laporan fisio ridho tanda tanda vital
DESCRIPTION
Laporan Fisio Ridho Tanda Tanda VitalTRANSCRIPT
i
PENGUKURAN TANDA – TANDA VITAL
RESPIRASI, SUHU TUBUH, TINGGI dan BERAT BADAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
BLOK SISTEM TUBUH II
GANJIL 2015-2016
Disusun Oleh:
AURIDHO PRASETYO PUTRA DITYA
NIM. 151610101081
LABORATORIUM FISIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I DASAR TEORI .................................................................................. 1
BAB II LANGKAH KERJA ......................................................................... 7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 8
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iii
1
BAB I
DASAR TEORI
1.1 Teori Dasar Frekuensi Nafas
Bernafas adalah satu tindakan yang tidak disadari, diatur oleh batang otak
dan dilakukan dengan bantuan otot-otot pernapasan. Pada suatu inspirasi,
diafragma dan otot-otot intrekostalis berkontraksi, memperluas rongga toraks dan
memekarkan paru-paru. Dinding dada akan bergerak ke atas, ke depan, dan ke
lateral, sedangkan difragma bergerak ke bawah. Setelah inspirasi berhenti, paru-
paru akan mengkerut, diafragma akan naik secara pasif dan dinding dada akan
kembali ke posisi semula.
Penilaian pada pemeriksaan pernafasan dapat meliputi :
1. Tipe pernafasan
a. Pernafasan abdomino-torakal : Pernafasan abdominal lebih dominan
dibandingkan toraks, umumnya pada Laki-laki..
b. Pernafasan torako-abdominal : Pernafasan torakal lebih dominan
dibanding abdomen, pada perempuan.
2. Frekuensi
a. Normal : (12-20 kali permenit, tetapi ada pula yang menyatakan 8-
16 kali/menit.
b. Polipnea (Takipna) : pernafasan yang cepat.
c. Oligopnea (Bradipnea) : pernafasan yang lebih lambat.
3. Kedalaman Pernafasan
a. Pernafasan normal
b. Pernafasan dangkal
c. Pernafasan dalam
2
1.2. Suhu Tubuh
Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan
hilangnya panas dari tubuh ke lingkungan. Produksi panas yang dihasilkan tubuh
antara lain berasal dari :
a. Metabolisme dari makanan ( Basal Metabolic Rate )
b. Olahraga
c. Shivering atau kontraksi otot skelet
d. Peningkatan produksi hormon tiroksin ( meningkatkan metabolisme seluler )
e. Proses penyakit infeksi
f. Termogenesis kimiawi ( rangsangan langsung dari norepinefrin dan efinefrin
atau dari rangsangan langsung simpatetik )
Sedangkan hilangnya panas tubuh terjadi melalui beberapa proses yaitu :
1. Radiasi adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lain tanpa melalui
kontak langsung, misalnya orang berdiri didepan lemari es yang terbuka
2. Konduksi adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lainnya melalui
kontak langsung, misalnya kontak langsung dengan es
3. Konveksi adalah pemindahan panas yang timbul akibat adanya pergerakan
udara, misalnya udara yang berdekatan dengan badan akan menjadi hangat
4. Evaporisasi adalah pemindahan panas yang terjadi melalui proses penguapan,
misalnya pernapasan dan perspiration dari kulit. Misalnya keringat meningkatkan
pengeluaran panas tubuh
Suhu tubuh terjaga konstan meskipun adanya perubahan kondisi
lingkungan. Hal ini disebabkan karena adanya proses pengaturan suhu melalui
negatif feedback sistim ( mekanisme umpan balik ). Organ pengatur suhu yang
utama adalah hipotalamus. Untuk regulasi panas tubuh diperlukan konsentrasi
sodium dan kalsium yang cukup, terutama didalam dan disekitar Hipotalamus
posterior. Variasi suhu orang yang sehat berkisar 0.7 derajat Celcius dari normal (
1.4 F ).
3
Faktor- faktor yang mempengaruhi suhu tubuh yaitu antara lain :
1. Umur
Bayi yang baru lahir sangat dipengaruhi keadaan lingkungan sekitarnya,
maka dari itu harus dilindungi dari perubahan iklim yang dapat berubah dengan
cepat. Anak- anak mempunyai suhu yang lebih labil dari pada orang dewasa.
