laporan drainase
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
I. Pendahulaan
1.1. UmumLimbah cair domestik ialah bahan buangan yang timbul akibat adanya
aktivitas manusia muali dari ekskresi, memasak, mencuci, dan sebagainya.
Penggunaan air bersih setiap manuasia akan mengakibatkan munculnya air
limpasan buangan yang tidak dipakai lagi karena tidak semua air yang dikonsumsi
manusia menjadi barang atau bagian yang diproduksi. Cemaran air domestik yang
umumnya sifatnya organo-mikrobiologis dan berasal dari rumah tangga,
perkantoran, fasilitas hotel, tempat hiburan, daerah komersil dan fasilitas umum
lainnya yang digunakan manusia dalam kegiatan sehari-hari.
Limbah cair tidak dapat secara langsung dibuang ke badan air terdekat
karena dapat dipastikan kandungan pencemarnya akan melebihi ambang batas
yang ada. Ketika limbah ini tidak ditangani dengan baik maka akan
mengakibatkan timbulnya berbagai macam masalah di lingkungan sekitar maupun
kesehatan. Pembungan limbah ini secara langsung ke badan air akan merusak
kualitas air baku dan ekosistem di dalamnya dan pada akhirnya akan menurunkan
kualitas lingkungan khususnya kualitas air bersih yang ada (sungai atau air tanah).
Kulitas air yang semakin berkurang maka akan langsung berdapak pada
kuantitas air bersih yang dapat dikonsumsi. Karena hal tersebut diperlukan
penangan air limbah sebelum dibuang ke badan air dengan membangun Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau Banguna Pengolahan Air Buangan (BPAB).
Selain itu diperlukan pula suatu saluran air buangan untuk mengalirkan tibulan
limbah cair menuju ke IPAL.
Prinsip dari perancangan saluran air buangan ialah merancang suatu sistem
jaringan yang dapat mengalirkan air buangan (limbah) ke Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL). Melalui jarak yang sesingkat-singkatnya agar waktu yang
dibutuhkan singkat dan dalam biaya penginstalasian pipa yang ekonomis.Serta
elevasi yang digunakan harus tepat agar air limbah dapat dialirkan secara gravitsi
dan endapan atau sedimentasi yang terbentuk tidak sampai mengganggu dan
membentuk clogging.
Kawasan Surya Education Village berada di Kecamatan ..., Kabupaten
Kabupaten Tangerang dan Bogor. Kawasan ini mempunyai luas area ... ha, yang
1
terdiri dari area pendidikan, beberapa kompleks perumahan, beberapa rusunawa,
pusat kuliner, area rekreasi dan sebagainya. Kawasan ini diproyeksikan menjadi
kawasan yang berwawaskan lingkungan yang sehat, nyaman, dan bersih maka
diperlukan suatu sistem penyaluran air buangan pada kawasan ini. Sebagaimana
yang tercantum dalam UU No. 28 tahun 2008 perihal bangunan kesehatan, suatu
bangunan (gedung dan sebagainya) membutuhkan suatu sistem sanitasi. Lingkup
sanitasi yang dimaksud ialah kebutuhan sanitasi yang harus tersedia di dalam
ataupun luar bangunan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan pembunagan
air kotor (limbah), pembuangan kotoran sampah serta penyaluran air hujan.
Berdasar pada hal tersebut maka, Sistem saluran air buangan (limbah) perlu
adanya untuk kawasan ini untuk disalurkan ke IPAL untuk diolah sehingga, pada
akhirnya dapat dikembalikan lagi ke badan air(sungai) dalam kondisi yang aman
dan sesuai dengan baku mutu dari peraturan yang mengikat.
1.2. Latar BelakangAkan datangnya penduduk yang mendiami gedung-gedung dan perumahan
di kawasan Surya Education Village maka akan timbul kebutuhan air, dari hasil
konsumsi air tersebut makan akan muncul timbulan air buangan (limbah). Karena
hal inilah diperlukan pengaturan yang baik dalam pendistribuasian saluran air
buangannya yang akan disalurkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
sebelum dikembalikan lagi ke badan. Kebutuhan air yang semakin besar
merupakan dasar dari semakin besarnya debit timbulan air buangan.
