laporan coating and enrobing

23
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pengolahan bahan pangan secara umum adalah memperpanjang umur simpan. Berbagai cara pengolahan mulai dari pengeringan hingga pemanggangan masing-masing mempunyai efek pengawetan dengan jangka waktu yang berbeda-beda. Salah satu pemanfaatan bahan segar terutama yang singkong dapat diolah menjadi keripik. Keripik adalah produk yang dihasilkan melalui tahapan pengupasan, pengirisan, dan penggorengan. Prosesnya yang mudah menjadikan keripik singkong mudah ditemui sehari-hari. Keripik banyak menyerap minyak selama penggorengan, banyak sedikit minyak yang diserap akan memengaruhi rasa, tekstur serta kenampakan keripik. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya minyak yang diserap adalah kandungan padatan bahan, suhu minyak goreng, lama penggorengan, jenis minyak, ketebalan bahan serta sifat fisik permukaan irisan. Pasca pengolahan keripik pada umumnya adalah pengemasan. Keripik akan menjadi awet bila disertai kemasan dan penyimpanan yang semestinya. Salah satu faktor kemunduran atau turunnya mutu keripik adalah akibat rusaknya minyak yang terkandung, yang menimbulkan bau tengik (rancid) dan flavor tak enak. Makin tinggi kandungan minyaknya, makin rendah/cepat

Upload: muthmainnahzaen

Post on 25-Oct-2015

666 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Coating and Enrobing

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan pengolahan bahan pangan secara umum adalah

memperpanjang umur simpan. Berbagai cara pengolahan mulai dari pengeringan

hingga pemanggangan masing-masing mempunyai efek pengawetan dengan

jangka waktu yang berbeda-beda. Salah satu pemanfaatan bahan segar terutama

yang singkong dapat diolah menjadi keripik. Keripik adalah produk yang

dihasilkan melalui tahapan pengupasan, pengirisan, dan penggorengan. Prosesnya

yang mudah menjadikan keripik singkong mudah ditemui sehari-hari. Keripik

banyak menyerap minyak selama penggorengan, banyak sedikit minyak yang

diserap akan memengaruhi rasa, tekstur serta kenampakan keripik. Adapun faktor-

faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya minyak yang diserap adalah

kandungan padatan bahan, suhu minyak goreng, lama penggorengan, jenis

minyak, ketebalan bahan serta sifat fisik permukaan irisan.

Pasca pengolahan keripik pada umumnya adalah pengemasan. Keripik

akan menjadi awet bila disertai kemasan dan penyimpanan yang semestinya.

Salah satu faktor kemunduran atau turunnya mutu keripik adalah akibat rusaknya

minyak yang terkandung, yang menimbulkan bau tengik (rancid) dan flavor tak

enak. Makin tinggi kandungan minyaknya, makin rendah/cepat turunnya mutu

makanan goreng apabila tidak disertai kemasan dan kondisi penyimpanan yang

memadai.

Keripik singkong yang beredar sekarang sudah sangat bervariasi terutama

dalam hal rasa. Hal ini dilakukan karena permintaan konsumen yang

menginginkan produk yang lebih inovatif dan bosan dengan bentuk, tampilan dan

rasa keripik yang biasa-biasa saja. Varian rasa ini dapat diterapkan pada keripik

dengan menyalutkan atau melapisi bumbu yang ditambahkan sehingga diperlukan

teknik penyalut agar bumbu merata ke seluruh permukaan keripik. Coating dan

enrobing merupakan metode menyalut keripik singkong menggunakan edible

coating. Penyalutan makanan dengan cara tersebut bertujuan untuk memperbaiki

eating quality makanan. Bahan penyalut dapat bervariasi misalnya gula, garam

untuk menghasilkan citarasa asin dan manis. Ketebalan bahan penyalut ditentukan

Page 2: Laporan Coating and Enrobing

oleh viskositasnya. Semakin tinggi viskositas dari penyalut, maka akan semakin

tebal bumbu yang akan menyelimuti bahan.

B. Tujuan

Praktikum kali ini bertujuan untuk

1. Mengetahui pengaruh perendaman dalam larutan kapur terhadap sifat

sensoris keripik singkong.

2. Mengetahui kualitas sensoris (tekstur, warna, rasa, kerataan bumbu)

keripik singkong setelah frying, coating dan enrobing.

