laporan kasbes ny.st dm dispepsi new
TRANSCRIPT
Laporan Studi Kasus Komprehensif
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
Penatalaksanaan Diet Pada Pasien Dispepsia Disertai DM dan Hipertensi
Nama Mahasiswa : Della Ayuning Priastiti/G2C007017
Tanggal Pengkajian : 29 November 2010
Pembimbing : Bpk. Achmad Fitriyanto, AMG
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. St
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Bangsri 2/9 Jepara
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Masuk : 29 November 2010 Pukul 23.23
Nama Ruangan : Mawar/JPS 3B
Gambaran Kasus
Ny.St seorang ibu rumah tangga masuk rumah sakit jam 00.10 datang dari RGD dengan
Kistoma Ovarii. Pasien datang dengan keluhan perut bagian bawah sakit. Sejak 5 hari yang
lalu perut bagian bawah sakit tetapi yang paling sakit pada hari ini (29 November 2010)
disertai nyeri ulu hati dan mual. Diagnosis Ny.St Kistoma Ovarii, Dispepsi, DM dan
Hipertensi. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan DM terkontrol. Riwayat penyakit
keluarga kedua orangtua pasien menderita DM dan hipertensi. Pola makan dengan frekuensi
3 kali/hari. Pasien mengkonsumsi nasi dengan frekuensi 3x sehari sebanyak ½ piring,
konsumsi sayur bening setiap hari sebanyak 2 mangkok ukuran sedang, tidak suka makan
buah, konsumsi tempe goreng setiap hari ukuran sedang, tahu goreng 3x/minggu, konsumsi
telur 1 minggu sekali, ayam goreng 1-2x/minggu @ ½ potong. Namun, pasien jarang masak
sendiri di rumah, hampir setiap hari lauk pauk membeli di luar rumah. Aktifitas fisik setiap
pagi pasien jalan di depan rumah selama 30 menit. Pasien merupakan orangtua tunggal yang
1
tidak bekerja hidup dengan 1 anak mengaku banyak pikiran/stres karena selalu memikirkan
cara memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ny.St mengaku sudah mengalami nyeri lambung sejak SMP, hal itu dikarenakan Ny.St suka
mengkonsumsi makanan yang pedas-pedas. Namun, 3 bulan belakangan ini nyeri
lambungnya sering kambuh lagi dan 1 bulan yang lalu pernah dirawat di RS yang sama
dengan keluhan nyeri lambung dan kista.
2
BAB I
ASESMEN GIZI
A. Skrining
Risiko Ringan Risiko Sedang Risiko BeratBerat badan turun 2,5-5 kg dalam 6 bulan terakhir
- Berat badan turun 5-7,5 kg dalam 6 bulan terakhir
- Berat badan turun >7,5 kg dalam 6 bulan terakhir
-
Berat badan (RBW) = 80 –120% RBW
- Berat badan (RBW) = 70-80% atau 120–130%
- Berat badan (RBW) : <70% atau >130%
-
IMT 18,5 – 20 kg/m2 - IMT 17 – 18 kg/m2 atau 30 – 35 kg/m2
- IMT <17 kg/m2 atau >35 kg/m2
-
Mual/muntah ringan, diare
V mual/muntah berkepanjangan, diare
- Malabsorbsi -
Nafsu makan turun - Tidak ada nafsu makan - Mendapat makanan parenteral dan atau MLP
-
Gangguan mengunyah dan menelan
- Decubitus ringan atau ada luka terbuka lainnya
- Decubitus berat atau ada luka yang tidak sembuh-sembuh
-
Hipertensi V Gagal Ginjal - Menderita penyakit pankreas yang berat
-
Atherosklerosis, peningkatan profil lemak darah
- Stadium awal penyakit kanker dan/kemoterapi
- Kanker stadium lanjut dengan kakeksia
-
Menjalani operasi ringan
- Menjalani operasi besar - Menjalani operasi saluran cerna
-
Anemia - Diabetes tidak terkontrol
- Malnutrisi -
Ulkus - Gangguan saluran cerna, perdarahan saluran cerna
V Pasien di ICU, Luka bakar
-
Istirahat di tempat tidur - Menderita penyakit jantung congestive
- Mengalami sepsis -
Dehidrasi ringan - Stroke - Trauma Multiple -Albumin 3,2–3,4 mg/dl - Albumin 2,8–3,1 mg/dl - Albumin <2,8 mg/dl -Total limfosit 1200-1500 sel/m3
- Total limfosit 900-1200 sel/m3
- Total limfosit <900 sel/m3
-
Depresi Ringan - Depresi sedang - Depresi berat -Demam ringan - Lainnya - Lainnya -
Keterangan :1. Pasien dikatakan berisiko Tinggi :
Bila terdapat 1 atau lebih faktor risiko berat, atau 3 atau lebih faktor risiko sedang atau 6
atau lebih faktor risiko ringan. Harus segera ditangani ahli gizi, penilaian status gizi secara
lengkap perlu dilakukan dan dievaluasi kembali dalam 3-5 hari.
3
2. Pasien dikatakan berisiko Sedang:
Bila terdapat 2 atau lebih faktor risiko sedang, atau 4-6 faktor risiko ringan. Ahli gizi harus
menemui pasien paling lambat 3 hari, penilaian status gizi secara lengkap perlu dilakukan
dan dievaluasi kembali dalam 3-5 hari.
3. Pasien dikatakan berisiko Ringan:
Bila terdapat < 4 faktor risiko ringan, cek kembali dalam 7- 10 hari.
Berdasarkan hasil skrining diatas, Ny.St mempunyai < 4 faktor risiko ringan. Ny.St
termasuk dalam kategori pasien berisiko ringan dan perlu pengecekan kembali (evaluasi
ulang) 7-10 hari.
