laporan ekologi tumbuhan frekuensi jenis tumbuhan, kerapatan dan kerimbunan

Upload: mohamadredzka

Post on 19-Oct-2015

236 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

FREKUENSI JENIS TUMBUHAN, KERAPATANDAN KERIMBUNAN

KELOMPOK 4HANNA HANIFA (1210702028)

Program Studi BiologiFakultas Sains dan TeknologiUIN Sunan Gunung Djati Bandung

ABSTRAKDalam praktikum ini telah dilakukan pemetaan sederhana yang berlokasi di areal terbuka Al-Jawami pada tanggal 21 Maret 2012. Hal yang menjadi objek pengamatan adalah frekuensi, kerapatan dan kerimbunan tumbuhan. Frekuensi menunjukkan persebaran suatu jenis pada suatu petak cuplikan. Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Nilai frekuensi tertinggi terdapat pada spesies 2 dan 3 yaitu berupa tanaman rumput. Tumbuhan yang memiliki kerapatan paling tinggi adalah tumbuhan spesies 2, dan kerapatan yang paling rendah adalah tumbuhan spesies 19. Karena spesies 2 ada pada semua plot (1-5), dan spesies 19 hanya ada di plot 5. Hal itu menunjukan bahwa spesies 2 mendominasi suatu populasi yang ada di dalam area tersebut. Tumbuhan yang memiliki kerimbunan tertinggi adalah spesies 2. Semakin tinggi nilai frekuensi dan kerapatan, maka semakin baik pula ekosistem yang ada pada area tersebut. Keyword: frekuensi, kerapatan, kerimbunan, ekosistem

PENDAHULUANFrekuensi menunjukkan persebaran suatu jenis pada suatu petak cuplikan. Penghitungan data frekuensi suatu jenis tidak memperhitungkan aspek kerapatan atau kelimpahan. Oleh karena itu, frekuensi lebih menunjukkan derajad persebaran atau kehadiran individu dari jenis yang bersangkutan. Pola persebaran suatu jenis sangat berkaitan erat dengan kapasitas reproduksi dan kemampuan adaptasi jenis tersebut terhadap lingkungan (Barbour, 1999).Frekuensi suatu jenis = x 100% Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Cara perhitungan densitas tidak dengan menghitung semua individu yang ada dalam suatu area. Cara yang digunakan adalah dengan menggunakan sampling area. Luas sampling area adalah 1% dari luas area total yang diamati. Pengamatan area sampling dilakukan secara acak dengan penggunakan kuadrat. Kuadrat adalah sembarang bentuk yang diberi batas dalam suatu vegetasi, sehingga penutup seperti densitas dan dominansi dapat diperkirakan ataupun dihitung. Ukuran kuadrat sangat tergantung pada tipe vegetasi yang diamati. Pada tumbuhan yang anual dengan homogenitas yang tinggi maka ukuran kuadrat dapat sangat kecil, sedangkan pada pohon dapat digunakan ukuran 10-50 m dalam satu sisi (Hadjosuwarn, 1990). Kerapatan = Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan (Suprianto, 2001). Sedangkan menurut Syafei (1990), kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat.Kerimbunan =

Manfaatnya adalah memberikan beberapa informasi ilmiah kepada praktikan mengenai frekuensi tumbuhan, kerapatan tumbuhan dan kerimbunan tumbuhan suatu komunitas. Dengan mengetahui berbagai informasi, mengenai frekuensi tumbuhan, kerapatan tumbuhan dan kerimbunan tumbuhan suatu komunitas tertentu praktikan akan dapat mengontrol dan mengupayakan pencegahan untuk menangani berbagai masalah lingkungan sekitar demi terciptanya keseimbangan yang harmonis di alam. Tujuan praktikum adalah menentukan frekuensi berbagai jenis tumbuhan dala suatu daerah, menentukan kerapatan berbagai spesies dalam daerah vegetasi tertentu dan menentukan kerimbunan vegetasi pada suatu daerah.