Sistem saluran pembuangan air limbah domestik ini ialah jenis sistem
saluran tertutup yang mengarah ke IPAL yang telah ditentukan berdasarkan sektor
dan bebannya yang nantinya setelah diolah akan dikembalikan lagi ke badan air
terdekat, yaitu ke badan sungai. Dengan penyaluran langsung ke IPAL dan diolah
lalu dikembalikan lagi ke badan air setempat, diharapkan dapat:
a. Mencegah pencemaran ligkungan akibat pembuangn limbah langsung
ke badan air
b. Mencegah penyebaran penyakit menular dari sistem sanitasi yang
kurang baik
c. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
2
1.3. Tujuan LaporanAdapun tujuan utama laporan ini dibuat sebagai berikut:
a. Mendesain saluran air buangan (limbah) dengan memuat perhitungan
dan pendimensian tiap unit sesuai dengan kebutuhan lokasi studi, yaitu
Surya Education Village.
b. Membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Bill of Quantity (BOQ)
sehingga dapat dilihat proyeksi keekonomisannya.
1.4. Tinjauan Pustaka1.4.1. Pengertian Air Limbah cair
Limbah cair ialah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud
cair, yang pada umumnya dihasilkan oleh voluters baik limbah rumah tangga
maupun industri adalah dalam bentuk air yang dibuang ke sungai (PP 82 tahun
2001). Bawasannya limbah cair ialah suatu produk sampingan yang dihasilkan
oleh suatu proses produksi baik industri ataupun rumah tangga (domestik), yang
mana keberadaannya disuatu waktu dan tempat tertentu tidak diinginkan karena
tidak memiliki nilai ekonomis. Kehadiran limbah cair akan menggangu atau
berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia bila pada jumlah
dan konsentrasi tertentu, sehingga diperlukan adanya penanganan lebih lanjut
terhadap limbah cair ini.
Limbah cair dometik (rumah tangga) ialah air yang sudah tidak terpakai
dan tidak dapat digunakan kembali untuk suatu tujuan tertentu. Umumnya limbah
cair ini terbentuk dari dua sumber utama, yaitu dari kotran manusia (tinja)
maupun dari aktivitas dapur, dan kegiatan mencuci. Jumlah air limbah yang
dihasilkan dari rata-rata koonsumsi air bersih manusia (120-140 Liter/Orang/hari),
umumnya berkisar antara 50-80% (Metcalf and Eddy, 1991). Untuk cakupan dari
klasifikasi limbah domestik ini sendiri mencakap aktivitas rumah tangga, kantor,
hotel, restoran, rumah sakit yang mana pada umumnya berasal dari aktivitas
mandi, cuci, masak dan kakus. Air limbah domestik dapat dikelaskan menjadi
beberapa jenis, diantaranya (Mara,2004):
a. Black water
3
Merupakan Air limbah yang berasal dari kativitas kakus
b. Grey Water
Merupakan air limbah yang berasal dari aktivitas mencuci, dan apapun
yang menggunakan sabun.
1.4.2. Karakteristik Limbah Cair Domestik
a. Air limbah yang berasal dari aktivitas kakus
No
.
Parameter Satua
n
Konsentrasi
1. pH - 6.5 - 7.0
2. Temperatur oC 37
3. Amonium mg/L 25
4. Nitrat mg/L 0
5. Nitrit mg/L 0
6. Sulfat mg/L 20
7. Phospat mg/L 30
8. CO2 mg/L 0
9. HCO3 mg/L 120
10. BOD5 mg/L 220
11. COD mg/L 610
12. Klorida mg/L 45
13. Total Coliform MPN 3 x 105
Tabel 1.1. Karakteristik Air Limbah Kakus
(sumber: Laboratorium Balai Lingkungan Permukiman, 1994)
4
b. Air limbah yang berasal dari aktivitas non-kakus
No. Parameter Satuan Konsentrasi
1. pH - 8.5
2. Temperatur oC 24
3. Amonium mg/L 10
4. Nitrat mg/L 0
5. Nitrit mg/L 0.005
6. Sulfat mg/L 150
7. Phospat mg/L 6.7
8. CO2 mg/L 44
9. HCO3 mg/L 107
10. DO mg/L 4.01
11. BOD5 mg/L 189
12. COD mg/L 317
13. Klorida mg/L 47
14. Zat Organik mg/L 554
15. Detergen mg/L 2.7
16. Minyak mg/L < 0.05
Tabel 1.2. Karakteristik Air Limbah Non-Kakus
(sumber: Laboratorium TL ITB, 1994)
1.4.3. Pengolahan dan Pengaliran Air Limbah
Prinsip pengolahan air limbah adalah mengurangi ataupun menghilangkan
kontaminan yang terdapat pada air buangan (limbah), sehingga tidak mengganggu
lingkungan. Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurangi BOD,
dan membunuh bakteri pathogen serta mengurangi senyawa beracun yang
berbahaya sampai konsentrasinya menjadi lebih rendah. Tujuan dari pengolahan
limbah juga bergantung dari tipe air limbah yang masuk.