Page 3: Laporan Coating and Enrobing

II. TINJAUAN PUSTAKA

Keripik merupakan makanan camilan (snack) yang mempunyai daya awet

yang cukup tinggi, rasa yang enak, dan variasi yang banyak sehingga dapat

memenuhi selera konsumen. Keripik mempunyai sedikit perbedaan dengan

kerupuk. Keripik merupakan produk olahan pangan yang menggunakan bahan

baku secara langsung tanpa ada pencampuran dengan bahan lain seperti tapioka,

terigu, atau pati yang lain sebagai bahan pengisi. Keripik biasanya diproses dari

bahan baku dalam bentuk irisan (hasil perajangan bahan baku) melalui proses

penjemuran atau tanpa penjemuran, kemudian digoreng. Adapun kerupuk,

kerupuk dibuat dari bahan baku yang dihaluskan (dengan atau tanpa pengukusan

terlebih dahulu bergantung pada jenis bahan yang digunakan), dicampur dengan

bahan pengisi seperti tapioka atau terigu, kemudian dikukus, diiris tipis, dijemur,

dan goreng. Umumnya kerupuk lebih mengembang dibandingkan keripik karena

pada proses pengolahannya ditambahkan pati. Keunggulan keripik dibandingkan

kerupuk adalah cita rasa bahan baku asal masih dapat dipertahankan sehingga

masih dominan (Estiasih, 2010).

Kriteria keripik yang baik menurut Astawan (1991) diantaranya: 1)

Rasanya pada umumnya gurih, 2) Aromanya harum, 3) Teksturnya kering dan

tidak tengik, 4) Warnanya menarik dan 5) Bentuknya tipis, bulat dan utuh dalam

arti tidak pecah.

Pemberian bumbu dengan teknik pelapisan (Coating). Siapkan bumbu

yang telah dihaluskan, seperti gula halus, garam halus, cabe bubuk, coklat bubuk

yang sudah diolah, seasoning (bumbu siap saji berbagai rasa seperti rasa pizza,

keju, barbeque, ayam, dll). Keripik yang telah digoreng dan dingin ditaburi bahan-

bahan atau bumbu dalam suatu kantong plastik, kemudian kantong plastik dibolak

balik sedemikian rupa sehingga bumbu dapat melapisi secara merata. (Maligan,

J.M dkk., 2011)

Coating adalah Sebuah istilah umum untuk menggambarkan penerapan

penutup kental (seperti  seperti adonan, coklat, tepung / campuran gula) ke

permukaan makanan. Sedangkan Enrobing adalah unit operasi di mana potongan-

Page 4: Laporan Coating and Enrobing

potongan makanan yang dilapisi dengan coklat atau bahan lainnya (P. Fellows,

2000)

Pada umumnya tujuan dari pelapisan bahan (coating) itu sendiri menurut

P. Fellows (2000) adalah untuk meningkatkan penampilan dan eating quality

makanan serta meningkatkan berbagai varietas olahannya. Dalam beberapa kasus,

coating juga berguna untuk membatasi pertukaran uap air (kelembaban tinggi)

dan gas, atau melindungi makanan terhadap kerusakan secara mekanis. Secara

umum, coatings juga diterapkan pada makanan :

• untuk memperbaiki penampilan

• untuk memodifikasi tekstur

• untuk meningkatkan rasa

• untuk meningkatkan kenyamanan

• untuk meningkatkan variasi dan menambah nilai produk dasar.

Penggunaan Coating memiliki efek yang minimal terhadap kualitas nutrisi

pada makanan, kecuali jika ada bahan yang ditambahkan ke dalam makanan pada

proses pelapisan. Metode pelapisan partikel pada makanan untuk membungkus

rasa atau bahan lainnya dijelaskan oleh Dewettinck dan Huyghebaert (1999)

dalam P. Fellows (2000). Ada tiga metode utama dalam pelapisan makanan.

Pemilihan metode yang sesuai tergantung pada jenis bahan pelapis yang akan

digunakan dan efek yang diinginkan dari coating. Metode utama adalah :

a. enrobing dengan cokelat, senyawa pelapis, glasir atau batters

b. dusting dengan rempah-rempah, remah roti, tepung, gula, perasa, pewarna,

garam, dll

c. pan coating dengan gula atau tanpa gula pelapis.

Dalam proses penyalutan bumbu pada praktikum kali ini digunakan

bumbu-bumbu antara lain garam, gula jawa dan bubuk cabe. Perbedaan perlakuan

yang diberikan adalah metode yang digunakan (baik enrobing maupun coating),

dan perlakuan perendaman dalam larutan kapur atau tanpa perendaman.

