laporan ilmu tanah2012
DESCRIPTION
iltan for agricultureTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAH
Oleh:
AZIIZ RAMADHAN
NIM. H0812025
KELOMPOK 42
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan praktikum Ilmu Tanah ini disusun guna melengkapi tugas mata
kuliah Agroklimatologi dan telah diketahui serta disahkan oleh Assisten dan
Dosen Pengampu Mata Kuliah Ilmu Tanah pada tanggal Desember 2012.
Disusun Oleh :
AZIIZ RAMADHAN
NIM. H0812025
Surakarta, Desember 2012
Mengetahui,
Dosen Pengampu Mata Kuliah Asisten Praktikum
Ilmu Tanah
Dwi Priyo Ariyanto Himawan
NIP. NIM.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga laporan praktikum Ilmu Tanah
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan praktikum Ilmu Tanah ini disusun sebagai salah satu rangkaian
kegiatan mata kuliah Ilmu tanah di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian UNS.
2. Team dosen pengampu mata kuliah Ilmu tanah Fakultas Pertanian UNS.
3. Team Assisten yang telah membantu serta memberikan pengarahan pada saat
praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini.
4. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Fakultas Pertanian yang telah memberikan
dorongan serta motivasi dalam penyusunan laporan ini.
5. Serta semua pihak yang telah membantu dalam segala hal.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penyusun menerima semua kritik dan saran yang bersifat
membangun, demi kesempurnaan laporan selanjutnya.
Akhirnya penyusun mohan maaf bila dalam laporan ini ada kata-kata yang
kurang berkenan. Harapan penyusun semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang bersangkutan serta memberikan wawasan baru
bagi kita semua.
Surakarta, 5 Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
DAFTAR TABEL...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................
I. PENDAHULUAN .............................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................
B. Tujuan Praktikum...............................................................................
C. Waktu dan Tempat Praktikum............................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
A. Pencandraan Bentang Lahan .........................................
B. Ordo Tanah .........................................
C. Sifat-Sifat Fisik Tanah .........................................
D. Sifat Kimia Tanah .........................................
E. Kadar Lengas Tanah .........................................
F. Analisis pH Tanah
III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA......................................................
A. Pencandraan Bentang Lahan...............................................................
1. Alat..............................................................................................
2. Bahan..........................................................................................
3. Cara Kerja...................................................................................
B. Penyelidikan Profil Tanah...................................................................
C. Sifat-Sifat Fisik Tanah.........................................................................
D. Sifat Kimia Tanah................................................................................
E. Kadar Lengas Tanah............................................................................
F. Analisis pH Tanah...............................................................................
IV. HASIL PENGAMATAN.............................................................................
A. Fakultas Pertanian UNS..................................................................
B. Jatikuwung......................................................................................
C. Jumantono.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
II. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan bagian dari lingkungan dan merupakan inti dari
sumber daya lahan, sehingga jika berbicara tentang sumber daya lahan maka
tidak bisa dipisahkan dengan tanah. Tanah merupakan suatu media tempat
tumbuh tanaman yang dapat terbentuk melalui lima faktor, yaitu bahan
induk, bentuk wilayah, iklim, makhluk hidup, dan waktu. Kelima faktor
tersebut saling berkaitan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apabila
salah satu faktor tersebut tidak ada maka menyebabkan perkembangan tanah
menjadi terhambat.
Perkembangan tanah menentukan jenis tanah yang mempunyai sifat
dan karakteristik yang berbeda-beda. Sifat dan karakteristik tersebut yaitu
berupa sifat fisik, kimia, maupun biologi tanah. Satuan individu terkecil
tanah yang terbentuk dari tiga dimensi disebut pedon. Di dalam pedon
terdapat profil tanah yang dapat diamati melalui penampang vertikal yang
menunjukkan horison tanah yang terdiri dari solum tanah dan bahan induk
tanah. Dengan adanya sifat dan karakter yang berbeda-beda menyebabkan
tanah digolongkan menjadi beberapa ordo, diantaranya adalah alfisol,
entisol, dan vertisol. Ketiga ordo tersebut memiliki ciri khas tersendiri yang
dapat membedakan antara jenis tanah yang lain.
Dengan adanya sifat dan karakteristik tanah yang berbeda maka
diperlukan pemahaman dan kemampuan bagi para mahasiswa, khususnya di
bidang pertanian akan hal tersebut. Oleh karena itu, perlu diadakannya
pengkajian lebih lanjut tentang berbagai jenis tanah beserta sifat dan
karakteristiknya melalui penelitian atau praktik langsung di lapangan untuk
mendapatkan identifikasi mengenai sifat dan karakteristik yang berbeda-
beda dari berbagai jenis tanah yang berbeda pula.
B. Tujuan Praktikum
Dalam praktikum akan terarah apabila dirumuskan tujuan dari
praktikum tersebut, untuk memberi gambaran yang jelas mengenai arah
yang ingin dicapai. Sehingga rumusan tujuan praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi kondisi lingkungan sekitar sebagai faktor pembentuk
tanah
2. Mengenal dan mengetahui morfologi tanah
3. Mengenal dan mengetahui profil tanah
4. Mengenal dan mengetahui tentang sifat-sifat fisika dan kimia tanah
5. Menghubungkan hasil identifikasi dengan pengelolaan lahan pertanian
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada empat lokasi. Yang pertama
dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 Oktober 2012 di Fakultas Pertanian UNS
Kentingan, Kecamatan Jebres, Surakarta, pukul 08.00-10.00 WIB.
Praktikum yang kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 Oktober 2012 di
Jatikuwung, pukul 15.00-16.00 WIB. Praktikum yang ketiga dilaksanakan
pada hari Minggu, 14 Oktober 2012 di desa Sukosari, kecamatan
jumantono, karanganyar, Pukul 13.00-16.00 WIB. Dan praktikum yang
keempat dilaksanakan di laboratorium ilmu tanah, gedung A, Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta pada hari Selasa, 30 Oktober
2012 pukul 13.00- 20.00 WIB.
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pencandraan Bentang Lahan
Bentang lahan adalah permukaan tanah yang dapat diamati setiap
saat. Bentang lahan di suatu kota dapat berwujud bangunan dan jalan.
Sementara bentang lahan di pedesaan dapat berwujud ladang dan hutan.
Bentang lahan sering disebut juga dengan Landscape. Bentang lahan
tersebut memiliki ciri yang khas yang berdasarkan iklimnya didominasi oleh
flora dan fauna tertentu (Hartono 2011).
Bentang lahan atau landscape adalah panorama atas suatu hamparan
daratan yang terdiri atas berbagai keadaan baik alami maupun buatan
manusia (Supriatna 2012).
Fisiografi adalah pencandraan tentang genesis tanah dan evolusi
bentuk wilayah. Bentuk wilayah diklasifikasikan atas dasar agensia
pembentuknya, yaitu fluvial, marine, lacustrin, eolin, biotika, glacial,
orogen, dan vulkanisme atau bentuk lisin yang terjadi dari kerja gabungan
dua atau lebih agensia (Anonim 2007).
Tanah adalah benda alami yang terdapat di permukaan bumi yang
tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil alam tanaman dan hewan,
yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat tertentu akibat
pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak sebagai atau terhadap batuan
induk dalam keadaan wilayah tertentu selama jangka waktu tertentu
(Anonim 2007).
Penentuan jenis tanaman dan teknik penanaman merupakan faktor
yang menentukan dalam timgkatan konservasi tanah dan air sehingga harus
disesuaikan dengan potensi lahan dan kondisi lingkungan daerah setempat.
Tindakan penanggulangan laju aliran permukaan dan erosi tanah dengan
teknik vegetif merupakan salah satu alternatif yang efektif dan tepat guna
serta petani dapat melaksanakan secara mandiri (Herlambang 2000).
B. Ordo Tanah
Tanah merupakan bangunan alami yang tersusun atas horizon-
horison yang terdiri atas bahan mineral dan organic, bersifat galir (tidak
padu), dan punya tebal yang sama (Rachman 2005).
Perkembangan tanah menentukan jenis tanah yang mempunyai sifat
dan karakteristik yang berbeda. Sifat dan karakteristik tanah tersebut dapat
diamati pada bagian terkecil tanah. Bagian terkecil tanah yang berwujud tiga
dimensi disebut pedon. Di dalam pedon dapat diamati tanah dalam suatu
penampang vertikal yang menunjukkan susunan horison yang terdiri dari
solum tanah dan bahan induk tanah, hal tersebut yang dinamakan dengan
profil tanah. Sedangkan horison tanah merupakan lapisan tanah yang
berbeda baik susunan fisika dan kimianya serta terletak sejajar dengan
permukaan tanah sebagai akibat proses perkembangan tanah
(Anonim 2004). Dalam penamaan horison tanah dinotasikan dengan huruf
O, A, E, B, C, dan R.
Macam-macam tanah dapat dijelasskan sebagai berikut:
1. Entisols
Tanah Entisol merupakan tanah yang relatif kurang
menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman, sehingga perlu upaya
untuk meningkatkan produktivitasnya dengan jalan pemupukan. Sistem
pertanian konvensional selama ini menggunakan pupuk kimia dan
pestisida yang makin tinggi takarannya. Peningkatan takaran ini
menyebabkan terakumulasinya hara yang berasal dari pupuk/pestisida
di perairan maupun air tanah, sehingga mengakibatkan terjadinya
pencemaran lingkungan. Tanah sendiri juga akan mengalami kejenuhan
dan kerusakan akibat masukan teknologi tinggi tersebut. Atas latar
belakang tersebut mulai dikembangkan sistem pertanian organik yang
dahulu telah lama dilakukan oleh nenek moyang kita. Beberapa petani
di Sleman dan Magelang telah melakukannya, sementara yang lain
belum tertarik karena belum mengetahui manfaatnya terutama terhadap
perbaikan sifat tanah (Jamilah 2007).
Tanah yang kecil atau sedikit pembangunan dan sifat yang
mencerminkan bahan induk mereka. Mereka termasuk tanah di lereng
curam, dataran banjir, dan bukit pasir. Mereka juga terbentuk pada
batuan sangat resisten atau deposito dalam pasir. Mereka terjadi di
banyak lingkungan. Mereka memiliki fitur tidak okrik dan diagnostik.
Urutan profil khas akan A, C, atau A, B (Anonim 2010).
Tanah yang termasuk ordo entisol merupakan tanah-tanah yang
masih sangat muda yaitu tingkat permulaan dalam perkembangan.
Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik, atau
histik. Kata ent berarti recent atau baru. Padanana dengan sisitem
klasifikasi lama adalah termasuk tanah aluvial atau regosol
(Majid 2007).
Entisol adalah tanah yang muda (belum berkembang) dan
dangkal, dicirikan oleh profil A/C atau A/R. Tanah ini masih belum
sempurna dan memiliki profil yang horison B-nya belum berkembang.
Tanah tidak memiliki banyak horison yang hanya berupa lapisan-
lapisan tanah, karena beberapa alasan seperti waktu, pembentukannya
masih baru, berada pada lereng atau pada slope yang tererosi, menerima
deposit (endapan) banjir, dan sebagainya. Sebagai contoh tanah-tanah
endapan sepanjang sungai, tanah berpasir lepas di lereng atas dan
bawah, daerah vulkan atau tanah pasir pantai laut yang lepas dan belum
membentuk struktur tanah (Musa, dkk 2006).
Nilai reaksi tanah sangat beragam mulai dari pH 2,5 sampai 8,5,
kadar bahan organik tergolong rendah dan biasanya kurang dari 1
persen, kejenuhan basa sedang hingga tinggi dengan KTK sangat
beragam, karena sangat tergantung pada jenis mineral liat yang
mendominasinya, kadar hara tergantung bahan induk, permeabilitas
lambat dan peka erosi (Munir 1996).
Tanah Entisol merupakan tanah yang relatif kurang
menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman, sehingga perlu upaya
untuk meningkatkan produktivitasnya dengan jalan pemupukan. Sistem
pertanian konvensional selama ini menggunakan pupuk kimia dan
pestisida yang makin tinggi takarannya. Peningkatan takaran ini
menyebabkan terakumulasinya hara yang berasal dari pupuk/pestisida
di perairan maupun air tanah, mengakibatkan terjadinya pencemaran
lingkungan,. Tanah sendiri juga akan mengalami kejenuhan dan
kerusakan akibat masukan teknologi tinggi tersebut. Atas latar belakang
tersebut mulai dikembangkan sistem pertanian organik yang dahulu
telah lama dilakukan oleh nenek moyang kita. Beberapa petani di
Sleman dan Magelang telah melakukannya, sementara yang lain belum
tertarik karena belum mengetahui manfaatnya terutama terhadap
perbaikan sifat tanah (Pradopo 2000).
2. Ventisols
Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan
pengaruhnya tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua
tanah dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah
tropis dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang
rendah. Dalam menilai potensi Vertisol untuk pertanian hendaknya
diketahui bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi berbeda
disbanding dengan ordo lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat
digunakan dalam menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding
dengan kelompok masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut
akan mempunyai implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk
pertumbuhan tanaman. Batas-batas antara antara kelompok masam dan
tidak masam berkisar pada pH 4,5 dan sekitar 5 dalam air (Lopulisa,
2004).
Vertisol merupakan tanah lempung yang dapat mengembang
dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai retakan yang lebar dan
dalam, kerapatan lindak antar retakan cukup tinggi. Tanah memiliki
kemampuan meremah sendiri dan harus menunjukkan adanya timbulan
mikro gilgai, cermin sesar, dan struktur tanah berbentuk baji berukuran
sangat kasar. Kurang lebih tanah yang ekuivalen adalah tanah lempung
margalitik, grumosol, regurs, tirs, dan tanah kapas hitam
(Sutanto 2005).
Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan
kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai
sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut
sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan
lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah
Grumusol atau Margalit. Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation
dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam
lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi
(8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi. Vertisol
menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan
mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar
kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi (Anonim 2012).
3. Alfisols
Alfisols merupakan tanah yang memiliki selaput liat, tanah
dengan horison argilik, kandik, atau natrik, KB >35%, kesuburan alami
tinggi, bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga tertoreh
tekstur berkisar antara sedang hingga halus, drainasenya baik, bahan
organik pada umunya sedang hingga rendah, jeluk tanah dangkal
hingga dalam, mempunyai sifat kimia dan fisika relatif baik
(Anonim 2012).
Alfisol merupakan tanah yang mempunyai epipedon okrik dan
horison argilik dengan kejenuhan basa sedang sampai tinggi. Pada
umumnya tanah tidak kering. Tanah yang ekuivalen adalah tanah
podsolik merah-kuning, planosols (Sutanto 2005).
Bentuk dan sifat pergerakan serta redistribusi fosfor telah
menjadi bahan pada banyak penelitian dalam Alfisol dan tanah-tanah
lainnya. Hal ini utamanya diakibatkan oleh peranan fosfor dalam hara
tanaman. Translokasi fosfor dalam Albaqualfs dan menemukan adanya
penimbunan P dari tanah-tanah sekitarnya yang tergolong Aquoll.
Dengan meningkatnya perkembangan profil kalsium-P berkurang
dalam profil yang terlapuk sementara Fe-P meningkat. Horison-horison
dengan liat maksimum umumnya mengandung total P yang minimal
yang menunjukkan bahwa liat tidak efektif dalam mengikat P
(Lopulisa 2004).
Alfisol dicirikan oleh horizon elluviasi dan illuviasi yang jelas.
Pada tanah Alfisol, pH tanah rendah yaitu < 5,0 dimana pengaruh
kemasaman lebih dominant. Kehadiran karbonat utamanya kalsium dan
magnesium, kehadiran karbonat bebas ini akan mempertahankan pH
dalam kisaran 7,5-8,0 yang mana berada di atas kelarutan sebagian
besar mineral-mineral primer (Lopulisa 2004).
Tanah Alfisol memiliki pH yang berubah dengan meningkatnya
kedalaman den cenderung lebih tinggi pada bagian bawah profil dan
pada sejumlah bahan-bahan glacial sampai ke suatu zona karbonat
bebas dengan pH 8,0 atau lebih tinggi. Hal ini menyebabkan
berubahnya mobilitas elektroporetik koloid-koloid hasil pelapukan.
Koloid ini akan bergerak lambat pada pH yang lebih tinggi dibanding di
bagian atas horizon B yang secara umum mempunyai pH sangat rendah
(Lopulisa 2004).
Alfisol merupakan tanah-tanah yang mengandung liat yang
tinggi di Horisaon B (argilik) dibedakan menjadi alfisol (pelapukan
belum lanjut) dan Ultisol. Tanah-tanah Alfisol banyak ditemukan
didaerah beriklim sedang, tetapi terdapat pula didaerah tropika dan
subtropika terutama yang memiliki tingkat pelapukan sedang
(Hardjowigeno 2003).
Tanah Alfisol merupakan tempat penimbunan liat horizon
bawah dan memiliki kejenuhan basa berdasarkan jumlah kation yang b
erlebih dari 35 % pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat
yang tertimbun dihorison diatasnya dan tercuci kebawah bersama
dengan gerakan air (Hardjowigeno 2003).
C. Sifat – Sifat Fisik Tanah
Sebagai media tumbuh tanaman tanah memberikan suatu tempat bagi
akar untuk berpenetrasi. Dalam hal tersebut sifat-sifat fisik tanah yang
meliputi tekstur dan struktur, drainase dan aerasi, warna dan suhu tanah juga
ikut menentukan seberapa mudahnya tanah untuk dipenetrasi oleh akar.
Secara keseluruhan sifat-sifat fisik tanah tersebut ditentukan oleh
(Hanafiah 2010):
1. ukuran dan komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahan penyusun
tanah,
2. jenis dan proporsi komponen-komponen penyusun partikel-partikel ini,
3. keseimbangan antara suplai air, energi, dan bahan dengan kehilangannya,
4. intensitas reaksi kimiawi dan biologis yang telah atau sedang
berlangsung.
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah yang
dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir,
debu, dan liat. Tekstur tanah berperan dalam memepengaruhi pertumbuhan
dan produksi tanaman. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai
golongan besar, partikel tanah dalam suatu massa tanah terutama
perbandingan relatif suatu fraksi liat, debu dan pasir. Tekstur dapat
menentukan tata air dalam tanah berupa akecepatanm infiltrasinya, penetrasi
setta kemampuan mengikat air (Kartosapoetra 1988)
Struktur tanah merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-
partikel primer tanah (pasir, debu, liat, individual) hingga partikel-partikel
sekunder (gabungan partikel primer yang disebut ped/ gumpalan yang
membentuk bongkahan). Struktur tanah berfungsi untuk memodifikasi
pengaruh tekstur terhadap kondisi drainase dan aerase tanah. Lal (1979)
mengemukakan bahwa struktur tanah mempunyai peranan sebagai regulator
yang menyinambungkan arah pipa yang terbentuk dari berbagai ukuran pori-
pori yang berinterkoneksi, stabilitas, durabilitas; mengatur retensi dan
pergerakan air tanah; difusi gas dari dan ke atmosfer; mengontrol poliferasi.
Konsistensi tanah merupakan ketahanan tanah terhadap tekanan gaya-
gaya dari luar, yang merupakan indikator derajat manifestasi kekuatan dan
corak gaya-gaya fisik yang bekerja pada tanah selaras dengan tingkat
kejenuhan airnya.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi
adalah tekstur, sifat dan jumlah koloid organik maupun anorganik, struktur,
dan kadar air tanah (Hanafiah 2010).
Porositas merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah.
Aerasi merupakan indikasi adanya udara yang keluar masuk tanah.
Sedangkan temperatur atau suhu tanah merupakan suatu sifat yang sangat
penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanamn, kelembaban,
aerasi, struktur, dan lain sebagainya.Warna tanah merupakan salah satu sifat
yang mudah dilihat dan menunjukkan sifat dari tanah tersebut.
Warna tanah merupakan campuran komponen lain yang terjadi karena
mempengaruhi berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan warna
tanah adalah hitam, coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih (Syarief 1979).
Warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip
warnanya. Dalam menentukan warna cahaya dapat juga menggunakan
Munsell Soil Colour Chart sebagai pembeda warna tersebut. Penentuan ini
meliputi penentuan warna dasar atau matrik, warna karatan atau kohesi dan
humus. Warna tanah penting untuk diketahui karena berhubungan dengan
kandungan bahan organik yang terdapat di dalam tanah tersebut, iklim,
drainase tanah dan juga mineralogi tanah (Thompson dan Troen 1978).
D. Sifat – Sifat Kimia Tanah
Perilaku kimiawi tanah didefinisikan sebagai keseluruhan reaksi fisik-
kimia dan kimia yang berlangsung antar penyusun tanah serta antara
penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk
pupuk ataupun pembenah tanah lainnya (Bolt dan Bruggenwert 1978).
Sifat kimia tanah berhubungan dengan reaksi-reaksi yang terjadi di
dalam tanah, seperti pertukaran ion yang berperan dalam penilaian tingkat
kesuburan, pH yang menunjukkan tingkat keasaman, serta redoks tanah yang
dapat menyebabkan perubahan pH (Sutanto 2005).
E. Kadar Lengas Tanah
Lengas tanah merupakan variabel penting dalam mengkontrol
pertukaranair dan energi panas pada permukaan tanah dengan atmosfer
melalui evaporasidan evapotranspirasi. Lengas tanah berperan penting dalam
perkembangan polacuaca dan produksi presipitasi. Lengas tanah juga
berpengaruh dalam jumlahpresipitasi yang mengalami run off ke sungai
(Manik 1998).
Lengas tanah adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh ruang
pori tanahdan teradsorbsi pada permukaan zarah tanah. Lengas berperan
sangat pentingdalam proses genesa tanah, kelangsungan hidup tanaman dan
jasad renik tanah serta siklus hara. Setiap reaksi kimia dan fisika yang terjadi
di dalam tanahhampir selalu melibatkan air sebagai media pelarut garam-
garam mineral, senyawa asam dan basa serta ion-ion dan gugus organik
maupun anorganik.Dalam keadaan tidak jenuh, lengas tanah berupa selaput
tipis yang menyelimuti zarah tanah. Semakin tipis selaput lengas tersebut,
maka gaya ikat tanah yang bekerja semakin kuat(Suntoro 2001).
Jumlah lengas pada tanah tergantung dari berbagai variabel seperti
tipetanah, iklim, presipitasi, dan sebagainya. Tipe tanah yang bebeda
memiliki ukurandan bentuk partikel yang berbeda, yang berarti masing-
masing tipe tanah mampumenyimpan jumlah air yang berbeda. Banyaknya air
yang dapat disimpantergantung pada luas permukaan partikel tanah. Semakin
luas, semakin banyak air yang dapat disimpan (Miller 1990).
Lengas tanah merupakan salah satu faktor penting dalam
pembudidayaanbenih yang sehat. Jika kadar lengas di suatu tempat telah
diketahui, makainformasi tersebut dapat digunakan untuk membuat peraga
atau prediksi tentangpotensi hasil panen, kemungkinan irigasi, run off,
evaporasi rata-rata, erosi, kualitas air, bahkan potensi terjadinya banjir. Selain
itu, manfaat terpenting lengastanah adalah untuk memprediksikan terjadinya
kekeringan (Chris 2004).
Keberadaan lengas dalam tanah tidak seragam dari atas ke
bawah.Keragaman kandungan lengas ini menunjukkan adanya potensial
kesuburan tanah.Adanya perbedaan energi potensial lengas dalam tubuh tanah
akan menunjukkanarah gerakan lengas dalam tubuh tanah yang bergerak dari
daerah potensial tinggike daerah potensial rendah (Handayanto 1987).
Di dalam pertumbuhan tanaman juga perlu diketahui keadaan air
tanah atau lengas tanah sehingga perlu ditetapkan kadar air tanah pada
beberapa keadaan, antara lain kadar air total, kapasitas lapang dan titik layu
permanen. Kadar air total diperoleh dengan cara pengeringan tanah hingga
beratnya konstan. Untuk kapasitas air maksimum dengan mengoven tanah
yang jenuh air. Pada kondisi lengas kapasitas lapang diukur saat tanah
menahan air setelah kelebihan air gravitasi meresap ke bawah karena adanya
gaya gravitasi (Susanto 2002).
Untuk mengukur kadar lengas dapat digunakan berbagai metode
yaitugravimetris, tensiometer, pancaran neutron, dan metode kalsium. Kadar
lengasberdasarkan ukurannya dapat dibedakan menjadi empat yaitu kadar
lengas tanah halus, kadar lengas tanah diameter 0,5 mm; kadar lengas tanah
diameter 2 mm dan kadar lengas tanah gumpalan ( Foth 1994 ).
F. Analisis pH Tanah
Keasaman tanah merupakan salah satu sifat penting, karena terdapat
beberapa hubungan pH tanah dengan ketersediaan unsure hara, juga beberapa
hubungan antara pH dengan semua sift-sift tanah. Ada dua metode yang
digunakan dalam pengukuran pH, yaitu cara secara elektrometrik dan secara
volumetrik (Buckman 1982).
PH tanah merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan
reaksi asam atau basa dalam tanah. Sejumlah proses dalam tanah dipengaruhi
oleh reaksi tanah dan biokimia tanah yang berlansung spesifik. Pengaruh
lansung terhadap laju dekomposisi mineral tanah dan bahan organik,
pembentukan mineral lempung bahkan pertumbuhan tanaman. Pengaruh tidak
lansungnya terhadap kelarutan dan ketersediaan hara tanaman
(Notohadiprawiro 1985).
Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen di
dalarn tanah tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen di dalam tanah terlalu
tinggi maka tanah akan bereaksi asam. Sebaliknya, bila kepekatan ion
hidrogen terIalu rendah maka tanah akan bereaksi basa. Pada kondisi ini
kadar kation OH- lebih tinggi dari ion H+ (Munir 1996).
Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan
H+ yang tinggi.Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion
Al3+ yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan
H+. Dalarn keadaan tertentu, yaitu apabila tercapai kcjenuhan ion Al3+ tertentu
(Notohadiprawiro 1985).
Ada beberapa alat ukur reaksi tanah yang dapat digunakan. Alat yang
murah ialah kertas lakmus yang bentuknya berupa gulungan kertas kecil
memanjang. Alat lain yang harganya sedikit mahal tetapi dapat dipakai
berulang kali dengan hasil pengukuran lebih terjamin adalah pH tester dan
soil tester (Bukman 1982).
Pemakaian kertas lakmus sangat mudah, caranya yaitu : mengambil
tanah lapisan dalam, lalu larutkan dengan air murni (aquadest) dalam wadah.
Biarkan tanahnya terendam di dasar wadah sehingga airnya menjadi bening
kembali. Setelah bening, air tersebut dipindahkan ke wadah lain secara
hati-hati agar tidak keruh. Selanjutnya, ambil sedikit kertas lakmus dan
celupkan ka dalam air tersebut (Brady 1974).
Dalam beberapa saat kertas lakmus akan berubah warna. Cocokan
warna pada kertas lakmus dengan skala yang ada pada kemasan kertas
lakmus. Skala tersebut telah dilengkapi dengan angka pH masing-masing
Warna. Angka pH tanah tersebut adalah angka dari warna pada kemasan yang
cocok dengan warna kertas lakmus Misalnya, angka yang cocok adalah 6
maka pH-nya 6 (Sanchez 1993).
