laporan evaluasi pelaksanaan anggaran triwulan iii...
TRANSCRIPT
Laporan
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran
Triwulan III 2016
Ruang Lingkup Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau
1 | Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan III-2015
Kantor Wilayah Provinsi Kepulauan Riau Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan
Laporan
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan III 2016
Ruang Lingkup Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau
i | daftar EPA
Executive Summary
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai peran sangat strategis dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya dalam hal pelaksanaan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan anggaran. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia nomor PMK-169/PMK.01/2012 tentang organisasi dan tata kerja instansi vertikal
Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Evaluasi pelaksanaan anggaran berkaitan tentang
penilaian pelaksanaan anggaran, seperti operasionalisasi/teknis pelaksanaan anggaran,
kendala-kendala pembayaran, teknis keterlaksanaan kegiatan, dan isu-isu terkait pelaksanaan
anggaran lainnya. Dalam pelaksanaanya, evaluasi pelaksanaan anggaran dilakukan melalui
kegiatan evaluasi pelaksanaan anggaran (EPA).
Dalam rangka melakukan evaluasi pelaksanaan anggaran triwulan III-2016, Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau telah melaksanakan kegiatan
rapat koordinasi pelaksanaan APBN dalam rangka menjamin kelancaran dan akuntabilitas
pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau.
Berdasarkan hasil Evaluasi Pelaksanaan Anggaran triwulan III tahun 2016 dapat digambarkan
perkembangan pelaksanaan anggaran lingkup Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi
Kepulauan Riau adalah:
Kategori Pelaksanaan Anggaran
Gambaran Pelaksanaan Anggaran
Pagu Anggaran Pagu triwulan III-2016 mengalami pengurangan 4.49% menjadi Rp6.065,47 miliar daripada awal tahun anggaran sebesar Rp6.350,55 miliar.
Realisasi Anggaran Realisasi sampai dengan triwulan III-2016 sebesar 62,58%. Realisasi terbesar pada satuan kerja Kewenangan Kantor Daerah dan jenis belanja pegawai. Realisasi pada kewenangan dan jenis belanja tersebut di atas 65%.
Rencana Penarikan Halaman III DIPA
Tingkat deviasi rencana penarikan dana hingga triwulan III-2016 adalah 1,06%. Tingkat deviasi paling tinggi terjadi pada bulan Mei sebesar 96,85% dan sebaliknya tingkat deviasi paling rendah pada bulan April sebesar 0,85%.
Revisi Anggaran Revisi DIPA sampai dengan triwulan III-2016 sebanyak 1.030 revisi. Dengan nilai perbandingan revisi BA persatker terbesar pada BP Batam dengan nilai 9.
Pengelolaan UP TUP Jumlah UP hingga triwulan III-2016 sebesar Rp39.62 miliar. Tidak terdapat satupun UP yang dikenakan sanksi pemotongan karena tidak ada yang mengalami keterlambatan pertanggungjawaban.
Kontrak dan Penyelesaian Tagihan
Kontrak yang terdaftar sampai dengan triwulan III-2016 sebanyak 1.581 kontrak. Penyampaian kontrak ke KPPN yang mengalami keterlambatan adalah 56,04%. Keterlambatan tersebut terjadi pada 39 K/L.
ii | Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2016
Berdasarkan hasil pelaksanaan tersebut, kesimpulan yang dapat diambil adalah:
a. Sebagian dana BOS disalurkan kurang maksimal, dan kurangnya pemahaman
pengelola sehingga timbul keraguan. Bantuan sosial tidak sesuai kebutuhan dan tidak
tepat sasaran. Laporan pertanggungjawaban bantuan pemerintah dan bansos terlalu
banyak dan kurang sederhana, keterbatasan kemampuan petugas dan kurangnya
sarana prasarana pendukung menghambat pelaporan. Petunjuk teknis penyaluran
bantuan terlalu banyak dan kurang sederhana sehingga menyulitkan pengelola dalam
memahaminya. Tidak tersedianya unit khusus yang menangani pengelolaan keuangan
sehingga terjadi rangkap tugas yang mengakibatkan kurang maksimalnya pelaksanaan
pekerjaan.
b. Usulan revisi penggunaan saldo awal sebesar Rp49.613.159.000 untuk membiayai
proyek multi years dalam rangka pembangunan dermaga pelabuhan Kabil.
Penggunaan saldo awal tersebut dilakukan karena alokasi dana awal untuk
pembangunan dermaga Pelabuhan Kabil terkena penghematan/blokir. Usulan revisi
penggunaan saldo awal tersebut mengakibatkan penambahan pagu DIPA (on top).
Berdasarkan surat Menteri Keuangan No. S-159/MK.2/2016 tanggal 30 Agustus 2016
dinyatakan bahwa sumber pendanaan untuk kegiatan proyek multiyears harus berasal
dari pagu yang sudah dialokasikan dan bukan merupakan pagu tambahan (on top). BP
Batam mengajukan revisi pergeseran dana antar output dalam satu kegiatan dalam
rangka mendukung peningkatan pelayanan yang diberikan BP Batam. Pergeseran dana
antar output tersebut terdapat pada kegiatan kerumahtanggaan dan keprotokolan,
administrasi keuangan, penyelenggaraan Bandara, fasilitas kesehatan serta
penyelenggaraan air limbah.
c. Terdapat kendala dalam pelaksanaan anggaran terkait dengan pengendalian
pelaksanaan anggaran pada tahun 2016 yang berpengaruh terhadap penyelesaian
kontrak, pagu minus belanja pegawai, pengelolaan hibah dan pengajuan SPM kepada
KPPN.
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan
Riau menyampaikan saran bahwa:
a. Peningkatan kapasitas pengelola keuangan dalam penyusunan pertanggungjawaban
bantuan. Dalam hal bansos perlu dibuatkan metode yang lebih praktis dalam
menentukan siswa yang berhak menerima bantuan. Penentuan tidak hanya secara
administrastif saja namun juga dengan melihat kondisi riil kemampuan siswa tersebut.
Optimalisasi penyaluran dapat dilakukan dengan cara standarisasi petunjuk teknis
yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Perlunya tinjauan ulang terkait laporan-
laporan pertanggungjawaban bantuan. Laporan sebaiknya disederhanakan agar
mudah dipahami. Untuk memberikan kemudahan dalam penyusunan laporan
sebaiknya dibuatkan aplikasi yang lebih sederhana dan bersifat single entry point.
Penyederhanaan petunjuk teknis sehingga satuan kerja lebih mudah memahaminya.
Kementerian Keuangan sebagai BUN agar menstandarkan petunjuk teknis bantuan
pada Kementerian negara/Lembaga. Pembentukan unit layanan khusus yang
mengelola keuangan. Unit Layanan Khusus Pengelola Keuangan ini dapat dilakukan
oleh Dinas Pendidikan.
b. Untuk memastikan bahwa penggunaan saldo awal dapat dilakukan untuk membiayai
proyek multiyears dalam rangka pembangunan dermaga pelabuhan Kabil maka perlu
dilakukan pembahasan yang lebih komprehensif antara BP Batam, Ditjen
iii | daftar EPA
Perbendaharaan dan Ditjen Anggaran. Hal tersebut dilaksanakan karena adanya
klausul pada surat Menteri Keuangan nomor S-159/MK.2/2016 tanggal 30 Agustus
2016 yang menyatakan bahwa sumber pendanaan untuk pembangunan dermaga
pelabuhan Kabil berasal dari pagu yang sudah dialokasikan dan bukan merupakan
pagu tambahan (on top). BP Batam dapat mengajukan kembali usulan revisi
penggunaan saldo awal sebesar Rp49.613.159.000 untuk pembangunan dermaga
pelabuhan Kabil setelah mendapatkan konfirmasi/surat dari Ditjen Anggaran yang
menyatakan bahwa saldo awal dapat dipergunakan untuk membiayai proyek
dimaksud. Usulan revisi BP Batam terkait pergeseran dana antar output dapat
disetujui. Oleh karena itu BP Batam agar terlebih dahulu memperbaiki usulan revisi
dan ADK usulan revisi dan dapat mengajukan kembali usulan revisi pergeseran dana
antar output dalam satu kegiatan.
