laporan ilmu tanah2012

111
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAH Oleh: AZIIZ RAMADHAN NIM. H0812025 KELOMPOK 42 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Upload: sony-bagus-pratama

Post on 26-Dec-2015

154 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

iltan for agriculture

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN ILMU TANAH2012

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAH

Oleh:

AZIIZ RAMADHAN

NIM. H0812025

KELOMPOK 42

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

Page 2: LAPORAN ILMU TANAH2012

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum Ilmu Tanah ini disusun guna melengkapi tugas mata

kuliah Agroklimatologi dan telah diketahui serta disahkan oleh Assisten dan

Dosen Pengampu Mata Kuliah Ilmu Tanah pada tanggal Desember 2012.

Disusun Oleh :

AZIIZ RAMADHAN

NIM. H0812025

Surakarta, Desember 2012

Mengetahui,

Dosen Pengampu Mata Kuliah Asisten Praktikum

Ilmu Tanah

Dwi Priyo Ariyanto Himawan

NIP. NIM.

Page 3: LAPORAN ILMU TANAH2012
Page 4: LAPORAN ILMU TANAH2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga laporan praktikum Ilmu Tanah

ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Laporan praktikum Ilmu Tanah ini disusun sebagai salah satu rangkaian

kegiatan mata kuliah Ilmu tanah di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Pertanian UNS.

2. Team dosen pengampu mata kuliah Ilmu tanah Fakultas Pertanian UNS.

3. Team Assisten yang telah membantu serta memberikan pengarahan pada saat

praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini.

4. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Fakultas Pertanian yang telah memberikan

dorongan serta motivasi dalam penyusunan laporan ini.

5. Serta semua pihak yang telah membantu dalam segala hal.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari sempurna.

Oleh karena itu penyusun menerima semua kritik dan saran yang bersifat

membangun, demi kesempurnaan laporan selanjutnya.

Akhirnya penyusun mohan maaf bila dalam laporan ini ada kata-kata yang

kurang berkenan. Harapan penyusun semoga laporan ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak yang bersangkutan serta memberikan wawasan baru

bagi kita semua.

Surakarta, 5 Desember 2012

Penyusun

Page 5: LAPORAN ILMU TANAH2012

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................

KATA PENGANTAR........................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................

DAFTAR TABEL...............................................................................................

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................

I. PENDAHULUAN .............................................................................

A. Latar Belakang....................................................................................

B. Tujuan Praktikum...............................................................................

C. Waktu dan Tempat Praktikum............................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................

A. Pencandraan Bentang Lahan .........................................

B. Ordo Tanah .........................................

C. Sifat-Sifat Fisik Tanah .........................................

D. Sifat Kimia Tanah .........................................

E. Kadar Lengas Tanah .........................................

F. Analisis pH Tanah

III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA......................................................

A. Pencandraan Bentang Lahan...............................................................

1. Alat..............................................................................................

2. Bahan..........................................................................................

3. Cara Kerja...................................................................................

B. Penyelidikan Profil Tanah...................................................................

C. Sifat-Sifat Fisik Tanah.........................................................................

D. Sifat Kimia Tanah................................................................................

E. Kadar Lengas Tanah............................................................................

F. Analisis pH Tanah...............................................................................

IV. HASIL PENGAMATAN.............................................................................

A. Fakultas Pertanian UNS..................................................................

Page 6: LAPORAN ILMU TANAH2012

B. Jatikuwung......................................................................................

C. Jumantono.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

Page 7: LAPORAN ILMU TANAH2012

II. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan bagian dari lingkungan dan merupakan inti dari

sumber daya lahan, sehingga jika berbicara tentang sumber daya lahan maka

tidak bisa dipisahkan dengan tanah. Tanah merupakan suatu media tempat

tumbuh tanaman yang dapat terbentuk melalui lima faktor, yaitu bahan

induk, bentuk wilayah, iklim, makhluk hidup, dan waktu. Kelima faktor

tersebut saling berkaitan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apabila

salah satu faktor tersebut tidak ada maka menyebabkan perkembangan tanah

menjadi terhambat.

Perkembangan tanah menentukan jenis tanah yang mempunyai sifat

dan karakteristik yang berbeda-beda. Sifat dan karakteristik tersebut yaitu

berupa sifat fisik, kimia, maupun biologi tanah. Satuan individu terkecil

tanah yang terbentuk dari tiga dimensi disebut pedon. Di dalam pedon

terdapat profil tanah yang dapat diamati melalui penampang vertikal yang

menunjukkan horison tanah yang terdiri dari solum tanah dan bahan induk

tanah. Dengan adanya sifat dan karakter yang berbeda-beda menyebabkan

tanah digolongkan menjadi beberapa ordo, diantaranya adalah alfisol,

entisol, dan vertisol. Ketiga ordo tersebut memiliki ciri khas tersendiri yang

dapat membedakan antara jenis tanah yang lain.

Dengan adanya sifat dan karakteristik tanah yang berbeda maka

diperlukan pemahaman dan kemampuan bagi para mahasiswa, khususnya di

bidang pertanian akan hal tersebut. Oleh karena itu, perlu diadakannya

pengkajian lebih lanjut tentang berbagai jenis tanah beserta sifat dan

karakteristiknya melalui penelitian atau praktik langsung di lapangan untuk

mendapatkan identifikasi mengenai sifat dan karakteristik yang berbeda-

beda dari berbagai jenis tanah yang berbeda pula.

Page 8: LAPORAN ILMU TANAH2012

B. Tujuan Praktikum

Dalam praktikum akan terarah apabila dirumuskan tujuan dari

praktikum tersebut, untuk memberi gambaran yang jelas mengenai arah

yang ingin dicapai. Sehingga rumusan tujuan praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Mengidentifikasi kondisi lingkungan sekitar sebagai faktor pembentuk

tanah

2. Mengenal dan mengetahui morfologi tanah

3. Mengenal dan mengetahui profil tanah

4. Mengenal dan mengetahui tentang sifat-sifat fisika dan kimia tanah

5. Menghubungkan hasil identifikasi dengan pengelolaan lahan pertanian

C. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum dilaksanakan pada empat lokasi. Yang pertama

dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 Oktober 2012 di Fakultas Pertanian UNS

Kentingan, Kecamatan Jebres, Surakarta, pukul 08.00-10.00 WIB.

Praktikum yang kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 Oktober 2012 di

Jatikuwung, pukul 15.00-16.00 WIB. Praktikum yang ketiga dilaksanakan

pada hari Minggu, 14 Oktober 2012 di desa Sukosari, kecamatan

jumantono, karanganyar, Pukul 13.00-16.00 WIB. Dan praktikum yang

keempat dilaksanakan di laboratorium ilmu tanah, gedung A, Fakultas

Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta pada hari Selasa, 30 Oktober

2012 pukul 13.00- 20.00 WIB.

Page 9: LAPORAN ILMU TANAH2012

III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pencandraan Bentang Lahan

Bentang lahan adalah permukaan tanah yang dapat diamati setiap

saat. Bentang lahan di suatu kota dapat berwujud bangunan dan jalan.

Sementara bentang lahan di pedesaan dapat berwujud ladang dan hutan.

Bentang lahan sering disebut juga dengan Landscape. Bentang lahan

tersebut memiliki ciri yang khas yang berdasarkan iklimnya didominasi oleh

flora dan fauna tertentu (Hartono 2011).

Bentang lahan atau landscape adalah panorama atas suatu hamparan

daratan yang terdiri atas berbagai keadaan baik alami maupun buatan

manusia (Supriatna 2012).

Fisiografi adalah pencandraan tentang genesis tanah dan evolusi

bentuk wilayah. Bentuk wilayah diklasifikasikan atas dasar agensia

pembentuknya, yaitu fluvial, marine, lacustrin, eolin, biotika, glacial,

orogen, dan vulkanisme atau bentuk lisin yang terjadi dari kerja gabungan

dua atau lebih agensia (Anonim 2007).

Tanah adalah benda alami yang terdapat di permukaan bumi yang

tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil alam tanaman dan hewan,

yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat tertentu akibat

pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak sebagai atau terhadap batuan

induk dalam keadaan wilayah tertentu selama jangka waktu tertentu

(Anonim 2007).

Penentuan jenis tanaman dan teknik penanaman merupakan faktor

yang menentukan dalam timgkatan konservasi tanah dan air sehingga harus

disesuaikan dengan potensi lahan dan kondisi lingkungan daerah setempat.

Tindakan penanggulangan laju aliran permukaan dan erosi tanah dengan

teknik vegetif merupakan salah satu alternatif yang efektif dan tepat guna

serta petani dapat melaksanakan secara mandiri (Herlambang 2000).

Page 10: LAPORAN ILMU TANAH2012

B. Ordo Tanah

Tanah merupakan bangunan alami yang tersusun atas horizon-

horison yang terdiri atas bahan mineral dan organic, bersifat galir (tidak

padu), dan punya tebal yang sama (Rachman 2005).

Perkembangan tanah menentukan jenis tanah yang mempunyai sifat

dan karakteristik yang berbeda. Sifat dan karakteristik tanah tersebut dapat

diamati pada bagian terkecil tanah. Bagian terkecil tanah yang berwujud tiga

dimensi disebut pedon. Di dalam pedon dapat diamati tanah dalam suatu

penampang vertikal yang menunjukkan susunan horison yang terdiri dari

solum tanah dan bahan induk tanah, hal tersebut yang dinamakan dengan

profil tanah. Sedangkan horison tanah merupakan lapisan tanah yang

berbeda baik susunan fisika dan kimianya serta terletak sejajar dengan

permukaan tanah sebagai akibat proses perkembangan tanah

(Anonim 2004). Dalam penamaan horison tanah dinotasikan dengan huruf

O, A, E, B, C, dan R.

Macam-macam tanah dapat dijelasskan sebagai berikut:

1. Entisols

Tanah Entisol merupakan tanah yang relatif kurang

menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman, sehingga perlu upaya

untuk meningkatkan produktivitasnya dengan jalan pemupukan. Sistem

pertanian konvensional selama ini menggunakan pupuk kimia dan

pestisida yang makin tinggi takarannya. Peningkatan takaran ini

menyebabkan terakumulasinya hara yang berasal dari pupuk/pestisida

di perairan maupun air tanah, sehingga mengakibatkan terjadinya

pencemaran lingkungan. Tanah sendiri juga akan mengalami kejenuhan

dan kerusakan akibat masukan teknologi tinggi tersebut. Atas latar

belakang tersebut mulai dikembangkan sistem pertanian organik yang

dahulu telah lama dilakukan oleh nenek moyang kita. Beberapa petani

di Sleman dan Magelang telah melakukannya, sementara yang lain

Page 11: LAPORAN ILMU TANAH2012

belum tertarik karena belum mengetahui manfaatnya terutama terhadap

perbaikan sifat tanah (Jamilah 2007).

Tanah yang kecil atau sedikit pembangunan dan sifat yang

mencerminkan bahan induk mereka. Mereka termasuk tanah di lereng

curam, dataran banjir, dan bukit pasir. Mereka juga terbentuk pada

batuan sangat resisten atau deposito dalam pasir. Mereka terjadi di

banyak lingkungan. Mereka memiliki fitur tidak okrik dan diagnostik.

Urutan profil khas akan A, C, atau A, B (Anonim 2010).

Tanah yang termasuk ordo entisol merupakan tanah-tanah yang

masih sangat muda yaitu tingkat permulaan dalam perkembangan.

Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik, atau

histik. Kata ent berarti recent atau baru. Padanana dengan sisitem

klasifikasi lama adalah termasuk tanah aluvial atau regosol

(Majid 2007).

Entisol adalah tanah yang muda (belum berkembang) dan

dangkal, dicirikan oleh profil A/C atau A/R. Tanah ini masih belum

sempurna dan memiliki profil yang horison B-nya belum berkembang.

Tanah tidak memiliki banyak horison yang hanya berupa lapisan-

lapisan tanah, karena beberapa alasan seperti waktu, pembentukannya

masih baru, berada pada lereng atau pada slope yang tererosi, menerima

deposit (endapan) banjir, dan sebagainya. Sebagai contoh tanah-tanah

endapan sepanjang sungai, tanah berpasir lepas di lereng atas dan

bawah, daerah vulkan atau tanah pasir pantai laut yang lepas dan belum

membentuk struktur tanah (Musa, dkk 2006).

Nilai reaksi tanah sangat beragam mulai dari pH 2,5 sampai 8,5,

kadar bahan organik tergolong rendah dan biasanya kurang dari 1

persen, kejenuhan basa sedang hingga tinggi dengan KTK sangat

beragam, karena sangat tergantung pada jenis mineral liat yang

mendominasinya, kadar hara tergantung bahan induk, permeabilitas

lambat dan peka erosi (Munir 1996).

Page 12: LAPORAN ILMU TANAH2012

Tanah Entisol merupakan tanah yang relatif kurang

menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman, sehingga perlu upaya

untuk meningkatkan produktivitasnya dengan jalan pemupukan. Sistem

pertanian konvensional selama ini menggunakan pupuk kimia dan

pestisida yang makin tinggi takarannya. Peningkatan takaran ini

menyebabkan terakumulasinya hara yang berasal dari pupuk/pestisida

di perairan maupun air tanah, mengakibatkan terjadinya pencemaran

lingkungan,. Tanah sendiri juga akan mengalami kejenuhan dan

kerusakan akibat masukan teknologi tinggi tersebut. Atas latar belakang

tersebut mulai dikembangkan sistem pertanian organik yang dahulu

telah lama dilakukan oleh nenek moyang kita. Beberapa petani di

Sleman dan Magelang telah melakukannya, sementara yang lain belum

tertarik karena belum mengetahui manfaatnya terutama terhadap

perbaikan sifat tanah (Pradopo 2000).

2. Ventisols

Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan

pengaruhnya tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua

tanah dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah

tropis dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang

rendah. Dalam menilai potensi Vertisol untuk pertanian hendaknya

diketahui bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi berbeda

disbanding dengan ordo lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat

digunakan dalam menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding

dengan kelompok masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut

akan mempunyai implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk

pertumbuhan tanaman. Batas-batas antara antara kelompok masam dan

tidak masam berkisar pada pH 4,5 dan sekitar 5 dalam air (Lopulisa,

2004).