G. ALAT, BAHAN dan CARA KERJA
A. Pecandraan Bentang Lahan
1. Alat
a. Klinometer
b. Kompas
c. Global Positioning System (GPS)
d. Roll meter
2. Bahan
a. Lahan Jumantono
b. Lahan Fakultas Pertanian UNS
c. Lahan Jatikuwung
3. Cara Kerja
a. Menentukan lokasi pencandraan bentang lahan.
b. Melakukan pengamatan terhadap cuaca.
c. Mengukur ketinggian tempat menggunakan GPS atau altimeter.
d. Mengukur kemiringan lereng menggunakan klinometer dan
menentukan arah kemiringan lereng menggunakan kompas.
e. Mengamati fisiografi lahan.
f. Mengamati ada/ tidaknya genangan, banjir, atau erosi.
g. Mengamati tutupan lahan dan vegetasi yang paling dominan.
h. Menentukan geologi serta jenia batuan yang berada di permukaan.
B. Penyidikan Profil dan Pedon Tanah
1. Alat
a. Cangkul
b. Pisau belati
c. Meteran kertas
d. Tali rafia
2. Bahan
a. Tanah Jumantono
b. Tanah Fakultas Pertanian UNS
c. Tanah Jatikuwung
3. Cara Kerja
a. Menentukan lokasi untuk pedon dan profil.
b. Membuat profil pada irisan lereng ataupun membuat pedon melalui
pengeboran.
c. Mengukur kedalaman lapisan atau horison menggunakan meteran
kertas.
d. Mengamati perbedaan warna irisan tanah tersebut.
e. Menentukan batas lapisan atau horison dengan cara menusuk-nusuk
tanah dengan pisau belati atau memukul-mukul tanah dengan
gangang pisau belati. Kemudian memberi tanda pada setiap batas
lapisan menggunakan rafia.
C. Sifat-sifat Fisika Tanah
1. Alat
a. Penetrometer
b. Munsel Soil Colour Chart (MSCC)
c. Lup
2. Bahan
a. Tanah Jumantono
b. Tanah Fakultas Pertanian UNS
c. Tanah Jatikuwung
d. Air
3. Cara Kerja
a. Menentukan Tekstur Tanah
1) Mengambil sampel tanah dari setiap lapisan atau horison.
2) Membasahinya dengan air dan memijat-mijatnya dengan jari.
3) Merasakan teksturnya dan menentukan kelas tekstur tanahnya.
b. Menentukan Struktur Tanah
1) Mengambil sampel tanah dari setiap lapisan atau horison.
2) Mengamatinya menggunakan lup.
3) Menentukan tipe, ukuran, dan derajat kekerasan struktur tanah.
c. Menentukan Konsistensi
1) Mengambil sampel tanah dari masing-masing lapisan atau
pedon.
2) Menentukan konsistensi tanah.
d. Menguji Ketahanan Penetrasi Tanah
1) Mempersiapkan alat penetrometer dengan menarik cincin geser
pembaca ke belakang sampai angka 0.
2) Menusukkan penetrometer ke dalam tanah secara tegaklurus
bidang yang sudah disingkapkan terlebih dahulu hingga ujung
penetrometer masuk sebelum tanda batas.
3) Mencabut penetrometer tanpa menyentuh cincin geser pembaca
yang terdorong ke depan.
4) Membaca penetrometer tersebut, dimana angka yang
ditunjukkan merupakan besarnya kekuatan mekanik tanah.
e. Menentukan Warna Tanah
1) Mengambil sampel dari setiap lapisan atau horison tanah.
2) Mencocokkan warna tanah tersebut dengan MSCC.
D. Sifat-sifat Kimia Tanah
1. Alat
a. Pipet tetes
b. PH tester
c. Flakon
d. Spidol marker
e. Kertas marga
f. Tissu gulung
g. Alat tulis
2. Bahan
a. Tanah Jumantono
b. Tanah Fakultas Pertanian UNS
c. Tanah Jatikuwung
d. Air (H2O)
e. Larutan H2O2 10%
f. Larutan HCL 1,2 N
g. Larutan HCL 10%
h. Larutan KCNS 10%
i. Larutan K4Fe(CN)6 0,5%
j. Larutan KCl 1 N
3. Cara Kerja
a. Menentukan Aerasi dan Drainase Tanah
1) Mengambil dua bongkah tanah pada setiap lapisan dan
meletakkannya di atas kertas tissu
2) Menetesi kedua bongkahan dengan HCl 1,2 N. Kemudian
melipat kertas tissudan menekannya hingga cairan dalam
bongkahan tanah terperas oleh kertas saring
3) Menetesi salah satu bongkahan dengan larutan KCNS 10%
untuk menentukan aerasi tanah dan menetesi bongkahan yang
lain dengan larutan K4Fe(CN)6 0,5%
4) Menekan sekali lagi pada masing-masing bongkahan dengan jari
yang masih bersih dan mengamati perubahan warna yang timbul
b. Menguji Kandungan Bahan Organik Tanah
1) Mengambil bongkahan tanah pada masing-masing lapisan atau
horison dan meletakkannya di atas kertas tissu
2) Menetesi bongkahan tersebut dengan larutan H2O2 10%
3) Mengamati reaksi yang terjadi
c. Menguji Kadar Kapur dalam Tanah
1) Mengambil bongkahan tanah pada setiap lapisan atau horison
dan meletakkannya di atas kertas tissu
2) Menetesinya dengan larutan HCl 10% untuk menguji kadar
kapur dalam tanah tersebut
3) Mengamati reaksi yang terjadi
E. Kadar Lengas Tanah
1. Lengas Tangah Kering Angin
a. Alat
1) Botol Timbang
2) Oven
3) Eksikator
4) Penimbang
b. Bahan
Contoh tanah kering angin (ctka) ø 0,5 mm dan ø 2 mm
c. Cara Kerja
1) Memasukan botol penimbang dengan tutupnya ke dalam oven.
selama 30 menit kemudian mendinginkannya ke dalam
eksikator dan menimbang botol penimbang dengan tutupnya
2) Memasukan ctka kurang lebih 2/3 tinggi botol penimbang lalu
menimbangnya dan masing-masing ctka dilakukan 2 kali
ulangan
3) Memasukan ke dalam oven dengan keadaan terbuka bersuhu
105°C selama 4 jam
4) Mendinginkan botol penimbang dan isinya pada eksikator dalam
keadaan tertutup, kemudian melakukan penimbangan setelah
dingin
5) Melakukan perhitungan kadar lengas
2. Kapasitas Lapangan
a. Alat
1) Botol semprong
2) Kain kassa
3) Statif
4) Gelas piala
a. Bahan
Ctka ø 2mm
b. Cara Kerja
1) Membungkus atau menyumbat salah satu ujung botol dengan
kain kassa
2) Memasukan ctka ke dalam botol semprong dengan bagian yang
tertutup kain kassa sebagai dasarnya
3) Memasang botol semprong pada statif dan diatur seperlunya
4) Merendam selama kurang lebih 48 jam
5) Mengangkat semprong dan membiarkan air menetes sampai
tetes terakhir
6) Mengambil contoh tanahnya yang berada pada 1/3 bagian
tengah semprong, mengukur kadar lengasnya sebanyak 2 kali
uangan
3. Lengas Maksimum (KAM)
a. Alat
1) Cawan tembaga yang dasarnya berlubang
2) Mortin porselin
3) Saringan ø 2mm
4) Timbagan analitik
5) Spatel
6) Oven
7) Eksikator
8) Gelas arloji
9) Kertas saring
10) Petridish
b. Bahan
1) Ctka ø 2mm
2) Aquades
c. Cara Kerja
1) Menggerus ctka menjadi butir primer dan menyaringnya menjadi
Ø 2 mm
2) Mengambil cawan berlubang yang dasaarnya diberi kertas saring
yang sudah dibasahi
3) Menimbang dengan kertas arloji sebagai alasnya
4) Memasukan ctka yang telah digerus dalam cawan tembaga
kurang lebih 1/3nya lalu diketuk-ketukan, menambahkan ctka
sampai 2/3 alu diketuk-ketukan lagi, kemudian menambahkan
lagi ctka sampai penuh, mengetuknya lagi dan meratakannya
5) Memasukan cawan tersebut ke dalam perendam kemudian diisi
air sampai permukaan air mencapai kurang lebih ½ tinggi
dinding cawan, perendaman 12 jam (setelah direndam
permukaan tanah akan cembung minimal rata/mendatar).
6) Mengangkat cawan dan membersihkan sisi luarnya lalu
meratakan tanah setinggi cawan dengan diperes secara hati-hati
dan menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji
7) Memasukan ke dalam oven bersuhu 105°C selama 4 jam, lubang
pembuangan air pada oven harus terbuka
8) Memasukan ke dalam eksilator kemudian menimbang dengan
diberi gelas arloji
9) Membuang tanah, membersihkan cawan dan kertas saring
kemudian menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji
10) Menghitung kadar lengasnya
4. Batas Berubah Warna (BBW)
a. Alat
1) Botol timbang
2) Colet
3) Botol pemancar
4) Cawan penguap
5) Oven
6) Eksikator
7) Spatel
b. Bahan
1) Ctka Ø 0,5 mm
2) Aquadest
c. Cara Kerja
1) Membuat pasta tanah dengan cara menaAmpur ctka Ø 0,5 mm
dengan air pada cawan penguap
2) Merarakan passta tanah pada kayu membentuk elips dengan
ketinggian pada bagian tengah kurang lebih 3 mm dan makin ke
tepi makin tipis
3) Membiarkn semalam dan setelah ada beda warna diambila
tanahnya selebar 1 cm (warna terang dan gelap) untuk dianalisis
KL-nya.
