laporan ekstraksi 1
DESCRIPTION
1TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lipida adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang
menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipida merupakan golongan senyawa
organik kedua yang menjadi sumber makanan, merupakan kira-kira 40 % dari
makanan yang dimakan setiap hari. Lipida mempunyai sifat umum diantaranya tidak
larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton,
kloroform dan karbontetraklorida (Budimarwanti, 2014).
Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang
berarti triester dari gliserol. Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawaan
ester .hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam
karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang
panjang dan tidak bercabang (Herlina, 2002).
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan
lipid yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air tetapi
larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5),
Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya. Lemak dan minyak dapat larut
dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas
yang sama dengan pelarut tersebut (Herlina, 2002).
Hal yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini adalah dilakukan
pengamatan kelarutan minyak dan lemak terhadap beberapa jenis pelarut organik
seperti n-heksana, kloroform, dan butanol sehingga dapat ditentukan pelarut yang
paling tepat digunakan dalam ekstraksi minyak dan lemak.
1.1 Maksud dan Tujuan
1.1.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami
kelarutan minyak dan lemak dalam beberapa pelarut serta mengetahui metode
ekstraksi minyak dan lemak.
1.1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan kelarutan minyak dan lemak dengan menggunakan berbagai macam
pelarut.
2. Menentukan dan mengetahui jenis pelarut yang baik dalam ekstraksi minyak dan
lemak.
1.2 Prinsip Percobaan
1.2.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan kelarutan minyak dan lemak
menggunakan berbagai pelarut seperti air, butanol, n-heksana dan kloroform dengan
mengamati diameter masing-masing noda yang terbentuk pada kertas saring setelah
pemanasan.
1.2.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Prinsip dari percobaan ini adalah melakukan ekstraksi minyak dan lemak
dengan menambahkan pelarut n-heksana atau kloroform hingga terbentuk dua lapisan
yaitu air dan organik yang tidak saling campur. Kemudian kedua lapisan dipisahkan
dan mengamati diameter noda yang dihasilkan untuk tiap lapisan setelah pemanasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Minyak atau Lemak
Secara kimia yang diartikan dengan lemak adalah trigliserida dari gliserol dan
asam lemak. Berdasarkan bentuk strukturnya trigliserida dapat dipandang sebagai
hasil kondensasi ester dari satu molekul gliseril dengan tiga molekul asam lemak,
sehingga senyawa ini sering juga disebut sebagai triasilgliserol. Jika ketiga asam
lemak penyusun lemak itu sama disebut trigliserida paling sederhana. Pada umumnya
trigliserida alam mengandung lebih dari satu jenis asam lemak. Trigliserida jika
dihidrolisis akan menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai panjang dan 1 molekul
gliserol (Budimarwanti, 2014).
Lemak merupakan bahan padat pada suhu ruang disebabkan kandungannya yang
tinggi akan asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap, sehingga mempunyai
titik lebur yang lebih tinggi, sedangkan minyak merupakan bahan cair pada suhu ruang
disebabkan tingginya kandungan asam lemak yang tidak jenuh, yang memiliki satu atau
lebih ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur
yang rendah (Mahrani, 2011).
Minyak dan lemak termasuk dalam golongan lipida sederhana. Minyak dan
lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung sejumlah kecil
komponen selain trigliserida, yaitu: lipida kompleks, sterol yang berada dalam
keadaan bebas atau terikat dengan asam lemak, asam lemak bebas, lilin, pigmen yang
larut dalam lemak, dan hidrokarbon (Budimarwanti, 2014).
Sifat kimia, fisika dan biokimia (metabolisme dan sifat aterogenik) dari suatu
lemak ditentukan oleh komposisi dan posisi (sn-1, 2 dan 3) asam lemak yang
teresterkan di dalam molekul lemak (triasilgliserol). Walaupun 2 produk minyak
nabati atau lemak hewani memiliki komposisi asam lemak yang sama belum tentu
memiliki sifat aterogenik yang sama. Perbedaan sifat ini terjadi karena
metabolismenya dan cara mempengaruhi kadar lipoprotein kolesterol dalam darah
berbeda (Silalahi, 2011).
