laporan hplc

Upload: kiki-maya-wulandari

Post on 15-Oct-2015

742 views

Category:

Documents


88 download

DESCRIPTION

laporan praktikum kromatografi cair HPLC

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK INSTRUMEN

    PENENTUAN ZAT ADITIF DALAM SAMPEL MINUMAN MENGGUNAKAN

    INSTRUMEN HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAFI (HPLC)

    (11 Maret 2014)

    Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah

    Praktikum Kimia Analitik III: Kimia Analitik Instrumen

    dosen pembimbing:

    Dra. Soja Siti Fatimah, MSi

    disusun oleh:

    Kelompok 8

    Kiki Maya Wulandari 1100067

    Lelly Shelviyani 1105121

    JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

    FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

    2014

  • 1

    Penentuan Kadar Zat Aditif dalam Sampel Minuman menggunakan Instrumen High

    Performance Liquid Chromatography (HPLC)

    Tanggal Praktikum: 11 Maret 2014

    A. Tujuan Praktikum

    1. Memahami cara kerja instrument HPLC untuk analisis kuantitatif

    2. Dapat melakukan preparasi dengan tepat dan akurat, serta mengikuti manual

    pengoprasian HPLC

    3. Dapat menentukan atau menghitung kadar zat aditif dalam sampel minuman

    B. Tinjauan Pustaka

    Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan

    perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-

    komponennya akan dipisahkan antara dua buah fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa

    diam akan menahan komponen campuran, sedangkan fasa gerak akan melarutkan zat

    komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fasa diam akan tertinggal,

    sedangkan komponen yang mudah larut dalam fasa gerak lebih cepat.

    Metode pemisahan adalah aspek yang penting dalam bidang kimia karena kebanyakan

    materi yang terdapat dialam berupa campuran. Kromatografi merupakan salah satu metode

    pemisahan komponen-komponen campuran dimana cuplikan berkesetimbangan diantara

    dua fasa. Fasa gerak yang membawa cuplikan dan fasa diam yang menahan cuplikan

    secara selektif. Pemisahan dengan kromatografi didasarkan pada perbedaan

    kesetimbangan diantara komponen-komponen campuran diantara fasa gerak dan fasa

    diam. Kesetimbangan ini dapat dijelaskan secara kuantitatif dengan istilah koefisisen

    partisi. K;

    K=

    Keterangan :

    Cs : konsentrasi komponen dalam fasa diam

    Cm: konsentrasi komponen dalam fasa gerak

  • 2

    HPLC didefinisikan sebagai kromatografi cair yang dilakukan dengan memakai fasa diam

    yang terikat secara kimia pada penyangga halus yang didistribusi ukurannya sempit

    (kolom) dan fasa gerak yang dipaksa mengalir dengan laju alir yang terkendali dengan

    solusi tinggi dan waktu yang relatif singkat. HPLC berasal dari kromatografi kolom klasik.

    Meskipun diantara teori dan praktiknya HPLC mirip dengan kromatografi gas. HPLC

    merupakan kromatografi dengan zat cair sebagai fasa gerak dan fasa diamnya. Dalam

    kromatografi cair, kedudukan gas diganti oleh zat cair yang bertekanan tinggi sebagai

    akibat penggunaan fasa gerak zat cair, maka sangat sukar zat cair mengalir ke dalam

    kolom yang dipadatkan dengan serbuk halus. Oleh karena itu zat cair dapat melewati

    kolom secara cepat maka dibutuhkan bantuan berupa pompa bertekanan tinggi. Biasanya

    dipompa hingga tekanan mencapai 3000 psi (200 bar) dan laju pengaliran sekitar 1-5 cm3

    per menit yaitu pada kolom sepanjang 20 cm. Dibandingkan dengan GC, HPLC lebih baik

    dalam hal kecepatan, resolusi dan efesiensi.

    Prinsip dasar HPLC adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan kepolaran, dimana

    terdapat fasa gerak dan fasa diam. Fasa geraknya adalah sampel dan eluen yang bercampur

    dan fasa diamnya adalah silika gel yang mengandung hidrokarbon. Senyawa yang

    memiliki kepolaran lebih tinggi akan tertahan dalam fasa diam yang bersifat polar. Metode

    umum dalam pemisahan HPLC bergantung pada sifat polaritas senyawa dalam eluet. Fasa

    normal adalah fasa gerak berupa nonpolar dan fasa diam bersifat polar. Sedangkan fasa

    terbalik adalah fasa gerak yang bersifat polar dan fasa diam bersifat nonpolar.

