laporan dpkp

16
LAPORAN ACARA II KUNJUNGAN LEMBAGA PENYULUHAN PERTANIAN Oleh : 1. Arya Abidmursyid/12311 2. Nama/NIM 3. Nama/NIM 4. Nama/NIM Golongan : A 1.1 Kelompok : 6 Asisten : 1. 2. 3. LABORATORIUM PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

Upload: arya-abid-m

Post on 17-Nov-2015

43 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum DPKP

TRANSCRIPT

LAPORAN ACARA IIKUNJUNGAN LEMBAGA PENYULUHAN PERTANIAN

Oleh :1. Arya Abidmursyid/123112. Nama/NIM3. Nama/NIM4. Nama/NIMGolongan: A 1.1Kelompok: 6Asisten: 1. 2. 3.

LABORATORIUM PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADA2014

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangPenyuluhan pertanian di Indonesia berkembang melalui beberapa tahap. Dalam periode sebelum tahun 1960, penyuluhan pertanian dilaksanakan berdasarkan pendekatan tetesan minyak. Periode 1975-1990, sistem latihan dan kunjungan (LAKU) mendominasi sistem kerja penyuluh pertanian di Indonesia terutama di daerah-daerah produksi padi. Sistem ini diperkenalkan dan dilaksanakan dengan dukungan Bank Dunia melalui Proyek Penyuluhan Tanaman Pangan (NFCEP) tahun 1975 dan diikuti oleh Proyek Penyuluhan Pertanian Nasional (NAEP I dan NAEP II). Tujuan kedua proyek tersebut pada intinya adalah untuk meningkatkan produksi komoditi pertanian tertentu, dimulai dengan hasil pertanian utama yaitu padi yang masih menerapkan teknologi yang kurang produktivitasnya, dengan jalan mendiseminasikan teknologi usahatani, yang dikenal dengan Panca Usaha dan Sapta Usaha.Lembaga penelitian dalam menyebarkan hasil penelitiannya melalui kegiatan diseminasi dan sosialisasi ke masyarakat. Usaha kecil dan menengah itu melibatkan proses konsultasi. Proses konsultasi ini menjelaskan model langkah demi langkah yang meningkatkan kreativitas dan mendorong penggunaan informasi. Manfaat penyuluhan yang begitu besar tidak dapat dirasakan apabila informasi yang disampaikan penyuluh pertanian kurang baru seperti di Indonesia. Penyuluh pertanian membutuhkan informasi tidak hanya baru tetapi juga sesuai dengan kebutuhan petani.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai sumber teknologi berkepentingan mengupayakan perkembangan extension acquisition system, dengan cara memfasilitasi para petani agar dapat lebih mudah bertemu dengan para peneliti.

B. Tujuan1. Mengenal Balai PenelitianPengkajian Teknologi Pertanian di Yogyakarta.2. Mengetahui permasalahan dan cara pemecahan masalah yang ada di Balai PenelitianPengkajian Teknologi Pertanian di Yogyakarta.

II. ISIIndonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang memiliki sumber daya hayati yang merupakan sumber plasma nutfah dan dapat dimanfaatkan untuk merakit varietas unggul masa depan yang sangat mendukung pembangunan sektor pertanian. Dalam prakteknya pembajakan varietas-varietas tanaman masih saja terjadi. Maka didirikanlah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). BPTP yogyakarta ini didirikan pada tahun 1974. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta dibentuk berdasarkan SK Mentan Nomor 350/Kpts/OT.210/6/2001 tanggal 14 Juni 2001. Selanjutnya, seiring dengan penyempurnaan organisasi dan tata kerja Balai yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006, BPTP Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, dan dalam pelaksanaan sehari-hari dikoordinasikan oleh Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP).Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta berada di Jl. Stadion Maguwoharjo No. 22 Wedomartani Ngemplak Sleman Yogyakarta. Pembentukan BPTP bertujuan untuk menghasilkan teknologi spesifik lokasi, memperpendek rantai informasi, mempercepat dan memperlancar diseminasi hasil penelitian (alih teknologi) kepada petani dan pengguna teknologi lainnya. Sampai dengan tahun 2001 unit kerja ini masih merupakan Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Yogyakarta, lembaga non struktural yang merupakan instalasi dari BPTP Jawa Tengah.Sedikit sejarah dari BPTP adalah BPTP telah mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan. Secara ringkas, evolusi organisasi dan kelembagaan Badan Libang Pertanian adalah sebagai berikut:Periode 1974 1980Keppres tahun 1974 dan 1979 menetapkan bahwa Badan Litbang Pertanian sebagai unit Eselon I, membawahi 12 unit Eselon II, yaitu: 1 Sekretariat, 4 Pusat (Pusat Penyiapan Program, Pusat Pengolahan Data Statistik, Pusat Perpustakaan Biologi dan Pertanian, dan Pusat Karantina Pertanian) 2 Pusat Penelitian (Puslit Tanah dan Puslit Agro-Ekonomi), serta 5 Pusat Penelitian Pengembangan (Puslitbang Tanaman Pangan, Puslitbang Tanaman Industri, Puslitbang Kehutanan, Puslitbang Peternakan, dan Puslitbang Perikanan).Periode 1981 1986Pada tahun 1983 Badan Litbang mengalami perubahan sesuai dengan perubahan lingkungan strategis dan tuntutan pembangunan pertanian. Berdasarkan Kepres No. 24 tahun 1983, Badan Litbang Pertanian terdiri atas: Sekretariat, Pusat Data Statistik, Pusat Perpustakaan Pertanian, Puslit Tanah, Puslit Agro-Ekonomi, Puslitbang Tanaman Pangan, Puslitbang Tanaman Industri, Puslitbang Hortikultura, Puslitbang Peternakan, dan Puslitbang Perikanan.Periode 1987 2004Masih terjadi perubahan-perubahan struktur organisasi yang berganti setiap periodenya sesuai dengan undang-undang yang berlaku di tahun itu. Pada periode 1998 1999 Berdasarkan Keppres No.61/1998 Badan Litbang Pertanian mengalami perubahan, karena Puslitbang Tanaman Industri masuk ke Departemen Kehutanan dan Perkebunan, maka susunan organisasinya sebagai berikut: Sekretariat, Pusat Penyiapan Program Penelitian, Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, Puslit Tanah & Agroklimat, Puslit Sosial Ekonomi Pertanian, Puslitbang Tanaman Pangan, Puslitbang Hortikultura, Puslitbang Peternakan, dan Puslitbang Perikanan, serta BBP Alsintan.Periode 2005 Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 299/Kpts/OT.140/7/2005, Badan Litbang Pertanian terdiri dari satu Sekretariat Badan dan empat Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) yang meliputi 1) Puslitbang Tanaman Pangan, 2) Puslitbang Hortikultura, 3) Puslitbang Perkebunan, dan 4) Puslitbang Peternakan. Di samping itu, dibentuk Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian sebagai perubahan dari Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian. Berdasarkan Permentan No. 328/Kpts/OT.220/6/2005 Badan Litbang Pertanian membina Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Berdasarkan Permentan No. 329/Kpts/OT.220/6/2005, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian dibina sepenuhnya oleh Badan Litbang Pertanian.Selanjutnya berdasarkan Permentan No. 300/Kpts/OT.140/7/2005 telah dibentuk Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDL) sebagai perubahan dari Puslitbang Tanah dan Agroklimat, sedangkan Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian berubah