B. Asesmen
1. Pengkajian Data Antropometri
- BB aktual = 54,8 kg
- TL = 45,2 cm
- TB = (1,83 x TL) – (0,24 x umur) + 84,88
= (1,83 x 45,2) – (0,24 x 35) + 84,88
= 159,196 cm = 159 cm
2. Pengkajian Data Biokimia
Hasil pemeriksaan laboratorium Ny.St pada tanggal 1 Desember 2010:
Parameter Hasil Pemeriksaan Batas Normal Kategori
Hemoglobin 13,6 mg/dl 12-16 mg/dl Normal
Leukosit 21.440 mm3 5.000 – 10.000 Tinggi
Trombosit 407.000 150.000 - 400.000 Normal
Haematokrit 39,7 % 37 – 43 Normal
GDS 242 mg/dl 80-150 Tinggi
3. Pengkajian Data Fisik dan Klinis
4
- Keadaan umum : baik, sadar.
- Mual, ulu hati nyeri.
- Suhu tubuh = 36 OC normal
- Tekanan darah = 150/100 mmHg hipertensi
- Nadi = 80 kali/menit
- Palpasi teraba massa setinggi pusat.
4. Pengkajian Data Riwayat Gizi/Riwayat Makan
a. Asupan makanan / zat gizi
Asupan Kuantitatif
Kebutuhan gizi Ny.St saat dirumah
Basal metabolisme (BM)
BMR x BBI = 25 x 53 = 1325
Aktifitas fisik
20% x 1325 = 397,5 +
1722,5
Kebutuhan energy Ny.St = 1722,5 kkal = 1700 kkal.
Aktifitas 20% dikarenakan Ny. St melakukan pekerjaan rumah sendiri
tanpa pembantu sehingga tergolong kategori sedang. Tidak ada koreksi usia
dan berat badan karena pasien berusia dibawah 40 tahun dan berat badan
pasien tergolong normal.
Asupan makan Ny.St sehari sebelum masuk rumah sakit (29 November
2010):
Energi 1236 kkal, karbohidrat 247 gr, protein 21,85 g, lemak 18 g
Asupan Ny.St = asupan makan pasien x 100 %
kebutuhan gizi pasien
= 1236 kkal x 100 %
1700
= 72,7%
Berdasarkan perhitungan diatas, asupan Ny.St sebesar 72,7%
(Form. Food recall terlampir)
Asupan Kualitatif
5
- Makanan pokok : Nasi sebanyak ½ piring 3x sehari
- Lauk hewani : Ayam goreng 1-2x/minggu @ ½ potong, telur seminggu
sekali.
-Lauk nabati : Tempe goreng setiap hari ukuran sedang dan tahu goreng
3x/minggu.
- Sayuran : Lebih suka mengkonsumsi sayur bening seperti sayur
asem, sayur bayam atau sayur sop setiap hari sebanyak 2
mangkok ukuran sedang.
- Buah : Tidak suka mengkonsumsi buah.
- Susu : Tidak suka minum susu karena takut kadar gula
darahnya meningkat.
- Pola makan teratur dengan frekuensi 3 kali/hari.
- Tidak sedang menjalani diet khusus, tetapi pasien sangat membatasi
asupan makanan yang manis karena takut gula darahnya tinggi.
- Pasien menyukai makanan yang pedas.
- Tidak ada alergi terhadap makanan; daya terima pasien terhadap
makanan baik. Namun, pasien pantang makan udang dan keong karena
konsumsi sedikit makanan tersebut membuat pasien merasa pusing.
- Jarang makan makanan selingan karena takut dengan DM yang diderita oleh
pasien.
- Pasien jarang mengkonsumsi teh, jika mengkonsumsi teh gula yang dipakai
yaitu gula khusus untuk DM.
- Pasien jarang memasak, hampir setiap hari membeli makanan di luar rumah.
b. Pengetahuan dan perilaku gizi
- Pasien mendapatkan informasi mengenai gizi dari leaflet. Pasien sering
membaca leaflet yang diberikan ketika pasien kontrol ke rumah sakit.
- Pasien hanya mengerti dan patuh menjalankan beberapa informasi yang
diketahui mengenai DM dan hipertensi. Namun, pasien tidak menjalani pola
makan yang sehat dengan gizi seimbang dilihat dari kebiasaan pasien lebih
memilih membeli makanan di luar rumah daripada memasak sendiri serta
kesukaan pasien terhadap makanan yang pedas.
c. Aktivitas fisik
6
- Aktifitas pasien sebagai ibu rumah tangga mengerjakan pekerjaan di rumah.
- Setiap pagi meluangkan waktu sekitar 20-30 menit untuk jalan kaki di depan
rumah ±1 km.
- Aktivitas Ny.St tergolong kategori sedang.
d. Ketersediaan makanan
Kemampuan pasien dalam merencanakan dan menyediakan menu kurang
bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan makan pasien hampir setiap hari
membeli lauk di luar rumah. Pasien jarang sekali memasak sendiri di rumah
dengan pertimbangan dalam 1 keluarga hanya 2 orang dan lebih murah
membeli makanan jadi.
e. Kemampuan pasien untuk menerima makanan
Pasien dalam kondisi baik. Nafsu makan pasien sebelum masuk rumah sakit
tergolong cukup.
f. Pemenuhan kebutuhan gizi
Berdasarkan perhitungan energi dengan rumus Brocca modifikasi, kebutuhan
Ny.St adalah 1722,5 kkal. Apabila dibandingkan dengan asupan makan pasien
sebelum masuk rumah sakit sebesar 1236 kkal, asupan pasien masih kurang
dari kebutuhan pasien yang seharusnya.
g. Interaksi obat dan zat gizi
- Obat-obatan untuk diabetes atau hipertensi yang dikonsumsi pasien saat di
rumah yaitu Glukodex, Glibenklamid, Captropil.
- Obat-obatan yang dikonsumsi di rumah sakit:1
1. Ranitidin
Ranitidin merupakan antihistamin penghambat reseptor Histamin H2
yang berperan dalam efek histamine terhadap sekresi asam lambung.
Penurunan sekresi asam lambung bisa mengakibatkan perubahan
pepsinogen menjadi pepsin menurun. Ranitidin lebih jarang berinteraksi
dengan obat lain. Interaksi obat : ranitidin menurunkan bersihan
warfarin, prokainamid, dan N-asetil prokainamid, meningkatkan absorpsi
midazolam, menurunkan absorpsi kobalamin. Selain menghambat
sitokrom P-450, Ranitidin dapat juga menghambat absorbsi diazepam
dan mengurangi kadar plasmanya sejumlah 25%. Sebaiknya obat yang
dapat berinteraksi dengan ranitidin diberi selang waktu minimal 1 jam.