5
Limbah cair disalurkan dari berbagai sumber dan sektor area ke Instalasi
Pengolahan Air Limbag (IPAL) melalui sistem perairan tertutup. Sistem
perpipaan ini dikelompokan menurut sumber limbah dan cara pengaliran.
Pembagaian sistem salurannya adalah sebagai berikut:
a. Menurut sumber limbah
Limbah yang dapat masuk ke sistem distribusi pipa ada yang berasal
dari air hujan dan juga dari limbah domestik. Saluran perpipaan dapat
dibagi menjadi tiga kelompok, diantaranya (Gunadarma.1997):
i. Sistem Terpisah (separated system)
Sistem ini memisahkan penyaluran antara air hujan dan air
buangan (limbah). Pemilihan sistem ini didasarkan pada
beberapa faktor, diantaranya:
1. Periode musim hujan dan kemarau terlalu lama.
2. Kuantitas air yang jauh berbeda antar air limbah dan air
hujan.
3. Air limbah memerlukan pengolahan sebelum dibuang ke
badan air sedangkan air hujan dapat langsung dibunang
tanpa perlu adanya perlakuan khusus terlebih dahulu.
Gambar 1.1. Sistem Terpisah (separated system)
6
Keuntungan:
1. Sistem saluran yang dipisah menjadikan dimensi yang lebih
kecil daripada sistem tercampur, sehingga memudahkan
dalam pembuatan dan pengoprasiannya.
2. Penggunaan sistem terpisah mengurangi bahaya bagi
kesehatan masyarakat.
3. Pada IPAL tidak ada tambahan beban kapasitas, karena
penambahan debit dari air hujan.
4. Pada sistem ini untuk saluran air buangan bisa dirancang
“sef-cleaning”, baik pada musim kemarau maupun pada
musim hujan.
Kerugian:
Harus membuat 2 saluran perpipaan sehingga memerlukan
tempat yang luas dan biaya penggalian yang cukup besar.
ii. Sistem Tercampur (combined system)
Pada sistem perpipaan ini, air bungan dan air hujan disalurkan
melalui satu saluran yang sama. Saluran ini harus tertutup.
Pemilihan sistem ini didasarkan pada beberapa faktor yang
harus dipertimbangkan, antara lain:
1. Debit air hujan dan air buangan relatif kecil sehingga dapat
disatukan.
2. Kuantitas air hujan dan buangan tidak jauh berbeda.
3. Fluktuasi curah hujan dari tahun ke tahun relatif kecil.
7
Gambar 1.1. Sistem Tercampur (combined system)
Keuntungan :
1. Hanya memerlukan satu sistem penyaluran pipa saja,
sehingga dalam pemelihannya lebih ekonomis
2. Terjadi pengenceran dari air hujan dengan air buangan
sehingga konsentrasi air bunagan menurun
Kerugian :
Diperlukan area yang luas untuk menempatkan instalasi
tambahan untuk penanggulangan disaat tertentu.
iii. Sistem kombinasi (pscudo separate system)
Sistem ini merupakan modifikasi dari Sistem Tercampur,
yang mana limbah cair dan air hujan akan disatukan
penyalurannya saat musim hujan, air hujan berfungsi sebagai
penggelontor dan pengencer. Kedua saluran ini tidak bersatu
tapi dihubungkan dengan sistem perpipaan interseptor.
8
Gambar 1.1. Sistem kombinasi (pscudo separate system)
Faktor tang digunakan sebagai alasan untuk memilih sistem
ini ialah:
1. Perbedaaan yang signifikan antara kuantitas limbah cair
atau air buangan dan kuantitas air dari curah hujan yang
ada di daerah tersebut.
2. Umumnya digunakan di kota yang dilaluisungai
sehingga air hujan dapat secepatnya dibuang ke sungai.
