laporan iritabilitas
DESCRIPTION
iritabilitasTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktif bergerak pada pergerakan aktifitas tidak lepas dari peranan otot
dalam tubuh kita. Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya
berkontraksi ketika dirangsang yang pada dasarnya otot di dalam tubuh
manusia memegang peranan penting dalam mengaktifkan gerakan organ
tubuh, baik organ dalam seperti alat pencernaan, jantung, paru-paru, sampai
pada anggota tubuh seperti tangan, kaki semuanya dapat melakukan aktivitas
gerak karena otot. Secara normal otot distimulasi untuk berkontraksi sebagai
respons terhadap adanya impuls saraf. Bahkan otot dalam gabungannya
sebagai jaringan yang mempunyai iritabilitas juga akan berkontraksi dengan
adanya stimuli listrik, mekanis, kimiawi, dan mungkin panas yang langsung.
Sel saraf mempunyai kemampuan iritabilitas dan konduktivitas. Iritabilitas
artinya kemampuan sel saraf untuk bereaksi terhadap perubahan lingkungan.
Konduktivitas artinya kemampuan sel saraf untuk membawa impuls-impuls
saraf.
Rangsangan mekanis berupa tekanan, tarikan, tusukan, cubitan, dan
lain-lain. Reaksi yang terjadi dalam organisme disebut efek. Menurunnya
kekuatan rangsangan mekanis jauh lebih besar daripada efek yang
ditimbulkannya. Rangsangan kimia dapat diperoleh hanya dalam keadaan
larutan yang bersifat isotonik dan suhunya harus sama dengan suhu jaringan
yang hendak dirangsang. Rangsangan kalorik berupa rangsangan panas atau
dingin. Berdasarkan latar belakang diatas maka praktukum iritabilitas otot
dan sarsf dilaksanakan
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana mengetahui
iritabilitas dan konduktivitas otot dan saraf ?
C. Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum ini yaitu mengetahui iritabilitas dan
konduktivitas otot dan saraf.
D. Manfaat Pratikum
Manfaat pada praktikum ini yaitu dapat mengetahui iritabilitas dan
konduktivitas otot dan saraf.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Otot
Otot merupakan organ tubuh yang sangat penting yang memilki
fungsi antara lain untuk mengontrol dan mengkoordinasi semua aktivitas
normal tubuh serta berperan dalam penyimpanan memori. Jaringan otak
memiliki sel utama yakni sel saraf (neuron) yang berfungsi untuk
menyampaikan sinyal dari satu sel ke sel lainnya, serta sel-sel gila yang
berfungsi untuk melindungi, mendukung, merawat, serta mempertahankan
homeostatis cairan di sekeliling neuron (Djuwita, 2012).
Sistem syaraf pusat terdiri dari otak (brain) dan spinal cord. Spinal
cord menghubungkan otak dengan tubuh.Sistem syaraf tepi (peripheral
nervous system) terdiri dari serabut syaraf (axon) yang membawa impuls dari
dan ke sistem syaraf pusat. Unit penggerak (motor unit) adalah unit
fungsional terkecil dari system otot-syaraf (neuromuscular system). Otot
manusia dapat diklasifikasikan menjadi tiga katagori, yaitu otot skaletal atau
striated yang berhubungan dengan gaya luar,otot jantung , dan otot polos.
Otot skeletal yang bekerja di bawah control system syaraf badan, sehingga
dinamakan otot sadar (a voluntary muscle). Otot jantung dan otot polos
dioperasikan oleh system syaraf otomatis, untuk kontraksi otot sadar
diperlukan stimulan dari system saraf. (Setioningsih, dkk, 2015).
B. Kontraksi Otot
Otot dapat berkontraksi dan berelaksasi karena tersedianya energi dari
sistem energi. Melalui kontraksi otot, tubuh manusia mampu melakukan kerja
seperti mesin. Dengan kata lain, otot merupakan mesin pengubah energi
kimia menjadi energi mekanik, yang terwujud dalam suatu kerja atau aktivitas
fisik. Otot rangka/skelet tersusun oleh kumpulan serabut (sel) otot bergaris
(muscle fiber/skeletal myocyte), mempunyai banyak inti yang terletak di tepi.