Menurut Arfiningsih (2004) dalam Marinih (2005) larutan kapur sirih

disini digunakan sebagai bahan perendaman irisan kimpul dalam pembuatan

keripik, larutan 16 % kapur sirih membutuhkan bahan 160 g kapur sirih ditambah

air sebanyak 1000 ml sebagai bahan pelarutnya. Kapur sirih yang digunakan

Page 5: Laporan Coating and Enrobing

adalah kapur sirih yang sering dimakan bersama sirih, berwarna putih dan lembek.

Penambahan kapur sirih berfungsi untuk memberikan tekstur keripik yang renyah,

menghambat proses pencoklatan pada kimpul selama pengolahan. Proses

pencoklatan (browning) ini disebabkan karena adanya senyawa phenol, dimana

senyawa ini bila bereaksi dengan udara akan menyebabkan warna coklat pada

kimpulbila dikupas atau dipotong. Proses pencoklatan (browning) ini tergolong

reaksi browning enzimatik.Alasan penggunaan kapur sirih dengan konsentrasi 16

% karena dapat menurunkan senyawa oksalat dalam kimpul dan memberikan

kerenyahan (Tekstur) yang baik untuk keripik.

Menurut Koswara S. (2009) keripik singkong adalah makanan ringan yang

dibuat dari irisan tipis umbi singkong, digoreng, dengan diberi bumbu tertentu

atau hanya diberi garam. Pada pembuatannya singkong dikupas, dicuci bersih,

kemudian diiris tipis-tipis (dapat menggunakan alat pemotong atau slicer). Untuk

membuat keripik singkong yang renyah dan gurih dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut : satu kg singkong dikupas, dicuci dan diiris tipis-tipis. Kemudian

irisan singkong direndam dalam air kapur sirih selama semalam. Paginya dicuci,

lalu direndam dengan air larutan soda kue ( setiap 3 liter air diberi 1 sendok teh

soda kue), lama perendaman 2,5 jam. Setelah itu ditiriskan, lalu diberi bumbu

sesuai selera dan digoreng sampai matang. Setelah ditiriskan keripik singkong

dapat langsung dikemas.

Fungsi garam dapur adalah untuk memberi rasa asin. Garam yang

digunakan adalah garam beryodium. Garam yang biasanya digunakan untuk

industri pangan yang memiliki rumus molekul NaCl. Konsumsi garam per orang

per hari sekitar 6-18 gram NaCl. Garam ini merupakan komponen yang penting,

yang banyak diatur oleh rasa, kebiasaan, tradisi, daripada keperluan. Konsumsi

garam natrium yang kurang dari 0,3 % akan terasa hambar, akan tetapi konsumsi

di atas dosis akan menyebabkan ketidakseimbangan cairan tubuh sehingga

meningkatkan resiko gagal ginjal (Winarno, 2002).

Fungsi gula dalam pembuatan keripik pisang adalah untuk memberikan

rasa manis. Gula pasir dibuat sirup terlebih dahulu dengan perbandingan 1 kg gula

pasir dilarutkan dalam 5 gelas air. Gula yang digunakan harus bermutu baik, yaitu

kering, tidak bau apek atau masam, tidak Nampak adanya ampas atau bahan asing

Page 6: Laporan Coating and Enrobing

dan berwarna putih (Estiasih, 2010). Gula dikenal sebagai bahan pangan yang

memberikan rasa manis. Gula yang dimaksud pada bidang pengolahan pangan

yaitu sukrosa, yang merupakan gula hasil pengolahan tebu atau bit. Gula

merupakan bahan tambahan makanan yang sering digunakan untuk aneka

makanan (Buckle et al., 1987). Untuk industri pangan biasanya digunakan sukrosa

dalam bentuk kristal halus atau kasar (Chen and Chou, 1993).

Minyak goreng yang digunakan adalah minyak kelapa atau minyak kelapa

sawit yang bermutu baik (jernih dan tidak tengik), sesuai SNI 01 – 3741 – 2002

(Lampiran 2). Penggunaan minyak goreng dengan kualitas rendah akan

menghasilkan keripik yang tidak tahan lama (cepat tengik) (Estiasih, 2010).

Page 7: Laporan Coating and Enrobing

III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

1. Bahan: singkong, larutan kapur 1%, bubuk cabe, minyak goreng, gula

jawa, garam.

2. Alat: pisau, oven, talenan, baskom, loyang, wajan, blender, serok,

sprayer, saringan.

