2001 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK)
Badan atau Kantor di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tegal tanggal
21 Mei 2001, maka Bagian Lingkungan Hidup berubah menjadi Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA), dengan
adanya perubahan perubahan peraturan baik ditingkat pusat maupun
daerah, maka sejak tanggal 31 Juli 2008 Bapedalda resmi berganti nama
menjadi Badan Lingkungan Hidup (BLH) hingga sekarang dan
beralamatkan di Jalan prof Moh Yamin telepon (0283) 491159 Faks
(0283) 491159+26
2
2.2. Visi dan Misi
2.2.1. Visi
Menjadi instansi yang Handal dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup Menuju Pembangunan yang Berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan
2.2.2. Misi
1. Mengembangkan sumber daya aparatur dan masyarakat di bidang
pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam;
2. Melaksanakan upaya pengendalian yang meliputi pencegahan,
penanggulangan dan pemulihan terhadap pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup;
3. Melaksanakan dan menilai pengkajian dampak lingkungan hidup;
4. Mengembangkan kapasitas, sarana dan teknologi lingkungan
untuk pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup;
5. Melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum lingkungan.
2.3. Lokasi
Jl. Prof. Moh Yamin, Slawi, telepon (0283) 491159 Faks (0283)
491159+26
3
2.4. Struktur Organisasi
2.5. Standar dan Prosedur Kerja
2.5.1. Jam Kerja
Pukul 07.15 sampai 16.15 WIB
2.5.2. Tempat
Badan Lingkungan Hidup Jalan Prof. Moh. Yamin, Slawi,
Tegal
2.5.3. Keselamatan Kerja
Askes
4
KEPALA BLHH
Drs.AGUS SUBAGYO,MMNIP. 19601229 198303 1 013
SEKRETARIS
EDI BUNTORO, S.H.,MM
NIP :195811101980031009
KEPALA SUB BAGIAN
PERENCANAANHSITI JUM AMIMAH, SE. M.M.
NIP :196910311989032002
VITA DJAJANTINIP :1962032219860720
01
Plt.KEPALA SUB BAGIAN
KEUANGANH
KEPALA SUB BAG. UMUM &
KEPEGAWAIANHVITA DJAJANTINIP :196203221986072001
KEPALA BIDANG PENGKAJIAN DAMPAK
LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN KAPASITAS
SARANA DAN TEKNOLOGI LINGKUNGANDra. SRI WAHYUNINGSIH,
M.M.NIP :196507241992032005
KEPALA SUB BIDANG PENGKAJIAN DAMPAK
LINGKUNGAN
KEPALA SUB BIDANG PENGEMBANGAN KAPASITAS
SARANA & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
MOH.SAMSUN.S.IPNIP : 19650712 199309 1 001
KEPALA UPTD LABORATORIUN
LINGKUNGAN
KEPALA SUBBAGIAN TATA
USAHAUPTD
ANDRE RUBBYATNA, SE, MTNIP :19730219199301100
2
TARIFUDINNIP :196102221984031
005
KEPALA BIDANG PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGANDra. TATIK SULASTRI
NIP :19600414193032002
KEPALA BIDANG PENGENDALIAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
KEPALA SUB BIDANG PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
KEPALA SUB BIDANG PENGENDALIAN DAN PENEGAKAN HUKUM
LINGKUNGAN
KEPALA SUB BIDANG PENGENDALIAN
KERUSAKAN SUMBER DAYA ALAM
KEPALA SUB BIDANG PENGENDALIAN
PENCEMARAN UDARA DAN BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN
Dra. SUCIATINIP :196102231990032002
KHAERUDIN, S.H.MMNIP :196808041989033009
AMINUDIN, S.T.NIP :196512091998031004
EKO SUPRIYANTO, S.IP.MM
NIP :197033031992032003
IMAM SYAFRUDIN HB,S. Sos
NIP :196212291986072003
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1. LIMBAH
Limbah adalah buangan yang tidak dikehendaki lingkungan karena
tidak memiliki nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan
yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang
dinyatakan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi
untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya. Bila ditinjau secara
kimiawi, bahan – bahan ini terdiri dari bahan kimia organik dan
anorganik. Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan oleh limbah
tergantung pada jenis dan karakteristik limbah, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Oleh karena itu air limbah industri harus
mengalami proses pengolahan sehingga ayak untuk dibuang ke
lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran pada lingkungan.