Vertisol merupakan tanah lempung yang dapat mengembang

dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai retakan yang lebar dan

dalam, kerapatan lindak antar retakan cukup tinggi. Tanah memiliki

Page 13: LAPORAN ILMU TANAH2012

kemampuan meremah sendiri dan harus menunjukkan adanya timbulan

mikro gilgai, cermin sesar, dan struktur tanah berbentuk baji berukuran

sangat kasar. Kurang lebih tanah yang ekuivalen adalah tanah lempung

margalitik, grumosol, regurs, tirs, dan tanah kapas hitam

(Sutanto 2005).

Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan

kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai

sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut

sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan

lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah

Grumusol atau Margalit. Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation

dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam

lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi

(8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi. Vertisol

menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan

mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar

kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi (Anonim 2012).

3. Alfisols

Alfisols merupakan tanah yang memiliki selaput liat, tanah

dengan horison argilik, kandik, atau natrik, KB >35%, kesuburan alami

tinggi, bentuk wilayah beragam  dari bergelombang hingga tertoreh

tekstur berkisar antara sedang hingga halus, drainasenya baik, bahan

organik pada umunya sedang hingga rendah, jeluk tanah dangkal

hingga dalam, mempunyai sifat kimia dan fisika relatif baik

(Anonim 2012).

Alfisol merupakan tanah yang mempunyai epipedon okrik dan

horison argilik dengan kejenuhan basa sedang sampai tinggi. Pada

umumnya tanah tidak kering. Tanah yang ekuivalen adalah tanah

podsolik merah-kuning, planosols (Sutanto 2005).

Bentuk dan sifat pergerakan serta redistribusi fosfor telah

menjadi bahan pada banyak penelitian dalam Alfisol dan tanah-tanah

Page 14: LAPORAN ILMU TANAH2012

lainnya. Hal ini utamanya diakibatkan oleh peranan fosfor dalam hara

tanaman. Translokasi fosfor dalam Albaqualfs dan menemukan adanya

penimbunan P dari tanah-tanah sekitarnya yang tergolong Aquoll.

Dengan meningkatnya perkembangan profil kalsium-P berkurang

dalam profil yang terlapuk sementara Fe-P meningkat. Horison-horison

dengan liat maksimum umumnya mengandung total P yang minimal

yang menunjukkan bahwa liat tidak efektif dalam mengikat P

(Lopulisa 2004).

Alfisol dicirikan oleh horizon elluviasi dan illuviasi yang jelas.

Pada tanah Alfisol, pH tanah rendah yaitu < 5,0 dimana pengaruh

kemasaman lebih dominant. Kehadiran karbonat utamanya kalsium dan

magnesium, kehadiran karbonat bebas ini akan mempertahankan pH

dalam kisaran 7,5-8,0 yang mana berada di atas kelarutan sebagian

besar mineral-mineral primer (Lopulisa 2004).

Tanah Alfisol memiliki pH yang berubah dengan meningkatnya

kedalaman den cenderung lebih tinggi pada bagian bawah profil dan

pada sejumlah bahan-bahan glacial sampai ke suatu zona karbonat

bebas dengan pH 8,0 atau lebih tinggi. Hal ini menyebabkan

berubahnya mobilitas elektroporetik koloid-koloid hasil pelapukan.

Koloid ini akan bergerak lambat pada pH yang lebih tinggi dibanding di

bagian atas horizon B yang secara umum mempunyai pH sangat rendah

(Lopulisa 2004).

Alfisol merupakan tanah-tanah yang mengandung liat yang

tinggi di Horisaon B (argilik) dibedakan menjadi alfisol (pelapukan

belum lanjut) dan Ultisol. Tanah-tanah Alfisol banyak ditemukan

didaerah beriklim sedang, tetapi terdapat pula didaerah tropika dan

subtropika terutama yang memiliki tingkat pelapukan sedang

(Hardjowigeno 2003).

Tanah Alfisol merupakan tempat penimbunan liat horizon

bawah dan memiliki kejenuhan basa berdasarkan jumlah kation yang b

erlebih dari 35 % pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah.  Liat

Page 15: LAPORAN ILMU TANAH2012

yang tertimbun dihorison diatasnya dan tercuci kebawah bersama

dengan gerakan air (Hardjowigeno 2003).

C. Sifat – Sifat Fisik Tanah

Sebagai media tumbuh tanaman tanah memberikan suatu tempat bagi

akar untuk berpenetrasi. Dalam hal tersebut sifat-sifat fisik tanah yang

meliputi tekstur dan struktur, drainase dan aerasi, warna dan suhu tanah juga

ikut menentukan seberapa mudahnya tanah untuk dipenetrasi oleh akar.

Secara keseluruhan sifat-sifat fisik tanah tersebut ditentukan oleh

(Hanafiah 2010):

1. ukuran dan komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahan penyusun

tanah,

2. jenis dan proporsi komponen-komponen penyusun partikel-partikel ini,

3. keseimbangan antara suplai air, energi, dan bahan dengan kehilangannya,

4. intensitas reaksi kimiawi dan biologis yang telah atau sedang

berlangsung.

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah yang

dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir,

debu, dan liat. Tekstur tanah berperan dalam memepengaruhi pertumbuhan

dan produksi tanaman. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai

golongan besar, partikel tanah dalam suatu massa tanah terutama

perbandingan relatif suatu fraksi liat, debu dan pasir. Tekstur dapat

menentukan tata air dalam tanah berupa akecepatanm infiltrasinya, penetrasi

setta kemampuan mengikat air (Kartosapoetra 1988)

Struktur tanah merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-

partikel primer tanah (pasir, debu, liat, individual) hingga partikel-partikel

sekunder (gabungan partikel primer yang disebut ped/ gumpalan yang

membentuk bongkahan). Struktur tanah berfungsi untuk memodifikasi

pengaruh tekstur terhadap kondisi drainase dan aerase tanah. Lal (1979)

mengemukakan bahwa struktur tanah mempunyai peranan sebagai regulator

yang menyinambungkan arah pipa yang terbentuk dari berbagai ukuran pori-

Page 16: LAPORAN ILMU TANAH2012

pori yang berinterkoneksi, stabilitas, durabilitas; mengatur retensi dan

pergerakan air tanah; difusi gas dari dan ke atmosfer; mengontrol poliferasi.

Konsistensi tanah merupakan ketahanan tanah terhadap tekanan gaya-

gaya dari luar, yang merupakan indikator derajat manifestasi kekuatan dan

corak gaya-gaya fisik yang bekerja pada tanah selaras dengan tingkat

kejenuhan airnya.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi

adalah tekstur, sifat dan jumlah koloid organik maupun anorganik, struktur,

dan kadar air tanah (Hanafiah 2010).

Porositas merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah.

Aerasi merupakan indikasi adanya udara yang keluar masuk tanah.

Sedangkan temperatur atau suhu tanah merupakan suatu sifat yang sangat

penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanamn, kelembaban,

aerasi, struktur, dan lain sebagainya.Warna tanah merupakan salah satu sifat

yang mudah dilihat dan menunjukkan sifat dari tanah tersebut.

Warna tanah merupakan campuran komponen lain yang terjadi karena

mempengaruhi berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan warna

tanah adalah hitam, coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih (Syarief 1979).

Warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip

warnanya. Dalam menentukan warna cahaya dapat juga menggunakan

Munsell Soil Colour Chart sebagai pembeda warna tersebut. Penentuan ini

meliputi penentuan warna dasar atau matrik, warna karatan atau kohesi dan

humus. Warna tanah penting untuk diketahui karena berhubungan dengan

kandungan bahan organik yang terdapat di dalam tanah tersebut, iklim,

drainase tanah dan juga mineralogi tanah (Thompson dan Troen 1978).

D. Sifat – Sifat Kimia Tanah

Perilaku kimiawi tanah didefinisikan sebagai keseluruhan reaksi fisik-

kimia dan kimia yang berlangsung antar penyusun tanah serta antara

penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk

pupuk ataupun pembenah tanah lainnya (Bolt dan Bruggenwert 1978).

Page 17: LAPORAN ILMU TANAH2012

Sifat kimia tanah berhubungan dengan reaksi-reaksi yang terjadi di

dalam tanah, seperti pertukaran ion yang berperan dalam penilaian tingkat

kesuburan, pH yang menunjukkan tingkat keasaman, serta redoks tanah yang

dapat menyebabkan perubahan pH (Sutanto 2005).

E. Kadar Lengas Tanah

Lengas tanah merupakan variabel penting dalam mengkontrol

pertukaranair dan energi panas pada permukaan tanah dengan atmosfer

melalui evaporasidan evapotranspirasi. Lengas tanah berperan penting dalam

perkembangan polacuaca dan produksi presipitasi. Lengas tanah juga

berpengaruh dalam jumlahpresipitasi yang mengalami run off ke sungai

(Manik 1998).

Lengas tanah adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh ruang

pori tanahdan teradsorbsi pada permukaan zarah tanah. Lengas berperan

sangat pentingdalam proses genesa tanah, kelangsungan hidup tanaman dan

jasad renik tanah serta siklus hara. Setiap reaksi kimia dan fisika yang terjadi

di dalam tanahhampir selalu melibatkan air sebagai media pelarut garam-

garam mineral, senyawa asam dan basa serta ion-ion dan gugus organik

maupun anorganik.Dalam keadaan tidak jenuh, lengas tanah berupa selaput

tipis yang menyelimuti zarah tanah. Semakin tipis selaput lengas tersebut,

maka gaya ikat tanah yang bekerja semakin kuat(Suntoro 2001).

Jumlah lengas pada tanah tergantung dari berbagai variabel seperti

tipetanah, iklim, presipitasi, dan sebagainya. Tipe tanah yang bebeda

memiliki ukurandan bentuk partikel yang berbeda, yang berarti masing-

masing tipe tanah mampumenyimpan jumlah air yang berbeda. Banyaknya air

yang dapat disimpantergantung pada luas permukaan partikel tanah. Semakin

luas, semakin banyak air yang dapat disimpan (Miller 1990).

Lengas tanah merupakan salah satu faktor penting dalam

pembudidayaanbenih yang sehat. Jika kadar lengas di suatu tempat telah

diketahui, makainformasi tersebut dapat digunakan untuk membuat peraga

atau prediksi tentangpotensi hasil panen, kemungkinan irigasi, run off,

Page 18: LAPORAN ILMU TANAH2012

evaporasi rata-rata, erosi, kualitas air, bahkan potensi terjadinya banjir. Selain

itu, manfaat terpenting lengastanah adalah untuk memprediksikan terjadinya

kekeringan (Chris 2004).

Keberadaan lengas dalam tanah tidak seragam dari atas ke

bawah.Keragaman kandungan lengas ini menunjukkan adanya potensial

kesuburan tanah.Adanya perbedaan energi potensial lengas dalam tubuh tanah

akan menunjukkanarah gerakan lengas dalam tubuh tanah yang bergerak dari

daerah potensial tinggike daerah potensial rendah (Handayanto 1987).

Di dalam pertumbuhan tanaman juga perlu diketahui keadaan air

tanah atau lengas tanah sehingga perlu ditetapkan kadar air tanah pada

beberapa keadaan, antara lain kadar air total, kapasitas lapang dan titik layu

permanen.  Kadar air total diperoleh dengan cara pengeringan tanah hingga

beratnya konstan. Untuk kapasitas air maksimum dengan mengoven tanah

yang jenuh air. Pada kondisi lengas kapasitas lapang diukur saat tanah

menahan air setelah kelebihan air gravitasi meresap ke bawah karena adanya

gaya gravitasi (Susanto 2002).

Page 19: LAPORAN ILMU TANAH2012

Untuk mengukur kadar lengas dapat digunakan berbagai metode

yaitugravimetris, tensiometer, pancaran neutron, dan metode kalsium. Kadar

lengasberdasarkan ukurannya dapat dibedakan menjadi empat yaitu kadar

lengas tanah halus, kadar lengas tanah diameter 0,5 mm; kadar lengas tanah

diameter 2 mm dan kadar lengas tanah gumpalan ( Foth 1994 ).

F. Analisis pH Tanah

Keasaman tanah merupakan salah satu sifat penting, karena terdapat

beberapa hubungan pH tanah dengan ketersediaan unsure hara, juga beberapa

hubungan antara pH dengan semua sift-sift tanah. Ada dua metode yang

digunakan dalam pengukuran pH, yaitu cara secara elektrometrik dan secara

volumetrik (Buckman 1982).

PH tanah merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan

reaksi asam atau basa dalam tanah. Sejumlah proses dalam tanah dipengaruhi

oleh reaksi tanah dan biokimia tanah yang berlansung spesifik. Pengaruh

lansung terhadap laju dekomposisi mineral tanah dan bahan organik,

pembentukan mineral lempung bahkan pertumbuhan tanaman. Pengaruh tidak

lansungnya terhadap kelarutan dan ketersediaan hara tanaman

(Notohadiprawiro 1985).

Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen di

dalarn tanah tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen di dalam tanah terlalu

tinggi maka tanah akan bereaksi asam. Sebaliknya, bila kepekatan ion

hidrogen terIalu rendah maka tanah akan bereaksi basa. Pada kondisi ini

kadar kation OH- lebih tinggi dari ion H+ (Munir 1996).

Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan

H+ yang tinggi.Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion

Al3+ yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan

H+. Dalarn keadaan tertentu, yaitu apabila tercapai kcjenuhan ion Al3+ tertentu

(Notohadiprawiro 1985).

Page 20: LAPORAN ILMU TANAH2012

Ada beberapa alat ukur reaksi tanah yang dapat digunakan. Alat yang

murah ialah kertas lakmus yang bentuknya berupa gulungan kertas kecil

memanjang. Alat lain yang harganya sedikit mahal tetapi dapat dipakai

berulang kali dengan hasil pengukuran lebih terjamin adalah pH tester dan

soil tester (Bukman 1982).

Pemakaian kertas lakmus sangat mudah, caranya yaitu : mengambil

tanah lapisan dalam, lalu larutkan dengan air murni (aquadest) dalam wadah.

Biarkan tanahnya terendam di dasar wadah sehingga airnya menjadi bening

kembali. Setelah bening, air tersebut dipindahkan ke wadah lain secara

hati-hati agar tidak keruh. Selanjutnya, ambil sedikit kertas lakmus dan

celupkan ka dalam air tersebut (Brady 1974).