3. Periode musim kemarau dan hujan yang cukup lama
serta fluktuasi air hujan tidak tetap.
b. Menurut sistem pengaliran
Pembagian sistem ini berdasarkan pada letak dan topografi daerah
yang akan dirancang. Pembagiannya adalah sebagai berikut:
i. Sistem pengaliran gravitasi
Sistem ini beroperasi dengan sederhana dan alami karena
menggunakan elevasi dan memanfaatkan sifat caiaran yang
selalu mengalir ke bawah atau ke tempat yang lebih rendah
karena adanya gaya gravitasi. Sistem ini digunakan bila badan
air atau IPAL berada di bawah elevasi daerah pelayanan dan
menggunakan potensial yang tinggi terhadap daerah pelayanan
yang jauh.
9
ii. Sistem pemompaan
Sistem ini menggunakan alat tambahan berupa pompa untuk
membantu membawa limbah mencapai tempat yang lebih
tinggi untuk ke IPAL ataupun ke badan air setempat. Sistem ini
digunakan apabila elevasi IPAL atau badan air lebih tinggi dari
elevasi daerah pelayanan.
iii. Sistem kombinasi
Sistem ini digunakan apabila limbah cair mengalir secara
gravitasi dari daerah pelayanan yang selanjutnya dialirkan ke
IPAL dengan menggunakan pompa atau reservoir.
c. Menurut penyaluran air buangan (TTPS, 2010)
i. Sistem sanitasi setempat
Sistem sanitasi setempat (on-site sanitation) merupakan sistem
pembuangan air limbah yang air limbah tidak dikumpulkan
serta disalurkan ke dalam suatu jaringan saluran yang akan
membawanya ke IPAL ataupun ke badan air penerima
setempat, melainkan dibuang ditempat. Sistem ini digunakan
jika aspek lokasi beserta teknisnya dapat dipenuhi atau sesuai
dengan persyaratan dan menggunakan biaya yang relatif
rendah.
Kelebihan sistem ini ialah:
a. Biaya pembuatan lebih murah.
b. Biaya dibuat oleh sektor ataupun pribadi.
c. Teknologi dan sistem pembuangannya cukup sederhana.
d. Operasi dan pemeliharaan merupakan tanggung jawab
pribadi.
Kekurangan sistem ini ialah:
a. Umumnya tidak disediakan untuk limbah dari dapur, mandi
dan cuci.
10
b. Mencemari air tanah bila saat pembuatannya tidak sesuai
syarat dan standar teknis yang ada.
Kriteria yang harus dipenuhi pada penerapan sistem setempat,
antara lain (DPU, 1989):
a. Kepadatan penduduk kurang dari 200 jiwa/ha.
b. Kepadatan penduduk 200 – 500 jiwa/ha masih
memungkinkan dengan syarat penduduk tidak
menggunakan air tanah.
c. Tersedia truk penyedotan tinja.
Gambar 1.4. Sistem sanitasi setempat (on-site sanitation)
ii. Sistem sanitasi terpusat
Sistem ini merupakan sistem pembuangan air buangan
domestik (mandi, cuci, dapur, dan kakus) yang disalurkan ke
luar lokasi sumber berasal, dari masing-masing bangunan ke
saluran pengumpul air buangan dan selanjutnya secara terpusat
ke IPAL sebelum dibuang ke badan perairan.
11
Gambar 1.5. Sistem sanitasi terpusat (off-site sanitation)
Penyaluran limbah cair dimulai dengan sistem perpiaan dari alat plambing
di setiap bangunan dan menuju ke saluran induk atau saluran utama. Kemiringan
aliran harus cukup agar tidak terbetuk sedimentasi karena aliran sangat lambat dan
“self-cleaning” tetap terjadi agar kondisi pipa saluran tetap bersih dan terjaga dari
penyumbatan. Variasi kecepatan aliran umumnya antara 0.6 m/s sampai dengan
0.75 m/s. Pada daerah tropis kecepatan yang dianjurkan adalah sekitar 0.9 m/s
(Soeparman dan Suparmin, 2002).
