laporan diht acara vi danz fix
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 Laporan Diht Acara Vi Danz Fix
1/8
SURVEY PENGENALAN PENGENDALIAN HAMA OLEH PETANI DAN
PEREDARAN PESTISIDA DI DESA BAMBANGLIPURO, BANTUL
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman pertanian sering diganggu atau dirusak oleh organisme pengganggu tanaman
yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme penggangu tanaman ini dikenal
sebagai hama tanaman, penyakit tanaman, dan gulma (tumbuhan pengganggu). Untuk
menghindari kerugian karena serangan OPT, perlu dilakukan upaya pengendalian yang dapat
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya pengendalian secara kimiawi dengan produk
perlindungan tanaman atau pestisida. (Djojosumarto, 2000).
Luas areal tanaman hortikultura di Indonesia yang fluktuatif dari tahun ke tahun
sangat terkait dengan beberapa factor penyebab antara lain kondisi iklim, harga, dan serangan
OPT. Seperti diketahui bahwa usaha tani hortikultura merupakan usaha tani yang berisiko
tinggi karena banyak kendala yang dihadapi dalam rangka menyelamatkan produksi. Salah
satu kendala utama pada setiap musim tanam adalah tingginya serangan hama dan penyakit.
Serangan OPT yang hampir terjadi pada setiap musim tanam mendorong petani untuk
menggunakan pestisida dalam tindakan pengendalian. Hal tersebut didasari oleh suatu
tanggapan bahwa pestisida merupakan teknologi garansi untuk menyelamatkan usaha
taninya. Terlihat dari perilaku petani dalam mengaplikasikan pestisida yang cenderung terus
meningkat dalam frekuensi, dosis, dan komposisi atau campuran yang digunakan. Dalam
upaya meminimalkan dampak negatif dari penggunaan pestisida yang kurang bijaksana,
dalam hal ini memperkecil residu pestisida pada hasil pertanian khususnya produk
hortikultura (Kasumbogo, 1993).
Menurut Oka (1995), produsen pestisida, pedagang besar, dan pengecer,
berkepentingan agar pestisida yang telah memperoleh izin untuk digunakan dapat dijual
kepada masyarakat yang berkepentingan untuk memperoleh keuntungan. Sebaliknya, mereka
yang memerlukan pestisida mengharap agar pestisida yang diperlukan selalu tersedia dengan
harga yang terjangkau.
Di desa Bambanglipuro, Bantul, banyak petani yang fasih menggunakan pestisida
baik dari cara menggunakannya maupun sasaran hama yang pestisida dapat musnahkan.
-
7/30/2019 Laporan Diht Acara Vi Danz Fix
2/8
Selain itu para petani disana juga sering menggunakan pestisida biologis sebagai alternative
dari pestisida kimia.
B. Tujuan
1. Mengetahui cara-cara pengendalian hama oleh petani langsung di lapangan.
2. Mengetahui informasi peredaran pestisida di lokasi survey.
II. METODOLOGI
Survey petani dan peredaran pestisida dilakukan di desa Bambanglipuro, Bantul pada
tanggal 8 Juni 2012. Selama survey dilakukan pengenalan pengendalian hama oleh petani
dengan mewawancara petani sekitar seputar pengalamannya tentang pengelolaan hama di
lahannya. Adapun pertanyaan yang diberikan kepada petani adalah 1) Identitas petani, 2)
Komoditas tanaman yang dibudidayakan oleh petani saat ini dan sebelumnya, 3) Teknologi
pengelolaan tanaman termasuk pengelolaan hama, 4) Jenis hama utama yang menyerang
lahan, 5) Teknik pengendalian pada hama, dan 6) Apakah hasil pengendalian yang dilakukan
petani selalu berhasil. Selain itu juga dilakukan wawancara pada toko penjual pestisida
beserta macam pestisida yang dijual.