c. Terkait perkembangan pelaksanaan anggaran pada satuan kerja; diperlukan
pemantauan dan pengawasan yang ketat, terutama berkaitan dengan kebijakan
penghematan anggaran pemerintah dan pengendalian revisi anggaran yang
merupakan kewenangan Kanwil Ditjen Perbendaharaan. Perlu dilakukan monitoring
agar seluruh kontrak yang telah didaftarkan dapat terealisasi sesuai dengan batas
waktu penyelesaiannya, dengan tetap memperhatikan pedoman mengenai langkah-
langkah akhir tahun anggaran 2016, yang akan diterbitkan kemudian. Dalam
penyelesaian pagu minus belanja pegawai, satker diingatkan untuk mengurus revisi
penambahan pagu Belanja Pegawai ke Eselon I apabila memang revisi dalam satker
atau revisi antar satker dalam satu wilayah sudah tidak memungkinkan. Perlu
pemantauan lebih lanjut mengenai hal ini, untuk mengantisipasi agar pagu minus
belanja pegawai tersebut tidak memerlukan penyelesaian di BA BUN, yang berarti
pembayarannya akan dilakukan di TA 2017. Dalam pengelolaan hibah, satker
diingatkan mengenai proses pengelolaan hibah (3R-1P), namun perlu untuk dipantau
lebih lanjut agar seluruh hibah langsung dalam bentuk uang yang diterima di TA 2016
dapat direvisi sebagai penambahan pagu DIPA TA 2016. Terkait ketelitian dalam
pengajuan dokumen, satker diingatkan untuk lebih teliti dan memperhatikan detil
dalam SPM dan ADK supplier, untuk mencegah pengembalian/ kesalahan SPM yang
berisiko untuk mengakibatkan penundaan pencairan dana mengingat perlunya
perbaikan SPM.
v | daftar EPA
Daftar Isi
EXECUTIVE SUMMARY I
DAFTAR ISI V
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL VII
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. LATAR BELAKANG 1
1.2. TUJUAN 2
1.3. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN 3
1.4. PELAKSANAAN 3
BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III 5
2.1. PAGU ANGGARAN 5
2.2. REALISASI ANGGARAN 6
2.3. RENCANA PENARIKAN DANA HALAMAN III DIPA VS REALISASI ANGGARAN 7
2.4. REVISI ANGGARAN 8
2.5. PENGELOLAAN UP DAN GU 9
2.6. DATA KONTRAK DAN PENYELESAIAN TAGIHAN 9
2.7. PERMASALAHAN PELAKSANAAN ANGGARAN 10
2.7.1 PENGELOLAAN DANA BANTUAN PEMERINTAH 10
2.7.2 PENGELOLAAN KEUANGAN BP BATAM 13
2.7.3 PELAKSANAAN ANGGARAN SEKTOR POLHUKAM 13
2.8. ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 15
2.8.1. PENGELOLAAN DANA BANTUAN PEMERINTAH 15
2.8.2. PENGELOLAAN KEUANGAN BP BATAM 19
2.8.3. PELAKSANAAN ANGGARAN SEKTOR POLHUKAM 19
BAB III. PENUTUP 21
3.1. KESIMPULAN 21
3.2. REKOMENDASI 22
vii | daftar EPA
Daftar Gambar dan Tabel
Gambar 1 Pagu DIPA Triwulan III Tahun 2016 di Provinsi Kepulauan Riau 5
Gambar 2 Realisasi DIPA Triwulan III Tahun 2016 di Provinsi Kepulauan Riau 6
Gambar 3 Komposisi Realisasi DIPA Triwulan III Tahun 2016 di Provinsi Kepulauan Riau 7
Gambar 4 Deviasi Halaman III DIPA Triwulan III Tahun 2016 di Provinsi Kepulauan Riau 7
Gambar 5 Revisi DIPA Triwulan III Tahun 2016 di Provinsi Kepulauan Riau 8
Tabel 1 Pelaksanaan Focus Group Discussion Triwulan III-2016 3
Tabel 2 Komposisi Revisi DIPA Triwulan III-2016 di Provinsi Kepulauan Riau 9
Tabel 3 Rincian Uang Persediaan hingga Triwulan III-2016 di Provinsi Kepulauan Riau 9
Tabel 5 Keterlambatan Penyampaian Data Kontrak ke KPPN Triwulan III-2016 di Provinsi
Kepulauan Riau 10
1 | isi EPA
Bab I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Salah satu keberhasilan dalam mengoptimalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dapat dinilai dari pelaksanaan anggaran yang berjalan dengan baik. Hal tersebut
mendorong penyelesaian tingkat capaian kinerja yang dihasilkan dan realisasi anggaran
berjalan lancar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Berbagai kebijakan
reformasi dalam pengelolaan Keuangan Negara telah dilaksanakan. Kebijakan dengan tujuan
agar pengelolaan Keuangan Negara dapat berjalan dengan sebaik-baiknya dan akuntabel.
Sistem penganggaran berbasis kinerja, perencanaan kas yang lebih baik, pelaksanaan lelang
secara elektronik, perbaikan sistem yang mendukung kelancaran pencairan merupakan
berbagai reformasi pengelolaan Keuangan Negara yang dibangun untuk mendukung
keberhasilan pengelolaan keuangan negara yang akuntabel.
Dalam pelaksanaannya, masalah-masalah pelaksanaan anggaran yang terjadi saat ini masih
relatif sama dengan periode-periode sebelumnya. Berbagai masalah pelaksanaan anggaran
yang masih sering terjadi hingga saat ini antara lain:
a) penumpukan penyerapan anggaran pada akhir tahun;
b) keterlambatan penunjukan pejabat perbendaharaan;
c) keterlambatan pelaksanaan lelang;
d) keterbatasan pengetahuan para pejabat perbendaharaan/pengelola keuangan;
e) keterlambatan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan;
f) penundaan penyelesaian pekerjaan dan masalah pelaksanaan anggaran lainnya.
Dalam rangka mengantisipasi permasalahan-permasalahan tersebut dan untuk mendukung
peningkatan efektivitas dan efisiensi belanja Pemerintah maka diperlukan suatu proses
pengendalian. Salah satu proses pengendalian dilakukan melalui kegiatan evaluasi
pelaksanaan anggaran pada satuan kerja penerima APBN. Evaluasi pelaksanaan anggaran
sangat penting untuk melihat perkembangan pelaksanaan anggaran dalam periode yang telah
ditetapkan. Dalam evaluasi tersebut akan dilakukan suatu penilaian dan pengukuran terhadap
pelaksanaan aggaraan dan diikuti dengan identifikasi serta analisis terhadap permasalahan-
permasalahan dalam pelaksanaan anggaran. Evaluasi pelaksanaan anggaran ini sangat penting
dilakukan sehingga perkembangan pelaksanaan anggaran dapat terlihat dan permasalahan
yang timbul dapat teridentifikasi.
2 | Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2016
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai peran sangat strategis dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya dalam hal pelaksanaan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan anggaran. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia nomor PMK-169/PMK.01/2012 tentang organisasi dan tata kerja instansi vertikal
Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Berbagai evaluasi yang dilaksanakan terkait pelaksanaan
anggaran adalah terkait penilaian pelaksanaan anggaran, seperti operasionalisasi/teknis
pelaksanaan anggaran, kendala-kendala pembayaran, teknis keterlaksanaan kegiatan, dan isu-
isu terkait pelaksanaan anggaran lainnya.
Dalam pelaksanaanya, evaluasi pelaksanaan anggaran dilakukan melalui kegiatan pelaksanaan
evaluasi pelaksanaan anggaran (EPA). Kegiatan EPA serta pelaporan hasil pelaksanaannya
dilaksanakan setiap triwulan. Penyusunan EPA secara Triwulanan dilaksanakan agar dapat
mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi dengan lebih cepat. Fokus utama
EPA terutama EPA Triwulan III adalah melakukan identifikasi permasalahan-permasalahan
dalam pelaksanaan anggaran yang terjadi pada Triwulan III-2016.
1.2. Tujuan
Evaluasi pelaksanaan anggaran memiliki beberapa tujuan. Tujuan utama dalam penyusunan
evaluasi tersebut antara lain:
a. Identifikasi isu-isu pelaksanaan anggaran yang terjadi hingga tingkat satuan kerja;
b. Identifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi terkait pelaksanaan anggaran;
c. Menilai pelaksanaan anggaran. Penilaian mencakup apakah telah dilaksanakan dengan
baik, mencapai target keluarannya, memenuhi tujuannya, memberikan dampak seperti
yang diharapkan, dan hal-hal lainnya.
d. Memberikan rekomendasi kebijakan, strategi implementasi, mekanisme pelaksanaan
anggaran yang bersifat teknis dan aplikatif;
e. Merumuskan tindak lanjut perbaikan pelaksanaan anggaran untuk periode berikutnya;
Selain tujuan tersebut, evaluasi pelaksanaan anggaran disusun untuk kepentingan manajerial.
Kepentingan manajerial tersebut berkaitan dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan
dengan APBN, antara lain:
a. bagi Kementerian Keuangan, sebagai masukan bagi pengambilan kebijakan anggaran;
b. bagi Direktorat Jenderal Perbendaharaan, sebagai bahan perumusan regulasi, strategi
pembinaan dalam rangka memperbaiki kinerja pelaksanaan anggaran;
3 | isi EPA
c. bagi Kementerian Negara/Lembaga dan satuan kerjanya, sebagai bahan masukan
untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan anggaran beserta dengan persiapan-
persiapan dalam perencanaan dan penganggaran di waktu yang akan datang;
d. bagi Pemerintah Daerah terkait, K/L maupun satker yang menjadi tanggung jawabnya,
untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan merumuskan hal-hal teknis pelaksanaan
keuangan pusat dan daerah sehingga dapat digunakan untuk mengharmonisasikan
kebijakan fiskalnya;
e. bagi masyarakat umum, sebagai alat kontrol pelaksanaan APBN yang diwujudkan
melalui kegiatan-kegiatan pemerintah;
f. bagi pihak Swasta, sebagai informasi terkait keikutsertaan dalam aktivitas pemerintah.
