laporan farmako

11

Click here to load reader

Upload: ronnygultom

Post on 27-Oct-2015

78 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

yuyu

TRANSCRIPT

Page 1: laporan farmako

Nama : Ronny SaputraNIM : 1102010257Kelompok : B-10

PENUNTUN PRATIKUM FARMAKOLOGIOBAT OTONOM

Pratikum obat otonom ini dibagi atas dua bagian, yaitu pratikum obat otonom dengan menggunakan hewan percobaan dan diskusi obat otonom dengan menggunakan kasus atau skenario.

Tujuan:Setelah pratikum mahasiswa dapat:

1. Menjelaskan system saraf otonom2. Menjelaskan efek farmakodinamik obat otonom3. Menggolongkan obat otonom yang diguunakan dalam pratikum ini ke dalam

obat kolinergik, antikolinergik, adrenergic dan antiadrenergik.4. Menjelaskan dasar kerja obat yang digunakan pada pratikum ini

1. REAKSI PUPIL TERHADAP OBAT OTONOMPupil merupakan organ yang baik dalam menunjukkan efek lokal dari suatu

obat, karena obat yang diteteskan dalam saccus conjunctivalis dapat memberi efek setempat yang nyata tanpa menunjukkan efek sistemik.

Bahan dan Obat:PenggarisLampu senterLarutan Pilokarpin 1%Larutan Atropin sulfat 1%

Cara Kerja:Pilihlah seekor kelinci putih dan taruhlah diatas meja. Perlakukanlah hewan secara baik. Periksalah hewan dalam keadaan penerangan yang cukup dan tetap. Perhatikan lebar pupil sebelum dan sesudah dikenai sinar yang terang. Amati apakah refleks konsensual seperti yang terjadi pada manusia juga terjadi pada kelinci. Ukur lebar pupil dengan penggaris milimeter. Rangsanglah kelinci dan catatlah lebar pupil dalam keadaan eksitasi. Ambil pilokarpin 1% dan teteskan pada bola mata kanan. Perhatikanlah pupil sesudah satu menit dan ulangi jika diameter pupil nelum berubah setelah 5 menit. Setelah terjadi miosis, sekarang teteskan larutan atroin 1% pada mata yang sama. Observasi pupil setiap satu menit dan ulangi penetesan setelah 5 menit jika perlu untuk menghasilkan midriasis. Lihatlah reaksi pupil tersebut terhadap sinar.

Page 2: laporan farmako

Hasil observasi

A.Refleks cahaya

Mata kiri Mata kanan

Basal 1cm 1cm

Post refleks cahaya 0,5cm 0,5cm

B.Refleks obat otonom

Mata kiri Mata kanan

Pilokarpin Dalam 19 detik pupil mengecil sampai 0,5 cm

Dalam 22 detik pupil mengecil sampai 0,5cm

Atropin Dalam 27 detik pupil membesar sampai 0,9 cm

Dalam 36 detik pupil membesar sampai 0,9cm

Analisis dan Diskusi: Didapatkan hasil pada mata (pupil) kelinci bagian kanan sebelum disinari cahaya sama besarnya dengan lebar pupil pada bagian kiri. Namun setelah disinari cahaya pada pupil kanan, didapatkan lebar pupil kanan mengecil. Juga pada pemberian obat pilokarpin didapatkan lebar pupil pada sebelah kanan lebih kecil daripada sebelah kiri. Tetapi pada pemberian atropin, lebar pupil sebelah kanan lebih besar dari pupil sebelah kiri. Sedangkan efek pemberian cahaya dengan pilokarpin pada pupil sebelah kanan didapatkan hasil yang sama besar dengan sebelah kiri.

Kesimpulan :

A.Refleks cahaya

Baik mata kanan atau mata kiri refleksnya terhadap cahaya membuat pupil mengecil.

B.Refleks obat otonom

Page 3: laporan farmako

Pilokarpin yang merupakan obat kolinergik menyebabkan pupil mengecil,sedangkan atropin yang merupakan obat antikolinergik menyebabkan pupil membesar.