Lemak dan minyak sering kali diberi nama derivat asam-asam lemaknya, yaitu
dengan cara menggantikan akhiran at pada asam lemak dengan akhira in, misalnya,
tristearat dari gliserol diberi nama tristearin, tripalmitat dari gliserol diberi nama
tripalmitin. Selain itu, lemak dan minyak juga diberi nama dengan cara yang biasa
dipakai untuk penamaan suatu ester, misalnya triestearat dari gliserol disebut gliseril
tristearat, tripalmitat dari gliserol disebut gliseril tripalmitat (Herlina, 2002).
Sebagian besar lemak yang terdapat dalam tubuh akan masuk ke dalam
kategori asam lemak dan triasilgliserol; gliserofosfolipid dan slingolipid; eikosanoid;
kolesterol, garam empedu, dan hormon steroid; serta vitamin larut lemak. Lemak-
lemak ini memiliki fungsi dan struktur kimia yang sangat beragam. Namun, mereka
memiliki satu sifat yang sama yaitu relatif tidak larut dalam air (Marks, 2000).
Lemak dapat dibagi berdasarkan komposisi asam lemak yang dikandungnya
yaitu lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Lemak jenuh adalah lemak yang
mengandung asam lemak jenuh lebih dari 60 %, sedangkan lemak tak jenuh
mengandung asam lemak tak jenuh diatas 60 %. Biasanya lemak nabati adalah lemak
tak jenuh dan cair pada suhu kamar sehingga disebut minyak kecuali minyak kelapa
dan minyak inti sawit karena banyak mengandung asam lemak rantai sedang.
Sebaliknya, lemak hewani termasuk lemak jenuh dan berwujud padat pada suhu
kamar dan disebut sebagai lemak kecuali minyak ikan karena mengandung banyak
asam lemak tak jenuh (Silalahi, 2011).
2.2 Tinjauan Umum Kelarutan
Lemak larut dalam pelarut organik tetapi sedikit larut atau tidak larut dalam
air. Prosedur yang ada untuk ekstraksi lipid dari sumber bahan biasanya melibatkan
ekstraksi pelarut selektif dan bahan awal dapat mengalami pengeringan sebelum
ekstraksi. Kelarutan lipid merupakan kriteria penting untuk ekstraksi dari bahan
sumber dan sangat tergantung pada jenis lipidnya dan proporsi lipid nonpolar dan
polar dalam sampel ( Wrolstad, 2005).
Pemisahan unsur-unsur yang terkandung dalam suatu senyawa dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan pengendapan, penguapan,
elektroanalisis, dan ekstraksi pelarut. Metode pemisahan yang paling baik dan
populer adalah ekstraksi pelarut, karena dapat dilakukan baik dalam tingkat makro
maupun mikro (Utami, 2008).
2.3 Tinjauan Umum Ekstraksi
Tujuan ekstraksi lipid adalah secara kuantitatif mengembalikan semua lemak
dari sumber tertentu dalam keadaan tidak terurai dan tidak terkontaminasi dengan
komponen nonlipid. Meskipun berbagai metode ekstraksi tersedia, yang paling dapat
diandalkan adalah dengan menggunakan kombinasi pelarut polar dan nonpolar.
Langkah pertama dari prosedur ekstraksi adalah untuk menghancurkan beberapa
ikatan dari minyak, pelarut polar seperti metanol dapat digunakan dan pelarut
nonpolar seperti kloroform dapar melarutkan lemak (Spiller, 1995).
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi
yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat-cair atau
leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert kedalam
pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut
kemudian dikembalikan lagi keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi.
Ekstrak dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut
dalam pelarut pengekstraksi (Irawan, 2010).
Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut
yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke
pelarut lain. Makin besar tetapan kesetimbangan untuk partisi zat terlarut dari pelarut
awalnya ke dalam pelarut pemisah, maka makin sempurna proses pemisahannya
(Oxtoby, 2002).
Proses ekstraksi dengan metode Soxhlet telah dipelajari secara eksperimental
dan keuntungan dari penerapan ekstraksi Soxhlet konvensional meliputi perpindahan
transfer keseimbangan dengan berulang kali membawa pelarut ke dalam kontak
dengan matriks padat, mempertahankan ekstraksi dengan suhu yang relatif tinggi dan
tidak ada persyaratan filtrasi setelah pencucian. Metode ekstraksi soxhlet lebih
sederhana dan peralatan murah dan mudah dioperasikan (Ahmad, 2009).