F. Analisis pH tanah
1. Alat
a. Flakon
b. Pengaduk kaca
c. pH meter
d. Timbangan
2. Bahan
a. Ctka Ø 0,5 mm sebanyak 10 gr
b. Eagen H2O (pH), KCL pH potensial), dan NaF (analisis alofan),
dengan perbandingan 1:2:5
3. Cara Kerja
a. Menimbang ctka sebanyak 5 gr dan memasukkan kedalam dua buah
flakon
b. Menambahkan aquadest 12,5 cc untuk analisis pH H2o, 12,5 cc,
KCL untuk pH KCL, dan 12,5 cc NaF untuk pH NaF
c. Mengaduk masing-masing hingga homogen selama 5 menit
d. Mendiamkan selama 30 menit
e. Mengaduk masing-masing pH
Lab. Pusat
F. Kedokteran
Auditorium agrobudoyo
Lokasi
H. HASIL PENGAMATAN
A. Fakultas Pertanian UNS
1. Deskripsi Lokasi
a. Daerah/lokasi : Sekitar Fakultas Pertanian UNS
b. Hari/Tanggal Survey : Sabtu, 13 Oktober 2012
c. No. Profil/Pedon : Profil 4
d. Surveyor : Kelompok 44
e. Cuaca : PC (Berawan sebagian)
f. Arah Hadap : 3150 barat daya
g. Letak Geografis : 07° 33’ 36,3″ LS dan 110° 51’ 29,9″ BT
h. Datum : WGS 1984
i. Tinggi Tempat : 180 m dpl
j. Geologi : Quarter Vulcanic Lawu
k. Cuaca : PC (Berawan sebagian)
l. Denah Lokasi :
Gambar 4.1 Denah Lokasi Profil/ Pedon di Fakultas Pertanian UNS
Gambar 4.2 Profil / Pedon di Fakultas Pertanian UNS
2. Pencandraan Bentang Lahan
Tabel 4.1.1 Data Pencandraan Bentang Lahan di Fakultas Pertanian UNS
No. Deskripsi Keterangan
1. Lereng 44 % (curam)
2. Arah 3150 barat daya
3. Panjang Lereng 10 m
4. Fisiologi Lahan Miscellaneous / X
5. Genangan Tidak pernah (none)
6. Tutupan Lahan Crop cover (Tutupan tanaman)
7. Geologi Quarter Vulcanic Lawu
8. Erosi Erosi parit
9 Tingkat Erosi Besar
10. Batuan Permukaan Jumlahnya 0,1 – 3 % dari luas permukaan,
jarak antara batuan kecil 1 m, dan antar
batuan sekitar 3 m
11. Vegetasi Pohon Jati 60 %
Pohon Johar 15 %
Pohon Asem 15 %
Pohon Akasia 10 %
Sumber : Laporan Sementara
3. Penyelidikan Profil / Pedon Tanah
Tabel 4.1.2 Data Penyelidikan Profil / Pedon Tanah di Fakultas Pertanian
UNS
No. Deskripsi Keterangan
1. Metode Observasi Irisan lereng
2. Jeluk / Solum Tanah
Kedalaman Lapisan
Horison A1 : 0 - 13 cm
Horison A2 : 13 – 25 cm
Horison C1 : 25 – 32 cm
Horison C2 : 32 – 55 cm
3. Batas Horizon
Ketegasan Batas Horizon
Topografi Batas Horizon
Horison A1 : baur
Horison A2 : baur
Horison C1 : tajam
Horison C2 : -
Horison A1 : berombak
Horison A2 : berombak
Horison C1 : berombak
Horison C2 : -
4. Perakaran
Ukuran Akar
Jumlah Akar
Horison A1 : sedang
Horison A2 : sedang
Horison C1 : sedang
Horison C2 : halus
Horison A1 : banyak
Horison A2 : biasa
Horison C1 : sedikit
Horison C2 : sedikit
Sumber : Laporan Sementara
4. Sifat Fisik Tanah
Tabel 4.1.3 Data Sifat Fisika Tanah
No. Deskripsi Keterangan
1. Tekstur Tanah Horison A1 : Geluh lempung pasiran
Horison A2 : Geluh lempung debuan
Horison C1 : Geluh lempung debuan
Horison C2 : Geluh lempung debuan
2. Struktur Tanah
Tipe
Ukuran
Derajat
Horison A1 : Kersai
Horison A2 : Kersai
Horison C1 : Gumpal membulat
Horison C2 : Gumpal membulat
Horison A1 : Kasar
Horison A2 : Kasar
Horison C1 : Kasar
Horison C2 : Halus
Horison A1 : Tak berstruktur
Horison A2 : Lemah
Horison C1 : Sedang
Horison C2 : Sedang
3. Konsistensi Horison A1 : Kering keras
Horison A2 : Kering keras
Horison C1 : Kering keras
Horison C2 : Kering keras
4. Warna Horison A1 : ¾ 7,5 YR dark brown
Horison A2 : ¾ 7,5 YR dark brown
Horison C1 : ¾ 7,5 YR dark brown
Horison C2 : ¾ 7,5 YR brown
5. Aerasi dan Drainase Horison A1 : Sangat baik
Horison A2 : Sangat baik
Horison C1 : Sangat baik
Horison C2 : Sangat baik
6. Penetrasi
Vertikal Horison A1 : 0,5
Horizontal
Horison A2 : 1,5
Horison C1 : 1,5
Horison C2 : 1,5
Horison A1 : 1,5
Horison A2 : 1,5
Horison C1 : 1,5
Horison C2 : 1,5
Sumber : Laporan Sementara
5. Sifat Kimia Tanah
Tabel 4.1.4 Data Sifat Kimia Tanah
No. Deskripsi Keterangan
1. Kemasaman
pH H2O
pH KCl
Horison A1 : 7,1
Horison A2 : 7
Horison C1 : 6,9
Horison C2 : 6,8
Horison A1 :
Horison A2 :
Horison C1 :
Horison C2 :
2. Bahan Organik Horison A1 : +++ (banyak)
Horison A2 : +++ (banyak)
Horison C1 : +++ (banyak)
Horison C2 : +++ (banyak)
3. Kadar Kapur Horison A1 : 0
Horison A2 : 0
Horison C1 : 0
Horison C2 : 0
4. Konsentrasi Horison A1 : -
Horison A2 : -
Horison C1 : -
Horison C2 :
Sumber : Laporan Sementara
6. Analisis Lengas Tanah
a. Lengas Tanah Kering Angin
Tabel 4.1.5 Analisis Lengas Tanah Kering Angin
CtkaUlanga
n
a(gram
)
b(gram
)
c(gram
)Hasil(%)
Rata-
rata
Bongkaha
n
I
II
51,858
53,221
69,6
70,798
67,729
69,171
11,78879
10,20062
10,5
%
Ø 2 mmI
II
56,599
53,951
71,639
67,655
70,661
66,722
6,954914
7,305614
3
7,1 %
Ø 0,5 mm
I
II
54,922
58,213
66,38
68,548
65,150
67,435
12,02581
2
12,06896
6
12%
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
a = botol penimbang kosong
b = botol penimbang diisi 2/3 tinggi botol penimbang
c = botol penimbang yang sudah dioven
Analisis Perhitungan : Kadar Lengas Tanah = (b−a)(c−a)
x 100 %
Nilai (c - a) = berat contoh tanah kering angin mutlak (ctkm)
Bongkah
I : 69,6 – 67,729 x 100 % = 11 %
67,729 – 51,858
II: 70,798 – 69,171 x 100 % = 10 %
69,171 – 53,221
Rata – rata: (12 % + 12 % ) : 2 = 12 %
Ø 2 mm I : 71,639−70,66170,661−56,599
X 100 % = 0,069 X 100 % = 6,9
%
II : 67,655−66,72266,722−53,951
X 100 % = 0,073 X 100 % =
7,3 %
Rata – rata : (6,9 + 7,3)% / 2 = 7,1 %
Ø 0,5 mm I : 69,6−67,729
67,729−51,858X 100 % = 0,11 X 100 % = 11
%
II : 70,798−69,17169,171−53,221
X 100 % = 0,100 X 100 % = 10
%
Rata – rata : (11 + 10)% / 2 = 10,5 %
b. Kapasitas Lapangan
Tabel 4.1.6 Analisis Kapasitas Lapangan
Ctka Ø 2 mm a(gram) b(gram) c(gram) Hasil(%) Rata-rata
I
II
56,597
53,939
66,137
63,962
63,274
61,790
42,8
27,635,2%
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
a = botol penimbang kosong
b = botol penimbang isi tanah sebelum dioven
c = botol penimbang isi tanah sesudah dioven
Analisis Perhitungan : Kapasitas Lapangan = (b−a)(c−a)
x 100 %
Ctka Ø 2 mm
I : 66,137−63,27463,274−56,597
X 100 % = 2,8636,677
X 100 % = 42,8 %
II: 63,962−61,79061,790−53,939
X 100 % = 2,1727,851
X 100 % = 27,6 %
Rata – rata: (42,8 + 27,6)% / 2 = 35,2 %
c. Lengas Maksimum
Tabel 4.1.7 Analisis Lengas Maksimum
Ctkaa(gram
)b(gram)
c(gram
)
d(gram
)Hasil(%)
Ø 2 mm 20,885 72,443 49,035 20,076 79,24
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
a = cawan berlubang kosong sebelum diberi perlakuan apapun
b = cawan diisi tanah sebelum dioven
c = cawan diisi tanah sesudah dioven
d = cawan berlubang kosong setelah diisi tanah
Analisis Perhitungan : KAM = (b−a )−(c−d)
(c−d)x 100 %
Ctka Ø 2 mm
KAM = (72,433−20,885 )−(49,035−20,276)
(49,035−20,276)X 100 % = 75,03 %
d. Batas Berubah Warna
Tabel 4.1.8 Analisis Batas Berubah Warna
Ctka Ulangan a(gram) b(gram) c(gram)Hasil
(%)
Rata-
rataPengharkatan
Ø 0,5
mm
I
II
54,926
53,939
66,137
63,962
63,274
61,790
11,6
8,72
10,16
%
Sedang
Rendah
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
a = botol penimbang kosong
b = botol penimbang isi tanah sebelum dioven
c = botol penimbang isi tanah sedudah dioven
Analisis Perhitungan : BBW = (b−a)(c−a)
x 100 %
Jatikuwung
U
Ctka Ø 0,5 mm
I : 55,465−55,41155,411−54,926
X 100 % = 0,0540,465
X 100 % = 11,6 %
II:58,557−58,52958,529−58,208
X 100 % = 0,0280,321
X 100 % = 8,72%
Rata – rata: (11,6 + 8,72)% / 2 = 10,16%
7. Analisis pH Tanah
Tabel 4.1.9 Analisis pH Tanah di Fakultas Pertanian UNS
Ctka Ø 2 mm Pengharkatan
pH KCl I : 5,450 Rata – rata :
II : 5,527 5,488 %
Rendah
Rendah
pH H2O I : 6,121 Rata – rata :
II : 6,761 6,441 %
Rendah
Rendah
Sumber : Laporan Sementara
B. Jatikuwung
1. Deskripsi Lokasi
a. Daerah/lokasi : Jatikuwung
b. Hari/Tanggal Survey : Sabtu, 13 Oktober 2012
c. No. Profil/Pedon : Profil 3
d. Surveyor : Kelompok 44
e. Cuaca : Cerah
f. Arah Hadap : Barat
g. Letak Geografis : 7o31’5,1” LS 110o50’43,3” BT
h. Datum : WGS 1984
i. Tinggi Tempat : 168 m dpl
j. Geologi : Quarter Vulcanic Merapi
k. Cuaca : Cerah
l. Denah Lokasi :
Gambar 4.3 Denah Lokasi Profil / Pedon di Jatikuwung
Gambar 4.4 Profil / Pedon di Jatikuwung
2. Pencandraan Bentang Lahan
Tabel 4.2.1 Data Pencandraan Bentang Lahan di Jatikuwung
No. Deskripsi Keterangan
1. Lereng 11 % (sangat miring)
2. Arah 2800 barat
3. Panjang Lereng 11,15 m
4. Fisiologi Lahan Vulkanik
5. Genangan Tidak pernah (none)
6. Tutupan Lahan Rumput (Grass Herbaceous)
7. Geologi Quarter Vulcanic Merapi
8. Erosi Erosi alur
9 Tingkat Erosi Rendah
10. Batuan Permukaan Jumlahnya 15 – 50% dari luas permukaan,
jarak antar batuan kecil 0,3 m dan antar
batuan besar 0,5 m
11. Vegetasi Pohon Jati : 60 %
Rumput : 15 %
Perdu : 25 %
Sumber : Laporan Sementara
3. Penyelidikan Profil / Pedon Tanah
Tabel 4.2.2 Data Penyelidikan Profil / Pedon Tanah di Jatikuwung
No. Deskripsi Keterangan
1. Metode Observasi Irisan lereng (BC)
2. Jeluk / Solum Tanah
Kedalaman Lapisan Horison A1 : 0-25 cm
Horison A2 : 30-45 cm
Horison A3 : 45-60 cm
3. Batas Horizon
Ketegasan Batas Horizon
Topografi Batas Horizon
Horison A1 : Tajam
Horison A2 : Tajam
Horison A3 :
Horison A1 : Bergelombang
Horison A2 : Bergelombang
Horison A3 :
4. Perakaran
Ukuran Akar
Jumlah Akar
Horison A1 : Kasar
Horison A2 : Sedang
Horison A3 : Halus
Horison A1 : Banyak
Horison A2 : Biasa
Horison A3 : Sedikit
Sumber : Laporan Sementara
4. Sifat Fisik Tanah
Tabel 4.2.3 Data Sifat Fisika Tanah
No. Deskripsi Keterangan
1. Tekstur Tanah Horison A1 : Geluh debuan
Horison A2 : Geluh debuan
Horison A3 : Geluh lempung debuan
2.
Struktur Tanah
Tipe
Ukuran
Derajat
Horison A1 : Gumpal menyudut
Horison A2 : Gumpal membulat
Horison A3 : Gumpal membulat
Horison A1 : Halus
Horison A2 : Halus
Horison A3 : Sedang
Horison A1 : Kuat
Horison A2 : Sedang
Horison A3 : Sedang
3. Konsistensi Horison A1 : Kering, sangat keras
Horison A2 : Kering, sangat keras
Horison A3 : Kering, sangat keras
4. Warna Horison A1 : 4/2 7,5 YR brown
Horison A2 : 4/2 5 YR reddish gery
Horison A3 : 5/2 7,5 YR brown
5. Aerasi dan
Drainase
Horison A1 : Sangat baik
Horison A2 : Sangat baik
Horison A3 : Sedang
6. Penetrasi
Vertikal
Horizontal
Horison A1 : 2,5
Horison A2 : 3
Horison A3 : 2
Horison A1 : 2
Horison A2 : 2
Horison A3 : 2
Sumber : Laporan Sementara
5. Sifat Kimia Tanah
Tabel 4.2.4 Data Sifat Kimia Tanah
No. Deskripsi Keterangan
1.