    Teknik HPLC merupakan suatu metode kromatografi cair-cair yang dapat digunakan baik

    untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dengan teknik

    HPLC didasarkan pada pengukuran luas area puncak analit dalam kromatogram

    dibandingkan luasa area standar. Pada prakteknya, metode perbandingan area standar dan

    sampel kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan satu konsentrasi

    standar. Oleh karena itu dilakukan dengan kurva kalibrasi.

    Terdapat berbagai zat aditif yang digunakan oleh produsen makanan dan minuman

    diantaranya: natrium benzoat, vitamin C dan kafein untuk masing-masing tujuan tertentu.

    Ketiga zat aditif tersebut merupakan senyawa yang memiliki sifat kepolaran yang berbeda

    dan memiliki gugus kromofon yang menyebabkan senyawa tersebut dapat menyerap sinar

  • 3

    uv. Berdasarkan karakteristik senyawa ini memungkinkan dilakukannya analisis dengan

    teknik HPLC menggunakan kolom non polar seperti c-18 dan fasa gerak polar.

    Prinsip kerja HPLC adalah sebagai berikut: dengan bantuan pompa fasa gerak cair

    dialirkan melalui kolom detektor. Cuplikan dimasukkan kedalam aliran fasa gerak dengan

    cara penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran

    karena perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam solut-solut yang

    kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom terlebih dahulu.

    Sebaliknya solut-solut yang kuat interaksinya dengan fasa diam maka solut-solut tersebut

    akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen campuran yang keluar kolom

    dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram. Kromatogram

    HPLC serupa dengan kromatogram kromatografi gas.

    Elusi pada HPLC dapat dibagi menjadi dua sistem:

    1. Sistem elusi isokrotik

    Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan satu macam atau lebih fasa gerak dengan

    perbandingan tetap (komposisi fasa gerak tetap selama elusi)

    2. Sistem elusi gradien

    Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan campuran fasa gerak yang perbandingannya

    berubah-ubah dalam waktu tertentu (komposisi fasa gerak berubah-ubah selama elusi)

    Elusi gradien didefinisikan sebagai penambahan kekuatan fasa gerak selama suatu

    analisis kromatografi berlangsung. Digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran

    yang kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas. Pengaruh

    yang menguntungkan dari elusi gradien adalah memperpendek waktu elusi analisis

    senyawa-senyawa yang secara kuat ditahan dalam kolom.

    Beberapa jenis HPLC berdasarkan jenis fasa diam dan fasa geraknya

    1. Kromatografi adsorbsi

    Cocok untuk pemisahan senyawa yang agak polar. Partikel silika atau alumina

    digunakan sebagai adsorben

    2. Kromatografi partisi

    Fasa gerak lebih polar daripada fasa diam. Fasa diamnya non polar namun hanya

    dilapiskan. Maka fasa gerak tidak bercampur dengan fasa diam, kemudian fasa gerak

    harus dijenuhkan dengan zat cair fasa diam untuk mengurangi elusi fasa diam.

    3. Kromatografi fasa terikat kromatografi penukar ion

  • 4

    Fasa terikat adalah fasa yang stabil. Setiap pelarut dapat dipakai tanpa harus

    menambahkan penjenuhan. Pemisahan berlangsung bila solut-solut bervariasi

    4. Kromatografi ekslusi ukuran

    Kriteria warna yaitu ukuran molekul. Interaksi polar dan non polar diantara solut dan

    fasa diam

    Komponen instrumen HPLC

    1. Fasa gerak

    Fasa gerak HPLC berupa zat cair dan disebut juga eluen atau pelarut. Fasa gerak

    berfungsi sebagai pembawa komponen-komponen cmpuran menuju detektor. Syarat-

    syarat yang harus dipenuhi suatu zat cair agar dapat digunakan sebagai fasa gerak

    yaitu:

    a. Dapat bertindak sebgai pelarut yang baik untuk cuplikan yang akan dianalisis

    b. Zat cair yang akan digunakan harus murni dan jernih untuk menghindarkan dari

    masuknya kotoran yang dapat menyumbat kolom

    c. Mudah diperoleh, murah, tidak terbakar dan tidak beracun

    d. Sesuai dengan detektor yang akan ditunjukkan

    2. Fasa diam

    Banyak senyawa organik dan anorganik yang dipakai sebagai packing kolom

    a. Silika gel

    Karakteristik dari silika gel tergantung pada beberapa parameter diantaranya

    struktur internal, ukuran partikel, porositas (dimensi dan distribusi) ketahanan

    hancur dengan polaritas. Silika gel yang digunakan dalam HPLC mempunyai lima

    gugus fungsi silanol per m2.