3. Perlakuan: perendaman dan tanpa perendaman larutan kapur, metode

enrobing dan coating.

B. Prosedur Kerja (Diagram Alir)

Singkong dikupas hingga bersih kemudian diris dengan slicer ketebalan

2 mm

Untuk yang diberi perlakuan perendaman, irisan singkong direndam

dalam larutan kapur 1% selama ± 15 menit. Untuk yang tidak diberi

perlakuan perendaman langsung digoreng dengan perlakuan yang sama

seterusnya.

Kemudian ditiriskan dan dicuci hingga bersih

Setelah bersih kemudian digoreng. Penggorengan dilakukan sebanyak

2x, pertama digoreng setengah matang, ditiriskan kemudian digoreng

kembali hingga matang

Page 8: Laporan Coating and Enrobing

Bubuk cabe ditambahkan air, dimasak dengan penambahan gula dan

garam secukupnya hingga mendidih

Sebagian bumbu dipisahkan untuk enrobing dan sebagian lagi dimasak

hingga kental untuk coating

Singkong yang telah matang dimasukkan ke dalam bumbu yang masih

dimasak. Sementara bumbu yang dipisahkan ditunggu hingga dingin lalu

dimasukkan ke dalam sprayer untuk disemprotkan pada singkong yang

telah di frying

Kemudian diamati kerataan bumbu, tekstur warna dan rasa

Sementara digoreng, bumbu untuk coating dan enrobing dibuat

Page 9: Laporan Coating and Enrobing

IV. DATA PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan

Kelompok 2

Jenis

Sampel

Parameter Frying Coating Enrobing Enrobing

setelah

dioven

Tanpa

perendaman

Kerataan

bumbu

Merata Kurang

merata

Rata dan

lebih

meresap

Warna Coklat Coklat

karamel

Coklat Coklat

Tekstur Renyah Renyah Renyah Lebih

renyah

Rasa Enak pahit Enak Enak Enak

manis

Kelompok 5

Jenis

sampel

Parameter Frying Coating Enrobing Enrobing

setelah

dioven

Perendaman

dengan

larutan

kapur

Kerataan

bumbu

Rata Rata Rata

menyerap

Warna Kuning

kecoklatan

Coklat Kuning

kecoklatan

Kuning

kecoklatan

Tekstur Renyah Renyah Renyah Sangat

renyah

Rasa Hambar Manis

pedas

Agak enak Enak gurih

Page 10: Laporan Coating and Enrobing

V. PEMBAHASAN

Dalam praktikum yang dilakukan di Laboratorium jurusan Teknologi

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman untuk acara

Enrobing dan Coating didapatkan hasil seperti yang tertera pada tabel di atas.

Pada praktikum kali ini metode pelapisan yang digunakan adalah enrobing dan

coating. Selain itu singkong yang akan dijadikan keripik diberi variasi perlakuan

dengan tidak merendam dan merendam irisan singkong dalam larutan kapur 1%.

Variasi perlakuan yang pertama diberikan adalah dengan perendaman dan

tanpa perendaman larutan kapur sebelum digoreng. Menurut Koswara S. (2009)

untuk membuat keripik singkong yang renyah dan gurih dapat dilakukan dengan

cara singkong dikupas, dicuci dan diiris tipis-tipis, kemudian irisan singkong

direndam dalam air kapur sirih selama semalam. Selaras dengan pernyataan

Arfiningsih (2004) dalam Marinih (2005) yang menyatakan bahwa penambahan

kapur sirih berfungsi untuk memberikan tekstur keripik yang renyah, menghambat

proses pencoklatan pada kimpul selama pengolahan.

Kimpul atau jenis umbi yang lain seperti singkong akan mengalami

pencoklatan enzimatis dengan adanya senyawa phenol yang apabila bereaksi

dengan udara akan menimbulkan warna coklat setelah dikupas dan dipotong. Pada

singkong yang mendapat perlakuan perendaman dengan larutan kapur dalam

praktikum kali ini menghasilkan tekstur yang mengeras dan tetap dapat

mempertahankan warna aslinya. Hal ini berbanding terbalik dengan singkong

yang tidak diberi perlakuan perendaman. Efek tekstur mengeras inilah yang akan

mempengaruhi hasil akhir dari produk keripik singkong.