1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Evaluasi pelaksanaan anggaran yang dilakukan pada triwulan III tahun 2016 dilaksanakan
dalam beberapa tahapan pelaksanaan. Berbagai kegiatan evaluasi pelaksanaan anggaran
dengan satuan kerja dengan metode rapat koordinasi maupun Focus Group Discussion dalam
rangka menjamin kelancaran dan akuntabilitas pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau.
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada bulan September dan Oktober 2016.
Tabel 1 Pelaksanaan Focus Group Discussion Triwulan III-2016
FGD Pelaksanaan
Peserta Waktu Tempat
1. Focus Group Discussion Pengelolaan Dana
Bantuan Pemerintah
Jumat,
23 September 2016 Ruang Rapat Kanwil
DJPB Provinsi
Kepulauan Riau
19 peserta
2. Rapat Koordinasi Pengelolaan Keuangan
BP Batam Tahun 2016
Kamis,
6 Oktober 2016 1 BLU
3. Rapat Koordinasi Pelaksanaan Anggaran
Sektor Polhukam
Kamis,
20 Oktober 2016 6 K/L
Sumber: Kanwil DJPB Provinsi Kepulauan Riau
1.4. Pelaksanaan
Pelaksanaan rapat koordinasi maupun FGD selama triwulan III tahun 2016 telah dilaksanakan
selama lima kali. Pelaksanaan rapat koordinasi maupun FGD tersebut adalah:
a. Focus Group Discussion Pengelolaan Dana Bantuan Pemerintah
Latar belakang FGD ini adalah melihat permasalahan dalam pertanggungjawaban dana
bantuan operasional sekolah dan bantuan sosial kepada sekolah swasta; pertanggungjawab
an dana bantuan operasional sekolah pada Madrasah; dan permasalahan pelaksanaan
bantuan operasional sekolah dan bantuan sosial. Maksud kegiatan FGD adalah melakukan
diskusi tentang pertanggungjawaban dana Bantuan Operasional Sekolah dan Bantuan
4 | Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2016
Siswa Miskin di lingkungan Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan di Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan tujuan dilakukan FGD tersebut adalah
untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan
pencairan dana/penyaluran dana BOS dan BSM dan sekaligus memberikan langkah-
langkah yang strategis dan tepat dalam proses penyaluran/pencairan dana BOS dan BSM.
b. Rapat Koordinasi Pengelolaan Keuangan BP Batam Tahun 2016
Latar belakang rapat koordinasi ini adalah terkait usulan penggunaan saldo awal mengakibat
kan penambahan dana (on top) maka perlu dilakukan konfirmasi/rapat koordinasi untuk
membahas lebih lanjut tentang usulan revisi penggunaan saldo awal BP Batam. Maksud
kegiatan ini adalah untuk mendiskusikan lebih lanjut tentang usulan revisi penggunaan
saldo awal BP Batam. Berdasarkan surat Menteri Keuangan nomor S-159/MK.2/2016
tanggal 30 Agustus 2016 dinyatakan bahwa sumber pendanaan untuk kegiatan yang
mendapatkan ijin kontrak tahun jamak harus berasal dari pagu yang sudah dialokasikan
dan bukan merupa pagu tambahan (on top). Sehubungan dengan usulan penggunaan saldo
awal mengakibatkan penambahan dana (on top) maka perlu dilakukan rapat koordinasi
untuk membahas lebih lanjut tentang usulan revisi penggunaan saldo awal BP Batam.
c. Rapat Koordinasi Pelaksanaan Anggaran Sektor Polhukam
Latar belakang rapat koordinasi ini adalah untuk mengevaluasi perkembangan pelaksanaan
anggaran pada enam K/L yaitu Mahkamah Agung, Kejaksaan RI, Kementerian Pertahanan,
Kementerian Hukum dan HAM, Polri dan BPKP. Maksud diselenggarakannya Rapat
Koordinasi tersebut untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi oleh satker yang
mengakibatkan tidak maksimalnya capaian kinerja pelaksanaan anggaran satker di
Triwulan III 2016. Dengan rapat ini, diharapkan diperoleh solusi terbaik dan langkah
strategis untuk meningkatkan kualitas kinerja pelaksanaan anggaran satker.
5 | isi EPA
Bab II. Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan III
2.1. Pagu Anggaran
Pagu anggaran adalah alokasi dana atau batas maksimum anggaran yang diberikan oleh
Kementerian Keuangan kepada Kementeriaan Negara/Lembaga untuk setiap program
pemerintah sebagai acuan dalam pelaksanaan APBN. Pada tahun 2016, seluruh Kementerian
Negara/Lembaga di Provinsi Kepulauan Riau memperoleh alokasi dana sebesar Rp.6.065,47
miliar.
Gambar 1 Pagu DIPA Triwulan III Tahun 2016 di Provinsi Kepulauan Riau
Kewenangan Pagu (Rp) Jenis Belanja Pagu (Rp)
Kantor Pusat 3.103.888.595.000 Pegawai 1.362.248.342.000 Kantor Daerah 2.753.068.563.000 Barang 2.895.466.880.000 Dekonsentrasi 135.833.729.000 Modal 1.722.474.455.000 Tugas Pembantuan 72.682.126.000 Bantuan Sosial 6.296.840.000 Lain-Lain 78.986.496.000
Sumber: Omspan Perbendaharaan
Alokasi belanja APBN di Provinsi Kepulauan Riau sebagian besar digunakan untuk membiayai
kegiatan satuan kerja pada kewenangan Kantor Pusat diikuti
oleh kewenangan Kantor Daerah. Berdasarkan jenis belanja,
alokasi belanja sebagian besar untuk membiayai belanja
barang dan belanja modal. Pagu terbesar di Provinsi Kepulauan
Riau disusun oleh enam Kementerian Negara/Lembaga. Pagu
tersebut memiliki porsi 74,28 persen dari total pagu anggaran
di Provinsi Kepulauan Riau. Pagu tertinggi adalah pagu Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Batam.
Kantor
Pusat
51.17%
Kantor
Daerah
45.39%
Dekonsentrasi
2.24%
Tugas Pembantuan
1.20%
Pegawai
22.46%
Barang
47.74%
Modal
28.40%
Bantuan Sosial
0.10%
Lain-Lain
1.30%
BA112
26.71%
BA033
15.92%
BA022
11.25%
BA060
8.05%
BA015
5.92%
BA012
6.52%
40 BA Lain
25.62%
6 | Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2016
2.2. Realisasi Anggaran
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, Kementerian Negara/Lembaga melakukan
realisasi anggaran untuk membiayai pelaksanaan pekerjaan/kegiatannya. Di Provinsi Kepulauan
Riau, pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh APBN dilakukan oleh satuan-satuan kerja
dibawah 46 Kementerian Negara/Lembaga.
Gambar 2 Realisasi DIPA Triwulan III Tahun 2016 di Provinsi Kepulauan Riau
Kewenangan Pagu (Rp) Jenis Belanja Pagu (Rp)
Kantor Pusat 1.813.403.729.598 Pegawai 998.685.594.583 Kantor Daerah 1.875.669.357.949 Barang 1.658.976.932.447 Dekonsentrasi 71.271.707.343 Modal 778.478.719.779 Tugas Pembantuan 27.725.797.039 Bantuan Sosial 2.263.868.500 Lain-Lain 32.248.611.430
Sumber: Omspan Perbendaharaan
Realisasi anggaran hingga triwulan III-2016 di Provinsi Kepulauan Riau mencapai Rp3.788,07
miliar atau sebesar 62,58 persen. Realisasi satker-satker Kewenangan Kantor Daerah dan
Kantor Pusat merupakan realisasi yang cukup tinggi dengan penyerapan di atas 50 persen.
Berdasarkan jenis belanja, belanja pegawai memiliki realisasi tertinggi dengan tingkat
penyerapan jauh di atas jenis belanja lain.
Realisasi anggaran hingga triwulan III-2016 di Provinsi Kepulauan Riau sangat dipengaruhi
oleh realisasi satker-satker Kewenangan Kantor Daerah dan Kantor Pusat. Realisasi kedua
jenis kewenangan tersebut menyumbang 97,39 persen dari total realisasi belanja. Berdasarkan
jenis belanja, realisasi belanja barang merupakan realisasi terbesar dibanding jenis belanja
barang diikuti oleh belanja pegawai dan belanja modal. Ketiganya menyumbang 99 persen
realisasi belanja total di Provinsi Kepulauan Riau.