    b. Silika terikat

    Dibuat untuk menghasilkan kapasitas adsorpsi yang besar

  • 5

    3. Pompa

    Pompa dalam HPLC berfungsi untuk menyalurkan fasa gerak menuju kolom dengan

    adanya tekanan yang dihasilkan dari sistem pompa. Syarat pompa yang dpaat

    digunakan dalam HPLC yaitu:

    a. Dapat memberikan tekanan pada fasa gerak hingga 600 psi

    b. Kecepatan alir yang dihasilkan yaitu berkisar antara 0,1-10 ml/menit

    c. Bahan pompa harus tahan terhadap korosi

    Jenis pompa yang dapat digunakan dalam HPLC:

    a. Pompa reaprocating

    Pompa reaprocating dapat menghasilkan tekanan tinggi sampai 1000 psi

    gambar Pompa reaprocating

    b. Pompa displacement

    Pompa ini menyerupai syringe, terdiri dari tabung yang dilengkapi pendorong yang

    digerakkan oleh motor

    c. Pompa pnematic

    Pompa ini bertekanan kurang dari 200 psi

    4. Injektor

    Untuk mengalirkan sampel yang paling sederhana adalah menggunakan katup injeksi.

    Cairan sampel dapat disuntikkan secara langsung dan sampel padat hanya perlu

    dialrutkan dalam pelarut yang sesuai. Sampel yang diinjeksikan tidak boleh terlalu

    banyak karena akan menyebabkan band broadening (senyawa akan menjadi encer)

    akibat ketidakmerataan partikel-partikel fasa diam.

  • 6

    Beberapa teknik injeksi pada istem HPLC:

    a. Injeksi syringe

    Syringe (alat untuk memasukkan cuplikan) disuntikkan melalui alat septum (seal

    karet) dan untuk ini dirancang syringe yang tahan sampai 1500 psi

    b. Injeksi stop-flow

    Jenis injeksi kedua, pada injeksi ini aliran fasa gerak dihentikan sementara

    sambungan pada kolom dibuka dan cuplikan disuntikan langsung ke dalam kolom.

    c. Kran cuplikan (loop)

    Sejumlah cuplikan disuntikan kedalam loop dalam posisi load cuplikan masih

    dalam loop, kran diputar untuk mengubah posisi load menjadi injeksi dan fasa

    gerak akan membeawa cuplikan

    5. Kolom

    Kolom merupakan tempat pemisahan komponen-komponen yang terdapat dalam

    cuplikan didalam kolom terdapat fasa diam yang akan berinteraksi dengan cuplikan.

    Fasa diam yang digunakan merupakan fasa jenis terikat yang dapat dibuat dengan

    mereaksikan silika dan alkiklorosiana yang dikenal dengan reaksi silanasi. Kolom jenis

    c-18 dan c-8 banyak digunakan dalam HPLC.

    a. Kolom utama

    Berisi fasa diam yang merupakan tempat terjadinya pemisahan campuran. Dapat

    digunakan untuk analisis dan preparatis berukuran panjang antara 5-30 cm.

    Diletakkan setelah pemasukkan cuplikan.

    b. Kolom pengaman

    Diletakkan sebelum sistem pemasukkan cuplikan berukuran pendek 5cm dengan

    diameter 4,6 mm. Dipaking dengan silika besar dan partikel kolom utama berisi

    menyaring kotoran yang belum terbawa dalam fasa diam dan menjenuhkan fasa

    diam untuk menghindarkan terjadinya erosi fasa diam oleh aliran pelarut sehingga

    menghindari kerusakan.