Prinsip ekstraksi adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut
organik yang mudah menguap. Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam wadah
(ketel) yang disebut ”extractor”. Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya
digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan
dengan uap dan air, terutama untuk mengekstrak minyak dari bunga-bungaan
(Munawaroh, 2010).
Ekstraksi minyak esensial menggunakan teknik konvensional memiliki
keterbatasan, seperti daya ekstraksi dan selektivitasnya rendah, kemungkinan
kontaminasi pelarut, degradasi produk dan lingkungan tidak stabil, tingginya biaya
pelarut organik dan peraturan lingkungan yang semakin ketat (Kumoro, 2010).
2.4 Tinjauan Umum Pelarut Organik
Ekstraksi dengan pelarut biasanya dilakukan pada ekstraksi lemak. Pelarut
yang digunakan antara lain heksana dan petroleum eter. Untuk ekstraksi lemak biji-
bijian, biasanya bijinya digiling lebih dahulu, kemudian dipanaskan untuk
mempermudah proses ekstraksi lemaknya. Pelarut yang digunakan harus dipilih
dengan tepat agar terikutnya bahan-bahan nonlemak dapat dicegah sehingga tidak
mengganggu proses pemurnian lemak kasarnya. Proses ekstraksi dapat dilakukan
pada bahan dasar yang masih utuh atau pada bahan yang sudah dikeluarkan
lemaknya dengan cara pengepresan. Pelarut yang digunakan akhirnya dipisahkan
dengan cara distilasi atau evaporas (Makfoeld, 2002).
Minyak kasar hasil ekstraksi selalu mengandung asam lemak bebas sebagai
hasil aktifitas enzim lipase terhadap gliserida selama minyak tersebut disimpan.
Besarnya asam lemak tersebut digunakan sebagai ukuran kualitas minyak. Makin
besar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak tersebut maka kualitasnya
makin rendah. Minyak atau lemak yang disimpan pada kondisi penyimpanan yang
tidak baik apabila diolah atau dimanfaatkan akan dihasilkan minyak atau lemak
dengan kandungan asam lemak bebas tinggi (Andaka, 2009).
Pemilihan pelarut untuk ekstraksi minyak merupakan faktor penting. Pelarut
harus memiliki kapasitas ekstraksi yang baik, viskositas rendah dan kelarutan yang
lebih tinggi dengan minyak. Penetrasi yang tepat dari pelarut diperlukan untuk
mengekstrak minyak secara efektif dengan polaritas hampir sama pelarut dan
minyak. Umumnya, pelarut organik memiliki semua kriteria di atas dan digunakan
untuk ekstraksi minyak sejak bertahun-tahun. Heksana, etanol, petroleum eter,
isopropanol dan karbon tetraklorida digunakan untuk menemukan pelarut terbaik
untuk ekstraksi minyak (Banat, 2013).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah VCO (Virgin
Coconut Oil), minyak kelapa kopra, minyak wijen, minyak sawit, akuades, butanol,
n-heksana, kloroform, tissue roll, kertas label, dan sabun cair.
3.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak
tabung, pipet tetes, cawan petri, penggaris, oven, gelas kimia, gegep, kertas saring,
dan pensil.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
Disiapkan 4 buah tabung reaksi kemudian masing-masing tabung reaksi diisi
dengan 5 tetes minyak kelapa VCO (Virgin coconut oil). Kemudian tabung pertama
ditambahkan dengan akuades, tabung kedua ditambahkan dengan butanol, tabung
ketiga ditambahkan dengan n-heksana dan tabung keempat ditambahkan dengan
kloroform masing-masing sebanyak 2 mL. Kemudian tabung reaksi yang berisi
minyak kelapa VCO dan pelarut di kocok dan diteteskan diatas kertas saring lalu
diberi tanda. Kemudian dikeringkan dalam oven, diukur dan dicatat diameter masing-
masing noda yang terbentuk. Dilakukan prosedur seperti diatas pada masing-masing
contoh yang lain.
3.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Tabung bagian pertama percobaan kelarutan minyak dan lemak digunakan
kembali pada percobaan ini, yaitu campuran akuades dan VCO; akuades dan minyak
kelapa kopra; akuades dan minyak wijen; akuades dan minyak kemiri.