58.42%
68.13%
52.47%
38.15%
KANTOR PUSAT KANTOR DAERAH
DEKONSENTRASI TUGAS PEMBANTUAN
73.31%
57.30%
45.20%
35.95%40.83%
PEGAWAI BARANG MODAL BANTUAN SOSIAL
LAIN-LAIN
7 | isi EPA
Gambar 3 Komposisi Realisasi DIPA Triwulan III Tahun 2016 di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: Omspan Perbendaharaan
2.3. Rencana Penarikan Dana Halaman III DIPA vs Realisasi Anggaran
Hal III DIPA memuat informasi rencana penarikan yang dibuat oleh satuan kerja dan atau
Kementerian Negara/Lembaga yang seharusnya dijadikan dasar atau standar dalam realisasi
dana belanja. Deviasi atas besaran rencana ini akan menjadi indikator buruknya perencanaan
anggaran dan tidak disiplinnya satuan kerja dan atau Kementerian Negara/Lembaga dalam
pelaksanaan anggaran.
Gambar 4 Deviasi Halaman III DIPA Triwulan III Tahun 2016 di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: PA Perbendaharaan
Berdasarkan perbandingan antara perencanaan penarikan dana yang dibuat dan realisasi
pencairan dana yang dilaksanakan pada triwulan III tahun 2016, diperoleh rata-rata tingkat
ketepatan antara rencana penarikan dana perbulan dengan realisasi berkisar 1,06 persen.
Tingkat deviasi paling tinggi terjadi pada bulan Mei 2016 dan sebaliknya tingkat deviasi paling
rendah terjadi pada bulan April 2016. Terjadinya deviasi ini mengindikasikan bahwa rencana
yang dibuat belum sesuai dalam pelaksanaannya. Tingginya deviasi dipengaruhi oleh kurang
Kantor
Pusat
47.87%
Kantor
Daerah
49.52%
Dekonsentrasi
1.88%
Tugas Pembantuan
0.73%
Pegawai
28.78%
Barang
47.80%
Modal
22.43%
Bantuan Sosial
0.07%
Lain-Lain
0.93%
3.05%
-34.43%
-9.03%0.52%
-120.38%
-31.35%
37.06% 30.66% 32.32%
-1.06%
Januari Februari Maret April Mei Jun Jul Aug Sep
8 | Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2016
baiknya perencanaan pada satuan kerja-satuan kerja pada jenis kewenangan Tugas
Pembantuan dan Kantor Pusat. Deviasi yang rendah menunjukkan bahwa perencanaan di
Kepulauan Riau menunjukkan semakin baik.
2.4. Revisi Anggaran
Implementasi penganggaran berbasis kinerja masih belum optimal diterapkan di Indonesia.
Hal tersebut dapat dilihat dari perencanaan anggaran yang masih kurang berkualitas sehingga
dalam pelaksanaan anggaran sering terjadi revisi anggaran (DIPA). Mayoritas revisi DIPA
disebabkan oleh perencanaan satuan kerja dan atau Kementerian Negara/Lembaga yang
belum baik, walaupun tidak tertutup kemungkinan terjadi karena sebab yang lain.
Perencanaan anggaran yang baik akan mendorong pelaksanaan anggaran yang baik. Oleh
karena itulah perencanaan merupakan salah satu indikator kualitas dan kinerja pelaksanaan
anggaran. Indikator tersebut menunjukkan apakah satuan kerja dan atau Kementerian
Negara/Lembaga serius dan bekerja dengan baik jauh sebelum pelaksanaan anggaran
dilaksanakan.
Gambar 5 Revisi DIPA Triwulan III Tahun 2016 di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: PA Perbendaharaan
Hingga triwulan III-2016 telah terjadi revisi sebanyak 1.030 revisi. Revisi DIPA terbanyak
terjadi pada bulan Agustus. Hampir tiap bulan terjadi revisi dengan jumlah yang cukup banyak
dengan jumlah di atas 70 revisi tiap bulannya. Berdasarkan indeks revisi, indeks terbesar
terdapat pada BA 112 BP Batam yang memiliki indeks 9,00. Hal itu menunjukkan bahwa revisi
pada BA tersebut sangat banyak yang memberikan gambaran bahwa perencanaan anggaran
kurang maksimal sehingga dilakukan beberapa kali perubahan DIPA untuk menyesuaikan
kebutuhan pada tahun berjalan.
9
94 86 94
72
179 173
205
118
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep
BA Satker Revisi Indeks
112 1 9 9.0
060 27 174 6.4
115 1 6 6.0
054 8 41 5.1
068 1 5 5.0
004 2 9 4.5
116 3 13 4.3
066 4 17 4.3
018 15 62 4.1
059 1 4 4.0
063 1 4 4.0
076 8 29 3.6
27BA 288 684 2.4
9 | isi EPA
Tabel 2 Komposisi Revisi DIPA Triwulan III-2016 di Provinsi Kepulauan Riau
Kewenangan Janu Febr Mare Apri Mei Juni Juli Agus Sept Total
Kantor Pusat - 5 4 5 6 7 10 12 5 60
Kantor Daerah 7 79 69 68 50 97 123 155 94 786
Dekonsentrasi 1 7 10 19 13 15 24 21 17 129
Tugas Pembantuan 1 3 3 2 3 6 16 17 2 55
9 94 86 94 72 125 173 205 118 1.030
Sumber: OMSPAN
2.5. Pengelolaan UP dan GU
Uang Persediaan (UP) digunakan untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari satuan
kerja dan membiayai pengeluaran yang tidak dapat dilakukan melalui mekanisme pembayaran
LS. UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada Bendahara Pengeluaran yang
dapat dimintakan penggantiannya (revolving) setelah digunakan minimal 50 persen. Maksimal
pembayaran dengan UP kepada satu penerima paling banyak sebesar Rp.50 juta kecuali untuk
pembayaran honorarium dan perjalanan dinas. Pada akhir hari kerja, uang tunai yang berasal
dari UP pada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar Rp.50 juta.
Tabel 3 Rincian Uang Persediaan hingga Triwulan III-2016 di Provinsi Kepulauan Riau
BA UP Satker GU Nihil Setoran Sisa UP GUP
44 39,619,809,500 415 231,841,000 61,381,250 39,326,587,250 405
Sumber: OMSPAN
Hingga triwulan III tahun 2016 terdapat 415 satker yang mengajukan uang persediaan. Dari
seluruh UP tersebut tidak terdapat UP yang mengalami keterlambatan pertanggungjawaban.
2.6. Data Kontrak dan Penyelesaian Tagihan
Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA yang mengakibatkan pengeluaran
negara dilakukan melalui pembuatan komitmen. Pembuatan komitmen dilakukan dalam
bentuk perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang jasa dan dalam bentuk penetapan
keputusan. Data perjanjian/kontrak disampaikan kepada KPPN paling lambat lima hari kerja
setelah ditandatanganinya perjanjian/kontrak untuk dicatat dalam Kartu Pengawasan
Kontrak di KPPN.
Total data kontrak yang mengalami keterlambatan penyampaian adalah 886 kontrak.
Keterlambatan tersebut terjadi pada 37 Kementerian Negara/Lembaga. Selama triwulan III-
2016 terjadi keterlambatan penyampaian data kontrak sebesar 56,04 persen. Terdapat enam
Kementerian Negara/Lembaga yang keseluruhan ADK kontrak terlambat dilaporkan ke KPPN.
10 | Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2016
Selain itu terdapat dua K/L yang keseluruhan ADK kontrak disampaikan ke KPPN sebelum
batas akhir pengiriman ADK kontrak berlalu.
Tabel 4 Keterlambatan Penyampaian Data Kontrak ke KPPN Triwulan III-2016 di Provinsi Kepulauan Riau
BA Ter
lambat Tidak
Terlambat Data
Kontrak Keter
lambatan BA
Ter lambat
Tidak Terlambat
Data Kontrak
Keter lambatan
019 4 0 4 100.00% 004 4 3 7 57.14%
067 1 0 1 100.00% 015 107 91 198 54.04%
090 2 0 2 100.00% 023 22 19 41 53.66%
111 1 0 1 100.00% 024 43 41 84 51.19%
112 7 0 7 100.00% 068 2 2 4 50.00%
115 2 0 2 100.00% 013 44 50 94 46.81%
060 81 3 84 96.43% 063 6 8 14 42.86%
010 9 1 10 90.00% 025 23 31 54 42.59%
054 25 3 28 89.29% 022 125 174 299 41.81%
092 5 1 6 83.33% 018 15 26 41 36.59%
027 6 2 8 75.00% 059 3 6 9 33.33%
033 201 74 275 73.09% 066 2 4 6 33.33%
026 13 5 18 72.22% 999 10 25 35 28.57%
032 57 25 82 69.51% 012 6 18 24 25.00%
005 18 8 26 69.23% 056 3 10 13 23.08%
076 2 1 3 66.67% 075 3 10 13 23.08%
089 2 1 3 66.67% 029 2 10 12 16.67%
116 2 1 3 66.67% 104 0 2 2 0.00%
040 3 2 5 60.00% 107 0 21 21 0.00%
042 25 17 42 59.52% Total 886 695 1.581 56.04%
Sumber: OMSPAN
2.7. Permasalahan Pelaksanaan Anggaran
Berbagai permasalahan pelaksanaan anggaran masih dialami oleh satuan kerja yang
melaksanakan kegiatan sehingga sasaran yang ingin dicapai belum terealisasi dengan
maksimal. Beberapa permasalahan yang dialami pada tahun anggaran sebelumnya masih
terjadi pada triwulan III 2016. Berbagai permasalahan tersebut terkait kendala administratif,
koordinasi dengan pihak terkait, pengadaan barang jasa, dan adanya kebijakan di bidang
pelaksanaan anggaran.