Tujuan pengolahan air buangan tersebut misalnya antara lain :
a. Ditinjau dari segi kesehatan untuk menghindari penyakit menular,
karena air merupakan media terbaik untuk kelangsungan hidup
mikroba penyebab penyakit menular.
b. Ditinjau dari segi estetika untuk melindungi air terhadap bau dan
warna yang tidak menyenangkan atau tidak diharapkan.
c. Ditinjau dari segi kelangsungan kehidupan di dalam air, misalnya
kelompok hewan dan tanaman air (Sugiarto,1993).
Air limbah yang telah tercemar mempunyai ciri yang dapat
diidentifikasi secara visual dari kekeruhan, warna, rasa, bau yang
ditimbulkan dan indikasi lainnya. Sedangkan identifikasi secara
laboratorium ditandai dengan perubahan sifat kimia air. Jenis industri
yang menghasilkan limbah cair di antaranya adalah industri pulp dan
rayon, pengolahan crumb rubber, besi dan baja, kertas, minyak goreng,
tekstil, electroplating, polywood dan lain – lain (Kristianto, 2004).
Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari
jumlah kandungan bahan pencemar didalam limbah. Kandungan
pencemar didalam limbah terdiri dari beberapa parameter. Semakin kecil
jumlah parameter dan semakin kecil konsentrasinya, hal itu menunjukkan
semakin kecilnya peluang untuk terjadinya pencemaran lingkungan.
5
Sedangkan faktor –faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah
Volume limbah, Kandungan bahan pencemar, Frekuensi pembuangan
limbah.
Dalam menentukan karakteristik limbah cair adalah sebagai berikut.
a. Padatan tersuspensi
Adanya padatan tersuspensi pada air limbah akan mempengaruhi
kekeruhan. Apabila terjadi pengendapan dan pembusukan padatan ini
disaluran umum, maka dapat mengubah peruntukan perairan tersebut.
b. Kekeruhan
Kekeruhan yang terjadi karena adanya bahan organik (seperti
karbohidrat dan protein) yang mengalami peruraian serta bahan koloid
yang sukar mengendap.
c. Bau
Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah berurai
dalam limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfida atau amoniak yang
menimbulkan penciuman tidak enak yang disebabkan adanya campuran
dari nitrogen, sulfur, dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein
yang dikandung limbah. Timbulnya bau yang diakibatkan limbah
merupakan suatu indikator bahwa terjadi proses alamiah.
d. Temperatur
limbah yang mempunyai temperatur panas akan mengganggu
pertumbuhan biorta tertentu. Temperatur yang akan dikeluarkan suatu
limbah cair harus merupakan temperatur alami. Suhu berfungsi
memperlihatkan aktivitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi
pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat
oksidasi lebih besar daripada suhu tinggi dan pembusukan jarang
terjadi pada suhu rendah.
e. Warna
Warna dalam airn disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan
(secara alami), humus, plankton, tanaman air, dan buangan. Warna
berkaitan dengan kekeruhan dan dengan menghilangkan kekeruhan
kelihatan warna nyata.
6
3.2. Sumber Limbah Cair
Air limbah merupakan kotoran dari rumah tangga, industri, air
permukaan serta air permukaan lainnya. Air buangan ini bersifat kotor
pada umumnya (Sugiarto, 1987 : 36). Sumber limbah cair terdiri dari dua
sumber yaitu sumber domestik (rumah tangga), meliputi permukiman,
kota, pasar, jalan, dan sumber non-domestik meliputi industri, pertanian,
peternakan, dan sumber-sumber lainnya (Unus Suriawirna, 1996 : 48).
3.3. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam satu
liter sampel air, dimana pengoksidanya adalah K2Cr2O7 atau KMnO4.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik
yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Sebagian besar
zat organik melalui tes COD ini dioksidasi oleh K2Cr2O7 dalam keadaan
asam yang mendidih optimum.
E
CaHbOc + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + 2Cr3+
Ag2SO4
Kuning Katalisator Hijau
(Alaerts dan Santika, 1984).
Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung didalam
air dan diukur dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini dipergunakan
sebagai tanda derajat pengotor air baku. Semakin besar oksigen yang
terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran yang relatif kecil.
Rendahnya nilai oksigen terlarut berarti beban pencemaran meningkat
sehingga koagulan yang bekerja untuk mengendapkan koloida harus
bereaksi dahulu dengan polutan – polutan dalam air menyebabkan
konsusmsi bertambah. Tolok ukur COD dapat digunakan untuk
mengetahui banyaknya oksigen yang diperlukan untuk menguraikan
bahan organik. Makin besar kadar oksigen yang dibutuhkan untuk
menguraikan bahan organik, maka kadar COD juga akan semakin tinggi.