METODEPraktikum ini dilakukan pada hari selasa, 20 Maret 2012. Bertempat di areal terbuka Al-Jawami.Alat yang digunakan yaitu, kuadrat dengan ukuran yang sesuai, pita pengukur atau meteran, buku data atau catatan, alat tulis, penggaris, dan tali. Tahapan PraktikumAdapun tahapan praktikum sebagai berikut, pada penentuan frekuensi pertama diletakkan kuadrat secara acak pada sejumlah tempat pengambilan contoh (p.c), kemudian diidentifikasi spesies/jenisnya atau bedakan sebagai 1, 2, 3 dan seterusnya. Jika spesies tidak teridentifikasi secara taksonomi, kumpulkan dan letakan dengan selotif, gunakan ciri-ciri dengan identifikasi yang sama (1,2,3 dan seterusnya). Ditentukan ada atau tidak adanya masing-masing jenis dalam setiap segmen (kuadrat) dan ditabulasikan datanya. Dilakukan pencatatan pada 5 pengambilan contoh. Disusun dalam daftar dan ditentukan jenis tumbuhan mana yang harga frekuensinya paling tinggi. Data yang ada dikelompokan dan dijumlahkan semua jenis tumbuhan pada 5 tempat pengambilan contoh kemudian dibuat grafik. Berdasarkan grafik, ditentukan jumlah tempat p.c yang diperlukan dalam menganalisa vegetasi dengan ukuran yang telah ditentukan. Pada penentuan kerapatan, pertama diletakan kuadrat dengan ukuran yang sesuai secara acak pada sejumlah tempat dalam daerah yang dipelajari. Diidentifikasi spesiesnya atau dibedakan sebagai spesies 1, 2, 3 dan seterusnya. Dihitung individu-individu dari setiap spesies dan setiap segi empat kuadratnya. Dicatat data pengamatan dalam bentuk tabel. Jika sulit diidentifikasi secara taksonomi di lapangan, kumpulkan dan letakan dengan selotif, gunakan ciri-ciri dengan identifikasi yang sama (1,2,3 dan seterusnya).Pada penentuan kerimbunan, pertama dibuat dua garis panjang 1 m dengan jarak satu dengan yang lainnya 20 cm dengan menembus suatu vegetasi. Diukur panjang jenis tumbuhan yang ada sepanjang garis dengan mengguunakan penggaris. Untuk rumput dan herba diukur pada bagian dasarnya.

HASI DAN PEMBAHASANPada proses pengamatan dapat diketahui bahwa kondisi ekositem di areal terbuka Al-Jawami didominasi oleh tanaman rumput dan herba, dan didominasi oleh hewan jenis serangga. Kehadiran setiap organisme pada setiap tempat adalah hasil dari perpaduan dengan keadaan lingkungan setempat. Penyebaran tumbuhan di dunia selain karena sebab-sebab yang terjadi secara alani yaitu perubahan geologis dan iklim dari zainan dahulu sampai sekarang, juga dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia, dimana kegiatan manusia tersebut adalah dengan menambah luas penyebaran, terutama jenisjenis yang berguna bagi kehidupannya (Tjondronegoro, 1979).Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Frekuensi TumbuhanNo. UrutNama spesies tumbuhanJumlah kuadratTotal jumlah kuadrat yang ada spesiesnyaFrekuensi (%)

12345

1Spesies 14/580%

2Spesies 25/5100%

3Spesies 35/5100%

4Spesies 43/560%

5Spesies 52/540%

6Spesies 63/560%

7Spesies 74/580%

8Spesies 84/580%

9Spesies 94/580%

10Spesies 104/580%

11Spesies 112/540%

12Spesies 124/580%

13Spesies 134/580%

14Spesies 141/520%

15Spesies 151/520%

16Spesies 162/540%

17Spesies 171/520%

18Spesies 181/520%

19Spesies 191/520%

Frekuensi merupakan besarnya intensitas ditemukannya suatu spesies organisme dalam pengamatan kberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem. Apabila pengamatan dilakukan pada petak-petak contoh, makin banyak petak contoh yang didalamnya ditemukan suatu spesies, berarti makin besar frekuensi spesies tersebut. Sebaiknya, jika makin sedikit petak contoh yang didalamnya ditemukan suatu spesies, makin kecil frekuensi spesies tersebut. Pada pengamatan kali ini yang memiliki nilai frekuensi yang besar adalah spesies 1 dan 3. Dengan demikian, sesungguhnya frekuensi tersebut dapat menggambarkan tingkat penyebaran spesies dalam habitat yang dipelajari, meskipun belum dapat menggambarkan tentang pola penyebarannya. Spesies organisme yang penyebarannya luas akan memiliki nilai frekuensi yang besar.

Gragik 1. Frekuensi Tuumbuhan

Nilai frekuensi tertinggi terdapat pada spesies 2 dan 3 yaitu berupa tanaman rumput. Semakin tinggi nilai frekuensi, maka semakin baik pula hubungan timbal balik antar mahluk hidup (ekosistem) yang ada pada area tersebut. Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut.