UMUR SUHU ( Celcius ) SUHU (Fahrenheit )
Bayi baru lahir 36,1 – 37,7 97 – 100
2 tahun 37,2 98,9
12 tahun 37 98,6
Dewasa 36 96,8
2. Aktifitas tubuh
Aktifitas otot dan proses pencernaan sangat mempengaruhi suhu tubuh.
Pada pagi hari jam 04.00 – 06.00 suhu tubuh paling rendah, sedangkan sore hari
sekitar jam 16.00 – 20.00 yang paling tinggi, perubahan suhu berkisar antara 1.1 –
1.6 C ( 2 – 3 F ).
3. Jenis Kelamin
Wanita lebih efisien dalam mengatur suhu internal tubuh dari pada pria,
hal ini disebabkan karena hormon estrogen dapat meningkatkan jaringan lemak.
Meningkatnya progesteron selama ovulasi akan meningkatkan suhu wanita sekitar
0.3 – 0.5 C (0.5 – 1 F) sedangan estrogen dan testoteron dapat meningkatkan
Basal Metabolic Rate
4. Perubahan emosi
Emosi yang meningkat akan menambah kadar Adrenalin dalam tubuh
sehingga metabolisme meningkat dan suhu tubuh menjadi naik.
5. Perubahan Cuaca
Perubahan cuaca , Iklim, atau musim mempengaruhi Evaporasi, radiasi,
konveksi, konduksi, sehingga mempengaruhi metabolisme dan suhu tubuh
4
6. Makanan, minuman, rokok, dan lavemen
Makanan, minuman dan rokok dapat merubah suhu oral, misalkan Minum
air es dapat menurunkan suhu oral sekitar 0.9 C (1.6 F). Untuk itu dianjurkan
mengukur suhu oral sekitar 30 menit setelah makan, minum atau merokok ,
sedangkan tempertur rectal diukur setelah 15 menit melakukan lavemen / enema.
a. Alat Pengukur Suhu Tubuh
Secara umum pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer kaca
(glass thermometers). Skala yang sering digunakan adalah termometer skala
Celcius ( Centigrade) yang mempunyai skala dengan titik beku air 0 derajat
Celcius dan titik didih 100 derajat Celcius. Ada pula digital thermometer yang
mempunyai kepekaan tinggi dan waktu pemeriksaan hanya beberapa detik ,
banyak dipakai pada kondisi kegawatan.
b. Pengukuran Suhu Tubuh
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dibeberapa tempat yaitu di mulut
(oral), anus (rectal), ketiak (axilla) dan telinga ( auricular ) . Masing- masing
tempat mempunyai variasi suhu yang berlainan. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4
C (0.7 F) lebih tinggi dari suhu oral dan suhu aksila lebih rendah 0.6 C (1 F) dari
pada oral . Di Puskesmas biasanya yang sering dipergunakan adalah pemeriksaan
suhu aksila.
1.3. Teori Dasar Berat Badan Dan Tinggi Badan
Berat Badan
Berat Badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, di mana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan anatara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti
pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua
kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau
lebih lambat dari keadaan normal. Berat badan harus selalu dimonitor agar
memberikan informasi yang memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini
mungkin guna mengatasi kecenderungan penurunan atau penambahan berat badan
yang tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi dalam konteks
riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat badan yang
5
terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang (Anggraeni,
2012) Pengukuran Berat Badan pada Orang Normal
1. Timbangan Injak
Timbangan injak biasa digunakan untuk mengetahui berat badan pada
orang normal remaja dan dewasa.
2. Timbangan Dengan Pengukur Tinggi Badan
Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat keadaan
status gizi sekarang dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan tinggi/panjang
badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan
gizi pada waktu singkat (Anggraeni, 2012).
A. Pengukuran Panjang dan Tinggi Badan pada Orang Normal
1. Pengukuran Panjang Badan
Pengukuran ini digunakan untuk mengukur panjang badan bagi anak yang
berusia < 2 tahun dan panjang badan ≤ 50 cm serta menggunakan alat pengukur
panjang badan. Menggunakan alat pengukur panjang badan yang terbuat dari
papan kayu yang dikenal dengan nama Length Board.
2. Pengukuran Tinggi Badan
Pengkuran ini digunakan untuk mengukur tinggi badan anak yang telah
dapat berdiri tanpa bantuan. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan alat
pengukur tinggi (microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.
3. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa tubuh merupakan pengukuran yang membandingkan berat
dan tinggi badan seseorang. Formula IMT digunakan diseluruh dunia sebagai alat
diagnosa untuk mengetahui berat badan yang underweight, normal, overweight
dan obesitas. Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai
pengganti dipakai Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu
perbandingan berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam
meter).
6
Klasifikasi IMT/BMI = BB (kg) / TB2 (m2) ; Perhitungan dirujuk pada
klasifikasi IMT Klasifikasi IMT/BMI (Classification of Overweight and obesity
by BMI, Waist Circumference, and Associated Risk, WHO, 1997) :
a. BB sangat kurus (kurus beresiko) : IMT < 16,5 kg/m2
b. BB kurang (kurus) : IMT < 18,5 kg/m2
c. BB normal : 18,5 – 24,9 kg/m2
d. BB berlebih (agak gemuk) : 25,0 – 29,9 kg/m2
e. Obesitas klas 1 (gemuk) : 30,0 – 39,9 kg/m2
f. Obesitas klas 2 (sangat gemuk) : 35,0 – 39,9 kg/m2
g. Ekstrem Obes / obesitas klas 3 (amat sangat gemuk) : > 40,0 kg/m2
4. Overweight
Metabolisme energi di dalam tubuh manusia diatur oleh berbagai faktor,
baik yang menyebabkan meningkatnya penyimpanan energi, atau yang
mendorong pemakaian energi (Meutia, 2005). Pemakaian energi tubuh diatur
dalam keadaan seimbang. Bila energi yang masuk lebih besar dari energi yang
keluar, kelebihan energi tersebut akan disimpan dalam jaringan lemak.
Overweight didefinisikan sebagai peningkatan berlebihan jaringan lemak pada
otot dan jaringan skeletal (Dorlan, 2002). Overweight dikatakan jika IMT ≥ 23.
Secara ilmiah kelebihan berat badan (overweight) terjadi akibat mengonsumsi
kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidak
keseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini belum dapat dijelaskan
secara pasti.
7
BAB II
LANGKAH KERJA
Prosedur Percobaan Pengukuran Frekuensi Nafas
1. Dudukkan orang coba dengan tenang
2. Pengukuran frekuensi nafas dilakukan dengan memperhatikan dengan
cermat naik turunnya dinding dada dan hitung jumlah naik turunnya
selama 60 detik
3. Perhatikan pola nafas, apakah ada kesulitan nafas yang ditunjukkan
dengan kontraksi otot – otot leher atau otot – otot nafas yang lain
4. Periksa dadanya dengarkan apakah terdengar suara wheezing
5. Periksalah dengan kaca mulut apakah orang coba bernafas dengan hidung
atau melalui mulut
6. Perhatikan bagaimana pola nafas pada wanita dan pria
7. Catatlah hasil pengamatan
Prosedur Percobaan Pengukuran Suhu Tubuh
1. Masukkan thermometer ke dalam mulut (dibawah lidah) orang coba
selama 3 menit
2. Perhatikan tinggi air raksa berada pada skala berapa. Lakukan percobaan
selama 2 kali
3. Lakukan pengukuran pada ketiak sebanyak 2 kali. Lihatlah apakah ada
perbedaannya
Prosedur Percobaan Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan
1. Ukurlah BB dan TB semua anggota kelompok
2. Hitunglah berapa BB ideal maksimal dan minimal
3. Hitung berapa IMT masing – masing
4. Masukkan dalam klasifikasi, anda termasuk klasifikasi yang mana
8
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1. JAWABAN PERTANYAAN PERCOBAAN
Berdasarkan seluruh percobaan, kami menjawab beberapa pertanyaan
dibawah ini dan membuat kesimpulan
3.1 Pertanyaan
1. Mengapa pengukuran suhu tubuh di ketiak berbeda? Berapa
perbedaannya? Jelaskan!
2. Kapan harus melakukan pengukuran suhu tubuh di rongga mulut atau
pengukuran di bagian tubuh lain?
3. Apakah pengukuran TB dan BB diperlukan di bidang kedokteran gigi?
Jelaskan untuk apa!
4. Apakah akibat seseorang termasuk kurus beresiko dan apa pula akibat bagi
yang terlalu gemuk? Jelaskan!