Dinding atau membran sel disebut sarkolemma mempunyai kemampuan
menghantarkan impuls (potensial aksi) kesemua arah temasuk melanjutkan
penghantaran sepanjang dinding tubulus transversalis (transvere tubule/Ttub)
(Sarifin, 2010).
Waktu antara datangnya rangsang ke neuron motoris dengan awal
terjadinya. Kontraksi disebut fase laten, waktu terjadinya kontraksi disebut
fase kontraksi, dan waktu otot berelaksasi disebut fase relaksasi kontraksi otot
dibagi menjadi kontraksi elative dan kontraksi elative. Pada kontraksi elative
(jarak sama), besarnya tekanan meningkat saat proses kontraksi, tetapi
panjang otot tidak berubah. Di sisi lain, pada kontraksi elative (tekanan
sama), besarnya tekanan yang dihasilkan otot adalah konstan saat kontraksi,
tetapi panjang otot berkurang (otot memendek) (Seeley, 2002).
C. Sistem Saraf
Sistem saraf adalah suatu jalinan jarigan saraf yang kompleks, sangat
khusus dan bersinambungan satu dengan yang lain. System saraf
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu
dengan lingkungan sekitarnya. Sisitem tubuh yang penting ini juga mengatur
kebanyakan aktivitas system-sistem tubuh lainnya, karena pengaturan saraf
tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga
menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis (Feriyawati, 2005).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, 16 April 2015, pukul
13.45-16.00 WITA, di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.
B. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Alat dan Fungsi
No Alat Fungsi1 2 31. Papan bedah Unruk media tempat katak akan di
bedah2. Jarum pentul Untuk menusuk katak3. Pinset Untuk membedah kata4. Cutter Untuk membedah katak
C. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Bahan dan Fungsi
No Bahan Fungsi1 2 31. Katak (Rana Sp.) Sabagai objek pengamatan2. Aguades Untuk memberikan ransagan3. NaCl Untuk memberikan ransagan4. Bateray Untuk memberikan ransagan5. HCL Untuk memberikan ransagan
D. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Membedah katak dengan mengunting kulitnya dari 3 cm di atas paha kea
rah transversal melingkari tubuh, kemudian menarik kulit ke bawah hingga
terlepas dari tubuh.
2. Membuka perutnya dan buang viceralnya, maka akan tampak saraf
ischiadicus di sisi kanan dan kiri vertebratnya.
3. Membuang bagian lain yang tidak diperlukan hingga di temukan
perlekatan saraf tesebut dengan ujung otot gastrocnemius.
4. Menggunting ruas vertebrata tepat di atas keluarnya saraf ischiadicus.
5. Memeotong tendon yang melekatkan otot gastrocnemius dengan tulang
6. Setelah bagina lain dibersihkan akan diperoleh persediaan terdiri atas otot
sediaan tersebut kedalam larutan ringer.
7. Memberi perlakuan ransangan
a. Ransangan mekanis, mencubit otot dengan pinset dan mengamatinya.
b. Ransangan thermos, menyentuh saraf denagn batang gelas atau kawat
dan mengamati apa yang terjasdi.
c. Ransangan elektris, meyentuh saraf dengan anoda dan katoda dari
bateray, mencatat apa yang terjadi.
d. Ransangan osmotis, membubuhkan sedikit NaCl pad saraf,
memgamati perubahan yang terjadi.
e. Ransangan khemis, meneteskan 2-3 tetes Hcl 1 % pada saraf,
mengamati apa yang terjadi.