1.4.4. Jenis Bahan Pipa Saluran Limbah Cair
Pipa yang digunakan untuk pembuatan saluran air buangan tidak hanya
satu macam karena didasarkan oleh beberapa faktor, diantaranya (Halim, 2002):
a. Kondisi lapangan (drainase, topografi, jenis tanah, dan kemiringan)
b. Karakteristik aliran dan koefisien gesekan
c. Ketahanan Material terhadap kondisi setempat (lifetime)
d. Ketahanan terhadap gerusan / gesekan
e. Ketahanan terhadap asa, basa, dan korosi
f. Kemudahan dalam penanganan dan instalasinya (tenaga terampil)
g. Ketersediaan dalam berbagai ukuran yang dibutuhkan
h. Kehematan
12
Bahan yang umumnya digunakan untuk saluran perpipaan limbah buangan
cair, diantaranya (Okun dan Ponghis):
a. Pipa asbes semen (asbestos cement pipe)
Pipa asbes semen cukup tahan terhadap korosif akibat sifat asam
dari kondisi bawaan limbah yang sangat septik dan pada tanah alkalis.
b. Pipa beton (concrete pipe)
Umumnya pipa jenis seperti ini digunakan untuk saluran Air
buangan ukuran kecil sampai sedang (diameter 600 mm). Untuk perawatan
pipa jenis ini termasuk mudah penanganannya akan tetapi tidak tahan
terhadap asam.
c. Pipa besi cor (cast iron pipe)
Pipa ini dapat digunakan untuk penggunaan jangka panjang karena
kuat menahan beban dan karakter aliran yang baik. Akan tetapi untuk
biaya awal sangat tidak ekonomis (mahal), dan penggunaannya hanya di
kondisi daerah tertentu (misal tidak dapat digunakan untuk melintasi
rawa).
d. Pipa tanah liat (vertrified clay pipe)
Pipa ini sangat tahan terhadap korosi akibat dari hasil reaksi H2S
limbah cair, akan tetapi pipa ini mudah pecah, tidak kuat terhadap tekanan
berlebih dan pipa ini dicetak dalam ukuran yang pendek.
e. PVC (polyvinyl cloride)
Pipa ini banyak sekali digunakan karena sangat mudah dalam
penyambungan, ringan, tahan korosi, tahan asam, fleksibel, dan
karakteristik aliran sangat baik.
13
No Bahan Diameter
(inch)
Panjang
(m)
Standar Korosif
dan
Erosi
Kekuatan Jenis
Sambungan
1. Pipa
Beton
12 -144 1.2 – 7.4 ASTMC
76
Tidak
Tahan
Kuat Bell spigot
2. Tanah
liat
4 – 48 1 – 2 ASTMC
700
Tahan Mudah
pecah
Mortar,
rubber gasket
3. Pipa
Asbes
4 – 42 2.5 AWWA
C 400
Tidak
Tahan
Kuat Collar,
Rubber ring
4. Cast
Iron
2 – 48 6.1 AWAA
C 100
Tidak
Tahan
Sangat
Kuat
Bell spigot,
Flanged
Mechanical
5. Pipa
baja
8 – 252 1.2 – 4.6 AWWA
C 200
Tidak
Tahan
Kuat Bell spigot,
socket
6. PVC 4 – 15 3.2 ASTMD
302
Tahan Cukup Flexible
rubber,
gasket
7. HDPE 6 -36 6.3 ASTMD
3212
Tahan Kuat Rubber
gasket,
tightbell,
coupler
Tabel 1.3. Perbandingan Bahan Saluran (sumber: Metcalf & Eddy,
1991)
II. Metode Penelitian
2.1 Prosedur Perencanaan
14
Berikut adalah persamaan-persamaan yang digunakan untuk
mengkalkuklasikan perhitungan-perhitungan hidrolis dan penggunaan air bersih
per hari juga produksi air limbah per hari.