7
3.4. Baku Mutu Industri Limbah Ikan
Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan oleh berbagai
aktivitas tersebut maka perlu dilakukan pengendalian terhadap
pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan,
termasuk baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah cair,baku
mutu udara ambient, baku mutu udara emisi, dan sebagainya.
Baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang diperkenankan
bagi zat atau bahan pencemar terdapat didalam air, tetapi air tersebut tetap
dapat digunakan sesuai dengan kriterianya.
Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan
a. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan
Hasil Perikanan yang Melakukan Satu Jenis Kegiatan Pengolahan
Tabel 1
NO PARAMETER
KEGIATAN
PEMBEKUAN
KADAR
MAKS. (mg/L)
BEBAN PENCEMARAN
MAKSIMUM
(kg/ton)
IKAN UDANGLAIN-
LAIN
1. TSS 100 1 3 1,5
2. Sulfida - - - -
3. Amonia 10 0,1 0,3 0,15
4. Klor Bebas 1 0,01 0,03 0,015
5. BOD5 100 1 3 1,5
6. COD 200 2 6 3
7.Minyak
Lemak15 0,15 0,45 0,225
8. pH 6,0-9,0
9.
Debit
maksimum
(m3/ton)
- 10 30 15
8
Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor : 10 tahun 2004
Catatan :
a. Satuan kuantitas air limbah bagi :
- usaha dan/atau kegiatan pembekuan dalam satuan m3 per ton bahan
b. Satuan beban pencemaran bagi :
- usaha dan/atau kegiatan pembekuan dalam satuan kg per ton bahan.
9
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Alat dan Bahan
4.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
spektrofotometer, tabung reaksi, ice box, botol sampel, pipet
volumetric, reactor COD, gayung,
4.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah sampel limbah
cair, bahan-bahan untuk analisis.
4.2. Prosedur Penelitian
4.2.1. Metode Digestion Reactor
Pertama-tama reactor COD dihidupkan dan dipanaskan sampai
150 0C. Selanjutnya kedua penutup pada COD Digestion Reagent
Vials dibuka. Salah satu tabung reaksi berisi reagent kit Low
Range (LR) atau bahan instant untuk analisis COD dipegang pada
sudut 450 kemudian ditambahkan sampel yang akan dianalisis
dalam percobaan ini yaitu inlet dan outlet dari industri limbah ikan
dengan menggunakan pipet volumetik sebanyak 2mL. Setelah
sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi selanjutnya ditutup
tabung reaksi tersebut dan dikocok. Tabung reaksi dimasukkan
kedalam reactor COD dan proses ditunggu selama 2 jam. Setelah
proses selesai tabung reaksi didinginkan selama kurang lebih 20
menit. Kemudian dilanjutkan analisis dengan menggunakan
spektrofotometer.
4.2.2. Colorimetric Determination
Spektrofotometer dinyalakan lalu sentuh menu Hach Program
kemudian pilih program 430 COD LR (Low Range) atau 435 COD
HR (High Range atau High Range Plus) selanjutnya pilih start.
Blanko terlebih dahulu dimasukkan dengan membersihkan bagian
luarnya dengan tissue kemudian sentuh “Zeroing” dilanjutkan
dengan dimasukkan masing-masing sampel tersebut lalu sentuh
tombol “Read” dan diketahui hasil dalam mg/L.
10
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Analisis COD pada Industri Filet Ikan Pari
Sampel Satuan Hasil Uji Baku Mutu
Air Limbah
pH
Inlet mg/L 1576 200 8,54
Outlet mg/L 21 200 7,75
Tabel 2
5.2. Pembahasan
Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian limbah cair dari Industri
Ikan Pari di Desa Pekauman Kulon, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten
Tegal. Penelitian dilakukan di Laboratorium Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Tegal. Kegiatan penelitian yang akan dilakukan adalah analisis
kadar COD. Sampel yang dianalisis berasal dari inlet dan outlet fillet ikan.
Suhu limbah saat pengambilan pada tanggal 22 Januari 2015 adalah 29,5
°C.
Limbah Industri Ikan Pari yang akan dianalisis ini terdapat proses
pengawetan ikan dengan menggunakan tawas karena dari pengolahan ikan
ini akan dilakukan ekspor ke berbagai daerah yaitu pada bagian tulang dan
kulit pari sedangkan pada dagingnya hanya dijual pada konsumen yang
membutuhkan. Pada limbah industri ini yang akan diuji kandungan COD
yaitu pada sistem inlet dan outlet.