  • 7

    6. Detektor

    Syarat detektor:

    a. Cukup sensitif

    b. Stabilitasa dan keterulangan tinggi

    c. Respon linier terhadap solut

    d. Waktu respon pendek sehingga tiadak bergantung kecepatan alir

    e. Relibilitas tinggi dan mudah digunakan

    f. Tidak merusak cuplikan

    7. Rekorder

    Untuk mencetak hasil percobaan pada lembaran kertas berupa kumpulan puncak

    (kromatogram) komponen yang terelusi mengalir ke detektor dan dicatat sebagai

    puncak-puncak yang secara keseluruhan disebut kromatogram

    Kelebihan instrumen HPLC:

    1. Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran

    2. Resolusinya baik

    3. Kecepatan analisis dan kepekaannya tinggi

    4. Dapat menghindari terjadinya dekomposisi atau kerusakan bahan yang dianalisis

    5. Kolom dapat digunakan kembali

    6. Mudah melakukan recovery cuplikan

    7. Tekniknya tidak begitu tergantung pada keahlian operator dan reproduksibilitasnya

    lebih baik

    8. Instrumennya memungkinkan untuk bekerja secara otomatis dan kuantitatif

    9. Waktu analisis umumnya singkat

    10. Kromatografi cair preparatif memungkinkan dalam skala besar

    11. Ideal untuk molekul besar dan ion

    Analisis yang akan dilakukan adalah menentukan kadar vitamin C, kafein dan natrium

    benzoat dari sampel minuman.

    1. Vitamin C (asam askarbat)

    Struktur vitamin C

  • 8

    Asam askarbat adalah salah satu senyawa kimia yang disebut vitamin C. Selain asam

    dehidroaskarbat. Asam askarbat berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut

    dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan.

    2. Kafein

    Struktur kafein

    Kafein adalah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang

    bekerja sebagai alat perangsang psikoaktif. Kafein merupakan obat perangsang sistem

    pusat pada manusia dan mengusir rasa kantuk

    3. Natrium benzoat

    Struktur natrium benzoat

    Natrium benzoat biasanya digunakan sebagai pengawet. Sodium benzoat diproduksi

    dengan menetralisasi dari asam benzoat dengan sodium hidroksida.

    C. Alat dan Bahan Praktikum

    Alat:

    1. Perangkat HPLC 1 set

    2. Spatula 1 buah

    3. Labu ukur 50 ml dan 10 ml 6 buah

    4. Neraca Analitik 1 set

    5. Corong pendek 1 buah

    6. Pipet tetes 3 buah

    7. Gelas kimia 200 ml 1 buah

    8. Gelas kimia 500 ml 1 buah

    9. Ultrasonic vibration 1 set

    10. Pipet seukuran (1,2,3,4 dan 5 mL) 1 buah

    11. Kertas saring whatman 1 buah

    12. Membran PTFE dan selulosa nitrat 1 buah

  • 9

    Bahan :

    1. Natrium benzoat 9,7 mg

    2. Vitamin C standar 10,2 mg

    3. Kafein 9,5 mg

    4. Metanol secukupnya

    5. Sampel minuman (hemaviton energy drink) 10 mg

    6. metanol 70 mg

    7. Aquades secukupnya

    8. Asetonitril secukupnya

    D. Sifat kimia dan fisika bahan

    No Bahan Sifat fisika Sifat kimia

    1 Vitamin C

    Massa molekul : 176,12 g/mol

    Wujud : padatan putih kekuningan

    Berat jenis : 1,65 g/cm3

    Kelarutan : tidak larut dalam

    benzena

    Kelarutan dalam air : 33 gram/100

    ml

    Rumus kimia :

    C6H8O6

    2 Kafein Massa molekul: 194,19 g/mol

    Wujud : bubuk putih

    Td : 1780C

    Kelarutan dalam air: 22 mg/ml (25

    0C)

    Rumus kimia :

    C8H10N4O2

    3 Natrium benzoat Massa molekul : 144,11 g/mol

    Berat jenis: 1,479 g/cm3

    Tl : 3000C

    Rumus kimia :

    C6H5COONa

  • 10

    E. Prosedur Kerja Praktikum

    a. Pembuatan fasa gerak (Pelarut)

    Volume metanol yang diperlukan untuk membuat larutan etanol sebanyak 500

    mL di hitung terlebih dahulu. Kemudian ajust pH pada nilai 2,65 dengan asam

    fosfat. Selanjutnya larutan metanol disaring menggunakan membran selulosa nitrat.