Dalam beberapa saat kertas lakmus akan berubah warna. Cocokan

warna pada kertas lakmus dengan skala yang ada pada kemasan kertas

lakmus. Skala tersebut telah dilengkapi dengan angka pH masing-masing

Warna. Angka pH tanah tersebut adalah angka dari warna pada kemasan yang

cocok dengan warna kertas lakmus Misalnya, angka yang cocok adalah 6

maka pH-nya 6 (Sanchez 1993).

Page 21: LAPORAN ILMU TANAH2012

G. ALAT, BAHAN dan CARA KERJA

A. Pecandraan Bentang Lahan

1. Alat

a. Klinometer

b. Kompas

c. Global Positioning System (GPS)

d. Roll meter

2. Bahan

a. Lahan Jumantono

b. Lahan Fakultas Pertanian UNS

c. Lahan Jatikuwung

3. Cara Kerja

a. Menentukan lokasi pencandraan bentang lahan.

b. Melakukan pengamatan terhadap cuaca.

c. Mengukur ketinggian tempat menggunakan GPS atau altimeter.

d. Mengukur kemiringan lereng menggunakan klinometer dan

menentukan arah kemiringan lereng menggunakan kompas.

e. Mengamati fisiografi lahan.

f. Mengamati ada/ tidaknya genangan, banjir, atau erosi.

g. Mengamati tutupan lahan dan vegetasi yang paling dominan.

h. Menentukan geologi serta jenia batuan yang berada di permukaan.

B. Penyidikan Profil dan Pedon Tanah

1. Alat

a. Cangkul

b. Pisau belati

c. Meteran kertas

Page 22: LAPORAN ILMU TANAH2012

d. Tali rafia

2. Bahan

a. Tanah Jumantono

b. Tanah Fakultas Pertanian UNS

c. Tanah Jatikuwung

3. Cara Kerja

a. Menentukan lokasi untuk pedon dan profil.

b. Membuat profil pada irisan lereng ataupun membuat pedon melalui

pengeboran.

c. Mengukur kedalaman lapisan atau horison menggunakan meteran

kertas.

d. Mengamati perbedaan warna irisan tanah tersebut.

e. Menentukan batas lapisan atau horison dengan cara menusuk-nusuk

tanah dengan pisau belati atau memukul-mukul tanah dengan

gangang pisau belati. Kemudian memberi tanda pada setiap batas

lapisan menggunakan rafia.

C. Sifat-sifat Fisika Tanah

1. Alat

a. Penetrometer

b. Munsel Soil Colour Chart (MSCC)

c. Lup

2. Bahan

a. Tanah Jumantono

b. Tanah Fakultas Pertanian UNS

c. Tanah Jatikuwung

d. Air

3. Cara Kerja

a. Menentukan Tekstur Tanah

1) Mengambil sampel tanah dari setiap lapisan atau horison.

2) Membasahinya dengan air dan memijat-mijatnya dengan jari.

Page 23: LAPORAN ILMU TANAH2012

3) Merasakan teksturnya dan menentukan kelas tekstur tanahnya.

b. Menentukan Struktur Tanah

1) Mengambil sampel tanah dari setiap lapisan atau horison.

2) Mengamatinya menggunakan lup.

3) Menentukan tipe, ukuran, dan derajat kekerasan struktur tanah.

c. Menentukan Konsistensi

1) Mengambil sampel tanah dari masing-masing lapisan atau

pedon.

2) Menentukan konsistensi tanah.

d. Menguji Ketahanan Penetrasi Tanah

1) Mempersiapkan alat penetrometer dengan menarik cincin geser

pembaca ke belakang sampai angka 0.

2) Menusukkan penetrometer ke dalam tanah secara tegaklurus

bidang yang sudah disingkapkan terlebih dahulu hingga ujung

penetrometer masuk sebelum tanda batas.

3) Mencabut penetrometer tanpa menyentuh cincin geser pembaca

yang terdorong ke depan.

4) Membaca penetrometer tersebut, dimana angka yang

ditunjukkan merupakan besarnya kekuatan mekanik tanah.

e. Menentukan Warna Tanah

1) Mengambil sampel dari setiap lapisan atau horison tanah.

2) Mencocokkan warna tanah tersebut dengan MSCC.

D. Sifat-sifat Kimia Tanah

1. Alat

a. Pipet tetes

b. PH tester

c. Flakon

d. Spidol marker

e. Kertas marga

f. Tissu gulung

Page 24: LAPORAN ILMU TANAH2012

g. Alat tulis

2. Bahan

a. Tanah Jumantono

b. Tanah Fakultas Pertanian UNS

c. Tanah Jatikuwung

d. Air (H2O)

e. Larutan H2O2 10%

f. Larutan HCL 1,2 N

g. Larutan HCL 10%

h. Larutan KCNS 10%

i. Larutan K4Fe(CN)6 0,5%

j. Larutan KCl 1 N

3. Cara Kerja

a. Menentukan Aerasi dan Drainase Tanah

1) Mengambil dua bongkah tanah pada setiap lapisan dan

meletakkannya di atas kertas tissu

2) Menetesi kedua bongkahan dengan HCl 1,2 N. Kemudian

melipat kertas tissudan menekannya hingga cairan dalam

bongkahan tanah terperas oleh kertas saring

3) Menetesi salah satu bongkahan dengan larutan KCNS 10%

untuk menentukan aerasi tanah dan menetesi bongkahan yang

lain dengan larutan K4Fe(CN)6 0,5%

4) Menekan sekali lagi pada masing-masing bongkahan dengan jari

yang masih bersih dan mengamati perubahan warna yang timbul

b. Menguji Kandungan Bahan Organik Tanah

1) Mengambil bongkahan tanah pada masing-masing lapisan atau

horison dan meletakkannya di atas kertas tissu

2) Menetesi bongkahan tersebut dengan larutan H2O2 10%

3) Mengamati reaksi yang terjadi

c. Menguji Kadar Kapur dalam Tanah

Page 25: LAPORAN ILMU TANAH2012

1) Mengambil bongkahan tanah pada setiap lapisan atau horison

dan meletakkannya di atas kertas tissu

2) Menetesinya dengan larutan HCl 10% untuk menguji kadar

kapur dalam tanah tersebut

3) Mengamati reaksi yang terjadi

E. Kadar Lengas Tanah

1. Lengas Tangah Kering Angin

a. Alat

1) Botol Timbang

2) Oven

3) Eksikator

4) Penimbang

b. Bahan

Contoh tanah kering angin (ctka) ø 0,5 mm dan ø 2 mm

c. Cara Kerja

1) Memasukan botol penimbang dengan tutupnya ke dalam oven.

selama 30 menit kemudian mendinginkannya ke dalam

eksikator dan menimbang botol penimbang dengan tutupnya

2) Memasukan ctka kurang lebih 2/3 tinggi botol penimbang lalu

menimbangnya dan masing-masing ctka dilakukan 2 kali

ulangan

3) Memasukan ke dalam oven dengan keadaan terbuka bersuhu

105°C selama 4 jam

4) Mendinginkan botol penimbang dan isinya pada eksikator dalam

keadaan tertutup, kemudian melakukan penimbangan setelah

dingin

5) Melakukan perhitungan kadar lengas

2. Kapasitas Lapangan

a. Alat

1) Botol semprong

Page 26: LAPORAN ILMU TANAH2012

2) Kain kassa

3) Statif

4) Gelas piala

a. Bahan

Ctka ø 2mm

b. Cara Kerja

1) Membungkus atau menyumbat salah satu ujung botol dengan

kain kassa

2) Memasukan ctka ke dalam botol semprong dengan bagian yang

tertutup kain kassa sebagai dasarnya

3) Memasang botol semprong pada statif dan diatur seperlunya

4) Merendam selama kurang lebih 48 jam

5) Mengangkat semprong dan membiarkan air menetes sampai

tetes terakhir

6) Mengambil contoh tanahnya yang berada pada 1/3 bagian

tengah semprong, mengukur kadar lengasnya sebanyak 2 kali

uangan

3. Lengas Maksimum (KAM)

a. Alat

1) Cawan tembaga yang dasarnya berlubang

2) Mortin porselin

3) Saringan ø 2mm

4) Timbagan analitik

5) Spatel

6) Oven

7) Eksikator

8) Gelas arloji

9) Kertas saring

10) Petridish

b. Bahan

1) Ctka ø 2mm

Page 27: LAPORAN ILMU TANAH2012

2) Aquades

c. Cara Kerja

1) Menggerus ctka menjadi butir primer dan menyaringnya menjadi

Ø 2 mm

2) Mengambil cawan berlubang yang dasaarnya diberi kertas saring

yang sudah dibasahi

3) Menimbang dengan kertas arloji sebagai alasnya

4) Memasukan ctka yang telah digerus dalam cawan tembaga

kurang lebih 1/3nya lalu diketuk-ketukan, menambahkan ctka

sampai 2/3 alu diketuk-ketukan lagi, kemudian menambahkan

lagi ctka sampai penuh, mengetuknya lagi dan meratakannya

5) Memasukan cawan tersebut ke dalam perendam kemudian diisi

air sampai permukaan air mencapai kurang lebih ½ tinggi

dinding cawan, perendaman 12 jam (setelah direndam

permukaan tanah akan cembung minimal rata/mendatar).

6) Mengangkat cawan dan membersihkan sisi luarnya lalu

meratakan tanah setinggi cawan dengan diperes secara hati-hati

dan menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji

7) Memasukan ke dalam oven bersuhu 105°C selama 4 jam, lubang

pembuangan air pada oven harus terbuka

8) Memasukan ke dalam eksilator kemudian menimbang dengan

diberi gelas arloji

9) Membuang tanah, membersihkan cawan dan kertas saring

kemudian menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji

10) Menghitung kadar lengasnya

4. Batas Berubah Warna (BBW)

a. Alat

1) Botol timbang

2) Colet

3) Botol pemancar

Page 28: LAPORAN ILMU TANAH2012

4) Cawan penguap

5) Oven

6) Eksikator

7) Spatel

b. Bahan

1) Ctka Ø 0,5 mm

2) Aquadest

c. Cara Kerja

1) Membuat pasta tanah dengan cara menaAmpur ctka Ø 0,5 mm

dengan air pada cawan penguap

2) Merarakan passta tanah pada kayu membentuk elips dengan

ketinggian pada bagian tengah kurang lebih 3 mm dan makin ke

tepi makin tipis

3) Membiarkn semalam dan setelah ada beda warna diambila

tanahnya selebar 1 cm (warna terang dan gelap) untuk dianalisis

KL-nya.

F. Analisis pH tanah

1. Alat

a. Flakon

b. Pengaduk kaca

c. pH meter

d. Timbangan

2. Bahan

a. Ctka Ø 0,5 mm sebanyak 10 gr

b. Eagen H2O (pH), KCL pH potensial), dan NaF (analisis alofan),

dengan perbandingan 1:2:5

3. Cara Kerja

a. Menimbang ctka sebanyak 5 gr dan memasukkan kedalam dua buah

flakon

b. Menambahkan aquadest 12,5 cc untuk analisis pH H2o, 12,5 cc,

KCL untuk pH KCL, dan 12,5 cc NaF untuk pH NaF

Page 29: LAPORAN ILMU TANAH2012

c. Mengaduk masing-masing hingga homogen selama 5 menit

d. Mendiamkan selama 30 menit

e. Mengaduk masing-masing pH

Page 30: LAPORAN ILMU TANAH2012

Lab. Pusat

F. Kedokteran

Auditorium agrobudoyo

Lokasi

H. HASIL PENGAMATAN

A. Fakultas Pertanian UNS

1. Deskripsi Lokasi

a. Daerah/lokasi : Sekitar Fakultas Pertanian UNS

b. Hari/Tanggal Survey : Sabtu, 13 Oktober 2012

c. No. Profil/Pedon : Profil 4

d. Surveyor : Kelompok 44

e. Cuaca : PC (Berawan sebagian)

f. Arah Hadap : 3150 barat daya

g. Letak Geografis : 07° 33’ 36,3″ LS dan 110° 51’ 29,9″ BT

h. Datum : WGS 1984

i. Tinggi Tempat : 180 m dpl

j. Geologi : Quarter Vulcanic Lawu

k. Cuaca : PC (Berawan sebagian)

l. Denah Lokasi :