Kemasaman
pH H2O
pH KCl
Horison A1 :
Horison A2 :
Horison A3 :
Horison A1 :
Horison A2 :
Horison A3 :
2. Bahan Organik Horison A1 : +++ (banyak)
Horison A2 : +++ (banyak)
Horison A3 : +++ (banyak)
3. Kadar Kapur Horison A1 : 0 (tidak ada reaksi)
Horison A2 : 0 (tidak ada reaksi)
Horison A3 : 0 (tidak ada reaksi)
4. Konsentrasi Horison A1 :
Horison A2 :
Horison A3 :
Sumber : Laporan Sementara
6. Analisis Lengas Tanah
a. Lengas Tanah Kering Angin
Tabel 4.2.5 Analisis Lengas Tanah Kering Angin
Ctka Ulangan a(gram)b(gram
)c(gram) Hasil(%) Rata-rata
Bongkahan I
II
51,155
54,179
65,602
68,253
64,853
67,500
5,5
5,75,6%
Ø 2 mm I
II
54,492
52,724
69,195
65,418
68,154
64,496
7,6
7,87,7%
Ø 0,5 mm I
II
56,588
52,292
67,514
63,512
66,944
62,915
5,5
5,65,55%
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
a = botol penimbang kosong
b = botol penimbang diisi 2/3 tinggi 2/3 botol penimbang
c = botol penimbang yang sudaj dioven
Analisis Perhitungan : Lengas Tanah Kering Angin = (b−a)(c−a)
x 100 %
Bongkah
I : (65,602−64,853)(64,853−51,155)
x100 %=5,5 %
II :(68,253−67,500)(67,500−54,179)
x100 %=5,7 %
Rata – rata: (5,5 + 5,7)% / 2 = 5,6 %
Ø 2 mm I : (69,195−68,154)(68,154−54,492)
x 100 %=7,6 %
II: (65,418−64,496)(64,496−52,724)
x 100 %=7,8 %
Rata – rata : (7,6 + 7,8)% / 2 = 7,7 %
Ø 0,5 mm I : (67,514−66,944 )(66,944−56,588)
x100 %=5,5 %
II: (63,512−62,915)(62,915−52,292)
x100 %=5,6 %
Rata – rata : (7,6 + 7,8)% / 2 = 7,7 %
b. Kapasitas Lapangan
Tabel 4.2.6 Analisis Kapasitas Lapangan
Ctka Ø2 mm a(gram)b(gram
)c(gram) Hasil(%) Rata-rata
I
II
52,587
52,729
64,509
62,660
60,171
60,254
57,19
31,9744,58%
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
a = botol penimbang kosong
b = botol penimbang isi tanah sebelum dioven
c = botol penimbang isi tanah sesudah dioven
Analisis Perhitungan : Kapasitas lapangan = (b−a)(c−a)
x 100 %
Ctka Ø 2 mm
I : (64,509−60,171)(60,171−52,587)
x100 %=57,19 %
II: (62,660−60,254)(60,254−52,729)
x 100 %=31,97 %
Rata – rata: (57,19 + 31,97)% / 2 = 44,58 %
c. Lengas Maksimum
Tabel 4.2.7 Analisis Lengas Maksimum
Ctkaa(gram
)b(gram)
c(gram
)
d(gram
)Hasil(%)
Ø 2 mm 19,983 77,170 53,921 19,858 67,88
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
a = cawan berlubang kosong sebelum diberi perlakuan apapun
b = cawan diisi tanah sebelum dioven
c = cawan diisi tanah sesudah dioven
d = cawan berlubang kosong setelah diberi tanah
Analisis Perhitungan : KAM = (b−a )−(c−d)
(c−d)x 100 %
Ctka Ø 2 mm
(77,170−19,983 )−(53,921−19,858)
(53,921−19,858)x100 %=67,88 %
d. Batas Berubah Warna
Tabel 4.2.8 Analisis Batas Berubah Warna
Ctka Ulangan a(gram) b(gram) c(gram)Hasil
(%)
Rata-
rataPengharkatan
Ø0,5mm I
II
51,152
54,487
51,790
54,957
51,712
54,917
13,92
9,311,61
Sedang
Rendah
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
a = botol penimbang kosong
b = botol penimbang isi tanah sebelum dioven
c = botol penimbang isi tanah sesudah dioven
Analisis Perhitungan : BBW ¿(b−a)(c−a)
x 100 %
Bongkah
I : (51,790−51,712)(51,712−51,152)
x 100 %=13,92 %
II: (54,957−54,917)(54,917−54,487)
x100 %=9,3 %
Rata – rata: (13,92 + 9,3)% / 2 = 11,61 %
7. Analisis pH Tanah
kampus Kantor Bupati
Monumen Pancasila
JumantonoStasiun Klimatologi
Rumah Kaca
sumur
lokasi
U
Tabel 4.2.9 Analisis pH Tanah di Jatikuwung
Ctka Ø 2 mm Pengharkatan
pH KCl I : 5,878 Rata – rata :
II : 5,896 5,887%
Rendah
Rendah
pH H2O I : 6,540 Rata – rata :
II : 6,544 6,542%
Rendah
Rendah
Sumber : Laporan Sementara
C. Jumantono
1. Deskripsi Lokasi
a. Daerah/lokasi : Desa Sukosari, Jumantono, Karanganyar
b. Hari/Tanggal Survey : Minggu, 14 Oktober 2012
c. No. Profil/Pedon : Profil 4
d. Surveyor : Kelompok 44
e. Cuaca : Berawan sebagian (PC)
f. Arah Hadap : 2400 arah tenggara
g. Letak Geografis : 70 37’ 49,9 0LS dan 1100 56’ 54,40 BT
h. Datum : WGS 1984
i. Tinggi Tempat : 192 m dpl
j. Geologi : Quarter Vulcanic Lawu
k. Cuaca : Berawan sebagian (PC)
l. Denah Lokasi :
Gambar 4.5 Denah Lokasi Profil / Pedon di Jumantono
Gambar 4.6 Profil / Pedon di Jumantono
2. Pencandraan Bentang Lahan
Tabel 4.3.1 Data Pencandraan Bentang Lahan di Jumantono
No. Deskripsi Keterangan
1. Lereng 5 % (agak miring)
2. Arah 2400 arah tenggara
3. Panjang Lereng 11,13 m
4. Fisiologi Lahan Miscellaneous
5. Genangan Tidak pernah (none)
6. Tutupan Lahan Crop cover
7. Geologi Quarter Vulcanic Lawu
8. Erosi Erosi permukaan
9 Tingkat Erosi Sedang
10. Batuan Permukaan
Jumlahnya < 0,1 % dari luas permukaan,
jarak antara batuan kecil > 8 m, dan antar
batuan besar sekitar 20 m
11. Vegetasi
Pohon Jati : 25%
Pohon mangga : 15%
Pohon singkong : 60%
Sumber : Laporan Sementara
3. Penyelidikan Profil / Pedon Tanah
Tabel 4.3.2 Data Penyelidikan Profil / Pedon Tanah di Jumantono
No. Deskripsi Keterangan
1. Metode Observasi Irisan lereng
2. Jeluk / Solum Tanah
Kedalaman Lapisan Horison A1 : 0 – 15 cm
Horison A2 : 15 – 30 cm
Horison A3 : 30 -50 cm
3. Batas Horizon
Ketegasan Batas Horizon
Topografi Batas Horizon
Horison A1 : Baur
Horison A2 : Baur
Horison A3 :
Horison A1 : Berombak
Horison A2 : Berombak
Horison A3 :
4. Perakaran
Ukuran Akar
Jumlah Akar
Horison A1 : Sedang
Horison A2 : Sedang
Horison A3 : Halus
Horison A1 : Banyak
Horison A2 : Biasa
Horison A3 : Sedikit
Sumber : Laporan Sementara
4. Sifat Fisik Tanah
Tabel 4.3.3 Data Sifat Fisika Tanah
No. Deskripsi Keterangan
1. Tekstur Tanah Horison A1 : Geluh debuan
Horison A2 : Lempung debuan
Horison A3 : Lempung debuan
2. Struktur Tanah
Tipe Horison A1 : Gumpal membulat
Ukuran
Derajat
Horison A2 : Gumpal membulat
Horison A3 : Gumpal membulat
Horison A1 : Sedang
Horison A2 : Kasar
Horison A3 : Kasar
Horison A1 : Lemah
Horison A2 : Sedang
Horison A3 : Sedang
3. Konsistensi Horison A1 : Lembab gembur
Horison A2 : Lembab teguh
Horison A3 : Lembab teguh
4. Warna Horison A1 : 4/6 7,5 YR strong brown
Horison A2 : 4/6 5 YR yellowish red
Horison A3 : 4/4 5 YR reddish brown
5. Aerasi dan
Drainase
Horison A1 : sangat baik
Horison A2 : sangat baik
Horison A3 : sangat baik
6. Penetrasi
Vertikal
Horizontal
Horison A1 : 1,5
Horison A2 : 1,5
Horison A3 : 1,5
Horison A1 : 3,5
Horison A2 : 4
Horison A3 : 4,5
Sumber : Laporan Sementara
5. Sifat Kimia Tanah
Tabel 4.3.4 Data Sifat Kimia Tanah
No. Deskripsi Keterangan
1. Kemasaman
pH H2O Horison A1 :
pH KCl
Horison A2 :
Horison A3 :
Horison A1 :
Horison A2 :
Horison A3 :
2. Bahan Organik Horison A1 : +++ (banyak)
Horison A2 : +++ (banyak)
Horison A3 : +++ (banyak)
3. Kadar Kapur Horison A1 : 0 (tidak ada)
Horison A2 : 0 (tidak ada)
Horison A3 : 0 (tidak ada)
4. Konsentrasi Horison A1 :
Horison A2 :
Horison A3 :
Sumber : Laporan Sementara
6. Analisis Lengas Tanah
a. Lengas Tanah Kering Angin
Tabel 4.3.5 Analisis Lengas Tanah Kering Angin
Ctka Ulangan a(gram)b(gram
)c(gram) Hasil(%) Rata-rata
Bongkahan I
II
52,242
39,113
65,170
49,703
63,230
48,024
17,66
18,8418,25%
Ø 2 mm I
II
52,532
55,646
65,365
70,012
64,279
68,815
9,24
9,099,165%
Ø 0,5 mm I
II
55,351
55,858
71,695
71,103
69,908
69,048
12,276
15,5813,928%
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
a = botol penimbang kosong
b = botol penimbang diisi 2/3 tinggi botol penimbang
c = botol penimbang yang sudah dioven
Analisis Perhitungan : Kadar Lengas Tanah = (b−a)(c−a)
x 100 %
Nilai (c - a) = berat contoh tanah kering mutlak (ctkm)
Bongkah
I : 65,170 – 63,230 x 100% = 17,66 %
63,320 – 52,242
II: 49,703 – 48,024 x 100 % = 18,84 %
48,024 – 39,113
Rata – rata: (17,66 + 18,84)% / 2 = 18,25 %
Ø 2 mm I : (65,365−64,279)(64,279−52,532)
x100 %=9,24 %
II : (70,012−68,815)(68,815−55,646)
x100 %=9,09 %
Rata – rata : (9,24 + 9,09)% / 2 = 9,165 %
Ø 0,5 mm I : (65,170−63,230)(63,230−52,242)
x100 %=17,66 %
II : (49,703−48,024)(48,024−39,113)
x100 %=18,84 %
Rata – rata : (17,66 + 18,84)% / 2 = 13,928 %
b. Kapasitas Lapangan
Tabel 4.3.6 Analisis Kapasitas Lapangan
Ctka Ø 2 mm a(gram) b(gram
)
c(gram) Hasil(%) Rata-rata
I
II
55,643
51,967
65,363
61,802
63,056
59,640
31,12
28,1829,65%
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
a = botol penimbang kosong
b = botol penimbang isi sebelum dioven
c = botol penimbang isi sesudah dioven
Analisis Perhitungan : Kapasitas Lapangan = (b−a)(c−a)
x 100 %
Ctka Ø 2 mm
I : (65,363−63,056)(63,056−55,643)
x100 %=31,12 %
II: (61,802−59,640)(59,640−51,967)
x100 %=28,18 %
Rata – rata: (31,12 + 28,18)% / 2 = 29,65 %
c. Lengas Maksimum
Tabel 4.3.7 Analisis Lengas Maksimum
Ctkaa(gram
)b(gram)
c(gram
)
d(gram
)Hasil(%)
Ø 2 mm 24,427 75,153 52,740 23,759 75,031
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
a = cawan berlubang kosong belum diberi perlakuan apapun
b = cawan diisi tanah sebelum dioven
c = cawan diisi tanah sesudah dioven
d = cawan berlubang kosong setelah sebelumnya diisi tanah
Analisis Perhitungan : KAM = (b−a )−(c−d)
(c−d)x 100 %
Ctka Ø 2 mm
(75,153−24,427 )−(52,740−23,759)(52,740−23,759)
x100 %=75,03 %
d. Batas Berubah Warna
Tabel 4.3.8 Analisis Batas Berubah Warna
Ctka Ulangan a(gram) b(gram) c(gram)Hasil
(%)
Rata-
rataPengharkatan
Ø0,5mm I
II
53,800
19,058
54,477
19,644
54,398
19,577
13,21
11,5712,39
Sedang
Sedang
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
a = botol penimbang kosong
b = botol isi tanah sebelum dioven
c = botol isi tanah sesudah dioven
Analisis Perhitungan : BBW = (b−a)(c−a)
x 100 %
Bongkah
I : (54,477−54,398)(54,398−53,800)
x100 %=13,21 %
II: (19,644−19,577)(19,577−19,058)
x 100 %=11,57%
Rata – rata: (13,21 + 11,57)% / 2 = 12,39 %
7. Analisis pH Tanah
Tabel 4.3.9 Analisis pH Tanah di Jumantono
Ctka Ø 2 mm Pengharkatan
pH KCl I : 5,345 Rata – rata :
II : 5,916 5,6305 %
Rendah
Rendah
pH H2O I : 6,660 Rata – rata :
II : 7,255 6,9575 %
Rendah
Rendah
Sumber : Laporan Sementara
V. PEMBAHASAN
A. Fakultas Pertanian UNS
1. Pencandraan Bentang Lahan
Pengamatan yang dilakukan di belakang sekitar kantin Fakultas
Pertanian UNS dalam bentuk profil pada saat itu cuacanya cerah. Profil
ini terletak pada 7 33’ 36,4” LS dan 110 51’ 30,2 ” BT yang terletak
pada ketinggian 135 m dpl. Profil ini memiliki kemiringan lereng
sebesar 2% (hampir datar). Bentuk lahan pada profil ini adalah
miscellaneous atau memiliki kode ”x” yang berarti merupakan hasil
dari kegiatan manusia sebab sebagian besar tanah yang ada di UNS
adalah tanah timbunan. Tanah dari daerah lain ditimbun di daerah ini.
Genangan atau banjir yang terjadi pada profil ini tidak pernah
(NO). Sedangkan tutupan lahannya sebagian besar adalah rumput.
Vegetasinya berupa rumput, pohon jati, angsana dan akasia. Tingkat
erosi yang terjadi pada profil ini adalah erosi permukaan dengan tingkat
bahaya erosinya rendah. Erosi yang rendah disebabkan karena
banyaknya vegetasi yang tumbuh seperti rumput,semak, dan pohon-
pohon berkayu. Vegetasi tersebut mengurangi pecahnya agregat-agregat
tanah saat terkena air atau erosi. Vegetasi yang ada dengan perakaran
yang kuat dan banyak mampu mencengkeram tanah untuk menahan
air, sehingga tidak terjadi erosi.
Fragmen batuan yang ada disini terletak pada kelas 1 yaitu
jumlahnya kurang dari 0,1% dari luas permukaan sedangkan jarak antar
batuan kecil lebih dari 8 m dan antara batuan besar sekitar 20 m.
Sedangkan geologinya berkode QA.
2. Sifat Fisika Tanah
Pada saat penagamatan profil mempunyai 2 lapisan, lapisan I
memilki kedalaman 0 – 10 cm dan lapisan II kedalamannya 10 – 15.