Tabel 2. Data Pengamatan Kerapatan TumbuhanNama spesiesJumlah individu per kuadratTotal jumlah individuJumlah kuadrat yang ada spesiesnyaTotal kuadrat yang dipelajariKerapatan (individu/m2)

12345

Spesies 1113510452

Spesies 224712108615512,2

Spesies 3102221012565511,2

Spesies 41113350,6

Spesies 5123250,6

Spesies 672312352,4

Spesies 7125715353

Spesies 812216451,2

Spesies 97101725455

Spesies 1061116841458,2

Spesies 11437251,4

Spesies 12563012534510,6

Spesies 13322411452,2

Spesies 1422150,4

Spesies 1522150,4

Spesies 16314250,8

Spesies 171717153,4

Spesies 1855151

Spesies 1911150,2

Tumbuhan yang memiliki kerapatan paling tinggi adalah tumbuhan spesies 2, dan kerapatan yang paling rendah adalah tumbuhan spesies 19. Karena spesies 2 ada pada semua plot (1-5), dan spesies 19 hanya ada di plot 5. Hal itu menunjukan bahwa spesies 2 mendominasi suatu populasi yang ada di dalam area tersebut. Semakin tinggi nilai kerapatan, maka semakin banyak pula spesies yang menempati area tersebut. Hal ini tentu saja mempengaruhi ekosistem (hubungan timbal balik antar mahluk hidup) di area tersebut. Di dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem.

Tabel 3. Data Pengamatan Kerimbunanan Tumbuhan TPC 1Nama SpesiesPanjang

Jumlah IndividuTotalKerimbunan %

12345

Sp. 222122015239218,4

Sp. 39101417-5010

Tabel 4. Data Pengamatan Kerimbunanan Tumbuhan TPC 2Nama SpesiesPanjang

Jumlah IndividuTotalKerimbunan %

12345

Sp. 221182321,522105,521,1

Sp. 3-16-3129,576,515,3

Tabel 5. Data Pengamatan Kerimbunanan Tumbuhan TPC 3Nama SpesiesPanjang

Jumlah IndividuTotalKerimbunan %

12345

Sp. 225,527343035151,530,3

Sp. 3232122-228817,6

Tabel 6. Data Pengamatan Kerimbunanan Tumbuhan TPC 4Nama SpesiesPanjang

Jumlah IndividuTotalKerimbunan %

12345

Sp. 22320,521,515,530110,522,1

Sp. 3302731-6112,2

Tabel 7. Data Pengamatan Kerimbunanan Tumbuhan TPC 5Nama SpesiesPanjang

Jumlah IndividuTotalKerimbunan %

12345

Sp. 221,510,50,5222276,515,3

Sp. 3-5,520131755,511,1

Identifikasi Spesies

Gambar 1. Spesies 3 (Sumber: http://www.plantamor.com)

Klasifikasi rumput bebek menurut Link:Kingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub Kelas: CommelinidaeOrdo: PoalesFamili: Poaceae (suku rumput-rumputan)Genus: EchinochloaSpesies: Echinochloa colona (L.) Link.

Gambar 3. Spesies 4(Sumber: http://ngesel.in)

Klasifikasi bandotan menurut Linnaeus:Kingdom: Plantae (Tumbuhan)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: AsteridaeOrdo: AsteralesFamili: Asteraceae Genus: AgeratumSpesies: Ageratum conyzoides L.

Gambar 2. Spesies 8(Sumber: http://ngesel.in)

Klasifikasi Putri Malu menurut Linnaeus:Kingdom= Plantae Divisio = Magnoliophyta Kelas = Magnoliopsida Ordo = Fabales Familia = Fabaceae Subfamilia = Mimosoideae Genus = Mimosa Species = Mimosa pudica L.

KESIMPULANNilai frekuensi tertinggi terdapat pada spesies 2 dan 3 yaitu berupa tanaman rumput. Tumbuhan yang memiliki kerapatan paling tinggi adalah tumbuhan spesies 2, dan kerapatan yang paling rendah adalah tumbuhan spesies 19. Karena spesies 2 ada pada semua plot (1-5), dan spesies 19 hanya ada di plot 5. Hal itu menunjukan bahwa spesies 2 mendominasi suatu populasi yang ada di dalam area tersebut. Tumbuhan yang memiliki kerimbunan tertinggi adalah spesies 2. Semakin tinggi nilai frekuensi dan kerapatan, maka semakin baik pula ekosistem yang ada pada area tersebut.

DAFTAR PUSTAKABarbour, M.G. 1999. Terrestrial Plant Ecology. B. California:Cumings. Hardjosuwarn, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Fakultas Biologi. Yogyakarta : UGM.Suprianto, Bambang. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Bandung : UPI.Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung :ITB. Tjondronegoro, P. D. 1979. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bogor : Bagian Ekologi. Departemen Botani. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.