laporan g6pd

9
ABSTRAK Defisiensi G6PD merupakan penyakit dengan gangguan herediter pada aktifitas eritrosit,karena terdapat kekurangan enzim glukosa-6- fosfat-dehidrogenase ( G6PD). Pada individu defisiensi G6PD adalah pada umunya bersifat asimtomatik yang dapat bermanisfetasi seabagai anemia hemolitik akut ,neonatal jaundice,atau anemia kronis non- hemolitik sferositik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui persentase defisiensi G6PD pada bayi baru lahir berdasarkan usia dan jenis kelamin. Hasil penelitian terhadap 251 bayi baru lahir yang di periksa G6PD di dapat 16 bayi (6,4%) kadar G6PD normal/defisiensi (< 2U/gHb, dimana 9 bayi ( 3.6 %) adalah bayi laki-laki dan 7 bayi (2,8 %) bayi perempuan. Hasil penelitian menunjukan perlunya melanjutkan skrining N-G6PD pada bayi baru lahir seperti yang di rekomendasikan oleh WHO.

Upload: aripurnamasari

Post on 15-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

y

TRANSCRIPT

ABSTRAK

Defisiensi G6PD merupakan penyakit dengan gangguan herediter pada aktifitas eritrosit,karena terdapat kekurangan enzim glukosa-6-fosfat-dehidrogenase ( G6PD). Pada individu defisiensi G6PD adalah pada umunya bersifat asimtomatik yang dapat bermanisfetasi seabagai anemia hemolitik akut ,neonatal jaundice,atau anemia kronis non-hemolitik sferositik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui persentase defisiensi G6PD pada bayi baru lahir berdasarkan usia dan jenis kelamin. Hasil penelitian terhadap 251 bayi baru lahir yang di periksa G6PD di dapat 16 bayi (6,4%) kadar G6PD normal/defisiensi (< 2U/gHb, dimana 9 bayi ( 3.6 %) adalah bayi laki-laki dan 7 bayi (2,8 %) bayi perempuan. Hasil penelitian menunjukan perlunya melanjutkan skrining N-G6PD pada bayi baru lahir seperti yang di rekomendasikan oleh WHO.

BAB IPENDAHULUANA. Latar belakang Definisi G6PD merupakan penyakit dengan gangguan herediter pada aktifitas eritrosit,Karena terdapat kekurangan ennzim glukosa-6-fosfat-dehidrogenase ( zhao,2010). Enzim G6PD ini berperan pada perlindungan eritrosit dari reaksi oksidatif. Karena kurangnya enzim ini eritrosit jadi lebih mudah mengalami penghancuran ( hemolisis). Terjadinya hemolisis di tandai dengan adanya jaundice ( kuning) dan pucat di seluruh tubuh dan mukosa bayi ( cappelini,2008 )

Bayi dengn kekurangan G6PD tidak bergejala dan akan terlihat normal pada saat baru lahir., hemolisis terjadi bila pasien terpapar bahan eksogen yang potensial menimbulkan kerusakan oksidatif antara lain obat obatan ,bahan kimia ( naftalen,benzene ), dan infeksi ( retzinger GS,2002 ).

WHO telah merekomendasikan pelaksanaan skrining bayi baru lahir pada setiap anak sejak tahun 1968. Sebagian besar Negara di dunia ,skrining pada bayi baru lahir sudah di lakukan secara rutin. Di amerika dan eropa tahun 1974, hongkong 1978,dan inggris tahun 1982. Sementara untuk Negara-negara ASEAN, singapura sudah memulai sejak 1982,Malaysia sejak 1991,di susul Thailand dan philipina pada tahun 1992dan 1996 ( WHO,1986 ) kementerian kesehatan RI sejak tahun 2009 mensosialisasikan program skrining melalui kelompok kerjaprogram skrining bayi baru lahir ( POJOKNAS skrining BBL ) ( www.depkes.go.id )

RSAB harapan kita sebagai rumah sakit anak dan bunda yangmemberikan berbagai pelayanan kesehatan anak dan bunda. Salah satu program unggulan RSAB harapan kita adalah klinik khusus tumbuh kembang ( KKTK ) yang merupakan poliklinik terpadu yang memantau,mendeteksi,dan memberikan terapi sedini mungkin pada bayi dan anak-anak yang di duga dan atau mengalami gangguan tumbuh kembang. Salah satu pemeriksaan laboratorium yang menunjang program tersebut adalah uji skrining pada bayi baru lahir dengan pemeriksaan N-G6PD untuk memberikan kepada bayi yang baru lahir terebut agar mengetahui sejak dini kelainan pada enzim tersebut sehingga memberikan kesempatan untuk pencegahan secara dini ( www.rsab-harapankita.co.id). Deteksi dini melalu skrining pada bayi baru lahir merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan generasi berkualitas untuk kemajuan bangsa agar dapat bersaing dalam persaingan global ( budiharja ,2011 )

Pelaksanaan skrining N-G6PD di RSAB harapan kita di adakan sejak 23 juli 2011. Jumlah kasus defisiensi G6PD pada bayi yang baru lahir di RSAB harpan kita sendiri belum pernah terdokumentasi sebagai bentuk publikasi.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian berapa persen bayi yang baru lahir di RSAB harapn kita yang mengalami defisiensi G6PD.