    Kemudian lakukan penyaringan untuk asetonitril dengan PTFE. Gelembung yang

    terdapat pada larutan dihilangkan dengan ultrasonic vibrator selama 15 menit. Lalu

    dibuat campuran larutan fasa gerak metanol dan asetonitril (70:30) untuk keperluan

    larutan standar dan larutan sampel.

    b. Pembuatan larutan induk natrium benzoat, Vit C, dan kafein

    Padatan natrium benzoat, vitamin C dan kafein masing-masing ditimbang

    sebanyak 10 mg. Ketiga zat standar dicampurkan dengan cara melarutkannya dalam

    50 mL fasa gerak secara kuntitatif pada labu ukur dan dihomogenkan selama 5 menit

    menggunakan ultra sonic vibrator.

    c. Pembuatan deret larutan standar natrium benzoat, Vit C, dan kafein

    Larutan induk masing-masing dipipet sebanyak 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL, dan

    5 mL dan diencerkan dengan fasa gerak dalam labu ukur 10 mL. Larutan

    dihomogenkan 5 menit dengan ultrasonic vibrator. Semua larutan standar disaring

    menggunakan membran PTFE. Hasil saringan dimasukkan ke dalam botol vial

    bertutup yang telah diberi label. Larutan di degassing selama 5 menit. Larutan standar

    siap diinjeksikan.

    d. Pembuatan larutan sampel

    Larutan sampel yaitu hemaviton energy drink sebanyak 5 mL dilarutkan

    dengan fasa gerak hingga 10 mL pada labu ukur. Larutan campuran disaring dengan

    PTFE, ditampung dalam botol vial bertutup. gelembung pada larutan sampel

    dihomogenkan dengan menggunakan ultrasonic vibrator selama 5 menit.

    e. Penyiapan Instrumen HPLC

    Peralatan HPLC dihidupkan dengan ketentuan sebagai berikut:

    Kolom : C-18 (12,5 cm)

    Panjang gelombang : 254 nm

    Laju alir : 0,75 mL/menit

    Volume injeksi : 20 L

    Pastikan kabel penghubung listrik telah tersambung dengan benar. Kemudian

    tekan tombol ON pada sakelar listrik. Botol fasa gerak diisi dengan volume yang

  • 11

    memadai dan botol penampang dikosongkan. Tombol ON pada power, detektor

    dan pompa ditekan. Pemrograman alat dilakukan dengan computer. Langkah-langkah

    pemrogramannya sesuai dengan instruksi dalam komputer. Mode yang akan

    digunakan dipilih sesuai dengan parameter kondisi instrumen.

    Instrumen siap digunakan jika kromatogram sudah menunjukkan base line

    yang datar. Larutan diinjeksikan mulai dari konsentrasi terendah dan larutan sampel

    diinjeksikan terakhir. Hasil pengukuran dicetak dan dicatat kondisi percobaannya.

    Jika percobaan yang dilakukan telah selesai, pompa dimatikan dengan menyoroti

    tanda pompa dalam komputer. File pada komputer ditutup sesuai dengan petunjuk lalu

    komputer dimatikan. Cara mematikannya tekan tombol off secara berurutan untuk

    pompa, detektor dan power. Sambungan listrik diputuskan.

    F. Hasil dan Analisis data

    Percobaan yang telah dilakukan yaitu penentuan kadar zat aditif dalam sampel

    minuman menggunakan instrumen High Performance Liquid Chromatography (HPLC).

    Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar zat aditif vitamin C, kafein,

    dan natrium benzoat yang terkandung dalam sampel. Sampel yang digunakan pada

    percobaan ini adalah minuman hemaviton energy drink. Prinsip dasar dari instrumen

    HPLC adalah polaritas dan interaksi fasa gerak dan fasa diam jenis fasa terbalik. Fasa

    geraknya bersifat polar sedangkan fasa diamnya bersifat nonpolar. Fasa gerak yang

    digunakan pada percobaan ini adalah campuran metanol dan aquabides dengan

    perbandingan 70 : 30. Sedangkan fasa diam yang digunakan yaitu oktadesil silika. Proses

    yang digunakan yaitu elusi gradien dikarenakan komponen-komponen yang dianalisis

    memiliki kepolaran yang berbeda-beda. Teknik ini memvariasikan fasa gerak selama

    dilakukan pengukuran. Teknik elusi gradien memiliki kelebihan yaitu lebih akurat dan

    efisien. Komponen dalam sampel yang bersifat non polar akan tertahan lebih lama dalam

    fasa diam sehingga memiliki waktu retensi yang besar. Sedangkan komponen yang

    bersifat polar akan memiliki waktu retensi yang kecil karena lebih cepat keluar dari fasa

    diam. Berdasarkan struktur ketiga jenis zat aditif yang akan dianalisis maka urutan

    kepolarannya yaitu :

    Vitamin C > kafein > natrium benzoat

    Vitamin C akan keluar terlebih dahulu karena kurang tertahan pada fasa diam sehingga

    memiliki waktu retensi yang kecil dibandingkan dengan kafein dan natrium benzoat.