2.7.1 Pengelolaan Dana Bantuan Pemerintah
Perkembangan umum penyerapan alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan
Bantuan Siswa Miskin (BSM) selama triwulan III tahun 2016 menunjukkan perkembangan
yang kurang optimal. Gambaran Umum penyerapan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
11 | isi EPA
dan Bantuan Siswa Miskin (BSM) adalah realisasi yang relatif lambat pada penyaluran dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Siswa Miskin (BSM).
Permasalahan-permasalahan yang menyebabkan rendahnya pencairan dana Bantuan
Operasional (BOS) dan Bantuan Siswa Miskin (BSM) sebagai berikut:
Permasalahan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran
a. Bantuan dalam bentuk hibah yang diterima oleh sekolah di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (SD, SMP,SMA) dari Pemerintah Provinsi khususnya dalam
bentuk aset, banyak yang tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah.
b. Masih ditemukan siswa penerima Bantuan Sosial/Program Indonesia Pintar yang kurang
tepat sasaran. Terdapat siswa yang kurang mampu namun tidak mendapatkan kartu KIP
sebalik nya ada siswa yang mampu namun mendapatkan kartu KIP.
c. Pencairan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada sekolah di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (SD, SMP, SMA) pada Tahap II dan seterusnya
sering terkendala karena penyusunan laporan pertanggungjawaban Tahap I yang
terlambat. Pencairan dana BOS tahap berikutnya dapat dilaksanakan jika laporan
pertanggungjawaban dana BOS sebelumnya sudah dipenuhi.
d. Penarikan dana Bantuan Sosial dari bank oleh siswa sering mengalami kendala karena
spesimen tandatangan siswa yang terdaftar di Bank berbeda dengan spesimen tanda
tangan pada sat penarikan uang. Hal tersebut terjadi karena siswa belum dapat mengingat
dan menetapkan tanda tangan yang sah.
e. Terdapat beberapa satuan kerja di lingkungan Kementerian Agama yang ragu-ragu untuk
membiayai beberapa kegiatan sekolah karena pemahaman yang kurang komprehensif
tentang penggunaan dana BOS.
f. Pencairan dana BOS untuk belanja modal yaitu pengadaan buku kurikulum 2013 di
lingkungan Kementerian Agama belum dapat dilaksanakan karena pengadaan buku
tersebut hanya dilakukan secara terpusat di Jakarta dan sampai saat ini petunjuk teknisnya
belum ada dan masih menunggu dari Kantor Pusat Kementerian Agama Republik
Indonesia.
g. Sebagian besar dana BOS baru direalisasikan pada Awal Semester II Tahun 2016 karena
banyak kegiatan operasional sekolah pada awal semester II tahun 2016 (tahun ajaran
baru) yaitu operasional untuk kegiatan dalam rangka penerimaan peserta didik baru dan
kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler siswa.
12 | Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2016
Permasalahan Pelaporan
a. Berdasarkan Petunjuk Teknis dari kementerian teknis, jumlah laporan yang dibuat dalam
rangka pengelolaan dana bantuan Pemerintah dan Bantuan Sosial masih cukup banyak,
masing-masing jenis bantuan lebih dari 5 jenis laporan.
No Jenis Bantuan Laporan
Kemendikbud Laporan
Kemenag Jumlah
1 Bantuan Pemerintah 5 8 13 2 Bantuan Operasional Sekolah 12 12 24 3 Bantuan Sosial (KIP) 5 5 10
b. Terbatasnya petugas yang menangani penyusunan laporan keuangan. Penyusunan laporan
pengelolaan bantuan pada sekolah di lingkungan Kementerian Agama dan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dilaksanakan oleh guru.
c. Kemampuan petugas yang sudah ada masih sangat terbatas karena pelatihan khusus yang
diberikan sangat kurang sehingga sebagian besar petugas melakukan penyusunan laporan
pertanggungajwaban dengan membaca dan menganalisa sendiri petunjuk teknis yang ada.
d. Laporan Bantuan Operasional Sekolah yang harus disusun relatif banyak yaitu sebanyak
14 laporan untuk sekolah lingkup Kementerian Agama dan 10 laporan untuk sekolah
lingkup Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).
e. Format laporan BOS yang harus diisi kurang sederhana sehingga menyulitkan petugas
dalam menyusun laporan pertanggungjawaban.
f. Sarana dan parasara pendukung dalam penyusunan laporan pada sekolah-sekolah masih
sangat terbatas. Kurangnya alat pengolah data (komputer, printer) akan menghambat
kelancaran penyelesaian laporan.
Permasalahan Kebijakan
a. Penetapan penggunaan dana yang bersumber dari dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) kurang flexibel. Penggunaan dana BOS dapat digunakan hanya untuk kegiatan yang
sudah diatur pada petunjuk teknis namun terdapat beberapa kegiatan operasional sekolah
yang harus dibiayai namun tidak ada dalam petunjuk teknis.
b. Adanya kebijakan untuk melakukan trasfer secara langsung Bantuan Sosial ke rekening
siswa mengakibatkan siswa harus membuka rekening di Bank. Namun siswa mengalami
kendala alam membuka rekening dengan alasan biaya trsnsportasi ke Bank, dana awal
untuk membuka rekening serta administrasi lainnya mengakibatkan siswa miskin tidak
c. Kebijakan perhitungan jumlah alokasi dana BOS yang dialokasikan ke sekolah berdasarkan
jumlah siswa pada awal tahun pelajaran sehingga pada saat tahun anggaran berjalan,
jumlah siswa yang direncanakan tersebut tidak sesuai dengan jumlah siswa yang dibiayai.
Hal tersebut terjadi karena perbedaan antara tahun pelajaran dan tahun anggaran.
13 | isi EPA
Permasalahan Kelembagaan
a. Sekolah-sekolah di lingkungan Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan pada umumnya tidak memiliki unit khusus yang menangani pengelolaan
keuangan/ pejabat perbendaharaan. Pelaksanaan penyusunan pertanggung jawaban
keuangan sebagaian besar dilaksanakan oleh guru yang mempunyai tugas sebagai
pendidik.
b. Pengajuan pencairan dana BOS pada Kementerian Agama dilaksanakan langsung unit
satuan kerja (MIN, MTsN, MAN) ke KPPN, sedangkan pencairan dana BOS pada
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak dilaksanakan langsung oleh satuan kerja
(SD,SMP, SMA) tetapi melalui unit lainnya yaitu Pemerintah Provinsi.
2.7.2 Pengelolaan Keuangan BP Batam
Kepala Biro Perencanaan dan Litbang menjelaskan bahwa usulan revisi penggunaan saldo
awal sebesar Rp49.613.159.000 dilaksanakan karena dana yang dialokasikan untuk
pembangunan dermaga curah Pelabuhan Kabil terkena blokir sehingga diperlukan alokasi
dana yang bersumber dari saldo awal dalam rangka membiayai proyek tersebut. Kepala Biro
Perencanaan dan Litbang juga menjelaskan bahwa berdasarkan hasil konsultasi dengan
Direktorat Jenderal Anggaran, penggunaan saldo awal bisa digunakan untuk mengganti
pembiayaan pembangunan pelabuhan Kabil karena adanya blokir/penghematan.
2.7.3 Pelaksanaan Anggaran Sektor Polhukam
Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Satker
Perkembangan realisasi anggaran satker di Sektor Polhukkam per-13 Oktober 2016 telah
mencapai rata-rata penyerapan 76,08 persen, dengan penyerapan tertinggi ada pada
Sekretariat Bawaslu Provinsi Kepri (89,01 persen) dan penyerapan terendah ada pada Badan
Narkotika Nasional (54,51 persen).
Sesuai dengan kebijakan penghematan anggaran pemerintah dalam Instruksi Presiden nomor
8 Tahun 2016, penyerapan anggaran ini tidak terlalu ditekankan dari sisi persentase maupun
nominal rupiah, namun lebih pada pencapaian target kinerja yang tergambar melalui
pencapaian volume Keluaran, yang dilaksanakan dengan pengeluaran dana yang sehemat
mungkin. Satker dihimbau untuk tetap melakukan pengeluaran dengan selektif dan hemat.