Gambar 4.1 Denah Lokasi Profil/ Pedon di Fakultas Pertanian UNS

Page 31: LAPORAN ILMU TANAH2012

Gambar 4.2 Profil / Pedon di Fakultas Pertanian UNS

2. Pencandraan Bentang Lahan

Tabel 4.1.1 Data Pencandraan Bentang Lahan di Fakultas Pertanian UNS

No. Deskripsi Keterangan

1. Lereng 44 % (curam)

2. Arah 3150 barat daya

3. Panjang Lereng 10 m

4. Fisiologi Lahan Miscellaneous / X

5. Genangan Tidak pernah (none)

6. Tutupan Lahan Crop cover (Tutupan tanaman)

7. Geologi Quarter Vulcanic Lawu

8. Erosi Erosi parit

9 Tingkat Erosi Besar

10. Batuan Permukaan Jumlahnya 0,1 – 3 % dari luas permukaan,

jarak antara batuan kecil 1 m, dan antar

batuan sekitar 3 m

11. Vegetasi Pohon Jati 60 %

Pohon Johar 15 %

Pohon Asem 15 %

Pohon Akasia 10 %

Sumber : Laporan Sementara

3. Penyelidikan Profil / Pedon Tanah

Page 32: LAPORAN ILMU TANAH2012

Tabel 4.1.2 Data Penyelidikan Profil / Pedon Tanah di Fakultas Pertanian

UNS

No. Deskripsi Keterangan

1. Metode Observasi Irisan lereng

2. Jeluk / Solum Tanah

Kedalaman Lapisan

Horison A1 : 0 - 13 cm

Horison A2 : 13 – 25 cm

Horison C1 : 25 – 32 cm

Horison C2 : 32 – 55 cm

3. Batas Horizon

Ketegasan Batas Horizon

Topografi Batas Horizon

Horison A1 : baur

Horison A2 : baur

Horison C1 : tajam

Horison C2 : -

Horison A1 : berombak

Horison A2 : berombak

Horison C1 : berombak

Horison C2 : -

4. Perakaran

Ukuran Akar

Jumlah Akar

Horison A1 : sedang

Horison A2 : sedang

Horison C1 : sedang

Horison C2 : halus

Horison A1 : banyak

Horison A2 : biasa

Horison C1 : sedikit

Horison C2 : sedikit

Sumber : Laporan Sementara

4. Sifat Fisik Tanah

Tabel 4.1.3 Data Sifat Fisika Tanah

No. Deskripsi Keterangan

Page 33: LAPORAN ILMU TANAH2012

1. Tekstur Tanah Horison A1 : Geluh lempung pasiran

Horison A2 : Geluh lempung debuan

Horison C1 : Geluh lempung debuan

Horison C2 : Geluh lempung debuan

2. Struktur Tanah

Tipe

Ukuran

Derajat

Horison A1 : Kersai

Horison A2 : Kersai

Horison C1 : Gumpal membulat

Horison C2 : Gumpal membulat

Horison A1 : Kasar

Horison A2 : Kasar

Horison C1 : Kasar

Horison C2 : Halus

Horison A1 : Tak berstruktur

Horison A2 : Lemah

Horison C1 : Sedang

Horison C2 : Sedang

3. Konsistensi Horison A1 : Kering keras

Horison A2 : Kering keras

Horison C1 : Kering keras

Horison C2 : Kering keras

4. Warna Horison A1 : ¾ 7,5 YR dark brown

Horison A2 : ¾ 7,5 YR dark brown

Horison C1 : ¾ 7,5 YR dark brown

Horison C2 : ¾ 7,5 YR brown

5. Aerasi dan Drainase Horison A1 : Sangat baik

Horison A2 : Sangat baik

Horison C1 : Sangat baik

Horison C2 : Sangat baik

6. Penetrasi

Vertikal Horison A1 : 0,5

Page 34: LAPORAN ILMU TANAH2012

Horizontal

Horison A2 : 1,5

Horison C1 : 1,5

Horison C2 : 1,5

Horison A1 : 1,5

Horison A2 : 1,5

Horison C1 : 1,5

Horison C2 : 1,5

Sumber : Laporan Sementara

5. Sifat Kimia Tanah

Tabel 4.1.4 Data Sifat Kimia Tanah

No. Deskripsi Keterangan

1. Kemasaman

pH H2O

pH KCl

Horison A1 : 7,1

Horison A2 : 7

Horison C1 : 6,9

Horison C2 : 6,8

Horison A1 :

Horison A2 :

Horison C1 :

Horison C2 :

2. Bahan Organik Horison A1 : +++ (banyak)

Horison A2 : +++ (banyak)

Horison C1 : +++ (banyak)

Horison C2 : +++ (banyak)

3. Kadar Kapur Horison A1 : 0

Horison A2 : 0

Horison C1 : 0

Horison C2 : 0

4. Konsentrasi Horison A1 : -

Horison A2 : -

Page 35: LAPORAN ILMU TANAH2012

Horison C1 : -

Horison C2 :

Sumber : Laporan Sementara

6. Analisis Lengas Tanah

a. Lengas Tanah Kering Angin

Tabel 4.1.5 Analisis Lengas Tanah Kering Angin

CtkaUlanga

n

a(gram

)

b(gram

)

c(gram

)Hasil(%)

Rata-

rata

Bongkaha

n

I

II

51,858

53,221

69,6

70,798

67,729

69,171

11,78879

10,20062

10,5

%

Ø 2 mmI

II

56,599

53,951

71,639

67,655

70,661

66,722

6,954914

7,305614

3

7,1 %

Ø 0,5 mm

I

II

54,922

58,213

66,38

68,548

65,150

67,435

12,02581

2

12,06896

6

12%

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan :

a = botol penimbang kosong

b = botol penimbang diisi 2/3 tinggi botol penimbang

c = botol penimbang yang sudah dioven

Analisis Perhitungan : Kadar Lengas Tanah = (b−a)(c−a)

x 100 %

Nilai (c - a) = berat contoh tanah kering angin mutlak (ctkm)

Bongkah

I : 69,6 – 67,729 x 100 % = 11 %

67,729 – 51,858

II: 70,798 – 69,171 x 100 % = 10 %

69,171 – 53,221

Rata – rata: (12 % + 12 % ) : 2 = 12 %

Page 36: LAPORAN ILMU TANAH2012

Ø 2 mm I : 71,639−70,66170,661−56,599

X 100 % = 0,069 X 100 % = 6,9

%

II : 67,655−66,72266,722−53,951

X 100 % = 0,073 X 100 % =

7,3 %

Rata – rata : (6,9 + 7,3)% / 2 = 7,1 %

Ø 0,5 mm I : 69,6−67,729

67,729−51,858X 100 % = 0,11 X 100 % = 11

%

II : 70,798−69,17169,171−53,221

X 100 % = 0,100 X 100 % = 10

%

Rata – rata : (11 + 10)% / 2 = 10,5 %

b. Kapasitas Lapangan

Tabel 4.1.6 Analisis Kapasitas Lapangan

Ctka Ø 2 mm a(gram) b(gram) c(gram) Hasil(%) Rata-rata

I

II

56,597

53,939

66,137

63,962

63,274

61,790

42,8

27,635,2%

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan :

a = botol penimbang kosong

b = botol penimbang isi tanah sebelum dioven

c = botol penimbang isi tanah sesudah dioven

Analisis Perhitungan : Kapasitas Lapangan = (b−a)(c−a)

x 100 %

Ctka Ø 2 mm

I : 66,137−63,27463,274−56,597

X 100 % = 2,8636,677

X 100 % = 42,8 %

II: 63,962−61,79061,790−53,939

X 100 % = 2,1727,851

X 100 % = 27,6 %

Page 37: LAPORAN ILMU TANAH2012

Rata – rata: (42,8 + 27,6)% / 2 = 35,2 %

c. Lengas Maksimum

Tabel 4.1.7 Analisis Lengas Maksimum

Ctkaa(gram

)b(gram)

c(gram

)

d(gram

)Hasil(%)

Ø 2 mm 20,885 72,443 49,035 20,076 79,24

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan :

a = cawan berlubang kosong sebelum diberi perlakuan apapun

b = cawan diisi tanah sebelum dioven

c = cawan diisi tanah sesudah dioven

d = cawan berlubang kosong setelah diisi tanah

Analisis Perhitungan : KAM = (b−a )−(c−d)

(c−d)x 100 %

Ctka Ø 2 mm

KAM = (72,433−20,885 )−(49,035−20,276)

(49,035−20,276)X 100 % = 75,03 %

d. Batas Berubah Warna

Tabel 4.1.8 Analisis Batas Berubah Warna

Ctka Ulangan a(gram) b(gram) c(gram)Hasil

(%)

Rata-

rataPengharkatan

Ø 0,5

mm

I

II

54,926

53,939

66,137

63,962

63,274

61,790

11,6

8,72

10,16

%

Sedang

Rendah

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan :

a = botol penimbang kosong

b = botol penimbang isi tanah sebelum dioven

c = botol penimbang isi tanah sedudah dioven

Analisis Perhitungan : BBW = (b−a)(c−a)

x 100 %

Page 38: LAPORAN ILMU TANAH2012

Jatikuwung

U

Ctka Ø 0,5 mm

I : 55,465−55,41155,411−54,926

X 100 % = 0,0540,465

X 100 % = 11,6 %

II:58,557−58,52958,529−58,208

X 100 % = 0,0280,321

X 100 % = 8,72%

Rata – rata: (11,6 + 8,72)% / 2 = 10,16%

7. Analisis pH Tanah

Tabel 4.1.9 Analisis pH Tanah di Fakultas Pertanian UNS

Ctka Ø 2 mm Pengharkatan

pH KCl I : 5,450 Rata – rata :

II : 5,527 5,488 %

Rendah

Rendah

pH H2O I : 6,121 Rata – rata :

II : 6,761 6,441 %

Rendah

Rendah

Sumber : Laporan Sementara

B. Jatikuwung

1. Deskripsi Lokasi

a. Daerah/lokasi : Jatikuwung

b. Hari/Tanggal Survey : Sabtu, 13 Oktober 2012

c. No. Profil/Pedon : Profil 3

d. Surveyor : Kelompok 44

e. Cuaca : Cerah

f. Arah Hadap : Barat

g. Letak Geografis : 7o31’5,1” LS 110o50’43,3” BT

h. Datum : WGS 1984

i. Tinggi Tempat : 168 m dpl

j. Geologi : Quarter Vulcanic Merapi

k. Cuaca : Cerah

l. Denah Lokasi :

Page 39: LAPORAN ILMU TANAH2012

Gambar 4.3 Denah Lokasi Profil / Pedon di Jatikuwung

Gambar 4.4 Profil / Pedon di Jatikuwung

2. Pencandraan Bentang Lahan

Tabel 4.2.1 Data Pencandraan Bentang Lahan di Jatikuwung

No. Deskripsi Keterangan

Page 40: LAPORAN ILMU TANAH2012

1. Lereng 11 % (sangat miring)

2. Arah 2800 barat

3. Panjang Lereng 11,15 m

4. Fisiologi Lahan Vulkanik

5. Genangan Tidak pernah (none)

6. Tutupan Lahan Rumput (Grass Herbaceous)

7. Geologi Quarter Vulcanic Merapi

8. Erosi Erosi alur

9 Tingkat Erosi Rendah

10. Batuan Permukaan Jumlahnya 15 – 50% dari luas permukaan,

jarak antar batuan kecil 0,3 m dan antar

batuan besar 0,5 m

11. Vegetasi Pohon Jati : 60 %

Rumput : 15 %

Perdu : 25 %

Sumber : Laporan Sementara

3. Penyelidikan Profil / Pedon Tanah

Tabel 4.2.2 Data Penyelidikan Profil / Pedon Tanah di Jatikuwung

No. Deskripsi Keterangan

1. Metode Observasi Irisan lereng (BC)

2. Jeluk / Solum Tanah

Kedalaman Lapisan Horison A1 : 0-25 cm

Horison A2 : 30-45 cm

Horison A3 : 45-60 cm

3. Batas Horizon

Ketegasan Batas Horizon

Topografi Batas Horizon

Horison A1 : Tajam

Horison A2 : Tajam

Horison A3 :

Horison A1 : Bergelombang

Horison A2 : Bergelombang

Page 41: LAPORAN ILMU TANAH2012

Horison A3 :

4. Perakaran

Ukuran Akar

Jumlah Akar

Horison A1 : Kasar

Horison A2 : Sedang

Horison A3 : Halus

Horison A1 : Banyak

Horison A2 : Biasa

Horison A3 : Sedikit

Sumber : Laporan Sementara

4. Sifat Fisik Tanah

Tabel 4.2.3 Data Sifat Fisika Tanah

No. Deskripsi Keterangan

1. Tekstur Tanah Horison A1 : Geluh debuan

Horison A2 : Geluh debuan

Horison A3 : Geluh lempung debuan

2.

Struktur Tanah

Tipe

Ukuran

Derajat

Horison A1 : Gumpal menyudut

Horison A2 : Gumpal membulat

Horison A3 : Gumpal membulat

Horison A1 : Halus

Horison A2 : Halus

Horison A3 : Sedang

Horison A1 : Kuat

Horison A2 : Sedang

Horison A3 : Sedang

3. Konsistensi Horison A1 : Kering, sangat keras

Horison A2 : Kering, sangat keras

Horison A3 : Kering, sangat keras

4. Warna Horison A1 : 4/2 7,5 YR brown

Horison A2 : 4/2 5 YR reddish gery

Page 42: LAPORAN ILMU TANAH2012

Horison A3 : 5/2 7,5 YR brown

5. Aerasi dan

Drainase

Horison A1 : Sangat baik

Horison A2 : Sangat baik

Horison A3 : Sedang

6. Penetrasi

Vertikal

Horizontal

Horison A1 : 2,5

Horison A2 : 3

Horison A3 : 2

Horison A1 : 2

Horison A2 : 2

Horison A3 : 2

Sumber : Laporan Sementara

5. Sifat Kimia Tanah

Tabel 4.2.4 Data Sifat Kimia Tanah

No. Deskripsi Keterangan

1.

Kemasaman

pH H2O

pH KCl

Horison A1 :

Horison A2 :

Horison A3 :

Horison A1 :

Horison A2 :

Horison A3 :

2. Bahan Organik Horison A1 : +++ (banyak)

Horison A2 : +++ (banyak)

Horison A3 : +++ (banyak)

3. Kadar Kapur Horison A1 : 0 (tidak ada reaksi)

Horison A2 : 0 (tidak ada reaksi)

Horison A3 : 0 (tidak ada reaksi)

4. Konsentrasi Horison A1 :

Horison A2 :

Page 43: LAPORAN ILMU TANAH2012

Horison A3 :

Sumber : Laporan Sementara

6. Analisis Lengas Tanah

a. Lengas Tanah Kering Angin

Tabel 4.2.5 Analisis Lengas Tanah Kering Angin

Ctka Ulangan a(gram)b(gram

)c(gram) Hasil(%) Rata-rata

Bongkahan I

II

51,155

54,179

65,602

68,253

64,853

67,500

5,5

5,75,6%

Ø 2 mm I

II

54,492

52,724

69,195

65,418

68,154

64,496

7,6

7,87,7%

Ø 0,5 mm I

II

56,588

52,292

67,514

63,512

66,944

62,915

5,5

5,65,55%

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan :

a = botol penimbang kosong

b = botol penimbang diisi 2/3 tinggi 2/3 botol penimbang

c = botol penimbang yang sudaj dioven

Analisis Perhitungan : Lengas Tanah Kering Angin = (b−a)(c−a)

x 100 %

Bongkah

I : (65,602−64,853)(64,853−51,155)

x100 %=5,5 %

II :(68,253−67,500)(67,500−54,179)

x100 %=5,7 %

Rata – rata: (5,5 + 5,7)% / 2 = 5,6 %

Ø 2 mm I : (69,195−68,154)(68,154−54,492)

x 100 %=7,6 %

II: (65,418−64,496)(64,496−52,724)

x 100 %=7,8 %

Page 44: LAPORAN ILMU TANAH2012

Rata – rata : (7,6 + 7,8)% / 2 = 7,7 %

Ø 0,5 mm I : (67,514−66,944 )(66,944−56,588)

x100 %=5,5 %

II: (63,512−62,915)(62,915−52,292)

x100 %=5,6 %

Rata – rata : (7,6 + 7,8)% / 2 = 7,7 %

b. Kapasitas Lapangan

Tabel 4.2.6 Analisis Kapasitas Lapangan

Ctka Ø2 mm a(gram)b(gram

)c(gram) Hasil(%) Rata-rata

I

II

52,587

52,729

64,509

62,660

60,171

60,254

57,19

31,9744,58%

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan :

a = botol penimbang kosong

b = botol penimbang isi tanah sebelum dioven

c = botol penimbang isi tanah sesudah dioven

Analisis Perhitungan : Kapasitas lapangan = (b−a)(c−a)

x 100 %

Ctka Ø 2 mm

I : (64,509−60,171)(60,171−52,587)

x100 %=57,19 %

II: (62,660−60,254)(60,254−52,729)

x 100 %=31,97 %

Rata – rata: (57,19 + 31,97)% / 2 = 44,58 %

c. Lengas Maksimum

Tabel 4.2.7 Analisis Lengas Maksimum

Ctkaa(gram

)b(gram)

c(gram

)

d(gram

)Hasil(%)