Ranitidin dapat menyebabkan gangguan SSP ringan, karena lebih sukar
7
melewati sawar darah otak. Interaksi dengan makanan tidak mengganggu
absorbsi ranitidine.
Ranitidine, memiliki cincin furan dan durasi yang lebih lama dan 5-
10 kali lebih potensial dari simetidin. Ranitidine dimetabolisme dalam
hati. Dosis : 150 mg 2x / hari atau dosis tunggal 300 mg sebelum tidur.
Efek samping : sakit kepala, pusing, gangguan gastro intestinal, ruam
kulit.
2. Cefotaxime
Antibiotik yang biasa digunakan pada infeksi kulit dan pernafasan.
(infeksi yang disebabkan oleh bakteri). Cefotaxime sodium efektif untuk
pengobatan infeksi serius yang disebabkan oleh mikroorganisme yang
sensitif, seperti pada : infeksi saluran pernafasan bagian bawah, infeksi
saluran kemih dan kelamin, infeksi ginekologikal,
Bakteremia/septikemia, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi intra-
abdominal, infeksi tulang dan atau sendi dan infeksi sistem syaraf pusat.
Efek samping yang sering dilaporkan:
Lokal : radang pada tempat suntikan, sakit, indurasi dan
tenderness, demam, eosinofilia, urtikaria, anafilaksis.
Gastrointestinal : colitis, diare, mual, untah, gejala pseudo-
membran colitis.
3. Captropil
Captopril adalah grup obat yang disebut angiotensin-converting enzyme
(ACE) inhibitor, yang bekerja dengan cara mengurangi zat kimia yang
menyempitkan pembuluh darah.
Captopril digunakan untuk mengatasi hipertensi berat hingga sedang
(menurunkan tekanan darah), kombinasi dengan tiazida memberikan
efek aditif, sedangkan kombinasi dengan beta bloker memberikan efek
yang kurang aditif. Captopril dapat menimbulkan proteinuria > 1gr.
Indikasi:
Untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi), gagal jantung
kongestive, masalah ginjal yang disebabkan oleh diabetes, dan untuk
meningkatkan kelangsungan hidup setelah serangan jantung.
Efek Samping:
8
Efek CV (hipotensi, angioedema); Efek CNS (kelelahan, sakit kepala);
Efek GI (gangguan perasa); Efek lainnya (batuk kering; upper resp tract
symptomps); Efek dermatologis (ruam kulit, erythemamultiforme, toxic
epidermal necrolysis); Reaksi hipersensitif; efek ginjal (kerusakan
ginjal); gangguan electrolyte (hyperkalemia, hyponatremia); gangguan
darah.
4. Ketorolac
5. Actrapid novolet
Actrapic merupakan insulin buatan yang diberikan secara injeksi dan
digunakan dalam pengobatan diabetes. Kerja insulin injeksi ini sama
dengan kerja insulin alami pada tubuh manusia. Actrapid mengandung
soluble insulin. Ketika actrapid disuntikkan di bawah kulit, reaksinya
akan terlihat dalam waktu 30 – 60 menit. Biasa disuntikkan 15 – 30
menit sebelum makan, sehingga dapat mengontrol kadar gula darah
setelah makan. Beberapa efek samping yang berhubungan dengan
pengobatan ini diantaranya: hipoglikemia, itching, dan alergi.
5. Data Riwayat Kesehatan Pasien
- Pasien tidak rutin kontrol ke dokter, namun 1 tahun belakangan pasien mulai
rutin kontrol ke dokter dan mulai rutin mengkonsumsi obat antidiabetikum
(OAD) sesuai resep dokter. Pasien tidak mendapat terapi insulin.
Obat-obatan yang dikonsumsi di rumah: OAD yang dikonsumsi yaitu glukodex
dan glibenklamid.
- Suplemen gizi yang dikonsumsi : Tidak mengkonsumsi suplemen.
- Pasien seorang ibu rumah tangga yang membuka tempat kos kecil-kecilan di
rumahnya, kadang ikut membantu tetangga ketika ada tetangga yang punya
hajatan.
Pasien merupakan orangtua tunggal yang tinggal di rumah bersama anak laki-
lakinya yang masih berusia 9,5 tahun.
- Status sosial ekonomi : menengah ke bawah
- Dukungan Pelayanan Kesehatan dan Sosial : Adanya dukungan pelayanan
kesehatan dari Jamkesmas.
9
- Hubungan Sosial : Pasien mempunyai hubungan sosial yang baik dengan
keluarga dan keluarga suami. Namun, hubungan sosial antar pasien dan suami
tidak berjalan dengan baik.
- Keluhan utama terkait dengan masalah gizi : sakit di bagian bawah perut. Sejak
5 hari yang lalu perut bagian bawah sakit tetapi yang paling sakit pada hari ini
disertai nyeri ulu hati dan mual.
- Riwayat penyakit dulu : pasien menderita diabetes mellitus tipe 2 baru diketahui
menderita DM sejak 6 tahun yang lalu.
- Riwayat penyakit sekarang : Diagnosis Kista Ovarii, Dispepsi, DM tipe 2,
Hipertensi.
- Riwayat penyakit keluarga : DM tipe 2 dan hipertensi. Ayah pasien meninggal
akibat komplikasi gula dan stroke sedangkan ibu pasien meninggal dikarenakan
komplikasi gula dengan lambung yang mengakibatkan perdarahan lambung.
- Pasien mengaku sering banyak pikiran/stres karena harus menanggung beban
hidup sendiri.