-
7/30/2019 Laporan Diht Acara Vi Danz Fix
3/8
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengenalan pengendalian hama oleh petani di Desa Bambanglipuro, Bantul.
Praktikan mewawancarai sebanyak 4 petani di Desa Bambanglipuro, Bantul yaitu
dengan Bapak Sumardi Utomo, Bapak Ngatijo, Bapak Sahid, dan Bapak Sunar. Adapun hasil
wawancara yang kami lakukan sebagai berikut.
1. Bapak Sumardi Utomo
Bapak Sumardi Utomo berumur 65 tahun sampai kami bertemu dengan beliau hari ini,
pendidikan terakhir beliau adalah sekolah dasar dan belum pernah menempuh SLPHT.
Komoditas yang beliau tanam saat ini dan masa tanamn kemarin adalah padi. Beliau
memiliki pengalaman bertani secara turun-temurun dari orang tuanya. Jenis hama yang
menyerang lahan pertanian beliau adalah ulat dan wereng. Hama tersebut beliau
kendalikan dengan pestisida kimia seperti Sevin dan selalu berhasil menekan populasi
wereng.
2. Bapak Ngatijo
Bapak Ngatijo berumur 47 tahun pada saat kami bertemu dengan beliau. Pendidikan
terkahir beliau adalah sekolah dasar. Beliau pernah merasakan pendidikan SLPHT yang
diberikan penyuluh-penyuluh yang datang ke Desa Bambanglipuro, Bantul. Komoditas
yang beliau tanam saat ini adalah padi IR-64 dan musim lalu adalah kedelai. Beliau
memiliki pengalaman bertani secara otodidak. Hama yang sering menyerang lahan
pertanian beliau adalah wereng dan ulat, dikendalikan menggunakan pestisida kimiawi dan
selalu berhasil menekan populasi hama di lahan tersebut.
3. Bapak Sahid.
Bapak Sahid berumur 53 tahun pada saat kami meminta untuk mewawancarai beliau.
Pendidikan terakhir beliau adalah SMP dan juga pernah merasakan pendidikan SLPHT
yang diberikan oleh penyuluh. Komoditas yang beliau tanam saat ini adalah padi dan
kedelai. Pengalaman bertani beliau didapat secara turun-temurun dari orang tuanya. Hama
yang sering menyerang lahan pertaniannya adalah wereng dan walang sangit. Teknik yang
beliau gunakan untuk menekan populasi hama adalah dengan Pengelolaan Hama Terpadu
(PHT). Beliau memadukan penggunaan pestisida kimia (Sevin, Macin) dan pestisida
organic/biologis seperti pencampuran urin sapi dengan sedikit deterjen dan penggunaan
-
7/30/2019 Laporan Diht Acara Vi Danz Fix
4/8
campuran walang sangit yang telah mati akibat jamur dan air. Beliau selalu berhasil
menekan populasi hama yang mengganggu dengan teknik yang sudah dijelaskan diatas.
4. Bapak Sunar
Bapak Sunar berumur 45 tahun. Pendidikan terakhir yang pernah beliau tamatkan
adalah sekolah dasar dan beliau belum pernah mengikuti SLPHT yang diberikan oleh
penyuluh. Komoditas yang beliau tanam adalah padi dan kedelai di dua musim terakhir.
Beliau memperoleh pengalaman bertaninya secara turun-temurun dari orang tuanya. Hama
yang sering menyerang lahan pertaniannya adalah ulat dan wereng. Hama-hama tersebut
beliau kendalikan menggunakan pestisida kimia Diasinon dan juga selalu berhasil.
Dari 4 petani yang kami survey di Desa Bambanglipuro, Bantul, mereka mendapatkan
pengalaman bertani secara turun-temurun dan mayoritas menggunakan aplikasi pupuk kimia
sebagai upaya menekan populasi hama pengganggu. Namun Bapak Sahid menggunakan
pengelolaan hama terpadu. Beliau menggunakan gabungan aplikasi pestisida kimia dan
organic/biollogis. Beliau mengaku mendapatkan teknik tersebut ketika mengikuti pelatihan
SLPHT yang diberikan oleh para penyuluh.