IV. HASIL DAN PEMABAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada raktikum ini dapat di lihat pada Tabel 3 dan
Tabel 4.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Iritabilitas Otot dan Saraf sebelum Saraf diputuskan dari Medula Spinalis
No. Sampel PerlakuanMekanis (Pinset)
Thermis (Es batu)
Osmotis (NaCl)
Khemis (HCl)
1 2 3 4 5 61. Otot
gastrocnemius
(+)Bergerak
(+)Bergerak
(+)Bergerak
(+)Bergerak
2. Saraf ischiadicus
(+) (+) (+) (+)
Tabel 4. Hasil pengamatan iritabilitas otot dan saraf sesudah otot dan saraf dipisahkan dari medulla spinalis
No. Sampel PerlakuanMekanis (Pinset)
Thermis (Esbatu)
Osmotis (NaCl)
Khemis (HCl)
1 2 3 4 5 61. Otot
gastrocnemius
(+) (+) (+) (+)
2. Saraf ischiadicus
(-) (-) (-) (-)
Keterangan:+ : merespon- : tidak merespon
B. Pembahasan
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi
ketika dirangsang. Rangsangan pada otot dapat berupa rangsangan mekanik
seperti pijatan, rangsangan karena suhu panas atau dingin, dan rangsangan
kimia seperti asam dan basa. Otot memendek jika sedang berkontraksi dan
memanjang jika berelaksasi. Kontraksi terjadi jika otot sedang melakukan
kegiatan, sedangkan relaksasi terjadi jika otot sedang beristirahat.
Irritabilitas adalah kemampuan untuk merespon suatu stimulus.
Stimulus yang mempengaruhi otot dapat berupa elektrokimiawi seperti aksi
potensial dari saraf yang mempersarafinya, atau mekanikal seperti
pukulan/benturan dari luar pada bagian otot. Ketika diaktivasi oleh stimulus
maka otot akan merespon dengan berkembangnya ketegangan (tension).
Sifat karakteristik otot lainnya adalah ekstensibilitas. Sifat
ekstensibilitas umumnya terdapat pada beberapa jaringan biologis.
Ekstensibilitas adalah kemampuan terulur atau meningkatnya pemanjangan
otot, dan elastisitas adalah kemampuan otot untuk kembali ke panjang normal
setelah diulur (distretch). Elastisitas otot akan mengembalikan otot ke posisi
pemanjangan istirahat normal (normal resting) setelah mengalami penguluran
dan memberikan transmisi ketegangan yang halus dari otot ke tulang.
Praktikum ini dilakukan percobaan untuk mengetahui iritabilitas otot
dan saraf dengan menggunakan katak yang dibedah dan memberikan
rangsangan pada saraf ishiadicus yang berada pada sisi kanan dan kiri
vertebranya, dan memberikan rangsangan juga pada otot gastrocnemius.
Pengamatan pertama yaitu sebelum medula spinalis diputuskan. Ketika saraf
dan otot diberikan rangsangan mekanis yaitu dengan mencubit menggunakan
pinset, pada saraf terjadi rangsangan dan terjadi pergerakan sedangkan pada
otot juga terjadi rangsangan. Ketika saraf dan otot diberikan rangsangan
thermis yaitu dengan menyentuhkan es batu, pada saraf terjadi rangsangan
pada otot juga terjadi rangsangan.
Ketika saraf dan otot diberikan rangsangan osmotis yaitu dengan
membubuhkan Kristal NaCl, pada saraf terjadi rangsangan tetapi prosesnya
lambat sedangkan pada otot juga terjadi rangsangan. Ketika saraf dan otot
diberikan rangsangan khemis yaitu dengan meneteskan 2-3 tetes Hcl 1%,
pada saraf terjadi rangsangan tetapi prosesnya lambat sedangkan pada otot
juga terjadi rangsangan.
Pengamatan kedua yaitu dengan memutuskan saraf dari medula
spinalis. Ketika diberikan ransangan mekanis berupa sentuhan pinset pada
otot gastrcnemius katak tersebut masih menangapi adanya ransangan tersebut,
begitupun pada ransangan thermis (es batu), osmotis (NaCl), dan khemis
(CHCl). Tetapi pada saraf ischiadicus ransangan mekanis dari sentuhan pada
pinset katak tersebut tidak menangapi adanya ransangan mekanis tersebut dan
begitupun pada pada ransangan thermis (es batu), osmotis (NaCl), dan khemis
(CHCl), hal ini dikarenakan sel saraf medulla spinalis sudah tidak dapat
melakukan fungsinya dengan baik karena telah mengalami perusakan yang
berupa pemutusan dari organ penghubungnya. Medulla spinalis merupakan
organ dalam yang sangat lunak dan rentan akan kerusakan, letaknya pada
bagian dalam tulang yang terlindungi. Hal ini juga dikarenakan organ ini
merupakan organ penting dengan fungsi utama pada sistem saraf.