Perkembangan Penyelesaian Kontrak/Proyek Strategis Satker
Secara keseluruhan 11 K/L di Sektor Polhukkam, persentase ketepatan waktu penyampaian
Arsip Data Komputer (ADK) Kontrak ke KPPN selama Triwulan III TA 2016 adalah 45,07
persen yang meningkat dibandingkan tingkat ketepatan waktu ADK Kontrak di Triwulan II TA
14 | Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2016
2016 yang sebesar 27,50 persen. Hal ini menunjukkan peningkatan perhatian satker terhadap
batas waktu penyampaian ADK Kontrak ke KPPN sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) Nomor 190/PMK.05/2012, yaitu 5 (lima) hari kerja setelah ditandatanganinya kontrak.
Dari sisa outstanding kontrak untuk Sektor Polhukkam per tanggal 13 Oktober 2016, terdapat
sisa kontrak sebesar Rp.40.859.495.100 untuk kontrak yang sudah didaftarkan ke KPPN, yaitu
sebesar Rp.17.584.518.731 (untuk kontrak Belanja Barang) dan Rp.23.274.976.369 (untuk
kontrak Belanja Modal). Kontrak-kontrak yang masih tersisa atau belum seluruhnya terealisasi
tersebut tersebar pada 36 satker pada 7 (tujuh) K/L di Sektor Polhukkam. Berdasarkan
pengawasan tersebut, satker diingatkan kembali untuk memantau perkembangan realisasi
kontrak, serta memastikan penyelesaian kontrak sesuai batas waktunya dan dengan
memperhatikan pedoman tentang langkah-langkah akhir tahun anggaran 2016 yang akan
segera diterbitkan.
Penyelesaian Pagu Minus Belanja Pegawai
Berdasarkan pemantauan di Aplikasi OMSPAN per-13 Oktober 2016, terdapat 29 satker di
Sektor Polhukkam yang memiliki pagu minus Belanja Pegawai dengan total sejumlah
Rp.18.649.845.807, yang tersebar pada lima K/L. Satker telah diingatkan untuk mengurus
pagu minus belanja pegawai, yang dilakukan sesuai mekanisme/pedoman penyelesaian pagu
minus Belanja Pegawai dengan mempedomani PMK Nomor 15/PMK.02/2016 jo. PMK Nomor
62/PMK.02/2016.
Dalam peraturan tersebut, apabila satker tidak dapat mencukupkan anggaran dalam 1 (satu)
programnya untuk menyesuaikan pagu minus Belanja Pegawai, maka satker dapat
mengajukan untuk merevisi antar satker dalam 1 (satu) wilayah yang sama. Apabila kedua hal
tersebut tidak dapat dilakukan, maka satker perlu segera mengajukan penambahan pagu
Belanja Pegawai ke Eselon I untuk disahkan di Direktorat Jenderal Anggaran DJA, yang batas
penerimaan usulan revisinya adalah 31 Oktober 2016.
Pengelolaan Hibah
Terkait dengan pengelolaan hibah pada satker, perlu diingatkan kembali mengenai proses
administrasi hibah yang dimulai dari Pengajuan Nomor Register, Pengajuan Persetujuan
pembukaan rekening hibah, revisi penyesuaian pagu DIPA, dan pengajuan pengesahan ke
KPPN (3R-1P).
Sehubungan dengan revisi penyesuaian hibah pada pagu DIPA satker, terdapat batas waktu
pengajuan revisi ke Kanwil Ditjen Perbendaharaan yaitu pada tanggal 30 November 2016
(PMK Nomor 15/PMK.02/2016 jo. PMK Nomor 62/PMK.02/2016). Satker yang hadir telah
diingatkan untuk segera melakukan pengadministrasian dan pertanggungjawaban (3R-1P)
berdasarkan PMK Nomor 191/PMK.05/2011 dan PER-81/PB/2011, mengingat batas waktu
15 | isi EPA
pengajuan usulan revisi anggaran ke Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang tinggal 1 (satu) bulan
mendatang.
Dalam kesempatan tersebut disampaikan juga pengawasan register hibah langsung dalam
bentuk uang dan barang per tanggal 31 Agustus 2016, di mana masih terdapat 2 (dua) hibah
langsung dalam bentuk uang dan 7 (tujuh) hibah langsung dalam bentuk barang yang belum
sampai pada proses pengesahan. Satker telah diingatkan untuk segera menyelesaikan proses
terkait.
Ketelitian dalam Pengajuan Dokumen.
Berdasarkan pengawasan pada Aplikasi OM SPAN per-5 Oktober 2016, selama Triwulan III
terdapat tingkat pengembalian/kesalahan SPM sebesar 4,58 persen untuk seluruh satker di
Sektor Polhukkam. Dalam pemantauan mingguan, didapati bahwa sebagian besar
pengembalian/kesalahan SPM tersebut adalah akibat kesalahan nomor rekening, NIP, nama
pegawai, nama rekanan, dan hal-hal administratif lainnya yang dapat diupayakan untuk
dikurangi. Satker telah diingatkan untuk memperhatikan detil SPM dan ADK Supplier terlebih
di akhir tahun anggaran, agar tidak terdapat pengembalian/kesalahan SPM yang
mengakibatkan tertundanya pencairan dana.
2.8. Analisis dan Pemecahan Masalah
2.8.1. Pengelolaan Dana Bantuan Pemerintah
Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran
a. Pemberian bantuan dalam bentuk hibah yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi ke
sekolah di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak semuanya dapat
dipergunakan dengan maksimal oleh sekolah penerima bantuan karena tidak sesuai
dengan kebutuhan. Hal tersebut terjadi karena pemberian hibah ke sekolah tidak
terencana dengan baik dari sejak awal. Untuk lebih mengefektifkan manfaat atas hibah
yang diberikan kepada sekolah maka Pemerintah Provinsi sebaiknya melakukan
pendataan yang lebih lengkap terhadap kebutuhan masing-masing sekolah sehingga
pemberian bantuan lebih tepat sasaran dan bermanfaat bagi sekolah penerima bantuan.
b. Pemberian bantuan sosial/Program Indonesia Pintar yang kurang tepat sasaran karena
syarat penetapan siswa yang menerima bantuan masih ada yang bersifat administratif saja
tanpa melihat secara langsung kemampuan orang tua siswa tersebut. Untuk mengatasi
pemberian bantuan yang kurang tepat sasaran maka perlu dibuat suatu metode yang lebih
baik yaitu dengan melibatkan sekolah untuk memberikan bantuan selain syarat yang
sudah ditentukan. Evaluasi secara berkala terhadap siswa penerima bantuan diperlukan
untuk lebih menjamin penyaluran dana bantuan yang lebih tepat sasaran.
16 | Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2016
c. Pencairan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada sekolah di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (SD, SMP, SMA) sering mengalami
keterlambatan sehingga mempen-garuhi kelancaran proses belanjar mengajar.
Terlambatnya pencairan dana dari Pemerintah Provinsi karena lambatnya laporan
pertanggungjawaban sekolah pada periode seblumnya. Untuk mengatasi hal tersebut
maka sebaiknya transfer dana dari Pemerintah Provinsi ke sekolah dilakukan tetap
dilaksana kan setiap awal triwulan tanpa menunggu laporan pertanggung jawaban periode
sebelumnya. Untuk mengatasi keterlambatan pengiriman laporan tersebut maka
Pemerintah Provinsi mengambil langkah untuk melakukan pembinaan/pendampingan
secara langsung ke sekolah.
d. Adanya permasalahan pencairan dana BOS dari Bank ke siswa karena pada saat penarikan
dana ditemukan perbedaan spesimen tanda tangan siswa dengan tanda tangan yang
terdaftar di Bank. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya tanda tangan siswa diganti
dengan cap jempol siswa.
e. Kurangnya pemahaman beberapa satuan kerja di lingkungan Kementerian Agama tentang
petunjuk teknis BOS akan mempengaruhi kelancaran pencairan dana BOS. Untuk
mengatasi hal tersebut maka pengelola dana BOS harus diberikan pemahaman melalui
bimbingan teknis pada awal tahun anggaran. Disamping hal tersebut, perlu membuat
forum pengelola dana BOS untuk memberikan kesempatan saling berbagi ilmu dan
kemampuan dalam pengelolaan dana BOS.
f. Untuk menghindari adanya pencairan dana belanja modal untuk pengadaan buku
kurikulum 2013 maka sekolah agar berkoordinasi dengan kantor Pusat Kementerian
agama tentang penggunaan dana untuk belanja pengadaan buku kurikulum 2013. Apabila
penggunaan dana tersebut sudah tidak mungkin dilakukan maka bisa diusulkan revisi
penggunaan untuk membiayai kegiatan sekolah yang dapat dibiayai dana BOS.
g. Sebagian besar dana BOS baru direalisasikan pada Awal Semester II Tahun 2016 karena
banyak kegiatan operasional sekolah pada awal semester II tahun 2016 (tahun ajaran
baru) yaitu opera-sional untuk kegiatan dalam rangka penerimaan peserta didik baru dan
kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler siswa. Untuk menghindari penumpukan
penyerapan dana pada Semester II maka sekolah sebaiknya agar lebih cermat dan kreatif
dalam menyusun rencana kegiatan sekolah pada awal tahun (semester I).