Pengujian kali ini akan dibahas mengenai analisis parameter khususnya
COD dan pH.
Pada analisa COD sebagian besar zat organis melalui tes COD
dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih
dengan bantuan katalisator Ag2SO4 untuk mempercepat reaksi namun
dalam perlakuan kali ini berbeda karena menggunakan alat digital yaitu
spektrofotometer dan reactor COD.
11
Pertama-tama yang dilakukan adalah sampel limbah inlet dan outlet di
masukkan ke dalam botol sampel dimana botol sampel yang digunakan
harus gelap supaya tidak terkena sinar matahai secara langsung setelah itu
ditambahkan HCl yang berfungsi untuk mengawetkan sampel supaya hasil
yang diperoleh tetap akurat dan memasukkan botol tersebut kedalam ice
box yang gunanya juga serupa yaitu untuk mengawetkan sampel sampai
proses analisis berlangsung.
Sampel yang sudah diawetkan dianalisis dengan cara mengambil 0,2
ml sampel inlet maupun outlet dengan pipet volumetrik lalu dimasukkan
ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi bahan tertentu (instant). Bahan
instant tersebut ada dua macam yaitu LR (Low Range) dan HR (High
Range). Bahan tersebut digunakan dengan keadaan yang berbeda apabila
sampel yang digunakan adalah sampel dengan kepekatan tinggi atau
konsentrasi tinggi seperti limbah pabrik atau industri maka digunakan HR
(High Range) dengan volume kurang lebih 0,2 ml yang digunakan
sedangkan untuk sampel dengan kepekatan rendah atau konsentrasi
rendah misal air sungai maka digunakan LR (Low Range) dengan volume
yang digunakan adalah 2 ml. Adapun rentang konsentrasi antara LR (Low
Range) dan HR (High Range) adalah sebagai berikut :
-LR (Low Range) : 3-150 mg/L
-HR (High Range) : 20-1500 mg/L
Pada penelitian kali digunakan HR atau High Range karena sampel
yang digunakan adalah limbah yang konsentrasinya dapat diperkirakan
pekat. Masing-masing sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi yang
berisi reagent kit kemudian dikocok supaya menjadi homogen.
Pada proses penambahan tersebut terjadi proses pelepasan panas karena
adanya asam sulfat yang secara teori diperoleh karena adanya katalisator
Ag2SO4 yang akan membentuk H2SO4 yang menyebabkan tabung reaksi
terasa panas disebut proses eksotermis. Dengan reaksi :
E
CaHbOc + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + 2Cr3+ H2SO4
Ag2SO4
12
12
Pada saat penambahan sampel kedalam reagent kit atau bahan instant
warna larutan berubah dari kuning menjadi hijau hal ini menandakan
bahwa sesuai dengan reaksi secara manual dengan K2Cr2O7 sebagai
pengoksidasi yang akan menghasilkan Cr3+. Langkah berikutnya adalah
tabung reaksi tersebut dipanaskan dalam reactor COD untuk mempercepat
proses reaksi redoks (reduksi-oksidasi) proses ini berjalan selama 2 jam
dengan ditandai bunyi dari alat reactor COD saat suhu sudah sesuai pada
awal proses dan setelah proses selesai.
Setelah proses pemanasan berakhir tabung reaksi didinginkan kurang
lebih 20 menit sebelum proses selanjutnya. Tabung reaksi yang sudah
dingin dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer, sebagaimana
lazimnya alat digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya
hasil penentuan sehingga terlebih dahulu dimasukkan blanko untuk
kalibrasi tersebut. Setelah angka terbaca 0 mg/L baru dilanjutkan analisis
untuk sampel inlet dan outlet dari industri limbah ikan.
Hasil yang diperoleh untuk inlet adalah sebesar 1576 mg/L sedangkan
outlet sebesar 21 mg/L. Berdasarkan Baku Mutu Air Limbah Industri
Pengolahan Hasil Perikanan sampel inlet tersebut melebihi batas baku
mutu oleh karena itu pada industri tersebut harus diberi perlakuan sebelum
di buang ke perairan agar tidak mencemari lingkungan.
Sistem pengolah limbah yang dilakukan di Industri Limbah Ikan Pari
ini hanya menggunakan bak-bak (kolam) sederhana, sehingga tidak
membutuhkan biaya besar untuk membuat instalasi bangunannya.
Pengolahan limbah mengandalkan kinerja tanaman dan mikrobia yang
bekerja secara alamiah, sehingga tidak membutuhkan sistem
pengoperasian yang rumit dan dapat menekan biaya operasionalnya.