1. Menghitung Qpeaka. Pertama hitung dulu estimasi total pemakaian air
Qd( liter
hari)=
Estimasi penduduk (orang )
Estimasi penggunaan(
literoranghari
)
b. Kemudian hitung estimasi limbah yang dihasilkanQ ave limbah=80 %× Qd(estimasi total pemakian perhari)
c. Hitung Qpeak
Qp( literjam
)=Q ave limbah ( liter
hari)
peak time( jamhari
)
2. Perhitungan hidrolisa. Menghitung Qfull
Qfull= QpQp /Qf
Ket: Qp = QpeakQp/Qf = didapat dari kurva hidrolik pipa air buangan dengan menentukan d/D
b. Menghitung Slope
S= ∆ HL
Ket:S = slope∆ H = selisih kedalamanL = panjang pipa yang diinginkan
c. Menghitung Diameter
Qfull=0,3117n
×[ D ]83 ×[S]
12
Ket :n = Koefisien Manning D = DiameterS = Slope
15
d. Q full cek, untuk mengetahui debit maksimal dalam pipa
Qfull=0,3117n
×[ D ]83 ×[S]
12
Rumus hazen williams1. Menghitung kehilangan tekanan pada jalur pipa i
hi=( Q0,2785 C D2,63 )
1,85
Li
2. Major Losses
h f=( Q0,2785C D2,63 )
1,85
L
Dimana:Q = Debit aliran (m3/detik)C = Koefisien Hazen WilliamsD = Diameter pipa (mm)L = Panjang pipa (m)
Cara menentukan nilai C =Jenis Pipa Harga C Keterangan
ACP140 Baru130 Perencanaan
Besi dengan Las140 Baru100 Perencanaan
Beton140 Baru130 Perencanaan
CIP, coated130 Baru100 Perencanaan
Plastik dan PVC140 Baru130 Perencanaan
Tabel 2.1. Tabel Nilai Koefisien Hazen Williams(Sumber: Fair, Geyer, dan Okun, 1971)
Darcy Weisbach1. Minor Losses
h f=K V 2
2 gAtau bisa menggunakan prinsip ekivalensi terhadap panjang pipa :
f ( Leq
D )( V2g )=K V 2
2 gmaka Leq=
K × Df
16
Dimana:K = koefisien kehilangan tekananV = Kecepatan aliranD = diameterg = gravitasi
Penentuan Nilai K :
Jenis Perlengkapan Pipa Harga KGate Valve kondisi:
Terbuka penuh 0.2 ¼ terbuka 1.2 ½ terbuka 5.6 ¾ terbuka 2.4
Angle Valve kondisi terbuka penuh 2.5Butterfly Valve kondisi:
Sudut bukaan 10o 1 Sudut bukaan 40o 10 Sudut bukaan 70o 920
90o Elbow dengan: Regular flange 0.21 – 0.3 Long radius flange 0.14 – 0.23 Short radius screwed 0.9 Medium radius screwed 0.75 Long radius screwed 0.6
Sudden Contraction d/D = ¼ 0.42 d/D = ½ 0.33 d/D = ¾ 0.19
Sudden Enlargement d/D = ¼ 0.92 d/D = ½ 0.56 d/D = ¾ 0.19
Tabel 2.2. Tabel Koefisien Kehilangan Tekanan(Sumber: Practical Hydrolics for The Public Work Engineer, 1968)
Rumus penentuan diameter pipa
D=√ 4 Qdv π
Koefisien manning
Permukaan NMinimum Maksimum
17
III. Hasil dan Pembahasan
3.1 Layout JaringanPada desain ini, kami membagi sub-area pelayanan menjadi 3 bagian inti,
dimana pada masing-masing area disediakan instalasi pengolahan air limbah
tersendiri yang melayani beberapa sektor dari SEV ini. Peletakan IPAL
ditempatkan pada lokasi dengan muka tanah yang relatif rendah. Hal ini
dilakukan karena desain kami menggunakan metode transpor (air limbah)
menggunakan gravitasi dan tanpa pompa.
18
(Gambar 3.1 Jalur Pipa Air Buangan Surya Education Vilage)
(Gambar 3.2 Jalur Pipa Air Buangan Sub-area IPAL Dimitry I)
19
(Gambar 3.3 Jalur Pipa Air Buangan Sub-area IPAL Dimitry II)
20
(Gambar 3.4 Jalur Pipa Air Buangan Sub-area IPAL Dimitry Mini)
3.2 Kriteria Perencanaan Pembuangan Air Limbah
3.3 Perhitungan Beban AliranBerikut adalah penentuan sub-area pelayanan dan perhitungan kapasitas
aliran dari proyek kami.
21
(Tabel 3.1 Sub-area Pelayanan IPAL Dimitry I)
(Tabel 3.2 Sub-area Pelayanan IPAL Dimitry II)
(Tabel 3.3 Sub-area Pelayanan IPAL Dimitry III)
3.4 Perhitungan Dimensi Saluran
22
3.4.1 Gradien, Kekasaran dan Kecepatan Minimal
3.4.2 Hitungan Hidrolik Pipa Cabang
3.4.3 Hitungan Hidrolik Pipa Inti
3.5 Rencana Bangunan Pelengkap
3.5.1 Manhole
3.5.2 Valve
3.6 Rencana Anggaran Biaya
3.7 Gambar
IV. Kesimpulan dan Saran
23