    Waktu retensi menjadi acuan dalam menentukan komponen-komponen yang terdapat pada

    sampel.

  • 12

    Dalam praktikum ini dibuat larutan standar dari campuran vitamin C, kafein dan

    natrium benzoat. Pembuatan larutan deret standar yang berbeda-beda bertujuan untuk

    pembuatan kurva kalibrasi standar yaitu plot grafik antara konsentrasi dan luas area.

    Sebelum diinjeksikan sampel disaring terlebih dahulu dengan membran PTFE dengan

    tujuan untuk meminimalisir pengotor padat yang mungkin terkandung pada sampel.

    Sampel, fasa gerak dan larutan standar yang digunakan harus dihilangkan gelembungnya

    menggunakan ultra sonic vibratior. Sehingga nantinya gelembung tidak akan menganggu

    pengukuran. Syringe yang digunakan sebelumnya harus dibilas terlebih dahulu dengan

    metanol agar tidak ada pengotor pada syringe yang terukur. Jumlah peak yang muncul

    pada kromatogram menunjukkan banyaknya komponen pada sampel yang dianalisis.

    Analisis yang dilakukan pada percobaan ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

    Analisis kualitatif yang dilakukan yaitu dengan membandingkan waktu retensi sampel

    dengan deret standar dari setiap komponen. Data kromatogram yang dihasilkan sebagai

    berikut:

    Komponen yang dianalisis Rentang waktu retensi pada

    deret standar

    Rentang waktu retensi pada

    sampel

    Vitamin C 1,28 1,85 1,99

    Kafein 1,82 2,85 2,53

    Natrium benzoat 3,11 3,15 3,19

    Berdasarkan data kromatogram diketahui waktu retensi pada sampel memiliki selisih

    yang tidak jauh dengan rentang waktu retensi vitamin C pada deret standar yaitu sebesar

    0,14. Begitu juga dengan natrium benzoat yang waktu retensinya pada sampel memiliki

    selisih yang tidak jauh dengan rentang waktu retensi natrium benzoat pada deret standar

    yaitu sebesar 0,04. Sehingga sampel minuman hemaviton energy drink zat aditif yang

    dianalisis yaitu vitamin C, kafein dan natrium benzoat.

    Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi pada deret

    standar. Kurva kalibrasi yang dibuat diperoleh dari hubungan luas area dengan konsentrasi

    deret standar sehingga akan didapatkan persamaan garis yang digunakan untuk

    menentukan konsentrasi komponen sampel

  • 13

    Komponen yang dianalisis Persamaan garis konsentrasi Massa dalam

    sampel

    Vitamin C y = 53253x 536333 42,69 ppm 32,0175 mg

    Kafein y = 39708x - 95124 50,27 ppm 37,7025 mg

    Natrium benzoat y = 36008x - 363162 163,18 ppm 122,385 mg

    Berdasarkan hasil analisis sampel minuman hemaviton energy drink mengandung

    kadar natrium benzoat yang tinggi dibandingkan dengan kadar kafein dan vitamin C.

    G. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil percobaan penentuan kadar zat aditif dalam sampel minuman

    menggunakan instrumen High Performance Liquid Chromatography (HPLC) yang telah

    dilakukan diperoleh kadar vitamin C, kafein dan natrium benzoat dalam minuman

    hemaviton energy drink masing-masing yaitu 32,0175 mg, 37,7025 mg, dan 122,385 mg.

  • 14

    H. Daftar Pustaka

    Hendayana, Sumar. (1994). Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.

    Poedjiadi, Anna dan Supriyatin, F.M. Titin. (2005). Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI

    Press.

    Skoog, Douglas A.(1985). Principle of Instrumental Analysis Third Edition. Philadhepia:

    Saunders College Publishing.

    Wiji, dkk. (2011). Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen. Bandung: Jurusan

    Pendidikan Kimia.