Keunggulan lain dari sistem ini adalah relatif tahan dengan debit
limbah yang bervariasi, sehingga cocok digunakan untuk pengolahan air
limbah home industri (Suriawiria, U. 1993).
13
13
Contoh lain adalah species yang mewakili lingkungan yang ada di
perairan tersebut. Species yang diuji harus dipilih atas dasar kesamaan
biokemis dan fisiologis dari species dimana hasil percobaan digunakan,
misalnya ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air
maupun terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas
konsentrasi tertentu.
Jika bahan organik yang belum diolah dibuang ke badan perairan, maka
bakteri akan menggunakan oksigen untuk proses pembusukannya. Nilai
COD biasanya lebih tinggi dari pada nilai BOD karena bahan buangan
yang dapat dioksidasi melalui proses kimia lebih banyak dari pada bahan
buangan yang dapat dioksidasi melalui proses biologi.
Adanya pengolahan limbah pada Industri Limbah Ikan Pari
menyebabbkan pada outlet nilai COD mengalami penurunan menjadi
sebesar 21 mg/L. Penurunan nilai COD tersebut disebabkan karena
sebagian bahan buangan telah teroksidasi dan sebagian lagi juga telah
terserap oleh tanaman serta dikarenakan suplai oksigen terlarut cukup
banyak terutama dari hasil fotosintesis tanaman sehingga menyebabkan
dekomposisi bahan organik menjadi lebih efektif. Sehingga air limbah
yang sudah diolah tersebut dapat langsung dialirkan ke sungai karena
masih berada pada Baku Mutu Limbah Cair sesuai Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 tahun 2004.
Berikutnya adalah parameter pH yang dapat di uji menggunakan alat
digital yaitu DO meter dimana pada inlet pH yang dihasilkan adalah
sebesar 8,54 sedangkan pada outlet sebesar 7,75. Dilihat dari perolehan
masih berada pada Baku Mutu Limbah Cair yakni rentang 6,0-9,0.
Dimana kadar pH yang baik adalah kadar pHyang masih memungkinkan
kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan baik. pH yang baik untuk
limbah adalah pH netral.
14
14
Dalam praktiknya hanya dilakukan pengujian terhadap parameter COD
dan pH karena pada parameter yang lain seperti klor bebas, amonium,
serta sulfit menggunakan alat yang berbeda yaitu Nano Color.
Namun, pada Laboratorium Badan Lingkungan Hidup dalam kondisi
rusak. Begitupun dengan parameter seperti minyak lemak belum mampu
dilakukan dalam Laboratorium Badan Lingkungan Hidup karena
terkendala alat yang kurang memadai.
15
BAB VI KESIMPULAN
a. Inlet diperoleh konsentrasi sebesar 1576 mg/L dimana menurut
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor : 10 tahun 2004
menyatakan kapasitas maksimum COD dalam industri perikanan adalah
200 mg/L.
b. pH yang diperoleh dari inlet adalah 8,54 sedangkan outlet 7,75 masih
dalam rentang standar Baku Mutu Limbah Perikanan sesuai Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor : 10 tahun 2004 yakni sebesar
6,0-9,0
16
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts G., & S.S Santika, 1984, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional.
Surabaya. Indonesia. Effendi, H, 2003, Telah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya
dan Lingkungan Perairan, Cetakan kelima,Kanisius, Yogyakarta
Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta : Ando Offest
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004
Sugiharto, 1987, Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah, Universitas Indonesia Prees, Jakarta.
Sugiharto, 1993, Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah, Kanisius, Yogyakarta.
Unus Suriawiria, 1996, Mikrobiologi Air, Edisi 2, Karya Cipta, Bandung.
17
LAMPIRAN
Gambar 1 : Pengambilan Sampel
Gambar 2 : Pengawetan dengan HCl
Gambar 3 : Pengawetan Ikan
18
18
Gambar 4 : Botol Sampel Outlet dan Inlet
Gambar 5 : Pengambilan Sampel
Gambar 6 : Bahan Jadi (Instant) High Range (HR)
19
19
Gambar 7: Bahan Jadi (Instant) Low Range (LR)
Gambar 8 : Alat Pengambilan Sampel
Gambar 9 : Pipet Volumetric
20
20
Gambar 10 : Spektrofotometer
Gambar 11 : Ice Box Pengawetan sampel
Gambar 12 : Reactor COD
21
21
Gambar 13 : High Range Sebelum Penambahan Sampel
Gambar 14 : Hasil Outlet inlet Setelah Analisis
22
22
23
24
25
26
27
28
29
30