Untuk campuran akuades dan VCO ditambahkan kloroform sebanyak 1 mL
kemudian dihomogenkan hingga terbentuk dua fase yaitu fase air dan organik. Kedua
fase tersebut dipisahkan, lalu pada fase air ditambahkan kembali kloroform sebanyak
1 mL. Setelah terbentuk lagi dua fase, gabungkan fase organik kedua dengan fase
organik pertama. Pipet masing-masing tabung lalu diteteskan sebanyak 2 tetes pada
kertas saring dan dikeringkan di oven. Noda yang tampak kemudian diukur
diameternya.
Untuk campuran akuades dan minyak kelapa kopra; akuades dan minyak
wijen; serta akuades dan minyak kemiri, masing-masing ditambahkan n-heksana
sebanyak 1 mL kemudian dihomogenkan hingga terbentuk dua fase yaitu fase air dan
organik. Kedua fase tersebut dipisahkan, lalu pada fase air ditambahkan kembali n-
heksana sebanyak 1 mL. Setelah terbentuk lagi dua fase, gabungkan fase organik
kedua dengan fase organik pertama. Pipet masing-masing tabung lalu diteteskan
sebanyak 2 tetes pada kertas saring dan dikeringkan di oven. Noda yang tampak
kemudian diukur diameternya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu untuk larut dalam suatu
pelarut yang bergantung pada jenis zat terlarut dan membentuk dispersi molekuler
yang homogen. Suatu larutan dikatakan larutan jenuh apabila terjadi kesetimbangan
antara fase solute dan fase solute dalam larutan yang bersangkutan.
Pada percobaan ini dilakukan uji kelarutan minyak dengan menggunakan
beberapa pelarut yaitu akuades, butanol, n-heksana dan kloroform untuk mengetahui
kelarutan minyak dalam pelarut tersebut dengan cara meneteskan campuran minyak
dengan masing-masing pelarut keatas kertas saring yang kemudian dikeringkan
didalam oven. Tujuan pengeringan kertas saring adalah untuk menguapkan pelarut.
Hasil uji kelarutan dari beberapa sampel yang digunakan (minyak kopra,
minyak VCO, minyak kelapa sawit dan minyak wijen) dengan beberpa pelarut
ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 1. Data kelarutan minyak dan lemak pada berbagai pelarut
Pelarut
Diameter Noda (cm)
Minyak Kopra
Minyak VCO
Minyak Sawit
Wijen
Air 0 0 1,8 1,3
Butanol 4 3,3 3,3 3,7
n-heksan 1,2 1,7 3,9 2,1
Kloroform 1,9 2,9 2,8 2,1
4.1.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Pelarut yang
digunakan biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap. Untuk
membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat
dalam jumlah yang lebih besar.
Pada percobaan ini, hasil ekstraksi dari campuran minyak/lemak dan air
dengan menggunakan beberapa pelarut organik yakni khloroform dan n-heksan
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Data ekstraksi minyak dan lemak pada berbagai pelarut organik
PelarutDiameter Noda (cm)
Minyak Kelapa
Air 0
Organik I (n-heksana) 2,6
Organik II (kloroform) 2,9
Campuran Organik I + Organik II
2,5
1.1 Reaksi
1.1.1 Minyak dengan air
+ H2O
1.1.2 Minyak dengan Butanol
+ C2H5OH
C2H5OH
1.1.3 Minyak dengan n-Heksana
+ CH3(CH2)4CH3
CH3(CH2)4CH3
1.1.4 Minyak dengan Kloroform
+ CHCl3
CHCl3
1.1 Pembahasan
4.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
Pada percobaan kelarutan minyak, diuji kelarutan minyak pada berbagai
pelarut yaitu akuades, etanol, n-heksana dan kloroform. Dari tabel, dapat dilihat
mana yang merupakan pelarut terbaik ditinjau dari semakin besarnya noda yang
dihasilkan. Hal ini terjadi karena semakin larutnya suatu minyak dan lemak pada
pelarut, maka partikel-partikel minyak dan lemak akan semakin terdistribusi secara
merata dalam pelarut begitupun sebaliknya, jika minyak dan lemak tidak larut, maka
partikel-partikel minyak dan lemak tidak terdistribusi dan akhirnya pada saat pelarut
menguap, noda yang dihasilkan pada kertas saring relatif kecil bahkan tidak ada.