menjadi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) berdasarkan Permentan No. 301/Kpts/OT.140/7/2005. BBSDL mengkoordinasikan kegiatan penelitian dan pengembangan yang bersifat lintas sumberdaya di bidang tanah, agroklimat dan hidrologi, lahan rawa, serta pencemaran lingkungan. Sedangkan BBP2TP mengkoordinasikan kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian yang bersifat spesifik lokasi di 28 BPTP.Periode 2006 - 2010Sesuai dengan perubahan lingkungan strategis, tahun 2006 Unit Pelaksana Teknis (UPT) mengalami penataan organisasi. Penataan UPT tersebut meliputi peningkatan status eselon yaitu Balai Penelitian Tanaman Padidari eselon III-a menjadi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi eselon II-b, Balai Penelitian Veteriner menjadi Balai Besar Penelitian Veteriner eselon II-b. Loka Penelitian Tanaman Jeruk dan Hortikultura Subtropik dari eselon IV-a menjadi Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika eselon III-a, Loka Penelitian Tanaman Sela Perkebunan menjadi Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri eselon III-a, dan Loka Penelitian Pencemaran Lingkungan Pertanian menjadi Balai Penelitian Lingkungan Pertanian eselon III-a.Di samping itu, UPT yang mengalami perubahan nomenklatur adalah Balai Penelitian Tanaman Buah menjadi Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat menjadi Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) tahun 2006 bertambah dua unit organisasi yaitu BPTP Gorontalo dan BPTP Maluku Utara. Sehingga tahun 2006 Badan Litbang Pertanian terdiri atas Sekretariat Badan,4 Puslitbang, 2 Pusat, 7 Balai Besar, 15 Balai Penelitian, 30 Balai Pengkajian, dan 3 Loka Penelitian.Hingga 2010, Badan Litbang Pertanian mendapat penambahan dua UPT eselon III yaitu Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (BPATP) dan BPTP Papua Barat, sehingga, Badan Litbang Pertanian terdiri atas Sekretariat Badan, 4 Puslitbang, 2 Pusat, 7 Balai Besar, 15 Balai Penelitian, 1 Balai PATP, 31 Balai Pengkajian, dan 3 Loka Penelitian.Periode 2011 Berkaitan dengan perubahan organisasi Departemen dan kondisi lingkungan yang strategis, pada tahun 2011 Badan Litbang Pertanian terus mengatur unit teknisnya seperti mandat Puslit Tanaman Pangan menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, kebutuhan dalam pengembangan teknologi pertanian di dua provinsi baru yaitu Kepulauan Riau dan Sulawesi Barat, untuk mendukung percepatan daging sapi program swasembada, dan mengantisipasi tanaman dan serangan penyakit karena anomali iklim.Untuk mengantisipasi hal itu, Badan Litbang Pertanian telah melakukan beberapa perbaikan dalam lima unit pelaksana teknisnya, yaitu perbaikan organisasi, peningkatan status eselon, menambahkan mandat dan mengembangkan unit pelayanan teknis baru.Periode 2012 - sekarangPengembangan organisasi Badan Litbang Pertanian yang dilakukan secara berkesinambungan dan disesuaikan dengan tuntutan perubahan dinamis dalam lingkungan strategis Penelitian Pertanian memegang peranan penting dalam mendukung pencapaian Visi dan Misi Badan Litbang Pertanian. Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien dan telah dilakukan melalui penerbitan dua peraturan, yakni Keputusan Presiden 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara dan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang status, tugas, dan fungsi Eselon Departemen dan Susunan Organisasi, tugas, dan Fungsi Kementerian Negara.Pelaksanaan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61 tahun 2010 Departemen Pertanian pada umumnya dan Badan Litbang Pertanian dan pada khususnya terus melakukan penataan organisasi, dengan mengajukan 50 UK dan UPT Badan Litbang Pertanian untuk mengubah nomenklatur "Departemen Pertanian" menjadi "Kementerian Pertanian". Beberapa kondisi strategis, antara lain peningkatan tugas dan fungsi puslitbang dan balai milik Badan Litbang Pertanian, juga untuk memaksimalkan fungsi kebun percobaan.Restrukturisasi organisasi yang dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian terhadap pusat-pusat penelitian dan balai-balai penelitian sedang dalam proses persetujuan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan framing Keputusan Menteri Pertanian untuk menentukan ruang lingkup manajemen organisasi Badan Litbang Pertanian. Strukur organisasi yang ada pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian sebagai berikut:

Keterangan

PUSLITBANGTAN

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

PUSLITBANGHORTI

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura

PUSLITBANGBUN

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

PUSLITBANGNAK

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

PSEKP

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

PUSTAKA

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian

BB PASCAPANEN

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

BB BIOGEN

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

BBPMP

Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian

BB SDLP

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

BB PENGKAJIAN

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

BB PADI

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

BBALITVET

Balai Besar Penelitian Veteriner

BALITKABI

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

BALITSEREAL

Balai Penelitian Tanaman Serealia

BALITSA

Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BALITBU TROPIKA

Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika

BALITHI

Balai Penelitian Tanaman Hias

BALITJESTRO

Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika

BALITTRO

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

BALITTAS

Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat

BALITKA

Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain

BALITTRI

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri

BALITNAK

Balai Penelitian Ternak

BALITTRA

Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa

BALITTANAH

Balai Penelitian Tanah

BALITKLIMAT

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

BALINGTAN

BalaiPenelitian Lingkungan Pertanian

BALAI PATP

Balai Pengkajian Alih Teknologi Pertanian

BPTP

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

LOLITTUNGRO

Loka Penelitian Penyakit Tungro

LOLITSELA

Loka Penelitian Tanaman Sela Perkebunan

LOLITSAPI

Loka Penelitian Sapi Potong

LOLITKAMBING

Loka Penelitian Kambing Potong

BPTP memiliki program-program kerja yang dilakukan, namun ada tiga yang merupakan program yang besar yaitu :1. Pendampingan program strategis nasionalPendampingan kawasan agribisnisPendampingan swasembada daging sapiPendampingan swasembada tebu2. Pengkajian penelitian Iklim = Kalendar tanaman terpadu (padi), rekomendasi pupuk, OPT Lokasi = modeling penyediaan berasPengkajian peta agroPengelolaan sumberdaya genetikPasca panenIntegrasi tanaman ternak (jagung, kakao dengan ternak kambing)3. Desiminasi Sosoalisasi dan advokasi teknologi pertanian Pameran agroinovasi Penyebaran melalui multimedia

BPTP juga memiliki beberapa permasalahan diantaranya adalah : 1. Ketersediaan lahan : alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasanlahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang berdampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri.2. Infrastruktur dan irigasiDi Yogyakarta, sistem irigasi kurang baik sehingga kurang dapat memenuhi ketersedian air yang dibutuhkan untuk kebutuhan pertanian. 3. SDMSumber daya penyuluh dan ahli yang ada di daerah Yogyakarta masih kurang memenuhi untuk bisa memberikan penyuluhan secara merata di kaasan Yogyakarta. 4. PembiayaanMasalah pembiayaan menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi BPTP untuk memberikan penyuluhan kepada petani tentang teknologi yang lebih modern. Terkadang teknologi terbaru yang diberikan penyuluh, belum dapat diikuti oleh petani karena membutuhkan modal yang tinggi. 5. Teknologi hilir.

Menurut BPTP beberapa cara yang dipakai untuk mengatasi masalah yang ada yaitu :1. Rekomendasi pertanian lahan keringLahan kering yang berada di Yogyakarta mulai di manfaatkan menjadi lahan pertanian yang produktif untuk proses pertanian. Karena di daerah Yogyakarta masih banyak lahan yang belum diusahakan sebagai lahan untuk pertanian.2. Kampung sayurPemberdayaan perkampungan yang ada di wilayah Yogyakarta untuk dijadikan kampung yang menanam komoditas 1 jenis sayur. Misalnya kampung A karena berada di wilayah pegunungan yang memiliki suhu yang dingin diusahakan penanaman sayur kubis. Sedangkan kampung B berada di daerah yang memiliki suhu sedang ditanam tanaman padi. Pemilihan solusi ini bertujuan agar di daerah Yogyakarta memiliki banyak komoditas tanaman yang dapat diusahan agar supaya adanya keberagaman tanaman yang diusahan. 3. Pengendalian hama tikusBanyaknya permasalahan hama tikus membuat para penyuluh harus melakukan penyuluhan secara intensif kepada para petani untuk mengetahui cara-cara pengendalian hama tikus.4. Irigasi gravitasi kapilerSolusi ini diharapkan dapat membantu penggunaan air lebih efektif untuk digunakan, karena penyiraman dengan metode ini hanya menyiram di daerah tumbuhannya itu sendiri.

III. PENUTUPA. KesimpulanB. Saran