Ø 2 mm 19,983 77,170 53,921 19,858 67,88

Page 45: LAPORAN ILMU TANAH2012

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan :

a = cawan berlubang kosong sebelum diberi perlakuan apapun

b = cawan diisi tanah sebelum dioven

c = cawan diisi tanah sesudah dioven

d = cawan berlubang kosong setelah diberi tanah

Analisis Perhitungan : KAM = (b−a )−(c−d)

(c−d)x 100 %

Ctka Ø 2 mm

(77,170−19,983 )−(53,921−19,858)

(53,921−19,858)x100 %=67,88 %

d. Batas Berubah Warna

Tabel 4.2.8 Analisis Batas Berubah Warna

Ctka Ulangan a(gram) b(gram) c(gram)Hasil

(%)

Rata-

rataPengharkatan

Ø0,5mm I

II

51,152

54,487

51,790

54,957

51,712

54,917

13,92

9,311,61

Sedang

Rendah

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan :

a = botol penimbang kosong

b = botol penimbang isi tanah sebelum dioven

c = botol penimbang isi tanah sesudah dioven

Analisis Perhitungan : BBW ¿(b−a)(c−a)

x 100 %

Bongkah

I : (51,790−51,712)(51,712−51,152)

x 100 %=13,92 %

II: (54,957−54,917)(54,917−54,487)

x100 %=9,3 %

Rata – rata: (13,92 + 9,3)% / 2 = 11,61 %

7. Analisis pH Tanah

Page 46: LAPORAN ILMU TANAH2012

kampus Kantor Bupati

Monumen Pancasila

JumantonoStasiun Klimatologi

Rumah Kaca

sumur

lokasi

U

Tabel 4.2.9 Analisis pH Tanah di Jatikuwung

Ctka Ø 2 mm Pengharkatan

pH KCl I : 5,878 Rata – rata :

II : 5,896 5,887%

Rendah

Rendah

pH H2O I : 6,540 Rata – rata :

II : 6,544 6,542%

Rendah

Rendah

Sumber : Laporan Sementara

C. Jumantono

1. Deskripsi Lokasi

a. Daerah/lokasi : Desa Sukosari, Jumantono, Karanganyar

b. Hari/Tanggal Survey : Minggu, 14 Oktober 2012

c. No. Profil/Pedon : Profil 4

d. Surveyor : Kelompok 44

e. Cuaca : Berawan sebagian (PC)

f. Arah Hadap : 2400 arah tenggara

g. Letak Geografis : 70 37’ 49,9 0LS dan 1100 56’ 54,40 BT

h. Datum : WGS 1984

i. Tinggi Tempat : 192 m dpl

j. Geologi : Quarter Vulcanic Lawu

k. Cuaca : Berawan sebagian (PC)

l. Denah Lokasi :

Gambar 4.5 Denah Lokasi Profil / Pedon di Jumantono

Page 47: LAPORAN ILMU TANAH2012

Gambar 4.6 Profil / Pedon di Jumantono

2. Pencandraan Bentang Lahan

Tabel 4.3.1 Data Pencandraan Bentang Lahan di Jumantono

No. Deskripsi Keterangan

1. Lereng 5 % (agak miring)

2. Arah 2400 arah tenggara

3. Panjang Lereng 11,13 m

4. Fisiologi Lahan Miscellaneous

5. Genangan Tidak pernah (none)

6. Tutupan Lahan Crop cover

7. Geologi Quarter Vulcanic Lawu

8. Erosi Erosi permukaan

9 Tingkat Erosi Sedang

10. Batuan Permukaan

Jumlahnya < 0,1 % dari luas permukaan,

jarak antara batuan kecil > 8 m, dan antar

batuan besar sekitar 20 m

11. Vegetasi

Pohon Jati : 25%

Pohon mangga : 15%

Pohon singkong : 60%

Sumber : Laporan Sementara

3. Penyelidikan Profil / Pedon Tanah

Page 48: LAPORAN ILMU TANAH2012

Tabel 4.3.2 Data Penyelidikan Profil / Pedon Tanah di Jumantono

No. Deskripsi Keterangan

1. Metode Observasi Irisan lereng

2. Jeluk / Solum Tanah

Kedalaman Lapisan Horison A1 : 0 – 15 cm

Horison A2 : 15 – 30 cm

Horison A3 : 30 -50 cm

3. Batas Horizon

Ketegasan Batas Horizon

Topografi Batas Horizon

Horison A1 : Baur

Horison A2 : Baur

Horison A3 :

Horison A1 : Berombak

Horison A2 : Berombak

Horison A3 :

4. Perakaran

Ukuran Akar

Jumlah Akar

Horison A1 : Sedang

Horison A2 : Sedang

Horison A3 : Halus

Horison A1 : Banyak

Horison A2 : Biasa

Horison A3 : Sedikit

Sumber : Laporan Sementara

4. Sifat Fisik Tanah

Tabel 4.3.3 Data Sifat Fisika Tanah

No. Deskripsi Keterangan

1. Tekstur Tanah Horison A1 : Geluh debuan

Horison A2 : Lempung debuan

Horison A3 : Lempung debuan

2. Struktur Tanah

Tipe Horison A1 : Gumpal membulat

Page 49: LAPORAN ILMU TANAH2012

Ukuran

Derajat

Horison A2 : Gumpal membulat

Horison A3 : Gumpal membulat

Horison A1 : Sedang

Horison A2 : Kasar

Horison A3 : Kasar

Horison A1 : Lemah

Horison A2 : Sedang

Horison A3 : Sedang

3. Konsistensi Horison A1 : Lembab gembur

Horison A2 : Lembab teguh

Horison A3 : Lembab teguh

4. Warna Horison A1 : 4/6 7,5 YR strong brown

Horison A2 : 4/6 5 YR yellowish red

Horison A3 : 4/4 5 YR reddish brown

5. Aerasi dan

Drainase

Horison A1 : sangat baik

Horison A2 : sangat baik

Horison A3 : sangat baik

6. Penetrasi

Vertikal

Horizontal

Horison A1 : 1,5

Horison A2 : 1,5

Horison A3 : 1,5

Horison A1 : 3,5

Horison A2 : 4

Horison A3 : 4,5

Sumber : Laporan Sementara

5. Sifat Kimia Tanah

Tabel 4.3.4 Data Sifat Kimia Tanah

No. Deskripsi Keterangan

1. Kemasaman

pH H2O Horison A1 :

Page 50: LAPORAN ILMU TANAH2012

pH KCl

Horison A2 :

Horison A3 :

Horison A1 :

Horison A2 :

Horison A3 :

2. Bahan Organik Horison A1 : +++ (banyak)

Horison A2 : +++ (banyak)

Horison A3 : +++ (banyak)

3. Kadar Kapur Horison A1 : 0 (tidak ada)

Horison A2 : 0 (tidak ada)

Horison A3 : 0 (tidak ada)

4. Konsentrasi Horison A1 :

Horison A2 :

Horison A3 :

Sumber : Laporan Sementara

6. Analisis Lengas Tanah

a. Lengas Tanah Kering Angin

Tabel 4.3.5 Analisis Lengas Tanah Kering Angin

Ctka Ulangan a(gram)b(gram

)c(gram) Hasil(%) Rata-rata

Bongkahan I

II

52,242

39,113

65,170

49,703

63,230

48,024

17,66

18,8418,25%

Ø 2 mm I

II

52,532

55,646

65,365

70,012

64,279

68,815

9,24

9,099,165%

Ø 0,5 mm I

II

55,351

55,858

71,695

71,103

69,908

69,048

12,276

15,5813,928%

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan :

a = botol penimbang kosong

b = botol penimbang diisi 2/3 tinggi botol penimbang

c = botol penimbang yang sudah dioven

Page 51: LAPORAN ILMU TANAH2012

Analisis Perhitungan : Kadar Lengas Tanah = (b−a)(c−a)

x 100 %

Nilai (c - a) = berat contoh tanah kering mutlak (ctkm)

Bongkah

I : 65,170 – 63,230 x 100% = 17,66 %

63,320 – 52,242

II: 49,703 – 48,024 x 100 % = 18,84 %

48,024 – 39,113

Rata – rata: (17,66 + 18,84)% / 2 = 18,25 %

Ø 2 mm I : (65,365−64,279)(64,279−52,532)

x100 %=9,24 %

II : (70,012−68,815)(68,815−55,646)

x100 %=9,09 %

Rata – rata : (9,24 + 9,09)% / 2 = 9,165 %

Ø 0,5 mm I : (65,170−63,230)(63,230−52,242)

x100 %=17,66 %

II : (49,703−48,024)(48,024−39,113)

x100 %=18,84 %

Rata – rata : (17,66 + 18,84)% / 2 = 13,928 %

b. Kapasitas Lapangan

Tabel 4.3.6 Analisis Kapasitas Lapangan

Ctka Ø 2 mm a(gram) b(gram

)

c(gram) Hasil(%) Rata-rata

I

II

55,643

51,967

65,363

61,802

63,056

59,640

31,12

28,1829,65%

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan :

a = botol penimbang kosong

b = botol penimbang isi sebelum dioven

c = botol penimbang isi sesudah dioven

Analisis Perhitungan : Kapasitas Lapangan = (b−a)(c−a)

x 100 %

Page 52: LAPORAN ILMU TANAH2012

Ctka Ø 2 mm

I : (65,363−63,056)(63,056−55,643)

x100 %=31,12 %

II: (61,802−59,640)(59,640−51,967)

x100 %=28,18 %

Rata – rata: (31,12 + 28,18)% / 2 = 29,65 %

c. Lengas Maksimum

Tabel 4.3.7 Analisis Lengas Maksimum

Ctkaa(gram

)b(gram)

c(gram

)

d(gram

)Hasil(%)

Ø 2 mm 24,427 75,153 52,740 23,759 75,031

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan :

a = cawan berlubang kosong belum diberi perlakuan apapun

b = cawan diisi tanah sebelum dioven

c = cawan diisi tanah sesudah dioven

d = cawan berlubang kosong setelah sebelumnya diisi tanah

Analisis Perhitungan : KAM = (b−a )−(c−d)

(c−d)x 100 %

Ctka Ø 2 mm

(75,153−24,427 )−(52,740−23,759)(52,740−23,759)

x100 %=75,03 %

d. Batas Berubah Warna

Tabel 4.3.8 Analisis Batas Berubah Warna

Ctka Ulangan a(gram) b(gram) c(gram)Hasil

(%)

Rata-

rataPengharkatan

Ø0,5mm I

II

53,800

19,058

54,477

19,644

54,398

19,577

13,21

11,5712,39

Sedang

Sedang

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan :

a = botol penimbang kosong

Page 53: LAPORAN ILMU TANAH2012

b = botol isi tanah sebelum dioven

c = botol isi tanah sesudah dioven

Analisis Perhitungan : BBW = (b−a)(c−a)

x 100 %

Bongkah

I : (54,477−54,398)(54,398−53,800)

x100 %=13,21 %

II: (19,644−19,577)(19,577−19,058)

x 100 %=11,57%

Rata – rata: (13,21 + 11,57)% / 2 = 12,39 %

7. Analisis pH Tanah

Tabel 4.3.9 Analisis pH Tanah di Jumantono

Ctka Ø 2 mm Pengharkatan

pH KCl I : 5,345 Rata – rata :

II : 5,916 5,6305 %

Rendah

Rendah

pH H2O I : 6,660 Rata – rata :

II : 7,255 6,9575 %

Rendah

Rendah

Sumber : Laporan Sementara

Page 54: LAPORAN ILMU TANAH2012

V. PEMBAHASAN

A. Fakultas Pertanian UNS

1. Pencandraan Bentang Lahan

Pengamatan yang dilakukan di belakang sekitar kantin Fakultas

Pertanian UNS dalam bentuk profil pada saat itu cuacanya cerah. Profil

ini terletak pada 7 33’ 36,4” LS dan 110 51’ 30,2 ” BT yang terletak

pada ketinggian 135 m dpl. Profil ini memiliki kemiringan lereng

sebesar 2% (hampir datar). Bentuk lahan pada profil ini adalah

miscellaneous atau memiliki kode ”x” yang berarti merupakan hasil

dari kegiatan manusia sebab sebagian besar tanah yang ada di UNS

adalah tanah timbunan. Tanah dari daerah lain ditimbun di daerah ini.

Genangan atau banjir yang terjadi pada profil ini tidak pernah

(NO). Sedangkan tutupan lahannya sebagian besar adalah rumput.

Vegetasinya berupa rumput, pohon jati, angsana dan akasia. Tingkat

erosi yang terjadi pada profil ini adalah erosi permukaan dengan tingkat

bahaya erosinya rendah. Erosi yang rendah disebabkan karena

banyaknya vegetasi yang tumbuh seperti rumput,semak, dan pohon-

pohon berkayu. Vegetasi tersebut mengurangi pecahnya agregat-agregat

Page 55: LAPORAN ILMU TANAH2012

tanah saat terkena air atau erosi. Vegetasi yang ada dengan perakaran

yang kuat dan banyak mampu mencengkeram tanah untuk menahan

air, sehingga tidak terjadi erosi.

Fragmen batuan yang ada disini terletak pada kelas 1 yaitu

jumlahnya kurang dari 0,1% dari luas permukaan sedangkan jarak antar

batuan kecil lebih dari 8 m dan antara batuan besar sekitar 20 m.

Sedangkan geologinya berkode QA.