- Tingkat pendidikan : tamat S1
10
BAB II
DIAGNOSIS GIZI DAN PERENCANAAN ASUHAN GIZI
A. Diagnosis Gizi 2
Matriks
Parameter Kemungkinan Diagnosis
Data Antropometri
Data Biokimia
Data Klinis Mual NI 2.3 NI 5.9.2 NI
5.5 NI 5.8.6
NC 1.4 NB 3.1
Data Asupan
Makanan
Pemilihan makanan
yang salah
NI 5.8.1
Mual, muntah, dan
volume residu tinggi
NI 2.5
Tidak dapat
menjalankan info dari
panduan anjuran
NB 1.7
Kurang mampu
menyiapkan makanan
NI 5.3 NC 3.2
Riwayat Personal
Pasien
Sakit perut NC 2.1 NC 1.4
Rasa sakit pada
epigastrik
NI 5.5 NI 5.6.2 NI
5.6.3
Pengobatan yang
berkaitan dengan
kadar gula darah
NI 5.8.2 NI 5.8.3
NI 5.8.4
Diabetes Mellitus NI 5.6.3 NI 5.8.2
NI 5.8.3 NI 5.8.4
NC 2.2 NB 1.2
NB 1.4
NB 2.3
Hipertensi NI 4.2 NI 4.3 NI
5.4
Keterangan: NI: Nutrition Intake, NC: Nutrition Clinic, NB: Nutrition Behavior
11
PES
Problem Etiologi Sign/symptom
Gangguan fungsi
gastrointestinal. (NC 1.4)
-Adanya dispepsia -Mual
-Nyeri Epigastrum
-Sakit perut. (abdominal
pain)
Perubahan nilai
laboratorium yang terkait
gizi. (NC 2.2)
- Adanya Diabetes Mellitus
- Pasien banyak pikiran.
-GDS : 245 mg/dl
Konsumsi makanan yang
tidak aman. (NB 3.1)
-Kurangnya pengetahuan
pasien mengenai diet pada
pasien dispepsia.
-Kebiasaan mengkonsumsi
makanan yang pedas.
Rumusan Diagnosis Gizi:
Gangguan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan adanya dispepsia ditandai dengan
mual, nyeri epigastrum dan sakit perut (abdominal pain).
Perubahan nilai laboratorium yang terkait gizi berkaitan dengan adanya DM dan
pasien banyak pikiran ditandai dengan GDS 245 mg/dl.
B. Perencanaan Asuhan Gizi
1. Preskripsi Diet
a. Prinsip/syarat Diet 3
Kebutuhan energi sesuai dengan kebutuhan yaitu 1600 kkal.
Karbohidrat 60% dari total asupan energi sebesar 240 gr.
Protein 20% dari total asupan energi sebesar 80 gr.
Lemak 20% dari total energi yaitu sebesar 35,5 gr.
Asupan natrium dibatasi yaitu 200-400 mg/hari.
Penggunaan gula dibatasi, bisa menggunakan pemanis buatan tetapi tidak
boleh melebihi batas aman; menggunakan gula yang rendah kalori (< 5%
total kalori).
Menghindari makanan yang pedas, mengandung gas, berbumbu tajam, dan
terlalu merangsang pencernaan.
Porsi kecil tetapi sering yaitu 3 kali makan utama dan 3 kali snack.
b. Perhitungan Kebutuhan Gizi
12
BB Ideal = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg
= 90% x (159-100) x 1 kg
= 53,1 kg
BB ideal = 53,1 kg
Kebutuhan energi menurut rumus Brocca yang dimodifikasi4:
Basal metabolisme (BM)
BMR x BBI = 25 x 53 = 1325
Aktifitas fisik
20% x 1325 = 265 +
1590
Kebutuhan energy Ny.S = 1590 kkal = 1600 kkal.
Tidak ada koreksi usia dan berat badan karena pasien berusia dibawah 40 tahun
dan berat badan pasien tergolong normal.
Kebutuhan Karbohidrat, Lemak, Protein
Karbohidrat = 60 % x 1600 kkal = 960 kkal = 240 gr
Protein = 20% x 1600 kkal = 320 kkal = 80 gr
Lemak = 20% x 1600 kkal = 320 kkal = 35,5 gr
c. Macam Diet
Bentuk makanan yang diberikan adalah Makanan Lunak dengan jenis diet DM
1600 kkal, Rendah Garam.
d. Rute
Makanan diberikan secara oral.
e. Frekuensi
Frekuensi pemberian makan adalah porsi kecil tetapi sering yaitu 3 kali makanan
lengkap dan 3 kali makanan selingan/snack.
2. Tujuan Intervensi Gizi
Memodifikasi jenis, jumlah makanan dan zat gizi dalam makanan pada
waktu tertentu sesuai dengan kondisi dan daya terima pasien guna
mencukupi kebutuhan gizi pasien.
Mengoptimalkan status gizi pasien.
Meningkatkan pengetahuan pasien tentang pentingnya konsumsi makanan
dengan gizi seimbang dan pemilihan makanan yang tepat.
13
3. Macam Intervensi Gizi
a. Pemberian Terapi Diet/ Pemberian Makanan
Terapi diet yang diberikan adalah Makanan Lunak 1600 kkal, DM Rendah Garam.
Karbohidrat yang diberikan 240 gr, protein 80 gr, dan lemak 35,5 gr. Diberikan
melalui oral dalam bentuk makanan lunak dengan frekuensi 3 kali makanan
lengkap dan 3 kali selingan/snack.
b. Pendidikan Gizi
Topik : Penatalaksanaan diet untuk penderita dispepsia disertai diabetes
mellitus dan hipertensi.
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang penatalaksanaan diet
khusus penderita dispepsia disertai diabetes mellitus dan hipertensi.
Sasaran : Pasien dan keluarga.
Waktu : Pemberian materi edukasi + 30 menit
Tempat : Ruang rawat inap di RS.
Materi
- Menjelaskan gambaran umum tentang dispepsi, diabetes mellitus dan
hipertensi.
- Menjelaskan penatalaksanaan diet khusus penderita dispepsi disertai
diabetes mellitus dan hipertensi Pembatasan makanan yang pedas,
berbumbu tajam dan menghasilkan gas, prinsip 3 J (Jumlah, Jam, dan
Jenis), membatasi garam/MSG, serta porsi yang cukup dengan gizi
seimbang.
- Memberikan informasi mengenai makanan apa yang dianjurkan dan apa
yang tidak dianjurkan sesuai dengan penyakit pasien.