Batas horison pada lapisan I dan II. Bentuk batas antar lapisan
keseluruhan adalah rata dengan sedikit atau beraturan. Jumlah
perakaran pada lapisan I banyak tidak terlalu mendominasi, yaitu
mempunyai ukuran > 5 mm dan mempunyai ukuran yang sangat kasar
dan pada lapisan II jumlahnya biasa ukuran akarnya sangat halus
(kurang dari 1 mm). Perbedaan daya tembus akar antara tanaman yang
satu dengan yang lainnya memperlihatkan perbedaan banyak akar dan
ukuran dalam setiap lapisan. Akar-akar tanaman menembus lapisan
tanah untuk mencari unsur hara dan air yang dibutuhkan. Pada lapisan I,
terdapat banyak akar karena vegetasi rumput yang mendominasi lahan
dan daya tembus akar rerumputan tersebut hanya mencapai lapisan I
sedangkan pohon yang lain mampu menembus lapisan tanah hingga ke
bawah.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga golongan besar
tanah dalam satu massa tanah yaitu fraksi pasir (sand), debu (salt) dan
lempung (clay). Pada lapisan I tekstur tanahnya bersifat pasir (S) dan
lapisan II bersifat pasir geluhan (LS). Tekstur ini diamati dengan cara
membasahi tanah dengan air lalu di pijit-pijit dan dipirit atau dipilin.
Diamati kemapuan seberapa panjang setiap sampel saat dapat dibentuk
silinder menyerupai pita. Jika sampel tidak dapat digulung maka dapat
dipastikan bahwa tekstur tanah adalah pasir. Tekstur tanah menentukan
tata air dalam tanah seperti infiltrasi, penetrasi, dan kemampuan
pengikatan tanah terhadap air. Tanah di UNS tektur tanahnya di
dominasi oleh pasir sehingga jika terjadi erosi, tanah mudah terbawa
oleh air. Erosi merupakan faktor yang mampu mengubah tekstur tanah.
Struktur tanah adalah bentukan yang terjadi secara alami yang
tersusun oleh partikel – partikel tanah menjadi agregat tanah hasil dari
proses pedogenesis. Hal yang diamati dalam penentuan struktur ini
adalah tipe, ukuran dan derajad struktur. Jika dilihat dari tipenya tanah
di FP UNS pada lapisan I tipe gumpal membulat dengan ukuran
yang kasar dan derajat yang lemah dan Lapisan II tipe gumpal
menyudut dengan ukuran yang sangat kasar dan derajatnya lemah juga.
Struktur tanah di UNS dan teksturnya yaitu dominasi pasir yang remah
menentukan drainase tanah. Sub soil yang ada di UNS dapat
dimanfaatkan untuk jalan, saluran air, mendirikan bangunan, maupun
bendungan air. Perbandingan antara bahan padat dan ruang pori tanah
entisol yang ada di UNS kurang lebih seimbang, sehingga dapat
ditumbuhi berbagai macam tanaman. Perbandingan yang cukup
seimbang tersebut mencukupi pertumbuhan akar.
Konsistensi merupakan derajad ketahanan tanah dari perubahan
bentuk atau perpecahan oleh tekanan yang dipengaruhi kohesi dan
adhesi. Tekanan yang dilakukan dengan cara memeras, memijit, dan
memirit tanah dalam keadaan yang sebenarnya. Pada tanah yang
lembab uji konsistensi dilakukan dengan mencoba meremukkan massa
tanah dengan telapak tangan, apakah gembur ataukah partikel tanah
cukup saling melekat dalam gumpalan tegyh. Pada tanah entisol ini
kondisi tanahnya dari lapisan I – II adalah lembab. Lapisan I dan
lapisan II mempunyai kategori gembur. Gembur memiliki arti dengan
sedikit tekanan antara ibu jari dan telunjuk dapat hancur.
Ketahanan penetrasi atau sering disebut uji penetrometer
merupakan uji mengenai kekuatan mekanik tanah khususnya daya
topang statistika. Alat yang digunakan adalah penetrometer dengan
satuan kg/cm2. Ada 2 cara pengujiannya, dengan cara horisontal dan
vertikal. Pada vertikal ukurannya 3,5 kg/cm2. Jika pada horisontal,
pengukurannya per lapisan. Lapisan I adalah 3 kg/cm2 dan lapisan II
adalah 3,5 kg/cm2. Satuan kg/cm2 diartikan bahwa setiap 1 cm2 tanah
mampu menopang beban seberat 1 kg.
Warna tanah adalah salah satu sifat tanah yang dengan mudah
dilihat /diamati. Warna tanah digunakan untuk menaksir tingkat
pelapukan yang terjadi (semakin merah warnanya semakin lanjut
pelapukan tanahnya). Penentuan warna tanah menggunakan Buku
Standar Warna Tanah Munsell (MSCC) yang terdiri dari nilai hue,
value, dan chroma. Lapisan I warnanya 7.5 YR 3/3 dan lapisan II
warnanya 10 YR 4/4. Warna tanah hampir merupakan ukuran yang
tidak langsung mengenai sifat dan mutu tanah, serta bersifat
menggantikan ciri-ciri penting lain yang sukar diamati. Pada lapisan top
soil di UNS yang berwarna dark gray atau berwarna kelam dipengaruhi
oleh kadar bahan organik yang banyak. Makin stabil bahan organik
makin tua warna tanahnya.
3. Sifat Kimia Tanah
Pengukuran tingkat aerasi dan drainase dilakukan dengan
metode reaksi reduksi dan oksidasi yang terjadi pada tanah. Untuk
mengetahui baik buruknya aerasi dan drainase tanah dapat dilakukan
dengan menetesi 2 sampel tanah dengan larutan HCL 1,2 N. 2 sampel
tanah, satu ditetesi KCNS 10%, yang satunya ditetesi K3Fe(CN)6 0,5%.
Drainasi tanah adalah kecepatan perpindahan air dari satu bidang ke
bidang yang lain, baik berupa run off maupun peresapan air ke dalam
tanah. Sedangkan aerasi berkaitan dengan persediaan udara tanah.
Persediaan udara pada tanah berkaitan dengan struktur dan tekstur tanah
di UNS yaitu dominasi pasiran yang memiliki cukup pori-pori tanah
untuk persediaan dan pertukaran udara sehingga pada lapisan I dan II
aerasi dan drainase tanahnya baik, karena saat pengamatan sampel
mengandung warna merah nyata disertai hijau.
PH tanah merupakan indikator yang terjadi di dalam tanah. PH
tanah menyatakan reaksi asam basa dalam tanah , pH yang diamati
adalah pH aktual (pH H2O) yang menyatakan kemasaman aktif (jumlah
ion H+ dalam larutan pH) dan pH potensial (pH KCl) yang menyatakan
kemasaman cadangan (jumlah ion H+ dalam larutan dan yang terserap di
komplek pertukaran). Pada pH H2O untuk lapisan I dan lapisan II
menunjukan 7 bersifat netral. Pada pH KCl lapisan I dan lapisan II
adalah 56 yang berarti bersifat masam. Penggunaan pH aktual lebih
baik daripada penggunaan pH potensial. pH yang tergolong masam di
kampus UNS disebabkan adanya dekomposisi bahan organik dan
adanya humus dan letak kampus UNS yang tidak terletak pada
pegunungan kapur.
Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam
tanah karena bahan organik merupakan sumber sekaligus sebagai
penyangga dari kesuburan tanah. Pada lapisan I dan lapisan II
kandungan bahan organiknya banyak (+++). Pada lapisan I dan II
terdapat banyak bahan organik karena cukup banyaknya terdapat
tanaman. Begitu Bahan-bahan organik dari tanaman tersebut jatuh dan
terdekomposisi di permukaan tanah dan permukaan tanah di kampus
UNS tidak diolah sebagai lahan budidaya tanaman tertentu maka
kandungan bahan organik tidak hilang.
Selain kadar bahan organik tanah yang dapat diindikasikan
sebagai tingkat kesuburan tanah, kadar kapur dalam tanah juga
dianalisis sebagai indikasi tingkat kandungan kapur yang bisa
mempengaruhi reaksi kimia dalam tanah. Pengaruh kapur terhadap
tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat tanah, pengikatan
hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan dengan
kegiatan biologi dalam tanah. Pada lapisan I dan lapisan II kandungan
kapurnya tidak ada.
Dalam profil ini konsentrasi tidak ditemukan pada seluruh
lapisan. Kemungkinan atas tidak ditemukannya konsentrasi adalah
tempat profil dan dilakukannya pengeprasan pada tanah yang tidak
memiliki konsentrasi.
4. Analisis Lengas Tanah
Kadar lengas adalah kandungan uap air dalam pori tanah. Tanah
entisol memiliki kandungan lempung yang sedikit dan di dominasi oleh
pasiran. Sehingga memiliki kadar lengas yang rendah, lengas maksimum,
maupun kapasitas lapang yang rendah. Dalam pengamatan diperolah data
jumlah kadar lengas tanah entisol ctka 0,5 mm.... dan ctka 2 mm. ....
Sedangkan lengas maksimum..... dan kapasitas lapang ..... hal tersebut juga
berpengaruh pada batas berubah warna yang cenderung juga rendah. Dari
pengamatan diperoleh batas berubah warna ....
5. Kesimpulan
a. Profil pada FP UNS terletak pada 7 33’ 36,4” LS dan 110 51’ 30,2 ” BT
yang terletak pada ketinggian 135 m dpl.
b. Landform di FP UNS adalah miscellaneous pada kemiringan 2%,
merupakan tanah hasil penimbunan dari tanah lain.
c. Genangan atau banjir yang terjadi di sekitar lokasi tidak pernah (NO).
Sedangkan tutupan lahannya sebagian besar adalah rumput
d. Tingkat erosi yang terjadi pada profil ini adalah erosi permukaan dengan
tingkat bahaya erosinya rendah.
e. Fragmen batuan yang ada terletak pada kelas 1 yaitu jumlahnya kurang
dari 0,1% dari luas permukaan sedangkan jarak antar batuan kecil lebih
dari 8 m dan antara batuan besar sekitar 20 m.
f. Tanah di UNS tektur tanahnya di dominasi oleh pasir sehingga jika terjadi
erosi, tanah mudah terbawa oleh air
g. Jika dilihat dari tipenya tanah di FP UNS pada lapisan I tipe gumpal
membulat dengan ukuran yang kasar dan derajat yang lemah dan
Lapisan II tipe gumpal menyudut dengan ukuran yang sangat kasar dan
derajatnya lemah juga.
h. Pada pengamatan profil kondisi tanahnya dari lapisan I – II adalah
lembab. Lapisan I dan lapisan II mempunyai kategori gembur
i. Lapisan I warnanya 7.5 YR 3/3 dan lapisan II warnanya 10 YR 4/4.
j. aerasi dan drainase pada tanah entisol cenderung baik, karena saat
pengamatan sampel mengandung warna merah nyata disertai hijau.
k. pH yang tergolong masam di kampus UNS disebabkan adanya
dekomposisi bahan organik dan adanya humus dan letak kampus UNS
yang tidak terletak pada pegunungan kapur
d. Tidak terdapat horison akan tetapi terdapat lapisan karena tanah belum
mengalami perkembangan.
B. Jatikuwung (Tanah Vertisol)
1. Pencandraan Lingkungan
Pengamatan yang dilakukan di Jatikuwung pada saat itu cuacanya
cerah (SU). Profil ini terletak pada 7o 31’ 5,6” LS dan 110o 50’ 42” BT
yang terletak pada ketinggian 144 m dpl. Profil ini memiliki kemiringan
lereng sebesar 28% (agak curam). Bentuk lahan pada profil ini adalah
Miscellanous. Genangan atau banjir yang terjadi pada profil ini tidak
pernah (NO). Sedangkan tutupan lahannya sebagian besar adalah rumput,
vegetasinya berupa rumput, jati, mangga, dll. Tingkat erosi yang terjadi
pada profil ini adalah erosi permukaan dengan tingkat bahaya erosinya
rendah. Fragmen batuan yang ada disini terletak pada kelas 4. Jumlah
batuan antara 50-90% dari luas permukaan; jarak antar batuan kecil lebih
dari 0,3 m dan antar batuan besar sekitar 0,5 m.
2. Sifat Fisika Tanah
Pedon diamati dengan metode lubang besar terbuka atau galian.
Tanah yang di amati di Jatikuwung termasuk tanah Vertisol. Tanah
Vertisol merupakan tanah yang telah mengalami perkembangan. Pada
saat pengamatan pedon ditemukan 4 horison. Horison A memilki
kedalaman 0 – 28 cm. Sedangkan Horison B1 kedalamannya 28 – 55 cm,
horison B2 kedalamannya 55 – 94 cm dan pada horison B3
kedalamannya 94–115 cm. Pada profil ini batas – batas horisonnya
memiliki ketegasan antar horison memiliki urutan sangat tajam, tajam,
berangsur, dan terakhir baur. Topografi pada pedon ini untuk horizon A
dan horizon B1 yaitu rata atau smooth, sedangkan untuk horizon B2 dan
horizon B3 yaitu berombak (wavy). Untuk ukuran perakaran pada
horison A halus, yaitu mempunyai ukuran 1-< 2 mm dan mempunyai
jumlah banyak, pada horison B1 perakarannya sangat halus dengan
jumlah biasa, sedangkan horizon B2 dan horizon B3 perakarannya sedikt
dengan ukuran yang sangat halus.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga golongan besar
tanah dalam satu massa tanah yaitu fraksi pasir (sand), debu (salt) dan
lempung (clay). Pada horison A tekstur tanahnya bersifat debu, Horison
B1 geluh lempung debuan, horison B2 bersifat lempung pasiran, dan
horison B3 geluh lempung pasiran. Tekstur ini diamati dengan cara
membasahi tanah dengan air lalu di pijit-pijit dan dipirit atau dipilin.
Tekstur suatu horison tanah merupakan sifat yang hampir tidak
mengalami perubahan, berlainan dengan struktur dan konsistensi.
Memang kadang-kadang didapati perubahan lapisan itu sendiri
dikarenakan dipendahkannya satu lapisan permukaan atau
berkembangnya lapisan permukaan yang baru. Tekstur tanah berperan
dalam mengatur tata letak air, penetrasi, dan kemampuan mengikat air.