B. Informasi Peredaran Pestisida
Kami mensurvey Toko Moekti yang menjual pestisida di daerah Bambanglipuro, Bantul.
Pemiliknya bernama bapak Gunawan yang telah membuka toko tersebut sejak tahun 1999.
Toko Moekti selain menjual pestisida juga menjual pupuk hayati dan pakan ternak. Tabel
dibawah adalah pestisida yang dijual oleh toko Moekti.
NO WP EC SP PL
1 DACONIL 75 WP TIKAM 50 EC SEVIN 85 SP KARISSNAL 6PL
2 NORDOX 56 WP
MUSUKEONG 250
EC
PUANMUR 50
SP
3 ALLY PLUS 77 WP FASTAC 15 EC
4 FENITROTION 40 WP ROTRAZ 200 EC
5 AVIDOP 10 WP DIAZINION 600 EC
6 DITHANE M-80 WP YASHITRIN 30 EC
7 BESVIDOR 25 WP CABRIO 250 EC
8 ANTRACOL 50 WP SHEPRA 50 EC
9 MIPCINTA 50 WP SCORE 250 EC
10 DESIC 25 EC
11 KLIRI 20 EC12 BAMEX 18 EC
-
7/30/2019 Laporan Diht Acara Vi Danz Fix
5/8
Pestisida yang dijual pak Gunawan dibeli oleh para petani dan pekebun disekitar daerah
tersebut. Beliau tidak menjual pestisida secara eceran, pestisida eceran biasa dibeli di
koperasi unit desa. Tempat penjualan tidak menjadi satu dengan tempat tinggal dan ruangan
tempat menjual pestisida tidak digunakan untuk menjual makanan beserta minuman
sekaligus. Pak Gunawan tidak memiliki gudang untuk menyimpan pestisida. Pestisida yang
dibeli di pasar langsung diletakkan pada etalase toko. Penjual memiliki pengetahuan tentang
pestisida beserta penggunaannya namun tidak selalu menjelaskannya kepada pembeli karena
pembeli mayoritas sudah mengetahui fungsi pestisida yang hendak dibeli.
IV. KESIMPULAN
1. Mayoritas petani menggunakan pestisida kimia sebagai upaya menekan populasi hama
pengganggu.
2. Ada beberapa petani yang menggunakan kombinasi pestisida kimia dan organik dan PHT
dalam aplikasinya di lapangan. Ini dikarenakan mereka pernah mengikuti SLPHT yang
diberikan oleh penyuluh. Dengan demikian, penyuluhan yang diberikan dalam SLPHT
menambah pengetahuan petani guna mengoptimalkan pengelolaan hama di lahan
pertanian.
3. Penjual pestisida di daerah Bambanglipuro, Bantul, ditemukan tidak jauh dari lahan
pertanian.
4. Penjual pestisida di toko tidak menjual pestisida secara eceran.
5. Penjual pestisida mayoritas mengetahui informasi tentang pestisida namun tidak
menjelaskannya kepada pembeli dengan alasan pembeli sudah mengetahui fungsi pestisida
tersebut.
-
7/30/2019 Laporan Diht Acara Vi Danz Fix
6/8
DAFTAR PUSTAKA
Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. UGM
Press. Yogyakarta
Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
-
7/30/2019 Laporan Diht Acara Vi Danz Fix
7/8
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU HAMA TANAMAN
ACARA VI
SURVEI PENGENALAN PENGENDALIAN HAMA OLEH PETANI DAN
PEREDARAN PESTISIDA
Disusun Oleh:
Ngurah Kamandanu (11537)
LABORATORIUM ILMU HAMA TANAMAN
JURUSAN PERLINDUNGAN TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
-
7/30/2019 Laporan Diht Acara Vi Danz Fix
8/8