Pertanyaan:1. Apakah yang dimaksud dengan refleks konsensual2. Jelaskan sistem saraf yang dipengaruhi oleh pilokarpin dan atropin3. Jelaskan efek lokal pilokarpin dan atropin pada pupil dan mekanisme

kerjanya4. Jelaskan indikasi dan kontraindikasi pilokarpin dan atropin !

Jawab :

1.Refleks cahaya tidak langsung atau konsensual adalah mengecilnya pupil pada mata yang tidak disinari cahaya

2.Pemberian obat pilokarpin menimbulkan efek miosis, vasodilatasi, bronkokontriksi, diare grooming, eksoftalmus, muntah dan peningkatan saliva.Atropin memperlihatkan efek merangsang di susunan saraf pusat dan pada dosis toksik memperlihatkan efek depresi setelah melampaui fase eksitasi yang berlebihan. Atropin merangsang medulla oblongata dan pusat lain di otak.dalam dosis 0,5 mg atropin merangsang N.vagus sehingga frekuensi denyut jantung berkurang.

3.Penggunaan topikal pilokarpin pada kornea mata dapat menimbulkan miosis dengan cepat dan kontraksi otot siliaris, Mekanisme kerja dan Efek : Kegunaan topikal pada kornea dapat menimbulkan miosis dengan cepat dan kontraksi otot siliaris.Pada mata akan terjadi spasmo akomodasi, dan penglihatan akan terpaku pada jarak tertentu sehingga sulit untuk memfokus suatu objek.sedangkan atropin menyekat semua aktivitas kolinergik pada mata sehingga menimbulkan midriasis (dilatasi pupil). Mekanisme Kerja : memiliki aktivitas kuat terhadap reseptor muskarinik, dimana obat ini terikat secara kompetitif sehingga mencegah asetilkolin terikat pada tempatnya di reseptor muskarinik. Atropin menyekat reseptor muskarinik baik di sentral maupun di saraf tepi. Keja obat ini secara umum berlangsung sekitar 4 jam kecuali bila diteteskan ke dalam mata maka kerjanya akan berhari-hari.

4. Atropin - Indikasi : radang iris, radang uvea, prosedur pemeriksaan refraksi,

keracunan organofosfat- Kontraindikasi : glaucoma sudut tertutup

Pilokarpin- Indikasi :glaucoma sudut terbuka kronik, hipertensi okuler, terapi darurat

untuk glaucoma sudut terbuka akut, melawan efek midriasis, dan siklopedia pasca bedah atau prosedur pemeriksaan mata tertentu.

Page 4: laporan farmako

- Kontraindikasi : radang iris akut, radang uvea akut, beberapa untuk glaucoma sekunder, radang akut segmen mata depan, penggunaan pasca bedah sudut tertutup tidak dianjurkan

KASUS 1

Seorang gadis 12 tahun datang ke dokter dengan radang tenggorokan dan demam.

Dokter mendiagnosa sebagai faringitis akut yang disebabkan oleh streptococcus

beta-hemolytic group A. Ia diberikan injeksi Penisilin. Sekitar 5 menit kemudian,

ditemukan kondisi respiratory distress dan adanya wheezing, kulit dingin, takikardi,

tekanan darah turun sampai 70/20 mm Hg. Dokter kemudian mendiagnosa sebagai

reaksi anafilaktik terhadap penisilin lalu memberikan injeksi epinefrin SC.

Pertanyaan:

1. Jelaskan efek pemberian epinefrin pada kasus diatas

2. Bagaimana mekanisme kerja epinefrin

3. Apa sebabnya epinefrin merupakan obat terpilih untuk reaksi anafilaktik

4. Terangkan apa yang terjadi bila epinefrin diberikan syok hipovolemik

Jawaban

1. Mengatasi reaksi cepat hipersensitivitas karena epinefrin bekerja segera dan sangat

cepat sebagai vasokonstriktor dan bronkodilator

2. Suatu organ efektor dapat memiliki lebih dari satu reseptor adrenergik. Misal otot polos pembuluh darah otot rangka memiliki reseptor β2 dan reseptor α . epinefrin bekerja pada kedua reseptor dengan afinitas lebih tinggi terhadap reseptor β , sehingga pada kadar normal epinefrin akan menyebabkan vasodilatasi , sedangkan pada kadar tinggi epinefrin akan menyebabkan vasokontriksi karena berikatan dengan reseptor α yang jumlahnya lebih banyak.