Dalam praktikum kali ini, kelompok 2 mendapat perlakuan keripik tanpa

direndam dengan larutan kapur sedangkan kelompok 5 mendapat perlakuan

perendaman larutan kapur. Keduanya mempunyai perbedaan hasil keripik yang

secara umum tidak terlalu signifikan. Setelah digoreng, keripik singkong yang

dihasilkan kelompok 2 berwarna coklat sedangkan kelompok 5 berwarna kuning

kecoklatan. Hal ini terjadi karena perlakuan perendaman dengan larutan kapur

memberikan efek menurukan aktivitas enzim penyebab warna coklat terutama

pada umbi-umbian seperti yang telah dijelaskan oleh Arfiningsih (2004) dalam

Page 11: Laporan Coating and Enrobing

Marinih (2005) di atas. Sedangkan untuk tekstur, perbedaan perlakuan tidak

terlalu berpengaruh secara nyata karena setelah digoreng kedua kelompok

menghasilkan keripik yang sama-sama renyah. Walaupun mungkin tingkat

kerenyahan yang dihasilkan itu berbeda-beda karena indera sensori tiap individu

yang merasakan juga berbeda. Sehingga pengaruh tekstur di sini tidak bisa

dijelaskan secara nyata berpengaruh atau tidak. Hanya saja terlihat secara nyata

bahwa peregangan atau tekstur mengeras singkong terjadi pada saat direndam

dalam larutan kapur.

Sebelum menjadi keripik, irisan singkong digoreng sebanyak dua kali.

Penggorengan pertama dilakukan setengah matang dan setelah itu dilanjutkan

dengan menggorengnya sampai matang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan

tekstur akhir keripik yang renyah. Pada praktikum kali ini efek nyata tekstur

renyah secara umum terjadi pada produk hasil penggorengan baik yang mendapat

perlakuan perendaman maupun yang tidak mendapat perlakuan perendaman.

Dua metode pelapisan bumbu yang digunakan dalam praktikum kali ini

adalah enrobing dan coating. Keduanya sangatlah berbeda baik dari segi teknis

maupun hasil produk akhir secara sensoris terutama rasanya. Enrobing atau sering

disebut dengan metode pelapisan bumbu yang dilakukan dengan sprayer menurut

P. Fellows (2000) merupakan unit operasi di mana potongan-potongan makanan

yang dilapisi dengan coklat atau bahan lainnya. Sedangkan coating adalah sebuah

istilah umum untuk menggambarkan penerapan penutup kental (seperti  seperti

adonan, coklat, tepung / campuran gula) ke permukaan makanan. Kedua metode

ini akan menghasilkan produk yang baik ketika tujuan dan hasil produk yang

diinginkan dapat tercapai.

Hasil praktikum kali ini sesuai dengan kedua pengertian di atas. Untuk

parameter kerataan bumbu dan rasa, didapatkan hasil bahwa bumbu dengan

metode pelapisan coating dapat lebih merata dan tebalnya sama di setiap

permukaan keripik. Karena viskositasnya kental sehingga rasa bumbu yang

dihasilkan kuat. Bumbu yang melekat pada keripik tidak merusak tekstur renyah

keripik karena kekentalannya hanya dapat memberikan efek menyalut dan tidak

meresap ke dalam pori-pori keripik. Untuk keripik yang dilapisi bumbu dengan

metode enrobing secara umum tidak begitu banyak memberikan efek rasa bumbu

Page 12: Laporan Coating and Enrobing

yang kuat (relatif cukup enak). Hal ini dikarenakan metode enrobing yang

dilakukan dengan menyemprot bumbu cair pada permukaan keripik. Bumbu yang

mempunyai viskositas rendah akan cenderung memberikan efek yang kecil

terhadap rasa dan kurang meratanya pelapisan bumbu pada permukaan bahan

(keripik singkong).

Berbeda hasilnya dengan penyalutan bumbu secara enrobing yang

kemudian dioven. Pada tabel di atas dijelaskan perbedaan yang nyata antara

penyalutan bumbu secara enrobing saja dan perlakuan oven setelah enrobing.

Secara umum baik yang direndam maupun yang tidak direndam dengan larutan

kapur, hasil keripik yang dioven setelah dilapisi bumbu dengan metode enrobing

lebih renyah dan bumbu lebih meresap sehingga berasa manis serta gurih

dibandingkan dengan keripik yang dilapisi bumbu metode enrobing saja.

Pemanggangan dalam oven jelaslah memberikan pengaruh besar terhadap

meresapnya bumbu ke dalam pori-pori keripik sehingga rasa yang dihasilkan lebih

mantap dan teksturnya pun juga lebih renyah.