Tanah di Jatikuwung yang dominasinya bertekstur lempung ini daya
pengikatan terhadap air lebih baik daripada tanah yang bertekstur pasir.
Penggumpalan tanah sangat mudah pada tanah lempung seperti yang ada
di Jatikuwung. Lempung pada tanah ini mengkilat.
Struktur tanah adalah bentukan yang terjadi secara alami yang
tersusun oleh partikel – partikel tanah menjadi agregat tanah hasil dari
proses pedogenesis. Hal yang diamati dalam penentuan struktur ini
adalah tipe, ukuran dan derajad struktur. Jika dilihat dari tipenya tanah
diprofil 1 memiliki tipe yang berbeda antara lapisan satu dengan yang
lain. Pada keseluruhan horison memiliki struktur gumpal membulat, akan
tetapi ukuran struktur horizon A adalah halus, horizon B1 adalah sedang,
horizon B2 adalah sangat halus, dan horizon B3 adalah halus. Derajat
struktur secara keseluruhan kuat. Tipe gumpal mempunyai ukuran
agregat vertikal horizontal sama besar. Kersai atau granular berbentuk
butir-butir lepas yang dapat dibedakan lagi atas kelas-kelas seperti
pembagian kelas pada tipe remah. Struktur tanah menentukan sifat dan
keadaan tanah seperti pergerakan air, lalulintas panas, aerasi. Pengamatan
struktur tanah akan lebih sulit pada tanah yang sudah mengalami
pengolahan. Pada lokasi jatikuwung tanah tidak diolah sebagai lahan
budidaya tanaman tertentu atau tidak digunakan sebagai lahan tegal.
Konsistensi merupakan derajad ketahanan tanah dari perubahan
bentuk atau perpecahan oleh tekanan yang dipengaruhi kohesi dan
adhesi. Tekanan yang dilakukan dengan cara memeras, memijit, dan
memirit tanah dalam keadaan yang sebenarnya. Pada kondisi pedon ini
tanahnya dari horison A, horison B1, horison B2 dan horison B3 adalah
lembab. Secara keseluruhan horison konsistensinya sangat teguh.
Pentingnya konsistensi tanah adalah untuk menentukan sistem dan
metode pengolahan tanah tersebut, penggarapan tanah yang efisien, dan
penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan.
Ketahanan penetrasi atau sering disebut uji penetrometer
merupakan uji mengenai kekuatan mekanik tanah khususnya daya topang
statistika. Alat yang digunakan adalah penetrometer dengan satuan
kg/cm2. Ada 2 cara pengujiannya, dengan cara horisontal dan vertikal.
Pada vertikal ukurannya 3 kg/cm2. Jika pada horisontal, pengukurannya
per lapisan. Horison A adalah 3.1 kg/cm2, horison B1 adalah 3,25 kg/cm2,
horison B2 adalah 3,5 kg/cm2, dan horison B3 adalah 3.8 kg/cm2. Tanah
dengan derajat struktur yang kuat memiliki ketahanan penetrasi yang
besar. Pada lokasi Jatikuwung, lempung sedikit menghambat penetrasi
air dan akar karena ukuran lempung yang berupa koloid kurang dari 1
mikron, pori-pori tanah tidak sebanyak tanah bertekstur pasir.
Warna tanah adalah salah satu sifat tanah yang dengan mudah
dilihat /diamati. Warna tanah digunakan untuk menaksir tingkat
pelapukan yang terjadi (semakin merah warnanya semakin lanjut
pelapukan tanahnya). Penentuan warna tanah menggunakan Buku
Standar Warna Tanah Munsell (MSCC) yang terdiri dari nilai hue, value,
dan chroma. Urut dari horison A sampai horison B3 adalah 10 YR 3/2,
10 YR 5/4, 10 YR 5/4, dan 10 YR 4/3. Warna tanah pada lokasi
Jatikuwung didominasi oleh gray atau kelabu yaitu warna lempung pada
umumnya. Pada umumnya warna tanah mempunyai hubungan dengan
oksid-besi yang tak terhidratasi. Karena oksid besi yang terhidratasi
relatif tidak stabil dalam keadaan lembab. Tanah yang berwarna gelap
atau gray biasanya menunjukan aerasi dan drainase yang tidak begitu
baik.
3. Sifat Kimia Tanah
Pengukuran tingkat aerasi dan drainase dilakukan dengan metode
reaksi reduksi dan oksidasi yang terjadi pada tanah. Untuk mengetahui
baik buruknya aerasi dan drainase tanah dapat dilakukan dengan
menetesi 2 sampel tanah dengan larutan HCL 1,2 N. 2 sampel tanah, satu
ditetesi KCNS 10%, yang satunya ditetesi K3Fe(CN)6 0,5%. Pada horison
A sampai horizon B3 urutan oksidasi dan reduksinya sedang, buruk,
sangat buruk.
PH tanah merupakan indikator yang terjadi di dalam tanah. pH
tanah menyatakan reaksi asam basa dalam tanah , pH yang diamati
adalah pH aktual (pH H2O) yang menyatakan kemasaman aktif (jumlah
ion H+ dalam larutan pH) dan pH potensial (pH KCl) yang menyatakan
kemasaman cadangan (jumlah ion H+ dalam larutan dan yang terserap di
komplek pertukaran). Untuk pH H2O pada horison A adalah 7 , horison
B1 adalah 6, horison B2 adalah 7, dan horison B3 adalah 6. sedangkan
pada pH KCl (potensial) untuk semua horison adalah 6. Penentuan pH
berfungsi untuk klasifikasi tanah dan pemetaan tanah serta menaksir
lanjut tidaknya perkembangan tanah kaitannya untuk lahan pertanian.
Tanah yang telah berkembang lanjut, seperti tanah vertisol di
Jatikuwung, mempunyai pH yang rendah. pH yang masam dipengaruhi
juga pertumbuhan tanaman yang ada. pH tanah hanya merupakan ukuran
intensitas kemasaman tanah, bukan kapasitas jumlah unsur hara.
Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam
tanah karena bahan organik merupakan sumber sekaligus sebagai
penyangga dari kesuburan tanah. Pada horison A kandungan bahan
organiknya sangat banyak (++++) karena vegetasi yang menghasilkan
bahan organik untuk tanah serta tanah yang tidak diolah, tanah tidak
digunakan untuk penanaman tanaman pertanian, sehingga kandungan
bahan organik masih utuh. Pada horison B1 kandungan BO cukup
banyak, horison B2 sedikit, dan B3 kadar bahan organik sangat sedikit.
Hal ini mengindikasikan jika aerasi dan drainase lahan tersebut menurun
seiring kedalaman lapisan.
Selain kadar bahan organik tanah yang dapat diindikasikan
sebagai tingkat kesuburan tanah, kadar kapur dalam tanah juga dianalisis
sebagai indikasi tingkat kandungan kapur yang bisa mempengaruhi
reaksi kimia dalam tanah. Pengaruh kapur terhadap tanah dapat meliputi
proses pembentukan agregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan
parameter tanah lain yang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam
tanah. Pada pedon ini kandungan kapur semua horison tidak ada.
Pengaruh kapur adalah pembentukan agregat tanah, pengikatan hara oleh
tanah, dan kegiatan biologi yang lain di dalam tanah. Penentuan kadar
kapur secara kualitatif yaitu dengan mengamati buih yang timbul setelah
ditetesi dengan larutan HCl 10%. Dan dalam pedon ini tidak ditemukan
konsentrasi,
4. Analisis Lengas Tanah
Pada tanah di jatikuwung yang merupakan tanah vertisol,
memiliki kadar lengas yang tinggi. Hal tersebut disebabkan tanah vertisol
memiliki pori mikro yang baik. Pada pengamatan, jumlah rata-rata kadar
lengas untuk ctka 0,5 mm adalah 11,34%, sedangkan ctka 2 mm adalah
11,72 %. Hal tersebut menunjukkan semakin besar diameter partikel
tanah, semakin besar pula kadar lengasnya. Untuk kadar lengas
maksimum menunjukan 58,53 %, artinya tanah tersebut dapat menyerap
tanah dengan baik. Berpengaruh juga pada kapasitas lapang yaitu 70,29
%. Maksudnya kandungan maksimum tanah dalam menyimpan air sangat
besar. Untuk batas berubah warna menunjukan 15, 36 %. Pada
pengamatan ini, ada penyimpangan dalam hal batas berubah warna.
Karena tanah vertisol harusnya memiliki harkat yang tinggi, sedang data
yang diperoleh adalah harkat yang rendah. Kesalahan ini bisa disebabkan
dalam kurang telitinya pengamatan saat praktikum.
5. Kesimpulan
a. Pengamatan pedon terletak pada 7o 31’ 5,6” LS dan 110o 50’ 42” BT
yang terletak pada ketinggian 144 m dpl.
b. Lokasi memiliki kemiringan lereng sebesar 28% (agak curam).
Bentuk lahan pada profil ini adalah Miscellanous.
c. Genangan atau banjir tidak pernah pernah terjadi (NO). Sedangkan
tutupan lahannya sebagian besar adalah rumput, vegetasinya berupa
rumput, jati,
d. Tingkat erosi yang terjadi pada pedon adalah erosi permukaan
dengan tingkat bahaya erosinya rendah.
e. Fragmen batuan yang ada disini terletak pada kelas 4. Jumlah batuan
antara 50-90% dari luas permukaan; jarak antar batuan kecil lebih
dari 0,3 m dan antar batuan besar sekitar 0,5 m.
f. Tanah di Jatikuwung yang dominasinya bertekstur lempung ini daya
pengikatan terhadap air lebih baik daripada tanah yang bertekstur
pasir.
g. Warna tanah pada lokasi Jatikuwung didominasi oleh gray atau
kelabu yaitu warna lempung pada umumnya.Tanah yang berwarna
gelap atau gray biasanya menunjukan aerasi dan drainase yang tidak
begitu baik.
h. Tanah yang telah berkembang lanjut, seperti tanah vertisol di
Jatikuwung, mempunyai pH yang rendah.
C. Jumantono (Tanah Alfisol)
1. Pencandraan Bentang Lahan
Pengamatan pencandraan bentang lahan dengan cara
pengidentifikasian lahan yang dilaksanakan di Jumantono, Karanganyar.
Fisiografi yaitu pencandraan tentang genesis tanah dan evolusi bentuk
tanah. Fisiografi lahan di Jumantono yaitu Miscellaneous yang berarti
tanah tersebut merupakan hasil perombakan manusia. Letak geografis 70
37’ 49,8’’ LS 1100 56’ 54,2’’ BT.
Kemiringan lahan yang diamati mempunyai kemiringan 6 % yang
berarti agak miring. Kemiringan lereng diukur dengan klinometer. Cara
kerja alat ini atau penggunaan klinometer yaitu harus dilakukan oleh dua
orang yang mempunyai tinggi badan yang sama, sehingga seimbang.
Orang yang satu berada di tempat yang tinggi, dan yang satu berada di
tempat yang lebih rendah. Posisi orang yang membawa klinometer
berada di tempat yang tinggi, kemudian salah satu mata memandang atau
melihat teman yang berada di tempat rendah dan mata satunya lagi
melihat klinometer secara bersama kemudian mencatat angka
kemiringannya. Arah kiblat pedon adalah Barat. Timbulan mikro pada
lahan ini yaitu antropogen karena dapat dilihat adanya campur tangan
manusia yang dibuktikan adanya penggunaan lahan untuk tegal.
Di Jumantono batuan permukaan jumlahnya kurang dari 0,1%
dari luas permukaan yang berarti jarak antar batuan kecil lebih dari 8m
dan antar batuan besar sekitar 20 m. Hal tersebut karena lahan datar dan
erosi permukaan bebas. Letak daerah Jumantono yang tinggi dibanding
Solo, Sragen dan sekitarnya. Apabila hujan partikel tanah akan terbawa
arus air ke bawah. Sistem hidrologi atau keadaan perairan di lokasi
praktikum adalah bebas genangan dan bebas banjir. Hal ini juga
dikarenakan banyaknya akar tumbuhan sehingga air mudah menembus
tanah ke bawah tidak tertahan dalam pori-pori tanah.
2. Sifat Fisika Tanah
Pada profil yang diamati mempunyai jeluk mempan kurang lebih
60 cm yang berarti dalam. Tanah alfisols pada profil, terdiri atas 3
horison. Tanah di Jumantono merupakan tanah yang mengalami
perkembangan. Sedang kedalaman horison A1 0-18 cm, horison A2 18-
43 cm, dan horison A3 43-60 cm. Tidak terdapatnya horison O
dikarenakan tanah alfisols Jumantono [ada permukaannya telah
mengalami pengolahan yang dilakukan manusia, misal untuk budidaya
tanaman palawija maupun tanaman musiman, sehingga bahan-bahan
organik pada permukaan tanah tidak dapat terdekomposisi dengan
sempurna
Pada profil ini tidak terdapat bebatuan di setiap lapisan. Gleisasi
pada profil ini adalah bebas yang berarti bebas proses pembentukan tanah
sebagai akibat tereduksinya tanah karena tergenang dalam waktu yang
cukup lama. Untuk mengetahui batas-batas lapisan ada beberapa cara,
yaitu dengan pengamatan perbedaan warna, menusuk-nusuk tanah
dengan ujung belati / memukul-mukul pangkal belati pada profil tanah.
Ketegasan antar semua horison adalah baur dengan bentuk rata.
Sedangkan topografi atau bentuk lahan semua horison adalah rata.
