laporan eksplorasi bb.docx

11
EKSPLORASI AGENS HAYATI CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana DARI SERANGGA HAMA PADA PERTANAMAN PADI DINAS PERTANIAN PROVINSI BANTEN BPTPH PROVINSI BANTEN LABORATORIUM WILAYAH II LEBAK-PANDEGLANG

Upload: kabayan-baduy

Post on 02-Dec-2015

222 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN EKSPLORASI BB.docx

EKSPLORASI AGENS HAYATICENDAWAN ENTOMOPATOGEN Beauveria bassianaDARI SERANGGA HAMA PADA PERTANAMAN PADI

DINAS PERTANIAN PROVINSI BANTENBPTPH PROVINSI BANTEN

LABORATORIUM WILAYAH II LEBAK-PANDEGLANG2015

Page 2: LAPORAN EKSPLORASI BB.docx

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pengendalian hayati dengan pemanfaatan musuh alami

merupakan pengendalian ramah lingkungan yang mendapatkan

perhatian dan dikembangkan untuk menanggulangi serangan OPT

pangan dan hortikultura. Pemanfaatan agens hayati di Jawa Timur pada

saat ini merupakan pengendalian OPT yang banyak dikembangkan. Hal

ini disebabkan karena dalam penerapan pengendalian hayati untuk

menekan serangan OPT terdapat keunggulan dibandingkan dengan

penggunaan pestisida, seperti bisa dibuat sendiri oleh petani, mudah dan

murah serta efektif dalam mengendalikan OPT, selain itu tidak

berdampak negatif terhadap lingkungan. Untuk itu perlu dicari atau

dilakukan eksplorasi, indentifikasi, inventarisasi dan dikembangkan

potensi agens hayati yang ada di wilayah Laboratorium Wilayah II lebak -

Pandeglang.

Pemanfaatan agens hayati untuk mengendalikan patogen masih

populer dan sangat berpotensi. Teknik eksplorasi merupakan kegiatan

mencari sumberdaya alam agens hayati yang tersebar di alam. Pada

prinsipnya dapat dilakukan untuk berbagai agens hayati antara lain

predator, parasitoid, patogen serangga maupun agens antagonis.

Penentuan suatu agens hayati yang berpotensi dalam mengendalikan

patogen tanaman tidak terjadi dengan sendirinya. Agens hayati yang ada

dan sudah terbukti mampu mengendalikan patogen tanaman diperoleh

dengan melalui proses yang panjang.

Banyak penelitian yang membuktikan bahwa cendawan

entomopatogen Beauveria bassiana efektif dalam mengendalikan hama.

Selain itu cendawan tersebut juga memiliki spektrum yang luas, yaitu

dapat mengendalikan beberapa jenis hama seperti walang sangit,

belalang, ulat, tungau, kepik dan lain sebagainya.

Berdasarkan hal tersebut maka Laboratorium Wilayah II lebak -

Pandeglang, melaksanakan kegiatan eksplorasi guna memperoleh

cendawan entomopatogen Beauveria bassiana dari lapang dengan teknik

dan perlakuan yang sederhana, dan selanjutnya untuk dikembangkan

Page 3: LAPORAN EKSPLORASI BB.docx

sebagai isolat atau biakan murni yang kemudian dapat dikembangkan

secara massal oleh petani pengembang agens hayati.

I.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan eksplorasi ini adalah untuk mendapatkan

bahan pengendali OPT yang berwawasan lingkungan dan dapat

dimanfaatkan untuk mengendalikan OPT di tingkat lapangan.

I.3 Manfaat

Tersedianya bahan pengendali OPT berupa agens hayati yang

berwawasan lingkungan dan dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan

OPT di tingkat lapangan.

Page 4: LAPORAN EKSPLORASI BB.docx

II. PELAKSANAAN

II.1Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di

Laboratorium Wilayah II lebak - Pandeglang.

II.2Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain media Potato

Dextrose Agar (PDA), kapas, aquades, kertas tissue dan alumunium foil.

Sedangkan alat yang digunakan meliputi tabung reaksi, pengaduk,

petridish, autoklaf, gelas benda, timbangan, spatula, Erlenmeyer,

mikroskop, kamera, dan jarum oose.

II.3Metode Kerja

Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan eksplorasi adalah

sebagai berikut:

a. Mencari serangga terinfeksi cendawan di pertanaman padi milik petani.

b. Serangga terinfeksi yang ditemukan dimasukan ke dalam cawan petri

plastik berdiameter 9 cm, yang telah dialasi dengan kertas saring, lalu

ditutup rapat untuk menghindari kelembaban udara.

c. Serangga yang terinfeksi cendawan permukaannya disterilkan dengan

natrium hipoklorit 1% atau alkohol 70% selama tiga menit.

d. Kemudian dibilas air steril sebanyak tiga kali dan dikeringanginkan

diatas kertas saring steril.

e. Lalu serangga tersebut diletakkan dalam cawan petri (diameter 9 cm)

berisi tissue lembab steril dan diinkubasikan untuk merangsang

tumbuhnya cendawan.

f. Cendawan yang keluar dari tubuh serangga diambil dengan jarum

inokulasi, dibiakan pada media PDA (Potato Dextrose Agar) dan

diinkubasikan selama tujuh hari pada suhu 23-25OC.

g. Cendawan tersebut lalu diidentifikasi berdasarkan bentuk

morfologinya.