Pada pelarut pertama yaitu akuades, ada yang menghasilkan noda pada kertas
saring dan ada pula yang tidak menghasilkan noda yang artinya kelarutan minyak
sangat kecil pada akuades. Hal ini disebabkan karena akuades adalah pelarut polar
sedangkan minyak bersifat non-polar sehingga kedua zat ini tidak bisa bercampur.
Pada pelarut butanol dengan minyak menghasilkan noda dengan diameter 3,3 cm pada
minyak VCO dan 3,7 cm pada minyak wijen, sedangkan pada minyak kelapa kopra
diameter nodanya 4 cm dan 3,3 pada minyak kelapa sawit. Hal tersebut menunjukkan
bahwa minyak sedikit larut pada pelarut butanol karena sifat butanol yang semi polar.
Pada pelarut kloroform dengan minyak menghasilkan noda pada kertas saring yaitu
minyak VCO dengan diameter 2,9 cm, minyak wijen dengan diameter 2,1 cm,
minyak kopra dengan diameter 1,9 cm dan minyak sawit 2,9 cm. Sampel minyak
mulai larut karena kloroform merupakan pelarut non-polar yang lemah. Pada pelarut
n–heksana dengan minyak menghasilkan noda pada keempat jenis sampel minyak
yaitu minyak VCO dengan diameter 1,7 cm, minyak wijen dengan diameter 3,1 cm,
minyak kelapa kopra dengan diameter 1,2 cm dan minyak sawit dengan diameter
3,9 cm. Untuk n-Heksana yang mempunyai sifat non-polar lebih besar dari pada
kloroform sehingga menghasilkan diameter paling besar karena sampel minyak larut
pada pelarut non polar. Tetapi untuk sampel minyak VCO dan minyak kelapa kopra
menunjukkan diameter yang lebih besar pada kloroform kemungkinan terjadi
kesalahan pada saat pemipetan atau pengocokan sehingga diperoleh hasil yang
berbeda dengan teori.
4.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Pada percobaan ekstraksi minyak dan lemak digunakan metode ekstraksi cair-
cair yang menggunakan pelarut n-heksana dan kloroform. Kedua pelarut ini dapat
melarutkan senyawa nonpolar maupun semipolar. Pada saat pelarut ditambahkan,
maka kepolaran kedua larutan akan terbagi dan memisahkan larutan air beserta
minyak dan lemak.
Pertama, diuji sampel minyak VCO pada berbagai pelarut. Pada percobaan
ini larutan air dan minyak yang telah ditambahkan dengan pelarut organik (n-
Heksana dan kloroform), dihasilkan dua lapisan. Hal ini disebabkan karena lapisan
air bersifat polar sehingga tidak bercampur dengan pelarut organik yang bersifat non
polar. Oleh sebab itu keduanya mudah dipisahkan dengan cara dipipet. Pada bagian
organik untuk n-heksana mempunyai diameter 2,6 cm, bagian organik untuk
kloroform mempunyai diameter 2,9 cm, campuran dari organik (n-heksana +
kloroform) mempunyai diameter 2,5 cm, sedangkan pada air tidak memiliki noda
karena kelarutan minyak sangat kecil.
Dari hasil pengamatan, n-heksana dan kloroform merupakan jenis pelarut
yang baik untuk minyak dan lemak, sedangkan air bukan jenis pelarut yang baik, ini
dilihat dari tidak adanya diameter noda yang dihasilkan pada kertas saring.
Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa n-heksana dan kloroform
merupakan pelarut yang sangat baik untuk minyak dan lemak. Hal ini sesuai dengan
teori, dimana pelarut yang baik untuk minyak dan lemak adalah pelarut yang bersifat
non polar. Akuades bersifat polar sehingga tidak terbentuk noda, sedangkan
kloroform dan n-heksana merupakan pelarut non polar sehingga terbentuk noda pada
kertas saring.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Urutan kelarutan minyak dan lemak dengan menggunakan beberapa pelarut
adalah sebagai berikut, Butanol > kloroform > n-Heksana > air.
2. Pelarut yang baik untuk melarutkan minyak adalah n-heksana.
5.2 Saran
Saran untuk laboratorim yaitu menambah jumlah alat agar percobaan yang
dilakukan lebih efektif.
Saran untuk asisten agar dipertahankan pengawasannya dan terus
membimbing praktikan.