- Pengaturan cara makan yang baik dan benar
- Menjelaskan pentingnya pemeriksaan kadar gula darah dan tekanan
darah secara rutin
Metode : Ceramah dan tanya jawab
Alat Peraga : Leaflet.
Evaluasi : Evaluasi yang dilakukan dengan cara bertanya kembali kepada
pasien mengenai materi yang sudah disampaikan, dengan tujuan untuk
mengetahui apakah materi yang telah disampaikan sudah dimengerti atau
belum.
14
4. Perencanaan Monitoring dan Evaluasi
Dampak Parameter yang Dimonitor
Waktu Target Pencapaian Metode yang Digunakan
Tanda dan Gejala Fisik Terkait Gizi
Nilai gula darah(Data Biokimia)
Tekanan darah(Data Klinis)
Setiap hari Asupan makan sebesar ±1600 kkal dengan 3x makan utama dan 3x snack dapat membantu terapi insulin dalam pencapaian nilai gula darah sewaktu mencapai angka normal (80-150 mg/dl).
Asupan makan rendah garam dapat membantu menurunkan tekanan darah mencapai nilai normal 120/90 mmHg disamping pemberian obat penurun tekanan darah.
Pemeriksaan laboratorium
Catatan rekam medis.
Asupan Makanan dan Zat Gizi
Asupan makanan di rumah sakit (Data Asupan)
Setiap hari Asupan 100% Comstock
Dampak Perilaku dan Lingkungan terkait Gizi
Tingkat pengetahuan
Sebelum pengamatan selesai
Peningkatan pengetahuan >75%.
Observasi
Pasien Terkait Gizi
Pemilihan Makanan
Setiap hari selama di rumah sakit
Pasien tidak mengkonsumsi makanan dari luar RS
Wawancara dan pengamatan
15
BAB III
PELAKSANAAN INTERVENSI GIZI
A. Implementasi Diet
Jenis Diet Makanan Lunak, DM, Rendah Garam
Kebutuhan Gizi yang
direncanakan
Energi 1600 kkal, karbohidrat 240 gr, protein 80 gr, dan
lemak 35,5 gr
Pemberian Intervensi 9x makan utama 9x selingan (selama 3 hari)
Intervensi yang diberikan:
Kamis, 1 Desember 2010 Jumat, 2 Desember 2010 Sabtu, 3 Desember 2010
- Energi : 1601 kkal
- KH : 271 gr
- Protein : 53,8 gr
- Lemak : 33 gr
- Energi : 1629 kkal
- KH : 268 gr
- Protein : 63,74 gr
- Lemak : 37 gr
- Energi : 1634 kkal
- KH : 258 gr
- Protein : 44,275 gr
- Lemak : 47 gr
Keterangan:
- Intervensi dimulai pada hari Kamis, 1 Desember 2010.
- Intervensi berakhir pada hari Jum’at, 3 November 2010.
(Menu terlampir)
16
B. Implementasi Pendidikan Gizi
PELAKSANAAN EDUKASI GIZI
Topik Penatalaksanaan diet untuk penderita dispepsia disertai diabetes
mellitus dan hipertensi.
Tujuan Meningkatkan pengetahuan pasien tentang penatalaksanaan diet khusus
penderita dispepsia disertai diabetes mellitus dan hipertensi.
Sasaran Pasien dan keluarga
Waktu ± 30 menit
-Pembukaan : 5 menit -Tanya jawab: 10 menit
-Materi edukasi : 15 menit
Materi - Menjelaskan gambaran umum tentang dispepsia, diabetes mellitus
dan hipertensi.
- Menjelaskan penatalaksanaan diet khusus penderita dispepsi disertai
diabetes mellitus dan hipertensi Pembatasan makanan yang pedas,
berbumbu tajam, mengandung gas, prinsip 3 J (Jumlah, jam, dan
jenis), membatasi garam/MSG serta porsi yang cukup dengan gizi
seimbang.
- Memberikan informasi mengenai makanan apa yang dianjurkan dan
apa yang tidak dianjurkan sesuai dengan penyakit pasien.
- Pengaturan cara makan yang baik dan benar.
- Menjelaskan pentingnya pemeriksaan kadar gula darah dan tekanan
darah secara rutin.
Evaluasi - Evaluasi yang dilakukan dengan menanyakan kembali kepada pasien
mengenai materi yang sudah disampaikan.
17
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
Tanggal Antropometri Biokimia Klinis Asupan Makan EdukasiRencana Tindak
Lanjut
Rabu, 1/12/2010
BB aktual = 54,8 kgTL = 45,2 cmPerkiraan TB=159 cm
IMT = 21,68 (Status
Gizi Normal)
GDS
11.00 = 192 mg/dl
16.00 = 180 mg/dl
Tekanan darah :
120/70 mmHg
E= 1031 kkal(64,4%)
P=43,48 gr (80,8%)
L= 31 gr (93,9%)
Kh= 143 gr (52,76%)
Edukasi singkat
diberikan
kepada pasien.
Pasien
merespon
edukasi dengan
baik.
Pasien diberikan diet RG
DM 1600 kkal.
Bentuk makanan lunak
dengan pertimbangan
kondisi pasien yang
masih sedikit mual dan
masih ada nyeri di
lambung.
Kamis,
2/12/2010
Tidak dilakukan
pengukuran
antropometri lebih
lanjut.
GDS
06.00 =187 mg/dl
11.00 = 170 mg/dl
16.00 = 190 mg/dl
Tekanan darah :
140/90 mmHg
E=1335kkal (81,9%)
P= 59,21 gr (92,8%)
L= 36 gr (97,9%)
Kh= 197 (73,5%)
Pasien mulai
mematuhi diet
dilihat dari
asupan yang
mulai
meningkat
secara
bertahap.
Tetap diberikan diet RG
DM 1600 kkal. Bentuk
makanan lunak.
Jum’at, Tidak dilakukan GDS Tekanan darah : E= 1404 kkal (85,9%) Pasien mulai Tetap diberikan diet RG
18
3/12/2010
pengukuran
antropometri lebih
lanjut.