  • 15

    I. Lampiran

    1. Pembuatan larutan

    a. Pembuatan fasa gerak

    b. Pembuatan larutan induk vitamin C, kafein, dan natrium benzoat

    Fasa gerak (pelarut)

    Dihitung

    Di adjust pH = 2,65

    Disaring

    Etanol

    Larutan etanol

    Disaring dengan PTFE

    Dihilangkan

    gelembungnya

    Asetonitril

    asetonitril

    Dicampurkan (perbandingan 70:30)

    Masing-masing ditimbang 10

    mg

    Dicampurkan

    Dilarutkan dalam 50 mL fasa

    gerak

    dihomogenkan

    Natrium benzoat Vitamin C Kafein

    Larutan induk

  • 16

    c. Pembuatan deret larutan standar

    d. Penginjeksian larutan sampel

    2. Perhitungan

    Kadar vitamin C, kafein, dan natrium benzoat pada larutan induk

    1) Kadar vitamin C =

    = 204 ppm

    2) Kadar kafein =

    = 190 ppm

    Larutan induk

    Masing-masing dipipet 1mL,

    2mL, 3mL, 4mL, 5 mL dan 6

    mL

    Diencerkan dengan pelarut

    10 mL

    Deret larutan standar

    Dihomogenkan dengan ultra

    sonic vibration

    Disaring dengan membran

    PTFE

    Filtrat larutan

    Dimasukkan ke botol vial

    Diberi label

    Di deggasing 5 menit

    Larutan deret standar siap digunakan

    filtrat

    Dihilangkan gelembung

    dengan ultra sonic vibration

    Larutan sampel siap diinjeksi

    Disaring dengan PTFE

    Ditampung di botol vial

    Larutan sampel

    Dilarutkan dalam fasa gerak

    hingga 10 mL

    Larutan sampel + fasa gerak

  • 17

    3) Kadar Na-benzoat =

    = 194 ppm

    Kadar vitamin C dalam larutan deret

    1) Larutan deret 1 mL 4) Larutan deret 4 mL

    V1 M1 = V2 M2 V1 M1 = V2 M2

    1 mL 204 ppm = 10 M2 4 mL 204 ppm = 10 M2

    M2 = 20,4 ppm M2 = 81,6 ppm

    2) Larutan deret 2 mL 5) Larutan deret 5 mL

    V1 M1 = V2 M2 V1 M1 = V2 M2

    2 mL 204 ppm = 10 M2 5 mL 204 ppm = 10 M2

    M2 = 40,8 ppm M2 = 102 ppm

    3) Larutan deret 3 mL 6) Larutan deret 6 mL

    V1 M1 = V2 M2 V1 M1 = V2 M2

    3 mL 204 ppm = 10 M2 6 mL 204 ppm = 10 M2

    M2 = 61,2 ppm M2 = 122,4 ppm

    Kadar kafein dalam larutan deret

    1) Larutan deret 1 mL 4) Larutan deret 4 mL

    V1 M1 = V2 M2 V1 M1 = V2 M2

    1 mL 190 ppm = 10 M2 4 mL 190 ppm = 10 M2

    M2 = 19 ppm M2 = 76 ppm

    2) Larutan deret 2 mL 5) Larutan deret 5 mL

    V1 M1 = V2 M2 V1 M1 = V2 M2

    2 mL 190 ppm = 10 M2 5 mL 190 ppm = 10 M2

    M2 = 38 ppm M2 = 95 ppm

    3) Larutan deret 3 mL 6) Larutan deret 6 mL

    V1 M1 = V2 M2 V1 M1 = V2 M2

    3 mL 190 ppm = 10 M2 6 mL 190 ppm = 10 M2

    M2 = 57 ppm M2 = 114 ppm

    Kadar natrium benzoat dalam larutan deret

    1) Larutan deret 1 mL 4) Larutan deret 4 mL

    V1 M1 = V2 M2 V1 M1 = V2 M2

  • 18

    1 mL 194 ppm = 10 M2 4 mL 194 ppm = 10 M2

    M2 = 19,4 ppm M2 = 77,6 ppm

    2) Larutan deret 2 mL 5) Larutan deret 5 mL

    V1 M1 = V2 M2 V1 M1 = V2 M2

    2 mL 194 ppm = 10 M2 5 mL 194 ppm = 10 M2

    M2 = 38,8 ppm M2 = 97 ppm

    3) Larutan deret 3 mL 6) Larutan deret 6 mL

    V1 M1 = V2 M2 V1 M1 = V2 M2

    3 mL 194 ppm = 10 M2 6 mL 194 ppm = 10 M2

    M2 = 58,2 ppm M2 = 116,4 ppm

    Kadar vitamin C pada sampel

    Persamaan garis : y = 53253x 536333

    y = 1737545 (luas area vitamin C)

    x =

    = 42,69 ppm

    V1 M1 = V2 M2

    10 mL 42,69 ppm = 2 mL M2

    M2 = 213,45 ppm

    Massa vitamin C = 213,45

    0,01 L = 2,1345 mg

    konsentrasi(ppm) TR

    20,4 412122

    40,8 1813062

    81,6 3800447

    122,4 5951628

    y = 53253x - 536333 R = 0.9971

    0

    2000000

    4000000

    6000000

    8000000

    0 50 100 150

    luas

    are

    a

    konsentrasi (ppm)

    vitamin C

    Series1

    Linear (Series1)