B. Identifikasi masalah1. Defisiensi G6PD pada bayi baru lahir tidak bergejala dan akan terlihat normal.2. Defisiensi G6PD pada bayi dapat menyebabkan jaundice ( kuning ) dan pucat di seluruh tubuh dan mukosa. 3. Deteksi dini melalui skrining pada bayi baru lahir merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan generasi berkualitas. 4. Hasil pemeriksaan kadar G6PD di RSAB harapan kita belum terpublikasi. C. Pembatasan masalah Penelitian ini di batasi pada pemeriksaan N-G6PD pada bayi baru lahir usia 2-4 hari di RSAB harapan kita.

D. Perumusan masalah Bagaimana pemeriksaan N-G6PD pada bayi baru lahir yang mengalami defisiensi G6PD pada jenis kelamin dan usia ?

E. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase bayi baru lahir yang mengalami defisiensi G6PD sesuai jenis kelamin dan usia di RSAB harapan kita.

F. Manfaat penelitian 1. Memberikan informasi tentang pemeriksaan skrining N-G6PD pada bayi baru lahir sejak dini defisiensi G6PD di RSAB harapan kita.2. Memberikan informasi dari gambaran bagi petugas kesehatan tentand dampak defisiensi G6PD pada bayi baru lahir.3. Sebagai bahan bacaan yang dapat di gunakan untuk referensi pada penelitian sejenis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Epidemiologi

Defisiensi G6PD merupakan penyakit defisiensi enzim yang umum pada manusia,nkhoma dkk memperkirakan bahwa 330 juta orang di dunia di pengaruhi oleh defisiensi G6PD dan prevalensi global sekitar 49%. Frekuensi defisiensi G6PD di asia di perkirakan 14 % di kamboja ,5% di cina selatan ,2,6% di india dan 0,1 % di jepang. Frekuensi tertinggi terdapat di daerah tropis, di temukan dengan frekuensi yang bervariasi pada berbagai ras ( retzinger GS,2002;chan TK;Daud D,2003 ).

Defisiensi G6PD menjadi penyebab tersering kejadian ikterus dan anemia hemolitik akut di kawasan asia tenggara (retzinger GS, 2002 ). Indonesia salah satu wilayah yang terkena dampak tingginya insiden defsiensi G6PD. Hanya ada beberapa studi tentang defisiensi G6PD di Indonesia khususnya di Jakarta. Prevalensi defisiensi G6PD adalah setinggi 14% di antara laki-laki di semarang,jawa tengah ( soemantri AG,dkk,2002 ), irian barat 8%,di sasak 18,4%,di bima 12 %,di flores 4%(wong HB,1986).penelitian suhartati dkk di pulau-pulau kecil yang terisolir di Indonesia bagian timur ( pulau babar,tanimbar,kur, dan romang di propinsi Maluku),menyebutkan bahwa insiden defisiensi G6PD adalah 1,6% - 6,7 %.

B. Enzim G6PD

Enzim G6PD merupakan polipetida yang terdiri atas 515 asam amino dengan berat molekul 59,265 kilodalton (chan TK). Enzim G6PD merupakan enzim pertama jalur pentosa phospat yang mengubah glukosa-6-phospat pada proses glikosis. Perubahan ini menghasilkan nicotinamide adenine dinucleotide phosphate ( NADPH ).defisiensi G6PD merupakan salah satu kelainan enzimatik herediter yang paling sering dari eritrosit manusia.penelitian terbaru juga menyatakan bahwa aktifitas G6PD memainkan peran penting dalam mengontrol pertumbuhan sel melalui produksi NADPH (zhao,2010).

Defisiensi G6PD adalah suatu kelainan enzim yang terkait kromosom sex (x-linked),yang di wariskan di mana ktifitas atau stabilitas enzim G6PD menurun,sehingga menyebabkan pemecahan sel darah merah pada saat individu terpapar oleh bahan eksogen yang potensial menyebabkan kerusakan oksidatif. Saat ini di temukan sekitar 160 mutasi bersama dengan lebih dari 400 varian biokimia telah di jelaskan ( cappelini,2008). Varian G6PD oleh WHO telah di klasifikasikan ke dalam empat kategori tergantung pada aktivitas residu enzim dan manifestasi klinis. WHO membuat klasifikasi berdasarkan varian yang di temukan di berbagai Negara ,substitusi nukleotid dan substitusi asam amino yaitu (carter,2002) :

C. Peran G6PD pada netabolisme eritrosit

Sel darah merah membutuhkan supai energi secara terus menerus untuk mempertahankan bentuk,volume,kelenturan ( fleksibilitas ),dan regulasi pompa natrium-kaliumnya .energi ini di peroleh dari glukosa melalui dua jalur metabolisme yaitu 80%dari proses glikolisi anaerobik ( jalur emden-mayerhof ) dan 20% dari proses aerobik ( jalur pentosa fosfat ). ( Daud.D,2003 ).