3.2 Jawaban
1. Perbedaan ini dikarenakan pengukuran suhu aksila merupakan pengukuran
suhu di luar tubuh sedangkan oral berada di dalam tubuh. Suhu di dalam tubuh
(mukosa) lebih tinggi dan mencerminkan suhu inti, sementara suhu di luar tubuh
(kulit) tidak cepat mengikuti perubahan suhu inti. Perbedaannya kira-kira 0,5-0,6
0C,.
2.
a.Aksila(Ketiak)
Pengukuran suhu tubuh dilakukan di aksila (ketiak) karena aman dan mudah serta
bisa dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama (9-15 menit) daripada
pengukuran di oral (mulut). Namun, pengukuran suhu di aksila kurang akurat
karena diletakkan di luar tubuh sehingga ada kemungkinan tertinggal dalam
pengukuran suhu inti pada waktu perubahan suhu yang cepat dan juga digunakan
9
untuk bayi, anak kecil, anak yang sedang menangis atau klien konfusi, tidak sadar
atau tidak kooperatif
b.Rektal
Rektal bisa dijadikan tempat pengukuran suhu tubuh karena daerah tersebut
banyak pembuluh darah , selain itu suhu rektal juga menunjukkan suhu inti.
Kerugiannya, pengukuran suhu di rektal tidak boleh dilakukan pada klien yang
mengalami bedah rektal dan nyeri pada area rektal. Waktu yang dibutuhkan dalam
pengukuran suhu di rektal adalah 3-5 menit.
c. Oral (rongga mulut)
1. Saat klien bernafas dengan bidang bukan dengan mulut
2. Saat klien tidak mengalami bedah oral, trauma oral, riwayat epilepsi, atau
gemetar akibat kedinginan.
3. Tidak boleh dilakukan pada bayi, anak kecil, anak yang sedang menangis atau
klien konfusi, tidak sadar atau tidak kooperatif dan resiko terpapar cairan tubuh.
3.Iya, karena dengan mengetahui TB dan BB kita dapat mencari indeks masa
tubuh yang nantinya dari IMT tersebut dapat diketahui kemungkinan-
kemungkinan penyakit yang diderita oleh pasien.
4. Berikut adalah beberapa masalah kesehatan yang dapat dialami oleh mereka
yang memiliki IMT kurang dari 18, yaitu:
1.Osteoporosis
Osteoporosis adalah penipisan jaringan tulang atau hilangnya kepadatan tulang
seiring dengan waktu. Osteoporosis terjadi apabila tubuh tidak mampu
membentuk jaringan tulang baru, atau jaringan tulang yang telah ada diserap
terlalu banyak oleh tubuh, atau keduanya. Kepadatan tulang dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti, faktor bawaan, jenis kelamin, ras, aktifitas fisik, kondisi
kesehatan secara keseluruhan dan asupan makanan dan gizi. Dalam pembentukan
tulang, kalsium dan fosfor merupakan mineral penting yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh. Sumber kalsium dan fosfor banyak terdapat pada susu dan berbagai
produk olahan susu seperti mentega, keju, es krim dan sebagainya, telur, ikan,
10
sayuran dan kacang-kacangan. Estrogen merupakan hormon yang ikut memiliki
andil penting pada terjadinya osteoporosis. Hormon ini identik sebagai hormon
wanita. Kadar estrogen yang rendah dapat memicu terjadinya osteoporosis. Sebab
estrogen dapat memperlambat hilangnya jaringan tulang. Lemak tubuh dapat
memicu produksi estrogen. Apabila tubuh terlalu kurus, sehingga lemak tubuh
hanya sedikit, maka estrogen yang diproduksipun rendah, sehingga makin
mempertinggi resiko osteoporosis. Berat badan yang rendah menyebabkan
tekanan yang diterima oleh tulang juga kecil, padahal, tekanan pada tulang
berfungsi meningkatkan kepadatan tulang. Osteoporosis ini dapat mengancam
baik pada pria maupun wanita. Sehingga hanya dengan jatuh saja atau kecelakaan,
bisa menyebabkan luka yang fatal atau bahkan kematian. Untuk mencegah
terjadinya osteoporosis, maka orang yang memiliki IMT kurang dari 17,
sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk menambah berat badannya dengan
aman.