Page 5: LAPORAN EKSPLORASI BB.docx

III. HASIL EKSPLORASI

Pada serangga yang terserang B. bassiana tampak tubuh

serangga mengeras, berubah warna menjadi hitam kecoklatan dan juga

terdapat masa spora yang berwarna putih. Warna koloni isolat B.

bassiana secara makroskopis adalah putih, sedangkan secara

mikroskopis konidia berwarna hialin, berbentuk bulat dan memiliki satu

sel. Hal ini mendukung hasil penelitian Suharto et al., (1998) yang

menyatakan spora B. bassiana berbentuk bulat, bersel satu, hialin dan

terbentuk secara tunggal pada sterigma yang pendek.

C DGambar 2. Koloni cendawan B. bassiana (a), dan konidia B.

bassiana pembesaran 40 kali (b)

Cendawan B. bassiana memiliki ciri khas yaitu koloni berwarna

putih, konidiofora menggembung di bagian dasar dan meruncing di

bagian tempat konidia melekat sehingga nampak zig-zag setelah konidia

dihasilkan. Konidia berbentuk hialin, bulat bersel satu dan kering,

terbentuk sendiri-sendiri pada stigma yang pendek. Konidia cendawan

berukuran 2,0-3,0 x 2,0-2,5 µm. bentuk konidiofor zig-zag sebagai ciri

khas dari genus Beauveria (Samson, 1981).

Serbuk konidia B. bassiana yang mempunyai viabilitas baik bila

ditempatkan dalam air maka dalam waktu 24-48 jam akan membengkak

dan menghasilkan satu atau lebih tabung kecambah yang berdinding

tipis. Tiga puluh jam kemudian tabung kecambah bertambah panjang dan

membentuk hipa-hipa yang bercabang-cabang pendek. Beberapa cabang

tersebut tumbuh tegak dan berkembang menjadi konidiofora. Konidia B.

bassiana berkelompok dalam satu rangkaian yang tebal.

Page 6: LAPORAN EKSPLORASI BB.docx

Proses reproduksi B. bassiana terjadi dalam waktu tujuh hari

setelah perkecambahan. Reproduksi cendawan ini terjadi secara aseksual

dengan membentuk konidia. Konidia terbentuk pada ujung serta sisi-sisi

konidiofora dan melekat pada stigma yang pendek. Pertumbuhan konidia

mengikuti pola berselang-seling, sehingga setelah konidia masak dan

terlepas dari konidiofora tampak berbentuk zig-zag. Konidia cendawan

terbentuk secara soliter akan terlepas dan berkecambah apabila berada

pada lingkungan yang lembab.

Mortalitas walang sangit oleh cendawan patogenik dapat

disebabkan karena kontak konidia pada tubuh serangga dan faktor suhu

dan kelembaban. Menurut Surtikanti & Yasin (2009), peningkatan

mortalitas terjadi apabila antara larva dengan spora cendawan terjadi

kontak. Pada saat terjadi kontak, spora membentuk tabung kecambah

dan mensekresikan enzim untuk melunakan kutikula larva sehingga spora

dapat masuk ke tubuh larva. Pertumbuhan spora dalam tubuh larva akan

menyebabkan terganggunya seluruh aktivitas organ dan berakibat pada

kematian larva. Disamping itu juga cendawan B. bassiana memproduksi

toksin Beauvericin yang mengakibatkan gangguan pada fungsi

hemolimfa, gangguan inti sel serangga inang dan hilang kesadaran

Cendawan entomopatogen yang masuk kedalam tubuh serangga,

dianggap oleh serangga sebagai non-self kemudian respon immun

diaktifkan yaitu suatu respon yang dibuat oleh sistem immun serangga

untuk mengatasi invasi organisme asing. Keefektifan cendawan

entomopatogen dalam menginfeksi inang dapat dipengaruhi oleh

kerapatan spora, frekuensi aplikasi, umur inang, tempat penyimpanan

cendawan entomopatogen dan media biakan.

Page 7: LAPORAN EKSPLORASI BB.docx

IV. KESIMPULAN

1. Isolat cendawan entomopatogen yang berasal dari walang sangit

merupakan cendawan B. bassiana.

2. Keefektifan cendawan entomopatogen dalam menginfeksi inang dapat

dipengaruhi oleh kerapatan spora, frekuensi aplikasi, umur inang,

tempat penyimpanan cendawan entomopatogen dan media biakan.

Page 8: LAPORAN EKSPLORASI BB.docx

DAFTAR PUSTAKA

Samson, R. A. 1981. Identification: Enthomophatogenic Deuteromycetes. Dalam H. D. Burges (Ed) Microbial Control of Pest and Plant Disease 19710-1980. New York: Academic Press.

Suharto, Trisusilowati EB & Purnomo H. 1998. Kajian aspek fisiologik Beauveria bassiana dan virulensinya terhadap Helicoverpa armigera. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 4(2): 112-119.

Surtikanti & Yasin M. 2009. Keefektifan entomopatogenik Beauveria bassiana Vuill. dari berbagai media tumbuh terhadap Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) di laboratorium. Prosiding Seminar Nasional Serealia. Hlm.358-362.