2. Sifat Fisika Tanah

Pada saat penagamatan profil mempunyai 2 lapisan, lapisan I

memilki kedalaman 0 – 10 cm dan lapisan II kedalamannya 10 – 15.

Batas horison pada lapisan I dan II. Bentuk batas antar lapisan

keseluruhan adalah rata dengan sedikit atau beraturan. Jumlah

perakaran pada lapisan I banyak tidak terlalu mendominasi, yaitu

mempunyai ukuran > 5 mm dan mempunyai ukuran yang sangat kasar

dan pada lapisan II jumlahnya biasa ukuran akarnya sangat halus

(kurang dari 1 mm). Perbedaan daya tembus akar antara tanaman yang

satu dengan yang lainnya memperlihatkan perbedaan banyak akar dan

ukuran dalam setiap lapisan. Akar-akar tanaman menembus lapisan

tanah untuk mencari unsur hara dan air yang dibutuhkan. Pada lapisan I,

terdapat banyak akar karena vegetasi rumput yang mendominasi lahan

dan daya tembus akar rerumputan tersebut hanya mencapai lapisan I

sedangkan pohon yang lain mampu menembus lapisan tanah hingga ke

bawah.

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga golongan besar

tanah dalam satu massa tanah yaitu fraksi pasir (sand), debu (salt) dan

lempung (clay). Pada lapisan I tekstur tanahnya bersifat pasir (S) dan

lapisan II bersifat pasir geluhan (LS). Tekstur ini diamati dengan cara

membasahi tanah dengan air lalu di pijit-pijit dan dipirit atau dipilin.

Diamati kemapuan seberapa panjang setiap sampel saat dapat dibentuk

silinder menyerupai pita. Jika sampel tidak dapat digulung maka dapat

dipastikan bahwa tekstur tanah adalah pasir. Tekstur tanah menentukan

Page 56: LAPORAN ILMU TANAH2012

tata air dalam tanah seperti infiltrasi, penetrasi, dan kemampuan

pengikatan tanah terhadap air. Tanah di UNS tektur tanahnya di

dominasi oleh pasir sehingga jika terjadi erosi, tanah mudah terbawa

oleh air. Erosi merupakan faktor yang mampu mengubah tekstur tanah.

Struktur tanah adalah bentukan yang terjadi secara alami yang

tersusun oleh partikel – partikel tanah menjadi agregat tanah hasil dari

proses pedogenesis. Hal yang diamati dalam penentuan struktur ini

adalah tipe, ukuran dan derajad struktur. Jika dilihat dari tipenya tanah

di FP UNS pada lapisan I tipe gumpal membulat dengan ukuran

yang kasar dan derajat yang lemah dan Lapisan II tipe gumpal

menyudut dengan ukuran yang sangat kasar dan derajatnya lemah juga.

Struktur tanah di UNS dan teksturnya yaitu dominasi pasir yang remah

menentukan drainase tanah. Sub soil yang ada di UNS dapat

dimanfaatkan untuk jalan, saluran air, mendirikan bangunan, maupun

bendungan air. Perbandingan antara bahan padat dan ruang pori tanah

entisol yang ada di UNS kurang lebih seimbang, sehingga dapat

ditumbuhi berbagai macam tanaman. Perbandingan yang cukup

seimbang tersebut mencukupi pertumbuhan akar.

Konsistensi merupakan derajad ketahanan tanah dari perubahan

bentuk atau perpecahan oleh tekanan yang dipengaruhi kohesi dan

adhesi. Tekanan yang dilakukan dengan cara memeras, memijit, dan

memirit tanah dalam keadaan yang sebenarnya. Pada tanah yang

lembab uji konsistensi dilakukan dengan mencoba meremukkan massa

tanah dengan telapak tangan, apakah gembur ataukah partikel tanah

cukup saling melekat dalam gumpalan tegyh. Pada tanah entisol ini

kondisi tanahnya dari lapisan I – II adalah lembab. Lapisan I dan

lapisan II mempunyai kategori gembur. Gembur memiliki arti dengan

sedikit tekanan antara ibu jari dan telunjuk dapat hancur.

Ketahanan penetrasi atau sering disebut uji penetrometer

merupakan uji mengenai kekuatan mekanik tanah khususnya daya

topang statistika. Alat yang digunakan adalah penetrometer dengan

Page 57: LAPORAN ILMU TANAH2012

satuan kg/cm2. Ada 2 cara pengujiannya, dengan cara horisontal dan

vertikal. Pada vertikal ukurannya 3,5 kg/cm2. Jika pada horisontal,

pengukurannya per lapisan. Lapisan I adalah 3 kg/cm2 dan lapisan II

adalah 3,5 kg/cm2. Satuan kg/cm2 diartikan bahwa setiap 1 cm2 tanah

mampu menopang beban seberat 1 kg.

Warna tanah adalah salah satu sifat tanah yang dengan mudah

dilihat /diamati. Warna tanah digunakan untuk menaksir tingkat

pelapukan yang terjadi (semakin merah warnanya semakin lanjut

pelapukan tanahnya). Penentuan warna tanah menggunakan Buku

Standar Warna Tanah Munsell (MSCC) yang terdiri dari nilai hue,

value, dan chroma. Lapisan I warnanya 7.5 YR 3/3 dan lapisan II

warnanya 10 YR 4/4. Warna tanah hampir merupakan ukuran yang

tidak langsung mengenai sifat dan mutu tanah, serta bersifat

menggantikan ciri-ciri penting lain yang sukar diamati. Pada lapisan top

soil di UNS yang berwarna dark gray atau berwarna kelam dipengaruhi

oleh kadar bahan organik yang banyak. Makin stabil bahan organik

makin tua warna tanahnya.

3. Sifat Kimia Tanah

Pengukuran tingkat aerasi dan drainase dilakukan dengan

metode reaksi reduksi dan oksidasi yang terjadi pada tanah. Untuk

mengetahui baik buruknya aerasi dan drainase tanah dapat dilakukan

dengan menetesi 2 sampel tanah dengan larutan HCL 1,2 N. 2 sampel

tanah, satu ditetesi KCNS 10%, yang satunya ditetesi K3Fe(CN)6 0,5%.

Drainasi tanah adalah kecepatan perpindahan air dari satu bidang ke

bidang yang lain, baik berupa run off maupun peresapan air ke dalam

tanah. Sedangkan aerasi berkaitan dengan persediaan udara tanah.

Persediaan udara pada tanah berkaitan dengan struktur dan tekstur tanah

di UNS yaitu dominasi pasiran yang memiliki cukup pori-pori tanah

untuk persediaan dan pertukaran udara sehingga pada lapisan I dan II

aerasi dan drainase tanahnya baik, karena saat pengamatan sampel

mengandung warna merah nyata disertai hijau.

Page 58: LAPORAN ILMU TANAH2012

PH tanah merupakan indikator yang terjadi di dalam tanah. PH

tanah menyatakan reaksi asam basa dalam tanah , pH yang diamati

adalah pH aktual (pH H2O) yang menyatakan kemasaman aktif (jumlah

ion H+ dalam larutan pH) dan pH potensial (pH KCl) yang menyatakan

kemasaman cadangan (jumlah ion H+ dalam larutan dan yang terserap di

komplek pertukaran). Pada pH H2O untuk lapisan I dan lapisan II

menunjukan 7 bersifat netral. Pada pH KCl lapisan I dan lapisan II

adalah 56 yang berarti bersifat masam. Penggunaan pH aktual lebih

baik daripada penggunaan pH potensial. pH yang tergolong masam di

kampus UNS disebabkan adanya dekomposisi bahan organik dan

adanya humus dan letak kampus UNS yang tidak terletak pada

pegunungan kapur.

Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam

tanah karena bahan organik merupakan sumber sekaligus sebagai

penyangga dari kesuburan tanah. Pada lapisan I dan lapisan II

kandungan bahan organiknya banyak (+++). Pada lapisan I dan II

terdapat banyak bahan organik karena cukup banyaknya terdapat

tanaman. Begitu Bahan-bahan organik dari tanaman tersebut jatuh dan

terdekomposisi di permukaan tanah dan permukaan tanah di kampus

UNS tidak diolah sebagai lahan budidaya tanaman tertentu maka

kandungan bahan organik tidak hilang.

Selain kadar bahan organik tanah yang dapat diindikasikan

sebagai tingkat kesuburan tanah, kadar kapur dalam tanah juga

dianalisis sebagai indikasi tingkat kandungan kapur yang bisa

mempengaruhi reaksi kimia dalam tanah. Pengaruh kapur terhadap

tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat tanah, pengikatan

hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan dengan

kegiatan biologi dalam tanah. Pada lapisan I dan lapisan II kandungan

kapurnya tidak ada.

Dalam profil ini konsentrasi tidak ditemukan pada seluruh

lapisan. Kemungkinan atas tidak ditemukannya konsentrasi adalah

Page 59: LAPORAN ILMU TANAH2012

tempat profil dan dilakukannya pengeprasan pada tanah yang tidak

memiliki konsentrasi.

4. Analisis Lengas Tanah

Kadar lengas adalah kandungan uap air dalam pori tanah. Tanah

entisol memiliki kandungan lempung yang sedikit dan di dominasi oleh

pasiran. Sehingga memiliki kadar lengas yang rendah, lengas maksimum,

maupun kapasitas lapang yang rendah. Dalam pengamatan diperolah data

jumlah kadar lengas tanah entisol ctka 0,5 mm.... dan ctka 2 mm. ....

Sedangkan lengas maksimum..... dan kapasitas lapang ..... hal tersebut juga

berpengaruh pada batas berubah warna yang cenderung juga rendah. Dari

pengamatan diperoleh batas berubah warna ....

5. Kesimpulan

a. Profil pada FP UNS terletak pada 7 33’ 36,4” LS dan 110 51’ 30,2 ” BT

yang terletak pada ketinggian 135 m dpl.

b. Landform di FP UNS adalah miscellaneous pada kemiringan 2%,

merupakan tanah hasil penimbunan dari tanah lain.

c. Genangan atau banjir yang terjadi di sekitar lokasi tidak pernah (NO).

Sedangkan tutupan lahannya sebagian besar adalah rumput

d. Tingkat erosi yang terjadi pada profil ini adalah erosi permukaan dengan

tingkat bahaya erosinya rendah.

e. Fragmen batuan yang ada terletak pada kelas 1 yaitu jumlahnya kurang

dari 0,1% dari luas permukaan sedangkan jarak antar batuan kecil lebih

dari 8 m dan antara batuan besar sekitar 20 m.

f. Tanah di UNS tektur tanahnya di dominasi oleh pasir sehingga jika terjadi

erosi, tanah mudah terbawa oleh air

g. Jika dilihat dari tipenya tanah di FP UNS pada lapisan I tipe gumpal

membulat dengan ukuran yang kasar dan derajat yang lemah dan

Lapisan II tipe gumpal menyudut dengan ukuran yang sangat kasar dan

derajatnya lemah juga.

Page 60: LAPORAN ILMU TANAH2012

h. Pada pengamatan profil kondisi tanahnya dari lapisan I – II adalah

lembab. Lapisan I dan lapisan II mempunyai kategori gembur

i. Lapisan I warnanya 7.5 YR 3/3 dan lapisan II warnanya 10 YR 4/4.

j. aerasi dan drainase pada tanah entisol cenderung baik, karena saat

pengamatan sampel mengandung warna merah nyata disertai hijau.

k. pH yang tergolong masam di kampus UNS disebabkan adanya

dekomposisi bahan organik dan adanya humus dan letak kampus UNS

yang tidak terletak pada pegunungan kapur

d. Tidak terdapat horison akan tetapi terdapat lapisan karena tanah belum

mengalami perkembangan.

B. Jatikuwung (Tanah Vertisol)

1. Pencandraan Lingkungan

Pengamatan yang dilakukan di Jatikuwung pada saat itu cuacanya

cerah (SU). Profil ini terletak pada 7o 31’ 5,6” LS dan 110o 50’ 42” BT

yang terletak pada ketinggian 144 m dpl. Profil ini memiliki kemiringan

lereng sebesar 28% (agak curam). Bentuk lahan pada profil ini adalah

Miscellanous. Genangan atau banjir yang terjadi pada profil ini tidak

pernah (NO). Sedangkan tutupan lahannya sebagian besar adalah rumput,

vegetasinya berupa rumput, jati, mangga, dll. Tingkat erosi yang terjadi

pada profil ini adalah erosi permukaan dengan tingkat bahaya erosinya

rendah. Fragmen batuan yang ada disini terletak pada kelas 4. Jumlah

batuan antara 50-90% dari luas permukaan; jarak antar batuan kecil lebih

dari 0,3 m dan antar batuan besar sekitar 0,5 m.

2. Sifat Fisika Tanah

Pedon diamati dengan metode lubang besar terbuka atau galian.

Tanah yang di amati di Jatikuwung termasuk tanah Vertisol. Tanah

Vertisol merupakan tanah yang telah mengalami perkembangan. Pada

saat pengamatan pedon ditemukan 4 horison. Horison A memilki

kedalaman 0 – 28 cm. Sedangkan Horison B1 kedalamannya 28 – 55 cm,

horison B2 kedalamannya 55 – 94 cm dan pada horison B3

kedalamannya 94–115 cm. Pada profil ini batas – batas horisonnya

Page 61: LAPORAN ILMU TANAH2012

memiliki ketegasan antar horison memiliki urutan sangat tajam, tajam,

berangsur, dan terakhir baur. Topografi pada pedon ini untuk horizon A

dan horizon B1 yaitu rata atau smooth, sedangkan untuk horizon B2 dan

horizon B3 yaitu berombak (wavy). Untuk ukuran perakaran pada

horison A halus, yaitu mempunyai ukuran 1-< 2 mm dan mempunyai

jumlah banyak, pada horison B1 perakarannya sangat halus dengan

jumlah biasa, sedangkan horizon B2 dan horizon B3 perakarannya sedikt

dengan ukuran yang sangat halus.

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga golongan besar

tanah dalam satu massa tanah yaitu fraksi pasir (sand), debu (salt) dan

lempung (clay). Pada horison A tekstur tanahnya bersifat debu, Horison

B1 geluh lempung debuan, horison B2 bersifat lempung pasiran, dan

horison B3 geluh lempung pasiran. Tekstur ini diamati dengan cara

membasahi tanah dengan air lalu di pijit-pijit dan dipirit atau dipilin.