2. Masalah reproduksi
Keadaan sangat kurus pada wanita, menjadi salah satu penyebab beberapa
masalah reproduksi pada wanita. Yang pertama, siklus menstruasi akan berhenti
atau menjadi tidak teratur pada wanita yang terlalu kurus. Bukan hanya itu, wanita
yang terlalu kurus, juga akan mengalami kesulitan saat akan konsepsi (terjadinya
pembuahan), mereka juga sulit untuk mempertahankan kehamilannya. Menurut
hasil studi, 72 persen dari wanita hamil yang underweight, akan mengalami
keguguran dalam semester pertama. Pria yang terlalu kurus memiliki resiko untuk
mengalami disfungsi seksual menetap sebanyak 22 kali lebih tinggi daripada
orang dengan berat badan normal. Masalah-masalah seperti disfungsi ereksi, sakit
saat berhubungan seksual atau ketidakmampuan untuk ejakulasi. Menurut
penelitian juga terdapat hubungan antara berat badan pria dan kesehatan
spermanya.
11
3.Anemia
Kebanyakan orang yang terlalu kurus sering mengalami kelelahan sepanjang
waktu. Kekurangan energi dan fatigue atau kelemahan adalah meripakan gejala
khas anemia. Anemia adalah penyakit yang terjadi saat tubuh mengalami
kekurangan sel darah merah. Sel darah merah bertanggung jawab untuk
transportasi oksigen menuju organ. Apabila sel darah merah kurang, maka
oksigen yang diangkut menuju organ tubuh juga tidak memadai. Sehingga organ
tubuh mengalami kekurangan oksigen, dan muncullah gejala anemia. Gejala lain
dari anemia adalah, pucat, pusing, detak jantung tidak teratur, nafas pendek.
Anemia disebabkan karena kekurangan zat besi, vitamin B-12 dan asam folat. Hal
ini menjadi salah satu alasan lagi bagi penderita anoreksia untuk mengkonsumsi
cukup makanan yang bergizi.
4. Rendahnya sistem imun
Sistem imun tubuh membutuhkan cukup sumber energi untuk dapat
berfungsi dengan baik. Dan energi tersebut didapatkan dari makanan yang masuk
ke tubuh kita. Bagi penderita anoreksia, karena energi yang masuk sedikit, maka
sel-sel tubuh kurang maksimal dalam menghasilkan sistem imun. Sehingga orang
yang terlalu kurus gampang terserang penyakit flu, bahkan dapat menjadi lebih
parah, seperti kanker, yang dimulai dengan aktivitas sel yang abnormal.
Bagi anda yang terlalu kurus, berkonsultasi dengan dokter anda tentang
kemungkinan untuk mengkonsumsi supplemen tambahan agar daya tahan tubuh
anda cukup kuat sepanjang tahun dapat sangat membantu.
5.Penyakit Jantung dan Diabetes
Penyakit jantung dan diabetes, sering dihubungkan dengan kegemukan. Namun
demikian, orang kuruspun tidak lepas dari penyakit ini. Hal ini lebih disebabkan
karena keteledoran diri. Bahwa menganggap mempunyai tubuh yang ideal
sehingga malas untuk berolahraga, jarang memeriksakan kesehatan secara rutin,
12
asupan makanan yang kurang seimbang, dll. Pada penelitian, disebutkan bahwa
orang yang memiliki gen kurus, memiliki kecenderungan untuk menyimpan
lemak ditempat yang dalam, seperti disekitar jantung dan hati, daripada dibawah
kulit. Dan studi menyatakan bahwa hal itu beresiko lebih tinggi untuk terjadinya
diabetes dan serangan jantung dikemudian hari.
Jika kegemukan maka akan mengakibatkan seperti berikut,
1. Obesitas
Obesitas sangat erat kaitannya dengan pola makan yang tidak seimbang. Di mana
seseorang lebih banyak mengkonsumsi lemak dan protein tanpa memperhatikan
serat. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskular karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak
darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh.
Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat
sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Ada hubungan antara
berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat di atas berat badan ideal
maka risiko hipertensi juga meningkat. Penyelidikan epidemiologi juga
membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien
hipertensi. Pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung dan volume darah
sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan
penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang setara.