06.00 = 177 mg/dl
11.00 = 216 mg/dl
16.00 = 254 mg/dl
150/100 mmHg P= 41,77gr (94,3%)
L= 44 gr (93,6%)
Kh= 209 gr (81%)
mematuhi diet
dilihat dari
asupan yang
mulai
meningkat
secara bertahap
DM 1600 kkal.
Bentuk makanan biasa
dengan pertimbangan
kondisi pasien yang
sudah tidak mual dan
nyeri di lambung.
19
BAB V
PEMBAHASAN
Ny.St masuk rumah sakit pada tanggal 29 November 2010 rumah sakit jam 00.10
datang dari RGD. Pasien datang dengan keluhan perut bagian bawah sakit. Setelah dilakukan
pemeriksaan, ternyata Ny. St didiagnosis Kistoma Ovarii, Dispepsi, Abdominal pain, DM dan
Hipertensi. Berdasarkan hasil skrining yang telah dilakukan, terdapat < 4 faktor risiko ringan
Hal ini termasuk dalam kategori pasien berisiko ringan dan perlu pengecekan kembali
(evaluasi ulang) 7-10 hari.
Ny.St mengaku sejak SMP sering merasa sakit di bagian lambung dan 3 bulan
belakangan ini pasien merasa nyeri di lambungnya sering kambuh lagi. Sejak 5 hari yang lalu
perut bagian bawah sakit tetapi yang paling sakit pada hari ini (29 November 2010) disertai
nyeri ulu hati dan mual.
Ny. St didiagnosis Kistoma Ovarii, hal ini menimbulkan rasa nyeri di bagian bawah
perut. Keadaan kista tidak mempengaruhi secara langsung saluran pencernaan karena
letaknya yang berada di indung telur, namun gejala yang muncul akibat kista dapat
mempengaruhi kondisi tubuh yang berhubungan dengan asupan makan seperti rasa nyeri
yang berlebihan. Rasa nyeri tersebut kemungkinan dapat menambah rasa sakit yang dialami
pasien akibat dispepsia. Gejala dispepsia yang dialami pasien yaitu nyeri epigastrum, mual
dan muntah.5 Dari data yang didapatkan diketahui bahwa Ny. St sudah mengalami dispepsia
sejak SMP dikarenakan kebiasaan konsumsi makanan yang pedas. Asupan makan yang salah
dapat menimbulkan dispepsia seperti kebiasaan makan makanan yang pedas, asupan tinggi
lemak, konsumsi gula, alkohol dan kafein yang berlebihan.6
Faktor psikis dan emosi dapat mempengaruhi fungsi saluran cerna dan mengakibatkan
perubahan sekresi asam lambung, mempengaruhi motilitas dan vaskularisasi mukosa
lambung. Dispepsia yang dialami pasien termasuk dispepsia fungsional yang umumnya
bersifat kronik dan sering kambuh. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan keadaan
Ny.St yang banyak pikiran/stres karena saat ini Ny. St dalam kondisi yang sulit dimana Ny.St
merupakan orangtua tunggal tanpa pekerjaan dan harus membesarkan anaknya. Karena fakor
pikiran/stres ini kemungkinan mengakibatkan peningkatan peristaltik dan peningkatan
produksi asam lambung yang berlebih yang menyebabkan hiperasiditas lambung, kolik,
vomitus, dan sebagian besar gejala gastritis dan ulkus peptik.7,8
Ny. St mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus dan hipertensi. Riwayat
penyakit keluarga pasien, diabetes mellitus dan hipertensi. Diabetes Mellitus adalah suatu
20
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar
glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.9 Diabetes mellitus
dibedakan menjadi diabetes type 1, tipe 2, pre diabetes, dan gestasional diabetes.10 Ny.St
termasuk pasien dengan DM Tipe 2.
Perhitungan kebutuhan energi untuk pasien DM adalah menggunakan rumus Brocca
modifikasi dengan mempertimbangkan faktor koreksi umur, aktivitas, dan berat badan.
Koreksi aktivitas yang dipakai adalah 20 % karena pasien masih bisa turun dari ranjang dan
berjalan-jalan di lingkungan rumah sakit, tidak ada koreksi usia dikarenakan usia pasien
dibawah 40 th, dan tidak ada koreksi berat badan karena berat badan pasien tergolong normal.
Dari perhitungan tersebut diperoleh jumlah energi sebesar 1590 kkal.
Kebutuhan gizi makro pada pasien ditetapkan sebagai berikut :
1. Protein yang diberikan sebesar 20 % dari total energy yaitu sebesar 320 kkal (80 gr).
2. Lemak diberikan 20 % dari kebutuhan energi total, yaitu sebesar 320 kkal(35,5 gr).
3. Karbohidrat diberikan sebesar 60 % dari energy total yaitu sebesar 960 kkal (240 gr).
Dalam perencanaan intervensi gizi makanan diberikan dengan frekuensi
pemberiannya dibagi menjadi 3 kali makan utama dan 3 kali selingan.
Terapi diit yang diberikan adalah diet Makanan Lunak 1600 kkal DM, Rendah
Garam. Diet DM dan Rendah Garam diberikan karena pasien menderita DM dan hipertensi,
sedangkan untuk keadaan dispepsianya diberikan makanan dalam bentuk lunak. Namun,
sebelum intervensi dilakukan pasien hampir selalu menghabiskan makanannya yang masih
dalam bentuk makanan biasa sehingga pada intervensi hari pertama diberikan makanan dalam
bentuk biasa namun ternyata pasien mengeluh masih merasa nyeri di bagian perut sehabis
makan. Oleh karena itu pada intervensi hari kedua pasien diberikan makanan dalam bentuk
lunak dengan pertimbangan pasien masih merasa nyeri perut dan masih mual, tujuan
pemberian makanan lunak agar tidak meperburuk kondisi pasien karena makanan lunak
memiliki tekstur yang mudah dicerna dibandingkan dengan makanan biasa.4 Selain itu,
karena mempertimbangkan keadaan pasien yang mengalami dispepsia maka makanan
diberikan sesuai syarat diet yaitu membatasi makanan yang merangsang saluran pencernaan
seperti berbumbu tajam, pedas dan menimbulkan gas.