Otot distimulasi untuk berkontraksi sebagai respons terhadap adanya
impuls saraf. Otot mempunyai iritabilitas yang akan berkontraksi dengan
adanya stimulasi listrik, mekanis, kimiawi, dan mungkin panas yang
langsung. Dalam hal ini meliputi berbagai perubahan: kimia, termal, elektris,
dan histologis. Rangsangan adalah perubahan keadaan luar yang dalam
organisme misalnya sel otot dapat menimbulkan reaksi yang bersifat spesifik.
Seperti rangsangan mekanis berupa tekanan, tarikan, tusukan, cubitan, dan
lain-lain. Menurunnya kekuatan rangsangan mekanis jauh lebih besar
daripada efek yang ditimbulkannya.
Sistem saraf umumnya terdiri dari dua bagian yaitu sistem saraf pusat
(otak dan medulla spinalis) dan sistem saraf tepi (aferen dan eferen).
Indikator yang diamati pada perlakuan ini adalah medulla spinalis pada katak
(Rana sp.) baik sebelum dan setelah saraf diputuskan. Seelum saraf
diputuskan terlihat bahwa kerja dari otot dan saraf masih aktif, sedangkan
setelah saraf diputuskan terlihat bahwa kerja dari otot maupun saraf sudah
tidak aktif.
Fungsi medulla spinalis diantaranya adalah sebagai pusat gerakan otot
tubuh terbesar, mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks tungkai,
menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum dan
sebagai sel yang mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian
tubuh. Dalam sistem saraf pusat terdapat dua bagian penting yang menunjang
kinerja saraf pusat yaitu bagian otak dan sumsum tulang belakang.
Secara umum medulla spinalis menerima sensor motorik yang berupa
impuls dan diterima oleh tanduk dorsal, selanjutnya sensor akan keluar
melalui ventral dan diteruskan ke efektor. Di sepanjang medulla spinalis
terdapat sel-sel araf yang akan meneruskan impuls sensor motorik dan
selanjutnya disampaikan ke otak. Sistem saraf bertanggung jawab untuk
mengkoordinasi respon yang cepat dan cermat. Sinyal-sinyal saraf dalam
bentuk potensial aksi secara cepat merambat disepanjang serat-serat sel saraf,
menyebabkan pelepasan suatu neurotransmiter di ujung saraf yang akan
berdifusi hanya dalam jarak yang sangat dekat ke sel sasarannya sebelum
respon timbul. Respon yang diperantarai oleh sel saraf bukan hanya cepat,
tetapi juga singkat, kerjanya dengan cepat terhenti karena neurotransmiter
dengan cepat distimulasi dari sasarannya. Hal ini memungkinkan penghentian
respon dan pengulangan respon yang berlangsung.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum ini adalah sifat iritabilitas dan
konduktivitas otot dan saraf dipengaruhi oleh medulla spinalis, apabila
medulla spinalis tidak diputus, maka akan otot dan saraf pun masih aktif
melakukan gerakan, dan apabila medulla spinalis telah diputus dari organ
penghubungnya, maka keja otot dan saraf pun sudah tidak aktif.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan pada praktikum ini adalah sebaiknya
asistan lebih tegas agar praktikan tidak main-main dan preaktikan aktif semua
dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Djuwita. I, Riyacumala. V, Mohamad, Prasetyaningtijas. E. W, dan Nurhidayat., 2012, Pertumbuhan dan Sekresi Protein Hasil Kultur Primer Sel-sel Serebrum Anak Tikus, Jurnal Veterimer, 13 (2), 125
Feriyawati, L., 2005, Anatomi Sistem Saraf dan Perananya dalam Regulasi Kontraksi Otot Rangka, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Seeley, R.R., T.D. Stephens, P. Tate, 2003, Essentials of Anatomy and Physiology Fourth Edition, McGraw-Hill Companies.
Sarifin, G., 2010, Kontraksi Otot dan Kelelahan, Jurnal Ilara, 1 (2), 58-59
Setioningsih, E. D, Purwanto. J, dan Sardjono. A. T., 2015, Analisa Efek Terapi Panas Terhadap Kelelahan Otot, Fakultas Teknologi Industri, ITS Surabaya.