3. karena epinefrin dapat meningkatkan produksi c-AMP sehingga pelepasan histamine dan mediator lain dapat dicegah

4. Bisa diberikan, karena pada syok anafilaktik dapat menyebabkan bradikardi yang

secara hemodinamik bermakna asistole.

Page 5: laporan farmako

Efek Farmakologis Obat Otonom Terhadap OP

Alat dan Bahan

4 orang OP

Stetoskop

Spigmomanometer

Gelas Ukur

Obat-obat otonom

o Propanolon 10 mg

o Atropin 0,5 mg

o Efedrin 25 mg

o Placebo

Cara Kerja

1. Pengukuran frekuensi nadi

2. Pengukuran produksi saliva

3. Tampung saliva kedalam gelas ukur sebanyak 20 ml

4. Kunyah permen karet sampai rasa manisnya hilang

5. Setelah hilang rasa manisnya muntahkan saliva selama 5 menit

6. OP lari ditempat sebanyak 60x kaki kanan dan 60x kaki kiri

7. Lalu OP berbaring, ukur tekanan darah dan frekuensi nadi

8. OP diberikan obat bersama-sama (tanpa diketahui obat yang diberikan)

9. Setelah 2 menit minum obat, ukur kembali tekanan darah dan frekuensi nadi

10. Lalu setelah 60 menit, ukur kembali tekanan darah dan frekuensi nadi

OP 1

Observasi TD HR RR Produksi saliva

Basal 110/70 90 30 4ml

Post exercise 140/70 108

Obat

Menit 20 135/80 88 20 4ml

Page 6: laporan farmako

Menit 40 135/90 88 20 6ml

Menit 80 125/85 92 20 5ml

Post exercise 140/70 120

Kesimpulan :

OP 1 menggunakan obat plasebo karena pada tekanan darah,HR,RR dan produksi saliva tidak mengalami perubahan yang berarti setelah mengkonsumsi obat.

OP 2

Observasi TD HR RR Produksi saliva

Basal 110/70 80 20 4ml

Post exercise 130/70 120

Obat

Menit 20 110/70 100 20 10ml

Menit 40 120/70 88 20 8ml

Menit 80 115/70 96 20 8ml

Post exercise 150/70 128 28

Kesimpulan :

OP 2 menggunakan obat efedrin karena setelah menit 80,HR dan TD meningkat tinggi lebih dari keadaan basal.Produksi saliva meningkat,kalau antikolinergik (atropin) saliva akan menurun produksinya.

OP 3

Observasi TD HR RR Produksi saliva

Basal 100/70 60 15 9ml

Post exercise 130/70 70

Obat

Menit 20 100/70 64 24 11ml

Page 7: laporan farmako

Menit 40 100/70 56 16 4ml

Menit 80 110/70 52 16 2ml

Post exercise 145/70 80

Kesimpulan :

OP 3 menggunakan obat antikolinergik (atropin) karena produksi saliva menurun,terjadi bronkodilatasi sehingga RR nya menurun.

OP 4

Observasi TD HR RR Produksi saliva

Basal 110/70 70 20 11ml

Post exercise 160/70 90

Obat

Menit 20 130/70 84 16 8ml

Menit 40 130/80 72 16 7ml

Menit 80 120/80 68 20 6ml

Post exercise 135/70 80

Hasil :

OP 4 menggunakan obat propanolol (anti-adrenergik) karena TD nya menurun,HR nya menurun,RR nya meningkat dan produksi salivanya menurun.

Page 8: laporan farmako