Pasien yang menderita DM diutamakan karbohidrat kompleks dan membatasi
karbohidrat sederhana dikarenakan karbohidrat sederhana lebih cepat dicerna dan
dimetabolisme sehingga kadar glukosa dalam darah dapat meningkat dengan cepat.
Sedangkan, karbohidrat kompleks membutuhkan waktu dalam metabolismenya sehingga
21
karbohidrat akan dipecah dan diserap lebih lamban. Peningkatan kadar glukosa dalam darah
pun tidak akan terlalu tinggi.
Selain riwayat diabetes mellitus, pasien juga memiliki riwayat hipertensi. Hipertensi
ini didapat dari riwayat keluarga dan riwayat diet pasien dimana pasien hampir setiap hari
mengkonsumsi makanan yang dibeli dari luar rumah yang kemungkinan dapat memperparah
keadaan hipertensi pasien karena makanan dari luar rumah tidak dapat dijamin keamanannya
misalnya diberikan penambahan vetsin atau MSG. Diabetes mellitus juga dapat
memperburuk kondisi hipertensi. Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan peningkatan
konsistensi darah (darah lebih kental). Konsistensi darah yang lebih kental akan
meningkatkan curah jantung. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan tekanan di
dalam pembuluh darah. Apabila pasien dalam kondisi stres selama dirawat di rumah sakit
juga dapat membuat tekanan darah menjadi tinggi. Hal dikarenakan stres akan meningkatkan
aktivitas sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis akan mensekresi noreepinefrin yang
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi pembuluh darah menyebabkan
aliran darah ke ginjal berkurang dan berakibat diproduksinya renin, renin akan merangsang
pembentukan angiotensin I dan diubah menjadi angiotensin II yang merupakan
vasokonstriktor yang kuat yang merangsang sekresi aldosteron oleh cortex adrenal dimana
hormon aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh ginjal. Oleh karena itu
diberikan diet rendah garam dengan tujuan agar tidak memperburuk keadaan retensi natrium
dan cairan.
Selain pemberian makanan/ terapi diit, diberikan juga intervensi dalam bentuk
pendidikan gizi. Pemberian edukasi/pendidikan gizi dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan pasien. Pendidikan gizi ini dilaksanakan sebelum pasien pulang. Materi yang
disampaikan berhubungan dengan penatalaksanaan diet untuk penderita dispepsi disertai
diabetes dan hipertensi. Alat bantu yang digunakan adalah leaflet. Isi leaflet dijelaskan
kepada pasien lalu leaflet diberikan kepada pasien. Pada hari berikutnya diadakan sesi tanya
jawab untuk mengetahui apakah pasien/keluarga pasien sudah mengerti.
Dari intervensi yang dilakukan, parameter monitoring evaluasi yang dilakukan antara
lain asupan makan, gula darah sewaktu, tekanan darah dan pengetahuan pasien. Untuk gula
darah sewaktu dan tekanan darah, tidak hanya dipengaruhi oleh asupan makan. Faktor lain
seperti pemberian obat saat di rumah sakit dan stress juga berpengaruh. Namun dari hasil
pengamatan untuk kasus Ny St, faktor stress lebih dominan. Ketika pada intervensi hari
ketiga (3 Desember 2010), tekanan darah dan kadar glukosa darah sewaktu pasien meningkat.
Hal tersebut kemungkinan dikarenakan pasien merasa stres karena memikirkan beban hidup
22
yang dialaminya dan juga rasa kangen terhadap anaknya yang belum bertemu selama dirawat
di rumah sakit. Peningkatan kadar gula darah dan tekanan darah dapat terjadi karena keadaan
stress yang merangsang pengeluaran hormon epinefrin secara berlebihan sehingga
menyebabkan jantung bekerja keras dan cepat. Sekresi epinefrin menaikkan konsentrasi gula
darah dengan menaikkan kecepatan glikogenolisis di dalam liver yang menyebabkan
peningkatan sekresi glukosa di dalam sirkulasi.11
Pada parameter asupan, target pencapaian asupan makan pasien 100%. Namun, pada
intervensi pertama asupan hanya sebesar 64,4%. Hal ini dimungkinkan karena pasien masih
merasa mual dan nyeri di ulu hati. Untuk asupan makan dengan bentuk lunak (intervensi hari
kedua) pasien sudah hampir menghabiskan makanannya dan sudah tidak merasa mual dan
nyeri ulu hati sehabis makan. Asupan pada intervensi hari ke dua sebesar 81,9%. Pada
intervensi hari ke 3 asupan sudah mencapai 85,9 %. Hasil dari intervensi yang dilakukan
asupan makanan pasien meningkat secara bertahap dan hampir mencapai target pencapaian
asupan makanan yang dikehendaki. Selain itu, pasien juga tidak mengkonsumsi makanan dari
luar rumah sakit. Hal ini dikarenakan pasien sangat menginginkan nilai gula darah dan
tekanan darahnya mencapai normal agar bisa segera dioperasi dan segera pulang. Monitoring
dan evaluasi asupan pada hari ketiga menunjukkan bahwa sudah terdapat peningkatan asupan
makanan dan rasa nyeri di ulu hati dan mual sudah tidak ada lagi. Oleh karena itu, pada
intervensi selanjutnya pasien dapat diberikan makanan dalam bentuk biasa.
Pada awal pasien masuk ke rumah sakit, pengetahuan pasien mengenai penyakit
termasuk cukup walaupun pasien belum pernah mendapatkan konseling gizi secara khusus,
pasien sering membaca leaflet yang diberikan pada saat kontrol di rumah sakit. Namun,
pasien memahami informasi yang didapat hanya sebagian saja seperti makanan yang
diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan. Sedangkan untuk penatalaksanaan dietnya
pasien belum memahami secara keseluruhan. Oleh karena itu edukasi yang diberikan yaitu
mengenai penatalaksanaan diet untuk penderita dispepsi disertai DM dan hipertensi. Hasil
dari intervensi pendidikan gizi yaitu dilakukan tanya jawab dengan pasien berupa pertanyaan
dengan jumlah 10 soal. Dari 10 soal, pasien dapat menjawab 8 soal. Target pencapaian
tingkat pengetahuan >75% sudah dapat dicapai. Namun, pengetahuan pasien harus selalu di
upgrade. Selain itu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi lanjutan setelah keluar dari
rumah sakit melalui pengamatan perilaku.