Pelaporan
a. Penyusunan laporan pertanggungajwaban pengelolaan bantuan pada sekolah mengalami
kendala karena petugas untuk menyusun laporan tersebut tidak ada. Sekolah tidak
mempunyai petugas yang khusus di bagian keuangan dalam semua proses penyusunan
17 | isi EPA
laporan pertanggungjawaban dilaksanakan oleh guru yang mempunyai tugas pokok untuk
mendidik siswa. Guru akan menjadikan penyusunan laporan keuangan sebagai pekerjaan
sambilan sehingga tidak fokus untuk melaksanakannya. Usulan pemecahan masalah
tersebut adalah:
Menambah petugas/ SDM pada unit keuangan untuk lebih fokus dalam menangani
administrasi pengelolaan dana bantuan yang diterima oleh sekolah.
Pemerintah Daerah/Dinas Pendidikan agar lebih aktif dalam melakukan pendamping
an ke sekolah-sekolah penerima bantuan sehingga dapat memberikan pemahaman
yang lebih baik tentang pengelolaan bantuan pemerintah.
b. Di tengah keterbatasan SDM yang ada di sekolah-sekolah dalam mengelola bantuan,
pengelolaan dana bantuan dilaksanakan oleh guru disamping melaksanakan tugasnya
sebagai pendidik. Disamping permasalahan karena melaksanakan sebagai tugas tambahan,
guru juga memiliki kemampuan yang terbatas pada sekolah-sekolah guru kurang
mendapatkan pelatihan yang cukup dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban
bantuan yang diterima sekolah.
Usulan pemecahan masalah tersebut adalah:
Perlu memberikan bimbingan teknis kepada para petugas/guru dengan cara melaku-
kan simulasi penyusunan laporan sehingga mereka dapat lebih mudah untuk
memahami cara penyusunan laporan pertanggungjawaban.
Tim Manajemen pembinaan agar melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala
terhadap sekolah-sekolah dan memberikan bimbingan/pendampingan yang lebih
intensif terhadap sekolah-sekolah yang mempunyai kemampuan yang terbatas
dibandingkan dengan sekolah lainnya.
c. Laporan Bantuan Operasional Sekolah yang disusun relatif banyak sehingga sangat
merepotkan sekolah penerima bantuan. Laporan sebaiknya dibuat lebih sederhana
sehingga mengurangi jumlah laporan yang akan disusun. Untuk mengatasi hal tersebut
maka perlu ditinjau kembali semua laporan Bantuan Operasional Sekolah pada
Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
d. Format laporan BOS yang harus diisi kurang sederhana sehingga menyulitkan petugas
dalam menyusun laporan pertanggungjawaban.
Rumitnya penyusunan laporan pertanggungjawaban Bantuan Operasional Sekolah akan
berpengaruh terhadap kelancaran pencairan dana BOS dan selanjutnya berdampak pada
kelancaran proses belanja mengajar di sekolah. Untuk memberikan kemudahan dalam
penyusunan laporan sebaiknya dibuatkan aplikasi yang lebih sederhana dan bersifat single
18 | Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2016
entry point. Dengan adanya aplikasi tersebut maka petugas/ guru akan lebih mudah dalam
menyusun laporan pertanggungjawaban bantuan tersebut.
e. Sarana dan parasara pendukung (komputer, printer) sangat dibutuhkan dalam menunjang
kelancaran pelaksanaan penyusunan laporan. Terbatasnya dana pada sekolah untuk
pengadaan alat penunjang penyusunan laporan menjadi salah satu faktor penghambat.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka:
Sekolah-sekolah harus dilengkapi dengan Komputer dan Printer untuk menunjang
kelancaran penyusunan laporan.
Dalam hal adanya pemberian bantuan hibah dalam bentuk aset ke sekolah di
lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maka Pemerintah Provinsi agar
memberikan bantuan yang lebih dibutuhkan sekolah. Contoh: bantuan komputer/
printer untuk penyusunan laporan.
Kebijakan
a. Terbatasnya penggunaan dana BOS hanya untuk kegiatan yang sudah ditetapkan pada
petunjuk teknis mengakibatkan pencairan dana yang kurang maksimal. Pada praktiknya
terdapat beberapa pengeluaran untuk menunjang kegiatan sekolah namun tidak
tercantum pada petunjuk teknis. Hal ini mengakibatkan kesulitan bagi sekolah untuk
membiayai beberapa pengeluaran yang telah dilaksanakan. Untuk mengatasi hal tersebut
maka sebaiknya uraian kegiatan yang dapat dibiayai dana BOS yang tercantum pada
petunjuk teknis tidak terlalu rinci namun perlu penegasan bahwa kegiatan tersebut secara
nyata dipergunakan untuk menunjang kegiatan operasional sekolah.
b. Untuk menghindari kesulitan siswa dalam pembukaan rekening karena alasan
keterbatasan dana dan kesulitan admisnitrasi maka sekolah dapat bekerja sama dengan
Bank untuk memfasilitasi pembukaan rekening secara kolektif. Perlu ada kerjasama
dengan Bank dalam hal pembukaan rekening tabungan siswa penerima Bantuan Sosial
yaitu untuk memberikan kemudahan bagi siswa miskin dalam membuka rekening tanpa
adanya setoran uang sejumlah tertentu.
c. Ketidaksesuain alokasi dana BOS pada sekolah karena penetapan perhitungan alokasi yang
didasarkan pada kondisi siswa pada awal tahun pelajaran yaitu sekitar bulan Juli akan
berpotensi menimbulkan ketidaksesuai kebutuhan dana BOS dengan jumlah siswa. Untuk
mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan update alokasi dana setiap semester.
Kelembagaan
a. Sekolah-sekolah di lingkungan Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan pada umumnya yang tidak memiliki unit khusus yang menangani pengelolaan
19 | isi EPA
keuangan/pejabat perbendaharaan agar diatasi dengan membentuk Unit Layanan Khusus
yang mengelola keuangan. Unit Layanan Khusus Pengelola Keuangan ini dapat dilakukan
oleh Dinas Pendidikan.
b. Untuk memperlancar penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah pada pada sekolah
lingkup Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maka sebaiknya penyaluran sebaiknya
tidak dilakukan oleh Pemerintah Provinsi tetapi oleh Pemerintah Kab/Kota. Hal ini
dilaksanakan agar Pemerintah Kabupaten dapat lebih intensif dalam melakukan
monitoring dan evaluasi penyaluran dana BOS.
2.8.2. Pengelolaan Keuangan BP Batam
Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau memaparkan tentang
ketentuan revisi penggunaan saldo awal sesuai Perdirjen Perbendaharaan nomor PER-
24/PB/2016 tanggal 27 Mei 2016). Memaparkan rincian penggunaan saldo awal tahun
anggaran sebelumnya dan dijadikan sebagai pertimbangan dalam memberikan ijin
penggunaan tambahan saldo awal yang diusulkan dalam surat revisi No. B/33/A-1-
KPA/09/2016 tanggal 29 September 2016. Menjelaskan ringkasan persetujuan kontrak multi
years untuk pembangunan Pelabuhan Kabil Batam sesuai surat Menteri Keuangan No. S-
159/MK.2/2016 tanggal 30 Agustus 2016). Menjelaskan usulan revisi terkait pergeseran dana
antar ouput dalam satu kegiatan untuk efisiensi dan efektivitas penggunaan dana pada BP
Batam.
Usulan revisi penggunaan saldo awal tersebut mengakibatkan penambahan pagu DIPA (on
top). Berdasarkan surat Menteri Keuangan nomor S-159/MK.2/2016 tanggal 30 Agustus 2016
dinyatakan bahwa sumber pendanaan untuk kegiatan yang mendapatkan ijin kontrak tahun
jamak harus berasal dari pagu yang sudah dialokasikan dan bukan merupakan pagu tambahan
(on top). Sehubungan dengan usulan penggunaan saldo awal mengakibatkan penambahan
dana (on top) maka perlu dilakukan konfirmasi/rapat koordinasi untuk membahas lebih lanjut
tentang usulan revisi penggunaan saldo awal BP Batam.
2.8.3. Pelaksanaan Anggaran Sektor Polhukam
1. Perkembangan pelaksanaan anggaran satker: perlu dilakukan pemantauan dan
pengawasan yang ketat, terutama berkaitan dengan kebijakan penghematan anggaran
pemerintah dan pengendalian revisi anggaran yang merupakan kewenangan Kanwil Ditjen
Perbendaharaan.