Obesitas mempunyai korelasi positif dengan hipertensi. Anak-anak remaja yang
mengalami kegemukan cenderung mengalami hipertensi. Ada dugaan bahwa
meningkatnya berat badan normal relatif sebesar 10% mengakibatkan kenaikan
tekanan darah 7 mmHg. Oleh karena itu, penurunan berat badan dengan
membatasi kalori bagi orang-orang yang obes bisa dijadikan langkah positif untuk
mencegah terjadinya hipertensi. Sedangkan hipertensi sangat erat dengan kejadian
penyakit jantung dan stroke.
13
2. Kadar Lemak Tubuh
Kadar lemak tubuh di golongkan menjadi lemak yang ada di jaringan bawah kulit,
lemak yang menumpuk di jaringan perut dan lain-lain, tergantung di mana lokasi
lemak itu berada pada tubuh. Kadar lemak di bawah jaringan kulit dan di perut
yang berlebihan mempunyai hubungan yang sangat erat terhadap munculnya
penyakit tertentu, seperti DM, hiperlipidemi dan penyakit jantung. Tingginya
kadar lemak yang ada pada tubuh seseorang, meningkatnya kadar kolesterol
sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Tingginya kadar lemak
tubuh juga berpengaruh terhadap lemahnya kemampuan insulin merubah glukosa
menjadi glikogen sehingga lama kelamaan kemampuan insulin akan terus
berkurang dan menyebabkan penyakit DM.
3. Resiko Stroke Bagi Orang Gemuk
Dari 7.400 pria yang berusia antara 47-55 tahun yang diteliti selama 28 tahun,
terlihat bahwa kegemukan, yang dilihat dari indeks massa tubuh antara 30-93,
akan cenderung mengalami stroke lebih dari sekali dibanding dengan orang yang
mempunyai berat badan ideal (indeks massa tubuh antara 20-23).
Penelitian sebelumnya di tahun 2002 dengan 21.000 orang pria, juga
menghasilkan kesimpulan yang kurang lebih sama. Setiap peningkatan 1 unit
indeks massa tubuh maka akan meningkatkan risiko stroke sebesar 6%.
14
3.2 Hasil Pengamatan
FREKUENSI RESPIRASI
Orang Jumlah naik
turun
dinding dada
Kesulitan
nafas
Suara
wheezing
Hidung/mulut
Pria 19x/menit - - hidung
Wanita 17x/menit - - hidung
SUHU
Suhu Waktu Digital Air raksa
I II I II
Mulut 3 menit 36,7 °C 37 °C 36,9 °C 37 °C
Ketiak 3 menit 36,3 °C 36,4 °C 36,8 °C 36,5 °C
TINGGI BADAN DAN BERAT BADAN
Nama TB
(cm)
BB
(kg)
BB (ideal)
IMT Klasifikasi Min Max
Ridho 165 42 49,5 55 15,4 Sangat kurus
Luly 160,5 45 45,5 50,5 17,5 Kurus
Nurina 154 36 39,6 44 15,2 Sangat kurus
Devita 162,5 48 47,25 52,5 18,2 Kurus
Karin 157,5 48 42,75 47,5 19,4 Normal
Ditha 164,5 52 49 54,5 19,1 Normal
Titis 164 45 48,6 54 16,7 Kurus
Yanti 157,5 50 42,75 47,5 20,2 Normal
15
3.3. Pembahasan
Pada percobaan yang kami lakukan mengenai frekuensi nafas didapatkan
hasil bahwa antara pria dan wanita mempunyai frekuensi nafas yang berbeda
yakni pada pria mempunyai frekuensi nafas lebih tinggi daripada wanita yakni
pada pria 19x/menit dan pada wanita 17x/menit, berdasarkan kedua hasil tersebut
kurang sesuai dengan teori seharusnya yang lebih tinggi frekuensi pernafasannya
adalah perempuan, hal ini bisa lebih tinggi laki-laki karena pada saat pengukuran
laki-laki beraktifitas lebih tinggi masih ngos-ngosan sehingga mempengaruhi
frekuensi pernafasan yang seharusnya diistirahatkan terlebih dahulu. Bisa
disebabkan juga karena ketidaktenangan kondisi orang coba.