23
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Ny.St masuk rumah sakit dengan keluhan perut bagian bawah sakit. Setelah dilakukan
pemeriksaan ternyata Ny.St mengalami dispepsia. Selain itu, dari hasil pemeriksaan diketahui
bahwa GDS 242 mg/dl dan tekanan darah 150/100 mmHg. Pasien memiliki riwayat DM dan
Hipertensi.
Berdasarkan gambaran kasus diatas, intervensi yang diberikan adalah diet Makanan
Lunak 1600 kkal, DM, Rendah Garam. Karbohidrat yang diberikan 240gr (60%), protein
80gr (20%), dan lemak 35,5gr (20%). Pasien diberikan makanan dalam bentuk lunak agar
tidak memperberat kondisi nyeri ulu hati pasien. Sedangkan diet DM dan RG diberikan
karena pasien menderita DM dan hipertensi.
Pada saat asesmen dilakukan (1 Desember 2010), pasien masih mengeluh nyeri ulu hati
dan mual. Kondisi pasien mulai membaik pada saat intervensi kedua dimana rasa nyeri dan
mual berangsur menghilang hal ini kemungkinan terjadi karena adanya perubahan pemberian
makanan dari makanan bentuk biasa ke makanan dalam bentuk lunak sehingga tidak
memperberat kondisi nyeri pada pasien disamping dilakukan pemberian obat penurun rasa
nyeri. Hilangnya rasa nyeri dan mual diikuti dengan peningkatan asupan makan pada pasien.
Untuk hasil pemeriksaan laboratorium, kadar glukosa darah semakin meningkat dari
hari ke hari. Pada hari terakhir, kadar glukosa darah meningkat yaitu GDS= 254 mg/dl.
Tekanan darah pasien terakhir 150/100 mmHg. Adanya peningkatan gula dan tekanan darah
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam kasus Ny.St disamping faktor asupan,
peningkatan tekanan dan gula darah juga dipengaruhi oleh adanya faktor stress yang dialami
oleh pasien. Pengendalian stress yang baik akan dapat membantu dalam penurunan gula dan
tekanan darah pasien. Sehingga dalam penatalaksanaan pasien di rumah sakit dibutuhkan
kerjasama yang baik antar dokter, perawat, psikolog, dan ahli gizi demi pemulihan kesehatan
pasien.
24
B. Saran
1. Perlu dilakukannya penggalian lebih dalam lagi mengenai kebiasaan makan
pasien selama di rumah yang dapat menyebabkan dispepsia selain kesukaan
mengkonsumsi makanan yang pedas.
2. Pasien diharapkan dapat menyediakan makanan sendiri di rumah yang lebih
terjamin dan tidak mengkonsumsi makanan dengan membeli di luar rumah lagi.
3. Pasien diharapkan dapat mengubah pola makannya sesuai prinsip 3J.
4. Pasien perlu mengendalikan keadaan stresnya agar tidak memperburuk keadaan
dispepsi, DM serta Hipertensi yang dideritanya.
5. Perlu adanya motivasi dari keluarga pasien sehingga dapat mempercepat
pemulihan keadaan pasien.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Informasi Obat: Ranitidine dan Furosemida.
[online]. 2010 [diakses 2010 November 1]. [1 halaman]. Tersedia:
http://www.dinkesjabar.go.id
2. ADA. International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNI) Reference Manual:
Standardized Language for the Nutrition Care Process. New York: American Dietetic
Association; 2008.
3. Sunita Almatsier. Penuntun diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2006.
4. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: FKUI; 2006.
5. I Dewa Nyoman Wibawa. Penanganan Dispepsia Pada Lanjut Usia. Divisi
Gastroentero-Hepatologi. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Uhud/RS Sanglah,
Denpasar. 2006 : Volume 7 Nomor 3.
6. Mahan LK, Escott-Stump S. Krause’s Food, Nutrition and Diet Therapy. 11th ed.
Pensylvania: Saunders; 2004.
7. Functional Dispepsia in GUT, BMJ Journals,Com,Suppl 2, 2001 :2 – 6.
8. Seong Ng. H. : Functional Dispepsia in Management of Common Gastroenterologi
Problems, Australia, Medimedia Asia, 1995: 38 –46.
9. Waspadji S, Sukardji K, Octarina M, editor. Pedoman Diet Diabebetes Mellitus.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.
10. Sylvia Escott-Stump. Nutrition and diagnosis related care. Sixth
edition.philadelphia:Wolters Kluwer ; 2008.
11. Robert K Murray, Daryl K Granner, Victor W rodwell. Biokimia Harper. Edisi 27.
Nanda W, et al. Jakarta: EGC. 2009.
26
LAMPIRAN
MONITORING DIET
INSTALASI GIZI RSU KARTINI JEPARA
JENIS DIETTanggal Waktu N/BB/BS L.Hewan
iL.Nabati Sayur Buah Snack Susu
1/12/2010 Pagi 3 5 5 3 - - -Snack (10.00)
1(Jeruk)
Siang 3 5 4 1 1 - -Snack(16.00)
5(Risoles)
Malam 3 5 5 3 - - -Snack(21.00)
2(krekers)
2/12/2010 Pagi 5 5 5 4 - -Snack(10.00)
3(Pear)
Siang 4 5 5 5 1 - -Snack(16.00)
1(Jeruk)
Malam 4 5 5 3 - - -Snack(21.00)
1(Pisang rebus)
3/12/2010 Pagi 4 5 5 4 - - -Snack(10.00)
1(Pisang)
Siang 5 5 5 4 3Snack(16.00)
3(Pear)
Malam 4 5 5 4 -Snack(21.00)
2(Crakers)
Keterangan:5 : termakan habis4 : termakan ¾ porsi3 : termakan ½ porsi2 : termakan ¼ porsi1 : tidak termakan
27