2. Perkembangan penyelesaian kontrak satker: perlu dilakukan monitoring agar seluruh
kontrak yang telah didaftarkan dapat terealisasi sesuai dengan batas waktu
20 | Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2016
penyelesaiannya, dengan tetap memperhatikan pedoman mengenai langkah-langkah akhir
tahun anggaran 2016, yang akan diterbitkan kemudian.
3. Penyelesaian pagu minus Belanja Pegawai: satker telah diingatkan untuk mengurus revisi
penambahan pagu Belanja Pegawai ke Eselon I apabila memang revisi dalam satker atau
revisi antar satker dalam satu wilayah sudah tidak memungkinkan. Perlu pemantauan
lebih lanjut mengenai hal ini, untuk mengantisipasi agar pagu minus Belanja Pegawai
tersebut tidak memerlukan penyelesaian di BA BUN, yang berarti pembayarannya akan
dilakukan di TA 2017.
4. Pengelolaan hibah: satker telah diingatkan mengenai proses pengelolaan hibah (3R-1P),
namun perlu untuk dipantau lebih lanjut agar seluruh hibah langsung dalam bentuk uang
yang diterima di TA 2016 dapat direvisi sebagai penambahan pagu DIPA TA 2016.
5. Ketelitian dalam pengajuan dokumen: satker telah diingatkan untuk lebih teliti dan
memperhatikan detil dalam SPM dan ADK supplier, untuk mencegah
pengembalian/kesalahan SPM yang berisiko untuk mengakibatkan penundaan pencairan
dana mengingat perlunya perbaikan SPM.
21 | isi EPA
Bab III. Penutup
3.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan rapat koordinasi dan focus group discussion terkait pelaksanaan anggaran
pada beberapa satuan kerja Kementerian Negara/Lembaga maka dapat diambil kesimpulan
terkait pelaksanaan anggaran di Provinsi Kepulauan Riau.
1. Sebagian dana BOS disalurkan kurang maksimal, dan kurangnya pemahaman pengelola
sehingga timbul keraguan. Bantuan sosial tidak sesuai kebutuhan dan tidak tepat sasaran.
2. Laporan pertanggungjawaban bantuan pemerintah dan bansos terlalu banyak dan kurang
sederhana, keterbatasan kemampuan petugas dan kurangnya sarana prasarana
pendukung menghambat pelaporan.
3. Petunjuk teknis penyaluran bantuan terlalu banyak dan kurang sederhana sehingga
menyulitkan pengelola dalam memahaminya.
4. Tidak tersedianya unit khusus yang menangani pengelolaan keuangan sehingga terjadi
rangkap tugas yang mengakibatkan kurang maksimalnya pelaksanaan pekerjaan.
5. Usulan revisi penggunaan saldo awal sebesar Rp49.613.159.000 untuk membiayai proyek
multi years dalam rangka pembangunan dermaga pelabuhan Kabil. Penggunaan saldo awal
tersebut dilakukan karena alokasi dana awal untuk pembangunan dermaga Pelabuhan
Kabil terkena penghematan/blokir.
6. Usulan revisi penggunaan saldo awal tersebut mengakibatkan penambahan pagu DIPA (on
top). Berdasarkan surat Menteri Keuangan No. S-159/MK.2/2016 tanggal 30 Agustus 2016
dinyatakan bahwa sumber pendanaan untuk kegiatan proyek multiyears harus berasal dari
pagu yang sudah dialokasikan dan bukan merupakan pagu tambahan (on top).
7. BP Batam mengajukan revisi pergeseran dana antar output dalam satu kegiatan dalam
rangka mendukung peningkatan pelayanan yang diberikan BP Batam. Pergeseran dana
antar output tersebut terdapat pada kegiatan kerumahtanggaan dan keprotokolan,
administrasi keuangan, penyelenggaraan Bandara, fasilitas kesehatan serta
penyelenggaraan air limbah.
8. Terdapat kendala dalam pelaksanaan anggaran terkait dengan pengendalian pelaksanaan
anggaran pada tahun 2016 yang berpengaruh terhadap penyelesaian kontrak, pagu minus
belanja pegawai, pengelolaan hibah dan pengajuan SPM kepada KPPN.
22 | Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2016
3.2. Rekomendasi
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam kesimpulan pada kegiatan
rapat koordinasi dan focus group discussion dan rapat koordinasi, Kanwil Ditjen Perbendaharaan
Provinsi Kepulauan Riau memberikan beberapa rekomendasi untuk mendukung pelaksanaan
anggaran di Provinsi Kepulauan Riau. Rekomendasi tersebut adalah:
1. Peningkatan kapasitas pengelola keuangan dalam penyusunan pertanggungjawaban
bantuan. Dalam hal bansos perlu dibuatkan metode yang lebih praktis dalam menentukan
siswa yang berhak menerima bantuan. Penentuan tidak hanya secara administrastif saja
namun juga dengan melihat kondisi riil kemampuan siswa tersebut. Optimalisasi
penyaluran dapat dilakukan dengan cara standarisasi petunjuk teknis yang lebih
sederhana dan mudah dipahami.
2. Perlunya tinjauan ulang terkait laporan-laporan pertanggungjawaban bantuan. Laporan
sebaiknya disederhanakan agar mudah dipahami. Untuk memberikan kemudahan dalam
penyusunan laporan sebaiknya dibuatkan aplikasi yang lebih sederhana dan bersifat single
entry point.
3. Penyederhanaan petunjuk teknis sehingga satuan kerja lebih mudah memahaminya.
Kementerian Keuangan sebagai BUN agar menstandarkan petunjuk teknis bantuan pada
Kementerian negara/Lembaga.
4. Pembentukan unit layanan khusus yang mengelola keuangan. Unit Layanan Khusus
Pengelola Keuangan ini dapat dilakukan oleh Dinas Pendidikan.
5. Untuk memastikan bahwa penggunaan saldo awal dapat dilakukan untuk membiayai
proyek multiyears dalam rangka pembangunan dermaga pelabuhan Kabil maka perlu
dilakukan pembahasan yang lebih komprehensif antara BP Batam, Ditjen Perbendaharaan
dan Ditjen Anggaran. Hal tersebut dilaksanakan karena adanya klausul pada surat Menteri
Keuangan nomor S-159/MK.2/2016 tanggal 30 Agustus 2016 yang menyatakan bahwa
sumber pendanaan untuk pembangunan dermaga pelabuhan Kabil berasal dari pagu yang
sudah dialokasikan dan bukan merupakan pagu tambahan (on top).
6. BP Batam dapat mengajukan kembali usulan revisi penggunaan saldo awal sebesar
Rp49.613.159.000 untuk pembangunan dermaga pelabuhan Kabil setelah mendapatkan
konfirmasi/surat dari Ditjen Anggaran yang menyatakan bahwa saldo awal dapat
dipergunakan untuk membiayai proyek dimaksud.
7. Usulan revisi BP Batam terkait pergeseran dana antar output dapat disetujui. Oleh karena
itu BP Batam agar terlebih dahulu memperbaiki usulan revisi dan ADK usulan revisi dan
dapat mengajukan kembali usulan revisi pergeseran dana antar output dalam satu
kegiatan.
23 | isi EPA
8. Terkait perkembangan pelaksanaan anggaran pada satuan kerja; diperlukan pemantauan
dan pengawasan yang ketat, terutama berkaitan dengan kebijakan penghematan anggaran
pemerintah dan pengendalian revisi anggaran yang merupakan kewenangan Kanwil Ditjen
Perbendaharaan.
9. Perlu dilakukan monitoring agar seluruh kontrak yang telah didaftarkan dapat terealisasi
sesuai dengan batas waktu penyelesaiannya, dengan tetap memperhatikan pedoman
mengenai langkah-langkah akhir tahun anggaran 2016, yang akan diterbitkan kemudian.
10. Dalam penyelesaian pagu minus belanja pegawai, satker diingatkan untuk mengurus revisi
penambahan pagu Belanja Pegawai ke Eselon I apabila memang revisi dalam satker atau
revisi antar satker dalam satu wilayah sudah tidak memungkinkan. Perlu pemantauan
lebih lanjut mengenai hal ini, untuk mengantisipasi agar pagu minus belanja pegawai
tersebut tidak memerlukan penyelesaian di BA BUN, yang berarti pembayarannya akan
dilakukan di TA 2017.
11. Dalam pengelolaan hibah, satker diingatkan mengenai proses pengelolaan hibah (3R-1P),
namun perlu untuk dipantau lebih lanjut agar seluruh hibah langsung dalam bentuk uang
yang diterima di TA 2016 dapat direvisi sebagai penambahan pagu DIPA TA 2016.
12. Terkait ketelitian dalam pengajuan dokumen, satker diingatkan untuk lebih teliti dan
memperhatikan detil dalam SPM dan ADK supplier, untuk mencegah pengembalian/
kesalahan SPM yang berisiko untuk mengakibatkan penundaan pencairan dana mengingat
perlunya perbaikan SPM.