Tekstur suatu horison tanah merupakan sifat yang hampir tidak

mengalami perubahan, berlainan dengan struktur dan konsistensi.

Memang kadang-kadang didapati perubahan lapisan itu sendiri

dikarenakan dipendahkannya satu lapisan permukaan atau

berkembangnya lapisan permukaan yang baru. Tekstur tanah berperan

dalam mengatur tata letak air, penetrasi, dan kemampuan mengikat air.

Tanah di Jatikuwung yang dominasinya bertekstur lempung ini daya

pengikatan terhadap air lebih baik daripada tanah yang bertekstur pasir.

Penggumpalan tanah sangat mudah pada tanah lempung seperti yang ada

di Jatikuwung. Lempung pada tanah ini mengkilat.

Struktur tanah adalah bentukan yang terjadi secara alami yang

tersusun oleh partikel – partikel tanah menjadi agregat tanah hasil dari

proses pedogenesis. Hal yang diamati dalam penentuan struktur ini

adalah tipe, ukuran dan derajad struktur. Jika dilihat dari tipenya tanah

diprofil 1 memiliki tipe yang berbeda antara lapisan satu dengan yang

lain. Pada keseluruhan horison memiliki struktur gumpal membulat, akan

tetapi ukuran struktur horizon A adalah halus, horizon B1 adalah sedang,

Page 62: LAPORAN ILMU TANAH2012

horizon B2 adalah sangat halus, dan horizon B3 adalah halus. Derajat

struktur secara keseluruhan kuat. Tipe gumpal mempunyai ukuran

agregat vertikal horizontal sama besar. Kersai atau granular berbentuk

butir-butir lepas yang dapat dibedakan lagi atas kelas-kelas seperti

pembagian kelas pada tipe remah. Struktur tanah menentukan sifat dan

keadaan tanah seperti pergerakan air, lalulintas panas, aerasi. Pengamatan

struktur tanah akan lebih sulit pada tanah yang sudah mengalami

pengolahan. Pada lokasi jatikuwung tanah tidak diolah sebagai lahan

budidaya tanaman tertentu atau tidak digunakan sebagai lahan tegal.

Konsistensi merupakan derajad ketahanan tanah dari perubahan

bentuk atau perpecahan oleh tekanan yang dipengaruhi kohesi dan

adhesi. Tekanan yang dilakukan dengan cara memeras, memijit, dan

memirit tanah dalam keadaan yang sebenarnya. Pada kondisi pedon ini

tanahnya dari horison A, horison B1, horison B2 dan horison B3 adalah

lembab. Secara keseluruhan horison konsistensinya sangat teguh.

Pentingnya konsistensi tanah adalah untuk menentukan sistem dan

metode pengolahan tanah tersebut, penggarapan tanah yang efisien, dan

penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan.

Ketahanan penetrasi atau sering disebut uji penetrometer

merupakan uji mengenai kekuatan mekanik tanah khususnya daya topang

statistika. Alat yang digunakan adalah penetrometer dengan satuan

kg/cm2. Ada 2 cara pengujiannya, dengan cara horisontal dan vertikal.

Pada vertikal ukurannya 3 kg/cm2. Jika pada horisontal, pengukurannya

per lapisan. Horison A adalah 3.1 kg/cm2, horison B1 adalah 3,25 kg/cm2,

horison B2 adalah 3,5 kg/cm2, dan horison B3 adalah 3.8 kg/cm2. Tanah

dengan derajat struktur yang kuat memiliki ketahanan penetrasi yang

besar. Pada lokasi Jatikuwung, lempung sedikit menghambat penetrasi

air dan akar karena ukuran lempung yang berupa koloid kurang dari 1

mikron, pori-pori tanah tidak sebanyak tanah bertekstur pasir.

Warna tanah adalah salah satu sifat tanah yang dengan mudah

dilihat /diamati. Warna tanah digunakan untuk menaksir tingkat

Page 63: LAPORAN ILMU TANAH2012

pelapukan yang terjadi (semakin merah warnanya semakin lanjut

pelapukan tanahnya). Penentuan warna tanah menggunakan Buku

Standar Warna Tanah Munsell (MSCC) yang terdiri dari nilai hue, value,

dan chroma. Urut dari horison A sampai horison B3 adalah 10 YR 3/2,

10 YR 5/4, 10 YR 5/4, dan 10 YR 4/3. Warna tanah pada lokasi

Jatikuwung didominasi oleh gray atau kelabu yaitu warna lempung pada

umumnya. Pada umumnya warna tanah mempunyai hubungan dengan

oksid-besi yang tak terhidratasi. Karena oksid besi yang terhidratasi

relatif tidak stabil dalam keadaan lembab. Tanah yang berwarna gelap

atau gray biasanya menunjukan aerasi dan drainase yang tidak begitu

baik.

3. Sifat Kimia Tanah

Pengukuran tingkat aerasi dan drainase dilakukan dengan metode

reaksi reduksi dan oksidasi yang terjadi pada tanah. Untuk mengetahui

baik buruknya aerasi dan drainase tanah dapat dilakukan dengan

menetesi 2 sampel tanah dengan larutan HCL 1,2 N. 2 sampel tanah, satu

ditetesi KCNS 10%, yang satunya ditetesi K3Fe(CN)6 0,5%. Pada horison

A sampai horizon B3 urutan oksidasi dan reduksinya sedang, buruk,

sangat buruk.

PH tanah merupakan indikator yang terjadi di dalam tanah. pH

tanah menyatakan reaksi asam basa dalam tanah , pH yang diamati

adalah pH aktual (pH H2O) yang menyatakan kemasaman aktif (jumlah

ion H+ dalam larutan pH) dan pH potensial (pH KCl) yang menyatakan

kemasaman cadangan (jumlah ion H+ dalam larutan dan yang terserap di

komplek pertukaran). Untuk pH H2O pada horison A adalah 7 , horison

B1 adalah 6, horison B2 adalah 7, dan horison B3 adalah 6. sedangkan

pada pH KCl (potensial) untuk semua horison adalah 6. Penentuan pH

berfungsi untuk klasifikasi tanah dan pemetaan tanah serta menaksir

lanjut tidaknya perkembangan tanah kaitannya untuk lahan pertanian.

Tanah yang telah berkembang lanjut, seperti tanah vertisol di

Jatikuwung, mempunyai pH yang rendah. pH yang masam dipengaruhi

Page 64: LAPORAN ILMU TANAH2012

juga pertumbuhan tanaman yang ada. pH tanah hanya merupakan ukuran

intensitas kemasaman tanah, bukan kapasitas jumlah unsur hara.

Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam

tanah karena bahan organik merupakan sumber sekaligus sebagai

penyangga dari kesuburan tanah. Pada horison A kandungan bahan

organiknya sangat banyak (++++) karena vegetasi yang menghasilkan

bahan organik untuk tanah serta tanah yang tidak diolah, tanah tidak

digunakan untuk penanaman tanaman pertanian, sehingga kandungan

bahan organik masih utuh. Pada horison B1 kandungan BO cukup

banyak, horison B2 sedikit, dan B3 kadar bahan organik sangat sedikit.

Hal ini mengindikasikan jika aerasi dan drainase lahan tersebut menurun

seiring kedalaman lapisan.

Selain kadar bahan organik tanah yang dapat diindikasikan

sebagai tingkat kesuburan tanah, kadar kapur dalam tanah juga dianalisis

sebagai indikasi tingkat kandungan kapur yang bisa mempengaruhi

reaksi kimia dalam tanah. Pengaruh kapur terhadap tanah dapat meliputi

proses pembentukan agregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan

parameter tanah lain yang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam

tanah. Pada pedon ini kandungan kapur semua horison tidak ada.

Pengaruh kapur adalah pembentukan agregat tanah, pengikatan hara oleh

tanah, dan kegiatan biologi yang lain di dalam tanah. Penentuan kadar

kapur secara kualitatif yaitu dengan mengamati buih yang timbul setelah

ditetesi dengan larutan HCl 10%. Dan dalam pedon ini tidak ditemukan

konsentrasi,

4. Analisis Lengas Tanah

Pada tanah di jatikuwung yang merupakan tanah vertisol,

memiliki kadar lengas yang tinggi. Hal tersebut disebabkan tanah vertisol

memiliki pori mikro yang baik. Pada pengamatan, jumlah rata-rata kadar

lengas untuk ctka 0,5 mm adalah 11,34%, sedangkan ctka 2 mm adalah

11,72 %. Hal tersebut menunjukkan semakin besar diameter partikel

tanah, semakin besar pula kadar lengasnya. Untuk kadar lengas

Page 65: LAPORAN ILMU TANAH2012

maksimum menunjukan 58,53 %, artinya tanah tersebut dapat menyerap

tanah dengan baik. Berpengaruh juga pada kapasitas lapang yaitu 70,29

%. Maksudnya kandungan maksimum tanah dalam menyimpan air sangat

besar. Untuk batas berubah warna menunjukan 15, 36 %. Pada

pengamatan ini, ada penyimpangan dalam hal batas berubah warna.

Karena tanah vertisol harusnya memiliki harkat yang tinggi, sedang data

yang diperoleh adalah harkat yang rendah. Kesalahan ini bisa disebabkan

dalam kurang telitinya pengamatan saat praktikum.

5. Kesimpulan

a. Pengamatan pedon terletak pada 7o 31’ 5,6” LS dan 110o 50’ 42” BT

yang terletak pada ketinggian 144 m dpl.

b. Lokasi memiliki kemiringan lereng sebesar 28% (agak curam).

Bentuk lahan pada profil ini adalah Miscellanous.

c. Genangan atau banjir tidak pernah pernah terjadi (NO). Sedangkan

tutupan lahannya sebagian besar adalah rumput, vegetasinya berupa

rumput, jati,

d. Tingkat erosi yang terjadi pada pedon adalah erosi permukaan

dengan tingkat bahaya erosinya rendah.

e. Fragmen batuan yang ada disini terletak pada kelas 4. Jumlah batuan

antara 50-90% dari luas permukaan; jarak antar batuan kecil lebih

dari 0,3 m dan antar batuan besar sekitar 0,5 m.

f. Tanah di Jatikuwung yang dominasinya bertekstur lempung ini daya

pengikatan terhadap air lebih baik daripada tanah yang bertekstur

pasir.

g. Warna tanah pada lokasi Jatikuwung didominasi oleh gray atau

kelabu yaitu warna lempung pada umumnya.Tanah yang berwarna

gelap atau gray biasanya menunjukan aerasi dan drainase yang tidak

begitu baik.

h. Tanah yang telah berkembang lanjut, seperti tanah vertisol di

Jatikuwung, mempunyai pH yang rendah.

Page 66: LAPORAN ILMU TANAH2012

C. Jumantono (Tanah Alfisol)

1. Pencandraan Bentang Lahan

Pengamatan pencandraan bentang lahan dengan cara

pengidentifikasian lahan yang dilaksanakan di Jumantono, Karanganyar.

Fisiografi yaitu pencandraan tentang genesis tanah dan evolusi bentuk

tanah. Fisiografi lahan di Jumantono yaitu Miscellaneous yang berarti

tanah tersebut merupakan hasil perombakan manusia. Letak geografis 70

37’ 49,8’’ LS 1100 56’ 54,2’’ BT.

Kemiringan lahan yang diamati mempunyai kemiringan 6 % yang

berarti agak miring. Kemiringan lereng diukur dengan klinometer. Cara

kerja alat ini atau penggunaan klinometer yaitu harus dilakukan oleh dua

orang yang mempunyai tinggi badan yang sama, sehingga seimbang.

Orang yang satu berada di tempat yang tinggi, dan yang satu berada di

tempat yang lebih rendah. Posisi orang yang membawa klinometer

berada di tempat yang tinggi, kemudian salah satu mata memandang atau

melihat teman yang berada di tempat rendah dan mata satunya lagi

melihat klinometer secara bersama kemudian mencatat angka

kemiringannya. Arah kiblat pedon adalah Barat. Timbulan mikro pada

lahan ini yaitu antropogen karena dapat dilihat adanya campur tangan

manusia yang dibuktikan adanya penggunaan lahan untuk tegal.

Di Jumantono batuan permukaan jumlahnya kurang dari 0,1%

dari luas permukaan yang berarti jarak antar batuan kecil lebih dari 8m

dan antar batuan besar sekitar 20 m. Hal tersebut karena lahan datar dan

erosi permukaan bebas. Letak daerah Jumantono yang tinggi dibanding

Solo, Sragen dan sekitarnya. Apabila hujan partikel tanah akan terbawa

arus air ke bawah. Sistem hidrologi atau keadaan perairan di lokasi

praktikum adalah bebas genangan dan bebas banjir. Hal ini juga

dikarenakan banyaknya akar tumbuhan sehingga air mudah menembus

tanah ke bawah tidak tertahan dalam pori-pori tanah.

2. Sifat Fisika Tanah

Page 67: LAPORAN ILMU TANAH2012

Pada profil yang diamati mempunyai jeluk mempan kurang lebih

60 cm yang berarti dalam. Tanah alfisols pada profil, terdiri atas 3

horison. Tanah di Jumantono merupakan tanah yang mengalami

perkembangan. Sedang kedalaman horison A1 0-18 cm, horison A2 18-

43 cm, dan horison A3 43-60 cm. Tidak terdapatnya horison O

dikarenakan tanah alfisols Jumantono [ada permukaannya telah

mengalami pengolahan yang dilakukan manusia, misal untuk budidaya

tanaman palawija maupun tanaman musiman, sehingga bahan-bahan

organik pada permukaan tanah tidak dapat terdekomposisi dengan

sempurna

Pada profil ini tidak terdapat bebatuan di setiap lapisan. Gleisasi

pada profil ini adalah bebas yang berarti bebas proses pembentukan tanah

sebagai akibat tereduksinya tanah karena tergenang dalam waktu yang

cukup lama. Untuk mengetahui batas-batas lapisan ada beberapa cara,

yaitu dengan pengamatan perbedaan warna, menusuk-nusuk tanah

dengan ujung belati / memukul-mukul pangkal belati pada profil tanah.

Ketegasan antar semua horison adalah baur dengan bentuk rata.

Sedangkan topografi atau bentuk lahan semua horison adalah rata.