  • 19

    Massa vitamin C dalam sampel =

    2,1345 mg = 32,0175 mg

    Kadar vitamin C =

    = 0,021 %

    Kadar kafein pada sampel

    Persamaan garis : y = 39708x - 95124

    y = 1901194 (luas area kafein)

    x =

    = 50,27 ppm

    V1 M1 = V2 M2

    10 mL 50,27 ppm = 2 mL M2

    M2 = 251,35 ppm

    Massa kafein = 251,35

    0,01 L = 2,5135 mg

    Massa kafein dalam sampel =

    2,5135 mg = 37,7025 mg

    Kadar kafein =

    = 0,251 %

    Kadar natrium benzoat pada sampel

    Konsentrasi (ppm) TR

    19 392346

    38 1703964

    57 2198220

    114 5569539

    y = 39708x - 95124 R = 0,9891

    0

    2000000

    4000000

    6000000

    0 50 100 150

    luas

    are

    a

    konsentrasi (ppm)

    kafein

    Series1

    Linear (Series1)

    Konsentrasi (ppm) TR

    19,4 229396

    38,8 1120022

    77,6 2523979

    116,4 3755266

  • 20

    Persamaan garis : y = 36008x - 363162

    y = 5513752 (luas area natrium benzoat)

    x =

    = 163,18 ppm

    V1 M1 = V2 M2

    10 mL 163,18 ppm = 2 mL M2

    M2 = 815,9 ppm

    Massa natrium benzoat = 815,9

    0,01 L = 8,159 mg

    Massa natrium benzoat dalam sampel =

    8,159mg = 122,385 mg

    Kadar natrium benzoat =

    = 0,081 %

    y = 36008x - 363162 R = 0.9955

    0

    2000000

    4000000

    6000000

    0 50 100 150

    luas

    are

    a

    konsentrasi (ppm)

    natrium benzoat

    Series1

    Linear (Series1)

  • 21

    Langkah Kerja Pengamatan

    Pembuatan Fasa Gerak

    (pelarut)

    Asetonitril : larutan tidak berwarna

    Kalium dihidrogen posfat : larutan tidak berwarna

    Perbandingan metanol dan asetonitril = 70ml : 30ml

    Pembuatan Larutan Induk

    Natrium Benzoat, Vitamin C

    dan Kafein

    Vitamin C : serbuk putih

    Massa vitamin C : 10,2 mg

    Natrium Benzoat : serbuk putih

    Massa natrium benzoat : 9,7 mg

    Kafein : serbuk putih

    Massa kafein : 9,5 mg

    Larutan induk (campuran natrium benzoat, vitamin C dan

    kafein) : larutan tidak berwarna

    Pembuatan Deret Larutan

    Standar Natrium Benzoat,

    Vitamin C dan Kafein

    Larutan deret standar : larutan tidak berwarna

    Dihomogenkan selama 5 menit dengan ultrasonik vibrator

    Pembuatan Larutan Sampel Sampel minuman hemaviton energy drink

    Komposisi :

    Taurine 1000 mg

    1,3,7 trimethylxanthine 50 mg

    Inositol 50 mg

    Ginseng extract 10 mg

    Vitamin B6 5 mg

    Vitamin B12 5 mcg

    Mengandung gula alami dan gula sorbitol

    Penyiapan Instrumen HPLC Kondisi HPLC

    1. Tekanan : 400 barr

    2. Kolom : C-18

    3. Partikel size : 5 m

    4. : 254 nm

    5. laju alir : 0,75 ml/menit

    Tabel pengamatan

  • 22

    DOKUMENTASI

    sampel Fasa gerak : aqua bides dan metanol

    hasil penimbangan kafein, natrium benzoat,

    vitamin C

    ultra sonic vibrator

    penginjeksian sampel

    6. volume injeksi : 200 L

    Sebelum digunakan Syringe dibilas dengan metanol

  • 23

  • 24

  • 25

  • 26

  • 27

  • 28