Saran untuk percobaan agar menambah lagi sampel dan macam pelarut yang
digunakan agar semakin banyak pembanding.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A., 2009, Extraction, Separation and Identification of Chemical Ingredients of Elephantopus Scaber L. Using Factorial Design of Experiment, International Journal of Chemistry, 1(1): 36-49.
Andaka, G., 2009, Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah dengan Pelarut n-Heksana, Jurnal Teknologi, 2(1):80-88.
Banat, F., 2013, Extraction of Olive Oil from Olive Cake using Soxhlet Apparatus, American Journal of Oil and Chemical Technologies, 1(4):1-8.
Budimarwanti, C., 2014, Analisis Lipida Sederhana dan Kompleks, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Herlina, N., 2002, Lemak dan Minyak (Online), (http://repository.usu.ac.id/, diakses pada tanggal 27 Februari 2014).
Irawan, B., 2010, Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan Destilasi Pada Berbagai Komposisi Pelarut, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.
Kumoro, A.C., 2010, Extraction of Sarawak Black Pepper Essential Oil Using Supercritical Carbon Dioxide, The Arabian Journal for Science and Engineering, 35(2B):7-16.
Mahrani, R., 2011, Analisis Lipid (Online), (http://staff.uny.ac.id/, diakses pada tanggal 28 Februari 2014).
Makfoeld, D., 2002, Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi, Kanisius, Yogyakarta.
Marks, D.B., Marks, A.D., dan Smith, C.M., 2000, Biokimia Kedokteran Dasar, Penerbit EGC, Jakarta.
Munawaroh, S., 2010, Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) dengan Pelarut Etanol dan n-Heksana, Jurnal Kompetensi Teknik, 2(1):73-78.
Oxtoby., G., dan Nachtrieb., Prinsip-prinsip Kimia Modern, Erlangga, Jakarta.
Silalahi, Y.C.E., 2011, Evaluasi Nilai Gizi Minyak Goreng yang Beredar di Pasaran Kota Medan Berdasarkan Komposisi Asam Lemak, (Skripsi), Universitas Sumatera Utara, Medan.
Spiller, G.A., 1995, Handbook of Lipids in Human Nutrition, CRC Press, London.
Wrolstad, R., Acree, T., Decker, E., Penner, M., Reid, D., Schwartz, S., Shoemaker, C., Smith, D., dan Sporns, P., 2005, Handbook of Food Analitical Chemistry, Published by John Wiley & Sons, Inc., New Jersey.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 19 Februari 2014 Asisten Praktikan
(MUH. ADE ARTASASTA) (RACHMA SURYA M.)
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBUATAN PEREAKSI
NAMA : RAHMI AMALIA
NIM : H311 12 274
HARI/ TGL PERCOBAAN : RABU/ 26 FEBRUARI 2014
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : MUH. ADE ARTASASTA
LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2014
Lampiran 1. Bagan Kerja Kelarutan Minyak dan Lemak
Masing-masing diteteskan pada 4 buah tabung reaksi
Pada tabung bagian pertama ditambahkan 2 mL akuades
Pada tabung bagian kedua ditambahkan 2 mL etanol
Pada tabung bagian ketiga ditambahkan 2 mL n-heksana
Pada tabung bagian keempat ditambahkan 2 mL kloroform
Dihomogenkan lalu dipipet
Diteteskan 2 tetes pada kertas saring
Dikeringkan dalam oven
Diukur diameter noda yang terbentuk.
Lampiran 2. Bagan Kerja Ekstraksi Minyak dan Lemak
5 tetes VCO, margarin, minyak kelapa kopra, minyak wijen, minyak kemiri
Data
Ditambahkan 1 mL kloroform
Dikocok
Kedua lapisan dipisahkan
Ditambah 1 mL kloroform Disimpan
Dikocok dan dipisahkan lagi
Dikocok dan dipipet Digabungkan (I & II)
Diteteskan 1 tetes pada kertas Dikocok dan dipipet
saring Diteteskan 1 tetes pada
kertas saring
Dikeringkan dalam oven Dikeringkan dalam oven
Diukur diameter noda Diukur diameter noda
Larutan dengan dua lapisan
Lapisan organik (I)Lapisan air (I)
Lapisan air (II) Lapisan Organik (II)
Noda
Data
Noda
Data
Campuran air dan minyak