Pada profil ini perakaran dijumpai pada lapisan tertentu. Horison

A1 jumlahnya cukup banyak dan ukurannya sedang, horison A2

jumlahnya biasa dengan ukuran halus, dan horison A3 jumlahnya sedikit

dengan ukuran sangat halus. Kondisi perakaran semakin ke bawah

lapisan semakin sedikit karena daya tembus akar dalam tanah dan

kemmapuan kar tumbuhan menyerap air dan unsur hara (humus)

semakin berkurang, dan unsur hara paling banyak terdapat di lapisan I.

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga golongan besar

tanah dalam satu massa tanah yaitu fraksi pasir (sand), debu (salt) dan

lempung (clay). Semua lapisan mempunyai tekstur geluhlempung pasiran

(silty clay loam). Berbagai tekstur tanah mempengaruhi besar kecilnya

daya serap tanah terhadap air atau kapasitas tanah dalam menjerap air.

Page 68: LAPORAN ILMU TANAH2012

Tekstur juga mempengaruhi terjadinya pertukaran ion dan reaksi kimia

dalam tanah.

Tekstur ini diamati dengan cara membasahi tanah dengan air lalu

di pijit-pijit dan diraba. Pasir terasa kasar, debu terasa licin dan lempung

terasa lengket dan liat. Semakin dalam lapisan tanah, tekstur semakin liat

karena adanya proses pelapukan dari bahan induk yang menghasilkan

lempung. Tekstur tanah yang serasi akan memungkinkan kesuburang

tanah. Akan dihasilkan tanah yang sehat dan produktif bagi tanaman jika

kesuburan ini ditunjang dengan subur kimia dan subur biologi.

Struktur tanah adalah ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan

tanah itu berbentuk sebagai agregat tanah. Dari hasil pengamatan dapat

dilihat dari semua lapisan horison A1, A2, A3 memiliki struktur tipe

gumpal membulat (sub angular blocky) ukuran sedang (medium) dengan

derajat kekerasannya lemah. Pengamatan dengan cara mengambil

gumpalan tanah, lalu dipecah dengan jari. Derajat lemah, tanah mudah

hancur walaupun dipijit tanpa tenaga. Derajat sedang, tanah hancur saat

dipijit dengan sedikit tenaga. Derajat kuat, tanah baru bisa hancur bila

dipijit dengan tenaga yang lebih kuat.

Konsistensi tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang

menunjukkan adanya daya kohesi dan adhesi dalam massa tanah pada

berbagai kandungan air dan ketahanannya terhadap perubahan bentuk.

Konsistensi profil dari horizon A1 sampai horizon A2 adalah lembab,

yang berarti kandungan air mendekati kapasitas lapang. Pada horison A1

dan A2 mempunyai kategori sangat gembur, sedangkan horison A3

gembur. Sangat gembur yang berarti dengan sedikit tekanan mudah

bercerai, bila digenggam mudah menggumpal, melekat bila ditekan.

Gembur berarti bila diremas dapat bercerai, bila digenggam

menggumpal, melekat bila ditekan. Akan tetapi, semakin gembur tanah,

maka tingkat erosi semakin tinggi. Tanah yang gembur merupakan tanah

yang baik untuk dilakukan pengolahan dan dilakukan penanaman

tanaman tertentu.

Page 69: LAPORAN ILMU TANAH2012

Warna tanah adalah salah satu sifat tanah yang dengan mudah

dilihat /diamati. Warna tanah digunakan untuk menaksir tingkat

pelapukan yang terjadi (semakin merah warnanya semakin lanjut

pelapukan tanahnya), untuk menilai keadaan aerasi dan drainasenya baik

(warna merah atau kuning coklat menunjukkan aerasi dan dranase baik)

dan untuk menaksir banyaknya kandungan mineral (warna kekuning-

kuningan atau pucat berasal dari mineral kuarsa, warna merah berasal

dari mineral besi).

Dalam menentukan warna tanah digunakan MSCC (Munsell Soil

Colour Chart) yang didalamnya dikenal 3 komponen yaitu :

a. Hue (menunjukkan warna utama tanah)

b. Value (menunjukkan derajat terangnya warna berkisar antara gelap

sampai agak terang)

c. Chroma (menunjukkan kekuatan/intensitas warna-warna yang akan

meningkat dengan menurunnya proporsi sinar putih).

Dalam praktikum ini, warna tanah dari tiap lapisan ditentukan

dengan mengambil sebongkah tanah sebagai contoh. Bongkah tanah ini

diletakkan pada bagan warna MSCC dimana ketiga sumbu komponen warna

itu berada dan ditentukan berapa nilai hue, value dan chromanya.

a. Horison A1 warna tanah Dark Yellowish Brown (3/4 ; 10 YR)

Hue : 10 YR, Value : 3, Chroma : 4

b. Horison A2 warna tanah Dark Yellowish Brown (3/6 ; 10YR)

Hue : 10 YR, Value : 3, Chroma : 6

c. Horison A3 warna tanah Dark Yellowish Brown (3/4 ; 10YR)

Hue : 10 YR, Value :3, Chroma : 4

Dari data nilai hue yang dihasilkan 10 YR, nilai chroma yang

menunjukkan kekuatan atau intensitasnya juga berubah, untuk nilai hue

semakin tinggi warna tanah semakin cerah, nilai value semakin tinggi

warna tanah semakin putih, hal ini dipengaruhi banayk kondungan bahan

organik dalam tanah semakin kebawah semakin terang warnanya, jiga

Page 70: LAPORAN ILMU TANAH2012

disebabkan oleh drainase yang baik yaitu warna merah dan kuning dan

proses perkembangan tanah semakin cepat karena banyaknya bahan

organik dan drainase yang baik.

3. Sifat kimia Tanah

Aerasi dan Drainase tanah merupakan kemampuan tanah dalam

hal tata udara dan air tanah. Untuk mengetahui baik buruknya aerasi dan

drainase tanah dapat dilakukan dengan menetesi 2 sampel tanah dengan

larutan HCL 1,2 N. 2 sampel tanah, satu ditetesi KCNS 10%, yang

satunya ditetesi K3Fe(CN)6 0,5%. Tanah yang ditetesi KCNS berwarna

merah, yang ditetesi K3Fe(CN)6 berwarna biru. Jika dominan warna

merah maka aerasi dan drainase baik. Jika dominan warna biru maka

aerasi dan drainase buruk. Terlihat dominasi merah nyata pada horizon

A1, maka redoks lapisan tersebut baik. Sedangkan horizon A2 dan A3

redoks berlangsung secara seimbang atau sedang.

Uji penetrometer digunakan untuk mengetahui daya mekanik

tanah. Dalam uji penetrometer dari lapisan I sampai IV mengalami

kenaikan dan penurunan karena semakin kebawah daya topang tanah

semakin besar. Dari hasil pengamatan didapat untuk horisontal untuk

horizon A1 : 3,5 kg/cm2, horizon A2 : 3 kg/cm2, horizon A3: 3,5 kg/cm2,

dan vertikal : 3 dengan kriteria untuk 0,5 kg/cm2 (tanah lembek), 1

kg/cm2 (tanah cukup kuat untuk menanam beban seberat orang) dan 2

kg/cm2 (tanah cukup kuat untuk menahan beban seberat traktor). Untuk

lapisan I sampai IV terjadi kenaikan dan penurunan disebabakan oleh

tekstur tanah lapisan IV adalah lempung dan sehingga penetrometer

dalam menusuk-nusukkan tanah agak lunak dibanding lapisan IV. Untuk

konsistensi tanah berpengaruh terhadap besarnya penetrometer karena

semakin lekat dan semakin teguh tanah nerpengaruh pada tingkat daya

mekanik juga banyak sedikitnya ketersediaan bahan organik dalam tanah.

PH tanah menyatakan reaksi asam basa dalam tanah , pH yang

diamati adalah ph aktual (pH H2O) yang menyatakan kemasaman aktif

(jumlah ion H+ dalam larutan ph) dan ph potensial (pH kcl) yang

Page 71: LAPORAN ILMU TANAH2012

menyatakan kemasaman cadangan (jumlah ion H+ dalam larutan dan yang

terserap di komplek pertukaran).

a. pH H2O (pH actual)

Pada horison A1 = 6; horioson A2 = 5; horison A3 = 5

b. pH KCL (pH potensial)

Pada horison A1 = 6; horison A2 = 5; horisonA3 = 5

Pengaruh tinggi rendahnya kadar pH terhadap kesuburan tanah.

pH tergantung pada banyak sediktnya bahan organic dan proses

pertukaran ion dalam tanah. Terlalu tinggi atau terlalu rendah pH akan

mengurangi produktivitas tanah dan mempengaruhi pertumbuhan

tanaman

Bahan organik adalah semua sisa kehidupan yang ada di dalam

tanah, Jumlah ditentukan dengan pengamatan mata terhadap warna kelam

hitam dan ada tidaknya bahan organik yang lapuk. Kandungan bahan

organik di horizon A1 = ++++ (sangat banyak), horison A2= ++++

(sangat banyak) dan horizon A3 = +++ (banyak). Adanya

ketidakseimbangan atau perbedaan bahan organik pada lapisan karena

peningkatan bahan organik yang terbentuk dari sisa-sisa tanaman

maupun hewan. Pengaruh tinggi rendahnya kandungan bahan organik

pada horizon A1 karena bahan – bahan organiknya telah hilang tercuci

oleh air hujan sebelum sampai kebawah disebabkan oleh tekstur tanahnya

yang kebanyakan pasir dan lempung sehingga tanah sukar terikat bahan

organik secara maksimal.

Dalam pengamatan tidak ditemukan kadar kapur. Hal ini

disebabkan oleh kandungan bahan induk tanah yang berasal dari sisa –

sisa bahan organik (tumbuhan / hewan) yang merupakan bahan penyusun

humus.

Konkresi merupakan peristiwa akumulasi senyawa-senyawa

kimia pada tanah yang akhirnya berbentuk butiran atau pertikel tanah.

Tingkat konkresi tanah berhubungan dengan kandungan Mn pada tanah.

Hal ini ditunjukkan dengan adanya bercak hitam dan merah kekuningan.

Page 72: LAPORAN ILMU TANAH2012

Pada pengamatan untuk jenis semua lapisan Mn, sedang untuk

kelimpahan di horizon A1 dan horizon A2 tidak ditemukan dengan jelas

kelimpahan Mn. Untuk horizon A3 = sedang , ukuran sedang.

4. Analisis Lengas Tanah

Pada pengamatan kadar lengas tanah alfisol di jumantono

diperoleh data untuk ctka 0,5 mm adalah 14,27 %, sedangkan ctka 2 mm

adalah 17,11 %. Untuk kadar lengas maksimumnya sebesar 51,26 %.

Tanah alfisol termasuk tanah yang memiliki permeabilitas yang tinggi

sehingga dapat diolah cukup mudah dan memiliki kadar air yang tinggi.

Sedangkan kapasitas lapang mencapai 35,21 % yang artinya dapat

menampung air dalam kadar sedang. Batas berubah warna yang diamati

diperoleh data 31,13 %. Harakat yang ditunjukan termasuk sedang.

5. Kesimpulan

a. Fisiografi lahan di Jumantono yaitu Miscellaneous yang berarti tanah

tersebut merupakan hasil perombakan manusia. Letak geografis 70 37’

49,8’’ LS 1100 56’ 54,2’’ BT.

b. Kemiringan lahan yang diamati mempunyai kemiringan 6 % yang

berarti agak miring.

c. Di Jumantono batuan permukaan jumlahnya kurang dari 0,1% dari luas

permukaan yang berarti jarak antar batuan kecil lebih dari 8m dan

antar batuan besar sekitar 20 m.

d. Sistem hidrologi atau keadaan perairan di lokasi praktikum adalah

bebas genangan dan bebas banjir

e. Dari hasil pengamatan dapat dilihat dari semua lapisan horison A1,

A2, A3 memiliki struktur tipe gumpal membulat (sub angular blocky)

ukuran sedang (medium) dengan derajat kekerasannya lemah.

f. Konsistensi pada lapisan pedon yang diamati adalah gembur dalam

keadaan lembab.

g. Tanah di jumantono adalah merah kekuningan yang menunjukan

airase dan drainase baik.

Page 73: LAPORAN ILMU TANAH2012

DAFTAR PUSTAKA

Buckman, Harry O. 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Darmawijaya, M. Isa. 1990. Klasifikasi tanah. Gajah Mada University.

Yogyakarta.

Kartasapoetra, G, 1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. PT. Melton Putra.

Jakarta.

Munir, Moch. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktur Jendral

Pendidikan Tinggi Departemen P dan K. Jakarta.

Soepardi, G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah IPB. Bogor.

Thomson, Louis M. 1979. Soil and Soil Fertility. Tata Mcgraw Hill Publishing

Company. New Delhi.

Abdullah. 1993. Survai Tanah dan evaluasi Lahan. Penebar Swadaya. Jakarta

Anonim. 2003. http://balittanah.litbang.deptan.go.id.

_______. 2005. http://balittanah.litbang.deptan.go.id.

_______. 2007. http://www.litbang.deptan.go.id/layanan/tanah.

Buckman, Harryo. 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.

Darmawijaya, I. 1990. Klasifikasi Tanah. UGM Press. Yogyakarta.

Foth, Henry D. 1988. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. UGM Press. Yogyakarta.

Foth, Henry D, 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta.

Page 74: LAPORAN ILMU TANAH2012

Herlambang, Jusica, 2000. Peranan Berbagai Jenia Vegetasi Sehingga Tanaman

Pagar dalam Menekan Aliran Permukaan dan Erosi Tanah Dilahan

Kritis. Dalam Jurnal Pertanian dan Peternakan Vol.1 No.1 Hal 10-19.

Kartasapoetra. 1992. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. PT Rineka Cipta

Jakarta.

Kuswandi. 1990. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktur Jendral

Pendidikan Tinggi Departemen P dan K. Jakarta.

Pramono, J, Seno Basuki dan Widarto. 2005. Upaya Peningkatan Produktivitas

Padi Sawah Melalui Pendekatan Pengolahan Tanaman dan Sumber

Daya Terpadu Dalam Jurnal Penelitian Agronomi Vol.7 No.1 Hal 1-

6.

Sanchez. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB. Bandung.

Sanchez. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB. Bandung.

Sarwono. 1987. Survai Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soenartono. 1978. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta.

Tan, K.H. 1964. Ilmu Tanah. Pradnya Paramita. Jakarta

Tan, Kim H. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. UGM Press. Yogyakarta