Peran enzim G6PD dalam memprtahankan keutuhan sel darah merah serta menghindarkan kejadian hemolitik,terletak pada fungsinya dalam jalur pentosa fosfat. Di dalam sel darah merah terdapat suatu senyawa glutation tereduksi (GSH)yang mampu menjaga keutuhan gugus sulfidril (SH) pada hemoglobin dan sel darah merah. Fungsi GSH adalah mempertahankan residu sistein pada hemoglobin dan protein-protein lain pada membran eritrosit agar tetap dalam bentuk tereduksi dan aktif, mempertahankan hemoglobin dalam bentuk fero,mempertahankan struktur normal sel darah merah,serta berperan dalam proses detoksifikasi,dimana GSH merupkan substrat kedua bagi enzim gluthation peroksidase dalam menetralkan hidrogen peroksida yang merupakan suatu oksidan yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan oksidatif pada sel darah merah (Beutler.E,1994 ), yang paling sering mengalami defisiensi adalah G6PD (Rinaldi,2009).

Senyawa GSH pada awalnya adalah senyawa gluthation bentuk disulfida (glutation teroksidasi,GSSG) yang di reduksi menjadi glutation bentuk sulfihidril (gluthation tereduksu,GSH).reduksi GSSG menjadi GSH dilakukan oleh NADPH pada jalur pentosa fosfat,dimana pada jalur metabolisme ini NADPH di bentuk bila glucose-6-phosphate di oksidasi menjadi 6-fosfogluconat dengan bantuan enzim G6PD. ( Sack.GH,1999).

G6PD adalah enzim housekeeping yang melakukan fungsi-fungsi vital di seluruh tubuh. Namun,dalam eritrosit yang tidak memiliki nukleus ,mitokondria,organel lainya,ada hambatan tertentu pada metabolisme dan enzim ini memiliki peran penting . G6PD mengkatalisis langkah pertama dari jalur phospat pentosa ( jalur heksosa monofosfat),sejumlah reaksi sampingan dari jalur utama glikolisis dalam eritrosit dan dalam semua sel tubuh (Greene,1993). Metabolisme glukosa melalui jalur hekosa monofosfat meningkat beberapa kali ketika eritrosit terpapar dengan obat-obat tan atau toksin yang membenuk radikal bebas (Rinaldi,2009).

Fungsi utama dari jalur fosfat pentosa adalah menghasilkan kapasitas pengurangan dari produksi NADPH pada akhirnya dan akhirnya GSH. Hanya ini mekanisme yang tersedia bagi eritrosit untuk menghasilkan kapasitas pengurangan dan sehingga penting untuk kelangsungan hidup sel,sedangkan pada sel lain dari tubuh berarti produksi NADPH tetap ada dan jalur pentosa fosfat hanya untuk 60% dari produksi NADPH (Greene,1993).

GSH dihasilkan melalui jalur pentosa fosfat seperti di uraikan di atas,melindungi hanya untuk stres oksidan dalam eritrosit. Dalam eritrosit normal tanpa tekanan G6PD ,aktifitas G6PD hanya sekitar 2% dari total kapasitas. Ini meningkatkan kemungkinan terhadap tantangan dari stres oksidan dan GSH pertahankan pada tingkat stabil .namun, eritrosit defisiensi G6PD telah sangat mengurangi aktifitas G6PD ( 10 sampai 20% dari normal pada G6PD A ( ras afrika ) dan 0 sampai 10% dari normal pada G6PD mediteranian dan varian serupa ). Peningkatan stres oksidan dapat menyebabkan penipisan GSH di tandao sebagai kemampuan dari defisiensi G6PD untuk menghasilkan NADPH terlampaui oleh tingginya tingkat kehilangan GSH ( Greene,1993 ).

Stres oksidan tidak terkompensasi dalam eritrosit normal ( atau lebih mudah dalam eritrosit defisiensi G6PD) menghasilak oksidasi hemoglobin menjadi methemoglobin, pembentukan heinz body ,dan kerusakan membran. Jika terjadi sangat berat akan mengakibatkan hemolisis , sementara bila terjadi lebih ringan tetapi stres oksidan tidak terkompensasi akan mengurangi kemampuan eritrosit dan meningkatkan kemungkinan bahwa eritrosit akan di keluarkan dari sirkulasi ke sistem retikuloendotelial. Akibat hilangnya eritrosit ,hematopoiesis di tingkatkan karena tubuh berusaha mempertahankan fungsi normal vaskular,dan ada banyak retikulosit yang di keluarkan