Page 13: Laporan Coating and Enrobing

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan pada praktikum enrobing dan coating yang

dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengaruh tekstur pada praktikum kali ini tidak bisa dijelaskan secara

myata berpengaruh atau tidak. Karena tingkat kerenyahan tekstur keripik

dirasakan oleh indera sensori individu yang berbeda sehingga tingkat

kerenyahan keripik yang dihasilkan juga berbeda-beda. Hanya saja secara

nyata peregangan atau tekstur mengeras singkong terlihat pada saat

direndam dalam larutan kapur.

2. Kualitas sensoris keripik singkong yang dihasilkan pada kelompok 2

(tanpa perendaman) dan kelompok 5 (dengan perendaman larutan kapur)

setelah digoreng sedikit berbeda terutama dalam hal warna. Keripik

singkong yang dihasilkan kelompok 2 berwarna cokelat sedangkan

kelompok 5 menghasilkan keripik berwarna kuning kecoklatan. Namun

secara umum tekstur dan rasa yang dihasilkan dari 2 kelompok itu sama

yaitu renyah dan cukup enak. Hanya saja tingkat kerenyahan yang didapat

tidak terlalu signifikan terlihat antara keripik yang mendapat perlakuan

perendaman dengan yang tidak diberi perlakuan perendaman. Kemudian

setelah di balut dengan bumbu secara coating kedua kelompok

menghasilkan keripik dengan warna menjadi coklat gelap, rasa lebih enak,

bumbu merata dan tekstur renyah. Berbeda dengan penyalutan bumbu

menggunakan enrobing yang menghasilkan rasa yang kurang mantap

meskipun kualitas sensoris lainnya tetap sama dengan metode coating.

Rasa bumbu yang lebih meresap dan tekstur lebih renyah didapatkan pada

perlakuan oven setelah enrobing.

B. Saran

Agar praktikum selanjutnya dapat berjalan dengan lancar sebaiknya

asisten harus lebih tegas lagi kepada praktikan saat praktikum sedang

berlangsung agar jalannya praktikum tidak terganggu.

Page 14: Laporan Coating and Enrobing

DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M. 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. Akademika Pressindo. Jakarta

Buckle K.A, R.A Edwards, G.H Fleet and M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan Hari Purnomo. UI Press. Jakarta.

Chen and Chou, 1993. Cane Sugar Handbook : A Handbook for Cane Sugar Manufactures and Their Chemist. 12th edition. John Willey and Sons, Inc. new York.

Estiasih, T. 2010. Problematika Industri Makanan Ringan (Industri Aneka Makanan Keripik). Pelatihan Makanan Olahan di Kabupaten Mojokerto tanggal 9 Desember 2010.

Koswara S., 2009. Teknologi Pengolahan Singkong (Teori dan Praktek). Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Maligan, J.M dkk., 2011. Keripik Umbi Inferior Aneka Bentuk & Rasa. Malang: JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Marinih. 2005. Pembuatan Keripik Kimpul Bumbu Balado dengan Tingkat Pedas yang berbeda. Tugas Akhir. Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi. Fakultas Teknik. Univeristas Negeri Semarang

P. J. Fellows, 2000. FOOD PROCESSING TECHNOLOGY Principles and Practice Second Edition. Director, Midway Technology and Visiting Fellow in Food Technology at Oxford Brookes University. Woodhead Publishing Limited Abington Hall, Abington Cambridge CB1 6AH, England

Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta

Page 15: Laporan Coating and Enrobing

LAMPIRAN

A. Keripik singkong dengan perlakuan tanpa perendaman larutan kapur

singkong setelah singkong diiris irisan singkong dikupas kulitnya menggunakan slicer dicuci

keripik singkong saat digoreng keripik singkong setelah digoreng

bumbu untuk penyalutan enrobing bumbu untuk penyalutan coating

keripik saat dilapisi hasil keripik pelapisan hasil keripik pelapisan

Page 16: Laporan Coating and Enrobing

bumbu metode coating bumbu secara coating bumbu secara enrobingB. Keripik singkong dengan perlakuan perendaman dalam larutan kapur

singkong dikupas singkong diiris tipis irisan singkong direndam dengan ketebalan ± 2 mm dalam larutan kapur

setelah direndam dicuci irisan songkong singkong digorengsampai bersih ditiriskan setengah matang

singkong digoreng kembali pemisahan bumbu bumbu dimasak kental hingga matang untuk enrobing bersama keripik singkong

untuk coating

Page 17: Laporan Coating and Enrobing

hasil keripik denganmetode enrobing