Selanjutnya adalah percobaan suhu dimana pada percobaan ini
menggunakan satu orang objek yang sama yakni seorang wanita dengan
pengukuran suhu secara oral dan aksial menggunakan 2 macam thermometer yang
berbeda yakni thermometer digital dan thermometer air raksa dan dilakukan
selama 3 menit. Pada pengamatan kedua thermometer didapatkan perbedaan yang
tidak signifikan, hasil perbedaan ini bisa disebabkan adanya aktivitas lain
sehingga pasokan darah kedaerah yang diukur suhunya meningkat , misal pada
percobaan kami orang coba mencoba mengembalikan thermometer ke suhu
dibawah normal untuk percobaan selanjutnya dengan menggerakkannya atau
mengangin-anginkannya keatas bawah berkali-kali tentunya hal ini berpengaruh,
selain juga bisa kesalahan pembacaan atau terlalu lama dalam membaca
thermometer raksa sehingga suhunya sedikit turun. Selanjutnya adalah perbedaan
suhu pada pengukuran oral dan aksial sudah sesuai teori yakni lebih tinggi oral
akan tetapi hasil perbedaan yang didapatkan berturut-turut adalah 0,4 °C, 0,4 °C,
0,1 °C, dan 0,2 °C, yang apabila secara teori seharusnya perbedaannya kurang
lebih 0,6 °C lebih rendah daripada pengukuran oral. Hal ini bisadisebabkan seperti
sebelumnya yakni orang coba mencoba mengembalikan thermometer ke suhu
dibawah normal untuk percobaan selanjutnya dengan menggerakkannya atau
mengangin-anginkannya keatas bawah berkali-kali tentunya hal ini berpengaruh,
selain juga bisa kesalahan pembacaan atau terlalu lama dalam membaca
thermometer raksa sehingga suhunya sedikit turun. Perbedaan pada suhu aksial
16
dan oral dikarenakan suhu pada aksial lebih luar dari tubuh dan dipengaruhi pula
oleh suhu lingkungan sedangkan suhu oral lebih internal dimana semakin dalam
menuju central tubuh suhu semakin tinggi dan semakin superfisial semakin rendah
suhu tubuhnya.
Yang terakhir adalah percobaan tinggi badan dan berat badan dimana pada
percobaan ini setiap anggota kelompok melakukan hal ini untuk menentukan
klasifikasi berdasarkan WHO sesuai dengan BMI ( IMT ) yang telah dihitung.
Sehingga dari klasifikasi tersebut juga bisa dibuat sebagai bahan acuan untuk
menentukan gangguan pada diri seseorang.
17
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang kami dapatkan dalam percobaan kami adalah pada
pengukuran suhu secara oral dan aksial terdapat perbedaan hasil yakni dengan
hasil pengukuran lebih tinggi pada bagian oral hal ini dikarenakan pengukuran
suhu tubuh secara aksial merupakan pengukuran suhu tubuh permukaan luar
sedangkan oral lebih kedalam sehingga yang lebih tinggi adalah suhu oral.
Kemudian adalah frekuensi nafas. Pada perempuan mempunyai frekuensi
pernafasan yang lebih tinggi daripada pria, akan tetapi pada percobaan kami
terbalik bisa dikarenakan sebelumnya pria beraktifitas lebih tinggi sehingga masih
ngos-ngosan dalam arti tidak diistirahatkan terlebih dahulu, selain itu
ketidaktenangan orang coba juga mempengaruhi frekuensi pernafasan, serta
beberapa faktor lainnya.
Dan yang terakhir adalah pengukuran tinggi badan dan berat badan dimana
pada pengukuran ini digunakan juga untuk menentukan index masa tubuh yang
dapat digunakan oleh kedokteran gigi untuk membantu menggali masalah pada
diri pasien bisa dari kesehatan gigi dan mulut maupun penyakit lainnya. Selain itu
mahasiswa kedokteran gigi dapat mengetahui pengukuran suhu tubuh serta
frekuensi nafas yang digunakan untuk melakukan tindakan berkelanjutan dalam
proses medisnya.
18
iii
DAFTAR PUSTAKA
Field JM, Hazinski MF, Sayre M, et al. Part 1: Executive Summary of
2010 AHA Guidelines for CPR and ECC. Circulation. In press.
Guyton. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7, bagian 1 & 2. Alih
Bahasa : Ken Ariata Tengadi, dkk. Jakarta : EGC.
http://www.scribd.com/doc/102662515/Kul-Tanda-Tanda-Vital. diambil
tanggal 6 November 2015 pukul 14.53 wib