Pada profil ini perakaran dijumpai pada lapisan tertentu. Horison
A1 jumlahnya cukup banyak dan ukurannya sedang, horison A2
jumlahnya biasa dengan ukuran halus, dan horison A3 jumlahnya sedikit
dengan ukuran sangat halus. Kondisi perakaran semakin ke bawah
lapisan semakin sedikit karena daya tembus akar dalam tanah dan
kemmapuan kar tumbuhan menyerap air dan unsur hara (humus)
semakin berkurang, dan unsur hara paling banyak terdapat di lapisan I.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga golongan besar
tanah dalam satu massa tanah yaitu fraksi pasir (sand), debu (salt) dan
lempung (clay). Semua lapisan mempunyai tekstur geluhlempung pasiran
(silty clay loam). Berbagai tekstur tanah mempengaruhi besar kecilnya
daya serap tanah terhadap air atau kapasitas tanah dalam menjerap air.
Tekstur juga mempengaruhi terjadinya pertukaran ion dan reaksi kimia
dalam tanah.
Tekstur ini diamati dengan cara membasahi tanah dengan air lalu
di pijit-pijit dan diraba. Pasir terasa kasar, debu terasa licin dan lempung
terasa lengket dan liat. Semakin dalam lapisan tanah, tekstur semakin liat
karena adanya proses pelapukan dari bahan induk yang menghasilkan
lempung. Tekstur tanah yang serasi akan memungkinkan kesuburang
tanah. Akan dihasilkan tanah yang sehat dan produktif bagi tanaman jika
kesuburan ini ditunjang dengan subur kimia dan subur biologi.
Struktur tanah adalah ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan
tanah itu berbentuk sebagai agregat tanah. Dari hasil pengamatan dapat
dilihat dari semua lapisan horison A1, A2, A3 memiliki struktur tipe
gumpal membulat (sub angular blocky) ukuran sedang (medium) dengan
derajat kekerasannya lemah. Pengamatan dengan cara mengambil
gumpalan tanah, lalu dipecah dengan jari. Derajat lemah, tanah mudah
hancur walaupun dipijit tanpa tenaga. Derajat sedang, tanah hancur saat
dipijit dengan sedikit tenaga. Derajat kuat, tanah baru bisa hancur bila
dipijit dengan tenaga yang lebih kuat.
Konsistensi tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang
menunjukkan adanya daya kohesi dan adhesi dalam massa tanah pada
berbagai kandungan air dan ketahanannya terhadap perubahan bentuk.
Konsistensi profil dari horizon A1 sampai horizon A2 adalah lembab,
yang berarti kandungan air mendekati kapasitas lapang. Pada horison A1
dan A2 mempunyai kategori sangat gembur, sedangkan horison A3
gembur. Sangat gembur yang berarti dengan sedikit tekanan mudah
bercerai, bila digenggam mudah menggumpal, melekat bila ditekan.
Gembur berarti bila diremas dapat bercerai, bila digenggam
menggumpal, melekat bila ditekan. Akan tetapi, semakin gembur tanah,
maka tingkat erosi semakin tinggi. Tanah yang gembur merupakan tanah
yang baik untuk dilakukan pengolahan dan dilakukan penanaman
tanaman tertentu.
Warna tanah adalah salah satu sifat tanah yang dengan mudah
dilihat /diamati. Warna tanah digunakan untuk menaksir tingkat
pelapukan yang terjadi (semakin merah warnanya semakin lanjut
pelapukan tanahnya), untuk menilai keadaan aerasi dan drainasenya baik
(warna merah atau kuning coklat menunjukkan aerasi dan dranase baik)
dan untuk menaksir banyaknya kandungan mineral (warna kekuning-
kuningan atau pucat berasal dari mineral kuarsa, warna merah berasal
dari mineral besi).
Dalam menentukan warna tanah digunakan MSCC (Munsell Soil
Colour Chart) yang didalamnya dikenal 3 komponen yaitu :
a. Hue (menunjukkan warna utama tanah)
b. Value (menunjukkan derajat terangnya warna berkisar antara gelap
sampai agak terang)
c. Chroma (menunjukkan kekuatan/intensitas warna-warna yang akan
meningkat dengan menurunnya proporsi sinar putih).
Dalam praktikum ini, warna tanah dari tiap lapisan ditentukan
dengan mengambil sebongkah tanah sebagai contoh. Bongkah tanah ini
diletakkan pada bagan warna MSCC dimana ketiga sumbu komponen warna
itu berada dan ditentukan berapa nilai hue, value dan chromanya.
a. Horison A1 warna tanah Dark Yellowish Brown (3/4 ; 10 YR)
Hue : 10 YR, Value : 3, Chroma : 4
b. Horison A2 warna tanah Dark Yellowish Brown (3/6 ; 10YR)
Hue : 10 YR, Value : 3, Chroma : 6
c. Horison A3 warna tanah Dark Yellowish Brown (3/4 ; 10YR)
Hue : 10 YR, Value :3, Chroma : 4
Dari data nilai hue yang dihasilkan 10 YR, nilai chroma yang
menunjukkan kekuatan atau intensitasnya juga berubah, untuk nilai hue
semakin tinggi warna tanah semakin cerah, nilai value semakin tinggi
warna tanah semakin putih, hal ini dipengaruhi banayk kondungan bahan
organik dalam tanah semakin kebawah semakin terang warnanya, jiga
disebabkan oleh drainase yang baik yaitu warna merah dan kuning dan
proses perkembangan tanah semakin cepat karena banyaknya bahan
organik dan drainase yang baik.
3. Sifat kimia Tanah
Aerasi dan Drainase tanah merupakan kemampuan tanah dalam
hal tata udara dan air tanah. Untuk mengetahui baik buruknya aerasi dan
drainase tanah dapat dilakukan dengan menetesi 2 sampel tanah dengan
larutan HCL 1,2 N. 2 sampel tanah, satu ditetesi KCNS 10%, yang
satunya ditetesi K3Fe(CN)6 0,5%. Tanah yang ditetesi KCNS berwarna
merah, yang ditetesi K3Fe(CN)6 berwarna biru. Jika dominan warna
merah maka aerasi dan drainase baik. Jika dominan warna biru maka
aerasi dan drainase buruk. Terlihat dominasi merah nyata pada horizon
A1, maka redoks lapisan tersebut baik. Sedangkan horizon A2 dan A3
redoks berlangsung secara seimbang atau sedang.
Uji penetrometer digunakan untuk mengetahui daya mekanik
tanah. Dalam uji penetrometer dari lapisan I sampai IV mengalami
kenaikan dan penurunan karena semakin kebawah daya topang tanah
semakin besar. Dari hasil pengamatan didapat untuk horisontal untuk
horizon A1 : 3,5 kg/cm2, horizon A2 : 3 kg/cm2, horizon A3: 3,5 kg/cm2,
dan vertikal : 3 dengan kriteria untuk 0,5 kg/cm2 (tanah lembek), 1
kg/cm2 (tanah cukup kuat untuk menanam beban seberat orang) dan 2
kg/cm2 (tanah cukup kuat untuk menahan beban seberat traktor). Untuk
lapisan I sampai IV terjadi kenaikan dan penurunan disebabakan oleh
tekstur tanah lapisan IV adalah lempung dan sehingga penetrometer
dalam menusuk-nusukkan tanah agak lunak dibanding lapisan IV. Untuk
konsistensi tanah berpengaruh terhadap besarnya penetrometer karena
semakin lekat dan semakin teguh tanah nerpengaruh pada tingkat daya
mekanik juga banyak sedikitnya ketersediaan bahan organik dalam tanah.
PH tanah menyatakan reaksi asam basa dalam tanah , pH yang
diamati adalah ph aktual (pH H2O) yang menyatakan kemasaman aktif
(jumlah ion H+ dalam larutan ph) dan ph potensial (pH kcl) yang
menyatakan kemasaman cadangan (jumlah ion H+ dalam larutan dan yang
terserap di komplek pertukaran).
a. pH H2O (pH actual)
Pada horison A1 = 6; horioson A2 = 5; horison A3 = 5
b. pH KCL (pH potensial)
Pada horison A1 = 6; horison A2 = 5; horisonA3 = 5
Pengaruh tinggi rendahnya kadar pH terhadap kesuburan tanah.
pH tergantung pada banyak sediktnya bahan organic dan proses
pertukaran ion dalam tanah. Terlalu tinggi atau terlalu rendah pH akan
mengurangi produktivitas tanah dan mempengaruhi pertumbuhan
tanaman
Bahan organik adalah semua sisa kehidupan yang ada di dalam
tanah, Jumlah ditentukan dengan pengamatan mata terhadap warna kelam
hitam dan ada tidaknya bahan organik yang lapuk. Kandungan bahan
organik di horizon A1 = ++++ (sangat banyak), horison A2= ++++
(sangat banyak) dan horizon A3 = +++ (banyak). Adanya
ketidakseimbangan atau perbedaan bahan organik pada lapisan karena
peningkatan bahan organik yang terbentuk dari sisa-sisa tanaman
maupun hewan. Pengaruh tinggi rendahnya kandungan bahan organik
pada horizon A1 karena bahan – bahan organiknya telah hilang tercuci
oleh air hujan sebelum sampai kebawah disebabkan oleh tekstur tanahnya
yang kebanyakan pasir dan lempung sehingga tanah sukar terikat bahan
organik secara maksimal.
Dalam pengamatan tidak ditemukan kadar kapur. Hal ini
disebabkan oleh kandungan bahan induk tanah yang berasal dari sisa –
sisa bahan organik (tumbuhan / hewan) yang merupakan bahan penyusun
humus.
Konkresi merupakan peristiwa akumulasi senyawa-senyawa
kimia pada tanah yang akhirnya berbentuk butiran atau pertikel tanah.
Tingkat konkresi tanah berhubungan dengan kandungan Mn pada tanah.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya bercak hitam dan merah kekuningan.
Pada pengamatan untuk jenis semua lapisan Mn, sedang untuk
kelimpahan di horizon A1 dan horizon A2 tidak ditemukan dengan jelas
kelimpahan Mn. Untuk horizon A3 = sedang , ukuran sedang.
4. Analisis Lengas Tanah
Pada pengamatan kadar lengas tanah alfisol di jumantono
diperoleh data untuk ctka 0,5 mm adalah 14,27 %, sedangkan ctka 2 mm
adalah 17,11 %. Untuk kadar lengas maksimumnya sebesar 51,26 %.
Tanah alfisol termasuk tanah yang memiliki permeabilitas yang tinggi
sehingga dapat diolah cukup mudah dan memiliki kadar air yang tinggi.
Sedangkan kapasitas lapang mencapai 35,21 % yang artinya dapat
menampung air dalam kadar sedang. Batas berubah warna yang diamati
diperoleh data 31,13 %. Harakat yang ditunjukan termasuk sedang.
5. Kesimpulan
a. Fisiografi lahan di Jumantono yaitu Miscellaneous yang berarti tanah
tersebut merupakan hasil perombakan manusia. Letak geografis 70 37’
49,8’’ LS 1100 56’ 54,2’’ BT.
b. Kemiringan lahan yang diamati mempunyai kemiringan 6 % yang
berarti agak miring.
c. Di Jumantono batuan permukaan jumlahnya kurang dari 0,1% dari luas
permukaan yang berarti jarak antar batuan kecil lebih dari 8m dan
antar batuan besar sekitar 20 m.
d. Sistem hidrologi atau keadaan perairan di lokasi praktikum adalah
bebas genangan dan bebas banjir
e. Dari hasil pengamatan dapat dilihat dari semua lapisan horison A1,
A2, A3 memiliki struktur tipe gumpal membulat (sub angular blocky)
ukuran sedang (medium) dengan derajat kekerasannya lemah.
f. Konsistensi pada lapisan pedon yang diamati adalah gembur dalam
keadaan lembab.
g. Tanah di jumantono adalah merah kekuningan yang menunjukan
airase dan drainase baik.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, Harry O. 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Darmawijaya, M. Isa. 1990. Klasifikasi tanah. Gajah Mada University.
Yogyakarta.
Kartasapoetra, G, 1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. PT. Melton Putra.
Jakarta.
Munir, Moch. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktur Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen P dan K. Jakarta.
Soepardi, G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah IPB. Bogor.
Thomson, Louis M. 1979. Soil and Soil Fertility. Tata Mcgraw Hill Publishing
Company. New Delhi.
Abdullah. 1993. Survai Tanah dan evaluasi Lahan. Penebar Swadaya. Jakarta
Anonim. 2003. http://balittanah.litbang.deptan.go.id.
_______. 2005. http://balittanah.litbang.deptan.go.id.
_______. 2007. http://www.litbang.deptan.go.id/layanan/tanah.
Buckman, Harryo. 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.
Darmawijaya, I. 1990. Klasifikasi Tanah. UGM Press. Yogyakarta.
Foth, Henry D. 1988. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. UGM Press. Yogyakarta.
Foth, Henry D, 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta.
Herlambang, Jusica, 2000. Peranan Berbagai Jenia Vegetasi Sehingga Tanaman
Pagar dalam Menekan Aliran Permukaan dan Erosi Tanah Dilahan
Kritis. Dalam Jurnal Pertanian dan Peternakan Vol.1 No.1 Hal 10-19.
Kartasapoetra. 1992. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. PT Rineka Cipta
Jakarta.
Kuswandi. 1990. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktur Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen P dan K. Jakarta.
Pramono, J, Seno Basuki dan Widarto. 2005. Upaya Peningkatan Produktivitas
Padi Sawah Melalui Pendekatan Pengolahan Tanaman dan Sumber
Daya Terpadu Dalam Jurnal Penelitian Agronomi Vol.7 No.1 Hal 1-
6.
Sanchez. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB. Bandung.
Sanchez. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB. Bandung.
Sarwono. 1987. Survai Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soenartono. 1978. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta.
Tan, K.H. 1964. Ilmu Tanah. Pradnya Paramita. Jakarta
Tan, Kim H. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. UGM Press. Yogyakarta